Kisah-kisah Al-Quran dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu kisah nabi-nabi, peristiwa masa lalu, dan masa Nabi Muhammad. Kisah-kisah tersebut memiliki berbagai manfaat seperti memperkuat iman, menjelaskan ajaran agama, dan menguji kebenaran Nabi Muhammad. Ada berbagai pendapat dalam memahami kisah-kisah Al-Quran, antara lain pendekatan sejarah
2. PENGERTIAN QASHASH
Adalah masdar dari qashsha yang berarti mencari
bekasan atau mengikuti bekasan (jejak). Qashash
bermakna urusan, berita, khabar dan keadaan.
Qashah juga berarti berita-berita yang berurutan.
Qashash al-qur’an ialah khabar-khabar Al-Quran
tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan
kenabian masa dahulu, peristiwa-peristiwa yang
telah terjadi.
3. MACAM-MACAM KISAH DALAM AL-QURAN
A. Kisah nabi-nabi (qashash al-
anbbiya’).
B. Kisah yang berpautan dengan
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi
dan orang-orang yang tidak dapat
dipastikan kenabiannya.
C. Kisah yang terjadi dimasa rasulullah.
4. FAEDAH-FAEDAH KISAH-KISAH AL-QUR’AN
A. Menjelaskan dasar-dasar dakwah agama Allah dan
menerangkan pokok-pokok syariat yang disampaikan
oleh para Nabi.
B. Mengokohkan hati Rasul dan hati umatnya dalam
beragama
C. Mengabadikan usaha-usaha para nabi dan pernyataan
nabi-nabi dahulu adalah benar
D. Memperlihatkan kebenaran nabi muhammad dalam
berdakwah
E. Menyingkap kebohongan ahli kitab yang telah
menyembunyikan isi kitab mereka yang masih murni
F. Menarik perhatian mereka yang diberi pelajaran
5. HIKMAH BERULANG-ULANG DISEBUT KISAH
DALAM AL-QUR`AN
1. Menandakan kebalaghohan al-Qur`an dalam
bentuk yang paling tinggi
2. Menampakan kekuatan i`jaz
3. Memberikan perhatian penuh terhadap kisah itu
4. Karena berbeda tujuan
7. KISAH AL-QUR’AN PRESPEKTIF MUHAMMAD
KHALAFULLAH
Pengertian kisah dalam prespektif sastra:
Sebuah karya sastra dalam kapasitasnya sebagai hasil
imajinasi seorang pengisah atas suatu kejadian tertentu yang dialami
oleh seorang tokoh tak dikenal, ataupun sebaliknya, tokohnya
dikenal tapi kejadiannya sama sekali belum terjadi. Atau keduanya
dikenal tapi keduanya dibungkus dalam sebuah kisah sastra,
sehingga tidak semua fenomena yang terjadi diceritakan, artinya
hanya diambil beberapa hal yang diaggap penting saja.
Beberapa model kisah Al-Quran yang berlaku dalam dunia sastra.
1. Model sejarah
2. Model perumpamaan
3. Model legenda atau mitos
8. MODEL SEJARAH
Yaitu suatu kisah yang menceritakan tokoh-tokoh sejarah tertentu
seperti para nabi dan rasul dan beberapa kisah yang diyakini orang-
orang terdahulu sebagai sebuah realitas sejarah.
Contoh: Allah berfirman “ kaum ‘Ad pun telah mendustakan. Maka
alangkah dahsyatnya azabKu dan ancaman-ancamanKu.
Sesungguhya kami telh menghembuskan kepada mereka angin yang
sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus, yang
menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok kurma
yang tumbang. Maka betapakah dahsyatnya azabKu dan ancaman-
ancamanku!” (QS.54:18-21)
Dalam kisah ini Al-Quran menggunakan bahasa yang sangat
mengagumkan. Alasan Al-Quran menceritakan dengan model
pengisahan seperti ini sangat sederhana. Al-Quran hanya ingin
jiwa para pengikut Muhammad saw saat itu tumbuh prasaan
takut akan azab Nya.
9. MODEL PERUMPAMAAN
Yaitu kisah-kisah yang menurut orang-orang terdahulu, kejadiannya
dimaksudkan untuk menerangkan dan menjelaskan suatu hal atau
nilai-nilai. Maka, model kisah ini pun tidak mengharuskan kisah
yang diangkat dari sebuah realitas sejarah dan boleh berupa cerita
fiktif dalam batasan orang-orang terdahulu.
Contoh: berkenaan dengan kisah nabi Ibrahim dakam surat Al-
baqoroh, al-Thabari menjelaskan bahwa bila kisah tersebut
dimaksudkan Allah untuk memberitahu sifat iblis, berarti ayat ini
dimaksudkan sebagai teguran Allah kepada para manusia yang tidak
mau patuh dan taat kepada semua perintah Allah dan orang-orang
yang enggan memberikan hartanya untuk disedekahkan kepada
orang-orang yang membutuhkan. Dalam perumpamaan tersebut
Allah menyamakan orang-orang yang sombong, dengki, enggan
patuh terhadap perintah Allah dengan iblis.
10. MODEL LEGENDA ATAU MITOS
Yaitu kisah yang diambil dari mitos-mitos yang dikenal dan
berlaku dalam sebuah komunitas sosial. Biasanya tujuan dari
mitos semacam ini adalah untuk memperkuat satu tujuan
pemikiran atau untuk menafsirkan suatu problem pemikiran.
Perlu diketahui, unsur mitos dalam kisah ini bukan sebagai
tujuan kisah,tapi berfungsi sebagai alah satu instrumen kisah
unyuk menarik pendengarnya.
Contoh: dalam QS 46: 17, diceritakan seorang pemuda
bersikap durhaka kepada orang tua, dan dijelaskan dalam
ayat tersebut bahwa anak tersebut tidak percaya dengan
adanya hari kebangkitan setelah hari kiamat. Karena
menutnya nenek-nenek moyang yang hidup beribu-ribu tahun
sebelum mereka tidak kembali. Adalah bukti kuatnya
keyakinan anak tersebut bahwa hari kiamat atau hari
kebangkitan itu hanyalah mitos belaka.
11. PERDEBATAN SEPUTAR
Menurut ulama kontemporer kajian tentang kisah Al-
Qur’an menggunakan pendekatan sejarah
Pendekatan tersebut mendapat kritikan keras dari
kelompok Kholafullah yang mengkaji tentang kisah Al-
Qur’an dengan menggunakan pendekatan sastra.
Menurut pandangan Al-Jabiri kedua pendekatan itu
adalah pendekatan yang akan melemahkan satu sama
lain. Di satu sisi akan menuntut penelusuran fakta
sejarah sehingga lupa dengan fungsi dasar Al-Qur’an, di
sisi lain, akan terjadi dehistorisasi pada Al-Qur’an itu
sendiri. Padahal nampak terlihat dengan jelas di dalam
Al-Qur’an jika petunjuk sejarah kenabian adalah
merupakan data sejarah.
12. KISAH AL-QUR’AN PRESPEKTIF MUHAMMAD
ABED AL-JABIRI
Asumsi dasar al-Jābirī adalah bahwasannya al-Qur’an
bukanlah kitab sastra dan sejarah, tetapi sesungguhnya
al-Qur’an adalah kitab keagamaan, maka al-Qur’an
menggunakan kisah untuk tujuan dakwah, (da’wah
diniyyah) bukan dari sisi pengisahannya itu sendiri.
Karena itu, tujuan dari kisah al-Qur’an merupakan
bagian dari bentuk perumpamaan (ḍarb al-maṡal).
Sedangkan sebuah perumpamaan tidak dibuat dan dilihat
dari bentuk dan kebenaran fakta sejarahnya, tetapi dilihat
untuk diambil pelajarannya.
13. PENDAPAT AL-JABIRY & METODE YANG DI
GUNAKAN
Al-Jabiri tidak memungkiri jika kisah al-Qur’an bukanlah
kisah imajinatif (khayyal), tetapi kisah al-Qur’an
memberitakan sebagai relitas sejarah, yang termasuk dari
bagian pengetahuan bangsa Arab (ma’hud al-’Arab). Karena
itu, kebenaran sejarah dalam konteks ini menurutnya bukan
kebenaran sejarah itu sendiri, tetapi kebenaran sejarah yang
merupakan bagian dari al-tārīkh al-muqaddas (sejarah suci),
yakni sejarah yang telah diceratakan di dalam kitab-kitab
samāwi.
Dalam menyajikan pembahasan, Al-Jābirī menggunakan
sistematka tartīb nuzūlī dan pola ideografi yang bertujuan
untuk mengaktualisasikan Al-Qur’an, selain sebagai objek-
terbaca bagi dirinya serta bagi kita (ja`l al-Qur’ān mu`āṣiran
linafsih wa mu`āṣiran lana).
14. KLARIFIKASI SURAT-SURAT AL-QURAN
KATEGORI MAKIYYAH MADANIYAH
Kategori makiyyah dibagi dalam dua tahap,
tahap pertama dimulai dari QS. Al fajr sd al qamar
secara umum menampilkan kisah-kisah “para
penduduk desa” bersama para nabinya dimana
kebanyakan para nabi tersebut tidak disebutkan
dalam Taurot maupun Injil. Karena para nabi
tersebut secara masa lebih dulu dari para nabinya
bani Israil.
Tahap kedua dimulai QS shad sd al ankabut
dimana secara umum kisah-kisah yang terungkap
seputar para nabi bani Israil
15. Kategori madaniyyah (dihitung dari nabi hijrah ke
madinah hingga wafatnya nabi)
Perjalanan da`wah muḥammadiyyah dalam tahapan ini
secara umum berkutat dalam wilayah dialektika antara
Nabi dengan kaum Yahudi dan Nasrani. Sehingga, kisah-
kisah yang dijelaskan tidak terlepas dari tema-tema
perdebatan tersebut.