SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat ini pendidikan karakter baik di sekolah maupun di lingkungan rumah anak sangat
kurang. Hal ini dapat sangat dirasakan dengan semakin banyaknya pejabat yang melakukan
korupsi, para siswa dan mahasiswa yang selalu menyontek saat ujian, pelanggaran peraturan
saat berlalu lintas dan lain-lain. Kondisi ini di perparah lagi ketika para pendidik seperti guru
maupun dosen yang mengijinkan contek-menyontek berlangsung serta lemahnya hukum di
negara kita.
Pendidikan karakter sebaiknya di tanamkan dalam diri anak pada usia dini. Karena sesuatu
yang sudah di biasakan mulai dari kecil, akan menjadi penentu sikap anak kelak supaya tidak
ikut-ikutan gaya atau tindakan yang berbau negatif dan memiliki sifat kejujuran serta budi
pekerti yang luhur.
UU 20 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan Nasional Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Berangkat dari hal tersebut diatas, secara formal upaya menyiapkan kondisi,
sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan
watak dan budi pekerti generasi muda bangsa memiliki landasan yuridis yang kuat. Namun,
sinyal tersebut baru disadari ketika terjadi krisis akhlak yang menerpa semua lapisan
masyarakat. Tidak terkecuali juga pada anak-anak usia sekolah. Untuk mencegah lebih
parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut mulai dirintis melalui pendidikan karakter bangsa.
Dalam pemberian pendidikan karakter bangsa di sekolah, para pakar berbeda pendapat.
Setidaknya ada tiga pendapat yang berkembang. Pertama, bahwa pendidikan karakter bangsa
diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran. Pendapat kedua, pendidikan karakter
bangsa diberikan secara terintegrasi dalam mata pelajaran PKn, pendidikan agama, dan mata
pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga, pendidikan karakter bangsa terintegrasi ke
dalam semua mata pelajaran.
Menyikapi hal tersebut diatas, penulis lebih memilih pada pendapat yang ketiga. Untuk itu
dalam makalah ini penulis mengambil judul "pentingnya pendidikan karakter ".
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan berkarater?
2. Bagaimana penerapan konsep pendidikan karakter dalam pembelajaran dikelas?
3. Apa saja nilai-nilai pembelajaran pendidikan berkarakter sesuai dengan leluruh
bangsa indonesia ?
ii
4. Bentuk-Bentuk Pembelajaran Terpadu Yang Bekarakter ?
5. Dimanakah seharusnya dasar penerapan pendidikan berkarakter di mulai?
6. Apa dampak yang dapat dari penerapkan pembelajaran berkrakter?
C. TUJUAN
1. untuk mengetahui pengertian pendidikan berkarakter
2. untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan pendidikan berkarakter sesuai
dengan nilai leluhur bangsa indonesia
D. BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah dari makalah pendidikan berkarakter yang berjudul
“MENERAPKAN SISTIM AJAR DAN DIDIK YANG BERKARAKTER SESUAI
DENGAN NILAI LUHUR BANGSA INDONESIA” .
ii
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan,
termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari
standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan
implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMP sebenarnya
dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus
diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan
pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata
dalam kehidupan sehari-hari.
2.2. Penerapan Konsep Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Dikelas
Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi
pekerrti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia, diyakini
bahwa nilai dan karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan
pendidikan nasional, harus dimiliki peserta didik agar mampu menghadapi tantangan hidup
pada saat ini dan di masa mendatang.
Secara mikro pengembangan nilai/karakter dapat dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan
belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk budaya sekolah (school culture);
kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstra kurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah, dan
dalam masyarakat.
Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas pengembangan nilai/karakter dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran (embeded approach).
Pembelajaran Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa menggunakan pendekatan proses
ii
belajar peserta didik belajar aktif dan berpusat pada anak, dilakukan melalui berbagai
kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat .
Di Kelas dilaksanakan melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang
dirancang khusus. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu tidak selalu diperlukan kegiatan belajar
khusus untuk mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Meski pun demikian, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu seperti kerja keras, jujur,
toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan gemar membaca dapat
dikembangkan melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan guru. Untuk pegembangan
beberapa nilai lain seperti peduli sosial, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif
memerlukan upaya pengkondisian sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk
memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai tersebut.
Contoh dalam tujuan pembelajaran dikelas, siswa dapat :
- Memperbesar dan memperkecil peta dengan bantuan garis-garis koordinat bersama-sama
dengan teliti/ cermat.
- Menjelaskan pemanfaatan peta dengan penuh percaya diri.
2.3. Nilai-nilai Pembelajaran Berkarakter
Jenis-jenis nilai karakter yang dapat ditanamkan kepada peserta didik di kelas yaitu :
Nilai Karakter dalam Hubunganya dengan Diri Sendiri:
- Jujur
- Bertanggung jawab
- Hidup sehat
- Disiplin
- Kerja Keras
- Percaya Diri
- Berjiwa Wira usaha
- Berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif
- Mandiri
- Ingin tahu
-Cinta Ilmu
Nilai Karakter dalam Hubunganya dengan Sesama:
- Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
- Patuh pada aturan-aturan sosial
- Menghargai karya dan prestasi orang lain
- Santun
- Demokratis
ii
Nilai karakter dalam hubungannya dengan Kebangsaan:
- Nasionalis
- Menghargai Keberagaman
Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Lingkungan:
- Peduli Sosial dan Lingkungan
Nilai Karakter dalam Hubunganya dengan Tuhan:
- Religius
-taqwa
2.4. Bentuk-Bentuk Pembelajaran Terpadu Yang Bekarakter
Menurut Cohen dalam Degeng (1989), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran
terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan
progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan
pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata
keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk
suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat
atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu
kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan
minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang
terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran
tertentu sebagai titik pusatnya (center core/center of interst).
Lebih lanjut, model-model pembelajaran inovatif dan terpadu yang mungkin dapat diadaptasi,
seperti yang ditulis oleh Trianto, 2009, dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik adalah sebagai berikut.
(1) Fragmentasi
Dalam model ini, suatu disiplin yang berbeda dan terpisah dikembangkan merupakan suatu
kawasan dari suatu mata pelajaran
(2) Koneksi
Dalam model ini, dalam setiap topik ke topik, tema ke tema, atau konsep ke konsep isi mata
pelajaran dihubungkan secara tegas
(3) Sarang
Dalam model ini, guru mentargetkan variasi keterampilan (sosial, berpikir, dan keterampilan
khusus) dari setiap mata pelajaran.
(4) Rangkaian/Urutan
Dalam model ini, topik atau unit pembelajaran disusun dan diurutkan selaras dengan yang
lain. Ide yang sama diberikan dalam kegiatan yang sama sambil mengingatkan konsep-
konsep yang berbeda.
ii
(5) Patungan
Dalam model ini, perencanaan dan pembelajaran menyatu dalam dua disiplin yang
konsep/gagasannya muncul saling mengisi sebagai suatu sistem.
(6) Jala-jala
Dalam model ini, tema/topik yang bercabang ditautkan ke dalam kurikulum. Dengan
menggunakan tema itu, pembelajaran mencari konsep/gagasan yang tepat.
(7) Untaian Simpul
Dalam model ini, pendekatan metakurikuler menjalin keterampilan berpikir, sosial,
intelegensi, teknik, dan keterampilan belajar melalui variasi disiplin.
(8) Integrasi
Dalam model ini, pendekatan interdisipliner memasangkan antar mata pelajaran untuk saling
mengisi dalam topik dan konsep dengan beberapa tim guru dalam model integrasi riil.
(9) Peleburan
Dalam model ini, suatu disiplin menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keahliannya, para
pebelajar menjaring semua isi melalui keahlian dan meramu ke dalam pengalamannya.
(10) Jaringan
Dalam model ini, pebelajar menjaring semua pembelajaran melalui pandangan keahliannya
dan membuat jaringan hubungan internal mengarah ke jaringan eksternal dari keahliannya
yang berkaitan dengan lapangan
2.5. Dasar Penerapan Pendidikan Karakter Dimulai
Pendidikan karakter yang dicanangkan Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) akan
diterapkan pada semua jenjang pendidikan, namun porsinya akan lebih besar diberikan pada
Sekolah Dasar (SD).
Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh, di Medan, Sabtu, mengatakan,
pendidikan karakter harus dimulai sejak dini yakni dari jenjang pendidikan SD.
Pada jenjang SD ini porsinya mencapai 60 persen dibandingkan dengan jenjang pendidikan
lainnya.Hal ini agar lebih mudah diajarkan dan melekat dijiwa anak-anak itu hingga kelak ia
dewasa.
"Pendidikan karakter harus dimulai dari SD karena jika karakter tidak terbentuk sejak dini
maka akan susah untuk merubah karakter seseorang,"katanya saat menjadi pembicara pada
acara seminar nasional "Pendidikan Karakter Bangsa" yang merupakan rangkaian acara rapat
pimpinan Program Pasca Sarjana (PPs) Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK)
se-Indonesia di Universitas Negeri Medan (Unimed).
Ia mengatakan, pendidikan karakter tidak mendapatkan porsi yang besar pada tingkat Taman
Kanak-kanak (TK) atau sejenisnya karena TK bukan merupakan sekolah tetapi taman
bermain.
ii
"TK itu taman bermain untuk merangsang kreativitas anak, bukan tempat belajar. Jadi jika
ada guru TK yang memberikan tugas atau PR maka itu guru kurang kerjaan dan tak paham
tugasnya," katanya. Menurut dia, dalam menanamkan karakter pada seseorang yang paling
penting adalah kejujuran karena kejujuran bersifat universal. Dalam hal ini siswa SD yang
masih belum terkontaminasi dengan sifat yang kurang baik sangat memungkinkan untuk
ditanamkan sifat-sifat atau karakter untuk membangun bangsa.Untuk itu, selain orang tua,
guru SD juga mempunyai peranan yang sangat vital untuk menempah karakter siswa.
"Pembinaan karakter yang termudah dilakukan adalah ketika anak-anak masih duduk di
bangku SD. Itulah sebabnya kita memprioritaskan pendidikan karakter di tingkat SD. Bukan
berarti pada jenjang pendidikan lainnya tidak mendapat perhatian namun porsinya saja yang
berbeda," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk
memfasilitasi pembangunan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran
kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap
memperhatikan norma-norma di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama.
Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan karena pendidikan
tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi cerdas, juga mempunyai budi pekerti dan
sopan santun sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik
bagi dirinya maupun orang lain.
"Intinya pembinaan karakter harus dilakukan pada semua tingkat pendidikan hingga
Perguruan Tinggi (PT) karena PT harus mampu berperan sebagai mesin informasi yang
membawa bangsa ini menjadi bangsa yang cerdas, santun, sejahtera dan bermartabat serta
mampu bersaing dengan bangsa manapun," katanya.
Pada kesempatan itu, Mendiknas Muhammad Nuh juga diberikan sebuah buku yang
berjudul" Pendidikan Karakter Dalam Pembangunan Bangsa" setebal 200 halaman yang di
susun oleh pimpinan atau direktur PPs LPTK se-Indonesia sebagai salah satu hasil rapim PPs
LPTK se-Indonesia tahun lalu.
Distribusi penanaman nilai-nilai utama dalam tiap mata pelajaran dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Pendidikan Agama: Nilai utama yang ditanamkan antara lain: religius, jujur, santun,
disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai
keberagaman, patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan
kewajiban, kerja keras, dan adil.
2. Pendidikan Kewargaan Negara: Nasionalis, patuh pada aturan sosial, demokratis,
jujur, mengahargai keragaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.
3. Bahasa Indonesia: Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung
jawab, ingin tahu, santun, nasionalis.
4. Ilmu Pengetahuan Sosial: Nasionalis, menghargai keberagaman, berpikir logis, kritis,
ii
kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur, kerja
keras.
5. Ilmu Pengetahuan Alam: Ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur,
bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin, mandiri,
bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu
6. Bahasa Inggris: Menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri, bekerja
sama, patuh pada aturan sosial
7. Seni Budaya: Menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai karya orang lain,
ingin, jujur, disiplin, demokratis
8. Penjasorkes: Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur, percaya diri, mandiri,
mengahrgai karya dan prestasi orang lain
9. TIK/Ketrampilan: Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung
jawab, dan menghargai karya orang lain.
10. Muatan Lokal: Menghargai kebersamaan, menghargai karya orang lain, nasional,
peduli.
Bagaimana kesemuanya diaplikasikan? Setiap nilai utama tersebut dapat dimasukkan
ke dalam pembelajaran mulai dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, sampai dengan
konfirmasi.
Bagian pertama adalah Eksplorasi, antara lain dengan cara:
1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema
materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam terbuka jadi guru dan peserta
didik belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir
logis, kreatif, kerjasama)
2. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber
belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)
3. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan:
kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan)
4. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh
nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri)
5. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau
lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras)
Bagian kedua adalah Elaborasi, nilai-nilai yang dapat ditanamkan antara lain:
1. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas
tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)
2. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang
ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
ii
3. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis)
4. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh
nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)
5. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)
6. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan
maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan:
jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
7. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri,
kerjasama)
8. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang
dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri,
kerjasama)
9. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan
rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling
menghargai, mandiri, kerjasama)
Dan bagian ketiga adalah konfirmasi, nilai-nilainya antara lain:
1. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,
maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan:
saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis)
2. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui
berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)
3. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar
yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan
kekurangan)
4. Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru yang berfungsi sebagai:
a. Narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang
menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (contoh
nilai yang ditanamkan: peduli, santun);
b. Membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli);
c. Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi
(contoh nilai yang ditanamkan: kritis)
d. Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan:
cinta ilmu); dan
e. Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi
ii
aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).
Penanaman nilai diatas yang nantinya diharapkan akan menjadikan peserta didik
menjadi lebih berkarakter.
2.6. Dampak Dari Penerapan Pendidikan Berkarakter
Saat ini mulai marak dibicarakan mengenai pendidikan karakter. Tetapi yang masih umum
diterapkan mengenai pendidikan karakter ini masih pada taraf jenjang pendidikan pra sekolah
(taman bermain dan taman kanak-kanak). sementara pada jenjang sekolah dasar dan
seterusnya masih sangat-sangat jarang sekali. kurikulum pendidikan di Indonesia masih
belum menyentuh aspek karakter ini, meskipun ada pelajaran pancasila, kewarganegaraan
dan semisalnya, tapi itu masih sebatas teori dan tidak dalam tataran aplikatif. Padahal jika
Indonesia ingin memperbaiki mutu SDM dan segera bangkit dari ketinggalannya, maka
indonesia harus merombak istem pendidikan yang ada saat ini.
Mungkin banyak yang bertanya-tanya sebenarnya apa sih dampak pendidikan karakter
terhadap keberhasilan akademik? Beberapa penelitian bermunculan untuk menjawab
pertanyaan ini. Ringkasan dari beberapa penemuan penting mengenai hal ini diterbitkan oleh
sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership.
Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of
Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi
akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang
secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukan penurunan drastis pada
perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona,
tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun
harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.
Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi
adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena
dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan,
termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Sebuah buku yang baru terbit berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph
Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif
kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet
faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang
disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa
percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi,
rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.
ii
Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di
masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen
ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam
kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol
emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan
kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang
berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan terhindar dari masalah-masalah
umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks
bebas, dan sebagainya.
Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter
adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik
dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orang tua
yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter.
Selain itu Daniel Goleman juga mengatakan bahwa banyak orang tua yang gagal dalam
mendidik karakter anak-anaknya entah karena kesibukan atau karena lebih mementingkan
aspek kognitif anak. Namun ini semua dapat dikoreksi dengan memberikan pendidikan
karakter di sekolah. Namun masalahnya, kebijakan pendidikan di Indonesia juga lebih
mementingkan aspek kecerdasan otak, dan hanya baru-baru ini saja pentingnya pendidikan
budi pekerti menjadi bahan pembicaraan ramai. Ada yang mengatakan bahwa kurikulum
pendidikan di Indonesia dibuat hanya cocok untuk diberikan pada 10-20 persen otak-otak
terbaik. Artinya sebagian besar anak sekolah (80-90 persen) tidak dapat mengikuti kurikulum
pelajaran di sekolah. Akibatnya sejak usia dini, sebagian besar anak-anak akan merasa
“bodoh” karena kesulitan menyesuaikan dengan kurikulum yang ada. Ditambah lagi dengan
adanya sistem ranking yang telah “memvonis” anak-anak yang tidak masuk “10 besar”,
sebagai anak yang kurang pandai. Sistem seperti ini tentunya berpengaruh negatif terhadap
usaha membangun karakter, dimana sejak dini anak-anak justru sudah “dibunuh” rasa
percaya dirinya. Rasa tidak mampu yang berkepanjangan yang akan membentuk pribadi yang
tidak percaya diri, akan menimbulkan stress berkepanjangan. Pada usia remaja biasanya
keadaan ini akan mendorong remaja berperilaku negatif. Maka, tidak heran kalau kita lihat
perilaku remaja kita yang senang tawuran, terlibat kriminalitas, putus sekolah, dan
menurunnya mutu lulusan SMP dan SMU.
Jadi, pendidikan karakter atau budi pekerti plus adalah suatu yang urgent untuk dilakukan.
Kalau kita peduli untuk meningkatkan mutu lulusan SD, SMP dan SMU, maka tanpa
pendidikan karakter adalah usaha yang sia-sia. Kami ingin mengutip kata-kata bijak dari
pemikir besar dunia.
ii
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pendidikan karakter sangat penting diterapkan demi mengembalikan karakter bangsa
Indonesia yang sudah mulai luntur. Dengan dilaksanakannya pendidikan karakter di sekolah
dasar, diharapkan dapat menjadi solusi atas masalah-masalah sosial yang terjadi di
masyarakat. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dapat dilaksanakan pada ranah
pembelajaran (kegiatan pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan
belajar, kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian di
rumah dan di masyarakat.
3.2 SARAN
Sebaiknya para orang tua, para pendidik dan pemerintah lebih menerapkan pendidikan
karakter kepada para anak atau anak didiknya agar mereka menjadi generasi yang
mempunyai akhlak yang baik,baik di lingkungan masyarakat maupun keagamaan.
ii
DAFTAR PUSTAKA
 http://www.yudinet.com/pendidikan/pengertian-makna-pendidikan-karakter/
 http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/05/makalah-pendidikan-karakter-
dalam.html
 http://www.pendidikankarakter.com/kurikulum-pendidikan-karakter/
 http://www.pendidikankarakter.com/pentingnya-pendidikan-karakter-dalam-dunia-
pendidikan/
 http://roebyarto.multiply.com/journal/item/149?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal
%2Fitem
 http://taufikmulyana.blogspot.com/2011/11/mendiknas-penerapan-pendidikan-
karakter.html
 http://infobuatkita.wordpress.com/pendidikan-4/upaya-mendisiplinkan-siswa-melalui-
pendidikan-karakter/
 http://pondokibu.com/28/dampak-pendidikan-karakter-terhadap-akademi-anak/
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, Namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan
sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga
selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW,
kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku
umatnya.
Makalah ini penulis membahas mengenai “MENERAPKAN SISTEM AJAR DAN DIDIK
YANG BERKARAKTER SESUAI DENGAN NILAI LUHUR BANGSA INDONESIA”,
dengan makalah ini penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.
Raha, Agustus 2013
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................................ 2
D. Batasan Masalah............................................................................... .......... 2
BAB II PEMBAHASAN.... ................................................................................... 3
2.1 Pengertian Pendidikan Karakter........................................................... 3
2.2 penerapan konsep pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas........ 3
2.3 Nilai-Nilai Pembelajaran Berkarakter......................................................... 4
2.4 Bentuk-Bentuk Pembelajaran Terpadu Yang Berkarakter........................ 5
2.5 Dasar Penerapan Pendidikan Karakter Di Mulai..................................... 6
2.6 Dampak Dari Penerapan Pendidikan Berkarakter........................................ 10
BAB II PENUTUP................................................................................................... 12
A. Kesimpulan.................................................................................................. 12
B. Saran............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 13
ii
MENERAPKAN SISTEM AJAR DAN DIDIK
YANG BERKARAKTER SESUAI DENGAN
NILAI LUHUR BANGSA INDONESIA
DISUSUN OLEH :
1. ABDUL ADESTYA
2. AAN ARDIANSYAH
3. MUH. IDOM
4. WA DONA
5. SOFIYANTO
SMA NEGERI 1 RAHA
ii
2013

More Related Content

What's hot

Islam dan Ilmu Pengetahuan
Islam dan Ilmu PengetahuanIslam dan Ilmu Pengetahuan
Islam dan Ilmu PengetahuanAsri Yunita
 
Sk osis smp satap smpn 4 kulbar
Sk osis smp satap smpn 4 kulbarSk osis smp satap smpn 4 kulbar
Sk osis smp satap smpn 4 kulbarArhie Lipu
 
Contoh Kartu peserta latihan ujian Sekolah
Contoh Kartu  peserta latihan ujian SekolahContoh Kartu  peserta latihan ujian Sekolah
Contoh Kartu peserta latihan ujian SekolahSukardi Juniardi
 
Format Buku Raport SD Kurikulum 2013 beserta contoh isinya
Format Buku Raport SD Kurikulum 2013 beserta contoh isinyaFormat Buku Raport SD Kurikulum 2013 beserta contoh isinya
Format Buku Raport SD Kurikulum 2013 beserta contoh isinyaPutri_Handiyarsyah
 
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving LearningHasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving LearningAbdul Jamil
 
Surat keterangan aktif belajar
Surat keterangan aktif belajarSurat keterangan aktif belajar
Surat keterangan aktif belajarSepul Deppest
 
Absen mahasiswa ppl
Absen mahasiswa pplAbsen mahasiswa ppl
Absen mahasiswa pplNurul Hafsah
 
TANGGUNG JAWAB ILMUWAN MENURUT ISLAM, INTEGRASI IMAN, PENGALAMAN DAN MANFAAT
TANGGUNG JAWAB ILMUWAN MENURUT ISLAM, INTEGRASI IMAN, PENGALAMAN DAN MANFAATTANGGUNG JAWAB ILMUWAN MENURUT ISLAM, INTEGRASI IMAN, PENGALAMAN DAN MANFAAT
TANGGUNG JAWAB ILMUWAN MENURUT ISLAM, INTEGRASI IMAN, PENGALAMAN DAN MANFAATSara Santika
 
Surat perubahan bendahara BOSDA bank BPD
Surat perubahan bendahara BOSDA bank BPDSurat perubahan bendahara BOSDA bank BPD
Surat perubahan bendahara BOSDA bank BPDWidi Dharmawan
 
Studi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisStudi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisatjehh
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
 
Makalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuMakalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuWarnet Raha
 
Makalah kebudayaan dalam islam
Makalah kebudayaan dalam islamMakalah kebudayaan dalam islam
Makalah kebudayaan dalam islamahmddrmnsyh
 
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloomKata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloommasterkukuh
 
Surat keterangan skhu
Surat keterangan skhuSurat keterangan skhu
Surat keterangan skhuWarnet Raha
 

What's hot (20)

Islam dan Ilmu Pengetahuan
Islam dan Ilmu PengetahuanIslam dan Ilmu Pengetahuan
Islam dan Ilmu Pengetahuan
 
Sk osis smp satap smpn 4 kulbar
Sk osis smp satap smpn 4 kulbarSk osis smp satap smpn 4 kulbar
Sk osis smp satap smpn 4 kulbar
 
Contoh Kartu peserta latihan ujian Sekolah
Contoh Kartu  peserta latihan ujian SekolahContoh Kartu  peserta latihan ujian Sekolah
Contoh Kartu peserta latihan ujian Sekolah
 
Tugas resume buku ilmu pendidikan islam
Tugas resume buku ilmu pendidikan islamTugas resume buku ilmu pendidikan islam
Tugas resume buku ilmu pendidikan islam
 
PKKS 2022.pptx
PKKS 2022.pptxPKKS 2022.pptx
PKKS 2022.pptx
 
CONTOH SK
CONTOH SKCONTOH SK
CONTOH SK
 
Surat keterangan aktif mengajar tk
Surat keterangan aktif mengajar tkSurat keterangan aktif mengajar tk
Surat keterangan aktif mengajar tk
 
Format Buku Raport SD Kurikulum 2013 beserta contoh isinya
Format Buku Raport SD Kurikulum 2013 beserta contoh isinyaFormat Buku Raport SD Kurikulum 2013 beserta contoh isinya
Format Buku Raport SD Kurikulum 2013 beserta contoh isinya
 
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving LearningHasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
Hasil Diskusi/ Tanya Jawab Problem Solving Learning
 
Surat keterangan aktif belajar
Surat keterangan aktif belajarSurat keterangan aktif belajar
Surat keterangan aktif belajar
 
Absen mahasiswa ppl
Absen mahasiswa pplAbsen mahasiswa ppl
Absen mahasiswa ppl
 
TANGGUNG JAWAB ILMUWAN MENURUT ISLAM, INTEGRASI IMAN, PENGALAMAN DAN MANFAAT
TANGGUNG JAWAB ILMUWAN MENURUT ISLAM, INTEGRASI IMAN, PENGALAMAN DAN MANFAATTANGGUNG JAWAB ILMUWAN MENURUT ISLAM, INTEGRASI IMAN, PENGALAMAN DAN MANFAAT
TANGGUNG JAWAB ILMUWAN MENURUT ISLAM, INTEGRASI IMAN, PENGALAMAN DAN MANFAAT
 
Surat perubahan bendahara BOSDA bank BPD
Surat perubahan bendahara BOSDA bank BPDSurat perubahan bendahara BOSDA bank BPD
Surat perubahan bendahara BOSDA bank BPD
 
Studi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisStudi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historis
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
 
Makalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuMakalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmu
 
Makalah kebudayaan dalam islam
Makalah kebudayaan dalam islamMakalah kebudayaan dalam islam
Makalah kebudayaan dalam islam
 
KATA PENGANTAR PROGRAM KERJA UKS
KATA PENGANTAR PROGRAM KERJA UKSKATA PENGANTAR PROGRAM KERJA UKS
KATA PENGANTAR PROGRAM KERJA UKS
 
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloomKata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
Kata kerja operasional indikator k13_taksonomi bloom
 
Surat keterangan skhu
Surat keterangan skhuSurat keterangan skhu
Surat keterangan skhu
 

Viewers also liked

Encuesta uso de internet
Encuesta uso de internetEncuesta uso de internet
Encuesta uso de internetLuisa Martínez
 
✌(◔౪◔ )✌
✌(◔౪◔ )✌✌(◔౪◔ )✌
✌(◔౪◔ )✌Ryo Kitamura
 
Jaimee paulslideshare
Jaimee paulslideshareJaimee paulslideshare
Jaimee paulslidesharelburke88
 
かい援隊本部_事業紹介
かい援隊本部_事業紹介かい援隊本部_事業紹介
かい援隊本部_事業紹介shochan2
 
Storyboard extras
Storyboard extrasStoryboard extras
Storyboard extrassammusgrave
 
Big Business
Big BusinessBig Business
Big Businessmabest
 
Paz interior
Paz interiorPaz interior
Paz interiorluimaga
 
Child Abuse Linked To Cancer In Adulthood
Child  Abuse  Linked  To  Cancer  In  AdulthoodChild  Abuse  Linked  To  Cancer  In  Adulthood
Child Abuse Linked To Cancer In AdulthoodJuly Simon
 
Activitats de lògica2
Activitats de lògica2Activitats de lògica2
Activitats de lògica2neusribera
 
かい援隊本部
かい援隊本部かい援隊本部
かい援隊本部shochan2
 
Power Point 2007
Power Point 2007Power Point 2007
Power Point 2007fabian9h
 
Primer día recreativo en comfandí
Primer día recreativo en comfandíPrimer día recreativo en comfandí
Primer día recreativo en comfandí09anderson
 
Leafleat Algemeen
Leafleat AlgemeenLeafleat Algemeen
Leafleat Algemeenmuijd001
 

Viewers also liked (20)

Qr code
Qr codeQr code
Qr code
 
Joss r
Joss rJoss r
Joss r
 
2011jahrd fukuyama
2011jahrd fukuyama2011jahrd fukuyama
2011jahrd fukuyama
 
Encuesta uso de internet
Encuesta uso de internetEncuesta uso de internet
Encuesta uso de internet
 
Encuesta
EncuestaEncuesta
Encuesta
 
✌(◔౪◔ )✌
✌(◔౪◔ )✌✌(◔౪◔ )✌
✌(◔౪◔ )✌
 
Jaimee paulslideshare
Jaimee paulslideshareJaimee paulslideshare
Jaimee paulslideshare
 
かい援隊本部_事業紹介
かい援隊本部_事業紹介かい援隊本部_事業紹介
かい援隊本部_事業紹介
 
Storyboard extras
Storyboard extrasStoryboard extras
Storyboard extras
 
Big Business
Big BusinessBig Business
Big Business
 
Paz interior
Paz interiorPaz interior
Paz interior
 
Child Abuse Linked To Cancer In Adulthood
Child  Abuse  Linked  To  Cancer  In  AdulthoodChild  Abuse  Linked  To  Cancer  In  Adulthood
Child Abuse Linked To Cancer In Adulthood
 
Mitreka hal 71-80
Mitreka hal 71-80Mitreka hal 71-80
Mitreka hal 71-80
 
研究装置ラボ
研究装置ラボ研究装置ラボ
研究装置ラボ
 
Activitats de lògica2
Activitats de lògica2Activitats de lògica2
Activitats de lògica2
 
かい援隊本部
かい援隊本部かい援隊本部
かい援隊本部
 
Módulo 6 Sustracción
Módulo 6 SustracciónMódulo 6 Sustracción
Módulo 6 Sustracción
 
Power Point 2007
Power Point 2007Power Point 2007
Power Point 2007
 
Primer día recreativo en comfandí
Primer día recreativo en comfandíPrimer día recreativo en comfandí
Primer día recreativo en comfandí
 
Leafleat Algemeen
Leafleat AlgemeenLeafleat Algemeen
Leafleat Algemeen
 

Similar to Makalah pendidikan berkarakter

Makalah pendidikan berkarakter 2
Makalah pendidikan berkarakter 2Makalah pendidikan berkarakter 2
Makalah pendidikan berkarakter 2Warnet Raha
 
KOS SDITMUHAMMADIYAH BIREUEN .pdf
KOS SDITMUHAMMADIYAH BIREUEN .pdfKOS SDITMUHAMMADIYAH BIREUEN .pdf
KOS SDITMUHAMMADIYAH BIREUEN .pdfJokoSantoso515786
 
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014(1)
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014(1)Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014(1)
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014(1)Sariki Sarif
 
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014Erlita Izzatunnisa
 
Permendikbud tahun2014 nomor103_lampiran
Permendikbud tahun2014 nomor103_lampiranPermendikbud tahun2014 nomor103_lampiran
Permendikbud tahun2014 nomor103_lampiranIa Hidarya
 
1. a. Mengenal Kurikulum Merdeka.pptx
1. a.  Mengenal Kurikulum Merdeka.pptx1. a.  Mengenal Kurikulum Merdeka.pptx
1. a. Mengenal Kurikulum Merdeka.pptxParlindunganSitangga1
 
Tugas teknologi pendidikan kel 4
Tugas teknologi pendidikan kel 4Tugas teknologi pendidikan kel 4
Tugas teknologi pendidikan kel 4Viki Dita
 
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014Irma Muthiara Sari
 
Permendikbud tahun2014 nomor103_lampiran pembelajaran
Permendikbud tahun2014 nomor103_lampiran pembelajaranPermendikbud tahun2014 nomor103_lampiran pembelajaran
Permendikbud tahun2014 nomor103_lampiran pembelajaranWinarto Winartoap
 
Topik 2 Filosofi Pendidikan - Koneksi Antar Materi - Pendidikan dan Nilai Sos...
Topik 2 Filosofi Pendidikan - Koneksi Antar Materi - Pendidikan dan Nilai Sos...Topik 2 Filosofi Pendidikan - Koneksi Antar Materi - Pendidikan dan Nilai Sos...
Topik 2 Filosofi Pendidikan - Koneksi Antar Materi - Pendidikan dan Nilai Sos...ppgsulastri91228
 
Hanna Handayana 2 A Pendidikan Ekonomi
Hanna Handayana 2 A Pendidikan EkonomiHanna Handayana 2 A Pendidikan Ekonomi
Hanna Handayana 2 A Pendidikan Ekonomiamoxizty
 
Hanna Handayana 2 A Pendidikan Ekonomi
Hanna  Handayana 2 A  Pendidikan  EkonomiHanna  Handayana 2 A  Pendidikan  Ekonomi
Hanna Handayana 2 A Pendidikan Ekonomiamoxizty
 
Pembelajaran dan Asesmen Pada Pembelajaran Paradigma Baru.pdf
Pembelajaran dan Asesmen Pada Pembelajaran Paradigma Baru.pdfPembelajaran dan Asesmen Pada Pembelajaran Paradigma Baru.pdf
Pembelajaran dan Asesmen Pada Pembelajaran Paradigma Baru.pdfTriMardiani2
 

Similar to Makalah pendidikan berkarakter (20)

Makalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakterMakalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakter
 
Makalah pendidikan berkarakter 2
Makalah pendidikan berkarakter 2Makalah pendidikan berkarakter 2
Makalah pendidikan berkarakter 2
 
Makalah pendidikan berkarakter 2
Makalah pendidikan berkarakter 2Makalah pendidikan berkarakter 2
Makalah pendidikan berkarakter 2
 
Makalah karakter
Makalah karakterMakalah karakter
Makalah karakter
 
Makalah karakter
Makalah karakterMakalah karakter
Makalah karakter
 
KOS SDITMUHAMMADIYAH BIREUEN .pdf
KOS SDITMUHAMMADIYAH BIREUEN .pdfKOS SDITMUHAMMADIYAH BIREUEN .pdf
KOS SDITMUHAMMADIYAH BIREUEN .pdf
 
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014(1)
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014(1)Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014(1)
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014(1)
 
29876007
2987600729876007
29876007
 
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014
 
Permendikbud tahun2014 nomor103_lampiran
Permendikbud tahun2014 nomor103_lampiranPermendikbud tahun2014 nomor103_lampiran
Permendikbud tahun2014 nomor103_lampiran
 
1. a. Mengenal Kurikulum Merdeka.pptx
1. a.  Mengenal Kurikulum Merdeka.pptx1. a.  Mengenal Kurikulum Merdeka.pptx
1. a. Mengenal Kurikulum Merdeka.pptx
 
Tugas teknologi pendidikan kel 4
Tugas teknologi pendidikan kel 4Tugas teknologi pendidikan kel 4
Tugas teknologi pendidikan kel 4
 
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014
Lampiran permendikbud-no-103-tahun-2014
 
Permendikbud tahun2014 nomor103_lampiran pembelajaran
Permendikbud tahun2014 nomor103_lampiran pembelajaranPermendikbud tahun2014 nomor103_lampiran pembelajaran
Permendikbud tahun2014 nomor103_lampiran pembelajaran
 
Topik 2 Filosofi Pendidikan - Koneksi Antar Materi - Pendidikan dan Nilai Sos...
Topik 2 Filosofi Pendidikan - Koneksi Antar Materi - Pendidikan dan Nilai Sos...Topik 2 Filosofi Pendidikan - Koneksi Antar Materi - Pendidikan dan Nilai Sos...
Topik 2 Filosofi Pendidikan - Koneksi Antar Materi - Pendidikan dan Nilai Sos...
 
Hafil krk 2013
Hafil krk 2013Hafil krk 2013
Hafil krk 2013
 
Hanna Handayana 2 A Pendidikan Ekonomi
Hanna Handayana 2 A Pendidikan EkonomiHanna Handayana 2 A Pendidikan Ekonomi
Hanna Handayana 2 A Pendidikan Ekonomi
 
Hanna Handayana 2 A Pendidikan Ekonomi
Hanna  Handayana 2 A  Pendidikan  EkonomiHanna  Handayana 2 A  Pendidikan  Ekonomi
Hanna Handayana 2 A Pendidikan Ekonomi
 
Pembelajaran dan Asesmen Pada Pembelajaran Paradigma Baru.pdf
Pembelajaran dan Asesmen Pada Pembelajaran Paradigma Baru.pdfPembelajaran dan Asesmen Pada Pembelajaran Paradigma Baru.pdf
Pembelajaran dan Asesmen Pada Pembelajaran Paradigma Baru.pdf
 
Asigmen
AsigmenAsigmen
Asigmen
 

More from Warnet Raha

Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanPengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanWarnet Raha
 
Warnet vast raha
Warnet vast rahaWarnet vast raha
Warnet vast rahaWarnet Raha
 
Surat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorselSurat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorselWarnet Raha
 
Silsilah keluarga
Silsilah keluargaSilsilah keluarga
Silsilah keluargaWarnet Raha
 
Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1Warnet Raha
 
Makalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohMakalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohWarnet Raha
 
Motivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerjaMotivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerjaWarnet Raha
 
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Warnet Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramataWarnet Raha
 
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Warnet Raha
 
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari mudaPengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari mudaWarnet Raha
 
Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4Warnet Raha
 

More from Warnet Raha (20)

Serune kale
Serune kaleSerune kale
Serune kale
 
Alat musik
Alat musikAlat musik
Alat musik
 
Septian
SeptianSeptian
Septian
 
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanamanPengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
Pengaruh organik terhadap tanah dan tanaman
 
Perihal
PerihalPerihal
Perihal
 
Warnet vast raha
Warnet vast rahaWarnet vast raha
Warnet vast raha
 
Surat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorselSurat tugas pls wakorsel
Surat tugas pls wakorsel
 
Silsilah keluarga
Silsilah keluargaSilsilah keluarga
Silsilah keluarga
 
Ipink
IpinkIpink
Ipink
 
Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1Silsilah keluarg1
Silsilah keluarg1
 
Makalah haji dan umroh
Makalah haji dan umrohMakalah haji dan umroh
Makalah haji dan umroh
 
Motivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerjaMotivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerja
 
Salim 2
Salim 2Salim 2
Salim 2
 
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
Format manajemen asuhan kebidanan ibu nifas pada ny. “w”
 
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari mudaPengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
Pengaruh mediao sosial terhadap genesari muda
 
Jurnal ella
Jurnal ellaJurnal ella
Jurnal ella
 
Penelitian
PenelitianPenelitian
Penelitian
 
Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4Surat keterangan kematian 4
Surat keterangan kematian 4
 

Recently uploaded

AKSI NYATA MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN.pptxAKSI NYATA MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN.pptxELASONIARTI
 
PPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkap
PPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkapPPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkap
PPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkapAhmadMuhtadi11
 
IMC Campaign - Integrated Marketing Communication Bingo
IMC Campaign - Integrated Marketing Communication BingoIMC Campaign - Integrated Marketing Communication Bingo
IMC Campaign - Integrated Marketing Communication BingoAdePutraTunggali
 
Co-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjd
Co-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjdCo-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjd
Co-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjdveinlatex
 
PPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptx
PPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptxPPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptx
PPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptxmuhnurmufid123
 
Modul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdf
Modul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdfModul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdf
Modul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdfAndiAliyah2
 
IMC design - Safety Riding Campaign - Mask Up
IMC design - Safety Riding Campaign - Mask UpIMC design - Safety Riding Campaign - Mask Up
IMC design - Safety Riding Campaign - Mask UpAdePutraTunggali
 

Recently uploaded (7)

AKSI NYATA MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN.pptxAKSI NYATA MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN.pptx
 
PPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkap
PPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkapPPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkap
PPT-HUKUM-PIDANA.ppt terbaru dan terlengkap
 
IMC Campaign - Integrated Marketing Communication Bingo
IMC Campaign - Integrated Marketing Communication BingoIMC Campaign - Integrated Marketing Communication Bingo
IMC Campaign - Integrated Marketing Communication Bingo
 
Co-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjd
Co-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjdCo-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjd
Co-funding Pitchdeck 2024.pptxhdhddjdjdjddjjd
 
PPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptx
PPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptxPPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptx
PPT Mengenai Pengelolaan Penataan Kearsipan.pptx
 
Modul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdf
Modul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdfModul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdf
Modul 1.2 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan.pdf
 
IMC design - Safety Riding Campaign - Mask Up
IMC design - Safety Riding Campaign - Mask UpIMC design - Safety Riding Campaign - Mask Up
IMC design - Safety Riding Campaign - Mask Up
 

Makalah pendidikan berkarakter

  • 1. ii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini pendidikan karakter baik di sekolah maupun di lingkungan rumah anak sangat kurang. Hal ini dapat sangat dirasakan dengan semakin banyaknya pejabat yang melakukan korupsi, para siswa dan mahasiswa yang selalu menyontek saat ujian, pelanggaran peraturan saat berlalu lintas dan lain-lain. Kondisi ini di perparah lagi ketika para pendidik seperti guru maupun dosen yang mengijinkan contek-menyontek berlangsung serta lemahnya hukum di negara kita. Pendidikan karakter sebaiknya di tanamkan dalam diri anak pada usia dini. Karena sesuatu yang sudah di biasakan mulai dari kecil, akan menjadi penentu sikap anak kelak supaya tidak ikut-ikutan gaya atau tindakan yang berbau negatif dan memiliki sifat kejujuran serta budi pekerti yang luhur. UU 20 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan Nasional Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Berangkat dari hal tersebut diatas, secara formal upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa memiliki landasan yuridis yang kuat. Namun, sinyal tersebut baru disadari ketika terjadi krisis akhlak yang menerpa semua lapisan masyarakat. Tidak terkecuali juga pada anak-anak usia sekolah. Untuk mencegah lebih parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut mulai dirintis melalui pendidikan karakter bangsa. Dalam pemberian pendidikan karakter bangsa di sekolah, para pakar berbeda pendapat. Setidaknya ada tiga pendapat yang berkembang. Pertama, bahwa pendidikan karakter bangsa diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran. Pendapat kedua, pendidikan karakter bangsa diberikan secara terintegrasi dalam mata pelajaran PKn, pendidikan agama, dan mata pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga, pendidikan karakter bangsa terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Menyikapi hal tersebut diatas, penulis lebih memilih pada pendapat yang ketiga. Untuk itu dalam makalah ini penulis mengambil judul "pentingnya pendidikan karakter ". B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan berkarater? 2. Bagaimana penerapan konsep pendidikan karakter dalam pembelajaran dikelas? 3. Apa saja nilai-nilai pembelajaran pendidikan berkarakter sesuai dengan leluruh bangsa indonesia ?
  • 2. ii 4. Bentuk-Bentuk Pembelajaran Terpadu Yang Bekarakter ? 5. Dimanakah seharusnya dasar penerapan pendidikan berkarakter di mulai? 6. Apa dampak yang dapat dari penerapkan pembelajaran berkrakter? C. TUJUAN 1. untuk mengetahui pengertian pendidikan berkarakter 2. untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan pendidikan berkarakter sesuai dengan nilai leluhur bangsa indonesia D. BATASAN MASALAH Adapun batasan masalah dari makalah pendidikan berkarakter yang berjudul “MENERAPKAN SISTIM AJAR DAN DIDIK YANG BERKARAKTER SESUAI DENGAN NILAI LUHUR BANGSA INDONESIA” .
  • 3. ii BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan Karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMP sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. 2.2. Penerapan Konsep Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Dikelas Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerrti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia, diyakini bahwa nilai dan karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional, harus dimiliki peserta didik agar mampu menghadapi tantangan hidup pada saat ini dan di masa mendatang. Secara mikro pengembangan nilai/karakter dapat dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk budaya sekolah (school culture); kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstra kurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah, dan dalam masyarakat. Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas pengembangan nilai/karakter dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran (embeded approach). Pembelajaran Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa menggunakan pendekatan proses
  • 4. ii belajar peserta didik belajar aktif dan berpusat pada anak, dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat . Di Kelas dilaksanakan melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang khusus. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus untuk mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan budaya dan karakter bangsa. Meski pun demikian, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu seperti kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan gemar membaca dapat dikembangkan melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan guru. Untuk pegembangan beberapa nilai lain seperti peduli sosial, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif memerlukan upaya pengkondisian sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai tersebut. Contoh dalam tujuan pembelajaran dikelas, siswa dapat : - Memperbesar dan memperkecil peta dengan bantuan garis-garis koordinat bersama-sama dengan teliti/ cermat. - Menjelaskan pemanfaatan peta dengan penuh percaya diri. 2.3. Nilai-nilai Pembelajaran Berkarakter Jenis-jenis nilai karakter yang dapat ditanamkan kepada peserta didik di kelas yaitu : Nilai Karakter dalam Hubunganya dengan Diri Sendiri: - Jujur - Bertanggung jawab - Hidup sehat - Disiplin - Kerja Keras - Percaya Diri - Berjiwa Wira usaha - Berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif - Mandiri - Ingin tahu -Cinta Ilmu Nilai Karakter dalam Hubunganya dengan Sesama: - Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain - Patuh pada aturan-aturan sosial - Menghargai karya dan prestasi orang lain - Santun - Demokratis
  • 5. ii Nilai karakter dalam hubungannya dengan Kebangsaan: - Nasionalis - Menghargai Keberagaman Nilai Karakter dalam Hubungannya dengan Lingkungan: - Peduli Sosial dan Lingkungan Nilai Karakter dalam Hubunganya dengan Tuhan: - Religius -taqwa 2.4. Bentuk-Bentuk Pembelajaran Terpadu Yang Bekarakter Menurut Cohen dalam Degeng (1989), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core/center of interst). Lebih lanjut, model-model pembelajaran inovatif dan terpadu yang mungkin dapat diadaptasi, seperti yang ditulis oleh Trianto, 2009, dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik adalah sebagai berikut. (1) Fragmentasi Dalam model ini, suatu disiplin yang berbeda dan terpisah dikembangkan merupakan suatu kawasan dari suatu mata pelajaran (2) Koneksi Dalam model ini, dalam setiap topik ke topik, tema ke tema, atau konsep ke konsep isi mata pelajaran dihubungkan secara tegas (3) Sarang Dalam model ini, guru mentargetkan variasi keterampilan (sosial, berpikir, dan keterampilan khusus) dari setiap mata pelajaran. (4) Rangkaian/Urutan Dalam model ini, topik atau unit pembelajaran disusun dan diurutkan selaras dengan yang lain. Ide yang sama diberikan dalam kegiatan yang sama sambil mengingatkan konsep- konsep yang berbeda.
  • 6. ii (5) Patungan Dalam model ini, perencanaan dan pembelajaran menyatu dalam dua disiplin yang konsep/gagasannya muncul saling mengisi sebagai suatu sistem. (6) Jala-jala Dalam model ini, tema/topik yang bercabang ditautkan ke dalam kurikulum. Dengan menggunakan tema itu, pembelajaran mencari konsep/gagasan yang tepat. (7) Untaian Simpul Dalam model ini, pendekatan metakurikuler menjalin keterampilan berpikir, sosial, intelegensi, teknik, dan keterampilan belajar melalui variasi disiplin. (8) Integrasi Dalam model ini, pendekatan interdisipliner memasangkan antar mata pelajaran untuk saling mengisi dalam topik dan konsep dengan beberapa tim guru dalam model integrasi riil. (9) Peleburan Dalam model ini, suatu disiplin menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keahliannya, para pebelajar menjaring semua isi melalui keahlian dan meramu ke dalam pengalamannya. (10) Jaringan Dalam model ini, pebelajar menjaring semua pembelajaran melalui pandangan keahliannya dan membuat jaringan hubungan internal mengarah ke jaringan eksternal dari keahliannya yang berkaitan dengan lapangan 2.5. Dasar Penerapan Pendidikan Karakter Dimulai Pendidikan karakter yang dicanangkan Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) akan diterapkan pada semua jenjang pendidikan, namun porsinya akan lebih besar diberikan pada Sekolah Dasar (SD). Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh, di Medan, Sabtu, mengatakan, pendidikan karakter harus dimulai sejak dini yakni dari jenjang pendidikan SD. Pada jenjang SD ini porsinya mencapai 60 persen dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya.Hal ini agar lebih mudah diajarkan dan melekat dijiwa anak-anak itu hingga kelak ia dewasa. "Pendidikan karakter harus dimulai dari SD karena jika karakter tidak terbentuk sejak dini maka akan susah untuk merubah karakter seseorang,"katanya saat menjadi pembicara pada acara seminar nasional "Pendidikan Karakter Bangsa" yang merupakan rangkaian acara rapat pimpinan Program Pasca Sarjana (PPs) Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) se-Indonesia di Universitas Negeri Medan (Unimed). Ia mengatakan, pendidikan karakter tidak mendapatkan porsi yang besar pada tingkat Taman Kanak-kanak (TK) atau sejenisnya karena TK bukan merupakan sekolah tetapi taman bermain.
  • 7. ii "TK itu taman bermain untuk merangsang kreativitas anak, bukan tempat belajar. Jadi jika ada guru TK yang memberikan tugas atau PR maka itu guru kurang kerjaan dan tak paham tugasnya," katanya. Menurut dia, dalam menanamkan karakter pada seseorang yang paling penting adalah kejujuran karena kejujuran bersifat universal. Dalam hal ini siswa SD yang masih belum terkontaminasi dengan sifat yang kurang baik sangat memungkinkan untuk ditanamkan sifat-sifat atau karakter untuk membangun bangsa.Untuk itu, selain orang tua, guru SD juga mempunyai peranan yang sangat vital untuk menempah karakter siswa. "Pembinaan karakter yang termudah dilakukan adalah ketika anak-anak masih duduk di bangku SD. Itulah sebabnya kita memprioritaskan pendidikan karakter di tingkat SD. Bukan berarti pada jenjang pendidikan lainnya tidak mendapat perhatian namun porsinya saja yang berbeda," katanya. Lebih lanjut ia mengatakan, dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi pembangunan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan norma-norma di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama. Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi cerdas, juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun orang lain. "Intinya pembinaan karakter harus dilakukan pada semua tingkat pendidikan hingga Perguruan Tinggi (PT) karena PT harus mampu berperan sebagai mesin informasi yang membawa bangsa ini menjadi bangsa yang cerdas, santun, sejahtera dan bermartabat serta mampu bersaing dengan bangsa manapun," katanya. Pada kesempatan itu, Mendiknas Muhammad Nuh juga diberikan sebuah buku yang berjudul" Pendidikan Karakter Dalam Pembangunan Bangsa" setebal 200 halaman yang di susun oleh pimpinan atau direktur PPs LPTK se-Indonesia sebagai salah satu hasil rapim PPs LPTK se-Indonesia tahun lalu. Distribusi penanaman nilai-nilai utama dalam tiap mata pelajaran dapat dilihat sebagai berikut: 1. Pendidikan Agama: Nilai utama yang ditanamkan antara lain: religius, jujur, santun, disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, dan adil. 2. Pendidikan Kewargaan Negara: Nasionalis, patuh pada aturan sosial, demokratis, jujur, mengahargai keragaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain. 3. Bahasa Indonesia: Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun, nasionalis. 4. Ilmu Pengetahuan Sosial: Nasionalis, menghargai keberagaman, berpikir logis, kritis,
  • 8. ii kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur, kerja keras. 5. Ilmu Pengetahuan Alam: Ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu 6. Bahasa Inggris: Menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri, bekerja sama, patuh pada aturan sosial 7. Seni Budaya: Menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai karya orang lain, ingin, jujur, disiplin, demokratis 8. Penjasorkes: Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur, percaya diri, mandiri, mengahrgai karya dan prestasi orang lain 9. TIK/Ketrampilan: Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, dan menghargai karya orang lain. 10. Muatan Lokal: Menghargai kebersamaan, menghargai karya orang lain, nasional, peduli. Bagaimana kesemuanya diaplikasikan? Setiap nilai utama tersebut dapat dimasukkan ke dalam pembelajaran mulai dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, sampai dengan konfirmasi. Bagian pertama adalah Eksplorasi, antara lain dengan cara: 1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam terbuka jadi guru dan peserta didik belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama) 2. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras) 3. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan) 4. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri) 5. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras) Bagian kedua adalah Elaborasi, nilai-nilai yang dapat ditanamkan antara lain: 1. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis) 2. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
  • 9. ii 3. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis) 4. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab) 5. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai) 6. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama) 7. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama) 8. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama) 9. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama) Dan bagian ketiga adalah konfirmasi, nilai-nilainya antara lain: 1. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis) 2. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis) 3. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan) 4. Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru yang berfungsi sebagai: a. Narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun); b. Membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli); c. Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan: kritis) d. Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu); dan e. Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi
  • 10. ii aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri). Penanaman nilai diatas yang nantinya diharapkan akan menjadikan peserta didik menjadi lebih berkarakter. 2.6. Dampak Dari Penerapan Pendidikan Berkarakter Saat ini mulai marak dibicarakan mengenai pendidikan karakter. Tetapi yang masih umum diterapkan mengenai pendidikan karakter ini masih pada taraf jenjang pendidikan pra sekolah (taman bermain dan taman kanak-kanak). sementara pada jenjang sekolah dasar dan seterusnya masih sangat-sangat jarang sekali. kurikulum pendidikan di Indonesia masih belum menyentuh aspek karakter ini, meskipun ada pelajaran pancasila, kewarganegaraan dan semisalnya, tapi itu masih sebatas teori dan tidak dalam tataran aplikatif. Padahal jika Indonesia ingin memperbaiki mutu SDM dan segera bangkit dari ketinggalannya, maka indonesia harus merombak istem pendidikan yang ada saat ini. Mungkin banyak yang bertanya-tanya sebenarnya apa sih dampak pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik? Beberapa penelitian bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini. Ringkasan dari beberapa penemuan penting mengenai hal ini diterbitkan oleh sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership. Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Sebuah buku yang baru terbit berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.
  • 11. ii Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya. Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter. Selain itu Daniel Goleman juga mengatakan bahwa banyak orang tua yang gagal dalam mendidik karakter anak-anaknya entah karena kesibukan atau karena lebih mementingkan aspek kognitif anak. Namun ini semua dapat dikoreksi dengan memberikan pendidikan karakter di sekolah. Namun masalahnya, kebijakan pendidikan di Indonesia juga lebih mementingkan aspek kecerdasan otak, dan hanya baru-baru ini saja pentingnya pendidikan budi pekerti menjadi bahan pembicaraan ramai. Ada yang mengatakan bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia dibuat hanya cocok untuk diberikan pada 10-20 persen otak-otak terbaik. Artinya sebagian besar anak sekolah (80-90 persen) tidak dapat mengikuti kurikulum pelajaran di sekolah. Akibatnya sejak usia dini, sebagian besar anak-anak akan merasa “bodoh” karena kesulitan menyesuaikan dengan kurikulum yang ada. Ditambah lagi dengan adanya sistem ranking yang telah “memvonis” anak-anak yang tidak masuk “10 besar”, sebagai anak yang kurang pandai. Sistem seperti ini tentunya berpengaruh negatif terhadap usaha membangun karakter, dimana sejak dini anak-anak justru sudah “dibunuh” rasa percaya dirinya. Rasa tidak mampu yang berkepanjangan yang akan membentuk pribadi yang tidak percaya diri, akan menimbulkan stress berkepanjangan. Pada usia remaja biasanya keadaan ini akan mendorong remaja berperilaku negatif. Maka, tidak heran kalau kita lihat perilaku remaja kita yang senang tawuran, terlibat kriminalitas, putus sekolah, dan menurunnya mutu lulusan SMP dan SMU. Jadi, pendidikan karakter atau budi pekerti plus adalah suatu yang urgent untuk dilakukan. Kalau kita peduli untuk meningkatkan mutu lulusan SD, SMP dan SMU, maka tanpa pendidikan karakter adalah usaha yang sia-sia. Kami ingin mengutip kata-kata bijak dari pemikir besar dunia.
  • 12. ii BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Pendidikan karakter sangat penting diterapkan demi mengembalikan karakter bangsa Indonesia yang sudah mulai luntur. Dengan dilaksanakannya pendidikan karakter di sekolah dasar, diharapkan dapat menjadi solusi atas masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dapat dilaksanakan pada ranah pembelajaran (kegiatan pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat. 3.2 SARAN Sebaiknya para orang tua, para pendidik dan pemerintah lebih menerapkan pendidikan karakter kepada para anak atau anak didiknya agar mereka menjadi generasi yang mempunyai akhlak yang baik,baik di lingkungan masyarakat maupun keagamaan.
  • 13. ii DAFTAR PUSTAKA  http://www.yudinet.com/pendidikan/pengertian-makna-pendidikan-karakter/  http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/05/makalah-pendidikan-karakter- dalam.html  http://www.pendidikankarakter.com/kurikulum-pendidikan-karakter/  http://www.pendidikankarakter.com/pentingnya-pendidikan-karakter-dalam-dunia- pendidikan/  http://roebyarto.multiply.com/journal/item/149?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal %2Fitem  http://taufikmulyana.blogspot.com/2011/11/mendiknas-penerapan-pendidikan- karakter.html  http://infobuatkita.wordpress.com/pendidikan-4/upaya-mendisiplinkan-siswa-melalui- pendidikan-karakter/  http://pondokibu.com/28/dampak-pendidikan-karakter-terhadap-akademi-anak/
  • 14. ii KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, Namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya. Makalah ini penulis membahas mengenai “MENERAPKAN SISTEM AJAR DAN DIDIK YANG BERKARAKTER SESUAI DENGAN NILAI LUHUR BANGSA INDONESIA”, dengan makalah ini penulis mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya. Raha, Agustus 2013 Penyusun
  • 15. ii DAFTAR ISI Kata Pengantar......................................................................................................... i Daftar Isi................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1 A. Latar Belakang.............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1 C. Tujuan............................................................................................................ 2 D. Batasan Masalah............................................................................... .......... 2 BAB II PEMBAHASAN.... ................................................................................... 3 2.1 Pengertian Pendidikan Karakter........................................................... 3 2.2 penerapan konsep pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas........ 3 2.3 Nilai-Nilai Pembelajaran Berkarakter......................................................... 4 2.4 Bentuk-Bentuk Pembelajaran Terpadu Yang Berkarakter........................ 5 2.5 Dasar Penerapan Pendidikan Karakter Di Mulai..................................... 6 2.6 Dampak Dari Penerapan Pendidikan Berkarakter........................................ 10 BAB II PENUTUP................................................................................................... 12 A. Kesimpulan.................................................................................................. 12 B. Saran............................................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 13
  • 16. ii MENERAPKAN SISTEM AJAR DAN DIDIK YANG BERKARAKTER SESUAI DENGAN NILAI LUHUR BANGSA INDONESIA DISUSUN OLEH : 1. ABDUL ADESTYA 2. AAN ARDIANSYAH 3. MUH. IDOM 4. WA DONA 5. SOFIYANTO SMA NEGERI 1 RAHA