SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
POTENSI PENANGANAN
PELANGGARAN PADA TAHAPAN
PENCALONAN DAN KAMPANYE
PEMILU TAHUN
Oleh: Muhammad Alif
PENGERTIAN PENANGANAN
PELANGGARAN
JENIS-JENIS PELANGGARAN DAN CONTOH KASUS
1
2
3
4
Aturan yang berisi larangan dalam
kampanye telah diatur dalam Pasal 69
sampai Pasal 73 PKPU 23/2018.
Pasal 69
(1) Pelaksana, peserta, dan Tim Kampanye Pemilu dilarang:
a. mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon, dan/atau peserta pemilu yang lain;
d. menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat;
e. mengganggu ketertiban umum;
f. mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan kepada
seseorang, sekelompok anggota masyarakat, dan/atau peserta pemilu yang lain;
g. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye peserta pemilu
h. menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan;
i. membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut selain dari tanda gambar
dan/atau atribut peserta pemilu yang bersangkutan; dan
j. menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta Kampanye.
(2) Pelaksana dan/atau Tim Kampanye dalam kegiatan Kampanye, dilarang melibatkan:
a. ketua, wakil ketua, ketua muda, hakim agung pada Mahkamah Agung, dan hakim pada semua
badan peradilan di bawah Mahkamah Agung, dan hakim konstitusi pada Mahkamah Konstitusi;
b. Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan;
c. Gubernur, deputi gubernur senior, dan deputi gubernur Bank Indonesia;
d. direksi, komisaris, dewan pengawas, dan karyawan Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha
Milik Daerah;
e. pejabat negara bukan anggota Partai Politik yang menjabat sebagai pimpinan di Lembaga
nonstruktural;
f. Aparatur Sipil Negara;
g. anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia;
h. kepala desa;
i. perangkat desa;
j. anggota Badan Permusyawaratan Desa; dan
k. Warga Negara Indonesia yang tidak memiliki hak memilih
Pasal 70-71
■ Dalam kedua pasal ini tercantum larangan pejabat negara, pejabat daerah,
aparatur sipil negara, pejabat struktural, dan pejabat fungsional, serta kepala desa
atau lurah untuk membuat keputusan dan tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu peserta pemilu.
■ Mereka juga dilarang mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan
terhadap peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye.
Kegiatan yang dimaksud meliputi pertemuan, ajakan, imbauan, seruan, atau
pemberian barang kepada aparatur sipil negara dalam lingkungan unit kerjanya,
anggota keluarga, dan masyarakat.
Pasal 72
■ Pelaksana dan tim kampanye dilarang menjanjikan atau memberikan uang atau
materi lainnya sebagai imbalan kepada peserta kampanye, baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk:
a. tidak menggunakan hak pilihnya;
b. menggunakan hak pilihnya dengan memilih peserta pemilu dengan cara tertentu
sehingga surat suaranya tidak sah;
c. memilih pasangan calon tertentu;
d. memilih partai politik peserta pemilu tertentu; dan/atau
e. memilih calon anggota DPD tertentu.
Potensi Pelanggaran Pemilu 2024
■ Pelanggaran alat peraga kampanye (APK) berupa pemasangan di tempat yang
dilarang atau APK yang mengandung materi dan informasi yang dilarang.
■ kampanye di luar masa kampanye dan kampanye di luar jadwal
■ Kampanye di tempat ibadah dan Pendidikan
■ penggunaan fasilitas pemerintah atau negara
■ kampanye di media sosial dengan menyebarkan informasi-informasi bohong, hoax,
kampanye hitam, isu SARA,
■ kampanye di media massa di luar waktu yang ditentukan yakni 21 hari menjelang
masa kampanye berakhir
■ kampanye kampanye di luar zona kampanye dan melebihi pukul 6 sore
■ adanya indikasi politik uang dalam kampanye,
■ penggunaan dana CSR dalam kampanye, keterlibatan ASN, TNI, dan Polri dalam
kampanye.
■ Mobilisasi aparatur sipil negara (PNS).
■ Pelibatan anak dalam kampanye. Ini juga rentan sekali, di mana melibatkan anak-
anak di bawah umur saat kampanye
■ Dan sebagainya.
Studi kasus/ pendekatan kasus
■ mantan narapidana ada syarat bagi narapidana termasuk yang terlibat kasus korupsi jika ingin maju sebagai calon
anggota legislatif pada Pemilu yang akan datang.
■
Ilustrasi faktual: kegandaan dalam pengajuan bakal calon. Ada bacaleg yang diajukan partai A, ternyata diajukan
juga namanya di partai B, bahkan ada yang diajukan partai C di provinsi A, juga diajukan di partai D di Provinsi B.
■ ada parpol X misalnya lalu dalam kelengkapan administrasi pengajuan bacalon hanya melampirkan dokumen KTP
dan KTA yang dikategorikan benar dan absah. "Tetapi yang lain seperti keterangan sehat serta dokumen
kelengkapan lain, hanya di-upload scan kertas kosong.
Pengawasan Partisipatif yang baik dan
berintegritas dari masing masing pihak
terkait dalam kerangka menuju hasil pemilu
yang bermartabat .
ThankYou
11

More Related Content

Similar to Bawaslu .pptx

Arah dan strategi kebijakan penanganan kampanye 2014
Arah dan strategi kebijakan penanganan kampanye 2014Arah dan strategi kebijakan penanganan kampanye 2014
Arah dan strategi kebijakan penanganan kampanye 2014
Election Commision
 
Titi Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdf
Titi Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdfTiti Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdf
Titi Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdf
fadil529224
 
SOSIALISASI PEMILU 2009 DAN 2014
SOSIALISASI PEMILU 2009 DAN 2014SOSIALISASI PEMILU 2009 DAN 2014
SOSIALISASI PEMILU 2009 DAN 2014
Muhamad Yogi
 
Pemilih pemula sosialisasi
Pemilih pemula sosialisasiPemilih pemula sosialisasi
Pemilih pemula sosialisasi
Muktar Eneste
 

Similar to Bawaslu .pptx (20)

Arah dan strategi kebijakan penanganan kampanye 2014
Arah dan strategi kebijakan penanganan kampanye 2014Arah dan strategi kebijakan penanganan kampanye 2014
Arah dan strategi kebijakan penanganan kampanye 2014
 
APEL KESIAPSIAGAAN SATLINMAS DALAM PENGAMANAN PEMILU.pptx
APEL KESIAPSIAGAAN SATLINMAS DALAM PENGAMANAN PEMILU.pptxAPEL KESIAPSIAGAAN SATLINMAS DALAM PENGAMANAN PEMILU.pptx
APEL KESIAPSIAGAAN SATLINMAS DALAM PENGAMANAN PEMILU.pptx
 
KODE ETIK PENYELENGGARA PEMILU [Autosaved].pptx
KODE ETIK PENYELENGGARA PEMILU [Autosaved].pptxKODE ETIK PENYELENGGARA PEMILU [Autosaved].pptx
KODE ETIK PENYELENGGARA PEMILU [Autosaved].pptx
 
Materi Politik Identitas Jaripede.pptx
Materi Politik Identitas Jaripede.pptxMateri Politik Identitas Jaripede.pptx
Materi Politik Identitas Jaripede.pptx
 
Titi Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdf
Titi Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdfTiti Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdf
Titi Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdf
 
Presentasi adm. kepegawaian (disiplin pegawai negeri sipil)
Presentasi adm. kepegawaian (disiplin pegawai negeri sipil)Presentasi adm. kepegawaian (disiplin pegawai negeri sipil)
Presentasi adm. kepegawaian (disiplin pegawai negeri sipil)
 
Pemilu
PemiluPemilu
Pemilu
 
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapanPotensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
Potensi Pelanggaran pemilu 2024 kesiapan
 
Money politik
Money politikMoney politik
Money politik
 
PENYUSUN_MUSTIKA HIDAYAT AL ANSHORI, MATERI BAWASLU_7 JUNI 2023_PENCEGAHAN P...
PENYUSUN_MUSTIKA HIDAYAT AL ANSHORI, MATERI BAWASLU_7 JUNI 2023_PENCEGAHAN  P...PENYUSUN_MUSTIKA HIDAYAT AL ANSHORI, MATERI BAWASLU_7 JUNI 2023_PENCEGAHAN  P...
PENYUSUN_MUSTIKA HIDAYAT AL ANSHORI, MATERI BAWASLU_7 JUNI 2023_PENCEGAHAN P...
 
peran masyarakat dalam pemantauan pemilu2024.pptx
peran masyarakat dalam pemantauan pemilu2024.pptxperan masyarakat dalam pemantauan pemilu2024.pptx
peran masyarakat dalam pemantauan pemilu2024.pptx
 
Presentasi Pemilih Pemula .pptx
Presentasi Pemilih Pemula .pptxPresentasi Pemilih Pemula .pptx
Presentasi Pemilih Pemula .pptx
 
Peran masyarakat dalam pemantauan pemilu 2019
Peran masyarakat dalam pemantauan pemilu 2019Peran masyarakat dalam pemantauan pemilu 2019
Peran masyarakat dalam pemantauan pemilu 2019
 
Wita ti
Wita tiWita ti
Wita ti
 
PPT_TUGAS_MTK-EKONOMI_LOGARITMA.pptx
PPT_TUGAS_MTK-EKONOMI_LOGARITMA.pptxPPT_TUGAS_MTK-EKONOMI_LOGARITMA.pptx
PPT_TUGAS_MTK-EKONOMI_LOGARITMA.pptx
 
SOSIALISASI PEMILU 2009 DAN 2014
SOSIALISASI PEMILU 2009 DAN 2014SOSIALISASI PEMILU 2009 DAN 2014
SOSIALISASI PEMILU 2009 DAN 2014
 
Pedoman juknis relawan demokrasi 2019
Pedoman juknis relawan demokrasi 2019Pedoman juknis relawan demokrasi 2019
Pedoman juknis relawan demokrasi 2019
 
Pemilih pemula sosialisasi
Pemilih pemula sosialisasiPemilih pemula sosialisasi
Pemilih pemula sosialisasi
 
ANALISIS ISU KECURANGAN PEMILU DI MEDIA SOSIAL & ONLINE
ANALISIS ISU KECURANGAN PEMILU DI MEDIA SOSIAL & ONLINEANALISIS ISU KECURANGAN PEMILU DI MEDIA SOSIAL & ONLINE
ANALISIS ISU KECURANGAN PEMILU DI MEDIA SOSIAL & ONLINE
 
PKPU Nomor 8 Tahun 2017
PKPU Nomor 8 Tahun 2017PKPU Nomor 8 Tahun 2017
PKPU Nomor 8 Tahun 2017
 

Bawaslu .pptx

  • 1. POTENSI PENANGANAN PELANGGARAN PADA TAHAPAN PENCALONAN DAN KAMPANYE PEMILU TAHUN Oleh: Muhammad Alif
  • 3. JENIS-JENIS PELANGGARAN DAN CONTOH KASUS 1 2 3 4
  • 4. Aturan yang berisi larangan dalam kampanye telah diatur dalam Pasal 69 sampai Pasal 73 PKPU 23/2018. Pasal 69 (1) Pelaksana, peserta, dan Tim Kampanye Pemilu dilarang: a. mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon, dan/atau peserta pemilu yang lain; d. menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat; e. mengganggu ketertiban umum; f. mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota masyarakat, dan/atau peserta pemilu yang lain; g. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye peserta pemilu h. menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan; i. membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut selain dari tanda gambar dan/atau atribut peserta pemilu yang bersangkutan; dan j. menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta Kampanye.
  • 5. (2) Pelaksana dan/atau Tim Kampanye dalam kegiatan Kampanye, dilarang melibatkan: a. ketua, wakil ketua, ketua muda, hakim agung pada Mahkamah Agung, dan hakim pada semua badan peradilan di bawah Mahkamah Agung, dan hakim konstitusi pada Mahkamah Konstitusi; b. Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan; c. Gubernur, deputi gubernur senior, dan deputi gubernur Bank Indonesia; d. direksi, komisaris, dewan pengawas, dan karyawan Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah; e. pejabat negara bukan anggota Partai Politik yang menjabat sebagai pimpinan di Lembaga nonstruktural; f. Aparatur Sipil Negara; g. anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia; h. kepala desa; i. perangkat desa; j. anggota Badan Permusyawaratan Desa; dan k. Warga Negara Indonesia yang tidak memiliki hak memilih
  • 6. Pasal 70-71 ■ Dalam kedua pasal ini tercantum larangan pejabat negara, pejabat daerah, aparatur sipil negara, pejabat struktural, dan pejabat fungsional, serta kepala desa atau lurah untuk membuat keputusan dan tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu peserta pemilu. ■ Mereka juga dilarang mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye. Kegiatan yang dimaksud meliputi pertemuan, ajakan, imbauan, seruan, atau pemberian barang kepada aparatur sipil negara dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.
  • 7. Pasal 72 ■ Pelaksana dan tim kampanye dilarang menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada peserta kampanye, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk: a. tidak menggunakan hak pilihnya; b. menggunakan hak pilihnya dengan memilih peserta pemilu dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah; c. memilih pasangan calon tertentu; d. memilih partai politik peserta pemilu tertentu; dan/atau e. memilih calon anggota DPD tertentu.
  • 8. Potensi Pelanggaran Pemilu 2024 ■ Pelanggaran alat peraga kampanye (APK) berupa pemasangan di tempat yang dilarang atau APK yang mengandung materi dan informasi yang dilarang. ■ kampanye di luar masa kampanye dan kampanye di luar jadwal ■ Kampanye di tempat ibadah dan Pendidikan ■ penggunaan fasilitas pemerintah atau negara ■ kampanye di media sosial dengan menyebarkan informasi-informasi bohong, hoax, kampanye hitam, isu SARA, ■ kampanye di media massa di luar waktu yang ditentukan yakni 21 hari menjelang masa kampanye berakhir ■ kampanye kampanye di luar zona kampanye dan melebihi pukul 6 sore ■ adanya indikasi politik uang dalam kampanye, ■ penggunaan dana CSR dalam kampanye, keterlibatan ASN, TNI, dan Polri dalam kampanye. ■ Mobilisasi aparatur sipil negara (PNS). ■ Pelibatan anak dalam kampanye. Ini juga rentan sekali, di mana melibatkan anak- anak di bawah umur saat kampanye ■ Dan sebagainya.
  • 9. Studi kasus/ pendekatan kasus ■ mantan narapidana ada syarat bagi narapidana termasuk yang terlibat kasus korupsi jika ingin maju sebagai calon anggota legislatif pada Pemilu yang akan datang. ■ Ilustrasi faktual: kegandaan dalam pengajuan bakal calon. Ada bacaleg yang diajukan partai A, ternyata diajukan juga namanya di partai B, bahkan ada yang diajukan partai C di provinsi A, juga diajukan di partai D di Provinsi B. ■ ada parpol X misalnya lalu dalam kelengkapan administrasi pengajuan bacalon hanya melampirkan dokumen KTP dan KTA yang dikategorikan benar dan absah. "Tetapi yang lain seperti keterangan sehat serta dokumen kelengkapan lain, hanya di-upload scan kertas kosong.
  • 10. Pengawasan Partisipatif yang baik dan berintegritas dari masing masing pihak terkait dalam kerangka menuju hasil pemilu yang bermartabat .