SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
UJIAN AKHIR SEMESTER
Mata Kuliah Pengantar Sosiologi (C) – Mei 2011
Nama :  Hevi Setiawati 51408065
 Steffi Yudanto 51410008
 Patricia Evangeline S. 51410014
 Amalia Pranata 51410018
Objek analisa :  Sitkom Suami-Suami Takut Istri (1)
 Film indie Cin(t)a (2)
1. SITKOM SUAMI-SUAMI TAKUT ISTRI
Media menggambarkan beberapa gambaran ras dan etnis yang ada di Indonesia yang
termasuk dalam masyarakat multikultural. Artinya, masyarakat yang terdiri atas beragam
kelompok sosial dengan sistem norma dan kebudayaan yang berbeda-beda. Masyarakat
multikultural merupakan bentuk masyarakat yang modern yang terdiri atas berbagai golongan
suku, suku, etnis, ras, agama, dan budaya. Mereka hidup bersama dalam suatu wilayah lokal
dan nasional. Masyarakat multikultural merujuk pada kesetaraan atau kesederajatan
kebudayaan yang ada dalam sebuah masyarakat (Kun Maryati & Juju Suryawati, 2001, p.159).
Media menggambarkan ras dan etnis melalui ciri khas budaya dan cara berperilaku yang
dimiliki masing-masing etnis yang ada. Setiap ras dan etnis yang ada mempunyai ciri khas yang
berbeda dan itu yang ditonjolkan media dengan menampilkan multikulturalisme yang menuntut
masyarakat untuk hidup penuh toleransi, saling pengertian antarbudaya dan antarbangsa dalam
membina suatu dunia baru. Dalam multikulturalisme, bangsa-bangsa duduk bersama, saling
menghargai, saling membantu, dan tidak memandang apakah suatu kelompok masyarakat
merupakan kelompok minoritas atau mayoritas (Kun Maryati & Juju Suryawati, 2001, p.160).
1
Berikut adalah ulasan singkat dari sitkom SSTI:
Suami-suami Takut Istri adalah sitkom yang ditayangkan Trans TV setiap Senin
hingga Jumat pukul 18.00 WIB sejak 15 Oktober 2007. Sitkom ini diperankan oleh Otis Pamutih
sebagai Sarmili (Pak RT), Aty Fathiyah sebagai Sarmila (Bu RT), Marissa sebagai Sarmilila,
Irfan Penyok sebagai Karyo, Putty Noor sebagai Sheila, Yanda Djaitov sebagai Tigor, Asri
Pramawati sebagai Welas, Ramdan Setia sebagai Faisal, Melvy Noviza sebagai Deswita, Epy
Kusnandar sebagai Mang Dadang, Desi Novitasari sebagai Pretty, Ady Irwandi sebagai Garry,
dan Dadang Usman sebagai Ki Daus.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Suami-suami_Takut_Istri)
Sitkom ini memperlihatkan etnis dan ras yang berbeda pada setiap individunya.
Contohnya pada pasangan Welas dan Tigor, pasangan Faisal dan Deswita serta Mang Dadang
dengan ketiga istrinya yang etnisnya berbeda-beda.
Cara media dalam menyampaikan ras dan etnisitas tokoh-tokoh dalam film suami-
suami takut istri ini ,mereka hidup bersama dalam satu wilayah perumahan di daerah Jakarta,
dengan pasangan suami istri yang berasal dari suku yang sama maupun suami istri yang
berbeda etnis ataupun ras. Cara media dalam menyampaikan ras dapat dilihat pada pasangan
mang dadang seorang satpam di komplek tersebut sebagai orang sunda tetapi memiliki tiga istri
yang salah satu istrinya berasal dari ras china. Sedangkan cara media dalam menyampaikan
etnis di film ini dapat dilihat pada keragaman peran yang ada yaitu berasal dari berbagai
budaya, bahasa, dan perilaku. Seperti peran ketua RT yang berasal dari budaya betawi, yang
dapat kita lihat juga dari bahasa atau perilaku mereka, misalnya Pak RT yang sering
mengenakan celana khas betawi dan memakai bahasa “elu” “gua”. Selain itu juga dari budaya
Padang, dan Jawa. Keragaman yang ada tersebut ditampilkan oleh media secara jelas dengan
logat atau bahasa yang ada, bahkan ada beberapa yang ditunjukkan lebih pada tingkah laku
yang kalem yang berasal dari jawa, ceplas ceplos dari betawi. Dengan keragaman tersebut
mereka dapat hidup bersama-sama sekalipun konflik diantara mereka juga bisa terjadi, mereka
selalu dapat menyelesaikannya, bahkan kerap kali mereka bekerja sama untuk tujuan tertentu
dalam perbedaan etnis dan ras yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa dalam film Suami-suami
Takut Istri ini, perbedaan etnis dan ras tidak menjadi masalah dalam kehidupan berkeluarga,
maupun dalam masyarakat. Selain itu di film ini tidak ditonjolkan bahwa perbedaan ras atau
etnis menjadi masalah utama .Di film ini seakan-akan tidak ada percekcokkan yang terjadi
karena perbedaan mereka, hanya sebuah konflik atau permasalahan umum yang ada dalam
masyarakat namun tanpa menyinggung keragaman mereka. Jadi media menggambarkan ras
atau etnis hanya pada sikap tingkah laku mereka, dalam bahasa, maupun ciri-ciri biologis.
Seperti istri mang dadang yang berasal dari ras cina yang memiliki mata sipit.
Penggambaran yang terdapat pada film Suami-Suami Takut Istri ini tidak sepenuhnya
benar. Dalam kehidupan nyata, perbedaan ras dan etnis justru bisa menjadi salah satu pemicu
utama dalam kehidupan masyarakat apalagi dalam masyarakat modern yang hidup
berkelompok. Masyarakat sulit unuk menerima adanya perbedaan yang berhubungan dengan
2
ras dan etnis karena masyarakat merasa tidak sama dengan masyarakat lain yang berbeda
etnis maupun ras. Film ini sebenarnya mengharapkan adanya perbedaan dalam etnis dan ras
bukan menjadi masalah dalam menjalankan kehidupan di masyarakat. Dalam film Suami-Suami
Takut Istri ini juga terdapat penggambaran yang kurang mengena di hati, khususnya kepada
penonton yang berasal dari etnis Sunda karena pada tokoh Mang Dadang diceritakan sebagai
keluarga paling miskin jika dibandingkan dengan keluarga lainnya yang ada di kompleks
tersebut. Maka tidak heran jika keluarganya-lah yang paling sering menderita akibat kesulitan
ekonomi. Salah satu jalan keluarnya adalah menghalalkan segala cara demi mendapatkan
uang hingga sampai pada kesan menjual harga diri, seperti menipu orang, meminjam uang,
menjual informasi, menjadi mata-mata para istri, dan sebaliknya menjadi mata-mata para
suami, dan bahkan sering juga menempuh jalan yang negatif seperti ketika Mang Dadang
menjual kunci jawaban ujian sekolah yang pada akhirnya ia harus berurusan dengan pihak
berwajib.
Adakalanya pencitraan-pencitraan tersebut dirasa begitu keras dan berbeda dengan
kenyataan yang sebenarnya hingga kadang-kadang menimbulkan kesan adanya kekerasan
simbolik. Seperti halnya yang dapat kita saksikan lewat representasinya terhadap sosok Mang
Dadang diatas. Digunakannya istilah pencitraan yang keras ini didasarkan pada alasan bahwa
pencitraan tersebut tidak menggambarkan sebuah citra yang positif sebagaimana yang diyakini
oleh kebanyakan orang Sunda. Dalam kenyataannya, orang Sunda sangat menghormati adat
kesopanan seperti yang terdapat dalam undak usuk basa, yang didalamnya mencerminkan
penggunaan bahasa dengan mempertimbangkan kesopanan penggunaannya. Selain itu dalam
salah satu artikel harian Pikiran Rakyat, dikatakan bahwa budaya Sunda termasuk kedalam
salah satu kebudayaan Indonesia yang berusia tua, serta sosok ideal orang Sunda sering
dikaitkan dengan sosok raja-raja Sunda seperti dalam sosok Prabu Siliwangi yang sering
menjadi panutan bagi orang Sunda karena keberhasilannya memimpin kerajaan Sunda dan
berhasil mensejahterakan rakyatnya. Berbeda dengan konstruksi identitas budaya yang
terdapat dalam komedi situasi ini yang justru lebih menitik beratkan pada nilai-niLai yang negatif
dan bertolak belakang dengan nilai-nilai yang dianut oleh orang Sunda. Salah satu contohnya
adalah gambaran mengenai orang Sunda yang dikonstruksi sebagai sosok materialistis hingga
segala sesuatu pada akhirnya harus dikaitkan dengan masalah uang. Selain itu sosok orang
Sunda di film ini dikenal sebagai sosok yang sering menghalalkan segala cara demi
mendapatkan uang, padahal tidak seperti itu keadaan sebenarnya. Tentu saja konstruksi
tersebut lebih bernada negatif. Inilah yang kemudian memunculkan istilah konstruksi makna
yang keras yang membuat adanya sebuah bentuk kekerasan simbolik.
Istilah kekerasan simbolik (symbolic violence) digunakan Pierre Bourdieu dalam
tulisannya yang berjudul Outline of a Theory of Practice. Menurutnya, istilah ini digunakan untuk
menjelaskan sebuah bentuk kekerasan khusus dalam mekanisme yang tidak dikenal, atau
hanya dikenal hanya dengan menyembunyikan mekanisme tempatnya bergantung.
3
Dalam tayangan komedi situasi Suami-Suami Takut Istri, dengan kemasannya sebagai
tayangan komedi, maka audience kadang tidak menyadari jika didalamnya terdapat bentuk
dominasi simbol dan kekerasan simbolik. Audience cenderung lebih menyadari bahwa
tayangan tersebut hanya merupakan tayangan komedi saja. Maka dari itu, menurut kelompok
kami yang sebenarnya terjadi disini adalah sebuah bentuk dominasi simbol yang sangat halus,
audience melihat hal ini sebagai sebuah bentuk kewajaran alami yang tidak perlu untuk
dipertanyakan lagi.
Sebagai pembanding atau pendukung hal diatas, kelompok kami mengambil sumber
dari google books. Tercatat ada beberapa surat pengaduan ke KPI yang menunjukkan
keberatannya atas komedi situasi Suami-Suami Takut Istri. Tidak hanya sampai di situ saja,
beberapa forum dunia maya juga ikut memperbincangkan masalah ini. Berikut beberapa reaksi
masyarakat yang sempat didokumentasikan dan sebagaian besar dari reaksi tersebut meminta
agar tayangan komedi situasi Suami-suami Takut Istri dihentikan penayangannya.
Dokumentasi di atas merupakan salah satu surat aduan yang ditujukan kepada KPI
(Komisi Penyiaran Indonesia) yang beralamat di http://www.kpi.go.id, dalam surat pengaduan
tersebut sang pengadu (Irwan Avianto, DKI Jakarta) meminta kepada KPI agar menghentikan
tayangan komedi situasi Suami-Suami Takut Istri yang salah satu alasannya adalah berkaitan
dengan tokoh Mang Dadang yang mengajarkan mental menjadi pengemis kepada anak-
anaknya. Ini merupakan tayangan yang tidak memiliki nilai moral dan tidak baik ditonton oleh
anak-anak.
Menurut kami, audience menyadari pengaruh televisi pada pemahaman ras dan etnis
tertentu karena media dapat menjadi pengaruh yang sangat kuat dan menanamkan kesan dan
pesan pada tiap audiencenya, jika hal yang ditampilkan media merupakan hal yang positif,
maka kesan dan pesan yang ditanamkan juga akan berdampak positif, namun jika yang
4
ditampilkan media tersebut negatif, maka dapat menanamkan pesan negatif. Hal ini disebabkan
karena media mempunyai pengaruh yang kuat dan kemampuan untuk membentuk pemikiran
audience. Pengaruhnya bisa berupa cara pandang terhadap berbagai etnis dan ras yang
beragam. Contohnya, dengan adanya film ini membuat cara pandang audience terhadap
beragam etnis dan ras mempunyai perbedaan bahasa dan logat serta bentuk fisik(biologis).
Audience akan berpikir bahwa etnis(suku) Padang mempunyai sifat yang pelit dan mempunyai
ciri khas bahasa seperti “ambo”, “inda”, “dinda”.
Etnis adalah kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yg mempunyai arti
atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, dan bahasa.
(http://www.artikata.com/arti-326860-etnik.html) Dalam hal ini, etnis mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan kebudayaan dan etnis itu sendiri lahir dari budaya yang merupakan hasil
karya dari masyarakat. Disini, kebudayaan mempunyai hakekat yang merupakan ciri dari setiap
kebudayaan yang ada (Soerjono Soekanto,2010, p. 160);
- Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewar perilaku manusia.
- Kebudayaan telah ada terlebih dahulu dan tidak akan mati.
- Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya.
- Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban,
tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan yang
diizinkan.
Film SSTI menampilkan ciri-ciri kebudayaan diatas melalui etnis-etnis yang ada. Para
tokoh menyalurkan kebudayaan mereka dengan perilaku yang mereka lakukan seperti tokoh
Welas sebagai etnis Jawa yang mempunyai watak lemah lembut seperti budaya Jawa yang
mengajarkan kesopanan dan kehalusan dalam bertutur kata, sedangkan tokoh Tigor yang
berasal dari etnis Batak mempunyai tutur kata dengan nada yang lebih tinggi dan keras.
Kebudayaan dalam etnis yang ditampilkan dalam film SSTI tidak semata-mata
meupakan hal baru dan ide baru yang dibuat oleh media melainkan kebudayaan yang telah ada
terlebih dahulu yang akan terus meregenerasi dan tidak akan mati karena kebudayaan
merupakan hal yang sangat dijaga sebagai identitas diri. Oleh karena itu, kebudayaan sangat
diperlukan untuk masyarakat khususnya sebagai identitas diri dan sebagian besar pribadi
masyarakat terbentuk oleh kebudayaan yang dimilikinya.
Kebudayaan tidak hadir begitu saja tanpa aturan-aturan yang ada. Ada penolakan dan
penerimaan yang terjadi seperti pada film ini menggambarkan adanya penerimaan terhadap
budaya lain walaupun tetap sering diwarnai konflik karena perbedaan pendapat maupun
beragamnya sifat yang dimiliki setiap peran etnis. Misalnya saja peran Deswita yang tidak
terlalu disukai oleh ibi-ibu yang lain karena memiliki sifat pelit seperti suaminya juga yang
merupakan etnis Padang.
2. FILM INDIE CIN(T)A
5
Media menggambarkan adanya perbedaan ras dan agama dalam suatu hubungan
percintaan dalam film ini. Ras adalah karakteristik luar yang diturunkan secara genetik dan
membedakan satu kelompok dari kelompok lainnya. (id.wikipedia.org/wiki/Ras_manusia).
Menariknya, dengan perbedaan, awalnya hubungan itu bisa tetap terjalin antara lelaki yang
bernama Cina dengan perempuan yang bernama Annisa. Film ini menggambarkan secara
gamblang perbedaan ras dan agama yang ada disetiap tokoh film ini. Cina adalah seorang
lelaki keturunan Tionghoa pada film ini. Hal ini bisa dilihat audience oleh penggambaran fisik
yang sangat sesuai dengan ciri-ciri fisik orang-orang keturunan Tionghoa. Dari dialognya
dengan Annisa, tokoh utama perempuan, dapat diketahui pula dari dialeknya bahwa Cina
berasal Sumatera. Di awal film juga digambarkan bagaimana Cina berangkat kuliah dengan
membawa kitab Puji Syukur yang secara otomatis akan membuat audience menyimpulkan
bahwa Cina adalah seorang Kristiani. Tokoh Annisa juga membawa identitas etnis yang sangat
khas di Indonesia. Cara berbicara dan dialek yang digunakan Annisa menunjukkan ciri gaya
bicara dan dialek yang digunakan oleh sebagian besar penduduk Pulau Jawa. Ketika adegan
Annisa menerima telpon dari ibunya, audience akan langsung bisa memastikan bahwa Annisa
adalah seorang Jawa, karena gaya bicaranya yang halus dan menggunakan bahasa Jawa
krama ketika berbicara dengan ibunya, dimana ciri gaya bahasa tersebut biasa dipakai oleh
sebagian besar masyarakat Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur. Penggambaran fisik dan
tingkah laku Annisa yang lemah lembut sesuai dengan stereotipe wanita Jawa tradisional
semakin menguatkan bahwa ia tak hanya orang dari Jawa, tetapi juga seorang yang ber-etnis
Jawa. Selain itu, audience dengan cepat akan menyimpulkan bahwa Anissa merupakan
seorang muslim dengan adegan Annisa mengambil air wudhu.
Keakraban mereka juga awalnya tidak tampak terkendala oleh perbedaan etnis dan
ras. Salah satu hal yang menarik adalah ketika Annisa menanyakan mengapa Cina bekerja
sebagai seorang pemijat refleksi di sebuah spa padahal ia adalah seorang keturunan Tionghoa.
Pertanyaan Annisa ini mencirikan sebuah stereotipe tentang orang-orang etnis Tionghoa yang
terlihat “wah” di Indonesia, namun oleh Cina pertanyaan itu dijawab dengan santai bahwa tidak
semua stereotipe itu benar. Annisa langsung memaklumi kenyataan tersebut dan menghargai
apa yang dilakukan oleh Cina sebagai sesuatu yang wajar. Di sini nampak bahwa hubungan
antara Cina dan Annisa adalah hubungan yang dilandasi sikap saling menghormati dan
menghargai walaupun terdapat stereotipe-stereotipe yang ada dalam diri mereka masing-
masing tentang ras dan etnis lain.
Film ini tidak banyak memakai pemeran figuran, sehingga audience bisa memfokuskan
cerita pada Cina dan Annisa. Dalam hubungan itu saling menjaga perbedaan dan tidak
menyinggung satu sama lain walaupun pada akhirnya hubungan itu berakhir. Contohnya,
mereka memiliki cara untuk berdoa dan membahas tentang perbedaan ras dan agama mereka
secara tersendiri. Namun, bukan berarti hubungan yang diawali pertemanan ini berjalan mulus,
ada konflik yang terjadi diantara mereka menyangkut masalah-masalah perbedaan yang
6
mereka miliki. (Nb: Sesuai dengan tujuan analisis, dalam analisis ini kami hanya membahas
masalah perbedaan ras dan etnis saja dan menghilangkan masalah perbedaan agama.)
Penggambaran peristiwa atau fenomena hubungan seperti pada film ini sangatlah
relevan dengan kehidupan sesungguhnya dan merupakan hal yang benar adanya menurut
kelompok kami. Pertama, Stereotipe tentang orang tionghoa yang selalu terlihat “wah” dan tidak
mungkin bekerja sebagai pemijat refleksi misalnya, hal ini pun benar-benar terjadi dalam
kehidupan kelompok kami sebagai warga negara Indonesia yang berketurunan tionghoa.
Masyarakat Indonesia mengambil perspektif bahwa orang berketurunan tionghoa mayoritas
berasal dari kalangan keluarga ekonomi menengah keatas dan tidak bekerja sebagai karyawan.
Kedua, Audience bisa melihat dalam Cin(t)a terdapat potongan-potongan layaknya testimoni
dari pasangan yang memiliki perbedaan seperti Cina dan Annisa yang berhasil. Potongan-
potongan adegan tersebut tentunya membuat audience menyimpulkan bahwa dalam dunia
nyata, ada orang lain yang mengalami hal yang sama dan mungkin saja audience memiliki
pengetahuan yang sama di dunia nyata sesuai dengan pengalaman hidupnya.
Di akhir film ini, Cina dan Annisa tidak dapat bersatu karena perbedaan-perbedaan
yang mereka miliki. Mereka berdua terhimpit masalah ras dan agama. Meskipun saat dilihat dari
segi politis mereka berdua merupakan warga negara Indonesia yang tinggal di wilayah negara
yang sama. Namun mereka memutuskan untuk berpisah karena dari segi sosiologis yang
menyatakan bahwa adanya perbedaan tidak dapat membuat mereka melanjutkan hubungan ke
arah yang lebih serius(pernikahan).
Stereotipe tentang orang berketurunan tionghoa juga muncul pada film ini seperti yang
sudah kami singgung di paragraf sebelumnya. Stereotipe adalah generalisasi tentang
sekelompok orang dengan mengabaikan realitas yang ada (Haryanti, 2007: 100). Pada
kenyataannya tidak semua orang tionghoa merupakan orang yang tidak mungkin menjadi
karyawan menengah kebawah.
Meskipun hubungan mereka akhirnya bukanlah sebuah hubungan asmara lagi,
melainkan sahabat karena masalah sosiologis, hubungan antara Cina dan Annisa merupakan
hubungan yang bersifat mempersatukan. Sehingga hubungan ini kami golongkan dalam bentuk
interaksi sosial yang bersifat asosiatif atau bersekutu (processes of assosiation). Proses
asosiatif merupakan proses menuju terbentuknya suatu persatuan atau integrasi sosial.
(Maryati & Suryawati, 2006:75).
Hubungan Cina dan Annisa juga kami klasifikasikan ke dalam kelompok sosial primer.
Menurut Charles Horton Cooley, kelompok primer adalah kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal-
mengenal antara anggota-anggotanya serta kerja-sama erat yang bersifat pribadi. Cooley
mengemukakan tiga syarat terjadinya kelompok primer. (Soekanto, 2010:111) Pertama, setiap
anggota kelompok secara fisik berdekatan satu sama lain, kelompok tersebut kecil dan adanya
suatu kelanggengan hubungan antaranggota yang bersangkutan. Cina dan Annisa secara fisik
sudah tergolong dekat karena mereka memiliki ikatan asmara dan kelompoknya kecil karena
hanya terdiri dari dua orang. Namun kedekatan dan kecilnya kelompok ini tidak dilengkapi
7
dengan kelanggenan hubungan antara Cina dan Annisa. Mereka berpisah kafrena perbedaan
yang mereka miliki. Mereka akhirnya berpisah dan memutuskan untuk menjadi sahabat yang
ditunjukan di adegan testimoni mereka. Kedua, kesamaan tujuan setiap individu dalam
kelompok tersebut. Cina dan Annisa yang berpacaran tentunya memiliki tujuan untuk
mempersatukan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Namun hubungan yang
bersifat pribadi ini tidak dapat mereka lanjutkan karena masalah perbedaan dalam diri mereka.
Ketiga, kelompok sosial tersebut tidak ada yang memenuhi persyaratan secara sempurna
karena dalam setiap masyarakat terdapat norma dan nilai-nilai sosial yang paling tidak bersifat
memaksa, yang mengatur pergaulan hidup manusia. Cinta Cina dan Annisa terbentur masalah
yang terkait dengan norma dan nilai sosial dan aturan-aturan yang sudah dibudidayakan di
masyarakat. Sehingga membuat banyaknya pilihan prioritas kepentingan. Misalnya, hubungan
asmara mereka atau memilih berpisah karena pemersatuan ras dan agama merupakan hal
yang tidak wajar dan tidak mungkin dilakukan dalam keluarganya atau lain sebagainya.
Indonesia merupakan negara yang memiliki semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang
berarti “berbeda-beda tetapi satu”. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan
dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka
ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bhinneka_Tunggal_Ika).
Dengan adanya film ini, audience disadarkan dengan realita multikulturalisme yang ada
di Indonesia, khususnya tentang perbedaan ras, etnis dan agama. Sesuai dengan semboyan
“Bhinneka Tunggal Ika”, seharusnya masyarakat Indonesia bisa menyikapi perbedaan-
perbedaan yang ada pada setiap individu sesuai dengan tujuan semboyan tersebut. Semua
keputusan kembali pada individu yang menyoroti masalah perbedaan ini. Bila terjadi hal yang
serupa dalam realita kehidupan yang sebenarnya, bisakah kita tetap menjunjung semboyan
negara kita. Akankah perbedaan ras menjadi suatu masalah bagi suatu hubungan. Apakah kita
bisa mengambil jalan tengah untuk menguraikan dan menyelesaikan suatu masalah yang
berkaitan dengan perbedaan ras seperti pada film ini.
8
Daftar Pustaka
Haryanti, Dwi. (2007). Linguistik Indonesia. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta
Maryati, Kun & Suryawati, Juju. (2006). Sosiologi. Esis: Jakarta
Soekanto, Soerjono. (2010). Sosiologi suatu pengantar. Rajawali Pers: Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Bhinneka_Tunggal_Ika
http://id.wikipedia.org/wiki/Suami-suami_Takut_Istri
http://www.kpi.go.id,
http://www.artikata.com/arti-326860-etnik.html
Video Suami-Suami Takut Istri
http://www.youtube.com/watch?v=qM76RJ6PFd4
http://www.youtube.com/watch?v=mDX9645Qfc8
http://www.youtube.com/watch?v=LvrC6XLrmFQ
http://www.youtube.com/watch?v=a64hZNxGY9g
http://www.youtube.com/watch?v=jqZvEn2iufs
http://www.youtube.com/watch?v=lEBzXUHK324
http://www.youtube.com/watch?v=37PpSQ4Vb8I
http://www.youtube.com/watch?v=_OyJWjfBo5s
http://www.youtube.com/watch?v=_4f2XB_9QwI
http://www.youtube.com/watch?v=C-4U1ojxgdU
Video Cin(t)a
http://www.youtube.com/watch?v=yDUx1dZICKM
http://www.youtube.com/watch?v=TnOgyoAeaUs
http://www.youtube.com/watch?v=mW_AU-jkxkc
http://www.youtube.com/watch?v=q4OYM-q0KX0
http://www.youtube.com/watch?v=FycymXCy7MA
http://www.youtube.com/watch?v=UWXxAq0_238
http://www.youtube.com/watch?v=gQgKXxFddZg
http://www.youtube.com/watch?v=B0UunIfpX4k
9
Daftar Pustaka
Haryanti, Dwi. (2007). Linguistik Indonesia. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta
Maryati, Kun & Suryawati, Juju. (2006). Sosiologi. Esis: Jakarta
Soekanto, Soerjono. (2010). Sosiologi suatu pengantar. Rajawali Pers: Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Bhinneka_Tunggal_Ika
http://id.wikipedia.org/wiki/Suami-suami_Takut_Istri
http://www.kpi.go.id,
http://www.artikata.com/arti-326860-etnik.html
Video Suami-Suami Takut Istri
http://www.youtube.com/watch?v=qM76RJ6PFd4
http://www.youtube.com/watch?v=mDX9645Qfc8
http://www.youtube.com/watch?v=LvrC6XLrmFQ
http://www.youtube.com/watch?v=a64hZNxGY9g
http://www.youtube.com/watch?v=jqZvEn2iufs
http://www.youtube.com/watch?v=lEBzXUHK324
http://www.youtube.com/watch?v=37PpSQ4Vb8I
http://www.youtube.com/watch?v=_OyJWjfBo5s
http://www.youtube.com/watch?v=_4f2XB_9QwI
http://www.youtube.com/watch?v=C-4U1ojxgdU
Video Cin(t)a
http://www.youtube.com/watch?v=yDUx1dZICKM
http://www.youtube.com/watch?v=TnOgyoAeaUs
http://www.youtube.com/watch?v=mW_AU-jkxkc
http://www.youtube.com/watch?v=q4OYM-q0KX0
http://www.youtube.com/watch?v=FycymXCy7MA
http://www.youtube.com/watch?v=UWXxAq0_238
http://www.youtube.com/watch?v=gQgKXxFddZg
http://www.youtube.com/watch?v=B0UunIfpX4k
9

More Related Content

Similar to Analisis Sosiologi Sitkom Suami-suami Takut Istri dan Film Cin(t)a

Makalah Bahasa Indonesia "Perkembangan Film Horor di Indonesia"
Makalah Bahasa Indonesia "Perkembangan Film Horor di Indonesia"Makalah Bahasa Indonesia "Perkembangan Film Horor di Indonesia"
Makalah Bahasa Indonesia "Perkembangan Film Horor di Indonesia"Annisa Latifa
 
Budaya etnik madura penetrasi budaya global
Budaya etnik madura penetrasi budaya globalBudaya etnik madura penetrasi budaya global
Budaya etnik madura penetrasi budaya globalSyaf Anton
 
MAKALAH GENDER
MAKALAH GENDERMAKALAH GENDER
MAKALAH GENDERAna Sengga
 
Analisis Dan Representasi Makna Film Mad Max Fury Road Lady Bird Serta Captai...
Analisis Dan Representasi Makna Film Mad Max Fury Road Lady Bird Serta Captai...Analisis Dan Representasi Makna Film Mad Max Fury Road Lady Bird Serta Captai...
Analisis Dan Representasi Makna Film Mad Max Fury Road Lady Bird Serta Captai...Monica Waters
 
Let's Get Beyond Movie!
Let's Get Beyond Movie! Let's Get Beyond Movie!
Let's Get Beyond Movie! aulianastiti
 
Hubungan Antarkelompok
Hubungan  Antarkelompok Hubungan  Antarkelompok
Hubungan Antarkelompok Srirahmayani21
 
Jurnal gandrung vol2 no1 (e jurnal)
Jurnal gandrung vol2 no1 (e jurnal)Jurnal gandrung vol2 no1 (e jurnal)
Jurnal gandrung vol2 no1 (e jurnal)Nur Agustinus
 
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptAskaria Jonison
 
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptAskaria Jonison
 
Rev. filsafat bahasa. analisis film. (dhinar, wafra,santi)
Rev. filsafat bahasa. analisis film. (dhinar, wafra,santi)Rev. filsafat bahasa. analisis film. (dhinar, wafra,santi)
Rev. filsafat bahasa. analisis film. (dhinar, wafra,santi)Anjayani Santi
 
Buletin komunikasi mei 2014
Buletin komunikasi mei 2014Buletin komunikasi mei 2014
Buletin komunikasi mei 2014Rainy Hutabarat
 
T teokom face negotiation muted group
T teokom face negotiation muted groupT teokom face negotiation muted group
T teokom face negotiation muted groupLeli Lynn
 
Analisis wacana feminisme
Analisis wacana feminismeAnalisis wacana feminisme
Analisis wacana feminismeNdin52
 
Ppt pak arisul
Ppt pak arisulPpt pak arisul
Ppt pak arisulSis Wasis
 

Similar to Analisis Sosiologi Sitkom Suami-suami Takut Istri dan Film Cin(t)a (20)

LENTERA SEROJA.pdf
LENTERA SEROJA.pdfLENTERA SEROJA.pdf
LENTERA SEROJA.pdf
 
Alaala
AlaalaAlaala
Alaala
 
Makalah Bahasa Indonesia "Perkembangan Film Horor di Indonesia"
Makalah Bahasa Indonesia "Perkembangan Film Horor di Indonesia"Makalah Bahasa Indonesia "Perkembangan Film Horor di Indonesia"
Makalah Bahasa Indonesia "Perkembangan Film Horor di Indonesia"
 
Soal dan Jawaban - ISBD
Soal dan Jawaban - ISBDSoal dan Jawaban - ISBD
Soal dan Jawaban - ISBD
 
Budaya etnik madura penetrasi budaya global
Budaya etnik madura penetrasi budaya globalBudaya etnik madura penetrasi budaya global
Budaya etnik madura penetrasi budaya global
 
INDIELANE MAGAZINE
INDIELANE MAGAZINEINDIELANE MAGAZINE
INDIELANE MAGAZINE
 
MAKALAH GENDER
MAKALAH GENDERMAKALAH GENDER
MAKALAH GENDER
 
Analisis Dan Representasi Makna Film Mad Max Fury Road Lady Bird Serta Captai...
Analisis Dan Representasi Makna Film Mad Max Fury Road Lady Bird Serta Captai...Analisis Dan Representasi Makna Film Mad Max Fury Road Lady Bird Serta Captai...
Analisis Dan Representasi Makna Film Mad Max Fury Road Lady Bird Serta Captai...
 
Let's Get Beyond Movie!
Let's Get Beyond Movie! Let's Get Beyond Movie!
Let's Get Beyond Movie!
 
Hubungan Antarkelompok
Hubungan  Antarkelompok Hubungan  Antarkelompok
Hubungan Antarkelompok
 
Jurnal gandrung vol2 no1 (e jurnal)
Jurnal gandrung vol2 no1 (e jurnal)Jurnal gandrung vol2 no1 (e jurnal)
Jurnal gandrung vol2 no1 (e jurnal)
 
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
 
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.pptMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESEDERAJATAN.ppt
 
Rev. filsafat bahasa. analisis film. (dhinar, wafra,santi)
Rev. filsafat bahasa. analisis film. (dhinar, wafra,santi)Rev. filsafat bahasa. analisis film. (dhinar, wafra,santi)
Rev. filsafat bahasa. analisis film. (dhinar, wafra,santi)
 
Buletin komunikasi mei 2014
Buletin komunikasi mei 2014Buletin komunikasi mei 2014
Buletin komunikasi mei 2014
 
T teokom face negotiation muted group
T teokom face negotiation muted groupT teokom face negotiation muted group
T teokom face negotiation muted group
 
TENTANG Moderasi Beragama
TENTANG Moderasi BeragamaTENTANG Moderasi Beragama
TENTANG Moderasi Beragama
 
Analisis wacana feminisme
Analisis wacana feminismeAnalisis wacana feminisme
Analisis wacana feminisme
 
Ppt pak arisul
Ppt pak arisulPpt pak arisul
Ppt pak arisul
 
Pluralitas
PluralitasPluralitas
Pluralitas
 

More from Amalia Pranata

Ekspresi Emosi Melalui Computer Mediated Communication Pada Pengguna Social ...
Ekspresi Emosi Melalui Computer Mediated Communication  Pada Pengguna Social ...Ekspresi Emosi Melalui Computer Mediated Communication  Pada Pengguna Social ...
Ekspresi Emosi Melalui Computer Mediated Communication Pada Pengguna Social ...Amalia Pranata
 
5 Hal Tentang Social Media Ads dan Perusahaan
5 Hal Tentang Social Media Ads dan Perusahaan5 Hal Tentang Social Media Ads dan Perusahaan
5 Hal Tentang Social Media Ads dan PerusahaanAmalia Pranata
 
Alert! Magazine_Young Lifestyle Magazine
Alert! Magazine_Young Lifestyle MagazineAlert! Magazine_Young Lifestyle Magazine
Alert! Magazine_Young Lifestyle MagazineAmalia Pranata
 
Manajemen Media Massa_JTV Surabaya
Manajemen Media Massa_JTV SurabayaManajemen Media Massa_JTV Surabaya
Manajemen Media Massa_JTV SurabayaAmalia Pranata
 
Analisis Genre - Video Klip Gangnam Style
Analisis Genre - Video Klip Gangnam StyleAnalisis Genre - Video Klip Gangnam Style
Analisis Genre - Video Klip Gangnam StyleAmalia Pranata
 
ROPY Magazine_Majalah Cagar Budaya Kota Surabaya
ROPY Magazine_Majalah Cagar Budaya Kota SurabayaROPY Magazine_Majalah Cagar Budaya Kota Surabaya
ROPY Magazine_Majalah Cagar Budaya Kota SurabayaAmalia Pranata
 
PERENCANAAN STRATEGI MARKETING COMMUNICATION JTV
PERENCANAAN STRATEGI MARKETING COMMUNICATION JTV PERENCANAAN STRATEGI MARKETING COMMUNICATION JTV
PERENCANAAN STRATEGI MARKETING COMMUNICATION JTV Amalia Pranata
 
Persepsi, Film The Blind Side
Persepsi, Film The Blind SidePersepsi, Film The Blind Side
Persepsi, Film The Blind SideAmalia Pranata
 
Komunikasi Interpersonal dalam Film Moment To Remember
Komunikasi Interpersonal dalam Film Moment To RememberKomunikasi Interpersonal dalam Film Moment To Remember
Komunikasi Interpersonal dalam Film Moment To RememberAmalia Pranata
 
Sejarah Handphone di Indonesia
Sejarah Handphone di IndonesiaSejarah Handphone di Indonesia
Sejarah Handphone di IndonesiaAmalia Pranata
 
Solusi Sensorship Indonesia Part 1
Solusi Sensorship Indonesia Part 1Solusi Sensorship Indonesia Part 1
Solusi Sensorship Indonesia Part 1Amalia Pranata
 
Solusi Sensorship Indonesia Part 2
Solusi Sensorship Indonesia Part 2Solusi Sensorship Indonesia Part 2
Solusi Sensorship Indonesia Part 2Amalia Pranata
 
Mobilitas Sosial - Sosiologi
Mobilitas Sosial - SosiologiMobilitas Sosial - Sosiologi
Mobilitas Sosial - SosiologiAmalia Pranata
 
Manajemen Ramah Lingkungan - ISO & Ekolabel
Manajemen Ramah Lingkungan - ISO & EkolabelManajemen Ramah Lingkungan - ISO & Ekolabel
Manajemen Ramah Lingkungan - ISO & EkolabelAmalia Pranata
 
Elemen dan Model Media Massa - Koran SINDO
Elemen dan Model Media Massa - Koran SINDOElemen dan Model Media Massa - Koran SINDO
Elemen dan Model Media Massa - Koran SINDOAmalia Pranata
 
Analisa Komunikasi Massa "Jika Aku Menjadi" Trans TV
Analisa Komunikasi Massa "Jika Aku Menjadi" Trans TVAnalisa Komunikasi Massa "Jika Aku Menjadi" Trans TV
Analisa Komunikasi Massa "Jika Aku Menjadi" Trans TVAmalia Pranata
 

More from Amalia Pranata (18)

Ekspresi Emosi Melalui Computer Mediated Communication Pada Pengguna Social ...
Ekspresi Emosi Melalui Computer Mediated Communication  Pada Pengguna Social ...Ekspresi Emosi Melalui Computer Mediated Communication  Pada Pengguna Social ...
Ekspresi Emosi Melalui Computer Mediated Communication Pada Pengguna Social ...
 
5 Hal Tentang Social Media Ads dan Perusahaan
5 Hal Tentang Social Media Ads dan Perusahaan5 Hal Tentang Social Media Ads dan Perusahaan
5 Hal Tentang Social Media Ads dan Perusahaan
 
Alert! Magazine_Young Lifestyle Magazine
Alert! Magazine_Young Lifestyle MagazineAlert! Magazine_Young Lifestyle Magazine
Alert! Magazine_Young Lifestyle Magazine
 
Manajemen Media Massa_JTV Surabaya
Manajemen Media Massa_JTV SurabayaManajemen Media Massa_JTV Surabaya
Manajemen Media Massa_JTV Surabaya
 
Analisis Genre - Video Klip Gangnam Style
Analisis Genre - Video Klip Gangnam StyleAnalisis Genre - Video Klip Gangnam Style
Analisis Genre - Video Klip Gangnam Style
 
ROPY Magazine_Majalah Cagar Budaya Kota Surabaya
ROPY Magazine_Majalah Cagar Budaya Kota SurabayaROPY Magazine_Majalah Cagar Budaya Kota Surabaya
ROPY Magazine_Majalah Cagar Budaya Kota Surabaya
 
PERENCANAAN STRATEGI MARKETING COMMUNICATION JTV
PERENCANAAN STRATEGI MARKETING COMMUNICATION JTV PERENCANAAN STRATEGI MARKETING COMMUNICATION JTV
PERENCANAAN STRATEGI MARKETING COMMUNICATION JTV
 
Persepsi, Film The Blind Side
Persepsi, Film The Blind SidePersepsi, Film The Blind Side
Persepsi, Film The Blind Side
 
Komunikasi Interpersonal dalam Film Moment To Remember
Komunikasi Interpersonal dalam Film Moment To RememberKomunikasi Interpersonal dalam Film Moment To Remember
Komunikasi Interpersonal dalam Film Moment To Remember
 
Sistem Politik China
Sistem Politik ChinaSistem Politik China
Sistem Politik China
 
Sejarah Handphone di Indonesia
Sejarah Handphone di IndonesiaSejarah Handphone di Indonesia
Sejarah Handphone di Indonesia
 
Solusi Sensorship Indonesia Part 1
Solusi Sensorship Indonesia Part 1Solusi Sensorship Indonesia Part 1
Solusi Sensorship Indonesia Part 1
 
Solusi Sensorship Indonesia Part 2
Solusi Sensorship Indonesia Part 2Solusi Sensorship Indonesia Part 2
Solusi Sensorship Indonesia Part 2
 
Mobilitas Sosial - Sosiologi
Mobilitas Sosial - SosiologiMobilitas Sosial - Sosiologi
Mobilitas Sosial - Sosiologi
 
Manajemen Ramah Lingkungan - ISO & Ekolabel
Manajemen Ramah Lingkungan - ISO & EkolabelManajemen Ramah Lingkungan - ISO & Ekolabel
Manajemen Ramah Lingkungan - ISO & Ekolabel
 
Elemen dan Model Media Massa - Koran SINDO
Elemen dan Model Media Massa - Koran SINDOElemen dan Model Media Massa - Koran SINDO
Elemen dan Model Media Massa - Koran SINDO
 
Analisa Komunikasi Massa "Jika Aku Menjadi" Trans TV
Analisa Komunikasi Massa "Jika Aku Menjadi" Trans TVAnalisa Komunikasi Massa "Jika Aku Menjadi" Trans TV
Analisa Komunikasi Massa "Jika Aku Menjadi" Trans TV
 
Narkoba dan Bahayanya
Narkoba dan BahayanyaNarkoba dan Bahayanya
Narkoba dan Bahayanya
 

Analisis Sosiologi Sitkom Suami-suami Takut Istri dan Film Cin(t)a

  • 1. UJIAN AKHIR SEMESTER Mata Kuliah Pengantar Sosiologi (C) – Mei 2011 Nama :  Hevi Setiawati 51408065  Steffi Yudanto 51410008  Patricia Evangeline S. 51410014  Amalia Pranata 51410018 Objek analisa :  Sitkom Suami-Suami Takut Istri (1)  Film indie Cin(t)a (2) 1. SITKOM SUAMI-SUAMI TAKUT ISTRI Media menggambarkan beberapa gambaran ras dan etnis yang ada di Indonesia yang termasuk dalam masyarakat multikultural. Artinya, masyarakat yang terdiri atas beragam kelompok sosial dengan sistem norma dan kebudayaan yang berbeda-beda. Masyarakat multikultural merupakan bentuk masyarakat yang modern yang terdiri atas berbagai golongan suku, suku, etnis, ras, agama, dan budaya. Mereka hidup bersama dalam suatu wilayah lokal dan nasional. Masyarakat multikultural merujuk pada kesetaraan atau kesederajatan kebudayaan yang ada dalam sebuah masyarakat (Kun Maryati & Juju Suryawati, 2001, p.159). Media menggambarkan ras dan etnis melalui ciri khas budaya dan cara berperilaku yang dimiliki masing-masing etnis yang ada. Setiap ras dan etnis yang ada mempunyai ciri khas yang berbeda dan itu yang ditonjolkan media dengan menampilkan multikulturalisme yang menuntut masyarakat untuk hidup penuh toleransi, saling pengertian antarbudaya dan antarbangsa dalam membina suatu dunia baru. Dalam multikulturalisme, bangsa-bangsa duduk bersama, saling menghargai, saling membantu, dan tidak memandang apakah suatu kelompok masyarakat merupakan kelompok minoritas atau mayoritas (Kun Maryati & Juju Suryawati, 2001, p.160). 1
  • 2. Berikut adalah ulasan singkat dari sitkom SSTI: Suami-suami Takut Istri adalah sitkom yang ditayangkan Trans TV setiap Senin hingga Jumat pukul 18.00 WIB sejak 15 Oktober 2007. Sitkom ini diperankan oleh Otis Pamutih sebagai Sarmili (Pak RT), Aty Fathiyah sebagai Sarmila (Bu RT), Marissa sebagai Sarmilila, Irfan Penyok sebagai Karyo, Putty Noor sebagai Sheila, Yanda Djaitov sebagai Tigor, Asri Pramawati sebagai Welas, Ramdan Setia sebagai Faisal, Melvy Noviza sebagai Deswita, Epy Kusnandar sebagai Mang Dadang, Desi Novitasari sebagai Pretty, Ady Irwandi sebagai Garry, dan Dadang Usman sebagai Ki Daus. (http://id.wikipedia.org/wiki/Suami-suami_Takut_Istri) Sitkom ini memperlihatkan etnis dan ras yang berbeda pada setiap individunya. Contohnya pada pasangan Welas dan Tigor, pasangan Faisal dan Deswita serta Mang Dadang dengan ketiga istrinya yang etnisnya berbeda-beda. Cara media dalam menyampaikan ras dan etnisitas tokoh-tokoh dalam film suami- suami takut istri ini ,mereka hidup bersama dalam satu wilayah perumahan di daerah Jakarta, dengan pasangan suami istri yang berasal dari suku yang sama maupun suami istri yang berbeda etnis ataupun ras. Cara media dalam menyampaikan ras dapat dilihat pada pasangan mang dadang seorang satpam di komplek tersebut sebagai orang sunda tetapi memiliki tiga istri yang salah satu istrinya berasal dari ras china. Sedangkan cara media dalam menyampaikan etnis di film ini dapat dilihat pada keragaman peran yang ada yaitu berasal dari berbagai budaya, bahasa, dan perilaku. Seperti peran ketua RT yang berasal dari budaya betawi, yang dapat kita lihat juga dari bahasa atau perilaku mereka, misalnya Pak RT yang sering mengenakan celana khas betawi dan memakai bahasa “elu” “gua”. Selain itu juga dari budaya Padang, dan Jawa. Keragaman yang ada tersebut ditampilkan oleh media secara jelas dengan logat atau bahasa yang ada, bahkan ada beberapa yang ditunjukkan lebih pada tingkah laku yang kalem yang berasal dari jawa, ceplas ceplos dari betawi. Dengan keragaman tersebut mereka dapat hidup bersama-sama sekalipun konflik diantara mereka juga bisa terjadi, mereka selalu dapat menyelesaikannya, bahkan kerap kali mereka bekerja sama untuk tujuan tertentu dalam perbedaan etnis dan ras yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa dalam film Suami-suami Takut Istri ini, perbedaan etnis dan ras tidak menjadi masalah dalam kehidupan berkeluarga, maupun dalam masyarakat. Selain itu di film ini tidak ditonjolkan bahwa perbedaan ras atau etnis menjadi masalah utama .Di film ini seakan-akan tidak ada percekcokkan yang terjadi karena perbedaan mereka, hanya sebuah konflik atau permasalahan umum yang ada dalam masyarakat namun tanpa menyinggung keragaman mereka. Jadi media menggambarkan ras atau etnis hanya pada sikap tingkah laku mereka, dalam bahasa, maupun ciri-ciri biologis. Seperti istri mang dadang yang berasal dari ras cina yang memiliki mata sipit. Penggambaran yang terdapat pada film Suami-Suami Takut Istri ini tidak sepenuhnya benar. Dalam kehidupan nyata, perbedaan ras dan etnis justru bisa menjadi salah satu pemicu utama dalam kehidupan masyarakat apalagi dalam masyarakat modern yang hidup berkelompok. Masyarakat sulit unuk menerima adanya perbedaan yang berhubungan dengan 2
  • 3. ras dan etnis karena masyarakat merasa tidak sama dengan masyarakat lain yang berbeda etnis maupun ras. Film ini sebenarnya mengharapkan adanya perbedaan dalam etnis dan ras bukan menjadi masalah dalam menjalankan kehidupan di masyarakat. Dalam film Suami-Suami Takut Istri ini juga terdapat penggambaran yang kurang mengena di hati, khususnya kepada penonton yang berasal dari etnis Sunda karena pada tokoh Mang Dadang diceritakan sebagai keluarga paling miskin jika dibandingkan dengan keluarga lainnya yang ada di kompleks tersebut. Maka tidak heran jika keluarganya-lah yang paling sering menderita akibat kesulitan ekonomi. Salah satu jalan keluarnya adalah menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang hingga sampai pada kesan menjual harga diri, seperti menipu orang, meminjam uang, menjual informasi, menjadi mata-mata para istri, dan sebaliknya menjadi mata-mata para suami, dan bahkan sering juga menempuh jalan yang negatif seperti ketika Mang Dadang menjual kunci jawaban ujian sekolah yang pada akhirnya ia harus berurusan dengan pihak berwajib. Adakalanya pencitraan-pencitraan tersebut dirasa begitu keras dan berbeda dengan kenyataan yang sebenarnya hingga kadang-kadang menimbulkan kesan adanya kekerasan simbolik. Seperti halnya yang dapat kita saksikan lewat representasinya terhadap sosok Mang Dadang diatas. Digunakannya istilah pencitraan yang keras ini didasarkan pada alasan bahwa pencitraan tersebut tidak menggambarkan sebuah citra yang positif sebagaimana yang diyakini oleh kebanyakan orang Sunda. Dalam kenyataannya, orang Sunda sangat menghormati adat kesopanan seperti yang terdapat dalam undak usuk basa, yang didalamnya mencerminkan penggunaan bahasa dengan mempertimbangkan kesopanan penggunaannya. Selain itu dalam salah satu artikel harian Pikiran Rakyat, dikatakan bahwa budaya Sunda termasuk kedalam salah satu kebudayaan Indonesia yang berusia tua, serta sosok ideal orang Sunda sering dikaitkan dengan sosok raja-raja Sunda seperti dalam sosok Prabu Siliwangi yang sering menjadi panutan bagi orang Sunda karena keberhasilannya memimpin kerajaan Sunda dan berhasil mensejahterakan rakyatnya. Berbeda dengan konstruksi identitas budaya yang terdapat dalam komedi situasi ini yang justru lebih menitik beratkan pada nilai-niLai yang negatif dan bertolak belakang dengan nilai-nilai yang dianut oleh orang Sunda. Salah satu contohnya adalah gambaran mengenai orang Sunda yang dikonstruksi sebagai sosok materialistis hingga segala sesuatu pada akhirnya harus dikaitkan dengan masalah uang. Selain itu sosok orang Sunda di film ini dikenal sebagai sosok yang sering menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang, padahal tidak seperti itu keadaan sebenarnya. Tentu saja konstruksi tersebut lebih bernada negatif. Inilah yang kemudian memunculkan istilah konstruksi makna yang keras yang membuat adanya sebuah bentuk kekerasan simbolik. Istilah kekerasan simbolik (symbolic violence) digunakan Pierre Bourdieu dalam tulisannya yang berjudul Outline of a Theory of Practice. Menurutnya, istilah ini digunakan untuk menjelaskan sebuah bentuk kekerasan khusus dalam mekanisme yang tidak dikenal, atau hanya dikenal hanya dengan menyembunyikan mekanisme tempatnya bergantung. 3
  • 4. Dalam tayangan komedi situasi Suami-Suami Takut Istri, dengan kemasannya sebagai tayangan komedi, maka audience kadang tidak menyadari jika didalamnya terdapat bentuk dominasi simbol dan kekerasan simbolik. Audience cenderung lebih menyadari bahwa tayangan tersebut hanya merupakan tayangan komedi saja. Maka dari itu, menurut kelompok kami yang sebenarnya terjadi disini adalah sebuah bentuk dominasi simbol yang sangat halus, audience melihat hal ini sebagai sebuah bentuk kewajaran alami yang tidak perlu untuk dipertanyakan lagi. Sebagai pembanding atau pendukung hal diatas, kelompok kami mengambil sumber dari google books. Tercatat ada beberapa surat pengaduan ke KPI yang menunjukkan keberatannya atas komedi situasi Suami-Suami Takut Istri. Tidak hanya sampai di situ saja, beberapa forum dunia maya juga ikut memperbincangkan masalah ini. Berikut beberapa reaksi masyarakat yang sempat didokumentasikan dan sebagaian besar dari reaksi tersebut meminta agar tayangan komedi situasi Suami-suami Takut Istri dihentikan penayangannya. Dokumentasi di atas merupakan salah satu surat aduan yang ditujukan kepada KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) yang beralamat di http://www.kpi.go.id, dalam surat pengaduan tersebut sang pengadu (Irwan Avianto, DKI Jakarta) meminta kepada KPI agar menghentikan tayangan komedi situasi Suami-Suami Takut Istri yang salah satu alasannya adalah berkaitan dengan tokoh Mang Dadang yang mengajarkan mental menjadi pengemis kepada anak- anaknya. Ini merupakan tayangan yang tidak memiliki nilai moral dan tidak baik ditonton oleh anak-anak. Menurut kami, audience menyadari pengaruh televisi pada pemahaman ras dan etnis tertentu karena media dapat menjadi pengaruh yang sangat kuat dan menanamkan kesan dan pesan pada tiap audiencenya, jika hal yang ditampilkan media merupakan hal yang positif, maka kesan dan pesan yang ditanamkan juga akan berdampak positif, namun jika yang 4
  • 5. ditampilkan media tersebut negatif, maka dapat menanamkan pesan negatif. Hal ini disebabkan karena media mempunyai pengaruh yang kuat dan kemampuan untuk membentuk pemikiran audience. Pengaruhnya bisa berupa cara pandang terhadap berbagai etnis dan ras yang beragam. Contohnya, dengan adanya film ini membuat cara pandang audience terhadap beragam etnis dan ras mempunyai perbedaan bahasa dan logat serta bentuk fisik(biologis). Audience akan berpikir bahwa etnis(suku) Padang mempunyai sifat yang pelit dan mempunyai ciri khas bahasa seperti “ambo”, “inda”, “dinda”. Etnis adalah kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yg mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, dan bahasa. (http://www.artikata.com/arti-326860-etnik.html) Dalam hal ini, etnis mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kebudayaan dan etnis itu sendiri lahir dari budaya yang merupakan hasil karya dari masyarakat. Disini, kebudayaan mempunyai hakekat yang merupakan ciri dari setiap kebudayaan yang ada (Soerjono Soekanto,2010, p. 160); - Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewar perilaku manusia. - Kebudayaan telah ada terlebih dahulu dan tidak akan mati. - Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya. - Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan yang diizinkan. Film SSTI menampilkan ciri-ciri kebudayaan diatas melalui etnis-etnis yang ada. Para tokoh menyalurkan kebudayaan mereka dengan perilaku yang mereka lakukan seperti tokoh Welas sebagai etnis Jawa yang mempunyai watak lemah lembut seperti budaya Jawa yang mengajarkan kesopanan dan kehalusan dalam bertutur kata, sedangkan tokoh Tigor yang berasal dari etnis Batak mempunyai tutur kata dengan nada yang lebih tinggi dan keras. Kebudayaan dalam etnis yang ditampilkan dalam film SSTI tidak semata-mata meupakan hal baru dan ide baru yang dibuat oleh media melainkan kebudayaan yang telah ada terlebih dahulu yang akan terus meregenerasi dan tidak akan mati karena kebudayaan merupakan hal yang sangat dijaga sebagai identitas diri. Oleh karena itu, kebudayaan sangat diperlukan untuk masyarakat khususnya sebagai identitas diri dan sebagian besar pribadi masyarakat terbentuk oleh kebudayaan yang dimilikinya. Kebudayaan tidak hadir begitu saja tanpa aturan-aturan yang ada. Ada penolakan dan penerimaan yang terjadi seperti pada film ini menggambarkan adanya penerimaan terhadap budaya lain walaupun tetap sering diwarnai konflik karena perbedaan pendapat maupun beragamnya sifat yang dimiliki setiap peran etnis. Misalnya saja peran Deswita yang tidak terlalu disukai oleh ibi-ibu yang lain karena memiliki sifat pelit seperti suaminya juga yang merupakan etnis Padang. 2. FILM INDIE CIN(T)A 5
  • 6. Media menggambarkan adanya perbedaan ras dan agama dalam suatu hubungan percintaan dalam film ini. Ras adalah karakteristik luar yang diturunkan secara genetik dan membedakan satu kelompok dari kelompok lainnya. (id.wikipedia.org/wiki/Ras_manusia). Menariknya, dengan perbedaan, awalnya hubungan itu bisa tetap terjalin antara lelaki yang bernama Cina dengan perempuan yang bernama Annisa. Film ini menggambarkan secara gamblang perbedaan ras dan agama yang ada disetiap tokoh film ini. Cina adalah seorang lelaki keturunan Tionghoa pada film ini. Hal ini bisa dilihat audience oleh penggambaran fisik yang sangat sesuai dengan ciri-ciri fisik orang-orang keturunan Tionghoa. Dari dialognya dengan Annisa, tokoh utama perempuan, dapat diketahui pula dari dialeknya bahwa Cina berasal Sumatera. Di awal film juga digambarkan bagaimana Cina berangkat kuliah dengan membawa kitab Puji Syukur yang secara otomatis akan membuat audience menyimpulkan bahwa Cina adalah seorang Kristiani. Tokoh Annisa juga membawa identitas etnis yang sangat khas di Indonesia. Cara berbicara dan dialek yang digunakan Annisa menunjukkan ciri gaya bicara dan dialek yang digunakan oleh sebagian besar penduduk Pulau Jawa. Ketika adegan Annisa menerima telpon dari ibunya, audience akan langsung bisa memastikan bahwa Annisa adalah seorang Jawa, karena gaya bicaranya yang halus dan menggunakan bahasa Jawa krama ketika berbicara dengan ibunya, dimana ciri gaya bahasa tersebut biasa dipakai oleh sebagian besar masyarakat Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur. Penggambaran fisik dan tingkah laku Annisa yang lemah lembut sesuai dengan stereotipe wanita Jawa tradisional semakin menguatkan bahwa ia tak hanya orang dari Jawa, tetapi juga seorang yang ber-etnis Jawa. Selain itu, audience dengan cepat akan menyimpulkan bahwa Anissa merupakan seorang muslim dengan adegan Annisa mengambil air wudhu. Keakraban mereka juga awalnya tidak tampak terkendala oleh perbedaan etnis dan ras. Salah satu hal yang menarik adalah ketika Annisa menanyakan mengapa Cina bekerja sebagai seorang pemijat refleksi di sebuah spa padahal ia adalah seorang keturunan Tionghoa. Pertanyaan Annisa ini mencirikan sebuah stereotipe tentang orang-orang etnis Tionghoa yang terlihat “wah” di Indonesia, namun oleh Cina pertanyaan itu dijawab dengan santai bahwa tidak semua stereotipe itu benar. Annisa langsung memaklumi kenyataan tersebut dan menghargai apa yang dilakukan oleh Cina sebagai sesuatu yang wajar. Di sini nampak bahwa hubungan antara Cina dan Annisa adalah hubungan yang dilandasi sikap saling menghormati dan menghargai walaupun terdapat stereotipe-stereotipe yang ada dalam diri mereka masing- masing tentang ras dan etnis lain. Film ini tidak banyak memakai pemeran figuran, sehingga audience bisa memfokuskan cerita pada Cina dan Annisa. Dalam hubungan itu saling menjaga perbedaan dan tidak menyinggung satu sama lain walaupun pada akhirnya hubungan itu berakhir. Contohnya, mereka memiliki cara untuk berdoa dan membahas tentang perbedaan ras dan agama mereka secara tersendiri. Namun, bukan berarti hubungan yang diawali pertemanan ini berjalan mulus, ada konflik yang terjadi diantara mereka menyangkut masalah-masalah perbedaan yang 6
  • 7. mereka miliki. (Nb: Sesuai dengan tujuan analisis, dalam analisis ini kami hanya membahas masalah perbedaan ras dan etnis saja dan menghilangkan masalah perbedaan agama.) Penggambaran peristiwa atau fenomena hubungan seperti pada film ini sangatlah relevan dengan kehidupan sesungguhnya dan merupakan hal yang benar adanya menurut kelompok kami. Pertama, Stereotipe tentang orang tionghoa yang selalu terlihat “wah” dan tidak mungkin bekerja sebagai pemijat refleksi misalnya, hal ini pun benar-benar terjadi dalam kehidupan kelompok kami sebagai warga negara Indonesia yang berketurunan tionghoa. Masyarakat Indonesia mengambil perspektif bahwa orang berketurunan tionghoa mayoritas berasal dari kalangan keluarga ekonomi menengah keatas dan tidak bekerja sebagai karyawan. Kedua, Audience bisa melihat dalam Cin(t)a terdapat potongan-potongan layaknya testimoni dari pasangan yang memiliki perbedaan seperti Cina dan Annisa yang berhasil. Potongan- potongan adegan tersebut tentunya membuat audience menyimpulkan bahwa dalam dunia nyata, ada orang lain yang mengalami hal yang sama dan mungkin saja audience memiliki pengetahuan yang sama di dunia nyata sesuai dengan pengalaman hidupnya. Di akhir film ini, Cina dan Annisa tidak dapat bersatu karena perbedaan-perbedaan yang mereka miliki. Mereka berdua terhimpit masalah ras dan agama. Meskipun saat dilihat dari segi politis mereka berdua merupakan warga negara Indonesia yang tinggal di wilayah negara yang sama. Namun mereka memutuskan untuk berpisah karena dari segi sosiologis yang menyatakan bahwa adanya perbedaan tidak dapat membuat mereka melanjutkan hubungan ke arah yang lebih serius(pernikahan). Stereotipe tentang orang berketurunan tionghoa juga muncul pada film ini seperti yang sudah kami singgung di paragraf sebelumnya. Stereotipe adalah generalisasi tentang sekelompok orang dengan mengabaikan realitas yang ada (Haryanti, 2007: 100). Pada kenyataannya tidak semua orang tionghoa merupakan orang yang tidak mungkin menjadi karyawan menengah kebawah. Meskipun hubungan mereka akhirnya bukanlah sebuah hubungan asmara lagi, melainkan sahabat karena masalah sosiologis, hubungan antara Cina dan Annisa merupakan hubungan yang bersifat mempersatukan. Sehingga hubungan ini kami golongkan dalam bentuk interaksi sosial yang bersifat asosiatif atau bersekutu (processes of assosiation). Proses asosiatif merupakan proses menuju terbentuknya suatu persatuan atau integrasi sosial. (Maryati & Suryawati, 2006:75). Hubungan Cina dan Annisa juga kami klasifikasikan ke dalam kelompok sosial primer. Menurut Charles Horton Cooley, kelompok primer adalah kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal- mengenal antara anggota-anggotanya serta kerja-sama erat yang bersifat pribadi. Cooley mengemukakan tiga syarat terjadinya kelompok primer. (Soekanto, 2010:111) Pertama, setiap anggota kelompok secara fisik berdekatan satu sama lain, kelompok tersebut kecil dan adanya suatu kelanggengan hubungan antaranggota yang bersangkutan. Cina dan Annisa secara fisik sudah tergolong dekat karena mereka memiliki ikatan asmara dan kelompoknya kecil karena hanya terdiri dari dua orang. Namun kedekatan dan kecilnya kelompok ini tidak dilengkapi 7
  • 8. dengan kelanggenan hubungan antara Cina dan Annisa. Mereka berpisah kafrena perbedaan yang mereka miliki. Mereka akhirnya berpisah dan memutuskan untuk menjadi sahabat yang ditunjukan di adegan testimoni mereka. Kedua, kesamaan tujuan setiap individu dalam kelompok tersebut. Cina dan Annisa yang berpacaran tentunya memiliki tujuan untuk mempersatukan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Namun hubungan yang bersifat pribadi ini tidak dapat mereka lanjutkan karena masalah perbedaan dalam diri mereka. Ketiga, kelompok sosial tersebut tidak ada yang memenuhi persyaratan secara sempurna karena dalam setiap masyarakat terdapat norma dan nilai-nilai sosial yang paling tidak bersifat memaksa, yang mengatur pergaulan hidup manusia. Cinta Cina dan Annisa terbentur masalah yang terkait dengan norma dan nilai sosial dan aturan-aturan yang sudah dibudidayakan di masyarakat. Sehingga membuat banyaknya pilihan prioritas kepentingan. Misalnya, hubungan asmara mereka atau memilih berpisah karena pemersatuan ras dan agama merupakan hal yang tidak wajar dan tidak mungkin dilakukan dalam keluarganya atau lain sebagainya. Indonesia merupakan negara yang memiliki semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “berbeda-beda tetapi satu”. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan (http://id.wikipedia.org/wiki/Bhinneka_Tunggal_Ika). Dengan adanya film ini, audience disadarkan dengan realita multikulturalisme yang ada di Indonesia, khususnya tentang perbedaan ras, etnis dan agama. Sesuai dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, seharusnya masyarakat Indonesia bisa menyikapi perbedaan- perbedaan yang ada pada setiap individu sesuai dengan tujuan semboyan tersebut. Semua keputusan kembali pada individu yang menyoroti masalah perbedaan ini. Bila terjadi hal yang serupa dalam realita kehidupan yang sebenarnya, bisakah kita tetap menjunjung semboyan negara kita. Akankah perbedaan ras menjadi suatu masalah bagi suatu hubungan. Apakah kita bisa mengambil jalan tengah untuk menguraikan dan menyelesaikan suatu masalah yang berkaitan dengan perbedaan ras seperti pada film ini. 8
  • 9. Daftar Pustaka Haryanti, Dwi. (2007). Linguistik Indonesia. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta Maryati, Kun & Suryawati, Juju. (2006). Sosiologi. Esis: Jakarta Soekanto, Soerjono. (2010). Sosiologi suatu pengantar. Rajawali Pers: Jakarta http://id.wikipedia.org/wiki/Bhinneka_Tunggal_Ika http://id.wikipedia.org/wiki/Suami-suami_Takut_Istri http://www.kpi.go.id, http://www.artikata.com/arti-326860-etnik.html Video Suami-Suami Takut Istri http://www.youtube.com/watch?v=qM76RJ6PFd4 http://www.youtube.com/watch?v=mDX9645Qfc8 http://www.youtube.com/watch?v=LvrC6XLrmFQ http://www.youtube.com/watch?v=a64hZNxGY9g http://www.youtube.com/watch?v=jqZvEn2iufs http://www.youtube.com/watch?v=lEBzXUHK324 http://www.youtube.com/watch?v=37PpSQ4Vb8I http://www.youtube.com/watch?v=_OyJWjfBo5s http://www.youtube.com/watch?v=_4f2XB_9QwI http://www.youtube.com/watch?v=C-4U1ojxgdU Video Cin(t)a http://www.youtube.com/watch?v=yDUx1dZICKM http://www.youtube.com/watch?v=TnOgyoAeaUs http://www.youtube.com/watch?v=mW_AU-jkxkc http://www.youtube.com/watch?v=q4OYM-q0KX0 http://www.youtube.com/watch?v=FycymXCy7MA http://www.youtube.com/watch?v=UWXxAq0_238 http://www.youtube.com/watch?v=gQgKXxFddZg http://www.youtube.com/watch?v=B0UunIfpX4k 9
  • 10. Daftar Pustaka Haryanti, Dwi. (2007). Linguistik Indonesia. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta Maryati, Kun & Suryawati, Juju. (2006). Sosiologi. Esis: Jakarta Soekanto, Soerjono. (2010). Sosiologi suatu pengantar. Rajawali Pers: Jakarta http://id.wikipedia.org/wiki/Bhinneka_Tunggal_Ika http://id.wikipedia.org/wiki/Suami-suami_Takut_Istri http://www.kpi.go.id, http://www.artikata.com/arti-326860-etnik.html Video Suami-Suami Takut Istri http://www.youtube.com/watch?v=qM76RJ6PFd4 http://www.youtube.com/watch?v=mDX9645Qfc8 http://www.youtube.com/watch?v=LvrC6XLrmFQ http://www.youtube.com/watch?v=a64hZNxGY9g http://www.youtube.com/watch?v=jqZvEn2iufs http://www.youtube.com/watch?v=lEBzXUHK324 http://www.youtube.com/watch?v=37PpSQ4Vb8I http://www.youtube.com/watch?v=_OyJWjfBo5s http://www.youtube.com/watch?v=_4f2XB_9QwI http://www.youtube.com/watch?v=C-4U1ojxgdU Video Cin(t)a http://www.youtube.com/watch?v=yDUx1dZICKM http://www.youtube.com/watch?v=TnOgyoAeaUs http://www.youtube.com/watch?v=mW_AU-jkxkc http://www.youtube.com/watch?v=q4OYM-q0KX0 http://www.youtube.com/watch?v=FycymXCy7MA http://www.youtube.com/watch?v=UWXxAq0_238 http://www.youtube.com/watch?v=gQgKXxFddZg http://www.youtube.com/watch?v=B0UunIfpX4k 9