Dokumen tersebut membahas pandangan Islam terhadap beberapa topik yakni transfusi darah, transplantasi organ, bunuh diri, dan euthanasia. Pada transfusi darah, dokumen menjelaskan hukum transfusi darah menurut Islam serta metode-metode transfusi darah. Sedangkan untuk transplantasi organ, dibahas mengenai pengertian, manfaat dan resiko, serta pandangan ulama tentang transplantasi organ. Bunuh diri dielu-elukan dari pandangan Islam, Muhyiddin Syar
3. 0
1
Transfusi
Darah
o Pengertian
Transfusi Darah
o Hukum Transfusi
Darah Menurut
Islam
o Memperjual
Belikan Darah
o Hukum Transfusi
Darah Dengan Non
Muslim
o Metode-metode
Transfusi Darah
Bunuh Diri
0
3 o Pandangan Islam
Terhadap Bunuh
Diri
o Pandangan
Muhyiddin
Syaraf An-
Nawawi
o Menurut Ida
Rochmmawati
o Kasus Bunuh
Diri di
Indonesia
Transplantasi Organ
0
2 o Pengertian
Transplantasi
Organ
o Manfaat dan
Resiko
o Penetapan
Menurut MUI
o Pandangan Ulama
Tentang
Transplantasi
Organ
o Persyaratan
Transplantasi
Organ
Euthanasia
0
4 o Pendapat Ulama Tentang Euthanasia
o Cara Pelaksanaan Euthanasia
o Tinjauan Umum Tentang Pembunuhan
5. Tahukah kamu apa itu
Transfusi Darah?
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau
produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang
lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis
seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma,
operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah
merah.
6. Pada umumnya pembicaraan tentang transfusi darah mencapai
kesimpulan dibolehkan dilaksanakannya namun berbeda pendapat
pada kasus-kasus yang muncul. Di antara landasan hukumnya
adalah:
A. Al-Qur’an
“Hukum Transfusi Darah
Menurut Islam”
Artinya: ”Sesungguhnya Allah Hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)
selain Allah. tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya)
sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka
tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Q.S Al-Baqarah 173)
7. B. Al-Hadist
Artinya:” Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Umar An Namari telah
menceritakan kepada kami Syu'bah dari Ziyad bin 'Ilaqah dari Usamah bin Syarik
ia berkata, "Aku pernah mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para
sahabatnya, dan seolah-olah di atas kepala mereka terdapat burung. Aku kemudian
mengucapkan salam dan duduk, lalu ada seorang Arab badui datang dari arah ini
dan ini, mereka lalu berkata, "Wahai Rasulullah, apakah boleh kami berobat?"
Beliau menjawab: "Berobatlah, sesungguhnya Allah 'azza wajalla tidak menciptakan
penyakit melainkan menciptakan juga obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu
pikun." (H.R Abu Dawud)
8. Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar
kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-
binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan
(pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah
sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah
berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada
sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka).
dan tolong- menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
9. C. Pandangan
Ulama
Berdasarkan kaidah hukum Fiqh Islam yang berbunyi:
Artinya: Bahwasanya pada prinsipnya segala sesuatu
boleh hukumnya kecuali kalau ada dali yang
mengaramkannya
Artinya: Kemudharatan harus dihilangkan 149
“Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat merupakan cara
penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan dan pembiayaannya
dikelola secara terpadu untuk tujuan meningkatkan derajat
kesehatan, wajib dilaksanakan oleh setiap
penyelenggara”.150
D. UNDANG-UNDANG DASAR NO.23 TAHUN 1990
PASAL 66 AYAT 2
10. Menjual darah untuk kepentingan transfusi diperbolehkan
asalkan penjualan itu terjangkau oleh yang menerima bantuan darah.
Karena yang menjual darah atau donor memerlukan tambahan gizi untuk
kembali memulihkan kondisi tubuhnya sendiri setelah darahnya
didonorkan, tentunya untuk memperoleh gizi tambahan tersebut memerlukan
biaya.
“Memperjual-Belikan Darah”
Masalah transfusi darah mengingat semua jenis darah termasuk
darah manusia itu najis berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim
dari Jabir, kecuali barang najis yang ada manfaatnya bagi manusia,
seperti kotoran hewan untuk keperluan pupuk. Menurut madzhab Hanafi
dan Dzahiri, Islam membolehkan jual beli barang najis yang ada
manfaatnya seperti kotoran hewan. Maka secara analogi (qiyas) madzhab
ini membolehkan jual beli darah manusia karena besar sekali manfaatnya
untuk menolong jiwa sesama manusia, yang memerlukan transfusi darah.
11. Mentransfusikan darah dengan non muslim dibolehkan. Hukum fikih
terkait dengan praktek/amal bukan dengan zat. Sedekah kepada orang
kafir diperbolehkan, berbuat kebajikan kepada orang kafir juga
disyariatkan Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam berkata:" Pada
setiap yang memiliki nyawa dan hati terdapat ganjaran pahala (dalam
hal berbuat kebajikan)”.
“Hukum Mendonorkan Darah
Terhadap Non-Muslim”
“Metode-metode Transfusi Darah”
Dalam hal ini yang harus dipenuhi menurut AlYasa‟159 adalah ushul fiqih
yang biasanya terdiri atas empat bagian utama:
a) Pendahuluan yang berisi uraian tentang hukum syara‟, perbuatan
hukum, hubungan hukum, mukallaf dan tujuan pensyari`atan hukum;
b) Dalil yang terdiri atas Al-qur‟an dan Sunnah serta ijma‟
sebagai dalil utama ditambah dengan qiyas, istihsan, mashalih
mursalah, `uruf dan beberapa dalil lainnya sebagai dalil ikutan,
yang oleh sebagian ulama dianggap sebagai bagian dari metode
penalaran;
c) Metode penalaran, yang terdiri atas qaidah lughawiyah, qaidah
ta‟liliyah dan qaidah istishlahiyah;
13. Apa ya kira-kira
pengertian dari
transplantasi
organ??
Tranplantasi organ adalah proses
memindahkan organ tubuh dari satu
manusia ke manusia lain yang
membutuhkan, melalui operasi.
14. Manfaat dan
Resiko
Manfaat dan resiko selalu ada di setiap
prosedur medis, termasuk transplantasi
organ. Namun sejauh ini, manfaat yang bisa
didapatkan melalui prosedur ini lebih
banyak ketimbang risiko yang mungkin
terjadi.
Sehingga, transplantasi organ masih
menjadi salah satu pilihan perawatan bagi
orang-orang yang membutuhkannya. Sebab
apabila transplantasi tidak dilakukan,
banyak orang yang akan meninggal dunia
15. Penetapan Transplantasi Organ
Menurut MUI
Yang artinya: “Dan
tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan
pelanggaran dan
bertakwalah kamu kepada
Allah, Sesungguhnya Allah
Amat berat siksa-Nya
(Indra Laksana,
QS. Al-Maidah: 2
Yang artinya: “Dan orang-orang yang telah
menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor)
sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka
(Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada
mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada
menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-
apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan
mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas
diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam
kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang
beruntung” (Indra Laksana, dkk, 2011, h. 546).
QS. Al-Hasyr: 9
16. PANDANGAN ULAMA TENTANG TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH
Tansplantasi organ tubuh menurut Al-Qardhawi adalah bahwa
seorang muslim diperbolehkan mendonorkan organ tubuhnya
ketika ia masih hidup meskipun ada yang mengatakan bahwa
diperbolehkannya seseorang mendonorkan sesuatu ialah
apabila itu miliknya. Namun, Al-Qardhawi, berpendapat
bahwa meskipun tubuh merupakan titipan dari Allah, manusia
diberi wewenang untuk memanfaatkannya dengan
mempergunakanya, sebagai harta. Harta pada hakikatnya
milik Allah sesuai dengan firman Allah yang artinya: “Dan
berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang
dikaruniakan-Nya kepadamu”(QS. An-Nur :33)
17. Persyaratan Melakukan
Transplantasi Organ
1. Tidak boleh mendonorkan sebagian organ tubuh yang
justru akan menimbulkan dharar (bahaya)
2. Tidak diperkenankan seseorang mendonorkan organ
tubuh yang hanya satu-satunya dalam tubuhnya,
misalnya hati atau jantung
Persyaratan lainnya yang perlu diperhatikan
dalam kebolehan mendonorkan organ tubuh adalah hanya
boleh dilakukan oleh orang yang telah dewasa dan
berakal sehat.
Mengenai mewasiatkan organ tubuh setelah
meninggal dunia Al-Qardhawi memperbolehkanya.
20. Muhyiddin Syaraf An-Nawawi dalam kitab Syarah
Muslim-nya menghadirkan beberapa pandangan yang mencoba
untuk menjelasakan maksud dari sabda Rasulullah SAW
tentang kekekalan di neraka bagi orang mati karena
bunuh diri. Bahwa maksud dari ia (orang yang mati
karena bunuh diri) kekal di dalam neraka adalah apabila
ia menganggap bahwa melakukan tindakan bunuh diri
tersebut adalah halal padahal ia tahu bahwa bunuh diri
itu adalah haram. Karena itu maka tindakan menganggap
Pandangan Muhyiddin Syaraf An-
Nawawi
21. Bunuh diri merupakan gangguan mental yang akut.
Jika tidak ditangani dengan maksimal, sangat
memungkinkan warga yang mengalami gangguan mental kuat
tersebut memilih mengakhiri hidup dengan bunuh diri.Ida
juga memaparkan sebuah teori berdasarkan penelitian
bidang sosial dan kepribadian yang menyatakan bahwa
beberapa tindakan bunuh diri dilakukan karena keinginan
yang kuat untuk lari dari kesadaran diri yang
menyakitkan.
Menurut Ida Rochmawati
23. Khususnya di Indonesian jika ditinjau lebih
jauh lagi, Kabupaten Gunungkidul menempati peringkat
tertinggi nasional (9 per 100.000), lebih tinggi
dibanding kota metropolitan Jakarta (1 per 100.000).
Polres Gunungkidul medokumentasikan telah terjadi 250
kasus bunuh diri pada rentang tahun 2005 – 2012.Rata-
rata terjadi 31 kasus bunuh diri per tahunnya. Sementara
itu pada bulan Januari sampai Oktober 2016 sudah
tercatat 15 kasus bunuh diri yang didominasi gantung
diri. Angka tersebut didominasi oleh usia lanjut (65
tahun keatas), kemudian usia dewasa tengah (40 - 65
tahun), selanjutnya usia dewasa muda (20 - 40 tahun) dan
Kasus Bunuh Diri
di Indonesia
25. Pendapat Ulama Tentang
Euthanasia
Tentang membolehkan hukum Euthanasia pasif para
ulama mengambil hukum berobat itu sendiri. Menurut Imam
As-Syafi’i bahwa berobat adalah hukumnya sunnah.
Sementara madzhab Abu Hanifah menyatakan bahwa berobat
adalah sunnah muakkadah yang mendekati wajib. Sementara
madzhab Malik bahwa berobat itu setara antara mengerjakan
atau meninggalkannya.
Masjfuk Zuhdi mengatakan bahwa sekalipun obat atau
vaksin untuk HIV/AIDS tidak atau belum ada dan kondisi
pasien masih parah tetap tidak boleh di euthanasia sebab
26. Pendapat tersebut merujuk pada firman Allah dalam
surat al-Mulk ayat 2:
Artinya :
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu,
siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha
27. Adapun cara pelaksanaan Euthanasia sebagai berikut :
1) Cara pelaksanaan euthanasia aktif dan pasif
2) Cara pelaksanaan euthanasia sukarela dan non-
sukarela
3) Cara pelaksanaan euthanasia langsung
4) Cara pelaksanaan euthanasia dengan cara bantuan
bunuh diri
Cara Pelaksanaan
Euthanasia
28. arti istilah, pembunuhan didefinisikan oleh Wahbah
Zuhaili yang sebagai, “Pembunuhan adalah perbuatan
yang menghilangkan atau nyawa seseorang”
Pengertian
Pembunuhan
Firman Allah dalam Surah al-
Isra’ ayat 33:
Dasar Hukum Pembunuhan
Tinjauan Umum Tentang
Pembunuhan
Artinya : Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan
suatu (alasan) yang benar. dan barangsiapa
dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya kami
Telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya,
tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas
dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang
mendapat pertolongan.
29. Dalam pembunuhan yang tidak dibolehkan ini para
ulama berbeda pendapat mengklasifikasikannya
antara lain sebagai berikut:
1) Ulama Malikiyah mengklasifikasikan bentuk-bentuk
pembunuhan menjadi dua yaitu: pembunuhan sengaja (qatl
al-'amd) dan kekeliruan (qatl al khata').
2) Jumhur mengklasifikasikannya menjadi tiga (sulasi),
yaitu pembunuhan sengaja, semi sengaja (syibh al-'amd)
dan kekeliruan.
3) Sebagian Hanafiyah mengklasifikasikanya menjadi empat
(ruba'i), yaitu: pembunuhan sengaja, semi sengaja,
30. Selanjutnya pembunuhan yang tidak dibolehkan ini
pada kondisi tertentu dibolehkan yaitu dalam kondisi
darurat atau terpakasa ataupun dipaksa. Adapun
kriteria/syarat terpaksa/dipaksan dalam pidana Islam
(Fiqih Jinayah) adalah:
1) Kondisi seseorang tersebut sudah dibatas maksimal jika dia
tidak membunuh maka jiwanya akan hilang
2) Keadaan darurat sudah harus ada bukan masih ditunggu. Dengan
kata lain kekhawatiran akan kematian itu benar-benar ada dalam
kenyataan
3) Tidak ada pilihan lain kecuali melanggar syara’ atau agama
31. Kemudian sehubungan dengan pembunuhan ini,
para ulama juga memberi pendapat tentang membunuh
orang yang rela/diizinkan untuk dibunuh yaitu :
Menurut al-Imam Abu Hanifah, Abu Yusuf,
Muhammad bin Hasan dan sebagian Ulama’ Syafi’iyyah,
bahwa hukuman yang dikenakan terhadap pelaku
Euthanasia (pembunuhan dengan persetujuan korban)
adalah membayar diyat (membayar seratus ekor unta
atau seharga itu), dan bukan Qishash.