1. KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JAKARTA
(Studi Kasus Mengenai Korelasi antara Perubahan &
Pengaruh Gerakan Sosial dengan Kepemimpinan Gubernur
Jakarta yang baru)
Suryani Agustina Refina
123112350750065
Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Nasional, Jakarta
2. Abstrak
Penelitian ini berdasarkan kehidupan masyarakat pusat kota, Jakarta dengan terpilihnya
Gubernur dan Wakil Gubernur yang baru di dalam memimpin dan mengayomi Jakarta
kedepannya dan bertujuan untuk mendeskripsikan latar belakang yang terjadi dan
kondisinya. Perilaku kolektif masyarakat Jakarta memengaruhi dan atau dipengaruhi oleh
adanya gerakan-gerakan sosial serta perubahan sosial di masyarakat itu sendiri. Perubahan
yang terjadi dapat dilihat dari sudut pandang sosial, ekonomi maupun pola pikir masyarakat
pada umumnya. Sekarang ini, masyarakat pun dapat berubah pola pikirnya dikarenakan
cara kepemimpinan yang baru dan propaganda dari media massa dimana insan media
merupakan informasi yang akurat dan terpercaya. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dan perspektif sosial yang terjadi.
Kata kunci : Perilaku kolektif, gerakan sosial, media massa
Abstrack
This research based on human life on Jakarta as the center of town, which the new
Governor and Vice Governor has elected to leading and protecting the future of Jakarta, and
this research aims to describes the background and the conditions of it. Jakarta’s community
collective behavior which affect and be affected by the social movements and the social
change of Jakarta’s human. The changes which we can see by social point of view,
economics, and the general paradigm of themselves. Nowadays, community can changed
their paradigm beause of the way his lead us and propaganda of mass media as the media
man which the informations are accurate and be trusted. This research use qualitative
method and social perspective.
Keywords : collective behavior, social movements, and mass media
3. BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Sekarang ini, kehidupan bermasyarakat bagi personal ataupun kelompok dapat
mengalamai berbagai macam hal, baik d dalam keluarga, sekolah, pekerjaan/tempat kerja,
maupun di lingkungan sekitar. Lebih jelasnya kita dapat melihat perilaku kolektif masyarakat
Indonesia, khususnya Jakarta serta perubahan yang terlihat. Banyak yang menyebutkan
bahwa perilaku kolektif yang beragam terjadi karena tidak hanya karena tingkatan
bermasyarakat, tetapi juga hal lain sehingga muncul intrik dan gerakan – gerakan social yang
dibuat oleh masyarakat itu sendiri, masyarakat yang menginginkan perubahan yang lebih
baik.
Contoh kecilnya adanya perbedaan pandangan masyarakat dalam beropini karena
terpengaruh suatu hal sehingga dapat melihat setitik kecil kesalahan personal atau
kelompok dalam bertindak padahal masyarakat tidak tahu bagaimana prosesnya daripada
melihat perbuatan positif yang telah dibuat, seperti kinerja kerja Gubenur dan Wakil
Gubernur Jakarta dalam menyelesaikan masalah nasional. Hal itu terjadi karena apa yang
personal atau kelompok perbuat di dalam bersosialisasi (entah dari gerakan social ataupun
yang lainnya) mempengaruhi dan dipengaruhi oleh adanya perilaku kolektif yang
menyebabkan perubahan social, adanya gerakan-gerakan social, pengaruh media massa
sebagai insan informasi dan kegiatan social.
Karenanya, pengembangan pengetahuan akan perubahan serta gerakan social yang
terjadi ataupun yang sudah terjadi perlu dimengerti lebih dalam lagi dikarenakan bahwa
manusia sebagai makhluk social tidak dapat hidup sendiri.
I.II Rumusan Masalah
Fokus kajian dalam masalah yang
1. Apa saja teori – teori dari perilaku kolektif dan perubahan social ?
2. Apa saja tipe dari gerakan social ?
3. Bagaimanakah tahap-tahap dari gerakan social ?
4. 4. Bagaimana peran media massa dalam mempengaruhi perilaku kolektif dan perubahan
social?
I.III Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui seluk beluk perubahan-perubahan social yang terjadi dengan tatanan
social yang sudah dibuat.
2. Memiliki pengetahuan baru tentang kehidupan social.
3. Menyelesaikan tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Pengantar Ilmu Sosiologi oleh Ibu
Nia Elvina.
I.IV Tempat Penelitian
Penulisan penelitian ini mengambil titik fokus pada kehidupan masyarakat Jakarta jelang
kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang baru.
I.V Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan materi
yang didapatkan berasal dari studi pustaka, pemahaman dari penulis, dan jurnal/e-book.
5. BAB II
PEMAHAMAN MASALAH
II.I Teori – teori Perilaku Kolektif, Perubahan Sosial, dan Gerakan
Sosial
Pengertian dari perilaku kolektif(Macionis, 1989:528) adalah tindakan, pemikiran, dan
perasaan – perasaan (emotions) yang meliputi sejumlah besar orang dan yang tidak sesuai
dengan norma-norma sosial yang ada. Walaupun biasanya dampak yang muncul akan
merugikan bagi pihak lain, namun perilaku kolektif bisa saja perilaku yang memiliki tujuan
baik.
Teori-teori perilaku kolektif yang pertama, teori Le Bon dimana teori ini terdiri dari terbiasa
berada di dekat orang banyak, penularan(contagion), dan sugesbillity. Kedua, merupakan
teori Smelser seperti structural conducinesess, structural stain, dan berkembang &
menyebarkan suatu kepercayaan umum.
Pengertian perubahan sosial menurut Soemardjan: segala perubahan-perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem
sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-
kelompok dalam masyarakat.
Perubahan sosial menurut Karl Marx: Hukum Dialektika
Dalam hal ini, pemikiran Marx dipengaruhi dari Imanuel Kant(manusia berawal dari sebuah
kesempurnaan…..) dan Hegel(kehidupan bergerak dari sesuatu yang tidak sempurna menuju
kesempurnaan melalui kontradiksi) sehingga menimbulkan kritik. Munculnya hukum
dialektika pun berdasarkan dari kontradiksi yang terjadi. Hukum dialektika menegaskan
bahwa kontradiksi merupakan inti segala sesuatu, baik di alam maupun dalam kehidupan
manusia. Hukum ini terdiri atas tiga komponen yaitu tesis, antithesis dan sintetis.
6. Tipe dari perubahan sosial itu sendiri yaitu:
Petama, perubahan – perubahan peran dan individu baru dalam sejarah kehidupan manusia
yang berkaitan dengan struktur (perubahan dalam personal). Kedua, perubahan dalam cara
bagian-bagian struktur sosial berhubungan, ketiga, perubahan dalam fungsi-fungsi struktur,
keempat, perubahan dalam hubungan struktur yang berbeda serta, kelima, kemunculan
struktur baru, yang merupakan peristiwa munculnya struktur baru untuk menggantikan
struktur sebelumnya. Selain tipe, perubahan sosial memiliki tahap-tahapannya. Tahap –
Tahap – tahap perubahan sosial menurut Karl Marx antara lain:
Adanya masyarakat primitif. Pada masa ini, tidak ada tidak ada pemilikan pribadi karena
kepemilikan pribadi merupakan kepemilikan komunitas juga. Kedua, struktur sosial komunal
purba dimana dalam tahapan ini kepemilikan pribadi sudah diakui dan pembagian kerja
yang semakin tinggi. Ketiga, sistem feodal, tahapan dimana kaum borjuis diberikan jalan
dalam cara – cara produksi dan juga hubungan sosialnya. Keempat, tahap borjuis, sebuah
perombakan kehidupan komunal di bawah pengaruh ideologi – idelogi individualis,
berkurangnya hubungan – hubungan yang manusiawi. Kelima, berkembangnya kapitalis.
Hubungan antara kaum proletar dengan kaum borjuis seperti seorang penjual tenaga kerja
dimana hasil produksi di jual dalam sistem pasar yang bersifat impersonal. Keenam, tahap
komunis, tahapan dimana pemilikan pribadi lenyap dan individu akan berinteraksi dalam
hubungan-hubungan komunal, tidak selalu bersifat ekonomis.
Dari kelima tahapan perubahan sosial menurut Karl Marx, yang sesuai dengan kehidupan
masyarakat Jakarta terdapat pada tahapan kelima yaitu berkembangnya kapitalis.
Berkembangnya kapitalis dalam kehidupan di Jakarta bisa dilihat pada banyaknya toko-
toko/store yang berasal dari luar negeri seperti Giant, Carrefour, ataupun Seven Eleven(711)
yang sudah berada di setiap sudut kota Jakarta. Sebagian masyarakat senang dengan
adanya store milik luar negeri ini masuk ke Indonesia karena ada yang berpikiran
modernitas sudah masuk ke Jakarta dan tidak hanya kaum borjuis saja yang dapat
menikmatinya. Hal ini memengaruhi perilaku kolektif warga dan terjadi perubahan sosial
seperti banyak anak muda yang lebih sering menghabiskan setengah hari mereka di seven
eleven dan merasa sudah mengikuti trend bila melakukan aktivitas ini.
Menurut Di Renzo(1990) Gerakan Sosial adalah perilaku dari sebagian anggota masyarakat
untuk mengoreksi kondisi yang banyak menimbulkan problem atau tidak menentu, untuk
7. menghadirkan suatu kehidupan yang lebih baik. Tujuan akhir dari gerakan sosial menurut Di
Renzo adalah tidak hanya terbatas pada perubahn sikap dan perilaku individu melainkan
sebuah perubahan tatanan sosial baru yang lebih baik.
II.II Tipe dari gerakan sosial antara lain:
Gerakan Revolusi atau Gerakan Revolusioner. Gerakan ini bisa disebut juga gerakan protes
yang dimana gerakan ini menginginkan perubahan untuk memajukan tanpa banyak
mengubah struktur dasarnya.
Gerakan Resistensi. Disebut juga gerakan Regresif dimana adanya upaya oposisi atau daya
tahan untuk terus menerus konsisten dalam tuntutan dan gerakan yang mengungkapkan
tuntutan itu secara beradab dan terhormat.
Gerakan Religius, dapat disebut sebagai gerakan yang berkaitan dengan supernatural yang
menentang atau mengusulkan alternative terhadap beberapa aspek dalam agama atau
tatanan kultural yang domain.
Gerakan Komunal, atau gerakan utopia. Gerakan ini ingin melakukan perubahan dengan
langsung action atau memberikan contohya, tidak hanya secara teoritik saja.
Gerakan Perpindahan, disebut juga Gerakan Zionisme, terjadi karena kekecewaan atas
politik ataupun perang di suatu negara sehingga individu atau kelompok pindah ke
kota/negara lain.
Kultus Personal. Gerakan sosial dengan pemusatan kepemimpinan(sentralisasi) ataupun
gagasan berada di individu yang berkarisma atau disebut sebagi dewa.
Masyarakat Jakarta sudah melakukan berbagai macam gerakan sosial baik secara
bermusyawarak(dengan kepala dingin) sampai aksi pemberontakkan karena pendapat
masyarakat kurang di asosiasikan dengan baik oleh pemerintah.
Tahap-tahap gerakan sosial: Tahap ketidaktentraman (keresahan), ketidakpastian, dan
ketidakpuasan, yang semakin meningkat; (2) Tahap perangsangan, yakni ketika perasaan
ketidakpuasan sudah semakin memuncak. Penyebabnya sudah diidentifikasi, dan ada
ajakan, serta petunjuk-petunjuk dari kalangan tokoh sebagai pembangkit semangat emosi
massa; (3) Tahap formalisasi, yakni ketika para pemimpin telah muncul, rencana telah
disusun, para pendukung telah ‘diprovokatori’, dan taktik telah dimatangkan; (4) Tahap
institusionalisasi, yakni ketika organisasi telah diambil alih dari pemimpin terdahulu,
8. birokrasi telah diperkuat, dan ideologi, serta rencana telah diwujudkan. Tahap ini seringkali
merupakan akhir dari kegiatan aktif gerakan sosial; (5) Tahap pembubaran (disolusi), yakni
ketika gerakan itu berubah menjadi organisasi atau justru mengalami pembubaran.
Semua tahapan ini telah digunakan oleh masyarakat pada umumnya, tetapi tidak terlalu
membawa pengaruh dengan sebagian masyarakat yang menginginkan perubahan itu sendiri
karena sudah terlalu enak dengan infrastruktur yang ada bagi sebagian kaum borjuis
Propaganda dan Media Massa
Peran media massa juga besar terhadap perubahan perilaku individu / kelompok dan
perubahan sosial yang terjadi. Selain konsumtif, masyarakat juga mudah mempercayai
media massa dan mengikuti apa yang telah media massa berikan di dalam suatu informasi
karena mereka berpikir bahwa informasi dari media massa selalu akurat tanpa mencari
informasi dari sumber lainnya.
HASIL DAN PEMAHAMAN MASALAH
9. DAFTAR PUSTAKA
Kia, Erick Evodius Ama. Dalam Jurnal “Pemekaran Kabupaten Adonara – Nusa Tenggara
Timur: Studi Tentang Gerakan Sosial Politik Masyarakat Daerah”.
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/4.%20eric%20evodius%20ama%20kia.pdf.
Surabaya.
Martono, Nanang.2011. Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern, Posmodern,
dan Poskolonial.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Ritzer George, Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam. Kencana:
Jakarta.