SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
RADIOASAI
(RADIOASSAY)
Radioasai adalah penggunaan
radioisotop sebagai bahan
pembantu untuk mengukur
kecepatan proses biologi
Fungsi Radioasai
 Kecepatan transfer isotop
Substansi bertanda disuntikkan ke suatu bagian
system vaskular dan dihitung waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai bagian tertentu
dalam tubuh.
 Kecepatan peluruhan isotop
Kecepatan hilangnya isotop dari suatu jaringan
dianggap sebagai kecepatan sirkulasi jaringan
tersebut.
 Proses metabolik dan konsentrasi isotop
radioisotop digunakan untuk menentukan
fungsi jaringan tubuh
Metode Radioasai
 Analisis aktivasi
• Isotope dilution, parameter diukur berdasarkan
aktivitas radiosotop yang telah berkurang dari hasil
pengenceran (misalnya untuk mengukur volume darah
setelah injeksi radioiodinated serum albumin).
• Analisis radiometric, parameter diukur berdasarkan
radioaktivitas dari endapan (misalnya untuk
pengukuran konsentrasi kalsium dalam serum dengan
larutan C-14 )
 competitive radioassay
metode ini terdiri dari tiga komponen yaitu zat
nonradioaktif, zat radioaktif dan zat pengikat
(zat pengikat bisa berupa protein, antibodi dan
lain-lain). Zat pengikat yang berupa antibodi
dinamakan teknik imunoasai
Prinsip dasar imunoasai
Obat* + Obat + Antibodi ↔ Obat*-Antibodi + Obat-Antibodi
(obat bebas) (obat terikat)
Metode Imunoasai
 Radioimmunoassay (RIA)
 Optical immunoassay (OIA)
Radioimunoasai
Komponen utamanya terdiri dari obat
yang dilabel radioisotop, antibodi, dan
sampel yang akan diperiksa.
Pada tahap akhir pemeriksaan didiamkan
beberapa saat untuk kesetimbangan, obat
terikat kemudian dipisahkan dari obat
bebas. Radioaktivitas dari masing-masing
fase diukur dan dibuat kurvanya. Tiap
pemeriksaan harus memiliki pembanding
(standar).
Isotop yang biasa digunakan dalam RIA
adalah Tritium, Karbon-14 dan Iod-125
Metode pengukuran radioaktif pada
RIA
 Liquid scintilation counting
(penghitungan sintilasi-cair)
 Gamma counting (penghitungan
gamma)
Penghitungan sintilasi-cair
Radioisotop diletakkan pada
campuran sintilasi lalu emisi cahaya
tampak diukur. Vial-vial baru berisi
campuran sintilasi diperlukan untuk
tiap pengukuran
Penghitungan gamma
metode ini menggunakan penghitung
sintilasi kristal. Vial berisi radioisotop
diletakkan langsung pada alat
penghitung dan dihitung untuk
periode waktu tertentu.
Keuntungan relatif pemancar beta
dibanding pemancar gamma
 Waktu paruh pemancar beta lebih
lama sehingga penggunaannya juga
lebih lama
 Efek bahaya radiasi beta lebih kecil
daripada gamma
 Pemancar beta dapat masuk ke
dalam molekul obat tanpa mengubah
susunan molekul. Hal ini tdk dapat
dilakuan dengan pemancar gamma
Keuntungan penggunaan
pemancar gamma
 Lebih murah
 Ekstraksi dan pemurnian sampel
tidak diperlukan, pada pemancar
beta harus ada faktor koreksi karena
larutan sintilasi tidak boleh berwarna
 Aktivitas gamma yg lebih tinggi
menyebabkan waktu perhitungan
dapat dikurangi (lebih cepat)
Optical immunoassay (OIA)
 Pada metode ini, konsentrasi zat
dihitung berdasarkan sinyal optik
yang teremisikan
berbagai macam label dapat
digunakan termasuk enzim (enzyme
immunoassay), fluorescent
(Fluoroimmunoassay), Luminescent
(luminescence immunoassay)
Enzyme Immunoassay (EIA)
Komponen utamanya adalah:
 Obat berlabel dgn enzim spesifik.
 Antibodi spesifik untuk obat tersebut.
 Sebuah substrat penghasil sinyal
optik.
 Sampel yang akan diperiksa
Enzyme Immunoassay (EIA)
 Pada metode EIA, obat dalam sampel
akan melepaskan obat berlabel enzim dari
antibodi sehingga mengaktifkan enzim
yang kemudian bereaksi dengan substrat
serta mengubah sifat optiknya.
 Perubahan aktivitas enzim dan perubahan
sinyal optik sebanding dengan jumlah
obat bebas yang ditambahkan pada
kompleks obat-enzim-antibodi.
Enzim yang biasa digunakan pada
EIA
 Horse radish Peroxidase
 Bacterial Glucose 6 phosphate
dehydrogenase (G-6-PDH)
 Muramidase (lysozyme)
Fluoroimmunoassays (FIA)
 Teknik ini menggunakan perubahan
sifat fluoresensi molekul untuk
menetapkan konsentrasi obat.
Luminescence immunoassay (LIA)
Pada metode ini digunakan obat
yang berlabel dengan senyawa yang
dapat memancarkan cahaya jika
diaktifkan
Aplikasi imunoasai
 Skrining penyalahgunaan obat
 Investigasi keracunan
 Pemantauan efek terapi obat

More Related Content

Similar to RADIOASAI (RADIOASSAY).ppt

Refraktori & polarimetri
Refraktori & polarimetriRefraktori & polarimetri
Refraktori & polarimetriNova Lestary
 
Analisis-Spektroskopi-Teori-dan-Aplikasi.pptx
Analisis-Spektroskopi-Teori-dan-Aplikasi.pptxAnalisis-Spektroskopi-Teori-dan-Aplikasi.pptx
Analisis-Spektroskopi-Teori-dan-Aplikasi.pptxKikiAdriani1
 
Validiasi menggunakan Instrumen laboratorium
Validiasi menggunakan Instrumen laboratoriumValidiasi menggunakan Instrumen laboratorium
Validiasi menggunakan Instrumen laboratoriumprismawahyuning1
 
PENENTUAN KADAR MELAMIN PADA PRODUK BERBAHAN SUSU DAN SUSU BUBUK YANG DIANALI...
PENENTUAN KADAR MELAMIN PADA PRODUK BERBAHAN SUSU DAN SUSU BUBUK YANG DIANALI...PENENTUAN KADAR MELAMIN PADA PRODUK BERBAHAN SUSU DAN SUSU BUBUK YANG DIANALI...
PENENTUAN KADAR MELAMIN PADA PRODUK BERBAHAN SUSU DAN SUSU BUBUK YANG DIANALI...university muhammadiyah of purwokwerto
 
P 8 penggunaan radioisotop
P 8 penggunaan radioisotopP 8 penggunaan radioisotop
P 8 penggunaan radioisotopyusbarina
 
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMacam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMulky Smaikers
 
Pendahuluan analisis kimia II
Pendahuluan analisis kimia IIPendahuluan analisis kimia II
Pendahuluan analisis kimia IIKlara Tri Meiyana
 
Coagulant_Analyzeruuy655561111saw23.pptx
Coagulant_Analyzeruuy655561111saw23.pptxCoagulant_Analyzeruuy655561111saw23.pptx
Coagulant_Analyzeruuy655561111saw23.pptxLaboratoriumImun
 
KEL.1 6C-APLIKASI RADIOAKTIF DALAM BIDANG KIMIA.pptx
KEL.1 6C-APLIKASI RADIOAKTIF DALAM BIDANG KIMIA.pptxKEL.1 6C-APLIKASI RADIOAKTIF DALAM BIDANG KIMIA.pptx
KEL.1 6C-APLIKASI RADIOAKTIF DALAM BIDANG KIMIA.pptxAmelia RamadhaniFitri
 

Similar to RADIOASAI (RADIOASSAY).ppt (14)

Makalah urine analyzer
Makalah urine analyzerMakalah urine analyzer
Makalah urine analyzer
 
Refraktori & polarimetri
Refraktori & polarimetriRefraktori & polarimetri
Refraktori & polarimetri
 
Analisis-Spektroskopi-Teori-dan-Aplikasi.pptx
Analisis-Spektroskopi-Teori-dan-Aplikasi.pptxAnalisis-Spektroskopi-Teori-dan-Aplikasi.pptx
Analisis-Spektroskopi-Teori-dan-Aplikasi.pptx
 
File halimatus
File halimatusFile halimatus
File halimatus
 
Validiasi menggunakan Instrumen laboratorium
Validiasi menggunakan Instrumen laboratoriumValidiasi menggunakan Instrumen laboratorium
Validiasi menggunakan Instrumen laboratorium
 
PENENTUAN KADAR MELAMIN PADA PRODUK BERBAHAN SUSU DAN SUSU BUBUK YANG DIANALI...
PENENTUAN KADAR MELAMIN PADA PRODUK BERBAHAN SUSU DAN SUSU BUBUK YANG DIANALI...PENENTUAN KADAR MELAMIN PADA PRODUK BERBAHAN SUSU DAN SUSU BUBUK YANG DIANALI...
PENENTUAN KADAR MELAMIN PADA PRODUK BERBAHAN SUSU DAN SUSU BUBUK YANG DIANALI...
 
P 8 penggunaan radioisotop
P 8 penggunaan radioisotopP 8 penggunaan radioisotop
P 8 penggunaan radioisotop
 
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMacam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
 
analisis protein
analisis protein analisis protein
analisis protein
 
Pendahuluan analisis kimia II
Pendahuluan analisis kimia IIPendahuluan analisis kimia II
Pendahuluan analisis kimia II
 
Coagulant_Analyzeruuy655561111saw23.pptx
Coagulant_Analyzeruuy655561111saw23.pptxCoagulant_Analyzeruuy655561111saw23.pptx
Coagulant_Analyzeruuy655561111saw23.pptx
 
parasetamol
parasetamolparasetamol
parasetamol
 
Hplc kompre
Hplc kompreHplc kompre
Hplc kompre
 
KEL.1 6C-APLIKASI RADIOAKTIF DALAM BIDANG KIMIA.pptx
KEL.1 6C-APLIKASI RADIOAKTIF DALAM BIDANG KIMIA.pptxKEL.1 6C-APLIKASI RADIOAKTIF DALAM BIDANG KIMIA.pptx
KEL.1 6C-APLIKASI RADIOAKTIF DALAM BIDANG KIMIA.pptx
 

Recently uploaded

LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptUserTank2
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdfnoviarani6
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasariSatya2
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptssuser551745
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RambuIntanKondi
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiRizalMalik9
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALBagasTriNugroho5
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanB117IsnurJannah
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfsrirezeki99
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxindah849420
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdfbendaharadakpkmbajay
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxfachrulshidiq3
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxkemenaghajids83
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxZuheri
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxPoliJantung
 

Recently uploaded (20)

LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 

RADIOASAI (RADIOASSAY).ppt

  • 2. Radioasai adalah penggunaan radioisotop sebagai bahan pembantu untuk mengukur kecepatan proses biologi
  • 3. Fungsi Radioasai  Kecepatan transfer isotop Substansi bertanda disuntikkan ke suatu bagian system vaskular dan dihitung waktu yang dibutuhkan untuk mencapai bagian tertentu dalam tubuh.  Kecepatan peluruhan isotop Kecepatan hilangnya isotop dari suatu jaringan dianggap sebagai kecepatan sirkulasi jaringan tersebut.  Proses metabolik dan konsentrasi isotop radioisotop digunakan untuk menentukan fungsi jaringan tubuh
  • 4. Metode Radioasai  Analisis aktivasi • Isotope dilution, parameter diukur berdasarkan aktivitas radiosotop yang telah berkurang dari hasil pengenceran (misalnya untuk mengukur volume darah setelah injeksi radioiodinated serum albumin). • Analisis radiometric, parameter diukur berdasarkan radioaktivitas dari endapan (misalnya untuk pengukuran konsentrasi kalsium dalam serum dengan larutan C-14 )  competitive radioassay metode ini terdiri dari tiga komponen yaitu zat nonradioaktif, zat radioaktif dan zat pengikat (zat pengikat bisa berupa protein, antibodi dan lain-lain). Zat pengikat yang berupa antibodi dinamakan teknik imunoasai
  • 5. Prinsip dasar imunoasai Obat* + Obat + Antibodi ↔ Obat*-Antibodi + Obat-Antibodi (obat bebas) (obat terikat)
  • 6. Metode Imunoasai  Radioimmunoassay (RIA)  Optical immunoassay (OIA)
  • 7. Radioimunoasai Komponen utamanya terdiri dari obat yang dilabel radioisotop, antibodi, dan sampel yang akan diperiksa. Pada tahap akhir pemeriksaan didiamkan beberapa saat untuk kesetimbangan, obat terikat kemudian dipisahkan dari obat bebas. Radioaktivitas dari masing-masing fase diukur dan dibuat kurvanya. Tiap pemeriksaan harus memiliki pembanding (standar). Isotop yang biasa digunakan dalam RIA adalah Tritium, Karbon-14 dan Iod-125
  • 8. Metode pengukuran radioaktif pada RIA  Liquid scintilation counting (penghitungan sintilasi-cair)  Gamma counting (penghitungan gamma)
  • 9. Penghitungan sintilasi-cair Radioisotop diletakkan pada campuran sintilasi lalu emisi cahaya tampak diukur. Vial-vial baru berisi campuran sintilasi diperlukan untuk tiap pengukuran
  • 10. Penghitungan gamma metode ini menggunakan penghitung sintilasi kristal. Vial berisi radioisotop diletakkan langsung pada alat penghitung dan dihitung untuk periode waktu tertentu.
  • 11. Keuntungan relatif pemancar beta dibanding pemancar gamma  Waktu paruh pemancar beta lebih lama sehingga penggunaannya juga lebih lama  Efek bahaya radiasi beta lebih kecil daripada gamma  Pemancar beta dapat masuk ke dalam molekul obat tanpa mengubah susunan molekul. Hal ini tdk dapat dilakuan dengan pemancar gamma
  • 12. Keuntungan penggunaan pemancar gamma  Lebih murah  Ekstraksi dan pemurnian sampel tidak diperlukan, pada pemancar beta harus ada faktor koreksi karena larutan sintilasi tidak boleh berwarna  Aktivitas gamma yg lebih tinggi menyebabkan waktu perhitungan dapat dikurangi (lebih cepat)
  • 13. Optical immunoassay (OIA)  Pada metode ini, konsentrasi zat dihitung berdasarkan sinyal optik yang teremisikan berbagai macam label dapat digunakan termasuk enzim (enzyme immunoassay), fluorescent (Fluoroimmunoassay), Luminescent (luminescence immunoassay)
  • 14. Enzyme Immunoassay (EIA) Komponen utamanya adalah:  Obat berlabel dgn enzim spesifik.  Antibodi spesifik untuk obat tersebut.  Sebuah substrat penghasil sinyal optik.  Sampel yang akan diperiksa
  • 15. Enzyme Immunoassay (EIA)  Pada metode EIA, obat dalam sampel akan melepaskan obat berlabel enzim dari antibodi sehingga mengaktifkan enzim yang kemudian bereaksi dengan substrat serta mengubah sifat optiknya.  Perubahan aktivitas enzim dan perubahan sinyal optik sebanding dengan jumlah obat bebas yang ditambahkan pada kompleks obat-enzim-antibodi.
  • 16. Enzim yang biasa digunakan pada EIA  Horse radish Peroxidase  Bacterial Glucose 6 phosphate dehydrogenase (G-6-PDH)  Muramidase (lysozyme)
  • 17. Fluoroimmunoassays (FIA)  Teknik ini menggunakan perubahan sifat fluoresensi molekul untuk menetapkan konsentrasi obat.
  • 18. Luminescence immunoassay (LIA) Pada metode ini digunakan obat yang berlabel dengan senyawa yang dapat memancarkan cahaya jika diaktifkan
  • 19. Aplikasi imunoasai  Skrining penyalahgunaan obat  Investigasi keracunan  Pemantauan efek terapi obat