SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
RANCANGAN
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2020
TENTANG
INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Indeks Standar
Pencemar Udara;
Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3853);
-2-
4. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 17);
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.18/MENLHK-II/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 713);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR
UDARA.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Indeks Standar Pencemar Udara yang selanjutnya
disingkat ISPU adalah angka yang tidak mempunyai
satuan yang menggambarkan kondisi mutu udara
ambien di lokasi tertentu, yang didasarkan kepada
dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan
makhluk hidup lainnya.
2. Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien yang
selanjutnya disingkat SPKUA adalah perangkat yang
terdiri atas peralatan pemantau kualitas udara ambien
yang beroperasi secara terus-menerus dan datanya dapat
dipantau secara langsung.
3. Perangkat Pengolah Data adalah perangkat yang
digunakan untuk menerima, menghitung dan
menyimpan data hasil pemantauan.
4. Status Warna adalah indikator kondisi masing-masing
kategori rentang ISPU.
5. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
-3-
Pasal 2
(1) Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota bertanggung
jawab dalam menentukan ISPU.
(2) ISPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
parameter:
a. partikulat (PM10);
b. partikulat (PM2.5);
c. karbon monoksida (CO);
d. nitrogen dioksida (NO2);
e. sulfur dioksida (SO2);
f. ozon (O3); dan
g. hidrokarbon (HC).
(3) ISPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan
dengan tahapan:
a. perhitungan;
b. pelaporan; dan
c. publikasi.
Pasal 3
Perhitungan ISPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (3) huruf a dilakukan melalui kegiatan:
a. pemantauan; dan
b. konversi konsentrasi parameter menjadi nilai ISPU.
Pasal 4
(1) Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf a harus memenuhi persyaratan:
a. peralatan SPKUA; dan
b. lokasi pemantauan.
(2) Persyaratan peralatan SPKUA sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. alat pemantau kualitas udara;
b. alat pemantau meteorologi;
c. Perangkat Pengolah Data; dan
d. beroperasi selama 24 (dua puluh empat) jam secara
terus-menerus.
-4-
(3) Persyaratan lokasi pemantauan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. klasifikasi lokasi pemantauan, yang meliputi:
1. pusat kota;
2. latar kota;
3. sub-urban;
4. industri;
5. pedesaan; dan
6. lokasi lainnya yang mengarah kepada sumber
pencemar tertentu,
dan
b. kriteria penempatan peralatan SPKUA, yang
meliputi:
1. ditempatkan pada udara terbuka dengan sudut
terbuka 120° (seratus dua puluh derajat)
terhadap penghalang;
2. ketinggian sampling inlet dari permukaan
tanah untuk partikel dan gas paling sedikit 2
(dua) meter; dan
3. jarak alat pemantau kualitas udara dari
sumber emisi terdekat paling sedikit 20 (dua
puluh) meter.
Pasal 5
(1) Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf a dilakukan secara terus-menerus.
(2) Hasil pemantauan berupa:
a. data konsentrasi udara ambien pada setiap
parameter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (2); dan
b. data meteorologi yang mempengaruhi konsentrasi
udara ambien sebagaimana dimaksud dalam
huruf a.
(3) Data meteorologi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b meliputi:
a. kecepatan dan arah angin;
b. temperatur udara;
-5-
c. kelembaban;
d. intensitas matahari; dan/atau
e. curah hujan.
(4) Data hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) digunakan sebagai dasar konversi konsentrasi
parameter menjadi nilai ISPU.
Pasal 6
(1) Perhitungan ISPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
dan Pasal 5 dilakukan setiap 1 (satu) jam dari data
pemantauan 24 (dua puluh empat) jam secara terus-
menerus.
(2) Perhitungan ISPU dilakukan berdasarkan nilai:
a. ISPU batas atas;
b. ISPU batas bawah;
c. ambien batas atas;
d. ambien batas bawah; dan
e. konsentrasi ambien hasil pengukuran.
(3) Tata cara perhitungan ISPU sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 7
(1) Terhadap hasil perhitungan ISPU sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 dilakukan penjaminan mutu melalui:
a. pemeriksaan kelengkapan data harian konsentrasi
setiap paramater sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1); dan
b. penghapusan data yang tidak normal dengan
menggunakan sistem aplikasi validasi data.
(2) Penghapusan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dilakukan dalam hal:
a. sedang dilakukan pemeliharaan SPKUA;
b. ketidakstabilan tegangan listrik pada peralatan
SPKUA;
c. adanya gangguan pada sensor; atau
d. terjadi pemadaman listrik.
-6-
(3) Dalam hal hasil penjaminan mutu menunjukkan data
valid sebesar ≥75% (lebih besar atau sama dengan tujuh
puluh lima persen), data digunakan sebagai dasar
penentuan kategori ISPU.
(4) Kategori ISPU sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
terdiri atas:
a. kategori baik;
b. kategori sedang;
c. kategori tidak sehat;
d. kategori sangat tidak sehat; atau
e. kategori berbahaya.
(5) Dalam hal ISPU berada pada kategori tidak sehat, sangat
tidak sehat, atau berbahaya, Menteri, gubernur,
dan/atau bupati/wali kota melakukan upaya
pengendalian pencemaran udara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Penentuan kategori ISPU sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 8
(1) Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota dalam
melakukan perhitungan ISPU dapat:
a. berkoordinasi dengan instansi pemerintah pusat dan
instansi pemerintah daerah; atau
b. bekerja sama dengan badan usaha,
yang memiliki SPKUA.
(2) Tata cara perhitungan ISPU sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 sampai dengan Pasal 7 berlaku secara
mutatis mutandis terhadap perhitungan ISPU oleh
instansi pemerintah pusat, instansi pemerintah daerah,
atau badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
-7-
Pasal 9
(1) Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota menyusun
laporan hasil penentuan kategori ISPU berdasarkan
masing-masing SPKUA.
(2) Laporan hasil penentuan kategori ISPU sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan data
dan informasi:
a. waktu pelaporan;
b. waktu pengukuran;
c. lokasi yang dilaporkan;
d. keterangan lokasi pemantauan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a;
e. parameter pencemar kritis;
f. ISPU paling tinggi;
g. kategori ISPU; dan
h. konsentrasi.
(3) Laporan hasil penentuan kategori ISPU sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diintegrasikan ke laman
http://iku.menlhk.go.id/aqms/.
(4) Pengintegrasian sistem ISPU sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dikoordinasikan oleh Direktur Jenderal
yang membidangi urusan pengendalian pencemaran
udara.
Pasal 10
(1) Menteri, gubernur dan bupati/wali kota menyediakan
informasi publik mengenai hasil penentuan kategori
ISPU:
a. setiap jam selama 24 (dua puluh empat) jam untuk
parameter partikulat (PM2,5); dan
b. paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) hari untuk
parameter partikulat (PM10), sulfur dioksida (SO2),
karbon monoksida (CO), ozon (O3), nitrogen dioksida
(NO2) dan hidrokarbon (HC).
(2) Dalam hal ISPU berada pada kategori tidak sehat, sangat
tidak sehat, atau berbahaya, Menteri, gubernur dan
bupati/wali kota menyediakan informasi publik mengenai
-8-
hasil penentuan kategori ISPU bagi seluruh parameter
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) setiap jam.
(3) Hasil penentuan kategori ISPU sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilengkapi dengan informasi parameter
pencemar kritis untuk ISPU tertinggi.
(4) Penyediaan informasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui:
a. media cetak; dan/atau
b. media elektronik.
Pasal 11
Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota menyesuaikan
penentuan ISPU sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri
ini paling lambat 2 (dua) tahun sejak Peraturan Menteri ini
mulai berlaku.
Pasal 12
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Nomor
KEP-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar
Pencemar Udara; dan
b. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Nomor 107 Tahun 1997 tentang Perhitungan
dan Pelaporan serta informasi indeks standar pencemar
udara,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 13
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-9-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Juli 2020
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SITI NURBAYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 15 Juli 2020
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2020 NOMOR 774
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
-10-
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2020
TENTANG
INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA
TATA CARA PERHITUNGAN ISPU
A. Tabel Konversi Nilai Konsentrasi Parameter ISPU
B. Tata Cara Perhitungan
menggunakan persamaan:
…………………(1)
I = ISPU terhitung
Ia = ISPU batas atas
Ib = ISPU batas bawah
Xa = Konsentrasi ambien batas atas (µg/m3)
Xb = Konsentrasi ambien batas bawah (µg/m3)
Xx = Konsentrasi ambien nyata hasil pengukuran (µg/m3)
ISPU 24 Jam
partikulat
(PM10) µg/m3
24 Jam
partikulat
(PM2.5)
µg/m3
24 Jam
sulfur
dioksida (SO2)
µg/m3
24 Jam
karbon
monoksida
(CO) µg/m3
24 Jam
ozon (O3)
µg/m3
24 jam
nitrogen
dioksida
(NO2) µg/m3
24 Jam
hidrokarbon
(HC)
µg/m3
0 - 50 50 15,5 52 4000 120 80 45
100
51 - 100 150 55,4 180
00
8000 235 200 100
101 - 200 350 150,4 400 15000 400 1130 215
201 - 300 420 250,4 800
00
30000 800 2260 432
>300 500 500 1200 45000 1000 3000 648
Keterangan:
• Data pengukuran selama 24 jam secara terus-menerus.
• Hasil perhitungan ISPU parameter partikulat (PM2.5) disampaikan tiap jam selama 24 jam.
• Hasil perhitungan ISPU parameter partikulat (PM10), sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO),
ozon (O3), nitrogen dioksida (NO2) dan hidrokarbon (HC), diambil nilai ISPU parameter tertinggi dan
paling sedikit disampaikan setiap jam 09.00 dan jam 15.00.
-11-
Contoh: Perhitungan Nilai Konsentrasi Udara Ambien Menjadi Nilai ISPU.
Diketahui konsentrasi udara ambien rata-rata dalam 24 jam untuk
parameter partikulat (PM2.5) sebagai berikut:
Waktu
Pengukuran
Konsentrasi
partikulat
(PM2.5) (µg/m3)
Waktu
Pengukuran
Konsentrasi
partikulat
(PM2.5) (µg/m3)
T0 – T1 48 T12 – T13 23
T1 – T2 37 T13 – T14 26
T2 – T3 30 T14 – T15 27
T3 – T4 29 T15 – T16 25
T4 – T5 30 T16 – T17 25
T5 – T6 30 T17 – T18 25
T6 –T7 37 T18 – T19 27
T7 – T8 44 T19 – T20 27
T8 – T9 42 T20 – T21 29
T9 – T10 35 T21 – T22 29
T10 – T11 30 T22 – T23 35
T11 – T12 27 T23 – T24 37
Keterangan
T0 = waktu mulai pengukuran
T1 = T0+1, T2 = T1+1, T3 = T2 +1 dstnya.
Maka,
Konsentrasi hasil nilai rata-rata harian (24 jam) berdasarkan perhitungan tabel
diatas untuk parameter partikulat (PM2.5) = 31,4 µg/m3
Konsentrasi ambien batas atas parameter partikulat (PM2.5) = 55,4 µg/m3,
Konsentrasi ambien batas bawah parameter partikulat (PM2.5)= 15,5 µg/m3,
ISPU batas atas = 100
ISPU batas bawah = 50
Diubah ke dalam nilai ISPU menggunakan persamaan (1).
-12-
ISPU partikulat (PM2.5) = 70 (dibulatkan)
Nilai ISPU parameter partikulat (PM2.5) = 70 termasuk kategori Sedang.
Contoh penyampaian hasil ISPU dari stasiun:
Hari / Tanggal : Selasa / 19 November 2019
Nama Stasiun : Braga
Lokasi : Perumahan Braga
Zona : Latar Kota
Waktu Pengukuran : Pukul 09.00 (hari kemarin) – 09.00 (hari ini)
Waktu Pelaporan : Pukul 09.00
hasil pengukuran 24 jam rata-rata konsentrasi udara nyata ambien untuk
masing-masing parameter:
No. Parameter Waktu
Pengukuran
Konsentrasi
ambien nyata
hasil
pengukuran
(µg/m3)
Hasil
Perhitungan
ISPU
Kategori
ISPU
1. partikulat
(PM10)
24 jam 35 35 Baik
2. partikulat
(PM2.5)
24 jam 31,4 70 Sedang
3. karbon
monoksida
(CO)
24 jam 1600 16 Baik
4. nitrogen
dioksida (NO2)
24 jam 27 17 Baik
5. sulfur
dioksida (SO2)
24 jam 30 38 Baik
6. ozon (O3) 24 jam 25 10 Baik
7. hidrokarbon
(HC)
24 jam 21 23 Baik
-13-
Indeks Standar Pencemar Udara Maksimum : 70
Parameter Pencemar Kritis : partikulat (PM2.5)
Kategori ISPU : Sedang
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
ttd.
SITI NURBAYA
-14-
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2020
TENTANG
INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA
PENENTUAN KATEGORI ISPU
A. Kategori Angka Rentang ISPU
Kategori Status Warna Angka Rentang
Baik Hijau 1 – 50
Sedang Biru 51 – 100
Tidak Sehat Kuning 101 – 200
Sangat Tidak Sehat Merah 201 - 300
Berbahaya Hitam ≥ 301
B. Penjelasan Nilai ISPU
Kategori Keterangan Apa yang harus dilakukan
Baik Tingkat kualitas udara
yang sangat baik, tidak
memberikan efek negatif
terhadap manusia,
hewan, tumbuhan.
Sangat baik melakukan
kegiatan di luar
Sedang Tingkat kualitas udara
masih dapat diterima
pada kesehatan
manusia, hewan dan
tumbuhan.
Kelompok sensitif:
Kurangi aktivitas fisik yang
terlalu lama atau berat.
Setiap orang:
Masih dapat beraktivitas di
luar
Tidak
sehat
Tingkat kualitas udara
yang bersifat merugikan
pada manusia, hewan
dan tumbuhan.
Kelompok sensitif:
Boleh melakukan aktivitas di
luar, tetapi mengambil rehat
lebih sering dan melakukan
-15-
Kategori Keterangan Apa yang harus dilakukan
aktivitas ringan. Amati gejala
berupa batuk atau nafas
sesak.
Penderita asma harus
mengikuti petunjuk
kesehatan untuk asma dan
menyimpan obat asma.
Penderita penyakit jantung:
gejala seperti
palpitasi/jantung berdetak
lebih cepat, sesak nafas,
atau kelelahan yang tidak
biasa mungkin
mengindikasikan masalah
serius.
Setiap orang:
Mengurangi aktivitas fisik
yang terlalu lama di luar
ruangan.
Sangat
Tidak
Sehat
Tingkat kualitas udara
yang dapat
meningkatkan resiko
kesehatan pada sejumlah
segmen populasi yang
terpapar.
Kelompok sensitif:
Hindari semua aktivitas di
luar. Perbanyak aktivitas di
dalam ruangan atau lakukan
penjadwalan ulang pada
waktu dengan kualitas udara
yang baik.
Setiap orang:
Hindari aktivitas fisik yang
terlalu lama di luar ruangan,
pertimbangkan untuk
melakukan aktivitas di
dalam ruangan.
-16-
Kategori Keterangan Apa yang harus dilakukan
Berbahaya Tingkat kualitas udara
yang dapat merugikan
kesehatan serius pada
populasi dan perlu
penanganan cepat.
Kelompok sensitif:
Tetap di dalam ruangan dan
hanya melakukan sedikit
aktivitas
Setiap orang:
Hindari semua aktivitas di
luar
Salinan sesuai dengan aslinya
Plt. KEPALA BIRO HUKUM,
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MAMAN KUSNANDAR
ttd.
SITI NURBAYA

More Related Content

What's hot

02 OKT Hasil Timus Pasal 41-45 (Panas Bumi s.d Perdagangan) (1)
02 OKT Hasil Timus Pasal 41-45 (Panas Bumi s.d Perdagangan) (1)02 OKT Hasil Timus Pasal 41-45 (Panas Bumi s.d Perdagangan) (1)
02 OKT Hasil Timus Pasal 41-45 (Panas Bumi s.d Perdagangan) (1)glugutharipamungkas
 
Materi adm. kependudukan & kebij lingkungan
Materi adm. kependudukan & kebij lingkunganMateri adm. kependudukan & kebij lingkungan
Materi adm. kependudukan & kebij lingkunganNaimnukke
 
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...infosanitasi
 
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)Anjas Asmara, S.Si
 
Keputusan Menkes RI Nomor HK.O1.07/MENKES/ 248/2O2O
Keputusan Menkes RI Nomor HK.O1.07/MENKES/ 248/2O2OKeputusan Menkes RI Nomor HK.O1.07/MENKES/ 248/2O2O
Keputusan Menkes RI Nomor HK.O1.07/MENKES/ 248/2O2OJalinKrakatau
 
Pergub Jabar Tentang Pedoman PSBB
Pergub Jabar Tentang Pedoman PSBBPergub Jabar Tentang Pedoman PSBB
Pergub Jabar Tentang Pedoman PSBBRafael Ryandika
 
Perda RTRW Kabupaten Cirebon 2011 2031
Perda RTRW Kabupaten Cirebon 2011 2031Perda RTRW Kabupaten Cirebon 2011 2031
Perda RTRW Kabupaten Cirebon 2011 2031Selamet Edy Santoso
 
Ranperda rpjmd 2011 2015 Kab. Boyolali
Ranperda rpjmd 2011 2015 Kab. BoyolaliRanperda rpjmd 2011 2015 Kab. Boyolali
Ranperda rpjmd 2011 2015 Kab. BoyolaliAdi T Wibowo
 
SK PSBB Kota Bandung, Kota Cimahi, Kab Bandung Barat dan Kab Sumedang
SK PSBB Kota Bandung, Kota Cimahi, Kab Bandung Barat dan Kab SumedangSK PSBB Kota Bandung, Kota Cimahi, Kab Bandung Barat dan Kab Sumedang
SK PSBB Kota Bandung, Kota Cimahi, Kab Bandung Barat dan Kab SumedangAulia Risyda Fauzi
 
RTRW Kab Boyolali. No. 9 Tahun 2011
RTRW Kab Boyolali. No. 9 Tahun 2011RTRW Kab Boyolali. No. 9 Tahun 2011
RTRW Kab Boyolali. No. 9 Tahun 2011Adi T Wibowo
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 09 TAHUN 2012
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 09 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 09 TAHUN 2012
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 09 TAHUN 2012 Adi T Wibowo
 
2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...
2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...
2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...egyd welyn
 
Permen lh 05-tahun-2012 (1)
Permen lh 05-tahun-2012 (1)Permen lh 05-tahun-2012 (1)
Permen lh 05-tahun-2012 (1)martinwibowo
 
Salinan perpres nomor 50 tahun 2021
Salinan perpres nomor 50 tahun 2021Salinan perpres nomor 50 tahun 2021
Salinan perpres nomor 50 tahun 2021CIkumparan
 

What's hot (14)

02 OKT Hasil Timus Pasal 41-45 (Panas Bumi s.d Perdagangan) (1)
02 OKT Hasil Timus Pasal 41-45 (Panas Bumi s.d Perdagangan) (1)02 OKT Hasil Timus Pasal 41-45 (Panas Bumi s.d Perdagangan) (1)
02 OKT Hasil Timus Pasal 41-45 (Panas Bumi s.d Perdagangan) (1)
 
Materi adm. kependudukan & kebij lingkungan
Materi adm. kependudukan & kebij lingkunganMateri adm. kependudukan & kebij lingkungan
Materi adm. kependudukan & kebij lingkungan
 
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
 
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
Pmk no _7_th_2019_ttg_kesehatan_lingkungan_rumah_sakit (1)
 
Keputusan Menkes RI Nomor HK.O1.07/MENKES/ 248/2O2O
Keputusan Menkes RI Nomor HK.O1.07/MENKES/ 248/2O2OKeputusan Menkes RI Nomor HK.O1.07/MENKES/ 248/2O2O
Keputusan Menkes RI Nomor HK.O1.07/MENKES/ 248/2O2O
 
Pergub Jabar Tentang Pedoman PSBB
Pergub Jabar Tentang Pedoman PSBBPergub Jabar Tentang Pedoman PSBB
Pergub Jabar Tentang Pedoman PSBB
 
Perda RTRW Kabupaten Cirebon 2011 2031
Perda RTRW Kabupaten Cirebon 2011 2031Perda RTRW Kabupaten Cirebon 2011 2031
Perda RTRW Kabupaten Cirebon 2011 2031
 
Ranperda rpjmd 2011 2015 Kab. Boyolali
Ranperda rpjmd 2011 2015 Kab. BoyolaliRanperda rpjmd 2011 2015 Kab. Boyolali
Ranperda rpjmd 2011 2015 Kab. Boyolali
 
SK PSBB Kota Bandung, Kota Cimahi, Kab Bandung Barat dan Kab Sumedang
SK PSBB Kota Bandung, Kota Cimahi, Kab Bandung Barat dan Kab SumedangSK PSBB Kota Bandung, Kota Cimahi, Kab Bandung Barat dan Kab Sumedang
SK PSBB Kota Bandung, Kota Cimahi, Kab Bandung Barat dan Kab Sumedang
 
RTRW Kab Boyolali. No. 9 Tahun 2011
RTRW Kab Boyolali. No. 9 Tahun 2011RTRW Kab Boyolali. No. 9 Tahun 2011
RTRW Kab Boyolali. No. 9 Tahun 2011
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 09 TAHUN 2012
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 09 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 09 TAHUN 2012
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 09 TAHUN 2012
 
2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...
2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...
2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...
 
Permen lh 05-tahun-2012 (1)
Permen lh 05-tahun-2012 (1)Permen lh 05-tahun-2012 (1)
Permen lh 05-tahun-2012 (1)
 
Salinan perpres nomor 50 tahun 2021
Salinan perpres nomor 50 tahun 2021Salinan perpres nomor 50 tahun 2021
Salinan perpres nomor 50 tahun 2021
 

Similar to Permen lhk nomor 14 tahun 2020

201711061121261995-8-Peraturan.pdf
201711061121261995-8-Peraturan.pdf201711061121261995-8-Peraturan.pdf
201711061121261995-8-Peraturan.pdfPancaNababan1
 
Permen LHK no.70 2016 ttg baku mutu emisi usaha dan atau kegiatan pengolahan ...
Permen LHK no.70 2016 ttg baku mutu emisi usaha dan atau kegiatan pengolahan ...Permen LHK no.70 2016 ttg baku mutu emisi usaha dan atau kegiatan pengolahan ...
Permen LHK no.70 2016 ttg baku mutu emisi usaha dan atau kegiatan pengolahan ...Rizki Darmawan
 
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020JalinKrakatau
 
Pmk no. 9 th 2020 ttg pedoman pembatasan sosial berskala besar dalam penangan...
Pmk no. 9 th 2020 ttg pedoman pembatasan sosial berskala besar dalam penangan...Pmk no. 9 th 2020 ttg pedoman pembatasan sosial berskala besar dalam penangan...
Pmk no. 9 th 2020 ttg pedoman pembatasan sosial berskala besar dalam penangan...HendriTAsworo
 
PMK No. 9 Th 2020 ttg Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penangan...
PMK No. 9 Th 2020 ttg Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penangan...PMK No. 9 Th 2020 ttg Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penangan...
PMK No. 9 Th 2020 ttg Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penangan...Muh Saleh
 
Permenkes nomor 9 tahun 2020
Permenkes nomor 9 tahun 2020 Permenkes nomor 9 tahun 2020
Permenkes nomor 9 tahun 2020 Legal Akses
 
PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2020 TENTANG PEDOMAN PSBB DALAM PENANGANAN COVID-19
PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2020 TENTANG PEDOMAN PSBB DALAM PENANGANAN COVID-19PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2020 TENTANG PEDOMAN PSBB DALAM PENANGANAN COVID-19
PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2020 TENTANG PEDOMAN PSBB DALAM PENANGANAN COVID-19Bastaman Kusumadewa
 
Modul #2 pembinaan pengelolaan lingkungan
Modul #2 pembinaan pengelolaan lingkunganModul #2 pembinaan pengelolaan lingkungan
Modul #2 pembinaan pengelolaan lingkunganjohnmaking
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...infosanitasi
 
210069463 k-permen-lh-04-2012-indikator-ramah-lingkungan-tambang-terbuka-batu...
210069463 k-permen-lh-04-2012-indikator-ramah-lingkungan-tambang-terbuka-batu...210069463 k-permen-lh-04-2012-indikator-ramah-lingkungan-tambang-terbuka-batu...
210069463 k-permen-lh-04-2012-indikator-ramah-lingkungan-tambang-terbuka-batu...HendriHeriyanto
 
Permen LH RI No. 17 Tahun 2012
Permen LH RI No. 17 Tahun 2012Permen LH RI No. 17 Tahun 2012
Permen LH RI No. 17 Tahun 2012dodysp
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.74/MENLHK/SETJEN/KUM...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.74/MENLHK/SETJEN/KUM...Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.74/MENLHK/SETJEN/KUM...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.74/MENLHK/SETJEN/KUM...JalinKrakatau
 
Undangan Harmonisasi Peraturan KPU
Undangan Harmonisasi Peraturan KPUUndangan Harmonisasi Peraturan KPU
Undangan Harmonisasi Peraturan KPUPrabariniKartika
 
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR 2022.pptx
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR 2022.pptxKEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR 2022.pptx
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR 2022.pptxalifiafitrifadli1
 
Inmendagri no 55_tahun_2021 (1)
Inmendagri no 55_tahun_2021 (1)Inmendagri no 55_tahun_2021 (1)
Inmendagri no 55_tahun_2021 (1)CIkumparan
 
2. peraturan pemerintah nomor 85 tahun 1999 jo peraturan pemerintah nomor 18 ...
2. peraturan pemerintah nomor 85 tahun 1999 jo peraturan pemerintah nomor 18 ...2. peraturan pemerintah nomor 85 tahun 1999 jo peraturan pemerintah nomor 18 ...
2. peraturan pemerintah nomor 85 tahun 1999 jo peraturan pemerintah nomor 18 ...helmut simamora
 
Permenkes no. 2348
Permenkes no. 2348Permenkes no. 2348
Permenkes no. 2348Dewi Palupi
 
Pmk no. 1077 ttg pedoman penyehatan udara dalam ruang rumah
Pmk no. 1077 ttg pedoman penyehatan udara dalam ruang rumahPmk no. 1077 ttg pedoman penyehatan udara dalam ruang rumah
Pmk no. 1077 ttg pedoman penyehatan udara dalam ruang rumahFahrizalChamimZajuli
 

Similar to Permen lhk nomor 14 tahun 2020 (20)

201711061121261995-8-Peraturan.pdf
201711061121261995-8-Peraturan.pdf201711061121261995-8-Peraturan.pdf
201711061121261995-8-Peraturan.pdf
 
Permen LHK no.70 2016 ttg baku mutu emisi usaha dan atau kegiatan pengolahan ...
Permen LHK no.70 2016 ttg baku mutu emisi usaha dan atau kegiatan pengolahan ...Permen LHK no.70 2016 ttg baku mutu emisi usaha dan atau kegiatan pengolahan ...
Permen LHK no.70 2016 ttg baku mutu emisi usaha dan atau kegiatan pengolahan ...
 
Permen lh
Permen lhPermen lh
Permen lh
 
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020
 
Pmk no. 9 th 2020 ttg pedoman pembatasan sosial berskala besar dalam penangan...
Pmk no. 9 th 2020 ttg pedoman pembatasan sosial berskala besar dalam penangan...Pmk no. 9 th 2020 ttg pedoman pembatasan sosial berskala besar dalam penangan...
Pmk no. 9 th 2020 ttg pedoman pembatasan sosial berskala besar dalam penangan...
 
PMK No. 9 Th 2020 ttg Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penangan...
PMK No. 9 Th 2020 ttg Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penangan...PMK No. 9 Th 2020 ttg Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penangan...
PMK No. 9 Th 2020 ttg Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Penangan...
 
Permenkes nomor 9 tahun 2020
Permenkes nomor 9 tahun 2020 Permenkes nomor 9 tahun 2020
Permenkes nomor 9 tahun 2020
 
PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2020 TENTANG PEDOMAN PSBB DALAM PENANGANAN COVID-19
PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2020 TENTANG PEDOMAN PSBB DALAM PENANGANAN COVID-19PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2020 TENTANG PEDOMAN PSBB DALAM PENANGANAN COVID-19
PERMENKES NOMOR 9 TAHUN 2020 TENTANG PEDOMAN PSBB DALAM PENANGANAN COVID-19
 
Modul #2 pembinaan pengelolaan lingkungan
Modul #2 pembinaan pengelolaan lingkunganModul #2 pembinaan pengelolaan lingkungan
Modul #2 pembinaan pengelolaan lingkungan
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
 
210069463 k-permen-lh-04-2012-indikator-ramah-lingkungan-tambang-terbuka-batu...
210069463 k-permen-lh-04-2012-indikator-ramah-lingkungan-tambang-terbuka-batu...210069463 k-permen-lh-04-2012-indikator-ramah-lingkungan-tambang-terbuka-batu...
210069463 k-permen-lh-04-2012-indikator-ramah-lingkungan-tambang-terbuka-batu...
 
Permen LH RI No. 17 Tahun 2012
Permen LH RI No. 17 Tahun 2012Permen LH RI No. 17 Tahun 2012
Permen LH RI No. 17 Tahun 2012
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.74/MENLHK/SETJEN/KUM...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.74/MENLHK/SETJEN/KUM...Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.74/MENLHK/SETJEN/KUM...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.74/MENLHK/SETJEN/KUM...
 
Undangan Harmonisasi Peraturan KPU
Undangan Harmonisasi Peraturan KPUUndangan Harmonisasi Peraturan KPU
Undangan Harmonisasi Peraturan KPU
 
Perpu nomor 2 tahun 2020
Perpu nomor 2 tahun 2020Perpu nomor 2 tahun 2020
Perpu nomor 2 tahun 2020
 
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR 2022.pptx
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR 2022.pptxKEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR 2022.pptx
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR 2022.pptx
 
Inmendagri no 55_tahun_2021 (1)
Inmendagri no 55_tahun_2021 (1)Inmendagri no 55_tahun_2021 (1)
Inmendagri no 55_tahun_2021 (1)
 
2. peraturan pemerintah nomor 85 tahun 1999 jo peraturan pemerintah nomor 18 ...
2. peraturan pemerintah nomor 85 tahun 1999 jo peraturan pemerintah nomor 18 ...2. peraturan pemerintah nomor 85 tahun 1999 jo peraturan pemerintah nomor 18 ...
2. peraturan pemerintah nomor 85 tahun 1999 jo peraturan pemerintah nomor 18 ...
 
Permenkes no. 2348
Permenkes no. 2348Permenkes no. 2348
Permenkes no. 2348
 
Pmk no. 1077 ttg pedoman penyehatan udara dalam ruang rumah
Pmk no. 1077 ttg pedoman penyehatan udara dalam ruang rumahPmk no. 1077 ttg pedoman penyehatan udara dalam ruang rumah
Pmk no. 1077 ttg pedoman penyehatan udara dalam ruang rumah
 

Recently uploaded

PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptxPPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptxAprianiMy
 
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSSMenganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSStakasli
 
Digital Onboarding (Bisnis Digital) Fase F
Digital Onboarding (Bisnis Digital) Fase FDigital Onboarding (Bisnis Digital) Fase F
Digital Onboarding (Bisnis Digital) Fase FSMKTarunaJaya
 
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorundang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorritch4
 
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFFPMJ604FIKRIRIANDRA
 
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptxPPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptxAhmadArul1
 
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaIniiiHeru
 
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptxPEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptxZullaiqahNurhali2
 
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptxBimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptxjannenapitupulu18
 
PPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptx
PPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptxPPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptx
PPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptxrisyadmaulana1
 
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.pptsarassasha
 
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdfTaufikTito
 
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdfsonyaawitan
 
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...buktifisikskp23
 
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAmasqiqu340
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfPemdes Wonoyoso
 
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdfKELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdfInnesKana26
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptDIGGIVIO2
 

Recently uploaded (20)

PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptxPPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
 
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSSMenganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
Menganalisis T Test dengan menggunakan SPSS
 
Digital Onboarding (Bisnis Digital) Fase F
Digital Onboarding (Bisnis Digital) Fase FDigital Onboarding (Bisnis Digital) Fase F
Digital Onboarding (Bisnis Digital) Fase F
 
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorundang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
 
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
Jual Obat Aborsi Tasikmalaya ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik J...
 
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
 
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptxPPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
PPT Kelompok 2 tantangan Manajemen Inovasi.pptx
 
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
 
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec AsliJual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
 
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptxPEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
 
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptxBimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
 
PPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptx
PPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptxPPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptx
PPT SEMINAR PROPOSAL KLASIFIKASI CNN.pptx
 
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
 
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
 
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
 
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
 
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
 
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdfKELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
KELOMPOK 6- DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI.pdf
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
 

Permen lhk nomor 14 tahun 2020

  • 1. RANCANGAN PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2020 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Indeks Standar Pencemar Udara; Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3853);
  • 2. -2- 4. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 17); 5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/MENLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 713); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Indeks Standar Pencemar Udara yang selanjutnya disingkat ISPU adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi mutu udara ambien di lokasi tertentu, yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya. 2. Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien yang selanjutnya disingkat SPKUA adalah perangkat yang terdiri atas peralatan pemantau kualitas udara ambien yang beroperasi secara terus-menerus dan datanya dapat dipantau secara langsung. 3. Perangkat Pengolah Data adalah perangkat yang digunakan untuk menerima, menghitung dan menyimpan data hasil pemantauan. 4. Status Warna adalah indikator kondisi masing-masing kategori rentang ISPU. 5. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
  • 3. -3- Pasal 2 (1) Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota bertanggung jawab dalam menentukan ISPU. (2) ISPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi parameter: a. partikulat (PM10); b. partikulat (PM2.5); c. karbon monoksida (CO); d. nitrogen dioksida (NO2); e. sulfur dioksida (SO2); f. ozon (O3); dan g. hidrokarbon (HC). (3) ISPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan dengan tahapan: a. perhitungan; b. pelaporan; dan c. publikasi. Pasal 3 Perhitungan ISPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a dilakukan melalui kegiatan: a. pemantauan; dan b. konversi konsentrasi parameter menjadi nilai ISPU. Pasal 4 (1) Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a harus memenuhi persyaratan: a. peralatan SPKUA; dan b. lokasi pemantauan. (2) Persyaratan peralatan SPKUA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. alat pemantau kualitas udara; b. alat pemantau meteorologi; c. Perangkat Pengolah Data; dan d. beroperasi selama 24 (dua puluh empat) jam secara terus-menerus.
  • 4. -4- (3) Persyaratan lokasi pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. klasifikasi lokasi pemantauan, yang meliputi: 1. pusat kota; 2. latar kota; 3. sub-urban; 4. industri; 5. pedesaan; dan 6. lokasi lainnya yang mengarah kepada sumber pencemar tertentu, dan b. kriteria penempatan peralatan SPKUA, yang meliputi: 1. ditempatkan pada udara terbuka dengan sudut terbuka 120° (seratus dua puluh derajat) terhadap penghalang; 2. ketinggian sampling inlet dari permukaan tanah untuk partikel dan gas paling sedikit 2 (dua) meter; dan 3. jarak alat pemantau kualitas udara dari sumber emisi terdekat paling sedikit 20 (dua puluh) meter. Pasal 5 (1) Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a dilakukan secara terus-menerus. (2) Hasil pemantauan berupa: a. data konsentrasi udara ambien pada setiap parameter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2); dan b. data meteorologi yang mempengaruhi konsentrasi udara ambien sebagaimana dimaksud dalam huruf a. (3) Data meteorologi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi: a. kecepatan dan arah angin; b. temperatur udara;
  • 5. -5- c. kelembaban; d. intensitas matahari; dan/atau e. curah hujan. (4) Data hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar konversi konsentrasi parameter menjadi nilai ISPU. Pasal 6 (1) Perhitungan ISPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 dilakukan setiap 1 (satu) jam dari data pemantauan 24 (dua puluh empat) jam secara terus- menerus. (2) Perhitungan ISPU dilakukan berdasarkan nilai: a. ISPU batas atas; b. ISPU batas bawah; c. ambien batas atas; d. ambien batas bawah; dan e. konsentrasi ambien hasil pengukuran. (3) Tata cara perhitungan ISPU sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 7 (1) Terhadap hasil perhitungan ISPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilakukan penjaminan mutu melalui: a. pemeriksaan kelengkapan data harian konsentrasi setiap paramater sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1); dan b. penghapusan data yang tidak normal dengan menggunakan sistem aplikasi validasi data. (2) Penghapusan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dalam hal: a. sedang dilakukan pemeliharaan SPKUA; b. ketidakstabilan tegangan listrik pada peralatan SPKUA; c. adanya gangguan pada sensor; atau d. terjadi pemadaman listrik.
  • 6. -6- (3) Dalam hal hasil penjaminan mutu menunjukkan data valid sebesar ≥75% (lebih besar atau sama dengan tujuh puluh lima persen), data digunakan sebagai dasar penentuan kategori ISPU. (4) Kategori ISPU sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas: a. kategori baik; b. kategori sedang; c. kategori tidak sehat; d. kategori sangat tidak sehat; atau e. kategori berbahaya. (5) Dalam hal ISPU berada pada kategori tidak sehat, sangat tidak sehat, atau berbahaya, Menteri, gubernur, dan/atau bupati/wali kota melakukan upaya pengendalian pencemaran udara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (6) Penentuan kategori ISPU sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 8 (1) Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota dalam melakukan perhitungan ISPU dapat: a. berkoordinasi dengan instansi pemerintah pusat dan instansi pemerintah daerah; atau b. bekerja sama dengan badan usaha, yang memiliki SPKUA. (2) Tata cara perhitungan ISPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sampai dengan Pasal 7 berlaku secara mutatis mutandis terhadap perhitungan ISPU oleh instansi pemerintah pusat, instansi pemerintah daerah, atau badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
  • 7. -7- Pasal 9 (1) Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota menyusun laporan hasil penentuan kategori ISPU berdasarkan masing-masing SPKUA. (2) Laporan hasil penentuan kategori ISPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan data dan informasi: a. waktu pelaporan; b. waktu pengukuran; c. lokasi yang dilaporkan; d. keterangan lokasi pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a; e. parameter pencemar kritis; f. ISPU paling tinggi; g. kategori ISPU; dan h. konsentrasi. (3) Laporan hasil penentuan kategori ISPU sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diintegrasikan ke laman http://iku.menlhk.go.id/aqms/. (4) Pengintegrasian sistem ISPU sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikoordinasikan oleh Direktur Jenderal yang membidangi urusan pengendalian pencemaran udara. Pasal 10 (1) Menteri, gubernur dan bupati/wali kota menyediakan informasi publik mengenai hasil penentuan kategori ISPU: a. setiap jam selama 24 (dua puluh empat) jam untuk parameter partikulat (PM2,5); dan b. paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) hari untuk parameter partikulat (PM10), sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), ozon (O3), nitrogen dioksida (NO2) dan hidrokarbon (HC). (2) Dalam hal ISPU berada pada kategori tidak sehat, sangat tidak sehat, atau berbahaya, Menteri, gubernur dan bupati/wali kota menyediakan informasi publik mengenai
  • 8. -8- hasil penentuan kategori ISPU bagi seluruh parameter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) setiap jam. (3) Hasil penentuan kategori ISPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan informasi parameter pencemar kritis untuk ISPU tertinggi. (4) Penyediaan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui: a. media cetak; dan/atau b. media elektronik. Pasal 11 Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota menyesuaikan penentuan ISPU sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri ini paling lambat 2 (dua) tahun sejak Peraturan Menteri ini mulai berlaku. Pasal 12 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku: a. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Nomor KEP-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara; dan b. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 107 Tahun 1997 tentang Perhitungan dan Pelaporan serta informasi indeks standar pencemar udara, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 13 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
  • 9. -9- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 13 Juli 2020 MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SITI NURBAYA Diundangkan di Jakarta pada tanggal 15 Juli 2020 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2020 NOMOR 774 Salinan sesuai dengan aslinya Plt. KEPALA BIRO HUKUM, ttd. MAMAN KUSNANDAR
  • 10. -10- LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2020 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA TATA CARA PERHITUNGAN ISPU A. Tabel Konversi Nilai Konsentrasi Parameter ISPU B. Tata Cara Perhitungan menggunakan persamaan: …………………(1) I = ISPU terhitung Ia = ISPU batas atas Ib = ISPU batas bawah Xa = Konsentrasi ambien batas atas (µg/m3) Xb = Konsentrasi ambien batas bawah (µg/m3) Xx = Konsentrasi ambien nyata hasil pengukuran (µg/m3) ISPU 24 Jam partikulat (PM10) µg/m3 24 Jam partikulat (PM2.5) µg/m3 24 Jam sulfur dioksida (SO2) µg/m3 24 Jam karbon monoksida (CO) µg/m3 24 Jam ozon (O3) µg/m3 24 jam nitrogen dioksida (NO2) µg/m3 24 Jam hidrokarbon (HC) µg/m3 0 - 50 50 15,5 52 4000 120 80 45 100 51 - 100 150 55,4 180 00 8000 235 200 100 101 - 200 350 150,4 400 15000 400 1130 215 201 - 300 420 250,4 800 00 30000 800 2260 432 >300 500 500 1200 45000 1000 3000 648 Keterangan: • Data pengukuran selama 24 jam secara terus-menerus. • Hasil perhitungan ISPU parameter partikulat (PM2.5) disampaikan tiap jam selama 24 jam. • Hasil perhitungan ISPU parameter partikulat (PM10), sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), ozon (O3), nitrogen dioksida (NO2) dan hidrokarbon (HC), diambil nilai ISPU parameter tertinggi dan paling sedikit disampaikan setiap jam 09.00 dan jam 15.00.
  • 11. -11- Contoh: Perhitungan Nilai Konsentrasi Udara Ambien Menjadi Nilai ISPU. Diketahui konsentrasi udara ambien rata-rata dalam 24 jam untuk parameter partikulat (PM2.5) sebagai berikut: Waktu Pengukuran Konsentrasi partikulat (PM2.5) (µg/m3) Waktu Pengukuran Konsentrasi partikulat (PM2.5) (µg/m3) T0 – T1 48 T12 – T13 23 T1 – T2 37 T13 – T14 26 T2 – T3 30 T14 – T15 27 T3 – T4 29 T15 – T16 25 T4 – T5 30 T16 – T17 25 T5 – T6 30 T17 – T18 25 T6 –T7 37 T18 – T19 27 T7 – T8 44 T19 – T20 27 T8 – T9 42 T20 – T21 29 T9 – T10 35 T21 – T22 29 T10 – T11 30 T22 – T23 35 T11 – T12 27 T23 – T24 37 Keterangan T0 = waktu mulai pengukuran T1 = T0+1, T2 = T1+1, T3 = T2 +1 dstnya. Maka, Konsentrasi hasil nilai rata-rata harian (24 jam) berdasarkan perhitungan tabel diatas untuk parameter partikulat (PM2.5) = 31,4 µg/m3 Konsentrasi ambien batas atas parameter partikulat (PM2.5) = 55,4 µg/m3, Konsentrasi ambien batas bawah parameter partikulat (PM2.5)= 15,5 µg/m3, ISPU batas atas = 100 ISPU batas bawah = 50 Diubah ke dalam nilai ISPU menggunakan persamaan (1).
  • 12. -12- ISPU partikulat (PM2.5) = 70 (dibulatkan) Nilai ISPU parameter partikulat (PM2.5) = 70 termasuk kategori Sedang. Contoh penyampaian hasil ISPU dari stasiun: Hari / Tanggal : Selasa / 19 November 2019 Nama Stasiun : Braga Lokasi : Perumahan Braga Zona : Latar Kota Waktu Pengukuran : Pukul 09.00 (hari kemarin) – 09.00 (hari ini) Waktu Pelaporan : Pukul 09.00 hasil pengukuran 24 jam rata-rata konsentrasi udara nyata ambien untuk masing-masing parameter: No. Parameter Waktu Pengukuran Konsentrasi ambien nyata hasil pengukuran (µg/m3) Hasil Perhitungan ISPU Kategori ISPU 1. partikulat (PM10) 24 jam 35 35 Baik 2. partikulat (PM2.5) 24 jam 31,4 70 Sedang 3. karbon monoksida (CO) 24 jam 1600 16 Baik 4. nitrogen dioksida (NO2) 24 jam 27 17 Baik 5. sulfur dioksida (SO2) 24 jam 30 38 Baik 6. ozon (O3) 24 jam 25 10 Baik 7. hidrokarbon (HC) 24 jam 21 23 Baik
  • 13. -13- Indeks Standar Pencemar Udara Maksimum : 70 Parameter Pencemar Kritis : partikulat (PM2.5) Kategori ISPU : Sedang Salinan sesuai dengan aslinya Plt. KEPALA BIRO HUKUM, MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. MAMAN KUSNANDAR ttd. SITI NURBAYA
  • 14. -14- LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2020 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA PENENTUAN KATEGORI ISPU A. Kategori Angka Rentang ISPU Kategori Status Warna Angka Rentang Baik Hijau 1 – 50 Sedang Biru 51 – 100 Tidak Sehat Kuning 101 – 200 Sangat Tidak Sehat Merah 201 - 300 Berbahaya Hitam ≥ 301 B. Penjelasan Nilai ISPU Kategori Keterangan Apa yang harus dilakukan Baik Tingkat kualitas udara yang sangat baik, tidak memberikan efek negatif terhadap manusia, hewan, tumbuhan. Sangat baik melakukan kegiatan di luar Sedang Tingkat kualitas udara masih dapat diterima pada kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan. Kelompok sensitif: Kurangi aktivitas fisik yang terlalu lama atau berat. Setiap orang: Masih dapat beraktivitas di luar Tidak sehat Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia, hewan dan tumbuhan. Kelompok sensitif: Boleh melakukan aktivitas di luar, tetapi mengambil rehat lebih sering dan melakukan
  • 15. -15- Kategori Keterangan Apa yang harus dilakukan aktivitas ringan. Amati gejala berupa batuk atau nafas sesak. Penderita asma harus mengikuti petunjuk kesehatan untuk asma dan menyimpan obat asma. Penderita penyakit jantung: gejala seperti palpitasi/jantung berdetak lebih cepat, sesak nafas, atau kelelahan yang tidak biasa mungkin mengindikasikan masalah serius. Setiap orang: Mengurangi aktivitas fisik yang terlalu lama di luar ruangan. Sangat Tidak Sehat Tingkat kualitas udara yang dapat meningkatkan resiko kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Kelompok sensitif: Hindari semua aktivitas di luar. Perbanyak aktivitas di dalam ruangan atau lakukan penjadwalan ulang pada waktu dengan kualitas udara yang baik. Setiap orang: Hindari aktivitas fisik yang terlalu lama di luar ruangan, pertimbangkan untuk melakukan aktivitas di dalam ruangan.
  • 16. -16- Kategori Keterangan Apa yang harus dilakukan Berbahaya Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan serius pada populasi dan perlu penanganan cepat. Kelompok sensitif: Tetap di dalam ruangan dan hanya melakukan sedikit aktivitas Setiap orang: Hindari semua aktivitas di luar Salinan sesuai dengan aslinya Plt. KEPALA BIRO HUKUM, MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. MAMAN KUSNANDAR ttd. SITI NURBAYA