Surat At-Tiin menjelaskan tentang nikmat-nikmat Allah SWT kepada manusia seperti buah tin dan zaitun serta penciptaan manusia dalam bentuk terbaik. Namun manusia dapat jatuh ke tingkat terendah kecuali bagi orang-orang beriman yang selalu bertakwa. Surat ini juga mengingatkan akan hukuman di hari pembalasan bagi penafian terhadap keadilan Allah.
3. Terjemah
Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun; dan
demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah)
ini yang aman. Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya; kemudian
Kami kembalikan dia ke tempat yang
serendah-rendahnya; kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh, maka bagi mereka pahala
yang tiada putus-putusnya. Maka
apakah yang menyebabkan kamu
mendustakan (hari) pembalasan
sesudah (adanya keterangan-
keterangan) itu? Bukankah Allah hakim
4. Makiyyah
az-Zamakhsyari, ar-Razi, al-Baghawi,
Ibnu Juzyi al-Kalbi, as-Samarqandi, al-
Jazairi, dan lain-ain, bahwa surat ini
turun di Mekkah
Adapun Ibnu Abbas dan Qatadah (al-
Qurtubi), bahwa surat ini turun di
Madinah
Ibnu Dhurais, an-Nahas, Ibnu
Mardawih, dan al-Baihaqi dari Ibnu
‘Abbas yang berkata, “Surat at-Tin
diturunkan di Makkah
5. Ayat ke-1
Nama buah yang biasa dimakan
dan Nama buah yang biasa diperas
( Ibnu ‘Abbas, al-Hasan, Ikrimah,
Mujahid, Ibrahim an-Nakha’i, Atha’ bin
Rabah, Jabir bin Zaid, Muqatil dan a-
Kalbi)
Masjid di Damaskus dan Baitul Maqdis
(Kaab dan Ibnu Zaid)
Gunung di Damaskus dan Gunung di
Baitul Maqdis (Qatadah)
6. Ayat ke-1
*) ath-Thabari dan al-Qurthubi
menguatkan pendapat pertama
Pengertian tersebut bermakna hakiki.
Makna hakiki itu tidak boleh
dipalingkan menjadi majazi kecuali
ada dalil yang memalingkannya
7. Ayat ke-1
Adapun tentang buah zaitun, Rasulullah
saw. bersabda:
Makanlah buah Zaitun dan berminyaklah
dengannya. Sebab, itu adalah pohon yang
diberkati
(HR al-Tirmidzi).
8. Ayat ke-2
Gunung tersebut adalah gunung yang
menjadi tempat Musa ketika diseru
Allah SWT.
(Ibnu Katsir, al-Baghawi, asy-Syaukani,
al-Baidhawi)
9. Ayat ke-3
Makkah al-Mukarramah; negeri yang
aman, baik di masa Jahiliah maupun
Islam. ( Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah,
Qatadah, ath-Thabari, asy-Syaukani,
as-Suyuthi, al-Baghawi, Abu Hayyan,
al-Baidhawi, dan lain-lain)
Tidak ada perbedaan pendapat
tentang hal ini ( Ibnu ‘Athiyah, al-
Alusi dan Ibnu Juzyi al-Kalbi)
10. Ayat ke-4
al-insân di sini adalah Adam dan
anak-cucunya (Al-Qurthubi)
ahsan at-taqwîm yakni fî khalq wa
shûrah (dalam aspek badan dan
bentuknya), (Ibnu Abbas, Ibrahim, Abu
al-‘Aliyah, Mujahid dan Qatadah)
11. Ayat ke-4
ahsan at-taqwîm yakni husni shûrah
wa syakl muntashib al-qâmah sawiyy
al-a‟dhâ` (bagus penampilan dan
bentuknya, tegak posturnya, dan
serasi anggota badannya), (Ibnu
Katsir)
ahsan at-taqwîm yakni a‟dal qâmah
wa ahsan shûrah (yang paling serasi
posturnya dan paling bagus
bentuknya), (al-Baghawi)
12. Ayat ke-5
asfala sâfilîn yakni ardzal al-
„umur (usia sangat tua yang paling
lemah), (adh-Dhahhak dan al-Kalbi,
Ibnu ‘Abbas, Ikrimah, Ibrahim al-
Baghawi, asy-Syaukani, dan al-
Wahidi)
asfala sâfilîn yakni neraka (Abu al-
‘Aliyah, Mujahid, al-Hasan, dan Ibnu
Zaid)
13. Ayat ke-6
Kata illâ memberikan
makna ististnâ (pengecualian)
Menafsirkan asfal
sâfilîn sebagai ardzal al-„umur
maka istitsna` dalam ayat ini
bersifat munqathi‟
Menafsirkan asfal al-sâlîn adalah
neraka, maka istitsnâ„ dalam ayat ini
muttashil
14. Ayat ke-7
Kalimat istifhâm di sini bermakna li al-
taqrî„ wa at-tawbîkh wa ilzâm al-hujjah
Kata al-dîn disini bermakna
pembalasan pada Hari Kiamat
15. Ayat ke-8
Kalimat istifhâm, jika masuk
kepada nafiyy, menghasilkan makna
îjâb (positif)
Kalimat istifhâm ayat ini bermakna at-
taqrîrî (mengukuhkan), bahwa Allah
SWT benar-benar Hakim yang
Mahaadil dan dan Mahabijaksana
Mengandung ancaman keras bagi
orang kafir (az-Zamakhsyari dan an-
Nasafi)
16. Ayat ke-8
Rasulullah saw.:
Siapa saja yang membaca “At-Tîn wa
az-Zaytûn” hingga akhirnya “Alaysa bi
ahkam al-Hâkimîn”, hendaklah
berkata, “Balâ, wa ana „alâ dzalika min
asy-syâhidîn.”
(HR al-Tirmidzi dari Abu Hurairah ra).
17. Pelajaran
Besarnya kenikmatan Allah SWT
kepada manusia dan kewajiban
mensyukuri nikmat itu
Memahami kenikmatan duniawi
secara benar; bahwa semua
kenikmatan duniawi itu bersifat fana
dan tidak abadi
Pahala bagi orang Mukmin yang
bertakwa
Keadilan hukum Allah SWT