Dokumen tersebut membahas tentang transfusi darah dan transplantasi organ dari perspektif Islam. Ia menjelaskan pengertian kedua prosedur medis tersebut dan memberikan dalil-dalil agama yang mendukung kebolehan transfusi darah dan transplantasi organ tertentu dalam kondisi darurat untuk menyelamatkan nyawa pasien. Dokumen tersebut juga membahas syarat-syarat kebolehan transplantasi organ dari donor hidup dan donor yang sudah meninggal.
KLP 13_TRANSFUSI DARAH DAN TRANSPLANTASI ORGAN.docx
1. MAKALAH
ISLAM DAN KESEHATAN
“ Transfusi Darah dan Transplantasi Organ”
DOSEN PEMBIMBING
Dr.Ihsan Sanusi,M.A.
Disusun oleh : kelompok 13
1. VIONA AFRILIA (NIM : 2014201087)
2. VIVY FITRIANINGSIH (NIM : 2014201088)
3. WELLA WISTA EDWARD (NIM : 2014201089)
4. WULANDARI (NIM : 2014201090)
STIKES ALIFAH PADANG
S1 KEPERAWATAN
2020/2021
2. A. PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini ilmu pngetahuan dan teknologi di bidang kesehatan
berkembang dengan pesat. Salah satunya adalah kemajuan dalam teknik
transfusi darah dan transplantasi organ pada tubuh. Transfusi darah dan
transplantasi organ pada tubuh merupakan suatu teknologi medis. Untuk
melakukan transfusi darah dan transplantasi organ tubuh pada pasien yang
tidak berfungsi dengan organ dari individu yang lain. Sejak kesuksesan
transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor kepada pasien gagal
ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang transplantasi maju dengan
pesat. Kemajuan ilmu dan teknologi memungkinkan pengawetan organ,
penemuan obat-obatan anti penolakan yang semakin baik sehingga berbagai
organ dan jaringan dapat ditransplantasikan. Dalam beberapa kepustakaan
disebutkan bahwa transplantasi organ sudah dilakukan sejak tahun 600 SM.
Dimana saat itu Susruta dari India telah melakukan transplantasi kulit.
Transplantasi adalah memindahkan alat atau jaringan tubuh dari satu
organ ke orang lain. Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia
merupakan tindakan medis yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan
gangguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini adalah terapi pengganti
(alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasien dengan
kegagalan organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dan hingga dewasa ini
terus berkembang dalam dunia kesehatan, namun tindakan medis ini tidak
dapat dilakukan begitu saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi
non medis, yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika dan moral. Kendala
lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalam menetapkan terapi
transplantasi adalah terbatasnya jumlah donor keluarga (living related donor,
LDR) dan donasi organ jenazah. Karena itu diperlukan kerjasama yang saling
mendukung antara para pakar terkait (hukum, kesehatan, sosiologi, pemuka
agama, pemuka masyarakat), pemerintah dan swasta.
3. B. TRANSFUSI DARAH DAN TRANSPLANTASI ORGAN
1. PENGERTIAN TRANSFUSI DARAH DAN TRANSPLANTASI
ORGAN
TRANSFUSI DARAH
Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian, yaitu cairan
yang disebut plasma dan sel darah. Darah secara keseluruhan kira-kira
seperduabelas dari badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55 persennya
adalah cairan atau plasma, sedangkan 45 persen sisanya adalah sel darah
yang terdiri dari tiga jenis, yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan butir
pembeku (trambosit).Dengan demikian darah manusia mempunyai empat
unsur yaitu plasma darah, sel darah merah, sel darah putih, dan butir
pembeku atau trombosit. Plasma adalah cairan yang berwarna kuning dan
mengandung 91,0 persen air, 8,5 persen protein, 0,9 persen mineral, dan
0,1 persen sejumlah bahan organik seperti lemak, urea, asam urat,
kolesterol dan asam amino. Plasma darah berfungsi sebagai perantara
untuk menyalurkan makanan, lemak, dan asam amino ke jaringan tubuh.
Plasma merupakan perantara untuk mengangkut bahan buangan seperti
urea, asam urat dan sebagai karbon dioksida. Selain itu plasma juga
berfungsi untuk menyegarkan cairan jaringan tubuh, karena melalui cairan
ini semua sel tubuh menerima makanannya
Kata transfusi darah berasal dari bahasa Inggris “Blood Transfution”
yang artinya memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah
orang yang akan ditolong. Hal ini dilakukan untukmenyelamatkan jiwa
seseorang karena kehabisan darah.
Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia, dengan cara
memindahkannya dari (tubuh) orang yang sehat kepada orang yang
membutuhkannya, untuk mempertahankan hidupnya. Tranfusi darah
dikenal dengan istilah “pindah-tuang darah” sebagaimana rumusan
definisinya yang berbunyi: ”pengertian pindah-tuang darah adalah
4. memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang yang akan
ditolong”. Transfusi darah merupakan salah satu bentuk upaya
penyembuhan manusia ketika diserang penyakit karena manusia tidak
boleh berputus asa pada penyakit yang menimpanya. Menyumbangkan
darah kepada orang lain yang amat membutuhkannya menurut
kesepakatan para ahli fikih.
TRANSPLANTASI ORGAN
transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan
organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain
atau tubuh sendiri dam rangka pengobatan untuk menggantikan organ atau
jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
Transplantasi organ atau jaringan tubuh pendonor hidup kepada orang
lain dibolehkan dengan ketentuan terdapat kebutuhan mendesak yang
dibenarkan secara syar'i (dharurah syariah). Kemudian, tidak ada dharar
bagi pendonor karena pengambilan organ atau jaringan tubuh baik
sebagian ataupun keseluruhan.
Ketentuan lainnya adalah jenis organ tubuh yang dipindahkan kepada
orang lain tersebut bukan merupakan organ vital yang mempengaruhi
kehidupan atau kelangsungan hidupnya. Selanjutnya, tidak diperoleh
upaya medis lain untuk menyembuhkannya, kecuali dengan transplantasi.
2. DALIL-DALIL PENDUKUNG
DALIL TRANSFUSI DARAH
Pada dasarnya, darah yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk najis
menurut hukum Islam. Maka agama Islam melarang mempergunakannya,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Keterangan tentang
haramnya mempergunakan darah, terdapat pada beberapa ayat yang
dalalahnya shahih. Antara lain berbunyi:
5. · ِهِب ِهللا ِْريَغِل َّلِهُأ اَم َو ِير ِنز ِخْلا ُمْحَل َو ُمَّدال َو ُةَتْيَمْلا ُمُكْيَلَع ْتَمِِّرُح…
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[*], daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah … [Q.S. al-Maidah (5):
3].
sebagaimana firman Allah swt dalam surah al-Baqarah (2) ayat 173, yang
artinya:
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang (yang ketika disembelih) disebut (nama) selain
Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang
ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak
ada dosa baginya” …
Dan firman Allah dalam surah al-An’am (6) ayat 119:
“Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang
diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya”.
Dan kaidah fiqh yang berbunyi:
Perkara hajat (kebutuhan) menempati posisi darurat (dalam menetapkan
hukum Islam), baik bersifat umum maupun khusus”.
Dan kaidah fiqh selanjutnya, berbunyi :
Tidak ada yang haram bila berhadapan dengan darurat dan tidak ada
yang makruh bila berhadapan dengan hajat (kebutuhan).
Bila dalam keadaan darurat yang dialami oleh seseorang maka agama
Islam membolehkan, tetapi bila digunakan untuk hal-hal yang lain maka
agama Islam melarangnya. Karena dibutuhkannya hanya untuk ditransfer
kepada pasien saja. Hal ini sesuai dengan maksud Kaidah Fiqh yang
berbunyi:
Sesuatu yang dibolehkan karena keadaan darurat, (hanya diberlakukan)
untuk mengatasi kesulitan tertentu/diukur menurut kadar
kemadharatannya.
6. Dalam al-Qur’an dan Hadis, tidak ditemukan satu nash yang
menjelaskan hukum donor darah. Jika demikian halnya, maka cara yang
harus ditempuh untuk mendapatkan kejelasan hukumnya harus dilakukan
ijtihad yang dilakukan secara jama’i (kolektif). Oleh karena masalah
donor berhubungan dengan kesehatan, maka tidak cukup ulama saja tapi
juga dibutuhkan bidang ilmu kedokteran sehingga tidak terjadi hal yang
dapat mengancam kesehatan si donor dan resipien.
Menyumbangkan darahnya kepada seseorang yang membutuhkan
adalah pekerjaan kemanusiaan yang sangat mulia. Hal ini karena dengan
mendonorkan sebagian darahnya berarti seseorang telah memberikan
pertolongan kepada orang lain, sehingga seseorang selamat dari ancaman
yang membawa kepada kematian. Menyumbangkan darahnya dengan
ikhlas kepada siapa saja termasuk amal kemanusiaan yang amat
dianjurkan oleh Islam, dan dengan izin Allah akan berdampak pula pada
adanya pahala. Seperti halnya orang memberi makan kepada orang lapar
yang terancam akan mati. Hal ini sejalan dengan firman Allah swt dalam
surah al-Maidah (5) ayat 32;
… dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.
Juga surah al-Baqarah (2) ayat 110;
Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang
kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada
sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu
kerjakan.
Dengan demikian dilihat dari urgensinya, donor darah dalam hukum
Islam tidak lepas dari unsur kemaslahatan yang bersifat dharury, yaitu
menyelamatkan jiwa manusia dalam keadaan darurat. Sebab jika tidak
menggunakan sesuatu yang diharamkan, yaitu darah (benda najis), maka
7. seseorang akan meninggal. Dalam hal ini, orang sakit yang kekurangan
darah harus dibantu dengan donor darah.
DALIL TRANSPLANTASI ORGAN
1. Transplantasi Organ Dari DonorYang Masih Hidup
Syarat bagi kemubahan menyumbangkan organ tubuh pada saat
seseorang masih hidup, ialah bahwa organ yang disumbangkan bukan
merupakan organ vital yang menentukan kelangsungan hidup pihak
penyumbang, seperti jantung, hati, dan kedua paru-paru. Hal ini
dikarenakan penyumbangan organ-organ tersebut akan mengakibatkan
kematian pihak penyumbang, yang berarti dia telah membunuh dirinya
sendiri. Padahal seseorang tidak dibolehkan membunuh dirinya sendiri
atau meminta dengan sukarela kepada orang lain untuk membunuh
dirinya. Allah SWT berfirman :
“Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian.” (QS. An Nisaa’ : 29)
Allah SWT berfirman pula :
“…dan janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS. Al
An’aam : 151)
Demikian pula seorang laki-laki tidak dibolehkan menyumbangkan
dua testis (zakar), meskipun hal ini tidak akan menyebabkan
kematiannya, sebab Rasulullah SAW telah melarang
pengebirian/pemotongan testis (al khisha’), yang akan menyebabkan
kemandulan. Imam Bukahri meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud RA,
dia berkata :
“Kami dahulu pernah berperang bersama Nabi SAW sementara pada
kami tidak ada isteri-isteri. Kami berkata, ‘Wahai Rasulullah bolehkah
kami melakukan pengebirian ?’ Maka beliau melarang kami untuk
melakukannya.”
8. 2. Hukum Transplantasi Dari Donor Yang Telah Meninggal
Hukum tranplanstasi organ dari seseorang yang telah mati
berbeda dengan hukum transplantasi organ dari seseorang yang masih
hidup. seseorang yang sudah mati tidak dibolehkan menyumbangkan
organ tubuhnya dan tidak dibenarkan pula berwasiat untuk
menyumbangkannya.Sedangkan mengenai kemubahan mewasiatkan
sebagian hartanya, kendatipun harta bendanya sudah di luar kepemili-
kannya sejak dia meninggal, hal ini karena Asy Syari’ (Allah) telah
mengizinkan seseorang untuk mewasiatkan sebagian hartanya hingga
sepertiga tanpa seizin ahli warisnya. Jika lebih dari sepertiga, harus
seizin ahli warisnya. Adanya izin dari Asy Syari’ hanya khusus untuk
masalah harta benda dan tidak mencakup hal-hal lain. Izin ini tidak
mencakup pewasiatan tubuhnya. Karena itu dia tidak berhak berwasiat
untuk menyumbangkan salah satu organ tubuhnya setelah
kematiannya.
Diriwayatkan dari A’isyah Ummul Mu’minin RA bahwa
Rasulullah SAW bersabda :
“Memecahkan tulang mayat itu sama dengan memecahkan tulang
orang hidup.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban).
Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Amar bin Hazm Al Anshari RA, dia
berkata,”Rasulullah pernah melihatku sedang bersandar pada sebuah
kuburan. Maka beliau lalu bersabda : “Janganlah kamu menyakiti
penghuni kubur itu !”
Imam Muslim dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah
RA, dia berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : “Sungguh
jika seorang dari kalian duduk di atas bara api yang membakarnya,
niscaya itu lebih baik baginya daripada dia duduk di atas kuburan !”
Hadits-hadits di atas secara jelas menunjukkan bahwa mayat
mempunyai kehormatan sebagaimana orang hidup. Begitu pula
9. melanggar kehormatan dan menganiaya mayat adalah sama dengan
melanggar kehormatan dan menganiaya orang hidup. Dan
sebagaimana tidak boleh menganiaya orang hidup dengan membedah
perutnya, atau memenggal lehernya, atau mencongkel matanya, atau
memecahkan tulangnya, maka begitu pula segala penganiayaan
tersebut tidak boleh dilakukan terhadap mayat. Sebagaimana haram
menyakiti orang hidup dengan mencaci maki, memukul, atau
melukainya, maka demikian pula segala perbuatan ini haram dilakukan
terhadap mayat.Hanya saja penganiayaan terhadap mayat dengan
memecahkan tulangnya, memenggal lehernya, atau melukainya, tidak
ada denda (dlamaan) padanya sebagaimana denda pada penganiayaan
orang hidup. Sebab Rasulullah SAW tidak menetapkan adanya denda
sedikit pun terhadap seseorang yang telah memecahkan tulang mayat
di hadapan beliau, ketika orang itu sedang menggali kubur. Rasulullah
SAW hanya memerintahkan orang itu untuk memasukkan potongan-
potongan tulang yang ada ke dalam tanah. Dan Rasulullah
menjelaskan kepadanya bahwa memecahkan tulang mayat itu sama
dengan memecahkan tulang hidup dari segi dosanya saja. Tindakan
mencongkel mata mayat, membedah perutnya untuk diambil
jantungnya, atau ginjalnya, atau hatinya, atau paru-parunya, untuk
ditransplantasikan kepada orang lain yang membutuhkannya, dapat
dianggap sebagai mencincang mayat. Padahal Islam telah melarang
perbuatan ini. Imam Bukhari telah meriwayatkan dari Abdullah bin
Zaid Al Anshari ra, dia berkata, “Rasulullah SAW telah melarang
(mengambil) harta hasil rampasan dan mencincang (mayat musuh).”
Imam Ahmad, Imam Ibnu Majah, dan Imam An Nasai
meriwayatkan dari Shafwan bin ‘Asaal RA, dia berkata,”Rasulullah
SAW telah mengutus kami dalam sebuah sariyah (divisi pasukan yang
diutus Rasulullah), lalu beliau bersabda : “Majulah kalian dengan
10. nama Allah dan di jalan Allah. Maka perangilah orang-orang yang
kafir terhadap Allah, dan janganlah kalian mencincang (mayat
musuh), melakukan pengkhianatan, dan membunuh anak-anak !”
Dengan penjelasan fakta hukum mengenai pelanggaran
kehormatan mayat dan penganiayaan terhadapnya ini, maka jelaslah
bahwa tidak dibolehkan membedah perut mayat dan mengambil
sebuah organnya untuk ditransplantasikan kepada orang lain. Ini
karena tindakan tersebut dianggap sebagai pelanggaran terhadap
kehormatan mayat serta merupakan penganiayaan dan pencincangan
terhadapnya. Padahal melanggar kehormatan mayat dan
mencincangnya telah diharamkan secara pasti oleh syara’.
3. PENDAPAT PARA AHLI DAN KOMENTAR ULAMA
Menurut Yusuf Qardhawi
Pandangan Yusuf Qardhawi terhadap Transplantasi Organ
Tubuh Manusia Menurut Al- Qardhawi, seorang muslim
diperbolehkan mendonorkan organ tubuhnya ketika ia masih hidup
meskipun ada yang mengatakan bahwa diperbolehkannya seseorang
mendonorkan sesuatu ialah apabila itu miliknya.71Namun, Al-
Qardhawi berpendapat bahwa meskipun tubuh merupakan titipan dari
Allah, manusia diberi wewenang untuk memanfaatkannya dan
mempergunakannya, sebagai harta sesuai dengan firman Allah dalam
Al-qur‘an surat An-Nur 3372 : “ dan orang-orang ya ng tidak mampu
kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah
memampuka reka dengan karunia -Nya. dan budak-budak yang ka mu
miliki yang memginginkan perjanjian, henda klah kamu buat
Perjanjian dengan mereka[1036] , jika kamu mengetahui ada kebaikan
pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta
11. Allah yang dikaruniaka n-Nya kepadamu[1037] . dan janganlah kamu
paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pela curan, sedang
mereka sendiri mengingini kesucian, ka rena kamu henda k mencari
Keuntungan duniawi. dan Barangsiapa yang memaksa mereka, Ma ka
Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(kepada mer eka ) sesudah mer eka dipaksa itu[1038].
Menurut Al-Nawawi
Al-Nawawi> berpendapat bahwa apabila seseorang menyambung
tulangnya dengan barang najis dikarenakan tidak ada barang yang
suci, maka hukunya diperbolehkan. Namun, apabila ada barang suci
kemudian disambung dengan barang najis maka hukumnya wajib
dibuka jika tidak menimbulkan bahaya.
Menurut Zakariya al-Ans
Zakariya al-Ans}ari> pun sependapat dengan pendapat al-Nawawi
dalam kitabnya Fathu al-Wahhab Syarh Manhaj al-Thullab20 bahwa
seseorang yang melakukan penyambungan tulang atas dasar
kebutuhan yang mendesak dengan tulang yang najis disebabkan tidak
adanya tulang lain yang cocok, maka hal itu diperbolehkan dan sah
shalatnya. Terkecuali apabila tidak ada kebutuhan yang mendesak atau
ada tulang lain yang suci maka wajib membukanya walaupun sudah
tertutup oleh daging. Dengan catatan, proses pengambilan aman dan
tidak menimbulkan bahaya serta kematian.
Menurut Mufti Muhammad Sayfi’i
Mufti Muhammad Sayfi’i dari Pakistan dan Dr. ‘Abd al-Salam al-
Syukri dari Mesir berpendapat bahwa transplantasi organ tidak
diperbolehkan berdasarkan atas prinsip-prinsip dan pertimbangan
12. sebagai berikut: kesucian hidup (tubuh manusia), tubuh manusia
sebagai amanah, memperlakukan tubuh manusia sebagai benda
material, menjaga kemuliaan hidup manusia, menghindari keraguan.
Menurut Mazhab Zhahiriyah dan Hanafiyah
Membolehkan jual beli najis apabila hal itumemiliki manfaat,maka
secara analogis, menurut Masjfuk Zuhdi, kedua mazhab
inimembolehkan jual beli darah manusia,karena manfaatnya yang
besar bagi manusia gunamenolong jiwa sesama manusia yang
memerlukan transfusi darah karena operasi,kecelakaan, dan
sebagainya.
Menurut Lahmuddin Nasution
Bahwa indikasi dari keharaman benda-bendatersebut adalah karena
dikategorikan kepada najis.Sehingga dilarang untukdiperjualbelikan,
karena dalam hukum Islam bahwa suatu transaksi jual beli akan
dianggapsah bila barang yang diperjualbelikan itu adalah barang yang
halal, bukan barang yangharam.
4. ANALISIS
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang heterogen terdiri dari berbagai
macam suku, adat, bahasa dan juga agama. Dalam rangka memenuhi
keperluan hidupnya setiap saat dan waktu orang bisa saling
berinteraksi tidak hanya kepada orang yangyang suku, adat istiadat,
dan agamanya sama, tetapi juga dengan orang yang adat istiadatnya,
sukunya dan agamanya berbeda.
Kebutuhan tersebut tidak hanya dalam bidang sandang,
papan, pangan, tetapi juga berkaitan dengan keperluan lain salah
13. satunya adalah darah pada saat seseorang sakit, sehingga memerlukan
tranfusi darah dari orang lain. Oleh sebab itulah apabila masalah ini
tidak dipahami dengan baik secara hukum Islamoleh masyarakat bisa
menimbulkan permasalahan-permasalahan dan minimal keraguan,
apalagi kalau sudah menyangkut hukum haram dan halal masyarakat
sangat peka menyikapinya. Untuk itu masyarakat perlu memahami
hakum donor darah ini secara komprehensip, karena tranfusi darah
atau donor darah ini akan masuk kedalam tubuh seseorang dan
menjadi daging seseorang.
Transplantasi organ tubuh manusia merupakan masalah baru
yang belum pernah dikaji oleh para fuqaha klasik tentanghukum-
hukumnya. Karena masalah ini merupakan salah satu dari kemajuan
ilmiah dibidang transplantasi, dimana para dokter modern bias
mendatangkan hasil yang menakjubkan dalam memindahkan organ
tubuh dari orang yang masih hidup/ sudah mati dan
mencangkokkannnya kepada orang lain yang kehilangan organ
tubuhnya atau rusak karena sakit dan sebagainya yang dapat berfungsi
persis seperti anggota badan itu pada tempatnya sebelum di ambil.
14. C. PENUTUP
Kata transfusi darah berasal dari bahasa Inggris “Blood Transfution”
yang artinya memasukkan darah orang lain ke dalam pembuluh darah orang
yang akan ditolong. Hal ini dilakukan untukmenyelamatkan jiwa seseorang
karena kehabisan darah. Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia,
dengan cara memindahkannya dari (tubuh) orang yang sehat kepada orang
yang membutuhkannya, untuk mempertahankan hidupnya. Tranfusi darah
dikenal dengan istilah “pindah-tuang darah” sebagaimana rumusan definisinya
yang berbunyi: ”pengertian pindah-tuang darah adalah memasukkan darah
orang lain ke dalam pembuluh darah orang yang akan ditolong”. Transfusi
darah merupakan salah satu bentuk upaya penyembuhan manusia ketika
diserang penyakit karena manusia tidak boleh berputus asa pada penyakit
yang menimpanya. Menyumbangkan darah kepada orang lain yang amat
membutuhkannya menurut kesepakatan para ahli fikih.
Transplantasi organ atau jaringan tubuh pendonor hidup kepada orang
lain dibolehkan dengan ketentuan terdapat kebutuhan mendesak yang
dibenarkan secara syar'i (dharurah syariah). Kemudian, tidak ada dharar bagi
pendonor karena pengambilan organ atau jaringan tubuh baik sebagian
ataupun keseluruhan.
Dalam al-Qur’an dan Hadis, tidak ditemukan satu nash yang
menjelaskan hukum donor darah. Jika demikian halnya, maka cara yang harus
ditempuh untuk mendapatkan kejelasan hukumnya harus dilakukan ijtihad
yang dilakukan secara jama’i (kolektif). Oleh karena masalah donor
berhubungan dengan kesehatan, maka tidak cukup ulama saja tapi juga
dibutuhkan bidang ilmu kedokteran sehingga tidak terjadi hal yang dapat
mengancam kesehatan si donor dan resipien.
Dengan demikian dilihat dari urgensinya, donor darah dalam hukum
Islam tidak lepas dari unsur kemaslahatan yang bersifat dharury, yaitu
menyelamatkan jiwa manusia dalam keadaan darurat. Sebab jika tidak
15. menggunakan sesuatu yang diharamkan, yaitu darah (benda najis), maka
seseorang akan meninggal. Dalam hal ini, orang sakit yang kekurangan darah
harus dibantu dengan donor darah.
Hukum tranplanstasi organ dari seseorang yang telah mati berbeda
dengan hukum transplantasi organ dari seseorang yang masih hidup.
seseorang yang sudah mati tidak dibolehkan menyumbangkan organ tubuhnya
dan tidak dibenarkan pula berwasiat untuk menyumbangkannya.Sedangkan
mengenai kemubahan mewasiatkan sebagian hartanya, kendatipun harta
bendanya sudah di luar kepemilikannya sejak dia meninggal, hal ini karena
Asy Syari’ (Allah) telah mengizinkan seseorang untuk mewasiatkan sebagian
hartanya hingga sepertiga tanpa seizin ahli warisnya. Jika lebih dari sepertiga,
harus seizin ahli warisnya. Adanya izin dari Asy Syari’ hanya khusus untuk
masalah harta benda dan tidak mencakup hal-hal lain. Izin ini tidak mencakup
pewasiatan tubuhnya. Karena itu dia tidak berhak berwasiat untuk
menyumbangkan salah satu organ tubuhnya setelah kematiannya.
16. SUMBER
Penegertian transfuse darah
file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/1346-3295-1-PB.pdf
Pengertian transplantasi organmenurut MUI
https://nasional.tempo.co/read/1216150/mui-keluarkan-fatwa-soal-
transplantasi-organ-tubuh/full&view=ok
Dalil tentang transfusI darah
http://www.umm.ac.id/id/muhammadiyah/13268.html
Dalil tentang transplantasi organ https://anaksholeh.net/transplantasi-organ
Pendapat Yusuf Qardhawi mengenai transfusi darah dan transplantasi organ
http://etheses.iainponorogo.ac.id/2828/1/Anggi%20Anggraini.pdf
Pendapa Al-Nawawi, Menurut Zakariya al-Ans, Menurut Mufti
Muhammad Sayfi’I mengenai transfusi darah dan transplantasi organ
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1052333&val
=9462&title=TRANSPLANTASI%20ORGAN%20TUBUH%20MANUS
IA%20PERSPEKTIF%20AL-QURAN
Menurut Mazhab Zhahiriyah dan Hanafiyah, Menurut Lahmuddin
Nasution file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/35-128-1-PB.pdf