3. ARAHAN PRESIDEN
POROS
Pemerintahan &
Politik Dalam Negeri
• pelayanan & pemberdayaan
masyarkat
• pembangunan daerah
• Demokrasi
• penegakan hukum dan
• kesatuan bangsa
• Penjabaran Visi, Misi, dan
Program sesuai dgn agenda
prioritas kerja Presiden dan
Wakil Presiden.
• Penjabaran Program
Operasional KEMENDAGRI
• Koordinasi antar K/L secara
terpadu
Melaksanakan program
secara efektif, efisien, bersih
berwibawa dlm rangka
memperkokohNKRI
Mengelola dan
memecahkan berbagai
isu strategis
UU NO. 23 TAHUN 2014 ttg PEMDA
MDN melakukanpembinaan dan pengawasan umum
penyelenggaraan pemda secara nasional
SASARAN PEMERINTAHAN DAERAH YG
BERSIH, EFEKTIF DAN DEMOKRATIS
Pasal 374
(1) Pembinaan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 373
ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri, menteri teknis, dan
kepala lembaga pemerintahnonkementerian.
(2) Menteri melakukan pembinaan yang bersifat umum
meliputi:
a. pembagian UrusanPemerintahan;
b. kelembagaan Daerah;
c. kepegawaian padaPerangkatDaerah;
d. keuangan Daerah;
e. pembangunan Daerah;
f. pelayanan publik diDaerah;
g. kerja sama Daerah;
h. kebijakan Daerah;
i. kepala Daerahdan DPRD; dan
j. bentuk pembinaan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
2
Pasal 373
(1) Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerahprovinsi.
(2) Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah kabupaten/kota.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) secara nasional dikoordinasikan olehMenteri.
4. Meningkatkan kesehatan Memperkuat sistem
ibu, anak, keluarga Mempercepat perbaikan Memperbaiki Gerakan Masyarakat kesehatan &
berencana dan gizi masyarakat pengendalian penyakit Hidup Sehat (GERMAS) pengendalian obat dan
kesehatan reproduksi makanan
Visi
Sejalan dengan visi Presiden untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, produktif, mandiri dan berkeadilan
6
kategori
utama
Outcome
RPJMN
bidang
kesehatan
Edukasi
penduduk
Penguatan peran
ka de r,kampanye,
da n membangun
gerakan,
menggunakan
platform digitaldan
tokoh masyarakat
Pencegahan
primer
Penambahan
imunisasirutin
menjadi14
a ntigen dan
perluasan
cakupan di
seluruh Indonesia.
Pencegahan
sekunder
Skrining 14penyakit
penyebab kematian
tertinggi di tiap
sasaran usia,skrining
stunting,&
peningkatanANC
untukkesehatan ibu &
bayi.
Meningkatkan
kapasitas dan
kapabilitas
layanan primer
Revitaliasinetwork
dan standardisasi
layanan di
Puskesmas,
Posyandu,dan
kunjungan rumah
Meningkatkan
akses dan mutu
layanan
sekunder &tersier
Pembangunan RSdi
Kawasan T
imur,
jejaring pengampuan
6 layanan unggulan,
kemitraan dengan
world’stop healthcare
centers.
Memperkuat
ketahanan
tanggap darurat
Jejaring nasional
surveilansberbasis
lab,tenaga
cadangan tanggap
darurat,table top
exercise
kesiapsiagaan krisis.
Transformasi sistem
pembiayaan kesehatan
Regulasipembiayaan kesehatan
dengan 3tujuan:tersedia,cukup,dan
berkelanjutan;alokasiyang adil;dan
pemanfaatan yang efektif danefisien.
mahasiswa,
beasiswa dalam & luar negeri,
kemudahan penyetaraan nakes
lulusan luar negeri.
Transformasi SDM
Kesehatan
Penambahan kuota
Transformasi teknologi
kesehatan
1 T
ransformasi layanan primer 2 T
ransformasi layanan
rujukan
3 Transformasi sistem ketahanan
kesehatan
4
Meningkatkan
ketahanan sektor
farmasi & alat
kesehatan
Produksidalam negeri
14 vaksin rutin, top 10
obat, top 10alkes by
volume & byvalue.
5 6
a b c d a b
Pengembangan dan pemanfaatan teknologi,
digitalisasi,dan bioteknologidi sektorkesehatan.
a Teknologiinformasi b Bioteknologi
4
TRANSFORMASI SISTEM KESEHATAN
6 Pilar Transformasi Penopang Kesehatan Indonesia
5. DASAR HUKUMDANDUKUNGANKEBIJAKANKEMENDAGRIUNTUK MENDUKUNG
TRANSFORMASI SISTEMKESEHATAN
UU 23 Tahun2014
Rakortekrenbang yang dilaksanakan oleh
Kemendagri & Bappenas bersama K/L teknis serta
Pemda membahas indikator & target untuk
mendukung program strategis/prioritas nasional
Permendagri 17 Tahun2021
Tentang pedoman penyusunan APBD Tahun
Anggaran 2022
PP 12 Tahun2017
Permendagri 90 Tahun2019
Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan
daerah provinsi dilaksanakan oleh Mendagri untuk
pembinaan umum & Menteri teknis/kepala
Lembaga pemerintah non kementerian untuk
pembinaan teknis
Tentang Klasifikasi, Kodefikasi, & Nomenklatur
Perencanaan Pembangunan & Keuangan Daerah.
Nomenklatur program/keg/sub keg mendukung
transformasi kesehatan sudah terakomodir (UKP, UKM,
SDM kesehatan, Sediaan farmasi, alkes, & makanan
minuman)
Tentang pedoman penyusunan RKPD Tahun
Anggaran 2022
Tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar
di Pos Pelayanan Terpadu
Permendagri 19 Tahun2011 Permendagri 18 Tahun2018
Tentang Lembaga Kemasyarakat Desa &
Lembaga Adat Desa
Permendagri54 Tahun2007
Tentang Kelompok Kerja Operasional
Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu
Permendagri 27 Tahun2021
6. POTRET LAYANANKESEHATAN DAN
LANGKAH-LANGKAH YANG PERLU DILAKUKAN UNTUK MENDUKUNG
TRANFORMASI SISTEM KESEHATAN [1]
Transformasi sistem kesehatan menjadi prioritas pembangunan pemerintah saat ini.
Sangat dibutuhkan partisipasi dari seluruh komponen bangsa (collaborative
governance) baik itu pemerintah pusat dan daerah, swasta maupun masyarakat
untuk bisa membantu melancarkan keenam pilar transformasi sistem kesehatan di
seluruh wilayah Indonesia.
PILAR 1 TRANSFORMASI LAYANAN PRIMER
Penataan ulang
mencakup edukasi
penduduk,
pencegahanprimer,
pencegahan
sekunder, dan
peningkatan
kapasitas dan
kapabilitas layanan
primer
Mendukung
SPM
kesehatan
CAPAIAN SPM KABUPATEN/KOTA BIDANG KESEHATAN
70%
30%
TAHUN 2020
Capaian Terlayani
Belum Terlayani
69%
31%
TAHUN 2021
Capaian Terlayani
Belum Terlayani
Dalam
implementasinya
belum ada daerah
yang bisa mencapai
100% untuk setiap
jenis layanan dasar,
ditambah lagi dengan
kondisi Pandemi
Covid-19
12 jenis layanan SPM
Kesehatan Kab./Kota
• Ibu hamil
• Ibu bersalin
• Bayi baru lahir
• Balita
• Pada usia pendidikan
dasar
• Pada usia produktif
• Pada usia lanjut
• Penderita hipertensi
• Penderita diabetes mellitus
• Orang dengan gangguan jiwa berat
• Orang terduga tuberculosis
• Orang dengan resiko terinfeksi HIV
PelayananKesehatan pada:
7. CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI
Aceh
Sum
atera
Utar
a
Sum
atera
Bara
t
Riau
Kepu
laua
n
Riau
Jamb
i
Sum
atera
Selat
an
Bang
ka
Belit
ung
Beng
kulu
Lam
pung
Bant
en
DKI
Jakar
ta
Jawa
Bara
t
Jawa
Teng
ah
Daer
ah
Istim
ewa
Yogy
akart
a
Jawa
Timu
r
Kali
mant
an
Bara
t
Kali
mant
an
Teng
ah
Kali
mant
an
Selat
an
Kali
mant
an
Timu
r
Kiali
mant
an
Utar
a
Sula
wesi
Utar
a
Goro
ntat
o
Sula
wesi
Teng
ah
Sula
wesi
Selat
an
Sula
wesi
Bara
t
Sula
wesi
Teng
gara
Bali
Nusa
Teng
gara
Bara
t
Nusa
Teng
gara
Timu
r
Malu
ku
Malu
ku
Utar
a
Papu
a
Papu
a
Bara
t
Tahun 2018 55.3 84 74.2 71 98.9 98.7 100 92.3 95.9 99.9 91.7 100 96.9 100 70.8 98.3 79.5 85.5 84.8 93.3 76.5 90 82.3 96.8 92.8 77.8 85.4 99.5 100 51.7 81.2 75.3 29.6 80.7
Tahun 2019 50.9 86.2 76.2 73.3 96.9 100 100 91.5 95.5 99.3 99 98 97.7 99.3 97.3 100 82.5 88.1 86.1 92.6 86.2 93.2 84.5 93.2 95.5 79.5 88.4 100 100 74.9 77 80.6 71.9 83.4
Tahun 2020 41.8 75.8 54.1 59 89.6 83.9 91.7 86.5 87.9 86.5 91.3 73.2 83.7 98 72 97.3 71.5 77.2 75.4 82.8 63.4 65.2 72.5 87.9 75 69.8 83 99.4 99.1 74.3 72.6 67.8 51.2 66.4
Tahun 2021 42.7 80.9 58.4 62.9 81.3 86.2 89 87.3 94.1 89.9 94.8 63.3 89.8 88.8 95.3 90.3 73.8 84.9 80.2 90 71 81.4 89.9 87.8 100 76.4 83.4 98.8 95.5 73.5 73 81 53.5 60.4
0
20
40
60
80
100
120
Rata-rata capaian cakupan imunisasi dasar lengkap secara nasional sebesar 84,2% , angka ini belum memenuhi target renstra tahun 2021,
yaitu 93,6%. Cakupan imunisasi dasar lengkap pada tahun 2021 hampir sama dengan tahun 2020. Rendahnya cakupan ini dikarenakan
pelayanan pada fasilitas kesehatan dioptimalkan untuk pengendalian pandemi COVID-19. Jika dilihat menurut provinsi, terdapat
6 provinsi yang dapat mencapai target renstra tahun 2021, yaitu provinsi sulawesi selatan, bali, nusa tenggara barat, DI
yogyakarta, banten dan bengkulu. Sumber:Profil Kesehatan Indonesia, Kemenkes RI
8. PERSENTASE PUSKESMAS DENGAN KETERSEDIAAN VAKSIN IDL (IMUNISASI DASAR LENGKAP)
Aceh
Sum
ater
a
Utar
a
Sum
ater
a
Bara
t
Riau
Kepu
laua
n
Riau
Jam
bi
Sum
ater
a
Selat
an
Bang
ka
Belit
ung
Beng
kulu
Lam
pung
Bant
en
DKI
Jakar
ta
Jawa
Bara
t
Jawa
Teng
ah
Daer
ah
Istim
ewa
Yogy
akar
ta
Jawa
Timu
r
Kali
man
tan
Bara
t
Kali
man
tan
Teng
ah
Kali
man
tan
Selat
an
Kali
man
tan
Timu
r
Kiali
man
tan
Utar
a
Sula
wesi
Utar
a
Goro
ntat
o
Sula
wesi
Teng
ah
Sula
wesi
Selat
an
Sula
wesi
Bara
t
Sula
wesi
Teng
gara
Bali
Nusa
Teng
gara
Bara
t
Nusa
Teng
gara
Timu
r
Malu
ku
Malu
ku
Utar
a
Papu
a
Papu
a
Bara
t
2020 88.2 95.5 100 100 98.9 100 100 100 100 95.8 100 99.7 99.9 88.4 100 99.6 100 100 100 100 100 100 100 100 86.5 100 98.6 100 100 98.6 100 100 96.8 81.9
2021 96.1 91.9 100 99.1 100 93.6 100 100 100 95.8 99.6 100 92.6 82.3 100 98.2 100 93.5 97.5 100 100 100 100 100 100 100 100 95.8 100 92.5 100 100 97.3 70.3
0
20
40
60
80
100
120
• Pada tahun 2021, realisasi indikator persentase puskesmas dengan ketersediaan vaksin Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) sebesar 96,4%,
melebihi target yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 95% sehingga menghasilkan persentase
realisasi sebesar 101,5%.
• Capaian tertinggi persentase puskesmas dengan ketersediaan vaksin IDL pada tahun 2021 yakni sebesar 100% dan dicapai oleh 19 provinsi.
Namun, terdapat 7 provinsi dengan capaian persentase puskesmas dengan ketersediaan vaksin IDL dibawah target nasional yakni Provinsi
Jambi, Kalimantan Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, Jawa Tengah, dan Papua Barat.
Sumber:ProfilKesehatan Indonesia, KemenkesRI
9. JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT PROVINSI
Ace
h
Sum
ater
a
Utar
a
Sum
ater
a
Bara
t
Riau
Jam
bi
Sum
ater
a
Sela
tan
Ben
gkul
u
Lam
pun
g
Kep
ulau
an
Ban
gka
Belit
ung
Kep
ulau
an
Riau
DKI
Jaka
rta
Jaw
a
Bara
t
Jaw
a
Teng
ah
DI
Yogy
akar
ta
Jaw
a
Tim
ur
Bant
en
Bali
Nus
a
Teng
gara
Bara
t
Nus
a
Teng
gara
Tim
ur
Kali
man
tan
Bara
t
Kali
man
tan
Teng
ah
Kali
man
tan
Sela
tan
Kali
man
tan
Tim
ur
Kali
man
tan
Utar
a
Sula
wesi
Utar
a
Sula
wesi
Teng
ah
Sula
wesi
Sela
tan
Sula
wesi
Teng
gara
Gor
onta
lo
Sula
wesi
Bara
t
Mal
uku
Mal
uku
Utar
a
Pap
ua
Bara
t
Pap
ua
Tahun 2018 141 186 111 100 46 120 39 102 43 51 98 700 421 35 522 247 35 99 141 86 81 79 74 10 52 82 139 60 29 68 61 49 44 75
Tahun 2019 157 202 116 119 59 105 35 111 36 41 100 684 416 36 520 212 45 97 118 117 74 63 79 21 51 97 144 66 40 49 52 47 46 66
Tahun 2020 173 187 125 129 62 128 32 115 26 38 117 745 530 40 565 242 56 122 151 115 68 97 92 18 48 81 133 61 56 46 70 39 48 72
Tahun 2021 208 248 193 180 75 131 50 187 62 99 129 1204 976 162 1279 298 125 144 181 183 96 140 169 29 64 109 195 113 51 60 63 58 49 79
• Jumlah kematian ibu yang dihimpun dari pencatatan program kesehatan keluarga di Kementerian Kesehatan meningkat setiap tahun.
Pada tahun 2021 menunjukkan 7.389 kematian di Indonesia. Jumlah ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2020 sebesar
4.627 kematian.
• Berdasarkan penyebab, sebagian besar kematian ibu pada tahun 2021 terkait COVID-19 sebanyak 2.982 kasus, perdarahan sebanyak
1.330 kasus, dan hipertensi dalam kehamilan sebanyak 1.077 kasus.
Sumber:Profil Kesehatan Indonesia, KemenkesRI
10. DUKUNGANPOSYANDUDALAMUPAYA PROMOTIFPREVENTIF
• Melakukan pemberdayaan
masyarakatDesa;
• Ikutserta dalam perencanaan
dan pelaksanaan
pembangunan; dan
• Meningkatkan pelayanan
masyarakatDesa.
Sebagai Lembaga
kemasyarakatan
• Salah satu langkah untuk
meningkatkan pelayanan
kesehatan di tanah air adalah
dengan penguatan dan
perluasan kelembagaan layanan
Kesehatan puskesmas dan
posyandu. Puskesmasdan
posyandu perlu difokuskan pada
upaya promotif preventif
seperti skrining dan surveilans
bagi semua usia penduduk
mulai dari bayi hingga lansia
dengan by nameby address.
• Mengembangkan Posyandu
bukan hanya pada layanan
kesehatan tetapi dapatdi
integrasikan dengan layanan
sosial dasar lainnya (Program).
DibentukPokjanal/Pokja yang tugasdan
fungsinya terkaitpembinaan,
penyelenggaraan/pengelolaan posyandu
yang berkedudukan di pusat, provinsi,
kabupaten/kota, Kecamatan, Desa dan
Kelurahan
TUGAS POSYANDU
MENTERI DALAM NEGERI
MELALUI
DIREKTUR JENDERAL BINA PEMERINTAHAN DESA
MELAKUKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN SECARA
UMUM TERHADAP PEMBENTUKAN, PEMBERDAYAAN
DANPENDAYAGUNAANLKD (POSYANDU) DANLAD.
• GUBERNUR MELAKUKANPEMBINAANDAN
PENGAWASANTERHADAP PEMBENTUKAN,
PEMBERDAYAANDANPENDAYAGUNAANLKD DAN
LAD SEBAGAI MITRA PEMERINTAH DESA PADA
KABUPATEN/KOTA DI WILAYAHNYA.
• BUPATI/WALI KOTA MELAKUKANPEMBINAANDAN
PENGAWASANTERHADAP PEMBENTUKAN,
PEMBERDAYAANDANPENDAYAGUNAANLKD DAN
LAD SEBAGAI MITRA PEMERINTAH DESA DI
WILAYAHNYA.
• CAMAT MELAKUKANPEMBINAANDAN
PENGAWASANTERHADAP PEMBENTUKAN,
PEMBERDAYAANDANPENDAYAGUNAANLKD DAN
LAD SEBAGAI MITRA PEMERINTAH DESA DI DESA.
11. POTRETLAYANANKESEHATANDAN
LANGKAH-LANGKAH YANG PERLU DILAKUKANUNTUKMENDUKUNG
TRANFORMASISISTEM KESEHATAN[2]
PILAR 2 TRANSFORMASI LAYANAN
RUJUKAN
• Jumlah fasyankesdi daerah
yang mampu melayani 4
penyakit penyebab
kematian sekaligus
pembiayaan tertinggi di
Indonesia yakni jantung,
stroke, kanker, dan ginjal
masih sangatterbatas.
• Saatini data fasyankesdi
daerah untukmengatasi 4
panyakittersebut belum
banyakKabupaten/kota
yang mampu melakukan
layanan tersebut. Melalui
transformasi ini, seluruh
daerah ditargetkan bisa
melakukan layanan
kesehatan untukkeempat
penyakit tersebut..
Gambar 1. Layanan jantung sesuai jenjang kompetensi Gambar 2. Sebaran RS-layanan bedah jantung anak
Gambar 3. Pemetaan Layanan Kemoterapi Gambar 4. Pemetaan RS-Layanan Stroke
12. POTRETLAYANANKESEHATANDAN
LANGKAH-LANGKAH YANG PERLU DILAKUKANUNTUKMENDUKUNG
TRANFORMASISISTEM KESEHATAN[3]
PILAR3 TRANSFORMASI SISTEM KETAHANAN KESEHATAN
Pada pilar ini, dipastikan bahwa seluruh obat, vaksin dan alat diagnostikdi produksi dalam negeri. Perlu dibangun sistem tenaga kesehatan cadangan
dengan melibatkan Pramuka, Poltekkesdan fakultaskedokteran. Mereka perlu dilatih, dibina dan dibekali pengetahuan terkaitbidang kesehatan,
sehingga apabila sewaktu-waktu dibutuhkan saatbencana ataupun keadaan darurat lainnya sudah siap.
Strategi
Kemandirian
Farmasi,
Alkes, &
Respon
Darurat
13. POTRETLAYANANKESEHATANDAN
LANGKAH-LANGKAH YANG PERLU DILAKUKANUNTUKMENDUKUNG
TRANFORMASISISTEM KESEHATAN[4]
PILAR4 TRANSFORMASI SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN
Seluruh kegiatan dan anggaran dinaskesehatan perlu dioptimalkan agar tidak terjadi tumpang tindih sekaligus mampu mengakomodir daerah dalam
melakukan transformasisistem kesehatan ini
A N G G A RAN UR USA N
K E SE H ATA N
APBD P R OVINSI &
K A B UPATE N/KOTA
SE -P R OVIN SI TA
2022
Rata-Rata = 5.359,83
Miliar Rupiah
R A SIO UR USA N
K E SE H ATA N APBD
P R OVINSI TA 2022
Tertinggi 20,42% → NTB
Terendah 3,73% → Papbar
A N G G A RAN UR USA N
K E SE H ATA N APBD
K A B UPATE N/KOTA TA
2022
R A SIO
UR USA N
K E SE H ATA N
APBD
K A B UPATE N/K
OTA TA 2022
Tertinggi 36,07% % → Kota
Sukabumi
Terendah 5,96% → Pulau
Taliabu
Total = 142.172,78
Miliar Rupiah
Rata-rata = 279,87
18. 13 INDIKATOR DALAM KESEPAKATAN RAKORTEK TAHUN 2021-2022
NO Indikator Kinerja Urusan Satuan
Target
Nasional
2022
1 PrevalensiStunting(PendekdanSangatPendek) Pada
Balita(persen)
% 18.4
2 Persentase PelayananKesehatanBagi Penduduk
Terdampak KrisisKesehatan AkibatBencanadan/atau
Berpotensi Bencana
% 100
3 Persentase Imunisasi DasarLengkapPadaUsia12-23
Bulan
% 71
4 Persentase UsahaKecil ObatTradisional (UKOT) Yang
Memenuhi KetentuanPerizinan
% 80
5 InsidensiTuberkulosis(per100.000 penduduk) per100.000
penduduk
231
6 Persentase RumahSakitRujukanProvinsi yang
Terakreditasi
% 90
7 RasioDaya TampungRumahSakitRujukan Ratio
TT:1000
penduduk
1
8 Persentase PelayananKesehatanBagi Orangyang
TerdampakdanBerisikoPadaSituasi KejadianLuarBiasa
(KLB)
% 100
9 Persentase Puskesmasdengan9JenisTenagaKesehatan
Sesuai Standar
% 59
10 AngkaKematianIbu(AKI) (per100.000 kelahiranhidup) per100.000
penduduk
205
11 Persentase PedagangBesarFarmasi (PBF) CabangYang
Memenuhi KetentuanPerizinanBerusaha
% 90
12 JumlahKabupaten/KotayangMencapai EliminasiMalaria kabupaten/k
ota
365
13 Persentase Merokok Penduduk Usia10-18 Tahun % 8.9
NO Indikator Kinerja Urusan Satuan
Target
Nasional
2023
1 PrevalensiStunting(Pendek danSangatPendek) Pada
Balita(persen)
% 16
2 Persentase UsahaKecil ObatTradisional (UKOT) Yang
Memenuhi KetentuanPerizinan
% 83
3 RasioDaya TampungRumahSakitRujukan RatioTT:1000
penduduk
1.4
4 Persentase Puskesmasdengan9JenisTenagaKesehatan
Sesuai Standar
% 83
5 Persentase PelayananKesehatanBagi Orangyang
TerdampakdanBerisikoPadaSituasi KejadianLuarBiasa
(KLB)
% 100
6 JumlahKabupaten/KotayangMencapai EliminasiMalaria kabupaten/k
ota
385
7 Persentase PedagangBesarFarmasi (PBF) CabangYang
Memenuhi KetentuanPerizinanBerusaha
% 100
8 JumlahKab/kotayangmenerapkanKTR kabupaten/k
ota
474
9 CakupanPenemuan danPengobatan TBC(Treatment
Coverage)
% 90
10 Persentase PelayananKesehatanBagi Penduduk
TerdampakKrisisKesehatanAkibatBencanadan/atau
Berpotensi Bencana
% 100
11 JumlahPenurunanKematianIbu KematianIbu 3274
12 Persentase Bayi Usia0 - 11 Bulanyangmendapatimunisasi
dasar lengkap
% 94.6
13 Presentase rumahsakityangterakreditasi % 95
19. POTRETLAYANANKESEHATADANDAN
LANGKAH-LANGKAH YANG PERLU DILAKUKANUNTUKMENDUKUNG
TRANFORMASISISTEM KESEHATAN[5]
PILAR5 TRANSFORMASI SDM KESEHATAN
Pada transformasiini, Kemenkesakan fokusmenambah jumlah dokter. Jumlah dokter maupun dokter spesialis di Indonesia masih kurang
atau jauh dariideal. Menurut WHO, rasio ideal antara dokter dan masyarakatadalah 1:1000 orang. Artinya satu dokter untukmelayani
1000 pendudukdisatu wilayah. Sementara itu, ketersediaan dokter di Indonesia saatini hanya 101.476 dokter, dengan jumlah populasi
sekitar 273,984,400 jiwa, maka perlu ada fasttrack penambahan jumlah dokter untukmemenuhi rasio tenaga Kesehatan
Persentaseprovinsidengan puskesmas yang memenuhi9
(sembilan) jenis nakes paling tinggi adalah provinsiDKI Jakarta
(105,4%), diikutioleh provinsiDI Yogyakarta(89,3%) dan provinsi
Kepulauan BangkaBelitung (84,4%). Sedangkan 23 Provinsi
dengan Persentaseprovinsidengan puskesmas yang memenuhi 9
(sembilan) jenis nakes masih dibawah target nasional Tahun
2022 sebesar 59%.
20. PERSENTASE PUSKESMAS DENGAN 9 (SEMBILAN) JENIS TENAGA KESEHATAN MENURUT PROVINSI SESUAI
STANDAR
Persentase provinsi dengan puskesmas yang
memenuhi 9 (sembilan) jenis nakes paling tinggi
adalah provinsi DKI Jakarta (105,4%), diikuti
oleh provinsi DI Yogyakarta(89,3%)dan
provinsi Kepulauan Bangka Belitung (84,4%).
Sedangkan 23 Provinsi dengan Persentase
provinsi dengan puskesmas yang memenuhi 9
(sembilan) jenis nakes masih dibawah target
nasional Tahun 2022 sebesar 59%.
Sumber:ProfilKesehatan Indonesia, KemenkesRI
105.4
89.3
84.4
81.6
66.7
66.3
64.5
63.4
61.0
59.5
59.4
58.8
56.7
55.4
54.1
53.6
51.2
51.0
46.4
35.5
35.1
34.5
34.0
32.6
30.2
29.7
28.7
25.8
23.4
22.5
17.7
13.4
12.4
8.6
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0
DKI Jakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta
Kepulauan Bangka Belitung
Jawa Tengah
Kalimantan Selatan
Sumatera Barat
Sulawesi Selatan
Nusa Tenggara Barat
Jawa Timur
Riau
Kalimantan Timur
Aceh
Bali
Kepulauan Riau
Sulawesi Barat
Kalimantan Utara
Jambi
Banten
Jawa Barat
Gorontato
Lampung
Sumatera Selatan
Kalimantan Barat
Sumatera Utara
Bengkulu
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Tengah
Sulawesi Utara
Maluku Utara
Maluku
Papua Barat
Papua
21. SEBARAN JUMLAH SDMK DAERAH TERTINGGAL DI INDONESIA TAHUN 2021
735
820
829
996
1105
3275
3717
3874
4972
8322
15534
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000
Lampung
Maluku Utara
Sumatera Barat
Sumatera Selatan
Nusa Tenggara Barat
Sumatera Utara
Papua Barat
Sulawesi Tengah
Maluku
Papua
Nusa Tenggara Timur
Sumber:ProfilKesehatan Indonesia, KemenkesRI
Provinsi dengan jumlah SDMK
di Daerah Tertinggal terbanyak
yaitu Nusa Tenggara Timur
sebanyak 15.534 orang.
22. POTRETLAYANANKESEHATADANDAN
LANGKAH-LANGKAH YANG PERLU DILAKUKANUNTUKMENDUKUNG
TRANFORMASISISTEM KESEHATAN[6]
PILAR6 TRANSFORMASI TEKNOLOGI KESEHATAN
Kemenkes telah menyiapkan satu platform kesehatan yang digunakan untukmerekam catatan medis pasien secara digital. Rekam medis ini formatnya
sama baik di apotik, laboratorium maupun semua rumah sakittermasukfasyankes di daerah daerah. Melalui platform ini, pasien tidak perlu membawa
berkasfisik saat dirujukke RS atau fasyankes lainnya. Semua data kesehatan pasien telah terintegrasi di PeduliLindungidan bisa dicek secara berkala.
23. KODEFIKASI,KLASIFIKASI DAN NOMENKLATUR PROGRAM,KEGIATANDANSUB KEGIATAN
PERMENDAGRI90/2019
LAYERKODE
Nomenklatur urusan pemerintahan Bidang
Kesehatan yang menjadi kewenangan
Provinsi sebanyak 4 Program, 11 kegiatan
dan 71 sub kegiatan. Sedangkan untuk
kabupaten/kota sebanyak 4 program,
15 kegiatan dan 90 sub kegiatan
Daftar Kodefikasi dan nomenklatur merupakan
longlist, daerah memilih sesuai dengan
permasalahan serta pencapaian visi dan misi
kepala daerah
KONSEP PENGGUNAAN
LAYERKODE
PEMUTAKHIRAN PERMENDAGRI 90/2019
(Dari Kepmendagri 050-3708/2020 menjadi Kepmendagri 050-5889/2021)
Permendagri No.90/2019
Tgl 18 Oktober 2019
Kepmendagri No.050-5889 Tahun 2021
Tgl 27 Desember 2021
1. Dasar awal penetapan
klasifikasi, kodefikasi, dan
nomenklatur perencanaan
pembangunan dar keuangan
daerah
2. Koedfikasi Klasifikasi dan
Nomenklatur (KKN) untuk
mendukung SIPD
1. Pemutakhiran terkait koreksi,
penambahan dan
pengurangan
2. Penambahan Metadata
Kinerja Indikator dan Satuan pd
Sub Keg
3. Data KKN disimpan diSIPD
24. TINDAKLANJUT
Melakukan analisis situasi/pemetaan masalah berdasarkan kondisi pelayanan
kesehatan (sarana/prasarana, Sumber Daya Manusia, pembiayaan dan
aksesibilitas layanan kesehatan).
Melaksanakan koordinasi lintas sektor/lintas program untuk mewujudkan
konvergensi yang tertuang ke dalam dokumen perencanaan daerah (RPJMD,
RKPD dan APBD) dan mendukung pencapaian target RPJMN 2020-2024 di
bidang urusan kesehatan .
Menyusun strategi pemenuhan pelayanan kesehatan yang mudah di akses
dengan memanfaatkan platform digital dan pengembangan teknologi
kesehatan lainnya.
Merumuskan rekomendasi perbaikan intervensi layanan transformasi
kesehatan.
32. ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS MENURUT PROVINSI
ACEH
SUM
UT
SUMB
AR
RIAU KEPRI
JAMB
I
SUMS
EL
KEP.
BABE
L
BENG
KULU
LAMP
UNG
BANT
EN
DKI
JAKA
RTA
JABA
R
JATE
NG
DIY JATIM
KALB
AR
KALTE
NG
KALSE
L
KALTI
MU
KALT
ARA
SULU
T
GORO
NTAL
O
SULTE
NG
SULSE
L
SULB
AR
SULT
RA
BALI NTB NTT
MALU
KU
MALU
T
PAPU
A
PAPU
A
BARA
T
2016 79.3 89.6 83.6 86.0 79.2 91.3 91.5 84.0 87.1 86.9 90.4 79.7 88.8 76.9 82.3 88.0 89.7 82.1 94.2 85.2 66.8 89.3 76.7 87.1 87.0 91.5 83.2 76.6 90.5 90.4 64.5 72.0 64.4 56.9
2017 86.7 87.8 85.0 83.8 86.2 74.4 92.0 81.8 90.4 84.9 90.1 78.5 89.3 82.0 84.3 90.3 78.1 84.8 90.8 91.1 75.1 84.6 97.1 84.8 86.1 89.6 75.6 88.2 93.8 83.0 76.1 64.0 66.7 71.0
2018 85.5 90.8 80.5 82.0 89.4 89.6 95.1 87.2 79.5 87.0 90.3 81.2 84.8 82.7 85.1 87.0 79.5 84.5 91.9 92.5 53.8 77.6 81.7 89.6 87.0 89.2 80.9 88.7 88.6 71.8 63.8 63.8 71.2 35.1
2019 89.4 92.4 87.9 87.5 87.6 89.9 92.2 89.4 75.7 97.3 91.6 82.6 85.7 85.1 84.3 90.0 86.1 83.6 84.5 93.9 81.7 83.4 84.5 91.9 87.6 91.5 82.0 89.4 94.0 83.6 68.7 83.6 74.1 41.5
2020 86.5 90.0 88.6 92.0 85.8 90.7 94.5 90.2 85.0 96.7 81.6 82.5 76.6 81.4 86.3 87.1 67.8 86.0 80.4 90.5 60.3 82.6 86.4 93.1 85.1 93.6 85.5 89.2 89.4 90.1 48.1 75.7 60.2 60.3
2021 89.3 90.3 89.3 93.2 86.1 89.9 89.7 86.0 88.4 94.9 90.1 79.3 82.4 86.5 87.9 89.2 80.6 83.7 83.6 82.5 71.7 90.6 89.6 89.0 87.3 90.9 89.9 83.4 90.3 88.4 87.2 79.7 72.0 74.0
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
Persen
Sumber:ProfilKesehatan Indonesia, KemenkesRI
Provinsiyang mencapaiangka keberhasilan
pengobatan semua kasus tuberkulosis pada
tahun 2021 sebanyak 7 provinsi, yaitu
Lampung (94,9%), Riau (93,2%),
Sulawesi Barat (90,9%), Sulawesi
Utara (90,6%), Sumatera Utara
(90,3%), Nusa Tenggara Barat (90,3%)
Banten (90,1%)
33. PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MENCAPAI ELIMINASI MALARIA MENURUT PROVINSI
ACEH
SUM
UT
SUMB
AR
RIAU KEPRI
JAMB
I
SUMS
EL
KEP.
BABE
L
BENG
KULU
LAMP
UNG
BANT
EN
DKI
JAKA
RTA
JABA
R
JATE
NG
DIY JATIM
KALB
AR
KALTE
NG
KALSE
L
KALTI
MU
KALT
ARA
SULU
T
GORO
NTAL
O
SULTE
NG
SULSE
L
SULB
AR
SULT
RA
BALI NTB NTT
MALU
KU
MALU
T
PAPU
A
PAPU
A
BARA
T
2017 82.6 63.6 84.2 58.3 42.9 27.3 47.1 71.4 30.0 46.7 75.0 100.0 85.2 82.9 80.0 100.0 14.3 42.9 38.5 30.0 20.0 33.3 33.3 23.1 75.0 47.1 47.1 100.0 30.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
2018 82.6 63.6 84.2 83.3 42.9 45.5 47.1 71.4 30.0 66.7 75.0 100.0 85.2 85.7 80.0 100.0 21.4 64.3 53.9 30.0 20.0 40.0 33.3 30.8 79.2 50.0 52.9 10.0 30.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
2019 91.3 63.6 89.5 83.3 42.9 63.6 47.1 85.7 30.0 73.3 75.0 100.0 85.2 94.3 80.0 100.0 21.4 71.4 53.9 30.0 20.0 40.0 33.3 38.5 83.3 83.3 52.9 100.0 30.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
2020 91.3 63.6 89.5 83.3 42.9 63.6 52.9 85.7 40.0 73.3 75.0 100.0 92.6 94.3 80.0 100.0 28.6 78.6 53.8 30.0 60.0 53.3 33.3 46.2 87.5 83.3 64.7 100.0 30.0 13.6 0.0 10.0 0.0 0.0
2021 95.7 63.6 94.7 91.7 57.1 63.6 64.7 85.7 70.0 73.3 100.0 100.0 96.3 94.3 80.0 100.0 42.9 78.6 69.2 40.0 60.0 53.3 83.3 46.2 87.5 83.3 70.6 100.0 60.0 22.7 0.0 40.0 0.0 0.0
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
Persen
Sumber:ProfilKesehatan Indonesia, KemenkesRI
Pada tahun 2021, terdapat4 Provinsi yang eliminasi malaria,
yaitu DKI Jakarta, Bali, Jawa Timur, dan Banten. Provinsi
yang seluruh kabupaten/kotanya belumeliminasi malaria,yaitu
Maluku, Papua Barat, dan Papua
34. JUMLAH KASUS BARU HIV MENURUT PROVINSI TAHUN 2016- 2021
ACEH
SUM
UT
SUM
BAR
RIAU KEPRI
JAMB
I
SUMS
EL
KEP.
BABE
L
BENG
KULU
LAMP
UNG
BANT
EN
DKI
JAKA
RTA
JABA
R
JATE
NG
DIY JATIM
KALB
AR
KALT
ENG
KALSE
L
KALTI
MU
KALT
ARA
SULU
T
GOR
ONTA
LO
SULT
ENG
SULSE
L
SULB
AR
SULT
RA
BALI NTB NTT
MAL
UKU
MAL
UT
PAPU
A
PAPU
A
BARA
T
2016 70 1,891 396 822 1,037 215 346 135 115 381 1,092 6,019 5,466 4,032 736 6,513 525 141 454 813 163 409 7 157 993 22 134 2,367 175 487 621 120 3,866 530
2017 111 1,914 563 711 1,105 278 486 268 95 580 1,315 6,626 5,819 5,425 723 8,204 608 119 572 1,202 172 516 51 200 1,366 37 134 2,441 222 837 688 145 4,358 409
2018 155 1,999 624 539 1,033 246 508 205 107 524 1,334 6,896 5,185 5,400 833 8,608 692 122 297 1,126 166 555 74 292 1,174 26 106 2,211 192 842 462 200 3,546 380
2019 174 2,463 541 558 854 131 601 234 177 568 1,643 6,701 6,066 5,630 714 8,935 698 222 474 1,301 199 673 48 350 1,537 69 180 2,283 258 821 462 267 3,753 697
2020 139 2,193 403 761 757 167 556 219 104 589 1,480 4,931 5,666 5,531 591 7,157 682 286 283 965 138 432 84 317 1,183 27 123 1,704 278 584 378 230 2,644 405
2021 175 1,904 364 476 669 187 521 184 146 526 1,392 4,358 5,337 4,569 567 5,872 531 257 419 1,089 130 508 109 227 1,227 31 193 1,571 207 429 320 257 1,790 360
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
Jumlah
Kasus
Sumber:ProfilKesehatan Indonesia, KemenkesRI
35. PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN KETERSEDIAAN OBAT ESENSIAL TAHUN 2020-2021
Ace
h
Sum
ater
a
Utar
a
Sum
ater
a
Bara
t
Riau
Kep
ulau
an
Riau
Jam
bi
Sum
ater
a
Sela
tan
Ban
gka
Belit
ung
Ben
gkul
u
Lam
pun
g
Bant
en
DKI
Jaka
rta
Jaw
a
Bara
t
Jaw
a
Teng
ah
Daer
ah
Isti
me
wa
Yogy
akar
ta
Jaw
a
Tim
ur
Kali
man
tan
Bara
t
Kali
man
tan
Teng
ah
Kali
man
tan
Sela
tan
Kali
man
tan
Tim
ur
Kiali
man
tan
Utar
a
Sula
wesi
Utar
a
Gor
onta
to
Sula
wesi
Teng
ah
Sula
wesi
Sela
tan
Sula
wesi
Bara
t
Sula
wesi
Teng
gara
Bali
Nus
a
Teng
gara
Bara
t
Nus
a
Teng
gara
Tim
ur
Mal
uku
Mal
uku
Utar
a
Pap
ua
Pap
ua
Bara
t
Tahun 2020 94.6 89.6 96 89.8 97.8 91.6 82.7 100 89.4 77.3 78.9 96.3 93.3 94.2 100 96.6 97.6 87 98.3 98.9 100 100 86 90.3 90.8 100 82.4 91.7 99.4 94.1 93.8 88.9 89.8 89.9
Tahun 2021 69.6 83.3 100 91.7 28.6 100 58.8 50 100 80 33.3 0 85.2 90 100 78.1 92.9 42.9 100 90 100 78.6 100 92.3 100 100 82.4 100 100 81.8 55.6 100 100 0
• Pada tahun 2020, realisasi indikator persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan obat esensial sebesar 83,75%, melebihi target
yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 77% dengan capaian sebesar 108,77%.
• Pada tahun 2021, realisasi indikator persentase kabupaten/kota dengan ketersediaan obat esensial sebesar 84,2%, melebihi target
yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2020-2024 yaitu sebesar 79% dengan capaian sebesar 106,6%.
36. PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN MINIMAL 80 PERSEN POSYANDU AKTIF PER PROVINSI DI INDONESIA
TAHUN 2020-2021
0 5 10 15 20 25 30 35
Aceh
Riau
Sumatera Selatan
Lampung
Jawa Tengah
Kalimantan Tengah
Gorontato
Sulawesi Barat
Bali
Maluku Utara
2021
0 10 20 30 40 50 60
Aceh
Kepulauan Riau
Sumatera Selatan
Bengkulu
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Papua
2020
• Pada tahun 2020, terdapat 108 kabupaten/kota (21,0%) dengan minimal 80% posyandu aktif di seluruh Indonesia dari 15
Provinsi yang melaporkan. Posyandu aktif adalah posyandu yang mampu melaksanakan kegiatan utamanya secara rutin
setiap bulan (KIA: ibu hamil, ibu nifas, bayi, balita, KB, imunisasi, gizi, pencegahan, dan penanggulangan diare) dengan
cakupanmasing-masing minimal50% dan melakukankegiatantambahan.
• Pada tahun 2021, terdapat 31 kabupaten/kota (6,0%) yang memiliki minimal 80% posyandu aktif di seluruh Indonesia
dari 15 provinsi yang melapor.