SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
POTENSI IMBAL JASA LINGKUNGAN TERHADAP
KEBUTUHAN RUANG TEBUKA HIJAU PERKOTAAN
(Studi Kasus : Kawasan Cekungan Bandung)
Wahyunal Yuriswan
25418008
Magister Perencanaan Wilayah dan Kota
Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
Institut Teknologi Bandung
Tahun 2019
Outline Presentasi
Pendahuluan
Tinjauan
Pustaka
Metodologi
LATAR BELAKANG
• Ketersediaan Ruang Terbuka (RTH) merupakan salah satu kebijakan pada
Rencana Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019 sebagai salah satu
strategi dalam pembangunan kota hijau yang berketahaan iklim dan
bencana.
• Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang, kebutuhan minimal RTH pada ruang kota adalah
sebesar 30 persen dari luas wilayah kota.
• Luas minimal ruang terbuka hijau di perkotaan menjadi patokan umum
dalam penataan ruang di perkotaan dalam menjamin keseimbangan
ekosistem perkotaan baik dari aspek hidrologi, mikroklimat serta fungsi
lainnya
• Penerapan RTH dengan luasan minimal 30% menjadi tantangan disetiap
perkotaan dimana permasalahan utama yang menjadi faktor sulit dipenuhi
luasan minimal ruang terbuka hijau tersebut adalah ketersediaan ruang
(Kurniawan dan Maulana, 2015).
• Untuk itu diperlukan sebuah skema yang dapat menjaga keseimbangan
ekosistem perkotaan walaupun RTH kota belum mencapai 30%
• Salah satu skema yang dapat dilakukan adalah menjaga keberadaan wilayah
yang memberikan jasa lingkungan terhadap kota-kota yang belum dapat
memenuhi luasan minimal RTH dalam mempertahankan keseimbangan
ekosistem perkotaan
12.5
87.5
Ruang Terbuka Hijau
Kota Bandung (2015)
RTH Non RTH
13.6
86.4
Ruang Terbuka Hijau Kota
Cimahi (2019)
RTH Non RTH
Persentase RTH Perkotaan Inti Kawasan
Cekungan Bandung
Cekungan Bandung merupakan wilayah topografi berbentuk cekungan dengan luas kurang lebih
343.087 hektar. Bagian terendah Cekungan Bandung merupakan dataran dengan luas kurang lebih 75.000
hektar dan elevasi sekitar +650 m sampai +700 m di atas muka laut. Wilayah perencanaan Kawasan Perkotaan
Cekungan Bandung secara administratif meliputi 5 (lima) wilayah administrasi, yaitu: Kabupaten Bandung
(176.812 Ha); Kabupaten Bandung Barat (130.577,40 Ha); sebagian Kabupaten Sumedang (Kecamatan
Cimanggung, Tanjungsari, Sukasari, Jatinangor, Rancakalong, dan Pamulihan) seluas 15.486 Ha; serta Kota
Cimahi seluas 4.023 Ha dan Kota Bandung seluas 16.729,65 Ha sebagai kota int
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembahasan diatas, permasalahan perkembangan
perkotaan dalam pemenuhan ruang terbuka hijau dapat dirumuskan
dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
• Bagaimana bentuk imbal jasa lingkungan yang harus dilakukan
antara kota sebagai penerima manfaat dengan wilayah penyedia
manfaat dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem
perkotaan
TUJUAN
Tujuan penelitian Potensi Imbal Jasa Lingkungan Terhadap
Kebutuhan Ruang Tebuka Hijau Perkotaan (Studi Kasus : Kawasan
Cekungan Bandung) adalah untuk memahami potensi imbal jasa
lingkungan sebagai sebagai bentuk skema dalam menjaga
keseimbangan ekosistem atas kurangnya ruang terbuka hijau di
perkotaan
SASARAN
1. Mengidentifikasi karakteristik dan persoalan pada perkotaan inti
Kawasan Cekungan Bandung dalam aspek pemenuhan dan
kebutuhan RTH perkotaan
2. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan, sosial dan ekonomi
kawasan Cekungan Bandung
3. Valuasi jasa lingkungan yang disediakan Kawasan Cekungan
Bandung
4. Merumuskan model penerapan imbal jasa lingkungan antara
wilayah penerima dan wilayah penyediaa jasa lingkungan
5. Menyusun kajian potensi penerapan imbal jasa lingkungan
terhadap kebutuhan ruang hijau perkotaan
Tinjauan Pustaka
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam.
~ Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2008 Tentang Pedoman
Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan
Ruang hijau pada perkotaan memiliki kontribusi secara
positif dalam pembangunan perkotaan baik adari aspek sosial inklusif,
kesehatan, keberlanjutan dan pembaharuan kota.
Carys Swanwick, Nigel Dunnett And Helen Woolley (2003)
Perlu adanya strategi pembangunan ruang terbuka hijau kota
yang lebih mengarah terhadap jaringan yang terpadu antara setiap
ruang terbuka hijau dalam komponen utama penyusunan ruang
perkotaan . Moniaga dan Takumansang (2016)
Tinjauan Pustaka
Infrastruktur hijau digambarkan sebagai istilah dalam
melihat ruang hijau fungsional dan area alami di perkotaan yang mana
infrastruktur hijau tersebut memberikan kontribusi terhadap aktivtias
dari pergerakan dan perkembangan perkotaan.
Tsegaye dkk (2018)
Pinsip Infrastruktur Hijau
1. Infrastruktur hijau harus berfungsi sebagai kerangka kerja untuk
konservasi dan pembangunan perkotaan
2. Harus ada desain dan rencana hijau infrastruktur sebelum
pembangunan dilaksanakan
3. Link antar area hijau merupakan inti
4. Infrastruktur hijau fungsi lintas yurisdiksi dan di skala yang berbeda.
5. Infrastruktur hijau didasarkan pada teori dan praktik perencanaan
6. Infrastruktur hijau harus menjadi investasi publik
7. Infrastruktur hijau melibatkan mitra kunci dan melibatkan pemangku
kepentingan yang beragam.
Benedict dan McMahon (2002)
Tinjauan Pustaka
Jasa lingkungan merupakan sebagai manfaat yang diperoleh
masyarakat dari hubungan timbal-balik yang dinamis yang terjadi di
dalam lingkungan hidup, antara tumbuhan, binatang, dan jasa renik
dan lingkungan non-hayati
Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (2009)
Bentuk jasa lingkungan sebagai berikut :
• Jasa penyediaan
• Jasa pengaturan
• Jasa penunjang
• Jasa budaya
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2017 Tentang
Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
Imbal jasa lingkungan dikenal dengan transaksi sukarela
dalam pengelolaan jasa lingkungan yang telah didefinisikan secara
jelas (atau penggunaan lahan yang dapat menjamin jasa tersebut),
dibeli oleh sedikit-dikitnya seorang pembeli jasa lingkungan dari
sedikit-dikitnya seorang penyedia jasa lingkungan, dan hanya jika
penyedia jasa lingkungan tersebut memenuhi persyaratan dalam
perjanjian dan menjamin penyediaan jasa lingkungan.
Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (2009)
METODOLOGI
❏ Pendekatan yang digunakan :
● Eksplorasi
● Deskriptif
❏ Metode :
Mix Method (Kuantitatif dan Kualitatif)
● Kuantitatif: Analisis Data Kuantitatif (Valuasi jasa lingkungan dan
Analisis Sekunder lainnya)
● Kualitatif : Mencari persoalaan penyediaan RTH
Terima Kasih

More Related Content

Similar to zemi.pptx

Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakarta
Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus JakartaGreen Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakarta
Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakartaoswarmungkasa1
 
Andrew hidayat kebijakan pemanfaatan ruang terbuka hijau kabupaten
Andrew hidayat  kebijakan pemanfaatan ruang terbuka hijau kabupatenAndrew hidayat  kebijakan pemanfaatan ruang terbuka hijau kabupaten
Andrew hidayat kebijakan pemanfaatan ruang terbuka hijau kabupatenAndrew Hidayat
 
Infrastuktur hijau perkotaan
Infrastuktur hijau perkotaanInfrastuktur hijau perkotaan
Infrastuktur hijau perkotaanSyafrianto Amsyar
 
Bab 2 konsep dan kriteria penyusunan
Bab 2 konsep dan kriteria penyusunanBab 2 konsep dan kriteria penyusunan
Bab 2 konsep dan kriteria penyusunanNendi Subakti
 
Collaborative land use planning and sustainable institutional arrangements in...
Collaborative land use planning and sustainable institutional arrangements in...Collaborative land use planning and sustainable institutional arrangements in...
Collaborative land use planning and sustainable institutional arrangements in...CIFOR-ICRAF
 
Perencanaan sistem pengelolaan persampahan
Perencanaan sistem pengelolaan persampahanPerencanaan sistem pengelolaan persampahan
Perencanaan sistem pengelolaan persampahanOswar Mungkasa
 
minggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptx
minggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptxminggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptx
minggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptxRestyAnnisaKusnadi
 
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Septinia Silviana
 
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...oswarmungkasa1
 
Proposal sidang transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...
Proposal sidang   transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...Proposal sidang   transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...
Proposal sidang transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...Shahnaz Acrydiena
 
Perkembangan hutan kota di china
Perkembangan hutan kota di chinaPerkembangan hutan kota di china
Perkembangan hutan kota di chinaPanca Oktawirani
 
Kajian Daya Dukung Lahan Kota Bandung.pdf
Kajian Daya Dukung Lahan Kota Bandung.pdfKajian Daya Dukung Lahan Kota Bandung.pdf
Kajian Daya Dukung Lahan Kota Bandung.pdfAfrizal61
 
Implementasi Program Kota tanpa Kumuh (Kotaku) di Kelurahan Kemang Agung Keca...
Implementasi Program Kota tanpa Kumuh (Kotaku) di Kelurahan Kemang Agung Keca...Implementasi Program Kota tanpa Kumuh (Kotaku) di Kelurahan Kemang Agung Keca...
Implementasi Program Kota tanpa Kumuh (Kotaku) di Kelurahan Kemang Agung Keca...windalimbanadi
 
68830664 rdtr-bab-3-draft-a3-pusat-2
68830664 rdtr-bab-3-draft-a3-pusat-268830664 rdtr-bab-3-draft-a3-pusat-2
68830664 rdtr-bab-3-draft-a3-pusat-2teguh heru winarso
 
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota PendukungnyaMateri Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota PendukungnyaFitri Indra Wardhono
 
11 39-1-pb
11 39-1-pb11 39-1-pb
11 39-1-pbdniel6
 
Paparan+fungsi+ekologi+dan+ekonomi+dalam+tata+ruang
Paparan+fungsi+ekologi+dan+ekonomi+dalam+tata+ruangPaparan+fungsi+ekologi+dan+ekonomi+dalam+tata+ruang
Paparan+fungsi+ekologi+dan+ekonomi+dalam+tata+ruangRianuz Gombal
 
130704 pelatihan tr
130704 pelatihan tr130704 pelatihan tr
130704 pelatihan trYustus Rona
 

Similar to zemi.pptx (20)

Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakarta
Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus JakartaGreen Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakarta
Green Infrastructure di Perkotaan. Studi Kasus Jakarta
 
Andrew hidayat kebijakan pemanfaatan ruang terbuka hijau kabupaten
Andrew hidayat  kebijakan pemanfaatan ruang terbuka hijau kabupatenAndrew hidayat  kebijakan pemanfaatan ruang terbuka hijau kabupaten
Andrew hidayat kebijakan pemanfaatan ruang terbuka hijau kabupaten
 
Lapdal - Green City Trenggalek
Lapdal - Green City TrenggalekLapdal - Green City Trenggalek
Lapdal - Green City Trenggalek
 
Infrastuktur hijau perkotaan
Infrastuktur hijau perkotaanInfrastuktur hijau perkotaan
Infrastuktur hijau perkotaan
 
Bab 2 konsep dan kriteria penyusunan
Bab 2 konsep dan kriteria penyusunanBab 2 konsep dan kriteria penyusunan
Bab 2 konsep dan kriteria penyusunan
 
Collaborative land use planning and sustainable institutional arrangements in...
Collaborative land use planning and sustainable institutional arrangements in...Collaborative land use planning and sustainable institutional arrangements in...
Collaborative land use planning and sustainable institutional arrangements in...
 
Perencanaan sistem pengelolaan persampahan
Perencanaan sistem pengelolaan persampahanPerencanaan sistem pengelolaan persampahan
Perencanaan sistem pengelolaan persampahan
 
minggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptx
minggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptxminggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptx
minggu 4_ Kel. 2_ Kelas A_08191045_08191059_08191065_08191075.pptx
 
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
 
Lap temu ilmiah rev2
Lap temu ilmiah rev2Lap temu ilmiah rev2
Lap temu ilmiah rev2
 
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...
Tanggapan Rancangan Undang Undang tentang Perubahan Undang Undang Nomor 29 Ta...
 
Proposal sidang transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...
Proposal sidang   transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...Proposal sidang   transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...
Proposal sidang transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...
 
Perkembangan hutan kota di china
Perkembangan hutan kota di chinaPerkembangan hutan kota di china
Perkembangan hutan kota di china
 
Kajian Daya Dukung Lahan Kota Bandung.pdf
Kajian Daya Dukung Lahan Kota Bandung.pdfKajian Daya Dukung Lahan Kota Bandung.pdf
Kajian Daya Dukung Lahan Kota Bandung.pdf
 
Implementasi Program Kota tanpa Kumuh (Kotaku) di Kelurahan Kemang Agung Keca...
Implementasi Program Kota tanpa Kumuh (Kotaku) di Kelurahan Kemang Agung Keca...Implementasi Program Kota tanpa Kumuh (Kotaku) di Kelurahan Kemang Agung Keca...
Implementasi Program Kota tanpa Kumuh (Kotaku) di Kelurahan Kemang Agung Keca...
 
68830664 rdtr-bab-3-draft-a3-pusat-2
68830664 rdtr-bab-3-draft-a3-pusat-268830664 rdtr-bab-3-draft-a3-pusat-2
68830664 rdtr-bab-3-draft-a3-pusat-2
 
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota PendukungnyaMateri Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya
Materi Tentang Kerjasama Antar Kota Metropolitan Dengan Kota Pendukungnya
 
11 39-1-pb
11 39-1-pb11 39-1-pb
11 39-1-pb
 
Paparan+fungsi+ekologi+dan+ekonomi+dalam+tata+ruang
Paparan+fungsi+ekologi+dan+ekonomi+dalam+tata+ruangPaparan+fungsi+ekologi+dan+ekonomi+dalam+tata+ruang
Paparan+fungsi+ekologi+dan+ekonomi+dalam+tata+ruang
 
130704 pelatihan tr
130704 pelatihan tr130704 pelatihan tr
130704 pelatihan tr
 

zemi.pptx

  • 1. POTENSI IMBAL JASA LINGKUNGAN TERHADAP KEBUTUHAN RUANG TEBUKA HIJAU PERKOTAAN (Studi Kasus : Kawasan Cekungan Bandung) Wahyunal Yuriswan 25418008 Magister Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung Tahun 2019
  • 3. LATAR BELAKANG • Ketersediaan Ruang Terbuka (RTH) merupakan salah satu kebijakan pada Rencana Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019 sebagai salah satu strategi dalam pembangunan kota hijau yang berketahaan iklim dan bencana. • Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, kebutuhan minimal RTH pada ruang kota adalah sebesar 30 persen dari luas wilayah kota. • Luas minimal ruang terbuka hijau di perkotaan menjadi patokan umum dalam penataan ruang di perkotaan dalam menjamin keseimbangan ekosistem perkotaan baik dari aspek hidrologi, mikroklimat serta fungsi lainnya • Penerapan RTH dengan luasan minimal 30% menjadi tantangan disetiap perkotaan dimana permasalahan utama yang menjadi faktor sulit dipenuhi luasan minimal ruang terbuka hijau tersebut adalah ketersediaan ruang (Kurniawan dan Maulana, 2015). • Untuk itu diperlukan sebuah skema yang dapat menjaga keseimbangan ekosistem perkotaan walaupun RTH kota belum mencapai 30% • Salah satu skema yang dapat dilakukan adalah menjaga keberadaan wilayah yang memberikan jasa lingkungan terhadap kota-kota yang belum dapat memenuhi luasan minimal RTH dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem perkotaan
  • 4. 12.5 87.5 Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung (2015) RTH Non RTH 13.6 86.4 Ruang Terbuka Hijau Kota Cimahi (2019) RTH Non RTH Persentase RTH Perkotaan Inti Kawasan Cekungan Bandung Cekungan Bandung merupakan wilayah topografi berbentuk cekungan dengan luas kurang lebih 343.087 hektar. Bagian terendah Cekungan Bandung merupakan dataran dengan luas kurang lebih 75.000 hektar dan elevasi sekitar +650 m sampai +700 m di atas muka laut. Wilayah perencanaan Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung secara administratif meliputi 5 (lima) wilayah administrasi, yaitu: Kabupaten Bandung (176.812 Ha); Kabupaten Bandung Barat (130.577,40 Ha); sebagian Kabupaten Sumedang (Kecamatan Cimanggung, Tanjungsari, Sukasari, Jatinangor, Rancakalong, dan Pamulihan) seluas 15.486 Ha; serta Kota Cimahi seluas 4.023 Ha dan Kota Bandung seluas 16.729,65 Ha sebagai kota int
  • 5. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan pembahasan diatas, permasalahan perkembangan perkotaan dalam pemenuhan ruang terbuka hijau dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: • Bagaimana bentuk imbal jasa lingkungan yang harus dilakukan antara kota sebagai penerima manfaat dengan wilayah penyedia manfaat dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem perkotaan
  • 6. TUJUAN Tujuan penelitian Potensi Imbal Jasa Lingkungan Terhadap Kebutuhan Ruang Tebuka Hijau Perkotaan (Studi Kasus : Kawasan Cekungan Bandung) adalah untuk memahami potensi imbal jasa lingkungan sebagai sebagai bentuk skema dalam menjaga keseimbangan ekosistem atas kurangnya ruang terbuka hijau di perkotaan
  • 7. SASARAN 1. Mengidentifikasi karakteristik dan persoalan pada perkotaan inti Kawasan Cekungan Bandung dalam aspek pemenuhan dan kebutuhan RTH perkotaan 2. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan, sosial dan ekonomi kawasan Cekungan Bandung 3. Valuasi jasa lingkungan yang disediakan Kawasan Cekungan Bandung 4. Merumuskan model penerapan imbal jasa lingkungan antara wilayah penerima dan wilayah penyediaa jasa lingkungan 5. Menyusun kajian potensi penerapan imbal jasa lingkungan terhadap kebutuhan ruang hijau perkotaan
  • 8. Tinjauan Pustaka Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. ~ Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan Ruang hijau pada perkotaan memiliki kontribusi secara positif dalam pembangunan perkotaan baik adari aspek sosial inklusif, kesehatan, keberlanjutan dan pembaharuan kota. Carys Swanwick, Nigel Dunnett And Helen Woolley (2003) Perlu adanya strategi pembangunan ruang terbuka hijau kota yang lebih mengarah terhadap jaringan yang terpadu antara setiap ruang terbuka hijau dalam komponen utama penyusunan ruang perkotaan . Moniaga dan Takumansang (2016)
  • 9. Tinjauan Pustaka Infrastruktur hijau digambarkan sebagai istilah dalam melihat ruang hijau fungsional dan area alami di perkotaan yang mana infrastruktur hijau tersebut memberikan kontribusi terhadap aktivtias dari pergerakan dan perkembangan perkotaan. Tsegaye dkk (2018) Pinsip Infrastruktur Hijau 1. Infrastruktur hijau harus berfungsi sebagai kerangka kerja untuk konservasi dan pembangunan perkotaan 2. Harus ada desain dan rencana hijau infrastruktur sebelum pembangunan dilaksanakan 3. Link antar area hijau merupakan inti 4. Infrastruktur hijau fungsi lintas yurisdiksi dan di skala yang berbeda. 5. Infrastruktur hijau didasarkan pada teori dan praktik perencanaan 6. Infrastruktur hijau harus menjadi investasi publik 7. Infrastruktur hijau melibatkan mitra kunci dan melibatkan pemangku kepentingan yang beragam. Benedict dan McMahon (2002)
  • 10. Tinjauan Pustaka Jasa lingkungan merupakan sebagai manfaat yang diperoleh masyarakat dari hubungan timbal-balik yang dinamis yang terjadi di dalam lingkungan hidup, antara tumbuhan, binatang, dan jasa renik dan lingkungan non-hayati Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (2009) Bentuk jasa lingkungan sebagai berikut : • Jasa penyediaan • Jasa pengaturan • Jasa penunjang • Jasa budaya Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2017 Tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup Imbal jasa lingkungan dikenal dengan transaksi sukarela dalam pengelolaan jasa lingkungan yang telah didefinisikan secara jelas (atau penggunaan lahan yang dapat menjamin jasa tersebut), dibeli oleh sedikit-dikitnya seorang pembeli jasa lingkungan dari sedikit-dikitnya seorang penyedia jasa lingkungan, dan hanya jika penyedia jasa lingkungan tersebut memenuhi persyaratan dalam perjanjian dan menjamin penyediaan jasa lingkungan. Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (2009)
  • 11. METODOLOGI ❏ Pendekatan yang digunakan : ● Eksplorasi ● Deskriptif ❏ Metode : Mix Method (Kuantitatif dan Kualitatif) ● Kuantitatif: Analisis Data Kuantitatif (Valuasi jasa lingkungan dan Analisis Sekunder lainnya) ● Kualitatif : Mencari persoalaan penyediaan RTH