SlideShare a Scribd company logo
1 of 46
1
BAB II
DASAR TEORI DAN KAJIAN
TEORI
2.1 Istilah dan Definisi
2.1.1 Pengertian Biaya, Harga, dan Nilai
1. Biaya adalah sejumlah uang yang dikeluarkan atas barang atau jasa,
atau jumlah yang dibutuhkan untuk menciptakan atau memproduksi
barang atau jasa tersebut. Jika barang atau jasa sudah terselesaikan,
biaya tersebut menjadi faktor historis. Harga yang dibayarkan untuk
suatu barang atau jasa merupakan biaya bagi pembelinya. (Standar
Penilaian Indonesia 2007- KPUP Butir 4.3).
2. Harga adalah Istilah yang digunakan untuk sejumlah uang yang
diminta, ditawarkan, atau dibayarkan untuk suatu barang atau jasa.
Hubungannya dengan penilaian, harga merupakan fakta historis, baik
yang diumumkan secara terbuka maupun dirahasiakan. Karena
kemampuan finansial, motivasi, atau kepentingan khusus dari seorang
penjual atau pembeli, harga yang dibayarkan atau suatu barang atau
jasa dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan nilai barang
atau jasa yang bersangkutan. Meskipun demikian, harga biasanya
merupakan indikasi atas nilai relative dari barang atau jasa oleh
pembeli tertentu dan atau penjual tertentu dalam kondisi yang tertentu
pula. (Standar Penilaian Indonesia 2007- KPUP Butir 4.2).
3. Nilai adalah konsep ekonomi yang merujuk kepada harga yang sangat
mungkin disepakati oleh pembeli dan penjual dari suatu barang atau
jasa yang tersedia untuk dibeli. Nilai bukan merupakan fakta, tetapi
lebih merupakan harga yang sangat mungkin dibayarkan untuk barang
atau jasa pada waktu tertentu sesuai dengan definisi tertentu dari nilai.
(Standar Penilaian Indonesia 2007- KPUP Butir 4.
2
2.2 Pengertian Tanah, Nilai Tanah, Faktor Yang Mempengaruhi Nilai
Tanah, Zona Nilai Tanah, Nilai Properti dan Nilai Pasar
2.2.1 Tanah
Tanah adalah permukaan bumi, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
Pasal 4 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria, di daratan maupun di bawah air, termasuk ruang di
atas maupun di bawahnya, dalam batas-batas tertentu termasuk kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya, yang mempunyai batas-batas dan
sistem-sistem tertentu, baik batas dan sistem alam, batas dan sistem
administrasi, maupun batas dan sistem penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatannya; Dalam pengertian ini maka tanah
termasuk baik tanah yang sudah ada sesuatu hak di atasnya, maupun yang
belum dilekati oleh sesuatu hak menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2.2.2 Nilai Tanah
Di Indonesia, nilai pasar tanah yang wajar jauh lebih rendah daripada nilai
ekonomisnya. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh seorang penilai
senior, Dolly
D. Siregar dalam sebuah pertemuan dengan penulis. Pernyataan tersebut
memang perlu diteliti dan dikaji lebih lanjut untuk dibuktikan
kebenarannya, akan tetapi apabila hal itu benar - benar terbukti, maka nilai
pasar tanah di Indonesia belum mencerminkan nilai tanah yang
sebenarnya.
Ray M. Northam (1975) mengemukakan dua buah pengertian tentang nilai
tanah, yakni :
1. Nilai tanah adalah nilai pasar (market value) yaitu harga jual beli tanah
yang terjadi pada suatu waktu tertentu.
2. Nilai tanah adalah nilai assessment (assessed value) yaitu nilai yang
diestimasi oleh seorang penilai. Market value merupakan data dasar
bagi assessed value.
3
Untuk melakukan penilaian tanah, perlu diketahui beberapa prinsip
penilaian. Joseph K. Eckert (1990) mengemukakan empat prinsip penilaian
tanah, yakni penawaran dan permintaan (supply and demand), penggunaan
yang tertinggi dan terbaik (highest and the best use), keuntungan
produktivitas (surplus productivity), serta prinsip perubahan dan antisipasi
(change and anticipation).
Kekuatan penawaran dan permintaan (supply and demand) saling
berinteraksi mempengaruhi nilai tanah yang direfleksikan oleh harga
penjualan. Dalam jangka pendek, penawaran menjadi sangat kaku
(inelastic), karena luas tanah tidak dapat ditambah secara cepat dan drastis
(Guritno, 1994). Sementara itu kebutuhan akan tanah sebagai tempat
tinggal atau tempat usaha maupun sebagai barang investasi semakin lama
semakin mendekati gejala konsumtif (durable consumption goods).
Sementara itu juga, penilaian tanah harus didasarkan atas penggunaan
tanah yang terbaik dan yang paling maksimal (highest and the best use)
agar penggunaannya menjadi lebih ekonomis. Penggunaan atas sebidang
tanah harus dapat memberikan harapan keuntungan yang paling besar, baik
keuntungan yang bersifat material maupun yang bersifat non material.
Sebenarnya, tanah itu sendiri sudah memiliki nilai, akan tetapi
pengembangannya dapat memberikan kontribusi baru terhadap
bertambahnya nilai tanah. Nilai tanah adalah nilai tanah sebagaimana
dimaksud di atas, dalam keadaan “kosong”, tidak termasuk nilai benda-
benda yang melekat padanya.
2.2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tanah
Seorang ahli real estate (anonim), pernah menyatakan bahwa ada 3 cara
untuk menguji apakah suatu real estate “baik” atau tidak, yaitu pertama
lokasi, kedua lokasi, dan ketiga lokasi (Ray M. Northam, 1975). Berbagai
penelitian juga menunjukkan bahwa harga tanah dipengaruhi oleh faktor
lokasi yang ditunjang dengan fasilitas dan infrastruktur kota.
4
Selain daripada itu, dengan menyadari bahwa harga tanah menyebar
mengikuti pola keruangan tertentu, maka penataan ruang memberikan
kontribusi yang cukup berarti dalam membentuk harga tanah. Penataan
ruang yang tercermin dalam pola penggunaan tanahnya akan memberikan
kontribusi yang cukup besar dalam pembentukan nilai tanah.
Jika dicermati lebih jauh maka dapat diketahui bahwa pola harga tanah
cenderung mengikuti pola keruangan penggunaan tanahnya. Fakta tersebut
masih relevan dengan teori yang dikemukakan Von Thunen yang membuat
model tentang sewa tanah dan jarak. Makin dekat jarak dari pusat kota,
makin tinggi harga sewa tanah. Demikian pula sebaliknya, makin jauh
jarak dari pusat kota, maka makin rendah harga sewa tanah.
Pola keruangan penggunaan tanah juga telah dikemukakan oleh Walter
Christaller (1933), seorang ahli geografi Jerman dalam Teori Tempat
Central (Central Place Theory). Teori ini mengemukakan bahwa tempat
sentral merupakan lokasi kegiatan yang melayani kebutuhan manusia
(Nursid Sumaatmadja, 1981).
Teori yang berhubungan dengan harga tanah baik secara langsung ataupun
tidak langsung selalu berdasarkan pada “ruang”. Teori lokasi yang
dikemukakan oleh model Von Thunen maupun model Christaller,
keduanya melandasinya pada substansi “ruang”.
Jadi karena harga atau nilai tanah merupakan suatu gejala ruang, maka
faktor-faktor yang mempengaruhinya juga akan lebih banyak berkaitan
dengan gejala ruang.
5
Dikemukakan juga ada 4 faktor yang mempengaruhi nilai tanah, yaitu :
A. Faktor ekonomi.
Faktor ekonomi berkaitan dengan keadaan ekonomi
global/internasional, nasional, regional maupun lokal. Variabel-variabel
permintaan (demand) yang mempengaruhi nilai tanah termasuk di
dalamnya ialah jumlah tenaga kerja, tingkat upah, tingkat pendapatan
dan daya beli, tersedianya keuangan, tingkat suku bunga dan biaya
transaksi.
B. Faktor sosial.
Faktor sosial membentuk pola penggunaan tanah pada suatu wilayah.
Kepadatan penduduk, tingkat pendidikan, tingkat kejahatan dan
kebanggaan memiliki (daerah bergengsi) adalah faktor-faktor sosial
yang mempengaruhi nilai tanah.
C. Faktor politik dan kebijakan pemerintah.
Kebijakan pemerintah di bidang hukum dan politik mempengaruhi nilai
tanah. Beberapa contoh kebijakan yang dapat mempengaruhi biaya
an alokasi penggunaan tanah yang pada gilirannya akan meningkatkan
harga tanah, antara lain; kebijakan pemilikan sertifikat tanah, peraturan
penataan ruang dengan penentuan mintakat atau zoning, peraturan
perpajakan, peraturan perijinan (SIPPT, IMB dan lain-lain) ataupun
penentuan tempat pelayanan umum (sekolah, pasar, rumah sakit, dan
lain-lain).
D. Faktor fisik dan lingkungan.
Ada dua konsep yang harus dipahami dalam faktor fisik dan
lingkungan, yaitu site dan situasi (situation). Pengertian tentang site
adalah semua sifat atau karakter internal dari suatu persil atau daerah
tertentu, termasuk di dalamnya adalah ukuran (size), bentuk, topografi
dan semua keadaan fisik pada persil tanah. Sedangkan yang dimaksud
dengan situasi (situation) ialah yang berkenaan dengan sifat-sifat
eksternalnya. Situasi suatu tempat berkaitan erat dengan relasi tempat
itu dengan tempat - tempat di sekitarnya pada suatu ruang geografi yang
6
sama. Termasuk dalam pengertian situasi adalah aksesibilitas jarak ke
pusat pertokoan (CBD), jarak ke sekolah, jarak ke rumah sakit, dan lain-
lain), tersedianya
2.2.4 Zona Nilai Tanah
Zona Nilai Tanah (ZNT) berdasarkan Standar Oprasional Prosedur Internal
(SOPI edisi III, 2013) adalah rangkaian program dan kegiatan survei,
penilaian dan pemetaan nilai tanah dan nilai ekonomi sumber daya alam
dan lingkungan hidup, baik secara individual (berbasis bidang tanah)
maupun secara masal (berbasis kawasan atau wilayah). Dan maksud dari
ZNT itu sendiri adalah suatu poligon yang menggambarkan nilai tanah
yang relatif sama dari sekumpulan bidang tanah didalamnya, yang
batasanya bisa bersifat imajiner ataupun nyata sesuai dengan penggunaan
tanah dan mempunyai perbedaan nilai antara satu dengan yang lainnya
berdasarkan analisa petugas dengan metode perbandingan harga pasar dan
biaya.
Properti merupakan kata singkat dari “Properti Riil” (Real Property),
dengan demikian Nilai Properti adalah nilai tanah berikut nilai seluruh
benda-benda buatan manusia yang melekat padanya sebagai satu kesatuan,
baik yang berada pada, di atas, dan di bawah permukaan tanah.
Dalam penentuan nilai properti dilakukan pendekatan biaya dengan cara
memperkirakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membuat atau
mengadakan properti yang dinilai. Pendekatan ini diterapkan untuk menilai
bangunan dan dijadikan dasar dari penilaian bangunan, sedangkan untuk
menilai tanah saja atau tanah dan bangunan perlu diperhatikan beberapa
komponen yang lain yaitu :
1. Nilai tanah, ditentukan dengan menggunakan pendekatan perbandingan
harga pasar;
2. Biaya investasi khususnya untuk konstruksi bangunan, ditentukan
dengan memperhitungkan seluruh biaya yang telah dikeluarkan dalam
rangka memperbaiki atau mempertahankan nilai bangunan tersebut;
3. Penyusutan, yang dibedakan atas penyusutan fisik, penyusutan fungsi,
7
dan penyusutan ekonomi.
Terdapat dua metode penilaian dalam pendekatan biaya, yaitu metode
kalkulasi biaya dan metode biaya pengganti terdepresiasi (Hariono,
2007:52). Metode kalkulasi biaya sesuai digunakan untuk menentukan
indakasi nilai pasar dari
properti bukan khusus (non specialised properties). Sedangkan metode
biaya pengganti terdepresiasi adalah penilaian yang didasarkan kepada
estimasi nilai pasar saat ini atas tanah untuk penggunaan yang ada
ditambah dengan biaya pengganti (atau biaya reproduksi) kotor saat ini
dari bangunan dikurangi kerusakan fisik dan semua bentuk keusangan dan
optimasi yang relevan. Hasil dari metode biaya pengganti yaitu estimasi
berdasarkan pada potensi keuntungan.
Melalui metode kalkulasi biaya, nilai properti diperoleh dengan
menganggap tanah sebagai tanah kosong, nilai tanah dihitung dengan
menggunakan metode perbandingan data pasar (market data approach).
Sedangkan nilai bangunan dihitung dengan metode kalkulasi Biaya. Nilai
pasar bangunan dihitung dengan menghitung biaya reproduksi baru (RCN)
bangunan pada saat penilaian dikurangi penyusutan. Rumus dari nilai
properti adalah : (SOPI edisi III, 2013).
Nilai Properti = Nilai Tanah + ( Biaya Reproduksi Baru (RCN)-Penyusutan)
Langkah-langkah yang diperlukan :
1. Hitung nilai tanah dengan perbandingan data pasar, dengan
menganggap tanah sebagai tanah kosong dan tersedia untuk
dikembangkan sesuai dengan prinsip Highest and Best Use.
2. Hitung biaya realisasi baru dari bangunan & prasarana.
3. Hitung semua penyusutan oleh semua penyebab (fisik, fungsional dan
ekonomis).
4. Kurangi biaya realisasi baru dengan besarnya penyusutan akan
8
diperoleh nilai pasar bangunan.
5. Nilai pasar tanah di tambah nilai pasar bangunan sama dengan nilai
properti dengan metode pendekatan biaya.
A. Menghitung Biaya Pengganti Baru (Replacement Cost New)
Dalam menghitung biaya pengganti baru terdapat 4 macam metode yang
dapat digunakan, yaitu :
1. Metode survey kuantitas (quantity survey method).
Dalam menerapkan metode ini, penilai properti wajib memperoleh
data :
a. Biaya langsung, antara lain biaya persiapan lahan, biaya material,
dan biaya tenaga kerja;
b. Biaya tidak langsung, antara lain biaya survey, biaya perizinan,
biaya asuransi, biaya lain-lain (overhead cost), keuntungan, dan
pajak; dan
c. Harga satuan yang digunakan, meliputi biaya bahan dan biaya
upah;
2. Metode unit terpasang (unit inplace method).
Dalam menggunakan metode unit terpasang, penilai properti wajib
menghitung estimasi biaya bangunan atau konstruksi berdasarkan
harga satuan unit terpasang.
3. Metode meter persegi (square meter method).
Dalam menggunakan metode meter persegi (square meter method),
penilai properti wajib :
a. Menghitung estimasi biaya pembangunan dengan memperhatikan
harga kontrak atau biaya pembangunan dari properti pembanding
yang sebanding dan sejenis yang baru selesai dibangun dalam
jangka waktu paling lama satu tahun sejak Tanggal Penilaian (Cut
Off Date);
b. Melakukan penyesuaian terhadap data properti pembanding yang
sebanding dan sejenis, dalam hal terdapat perbedaan data secara
signifikan antara obyek penilaian dan properti pembanding yang
9
sebanding dan sejenis yang dapat mempengaruhi nilai;
c. Melakukan penyesuaian estimasi biaya pembangunan terhadap
kecenderungan perubahan biaya pembangunan pada tanggal
kontrak atau tanggal konstruksi sampai dengan tanggal penilaian
(cut off date);
d. Menghitung estimasi biaya pembangunan yang dapat diambil dari
biaya pembangunan properti pembanding yang sebanding dan
sejenis atau biaya pembangunan properti yang baru selesai
dibangun dalam jangka waktu paling lama satu tahun sebelum
tanggal penilaian (cut off date), dalam hal biaya pembangunan
pada tanggal kontrak atau tanggal konstruksi tidak diketahui,
sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Properti pembanding yang sebanding dan sejenis memenuhi
prinsip penggunaan tertinggi dan terbaik (highest and best
use);
2) Properti pembanding yang sebanding dan sejenis dalam
kondisi pasar yang stabil;
3) Nilai lokasi (site value) dari properti pembanding yang
sebanding dan sejenis dapat diketahui.
e. Metode Index biaya (index method).
Dalam menggunakan metode indeks biaya (cost indexing
method), penilai properti wajib mengalikan biaya pembangunan
properti pembanding yang sebanding dan sejenis dengan indeks
biaya tertentu untuk menghasilkan estimasi biaya pembangunan
obyek penilaian.
B. Menghitung Penyusutan Bangunan/Depresiasi
Penyusutan adalah pengurangan nilai dari biaya pembuatan baru. Dalam
melakukan penilaian dengan pendekatan kalkulasi biaya (cost
approach), diperlukan suatu tahapan yang cukup penting, yaitu
memperkirakan besarnya penyusutan atau depresiasi dari bangunan
untuk dapat memperoleh nilai pasar dari bangunan atau nilai pasar dari
properti yang dinilai.
10
Depresiasi dari bangunan tidak hanya dipengaruhi oleh umur bangunan
saja, tetapi juga keadaan bangunan, walaupun bangunan dalam keadaan
100% baru. Karena dalam penilaian yang kita tentukan adalah nilai
bangunan bukan biaya membangun baru bangunan. Ingat bahwa biaya
membangun bangunan tidak sama dengan nilai bangunan. Bangunan
akan mempunyai nilai bila bangunan tersebut mempunyai kegunaan
bagi manusia. Dalam menghitung penyusutan terdapat 3 macam metode
yang dapat digunakan, yaitu :
1. Metode ekstraksi pasar
Metode ekstraksi pasar hanya dapat digunakan jika :
a. Harga jual properti pembanding yang berasal dari asosiasi penilai
tersedia;
b. Properti pembanding yang digunakan wajib memiliki kriteria
sebanding dan sejenis;
c. Perhitungan nilai tanah dan/atau Biaya Reproduksi Baru
(Reproduction Cost New) atau Biaya Pengganti Baru
(Replacement Cost New) atas properti pembanding dapat
dilakukan dengan akurat.
11
Prosedur perhitungan penyusutan dengan menggunakan metode
ekstraksi pasar adalah :
a. Memperoleh data transaksi atau penawaran properti pembanding
dari asosiasi penilai;
b. Melakukan penyesuaian data transaksi atau penawaran properti
pembanding;
c. Menghitung nilai properti pembanding yang telah disusutkan
(depreciated cost of improvements) untuk properti yang terdiri
atas tanah dan bangunan serta prasarana lain dilakukan dengan
cara mengurangkan data transaksi atau penawaran properti
pembanding dengan nilai tanah properti pembanding;
d. Menghitung biaya reproduksi baru (reproduction cost new) atau
biaya pengganti baru (replacement cost new) properti
pembanding;
e. Menghitung penyusutan dengan cara mengurangkan biaya
reproduksi baru (reproduction cost new) atau biaya pengganti
baru (replacement cost new) properti pembanding dengan nilai
properti pembanding yang telah disusutkan;
f. Mengkonversikan penyusutan dalam bentuk persentase dengan
cara membagi penyusutan dengan biaya reproduksi baru
(reproduction cost new) atau biaya pengganti baru (replacement
cost new) properti pembanding.
12
C. Metode Umur Ekonomis
Dalam menghitung penyusutan dengan menggunakan metode umur
ekonomis, penilai properti wajib terlebih dahulu memperoleh data
sebagai berikut :
1. Umur aktual properti dengan cara menghitung jumlah tahun sejak
properti selesai didirikan atau dibuat sampai dengan tanggal
penilaian;
2. Umur efektif dengan cara melakukan penyesuaian terhadap umur
aktual berdasarkan kondisi dan kegunaan properti, atau sisa umur
ekonomis properti dengan cara melakukan estimasi terhadap sisa
umur yang masih tersisa sebelum properti tidak dapat digunakan atau
dioperasikan secara ekonomis;
3. Umur ekonomis (economic life) atau umur manfaat (useful life)
dengan cara menghitung jumlah tahun sejak properti didirikan atau
dibuat sampai dengan
estimasi waktu properti tidak dapat digunakan atau dioperasikan
secara ekonomis;
Prosedur perhitungan penyusutan dengan menggunakan metode umur
ekonomis adalah :
1. Menentukan umur ekonomis dan umur efektif obyek penilaian; dan
2. Menentukan penyusutan dalam bentuk persentase dengan cara
membagi umur efektif dengan umur ekonomis obyek penilaian.
13
D. Metode Breakdown
Dalam metode breakdown, penyusutan dikelompokkan kedalam tiga
bagian utama yaitu Kerusakan fisik (physcal deterioration) contohnya
rusak, lapuk, retak, mengeras atau kerusakan pada strukturnya. Prosedur
perhitungan penyusutan berdasarkan kemunduran fisik (physical
deterioration), antara lain:
1. Kemunduran fisik (physical deterioration) yang tidak dapat
diperbaiki (incurable) didasarkan pada faktor umur, dihitung dengan
cara membagi umur efektif dengan umur ekonomis.
Kemunduran fisik (physical deterioration) yang dapat diperbaiki
(curable) didasarkan pada faktor kondisi terlihat, dihitung dengan
cara memperkirakan besaran biaya perbaikan yang diperlukan.
Rumus umum = (umur efektif / umur manfaat) X 100%.
2. Keusangan Fungsional (functional obsolescence.)
Contohnya, perencanaan yang kurang baik, ketidakseimbangan yang
berhubungan dengan ukuran, model, bentuk, umur dan lainnya.
Perhitungan penyusutan akibat keusangan fungsional (functional
obsolescence) dilakukan dengan cara menghitung estimasi besarnya
biaya yang diperlukan untuk membuat obyek penilaian berfungsi
dengan optimal, atau memperkirakan inefisiensi operasional.
Rumus umum = Kemunduran fungsional = % kemunduran
fungsional X (100% - %penyusutan fisik).
3. Keusangan Ekonomis (economic obsolescence).
Contohnya perubahan sosial, peraturan-peraturan pemerintah dan
peraturan lain yg membatasi peruntukan dan lain-lain. Perhitungan
penyusutan akibat keusangan ekonomis (economic
obsolescence) dilakukan dengan memperhatikan hal- hal,
antara lain:
a. Dalam hal obyek penilaian dapat diperjualbelikan, maka dihitung
14
dari besarnya nilai perbandingan harga penjualan pada saat
sebelum terjadinya keusangan ekonomis (economic obsolescence)
dengan pada saat sesudah terjadinya keusangan ekonomis
(economic obsolescence);
b. Dalam hal obyek penilaian merupakan properti komersial, maka
dihitung dari besarnya penurunan pendapatan obyek penilaian
dengan memperhatikan penyebab penurunan pendapatan tersebut;
dan
c. Dalam hal obyek penilaian merupakan properti industri, maka
dihitung dari besarnya penurunan produksi obyek penilaian
dengan memperhatikan penyebab penurunan produksi tersebut.
(SOPI edisi III, 2013).
Rumus umum = Keusangan ekonomis = % keusangan ekonomis X
(100%
- %penyusutan fisik).
2.2.5 Nilai Pasar
Nilai Pasar adalah estimasi sejumlah uang pada tanggal penilaian, yang
dapat diperoleh dari transaksi jual beli atau penukaran suatu properti,
antara yang pembeli yang berniat membeli dan penjual yang berniat
menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang pemasarannya dilakukan
secara layak, dimana kedua belah pihak masing-masing bertindak atas
dasar pemahaman yang dimilikinya, kehati- hatian, dan tanpa paksaan.
(Standar Penilaian Indonesia 2007 – SPI 1 Butir 3.1).
15
2.3 Peta ZNT ( Zona Nilai Tanah )
Peta ZNT ini adalah peta yang menyajikan informasi harga tanah yang
sesuai dengan standar harga tanah yang berlaku dimasyarakat dan dapat
menjadi informasi mengenai transaksi yang up-to-date tentang transaksi
dipasar tanah, serta memberikan gambaran yang cepat mengenai
perkembangan perekonomian suatu wilayah atau lokasi dengan
menampilkannya dalam bentuk pembuatan model indeks harga tanah
yang
menggambarkan besaran-besaran Nilai Harga Tanah dan potensi tanah di
suatu wilayah tertentu yang berfungsi sebagai informasi spasial maupun
informasi tekstual. Dan dalam pembuatannya memerlukan data harga tanah
berdasarkan nilai pasar.
Gambar 2.2 Contoh Peta ZNT, SOPI BPN RI (2013)
16
2.4 Metode Pemetaan Zona Nilai Tanah
Dalam metode Pemetaan Zona Nilai Tanah ini, ada beberapa tahapan yang
perlu dilakukan yaitu sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu :
a. Diawali survey pendahuluan untuk penetapan batas ZNT yang
mempunyai nilai pasar tanah yang mirip / sama.
b. Menentukan metode pengumpulan data yaitu dengan metode
stratified random sampling yang artinya dalam pengembilan data
minimal 3 sampel yang harus diambil secara menyebar untuk tiap
zona yang telah ditentukan.
c. Survey lapangan untuk mengumpulkan data fisik dan aspek legal.
d. Mengumpulkan data harga pasar tanah dan data sosial ekonomi
sebagai pembanding.
e. Kompilasi dan verifikasi ( pemilahan data yang sesuai )
2. Pengolahan Data
Pada tahapan pengolahan data ini, dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Menetapkan metode pengolahan data
b. Menganalisa hasil pengumpulan data untuk perhitungan
c. Menelaah kembali semua hasil perhitungan
d. Menentukan ZNT
3. Penyajian Hasil
Untuk penyajian hasil dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Menyusun Peta ZNT
b. Menyusun Laporan Penilaian
17
2.5 Standar Deviasi
Standar deviasi adalah nilai statistik yang biasa disebut dengan simpangan
baku (yang biasanya dilambangkan dengan huruf s) yaitu suatu ukuran
yang menggambarkan tingkat penyebaran data dari nilai rata - rata.
Sebuah standar deviasi dari kumpulan data sama dengan nol menunjukkan
bahwa semua nilai - nilai dalam himpunan tersebut adalah sama. Sebuah
nilai deviasi yang lebih besar akan memberikan makna bahwa titik data
individu jauh dari nilai rata - rata. (Jasa kalibrasi, 2013).
2.5.1 Varian dan standar deviasi
Varian dan standar deviasi (simpangan baku) adalah ukuran - ukuran
keragaman (variasi) data statistik yang paling sering digunakan. Standar
deviasi (simpangan baku) merupakan akar kuadrat dari varian. (Rumus
statistik, 2013).
= ......................................................................................................
(2.1)
Oleh karena itu, jika salah satu nilai dari kedua ukuran tersebut diketahui
maka akan diketahui juga nilai ukuran yang lain.
1. Penghitungan
Dasar penghitungan varian dan standar deviasi adalah keinginan untuk
mengetahui keragaman suatu kelompok data. Salah satu cara untuk
mengetahui keragaman dari suatu kelompok data adalah dengan
18
mengurangi setiap nilai data
19
dengan rata - rata kelompok data tersebut, selanjutnya semua hasilnya
dijumlahkan. Namun cara seperti itu tidak bisa digunakan karena hasilnya akan
selalu menjadi 0.
∑ ( −ᵢ = 0 ................................................................................ (2.2)
Oleh karena itu, solusi agar nilainya tidak menjadi 0 adalah dengan
mengkuadratkan setiap pengurangan nilai data dan rata-rata kelompok data
tersebut, selanjutnya dilakukan penjumlahan. Hasil penjumlahan kuadrat (sum
of squares) tersebut akan selalu bernilai positif.
∑ ( −ᵢ ) > 0 ............................................................................. (2.3)
Nilai varian diperoleh dari pembagian hasil penjumlahan kuadrat (sum of
squares) dengan ukuran data (n).
s² = ..................................................................................... (2.4)
Namun begitu, dalam penerapannya, nilai varian tersebut bisa untuk menduga
varian populasi. Dengan menggunakan rumus tersebut, nilai varian populasi
lebih besar dari varian sampel.
Oleh karna itu, gar tidak bisa dalam menduga varian populasi, maka n sebagai
pembagi penjumlahan kuadrat (sum of squares) diganti dengan n-1 (derajat
bebas) agar nilai varian sampel mendekati varian populasi. Oleh karena itu
rumus varian sampel menjadi :
s² = ..................................................................................... (2.5)
Nilai varian yang dihasilkan merupakan nilai yang berbentuk kuadrat. Misalkan
satuan nilai rata - rata adalah gram, maka nilai varian adalah gram kuadrat.
Untuk menyeragamkan nilai satuannya maka varian diakarkuadratkan sehingga
hasilnya adalah standar deviasi (simpangan baku).
s² = ........................................................................... (2.6)
Untuk mempermudah penghitungan, rumus varian dan standar deviasi
20
(simpangan baku) tersebut bisa diturunkan :
²
19
Rumus varian :
s² = ............................................................... (2.7)
Rumus standar deviasi (simpangan baku) :
s² = ................................................................... (2.8)
2. Contoh Penghitungan
Misalkan dalam suatu kelas, tinggi badan beberapa orang siswa yang dijadikan
sampel adalah sebagai berikut.
172, 167, 180, 170, 169, 160, 175, 165, 173, 170
Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah data (n) = 10, dan (n - 1) = 9.
Selanjutnya dapat dihitung komponen untuk rumus varian.
Dari tabel tersebut dapat diketahui :
∑ ᵢ = 1701
∑ ᵢ = 289613
(∑ )ᵢ ² = 1701² = 289613
Dengan demikian, jika dimasukkan ke dalam
rumus varian, maka hasilnya adalah sebagai
i
ᵢ ²ᵢ1 172 29584
2 167 27889
3 180 32400
4 170 28900
5 169 28561
6 160 25600
7 175 30625
8 165 27225
9 173 29929
10 170 28900
Σ 1701 289613
20
berikut.
s² =
.
.
= = 30,32
Dari penghitungan, diperoleh nilai varian sama
dengan 30,32. Dari nilai tersebut bisa langsung
diperoleh nilai standar deviasi (simpangan baku) dengan cara mengakarkuadratkan
nilai varian.
∑ ( ᵢ )
∑ ( ᵢ )
s² =
∑ =1
−ᵢ
−1
2
20
= √30,32. = 5,51
Keterangan :
s2 = varian
s = standar deviasi (simpangan baku)
xi = nilai x ke-i
=
rat
a-
rat
a
n = ukuran sampel
2.5.2 Cara Menentukan Standar Deviasi pada ZNT
Dalam hal ini, cara menentukan standar deviasi atau kontrol kualitas
terhadap tiap zona adalah dengan menggunakan software arcview gis 3.3
yang telah dimodifikasi dari BPN RI dalam pelaksanaan survei dan
pemetaan potensi tanah pada tahun 2013 dengan membuat sebuah toolbar
baru yaitu standar deviasi yang tujuannya untuk mengidentifikasi nilai
harga yang ekstrem atau jauh berbeda pada tiap zona secara otomatis
sehingga nilai dari standar deviasi yang < 30% atau > 30% dapat diketahui.
Untuk melakukan proses standar deviasi tersebut, ada beberapa hal yang
perlu disiapkan seperti :
1. Data tekstual dan numeris yang telah dirubah dengan format dbf
2. Data shp poligon awal
Hasil proses dari standar deviasi tersebut dapat dilihat nantinya seperti
gambar berikut :
∑ ∑
21
Gambar 2.3 Menentukan Standar Deviasi Pada Software arcview Gis 3.3
∑
=1
2 − 2
∑
=1
1
( −1)
22
2.6 Analisis Nilai Pasar Tanah pada setiap Zona Nilai Tanah (ZNT)
Berdasarkan petunjuk standar oprasional prosedur internal (SOPI) survei
potensi tanah edisi III tahun 2013, Zona Nilai Tanah harus memenuhi
syarat persen standar deviasi < 30 % maksudnya adalah untuk
mendapatkan harga zona setelah didapatkan nilai tanah yang telah
dikoreksi dan dilakukan perhitungan NIR (Nilai Indikasi Rata-rata) yang
merupakan harga rata – rata dari zona tersebut dengan syarat NIR tiap zona
memiliki standar deviasi kurang dari 30%. Dan apabila persen standar
deviasi > 30% dari suatu zona maka dilakukan :
1. Analisis ulang atas batas - batas zona, jika :
a. Zona awal kurang menggambarkan kondisi lapangan dan memiliki
tutupan lahan yang variatif dengan jumlah sample lebih dari yang
disyaratkan, maka dapat dipecah menjadi beberapa zona.
b. Jika terdapat sample yang nilainya lebih tepat berada pada zona
disebelahnya, maka dilakukan editing zona sehingga mendapatkan
zona dengan sample yang bersesuaian dengan memperhatikan
kondisi sebenarnya di lapangan.
Jika proses editing sudah selesai maka dilakukan penghitungan ulang
zona nilai tanah sampai memenuhi syarat.
2. Analisis ulang terhadap titik - titik sample
Terhadap sample-sample dalam zona yang tidak memenuhi syarat dapat
dilakukan analisis ulang atau dihapus dengan prioritas menghapus
sample bangunan disbanding sample tanah kosong, prioritas menghapus
nilai penawaran dibanding nilai transaksi, serta prioritas menghapus
sample transaksi dengan bangunan dibanding sample penawaran tanah
kosong. Jika proses editing sudah selesai maka dilakukan penghitungan
ulang zona nilai tanah sampai memenuhi syarat.
Gambar 2.4 Zonasi terhadap titik sampel, SOPI BPN RI (2013)
23
Gambar 2.4 Zonasi terhadap titik sampel, SOPI BPN RI (2013)
Gambar 2.5 Zonasi yang tidak memenuhi syarat > 30%, SOPI BPN RI (2013)
24
Gambar 2.6 Zona yang telah disesuaikan simpangan baku > 30%, SOPI BPN RI (2013)
2.7 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif merupakan tahapan pengharkatan pada setiap parameter
- parameter yang digunakan, dimana setiap parameter memiliki klasifikasi.
Klasifikasi diberi skor atau nilai tertentu sesuai kriteria. Parameter berupa
kelengkapan utilitas, penggunaan lahan, aksesbilitas positif, dan
aksesbilitas negatif.
Analisis spasial merupakan tahapan analisis yang menyajikan data hasil
penjumlahan harkat dalam bentuk peta dengan data harga lahan yang
diperoleh dari instansi terkait. Analisis spasial berguna untuk mengetahui
klasifikasi harga tanah
berdasarkan Skoring. Buffering untuk aksesibilitas lahan positif dan
negatif. Proses buffer digunakan untuk memberi jarak pada sebuah objek
dengan tingkatan tertentu. Data yang digunakan dalam proses buffer ini
adalah data kelengkapan utilitas jalan kolektor, jalan ateri, jalan lokal,
jarak terhadap fasilitas pendidikan, tempat pembuangan akhir sampah,
jarak terhadap pipa limbah, rel kereta api dan sungai. Data yang telah di
buffer digunakan untuk membuat peta aksesibilitas lahan positif dan
negatif.
Skoring Proses pengharkatan merupakan penentuan dari tingkat harga yang
akan digunakan untuk menentukan NJOP dalam suatu daerah. Nilai
pengharkatan mengacu pada penelitian Meyliana, 1996.
Penggunaan Lahan, bentuk penggunaan lahan dibagi 6 kelas didasarkan
pada harga potensial lahan yang lebih tercermin dari fungsi lahan tersebut
secara ekonomis atau potensial untuk kegiatan tertentu.
25
Tabel Klasifikasi Penggunaan Lahan
No. Kelas
Jenis Penggunaan
Lahan Skor
1 I Perdagangan dan Jasa 5
2 II Industri 4
3 III Permukiman 3
4 IV Lahan Kosong 2
5 V
Pertanian (Sawah,
Tegalan dan Perkebunan) 1
6 VI
Tempat Ibadah,
pendidikan, makam,
kesehatan, instansi /
kantor pemerintahan 0
Sumber : Meylina, 1996
Aksesibilitas Lahan Positif, semakin dekat jarak suatu obyek
dengan aksesibilitas lahan positif, nilai jual bumi makin tinggi.
Tabel 2.2 Klasifikasi Aksesbilitas Lahan Positif
No Parameter Kriteria Harkat
1
Jarak terhadap jalan
utama/jalan kabupaten
< 50 m 4
50 – 150 m 3
150 – 500 m 2
> 500 m 1
Jarak terhadap < 50 m 4
2 fasilitas kesehatan /
rumah sakit 50 – 150 m 3
150 – 500 m 2
> 500 m 1
3
Jarak terhadap tempat
perdagangan / pasar
< 200 m 3
200 – 500 m 2
> 500 m 1
4
Jarak terhadap tempat
pendidikan
< 200 m 3
200 – 500 m 2
> 500 m 1
5
Jarak terhadap pusat
kota/ pemerintahan
< 200 m 3
200 – 500 m 2
> 500 m 1
26
Sumber : Meylina (1996) dengan modifikasi Rulita Maharani P (2014)
Aksesibilitas Lahan Negatif, semakin dekat jarak suatu obyek dengan
aksesibilitas lahan negatif,maka makin rendah nilai jual buminya.
Tabel 2.3 Klasifikasi Lahan Negatif
No Parameter Kriteria Harkat
1 Jarak terhadap sungai < 100 m
> 100 m
2
1
2 Jarak terhadap makam < 100 m
> 100 m
2
1
3 Jarak terhadap TPS < 100 m
> 100 m
2
1
4 Jarak terhadap Rel
Kereta Api
< 100 m >
100 m
2
1
Sumber : Meylina, 1996
27
Kelengkapan Utilitas Umum, diukur dari jumlah utilitas umum yang
tersedia. Semakin banyak dan lengkap jumlah utilitas umum yang tersedia,
maka nilai jual lahannya akan semakin tinggi.
Tabel 2.4 Klasifikasi Jumlah Kelengkapan Jalan
No Kelas
Jumlah
Kelengkapan
Utilitas
Harkat
1 I 3 buah 4
2 II 2 buah 3
3 III 1 buah 2
4 IV Tidak ada 1
Sumber : Meylina, 1996
Nilai atau bobot untuk penentu harga lahan :
Tabel 2.5 Bobot Faktor Penentu Harga Lahan
No
Faktor Penentu
Harga Lahan
Nilai atau
Bobot
1
Bentuk penggunaan
lahan
3
2
Aksesibilitas lahan
positif
2
3
Kelengkapan utilitas
umum
1
4
Aksesibilitas lahan
negatif
-1
Sumber : Meylina, 1996
Skor dari masing - masing tersebut dimasukan pada formula dibawah ini :
NHL = 3PL + 2ALP + KU – ALN
28
Keterangan :
NHL : Nilai
Harga Lahan PL
:
Penggunaan Lahan
ALP : Aksesibilitas Lahan
Positif KU :
Kelengkapan Utilitas Umum
ALN : Aksesibilitas Lahan
Negatif
Tabel 2.6 Klasifikasi Estimasi Harga Lahan
Kelas Jumlah
harkat
Kelas harga
lahan
1 14 – 17 Sangat tinggi
2 10 – 13 Tinggi
3 6 – 9 Sedang
4 2 – 5 Rendah
5 (-2) – 1 Sangat Rendah
Sumber : Meylina, 1996
2.8 Sistem Informasi Geografis (SIG)
29
SIG merupakan suatu bidang kajian ilmu dan teknologi yang relatif baru,
digunakan oleh berbagai bidang disiplin ilmu, dan berkembang dengan
cepat. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan,
menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa,
dan menampilkan datadata yang berhubungan dengan posisi-posisi di
permukaan bumi. Kelebihan dari emampuan SIG dibandingkan sistem
informasi lainya terletak pada analisis spasial yang mampu diintegrasikan
dengan atribut non spasial.
SIG dapat didefinisikan sebagai kombinasi perangkat keras dan perangkat
lunak komputer yang memungkinkan untuk mengelola, menganalisa,
memetakan informasi spasial berikut data atributnya (data deskriptif)
dengan akurasi kartografi (Prahasta, 2002).
2.8.1 Cara Kerja Sistem Informasi Geografis (SIG)
Kemampuan SIG adalah untuk merepresentasikan dunia nyata di atas
monitor komputer atau memodelkan dunia nyata. SIG menyimpan semua
informasi obyek sebagai atribut-atribut di dalam basisdata. Kemudian SIG
membentuk dan menyimpannya ke dalam tabel-tabel. Setelah itu, SIG
menghubungkan obyek- obyek tersebut dengan tabel-tabel yang
bersangkutan. Dengan demikian, atribut- atribut ini dapat diakses melalui
lokasi obyek pada peta, dan sebaliknya obyek- obyek pada peta juga dapat
diakses melalui atribut-atributnya. Karena itu, obyek- obyek tersebut dapat
dicari dan ditemukan berdasarkan atributatributnya.
SIG menghubungkan sekumpulan unsur-unsur peta dengan atribut-
30
atributnya satuan-satuan yang disebut layer. Contoh-contoh layer seperti
bangunan, sungai, jalan, batas-batas administrasi, perkebunan, dan hutan.
Kumpulan- kumpulan dari layer-layer ini akan membentuk basisdata SIG.
Dengan demikian, perancangan basisdata merupakan hal yang penting di
dalam SIG. Perancangan basisdata akan menentukan tingkat efektifitas dan
efisiensi proses-proses masukan, pengelolaan, dan keluaran SIG (Prahasta,
2002).
2.8.2 Fungsi Analisis pada Sistem Informasi Geografis (SIG)
Kemampuan SIG dapat juga dikenal melalui fungsi-fungsi analisis yang
dapat dilakukannya. Secara umum terdapat dua jenis fungsi analisis, yaitu
fungsi analisis spasial dan fungsi analisis atribut. Fungsi analisis atribut
terdiri dari operasi dasar dari basisdata yang mencakup create database,
drop database, create table, drop table, record and insert, field, seek, find,
search, edit, update, delete membuat indeks untuk setiap tabel basisdata,
dan operasi-operasi atau fungsi analisis lain yang sudah rutin digunakan di
dalam sistem basisdata. Fungsi analisis spasial terdiri dari reclassify,
overlay, dan buffering (Prahasta, 2002).
Walaupun produk SIG paling sering disajikan dalam bentuk peta, kekuatan
SIG yang sebenarnya terletak pada kemampuannya dalam melakukan
analisis. SIG dapat mengolah dan mengelola data dengan jumlah yang
besar. Dengan demikian, pengetahuan mengenai bagaimana cara
mengelola data tersebut dan bagaimana menggunakannya merupakan
kunci analisis di dalam SIG. Salah satu fungsi tools SIG yang paling
mendasar adalah integrasi data dengan cara baru. Salah satu contohnya
adalah overlay, yang memadukan layer data yang berbeda. SIG juga dapat
mengintegrasikan data secara matematis dengan melakukan operasi-
operasi terhadap atribut-atribut tertentu dari datanya (Prahasta, 2002).
31
2.8.3 Operasi Dasar SIG
Proyek ini mengunakan beberapa operasi dasar yang terdapat di ArcGIS,
yaitu :
1. Merge (penggabungan)
Merupakan analisis penggabungan dua buah feature menjadi sebuah
feature.
Ilustrasi operasi merge dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Gambar 2.7 Ilustrasi operasi merge Merge, Prihandito (1989)
2. Clip
Merupakan analisis pemotongan sebuah feature dengan memanfaatkan
feature lain sebagai batas pemotongan. Ilustrasi operasi clip dapat dilihat
pada contoh Gambar 2.9.
Gambar 2.8 Ilustrasi operasi clip, Prihandito (1989)
3. Overlay
Merupakan analisis spasial ensensial yang mengombinasikan dua
layer/tematik yang menjadi masukkannya. Secara umum teknis, mengenai
analisis ini terbagi kedalam format datanya.
32
A. Intersect
Merupakan analisis penggabungan sekaligus pemotongan dua buah
feature. Feature pertama merupakan feature yang akan dipotong,
sedangkan feature yang kedua merupakan batas pemotongan. Intersect
hampir mirip dengan operasi clip, perbedaanya adalah jika pada operasi
clip feature yang dihasilkan memiliki data atribut yang sama dengan salah
satu feature sebelumnya, tetapi pada menu intersect menghasilkan atribut
yang merupakan gabungan dari feature-feature sebelumnya.
Gambar 2.9 Proses Intersect, Prihandito (1989)
B. Union
Union yaitu menggabungkan fitur dari sebuah tema input dengan poligon
dari tema overlay untuk menghasilkan output yang mengandung tingkatan
atau kelas atribut.
Gambar 2.10 Proses Union, Prihandito (1989)
33
4. Thiessen polygon
Merupakan analisis pembuatan poligon thiessen berdasarkan titik-titik
yang dijadikan acuan pembuatan poligon. Tahap pertama adalah software
akan membuat garis-garis yang menghubungkan titik-titik tersebut,
kemudian dari garis tersebut ditarik garis berat seluas cakupan titik-titik
tersebut. Ilustrasi poligon thiessen disajikan dalam Gambar I.5.
Gambar 2.11 Ilustrasi Poligon Thiessen, Prihandito (1989)
34
5. Kartografi
Kartografi adalah seni, ilmu, dan teknik pembuatan peta yang akan
melibatkan pelajaran geodesi fotogrametri, kompilasi, dan reproduksi peta
(Prihandito, 2010). Peta harus memenuhi aspek kartografi agar pemakai
peta dapat dengan mudah memahami isi dari peta. Peta merupakan
gambaran dari permukaan bumi dalam skala tertentu dan digambarkan
diatas bidang datar melalui sistem proyeksi (Prihandito, 2010).
Suatu peta dapat disajikan dalam berbagai cara, mulai dari secara
konvensional hingga digital. Kenampakan obyek/detil yang terdapat di
permukaan bumi dapat terpresentasikan pada peta. Kenampakan detil
tersebut terbagi dalam detil alam seperti sungai, danau, gunung, dan detil
buatan seperti jalan, jembatan, pemukiman sawah, dan lain sebagainya.
Suatu peta harus memiliki unsur-unsur peta sebagai berikut: Judul peta,
Skala peta, Arah utara, Legenda, Serta Sumber dan tahun pembuatan peta.
Sumber merupakan data yang digunakan dalam pembuatan peta sehingga
memberikan kepastian kepada pembaca peta bahwa data dan informasi
yang disajikan dalam peta benar-benar dapat dipertanggung jawabkan.
Tahun pembuatan digunakan untuk mengetahui apakah peta tersebut masih
relevan dengan kondisi sekarang.
a. Sistem koordinat dan proyeksi peta. Sistem koordinat adalah suatu
system untuk menyatakan letak atau posisi suatu titik. Proyeksi peta
merupakan suatu sistem yang memberikan hubungan antara posisi
titik-titik diatas peta (bidang datar) dan di permukaan bumi (bidang
lengkung).
b. Datum. Datum merupakan ellipsoid yang memiliki nilai parameter dan
origin tertentu dan digunakan sebagai referensi dalam penentuan
posisi diatas permukaan bumi.
Dalam penyajian suatu peta, akan dibatasi oleh suatu garis tepi dimana
diluar batas tepi daerah ini pada umumnya dicantumkan berbagai
35
keterangan yang sering disebut dengan keterangan tepi. Keterangan tepi ini
penting dicantumkan agar peta dapat dipergunakan sebaik-baiknya oleh
pemakai peta, karena tidak semua pemakai peta adalah orang yang paham
dengan peta, maka keterangan peta harus dibuat dengan sebaik-baiknya.
Untuk suatu rangkaian peta topografi terdapat suatu standar ukuran lembar
peta dan juga standar keterangan tepi, termasuk posis/letak informasi
pada peta, ukuran huruf, ketebalan garis, warna-warna yang digunakan dan
lain-lain (Prihandito, 1989).
2.9 Definisi Pajak Bumi Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan
terhadap bumi dan bangunan berdasarkan Undang - undang nomor 12
Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah
dengan Undang - Undang nomor 12 Tahun 1994.
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak
terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan bangunan.
Keadaan subyek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya
pajak.
2.9.1 Objek PBB
Objek PBB adalah Bumi dan/ atau Bangunan. Bumi : Permukaan bumi
(tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Contoh :
sawah, ladang, kebun, tanah. pekarangan, tambang, dll. Bangunan :
Konstruksi teknik yang ditanamkan atau dilekatkan secara tetap pada tanah
atau perairan di wilayah Republik Indonesia. Contoh : rumah tempat
tinggal, bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan,
jalan tol, kolam renang, anjungan minyak lepas pantai, dll.
36
2.9.2 Objek PBB yang dikecualikan
Objek yang dikecualikan adalah objek yang :
1. Digunakan semata - mata untuk melayani kepentingan umum dibidang
ibadah, sosial, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak
dimaksudkan memperoleh keuntungan, seperti mesjid, gereja, rumah
sakit pemerintah, sekolah, panti asuhan, candi, dan lain-lain.
2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala.
3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
dan lain- lain.
4. Dimiliki oleh Perwakilan Diplomatik berdasarkan azas timbal balik dan
Organisasi Internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.
2.9.3 Cara Mendaftarkan Objek PBB
Orang atau Badan yang menjadi Subjek PBB harus mendaftarkan Objek
Pajaknya ke Kantor Pelayanan PBB atau Kantor Penyuluhan Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi letak objek tersebut, dengan menggunakan
formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang tersedia gratis di
Kantor Pelayanan PBB/Kantor Penyuluhan Pajak setempat.
2.9.4 Dasar Pengenaan PBB
Dasar pengenaan PBB adalah "Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)". NJOP
ditentukan per wilayah berdasarkan keputusan Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak dengan terlebih dahulu memperhatikan :
1. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara
wajar;
2. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya
berdekatan dan telah diketahui harga jualnya;
3. Nilai perolehan baru;
4. Penentuan nilai jual objek pengganti.
37
2.9.5 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak
kena pajak. Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah Kabupaten/Kota
setinggi-tingginya Rp 12.000.000,- dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu
kali dalam satu Tahun Pajak.
2. Apabila wajib pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka yang
mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang
nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan Objek Pajak
lainnya.
2.9.6 Dasar Penghitungan PBB
Dasar penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Besarnya
NJKP adalah sebagai berikut :
1. Objek pajak perkebunan adalah 40%
2. Objek pajak kehutanan adalah 40%
3. Objek pajak pertambangan adalah 20%
4. Objek pajak lainnya (pedesaan dan
perkotaan): Apabila NJOP-nya >
Rp1.000.000.000,00 adalah 40% Apabila
NJOP-nya < Rp1.000.000.000,00 adalah 20%
Besarnya tarif PBB adalah 0,5%
38
2.9.7 Rumus Penghitungan PBB
Rumus penghitungan PBB = Tarif x NJKP
1. Jika NJKP = 40% x (NJOP - NJOPTKP) maka besarnya PBB = 0,5% x
40% x (NJOP-NJOPTKP) = 0,2% x (NJOP-NJOPTKP)
2. Jika NJKP = 20% x (NJOP - NJOPTKP) maka besarnya PBB = 0,5% x
20% x (NJOP-NJOPTKP) = 0,1% x (NJOP-NJOPTKP)
Gambar 2.12 Contoh Lembar dari PBB, Eddy Wahyudi (2012).
39
2.10 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
BPHTB atau bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pajak
yang dikenakan atas perolehan perolehan hak atas tanah dan bangunan.
Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau
peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya atau dimilikinya hak
atas tanah dan atau bangunan oleh orang perseorangan pribadi atau badan.
Objek pajak BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.
Subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak
atas tanah dan atau bangunan.
DPP / Dasar Pengenaan Pajak BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Bajak
atau disingkat menjadi NPOP. NPOP dapat berbentuk harga transaksi dan
nilai pasar. Jika nilai NPOP tidak diketahui atau lebih kecil dari NJOP
PBB, maka NJOP PBB dapat dipakai sebagai dasar pengenaan pajak
BPHTB. BPHTB yaitu merupakan pajak yang harus dibayar akibat
perolehan hak atas tanah dan bangunan meliputi hak milik, hak guna
usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun
dan hak pengelolaan.
2.10.1 Menentukan Besarnya Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan
1. Tarif BPHTB adalah sebesar 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak Kena
Pajak.
2. Nilai perolehan objek pajak atau NPOP tidak kena pajak ditetapkan
sebesar Rp.
60.000.000 (tiga puluh juta rupiah) yang sewaktu-waktu besarnya
dapat dirubah oleh peraturan pemerintah. Sedangkan khusus untuk
perolehan karena hak waris dalam satu dahar, sedarah atau keturunan
garis lurus satu derajat ke atas atau ke bawah dengan pemberian hibah
termasuk istri atau suami NJOPTKP atau Nilai Jual Objek Pajak Tidak
Kena Pajak adalah sebesar Rp. 300.000.000.
40
3. Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP) adalah nilai
perolehan objek pajak (NPOP) dikurangi dengan nilai perolehan
onjek pajak tidak kena pajak.
4. Besar pajak terutang BPHTB adalah didapat dengan cara
mengalikan tarif pajak dengan nilai perolehan onjek pajak kena
pajak (NPOPKP).
41
2.11 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak
daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain - lain pendapatan asli daerah
yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu komponen
sumber pendapatan daerah sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 79
undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah,
berdasarkan pasal 79 UU 22/1999 disimpulkan bahwa sesuatu yang
diperoleh pemerintah daerah yang dapat diukur denga uang karena
kewenangan (otoritas) yang diberikan masyarakat dapat berupa hasil pajak
daerah dan retribusi daerah. Sumber pendapatan daerah terdiri dari :
1. Pendapatan asli daerah, yaitu:
2. Hasil Pajak Daerah
3. Hasil Retribusi Daerah
a. Hasil Perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang
sah
b. Dana Perimbangan
c. Pinjaman Daerah
4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Dalam pasal 79 mengisyaratkan bahwa dalam penyelenggaraan fungsi-
funsi pemerintahan daerah, kepala daerah Kabupaten/Kota. Dengan kata
lain, hiharapkan kepada kepala daerah Kabupaten/Kota didalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan daerah
tidak terus menerus selalu menggantungkan dana (anggaran) dari pusat
melalui pembangian dana perimbangan. Dalam administrasi keuangan
daerah PAD adalah pendapatan daerah yang diurus dan diusahakan sendiri
oleh daerah yang dimaksud sebagai sumber PAD guna pembangunan.
Berdasarkan ketentuan maka PAD dapat disimpulkan sebagai :
42
1. PAD merupakan sumber pendekatan daerah dengan
mengelola dan memanfaatkan potensial daerahnya.
2. Di dalam mengelola, mengolah dan memanfaatkan potensi daerah, PAD
dapat berupa pemungutan pajak, retribusi dan lain-lain pendapatan
daerah yang sah. Dalam menentukan peningkatan pendapatan asli
daerah khususnya dari Pajak Bumi Bangunan (PBB) maka dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Contoh : Misalkan NJOPTKP di kota tersebut = Rp. 12.000.000,-
PBB atas bidang tanah seluas 218 m2, dapat dihitung sebagai
berikut :
PBB = 0,3 % x ( NJOP – NJOPTKP )
Tabel 2.7 Contoh Tabel Potensi Peningkatan Penerimaan dari PBB
Menurut
NJOP PBB
Menurut
Peta ZNT
Potensi
peningkat
an
%
potensi
peningka
tan
Nilai tanah
per m2
Rp. 119.101 Rp.240.000
Nilai tanah
total
Rp.25.964.018 Rp.52.320.000
PBB Rp. 69.820 Rp. 120.960 Rp. 51.140 154,6 %
Sumber : SOPI BPN RI (2013)
Sedangkan untuk penentuan pendapatan asli daerah dari BPHTB maka
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Contoh : Ketika terjadi jual beli tanah (peralihan hak atas tanah) seluas 218
m2 : Misalkan NJOPTKP di kota tersebut = Rp. 12.000.000,- Dan
cara menghitungnya yaitu :
BPHTB = ( 5 % x ( NJOP – NJOPTKP ) )
43
Tabel 2.8 Contoh Tabel Potensi Peningkatan Penerimaan dari BPHTB
Menurut
Akta jual beli
Menurut
Peta ZNT
Potensi
peningka
tan
% potensi
peningkata
n
Nilai tanah
per m2
Rp. 119.101 Rp.240.000
Nilai tanah
total
Rp.25.964.018 Rp.52.320.000
BPHTB Rp. 698.201 Rp. 2.016.000
Rp.1.317.
799
188,7 %
Sumber : SOPI BPN RI (2013)

More Related Content

What's hot

Peran data dan informasi geospasial dalam penataan ruang
Peran data dan informasi geospasial dalam penataan ruangPeran data dan informasi geospasial dalam penataan ruang
Peran data dan informasi geospasial dalam penataan ruangArya Pinandita
 
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...Luhur Moekti Prayogo
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota TegalRencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota TegalPenataan Ruang
 
Lampiran perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011 2031
Lampiran perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011   2031Lampiran perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011   2031
Lampiran perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011 2031muhfidzilla
 
Sk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawah
Sk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawahSk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawah
Sk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawahAchmad Wahid
 
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan RuangSurvey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruangushfia
 
Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014
Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014
Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014Obie Donk Ach
 
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanbramantiyo marjuki
 
Jenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistemJenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistemNur Baqin
 
Pemetaan tematik sosial ekonomi statistik
Pemetaan tematik sosial ekonomi statistikPemetaan tematik sosial ekonomi statistik
Pemetaan tematik sosial ekonomi statistikCatur Purnomo
 
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanSni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanArdita Putri Usandy
 
Peranan teknologi geospasial dalam inventarisasi dan pengelolaan sumberdaya w...
Peranan teknologi geospasial dalam inventarisasi dan pengelolaan sumberdaya w...Peranan teknologi geospasial dalam inventarisasi dan pengelolaan sumberdaya w...
Peranan teknologi geospasial dalam inventarisasi dan pengelolaan sumberdaya w...Instansi
 
Membuat map packages di ArcGIS
Membuat map packages di ArcGISMembuat map packages di ArcGIS
Membuat map packages di ArcGISbramantiyo marjuki
 
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaPerka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaJaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Septinia Silviana
 
2 pengenalan peta
2 pengenalan peta2 pengenalan peta
2 pengenalan petaaiiniR
 

What's hot (20)

Peran data dan informasi geospasial dalam penataan ruang
Peran data dan informasi geospasial dalam penataan ruangPeran data dan informasi geospasial dalam penataan ruang
Peran data dan informasi geospasial dalam penataan ruang
 
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Ivam...
 
Bab 2 : Mengenalkan Pemetaan Partisipatif
Bab 2 :  Mengenalkan Pemetaan PartisipatifBab 2 :  Mengenalkan Pemetaan Partisipatif
Bab 2 : Mengenalkan Pemetaan Partisipatif
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota TegalRencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tegal
 
Lampiran perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011 2031
Lampiran perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011   2031Lampiran perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011   2031
Lampiran perda no 2 tahun 2013 tentang rtrw kabupaten karawang 2011 2031
 
Sk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawah
Sk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawahSk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawah
Sk menteri atrbpn 686 sk pg-03-03-xii-2019 luas baku lahan sawah
 
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan RuangSurvey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
 
Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014
Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014
Expose lapdul rtbl cbd cikarang pusat bekasi 2014
 
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
 
Bab 8: Pemetaan dengan Alat GPS
Bab 8:   Pemetaan dengan Alat GPSBab 8:   Pemetaan dengan Alat GPS
Bab 8: Pemetaan dengan Alat GPS
 
Jenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistemJenis jasa ekosistem
Jenis jasa ekosistem
 
Pemetaan tematik sosial ekonomi statistik
Pemetaan tematik sosial ekonomi statistikPemetaan tematik sosial ekonomi statistik
Pemetaan tematik sosial ekonomi statistik
 
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanSni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
 
Peranan teknologi geospasial dalam inventarisasi dan pengelolaan sumberdaya w...
Peranan teknologi geospasial dalam inventarisasi dan pengelolaan sumberdaya w...Peranan teknologi geospasial dalam inventarisasi dan pengelolaan sumberdaya w...
Peranan teknologi geospasial dalam inventarisasi dan pengelolaan sumberdaya w...
 
Struktur ruang
Struktur ruangStruktur ruang
Struktur ruang
 
Membuat map packages di ArcGIS
Membuat map packages di ArcGISMembuat map packages di ArcGIS
Membuat map packages di ArcGIS
 
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaPerka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
 
LAND RIGHT
LAND RIGHTLAND RIGHT
LAND RIGHT
 
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
 
2 pengenalan peta
2 pengenalan peta2 pengenalan peta
2 pengenalan peta
 

Similar to Bab ii baruuuu

Tugas Akhir Kumpulan PPT Bab 1-11 Teori Ekonomi Mikro (Kelompok 7) - Dr.Sigit...
Tugas Akhir Kumpulan PPT Bab 1-11 Teori Ekonomi Mikro (Kelompok 7) - Dr.Sigit...Tugas Akhir Kumpulan PPT Bab 1-11 Teori Ekonomi Mikro (Kelompok 7) - Dr.Sigit...
Tugas Akhir Kumpulan PPT Bab 1-11 Teori Ekonomi Mikro (Kelompok 7) - Dr.Sigit...ochamailissa
 
Ekonomi properti
Ekonomi propertiEkonomi properti
Ekonomi propertislidekuliah
 
Geografi ekonomi dan globalisasi
Geografi ekonomi dan globalisasiGeografi ekonomi dan globalisasi
Geografi ekonomi dan globalisasiDechy Angellina
 
Financial and Business Impact _ Pelatihan ASSET MANAGEMENT
Financial and Business Impact  _ Pelatihan ASSET MANAGEMENTFinancial and Business Impact  _ Pelatihan ASSET MANAGEMENT
Financial and Business Impact _ Pelatihan ASSET MANAGEMENTKanaidi ken
 
Pengantar ekonomi mikro kelompok 8
Pengantar ekonomi mikro kelompok 8Pengantar ekonomi mikro kelompok 8
Pengantar ekonomi mikro kelompok 8Rafi
 
PPT_KONSEP_GEOGRAFI_EKONOMI.pptx
PPT_KONSEP_GEOGRAFI_EKONOMI.pptxPPT_KONSEP_GEOGRAFI_EKONOMI.pptx
PPT_KONSEP_GEOGRAFI_EKONOMI.pptxsyakilaputri2
 
PPT TUGAS AKHIR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 4.pptx
PPT TUGAS AKHIR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 4.pptxPPT TUGAS AKHIR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 4.pptx
PPT TUGAS AKHIR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 4.pptxAiniNurul14
 
KUMPULAN TUGAS PPT PENGANTAR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 4 KELAS U
KUMPULAN TUGAS PPT PENGANTAR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 4 KELAS UKUMPULAN TUGAS PPT PENGANTAR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 4 KELAS U
KUMPULAN TUGAS PPT PENGANTAR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 4 KELAS Usarahwinengku
 
MATERI PENGANTAR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 8
MATERI PENGANTAR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 8 MATERI PENGANTAR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 8
MATERI PENGANTAR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 8 Radhika ayu Maulidia
 
Teori ekonomi mikro dan makro
Teori ekonomi mikro dan makroTeori ekonomi mikro dan makro
Teori ekonomi mikro dan makroDesy Dwikawati
 
Materi Pengantar Ekonomi Mikro_Kelompok 5
Materi Pengantar Ekonomi Mikro_Kelompok 5Materi Pengantar Ekonomi Mikro_Kelompok 5
Materi Pengantar Ekonomi Mikro_Kelompok 5CharismaBayuRamadhan
 
Pengertian nilai dan penilaian aset
Pengertian nilai dan penilaian asetPengertian nilai dan penilaian aset
Pengertian nilai dan penilaian asetOpissen Yudisyus
 
Metode valuasi-ekonomi-ekosistem-lahan-pertanian (1)
Metode valuasi-ekonomi-ekosistem-lahan-pertanian (1)Metode valuasi-ekonomi-ekosistem-lahan-pertanian (1)
Metode valuasi-ekonomi-ekosistem-lahan-pertanian (1)Bhakti Priatmojo
 
Kelompok 11 pe.mikro slide share
Kelompok 11 pe.mikro slide shareKelompok 11 pe.mikro slide share
Kelompok 11 pe.mikro slide shareArgalekaayu
 
Contingent valuation method and notional value
Contingent valuation method and notional valueContingent valuation method and notional value
Contingent valuation method and notional valueSipri Palete
 

Similar to Bab ii baruuuu (20)

Contoh Proposal TA
Contoh Proposal TAContoh Proposal TA
Contoh Proposal TA
 
Tugas Akhir Kumpulan PPT Bab 1-11 Teori Ekonomi Mikro (Kelompok 7) - Dr.Sigit...
Tugas Akhir Kumpulan PPT Bab 1-11 Teori Ekonomi Mikro (Kelompok 7) - Dr.Sigit...Tugas Akhir Kumpulan PPT Bab 1-11 Teori Ekonomi Mikro (Kelompok 7) - Dr.Sigit...
Tugas Akhir Kumpulan PPT Bab 1-11 Teori Ekonomi Mikro (Kelompok 7) - Dr.Sigit...
 
Ekonomi properti
Ekonomi propertiEkonomi properti
Ekonomi properti
 
Geografi ekonomi dan globalisasi
Geografi ekonomi dan globalisasiGeografi ekonomi dan globalisasi
Geografi ekonomi dan globalisasi
 
Pengantar Teori Penilaian
Pengantar Teori PenilaianPengantar Teori Penilaian
Pengantar Teori Penilaian
 
Financial and Business Impact _ Pelatihan ASSET MANAGEMENT
Financial and Business Impact  _ Pelatihan ASSET MANAGEMENTFinancial and Business Impact  _ Pelatihan ASSET MANAGEMENT
Financial and Business Impact _ Pelatihan ASSET MANAGEMENT
 
Pengantar ekonomi mikro kelompok 8
Pengantar ekonomi mikro kelompok 8Pengantar ekonomi mikro kelompok 8
Pengantar ekonomi mikro kelompok 8
 
PPT_KONSEP_GEOGRAFI_EKONOMI.pptx
PPT_KONSEP_GEOGRAFI_EKONOMI.pptxPPT_KONSEP_GEOGRAFI_EKONOMI.pptx
PPT_KONSEP_GEOGRAFI_EKONOMI.pptx
 
PPT TUGAS AKHIR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 4.pptx
PPT TUGAS AKHIR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 4.pptxPPT TUGAS AKHIR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 4.pptx
PPT TUGAS AKHIR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 4.pptx
 
KUMPULAN TUGAS PPT PENGANTAR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 4 KELAS U
KUMPULAN TUGAS PPT PENGANTAR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 4 KELAS UKUMPULAN TUGAS PPT PENGANTAR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 4 KELAS U
KUMPULAN TUGAS PPT PENGANTAR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 4 KELAS U
 
MATERI PENGANTAR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 8
MATERI PENGANTAR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 8 MATERI PENGANTAR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 8
MATERI PENGANTAR EKONOMI MIKRO KELOMPOK 8
 
Teori ekonomi mikro dan makro
Teori ekonomi mikro dan makroTeori ekonomi mikro dan makro
Teori ekonomi mikro dan makro
 
Materi Pengantar Ekonomi Mikro_Kelompok 5
Materi Pengantar Ekonomi Mikro_Kelompok 5Materi Pengantar Ekonomi Mikro_Kelompok 5
Materi Pengantar Ekonomi Mikro_Kelompok 5
 
Pengertian nilai dan penilaian aset
Pengertian nilai dan penilaian asetPengertian nilai dan penilaian aset
Pengertian nilai dan penilaian aset
 
KELOMPOK 6 PE MIKRO
KELOMPOK 6 PE MIKROKELOMPOK 6 PE MIKRO
KELOMPOK 6 PE MIKRO
 
Ekonomi mikro
Ekonomi mikroEkonomi mikro
Ekonomi mikro
 
Metode valuasi-ekonomi-ekosistem-lahan-pertanian (1)
Metode valuasi-ekonomi-ekosistem-lahan-pertanian (1)Metode valuasi-ekonomi-ekosistem-lahan-pertanian (1)
Metode valuasi-ekonomi-ekosistem-lahan-pertanian (1)
 
Kelompok 11 pe.mikro slide share
Kelompok 11 pe.mikro slide shareKelompok 11 pe.mikro slide share
Kelompok 11 pe.mikro slide share
 
Makalah permintaan dan penawaran
Makalah permintaan dan penawaranMakalah permintaan dan penawaran
Makalah permintaan dan penawaran
 
Contingent valuation method and notional value
Contingent valuation method and notional valueContingent valuation method and notional value
Contingent valuation method and notional value
 

Recently uploaded

Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIStandar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIgermanaaprianineno
 
Materi Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptx
Materi Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptxMateri Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptx
Materi Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptxDocApizz
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccanangkuniawan
 
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasiobat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasiariniastuti020
 
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docxMAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docxcholiftiara1
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptHenryAdhySantoso
 
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptxKONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptxrosintauli1
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybankcsooyoung073
 
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).pptnurifat
 
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptpartograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptchoukocat
 
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandungobat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandungariniastuti020
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksihaslinahaslina3
 
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasissupi412
 
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptxMekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptxALHIDAYAHRMALLORONG2
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbSendaUNNES
 

Recently uploaded (15)

Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASIStandar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
Standar Prosedur pelayanan pelacakan kasus KEJADIAN IKUTAN PASCA iMUNISASI
 
Materi Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptx
Materi Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptxMateri Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptx
Materi Bimtek Kebijakan Kesehatan Haji 2024.pptx
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
 
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasiobat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
obat aborsi Bekasi wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bekasi
 
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docxMAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
MAKALAH kebidanan pelayanan KOMPLEMENTER-1.docx
 
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.pptPPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
PPT Antibiotik amoxycillin, erytromycin.ppt
 
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptxKONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
KONSEP K3 PUSKESMAS SESUAI PMK 52 THN 2018.pptx
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
 
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
14.-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-Pertemuan-14(1).ppt
 
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.pptpartograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
partograf. pencatatan proses kelahiran.ppt
 
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandungobat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
obat aborsi Bandung wa 081391267345 jual obat aborsi cytotec asli di Bandung
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
 
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Banjar Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
 
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptxMekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
Mekanisme Persalinan Presentasi Oksiput Posteroir (1).pptx
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
 

Bab ii baruuuu

  • 1. 1 BAB II DASAR TEORI DAN KAJIAN TEORI 2.1 Istilah dan Definisi 2.1.1 Pengertian Biaya, Harga, dan Nilai 1. Biaya adalah sejumlah uang yang dikeluarkan atas barang atau jasa, atau jumlah yang dibutuhkan untuk menciptakan atau memproduksi barang atau jasa tersebut. Jika barang atau jasa sudah terselesaikan, biaya tersebut menjadi faktor historis. Harga yang dibayarkan untuk suatu barang atau jasa merupakan biaya bagi pembelinya. (Standar Penilaian Indonesia 2007- KPUP Butir 4.3). 2. Harga adalah Istilah yang digunakan untuk sejumlah uang yang diminta, ditawarkan, atau dibayarkan untuk suatu barang atau jasa. Hubungannya dengan penilaian, harga merupakan fakta historis, baik yang diumumkan secara terbuka maupun dirahasiakan. Karena kemampuan finansial, motivasi, atau kepentingan khusus dari seorang penjual atau pembeli, harga yang dibayarkan atau suatu barang atau jasa dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan nilai barang atau jasa yang bersangkutan. Meskipun demikian, harga biasanya merupakan indikasi atas nilai relative dari barang atau jasa oleh pembeli tertentu dan atau penjual tertentu dalam kondisi yang tertentu pula. (Standar Penilaian Indonesia 2007- KPUP Butir 4.2). 3. Nilai adalah konsep ekonomi yang merujuk kepada harga yang sangat mungkin disepakati oleh pembeli dan penjual dari suatu barang atau jasa yang tersedia untuk dibeli. Nilai bukan merupakan fakta, tetapi lebih merupakan harga yang sangat mungkin dibayarkan untuk barang atau jasa pada waktu tertentu sesuai dengan definisi tertentu dari nilai. (Standar Penilaian Indonesia 2007- KPUP Butir 4.
  • 2. 2 2.2 Pengertian Tanah, Nilai Tanah, Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tanah, Zona Nilai Tanah, Nilai Properti dan Nilai Pasar 2.2.1 Tanah Tanah adalah permukaan bumi, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 4 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, di daratan maupun di bawah air, termasuk ruang di atas maupun di bawahnya, dalam batas-batas tertentu termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, yang mempunyai batas-batas dan sistem-sistem tertentu, baik batas dan sistem alam, batas dan sistem administrasi, maupun batas dan sistem penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatannya; Dalam pengertian ini maka tanah termasuk baik tanah yang sudah ada sesuatu hak di atasnya, maupun yang belum dilekati oleh sesuatu hak menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.2.2 Nilai Tanah Di Indonesia, nilai pasar tanah yang wajar jauh lebih rendah daripada nilai ekonomisnya. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh seorang penilai senior, Dolly D. Siregar dalam sebuah pertemuan dengan penulis. Pernyataan tersebut memang perlu diteliti dan dikaji lebih lanjut untuk dibuktikan kebenarannya, akan tetapi apabila hal itu benar - benar terbukti, maka nilai pasar tanah di Indonesia belum mencerminkan nilai tanah yang sebenarnya. Ray M. Northam (1975) mengemukakan dua buah pengertian tentang nilai tanah, yakni : 1. Nilai tanah adalah nilai pasar (market value) yaitu harga jual beli tanah yang terjadi pada suatu waktu tertentu. 2. Nilai tanah adalah nilai assessment (assessed value) yaitu nilai yang diestimasi oleh seorang penilai. Market value merupakan data dasar bagi assessed value.
  • 3. 3 Untuk melakukan penilaian tanah, perlu diketahui beberapa prinsip penilaian. Joseph K. Eckert (1990) mengemukakan empat prinsip penilaian tanah, yakni penawaran dan permintaan (supply and demand), penggunaan yang tertinggi dan terbaik (highest and the best use), keuntungan produktivitas (surplus productivity), serta prinsip perubahan dan antisipasi (change and anticipation). Kekuatan penawaran dan permintaan (supply and demand) saling berinteraksi mempengaruhi nilai tanah yang direfleksikan oleh harga penjualan. Dalam jangka pendek, penawaran menjadi sangat kaku (inelastic), karena luas tanah tidak dapat ditambah secara cepat dan drastis (Guritno, 1994). Sementara itu kebutuhan akan tanah sebagai tempat tinggal atau tempat usaha maupun sebagai barang investasi semakin lama semakin mendekati gejala konsumtif (durable consumption goods). Sementara itu juga, penilaian tanah harus didasarkan atas penggunaan tanah yang terbaik dan yang paling maksimal (highest and the best use) agar penggunaannya menjadi lebih ekonomis. Penggunaan atas sebidang tanah harus dapat memberikan harapan keuntungan yang paling besar, baik keuntungan yang bersifat material maupun yang bersifat non material. Sebenarnya, tanah itu sendiri sudah memiliki nilai, akan tetapi pengembangannya dapat memberikan kontribusi baru terhadap bertambahnya nilai tanah. Nilai tanah adalah nilai tanah sebagaimana dimaksud di atas, dalam keadaan “kosong”, tidak termasuk nilai benda- benda yang melekat padanya. 2.2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tanah Seorang ahli real estate (anonim), pernah menyatakan bahwa ada 3 cara untuk menguji apakah suatu real estate “baik” atau tidak, yaitu pertama lokasi, kedua lokasi, dan ketiga lokasi (Ray M. Northam, 1975). Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa harga tanah dipengaruhi oleh faktor lokasi yang ditunjang dengan fasilitas dan infrastruktur kota.
  • 4. 4 Selain daripada itu, dengan menyadari bahwa harga tanah menyebar mengikuti pola keruangan tertentu, maka penataan ruang memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam membentuk harga tanah. Penataan ruang yang tercermin dalam pola penggunaan tanahnya akan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembentukan nilai tanah. Jika dicermati lebih jauh maka dapat diketahui bahwa pola harga tanah cenderung mengikuti pola keruangan penggunaan tanahnya. Fakta tersebut masih relevan dengan teori yang dikemukakan Von Thunen yang membuat model tentang sewa tanah dan jarak. Makin dekat jarak dari pusat kota, makin tinggi harga sewa tanah. Demikian pula sebaliknya, makin jauh jarak dari pusat kota, maka makin rendah harga sewa tanah. Pola keruangan penggunaan tanah juga telah dikemukakan oleh Walter Christaller (1933), seorang ahli geografi Jerman dalam Teori Tempat Central (Central Place Theory). Teori ini mengemukakan bahwa tempat sentral merupakan lokasi kegiatan yang melayani kebutuhan manusia (Nursid Sumaatmadja, 1981). Teori yang berhubungan dengan harga tanah baik secara langsung ataupun tidak langsung selalu berdasarkan pada “ruang”. Teori lokasi yang dikemukakan oleh model Von Thunen maupun model Christaller, keduanya melandasinya pada substansi “ruang”. Jadi karena harga atau nilai tanah merupakan suatu gejala ruang, maka faktor-faktor yang mempengaruhinya juga akan lebih banyak berkaitan dengan gejala ruang.
  • 5. 5 Dikemukakan juga ada 4 faktor yang mempengaruhi nilai tanah, yaitu : A. Faktor ekonomi. Faktor ekonomi berkaitan dengan keadaan ekonomi global/internasional, nasional, regional maupun lokal. Variabel-variabel permintaan (demand) yang mempengaruhi nilai tanah termasuk di dalamnya ialah jumlah tenaga kerja, tingkat upah, tingkat pendapatan dan daya beli, tersedianya keuangan, tingkat suku bunga dan biaya transaksi. B. Faktor sosial. Faktor sosial membentuk pola penggunaan tanah pada suatu wilayah. Kepadatan penduduk, tingkat pendidikan, tingkat kejahatan dan kebanggaan memiliki (daerah bergengsi) adalah faktor-faktor sosial yang mempengaruhi nilai tanah. C. Faktor politik dan kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah di bidang hukum dan politik mempengaruhi nilai tanah. Beberapa contoh kebijakan yang dapat mempengaruhi biaya an alokasi penggunaan tanah yang pada gilirannya akan meningkatkan harga tanah, antara lain; kebijakan pemilikan sertifikat tanah, peraturan penataan ruang dengan penentuan mintakat atau zoning, peraturan perpajakan, peraturan perijinan (SIPPT, IMB dan lain-lain) ataupun penentuan tempat pelayanan umum (sekolah, pasar, rumah sakit, dan lain-lain). D. Faktor fisik dan lingkungan. Ada dua konsep yang harus dipahami dalam faktor fisik dan lingkungan, yaitu site dan situasi (situation). Pengertian tentang site adalah semua sifat atau karakter internal dari suatu persil atau daerah tertentu, termasuk di dalamnya adalah ukuran (size), bentuk, topografi dan semua keadaan fisik pada persil tanah. Sedangkan yang dimaksud dengan situasi (situation) ialah yang berkenaan dengan sifat-sifat eksternalnya. Situasi suatu tempat berkaitan erat dengan relasi tempat itu dengan tempat - tempat di sekitarnya pada suatu ruang geografi yang
  • 6. 6 sama. Termasuk dalam pengertian situasi adalah aksesibilitas jarak ke pusat pertokoan (CBD), jarak ke sekolah, jarak ke rumah sakit, dan lain- lain), tersedianya 2.2.4 Zona Nilai Tanah Zona Nilai Tanah (ZNT) berdasarkan Standar Oprasional Prosedur Internal (SOPI edisi III, 2013) adalah rangkaian program dan kegiatan survei, penilaian dan pemetaan nilai tanah dan nilai ekonomi sumber daya alam dan lingkungan hidup, baik secara individual (berbasis bidang tanah) maupun secara masal (berbasis kawasan atau wilayah). Dan maksud dari ZNT itu sendiri adalah suatu poligon yang menggambarkan nilai tanah yang relatif sama dari sekumpulan bidang tanah didalamnya, yang batasanya bisa bersifat imajiner ataupun nyata sesuai dengan penggunaan tanah dan mempunyai perbedaan nilai antara satu dengan yang lainnya berdasarkan analisa petugas dengan metode perbandingan harga pasar dan biaya. Properti merupakan kata singkat dari “Properti Riil” (Real Property), dengan demikian Nilai Properti adalah nilai tanah berikut nilai seluruh benda-benda buatan manusia yang melekat padanya sebagai satu kesatuan, baik yang berada pada, di atas, dan di bawah permukaan tanah. Dalam penentuan nilai properti dilakukan pendekatan biaya dengan cara memperkirakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membuat atau mengadakan properti yang dinilai. Pendekatan ini diterapkan untuk menilai bangunan dan dijadikan dasar dari penilaian bangunan, sedangkan untuk menilai tanah saja atau tanah dan bangunan perlu diperhatikan beberapa komponen yang lain yaitu : 1. Nilai tanah, ditentukan dengan menggunakan pendekatan perbandingan harga pasar; 2. Biaya investasi khususnya untuk konstruksi bangunan, ditentukan dengan memperhitungkan seluruh biaya yang telah dikeluarkan dalam rangka memperbaiki atau mempertahankan nilai bangunan tersebut; 3. Penyusutan, yang dibedakan atas penyusutan fisik, penyusutan fungsi,
  • 7. 7 dan penyusutan ekonomi. Terdapat dua metode penilaian dalam pendekatan biaya, yaitu metode kalkulasi biaya dan metode biaya pengganti terdepresiasi (Hariono, 2007:52). Metode kalkulasi biaya sesuai digunakan untuk menentukan indakasi nilai pasar dari properti bukan khusus (non specialised properties). Sedangkan metode biaya pengganti terdepresiasi adalah penilaian yang didasarkan kepada estimasi nilai pasar saat ini atas tanah untuk penggunaan yang ada ditambah dengan biaya pengganti (atau biaya reproduksi) kotor saat ini dari bangunan dikurangi kerusakan fisik dan semua bentuk keusangan dan optimasi yang relevan. Hasil dari metode biaya pengganti yaitu estimasi berdasarkan pada potensi keuntungan. Melalui metode kalkulasi biaya, nilai properti diperoleh dengan menganggap tanah sebagai tanah kosong, nilai tanah dihitung dengan menggunakan metode perbandingan data pasar (market data approach). Sedangkan nilai bangunan dihitung dengan metode kalkulasi Biaya. Nilai pasar bangunan dihitung dengan menghitung biaya reproduksi baru (RCN) bangunan pada saat penilaian dikurangi penyusutan. Rumus dari nilai properti adalah : (SOPI edisi III, 2013). Nilai Properti = Nilai Tanah + ( Biaya Reproduksi Baru (RCN)-Penyusutan) Langkah-langkah yang diperlukan : 1. Hitung nilai tanah dengan perbandingan data pasar, dengan menganggap tanah sebagai tanah kosong dan tersedia untuk dikembangkan sesuai dengan prinsip Highest and Best Use. 2. Hitung biaya realisasi baru dari bangunan & prasarana. 3. Hitung semua penyusutan oleh semua penyebab (fisik, fungsional dan ekonomis). 4. Kurangi biaya realisasi baru dengan besarnya penyusutan akan
  • 8. 8 diperoleh nilai pasar bangunan. 5. Nilai pasar tanah di tambah nilai pasar bangunan sama dengan nilai properti dengan metode pendekatan biaya. A. Menghitung Biaya Pengganti Baru (Replacement Cost New) Dalam menghitung biaya pengganti baru terdapat 4 macam metode yang dapat digunakan, yaitu : 1. Metode survey kuantitas (quantity survey method). Dalam menerapkan metode ini, penilai properti wajib memperoleh data : a. Biaya langsung, antara lain biaya persiapan lahan, biaya material, dan biaya tenaga kerja; b. Biaya tidak langsung, antara lain biaya survey, biaya perizinan, biaya asuransi, biaya lain-lain (overhead cost), keuntungan, dan pajak; dan c. Harga satuan yang digunakan, meliputi biaya bahan dan biaya upah; 2. Metode unit terpasang (unit inplace method). Dalam menggunakan metode unit terpasang, penilai properti wajib menghitung estimasi biaya bangunan atau konstruksi berdasarkan harga satuan unit terpasang. 3. Metode meter persegi (square meter method). Dalam menggunakan metode meter persegi (square meter method), penilai properti wajib : a. Menghitung estimasi biaya pembangunan dengan memperhatikan harga kontrak atau biaya pembangunan dari properti pembanding yang sebanding dan sejenis yang baru selesai dibangun dalam jangka waktu paling lama satu tahun sejak Tanggal Penilaian (Cut Off Date); b. Melakukan penyesuaian terhadap data properti pembanding yang sebanding dan sejenis, dalam hal terdapat perbedaan data secara signifikan antara obyek penilaian dan properti pembanding yang
  • 9. 9 sebanding dan sejenis yang dapat mempengaruhi nilai; c. Melakukan penyesuaian estimasi biaya pembangunan terhadap kecenderungan perubahan biaya pembangunan pada tanggal kontrak atau tanggal konstruksi sampai dengan tanggal penilaian (cut off date); d. Menghitung estimasi biaya pembangunan yang dapat diambil dari biaya pembangunan properti pembanding yang sebanding dan sejenis atau biaya pembangunan properti yang baru selesai dibangun dalam jangka waktu paling lama satu tahun sebelum tanggal penilaian (cut off date), dalam hal biaya pembangunan pada tanggal kontrak atau tanggal konstruksi tidak diketahui, sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Properti pembanding yang sebanding dan sejenis memenuhi prinsip penggunaan tertinggi dan terbaik (highest and best use); 2) Properti pembanding yang sebanding dan sejenis dalam kondisi pasar yang stabil; 3) Nilai lokasi (site value) dari properti pembanding yang sebanding dan sejenis dapat diketahui. e. Metode Index biaya (index method). Dalam menggunakan metode indeks biaya (cost indexing method), penilai properti wajib mengalikan biaya pembangunan properti pembanding yang sebanding dan sejenis dengan indeks biaya tertentu untuk menghasilkan estimasi biaya pembangunan obyek penilaian. B. Menghitung Penyusutan Bangunan/Depresiasi Penyusutan adalah pengurangan nilai dari biaya pembuatan baru. Dalam melakukan penilaian dengan pendekatan kalkulasi biaya (cost approach), diperlukan suatu tahapan yang cukup penting, yaitu memperkirakan besarnya penyusutan atau depresiasi dari bangunan untuk dapat memperoleh nilai pasar dari bangunan atau nilai pasar dari properti yang dinilai.
  • 10. 10 Depresiasi dari bangunan tidak hanya dipengaruhi oleh umur bangunan saja, tetapi juga keadaan bangunan, walaupun bangunan dalam keadaan 100% baru. Karena dalam penilaian yang kita tentukan adalah nilai bangunan bukan biaya membangun baru bangunan. Ingat bahwa biaya membangun bangunan tidak sama dengan nilai bangunan. Bangunan akan mempunyai nilai bila bangunan tersebut mempunyai kegunaan bagi manusia. Dalam menghitung penyusutan terdapat 3 macam metode yang dapat digunakan, yaitu : 1. Metode ekstraksi pasar Metode ekstraksi pasar hanya dapat digunakan jika : a. Harga jual properti pembanding yang berasal dari asosiasi penilai tersedia; b. Properti pembanding yang digunakan wajib memiliki kriteria sebanding dan sejenis; c. Perhitungan nilai tanah dan/atau Biaya Reproduksi Baru (Reproduction Cost New) atau Biaya Pengganti Baru (Replacement Cost New) atas properti pembanding dapat dilakukan dengan akurat.
  • 11. 11 Prosedur perhitungan penyusutan dengan menggunakan metode ekstraksi pasar adalah : a. Memperoleh data transaksi atau penawaran properti pembanding dari asosiasi penilai; b. Melakukan penyesuaian data transaksi atau penawaran properti pembanding; c. Menghitung nilai properti pembanding yang telah disusutkan (depreciated cost of improvements) untuk properti yang terdiri atas tanah dan bangunan serta prasarana lain dilakukan dengan cara mengurangkan data transaksi atau penawaran properti pembanding dengan nilai tanah properti pembanding; d. Menghitung biaya reproduksi baru (reproduction cost new) atau biaya pengganti baru (replacement cost new) properti pembanding; e. Menghitung penyusutan dengan cara mengurangkan biaya reproduksi baru (reproduction cost new) atau biaya pengganti baru (replacement cost new) properti pembanding dengan nilai properti pembanding yang telah disusutkan; f. Mengkonversikan penyusutan dalam bentuk persentase dengan cara membagi penyusutan dengan biaya reproduksi baru (reproduction cost new) atau biaya pengganti baru (replacement cost new) properti pembanding.
  • 12. 12 C. Metode Umur Ekonomis Dalam menghitung penyusutan dengan menggunakan metode umur ekonomis, penilai properti wajib terlebih dahulu memperoleh data sebagai berikut : 1. Umur aktual properti dengan cara menghitung jumlah tahun sejak properti selesai didirikan atau dibuat sampai dengan tanggal penilaian; 2. Umur efektif dengan cara melakukan penyesuaian terhadap umur aktual berdasarkan kondisi dan kegunaan properti, atau sisa umur ekonomis properti dengan cara melakukan estimasi terhadap sisa umur yang masih tersisa sebelum properti tidak dapat digunakan atau dioperasikan secara ekonomis; 3. Umur ekonomis (economic life) atau umur manfaat (useful life) dengan cara menghitung jumlah tahun sejak properti didirikan atau dibuat sampai dengan estimasi waktu properti tidak dapat digunakan atau dioperasikan secara ekonomis; Prosedur perhitungan penyusutan dengan menggunakan metode umur ekonomis adalah : 1. Menentukan umur ekonomis dan umur efektif obyek penilaian; dan 2. Menentukan penyusutan dalam bentuk persentase dengan cara membagi umur efektif dengan umur ekonomis obyek penilaian.
  • 13. 13 D. Metode Breakdown Dalam metode breakdown, penyusutan dikelompokkan kedalam tiga bagian utama yaitu Kerusakan fisik (physcal deterioration) contohnya rusak, lapuk, retak, mengeras atau kerusakan pada strukturnya. Prosedur perhitungan penyusutan berdasarkan kemunduran fisik (physical deterioration), antara lain: 1. Kemunduran fisik (physical deterioration) yang tidak dapat diperbaiki (incurable) didasarkan pada faktor umur, dihitung dengan cara membagi umur efektif dengan umur ekonomis. Kemunduran fisik (physical deterioration) yang dapat diperbaiki (curable) didasarkan pada faktor kondisi terlihat, dihitung dengan cara memperkirakan besaran biaya perbaikan yang diperlukan. Rumus umum = (umur efektif / umur manfaat) X 100%. 2. Keusangan Fungsional (functional obsolescence.) Contohnya, perencanaan yang kurang baik, ketidakseimbangan yang berhubungan dengan ukuran, model, bentuk, umur dan lainnya. Perhitungan penyusutan akibat keusangan fungsional (functional obsolescence) dilakukan dengan cara menghitung estimasi besarnya biaya yang diperlukan untuk membuat obyek penilaian berfungsi dengan optimal, atau memperkirakan inefisiensi operasional. Rumus umum = Kemunduran fungsional = % kemunduran fungsional X (100% - %penyusutan fisik). 3. Keusangan Ekonomis (economic obsolescence). Contohnya perubahan sosial, peraturan-peraturan pemerintah dan peraturan lain yg membatasi peruntukan dan lain-lain. Perhitungan penyusutan akibat keusangan ekonomis (economic obsolescence) dilakukan dengan memperhatikan hal- hal, antara lain: a. Dalam hal obyek penilaian dapat diperjualbelikan, maka dihitung
  • 14. 14 dari besarnya nilai perbandingan harga penjualan pada saat sebelum terjadinya keusangan ekonomis (economic obsolescence) dengan pada saat sesudah terjadinya keusangan ekonomis (economic obsolescence); b. Dalam hal obyek penilaian merupakan properti komersial, maka dihitung dari besarnya penurunan pendapatan obyek penilaian dengan memperhatikan penyebab penurunan pendapatan tersebut; dan c. Dalam hal obyek penilaian merupakan properti industri, maka dihitung dari besarnya penurunan produksi obyek penilaian dengan memperhatikan penyebab penurunan produksi tersebut. (SOPI edisi III, 2013). Rumus umum = Keusangan ekonomis = % keusangan ekonomis X (100% - %penyusutan fisik). 2.2.5 Nilai Pasar Nilai Pasar adalah estimasi sejumlah uang pada tanggal penilaian, yang dapat diperoleh dari transaksi jual beli atau penukaran suatu properti, antara yang pembeli yang berniat membeli dan penjual yang berniat menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang pemasarannya dilakukan secara layak, dimana kedua belah pihak masing-masing bertindak atas dasar pemahaman yang dimilikinya, kehati- hatian, dan tanpa paksaan. (Standar Penilaian Indonesia 2007 – SPI 1 Butir 3.1).
  • 15. 15 2.3 Peta ZNT ( Zona Nilai Tanah ) Peta ZNT ini adalah peta yang menyajikan informasi harga tanah yang sesuai dengan standar harga tanah yang berlaku dimasyarakat dan dapat menjadi informasi mengenai transaksi yang up-to-date tentang transaksi dipasar tanah, serta memberikan gambaran yang cepat mengenai perkembangan perekonomian suatu wilayah atau lokasi dengan menampilkannya dalam bentuk pembuatan model indeks harga tanah yang menggambarkan besaran-besaran Nilai Harga Tanah dan potensi tanah di suatu wilayah tertentu yang berfungsi sebagai informasi spasial maupun informasi tekstual. Dan dalam pembuatannya memerlukan data harga tanah berdasarkan nilai pasar. Gambar 2.2 Contoh Peta ZNT, SOPI BPN RI (2013)
  • 16. 16 2.4 Metode Pemetaan Zona Nilai Tanah Dalam metode Pemetaan Zona Nilai Tanah ini, ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan yaitu sebagai berikut : 1. Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data ini dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu : a. Diawali survey pendahuluan untuk penetapan batas ZNT yang mempunyai nilai pasar tanah yang mirip / sama. b. Menentukan metode pengumpulan data yaitu dengan metode stratified random sampling yang artinya dalam pengembilan data minimal 3 sampel yang harus diambil secara menyebar untuk tiap zona yang telah ditentukan. c. Survey lapangan untuk mengumpulkan data fisik dan aspek legal. d. Mengumpulkan data harga pasar tanah dan data sosial ekonomi sebagai pembanding. e. Kompilasi dan verifikasi ( pemilahan data yang sesuai ) 2. Pengolahan Data Pada tahapan pengolahan data ini, dibagi menjadi beberapa bagian yaitu : a. Menetapkan metode pengolahan data b. Menganalisa hasil pengumpulan data untuk perhitungan c. Menelaah kembali semua hasil perhitungan d. Menentukan ZNT 3. Penyajian Hasil Untuk penyajian hasil dibagi menjadi 2 yaitu : a. Menyusun Peta ZNT b. Menyusun Laporan Penilaian
  • 17. 17 2.5 Standar Deviasi Standar deviasi adalah nilai statistik yang biasa disebut dengan simpangan baku (yang biasanya dilambangkan dengan huruf s) yaitu suatu ukuran yang menggambarkan tingkat penyebaran data dari nilai rata - rata. Sebuah standar deviasi dari kumpulan data sama dengan nol menunjukkan bahwa semua nilai - nilai dalam himpunan tersebut adalah sama. Sebuah nilai deviasi yang lebih besar akan memberikan makna bahwa titik data individu jauh dari nilai rata - rata. (Jasa kalibrasi, 2013). 2.5.1 Varian dan standar deviasi Varian dan standar deviasi (simpangan baku) adalah ukuran - ukuran keragaman (variasi) data statistik yang paling sering digunakan. Standar deviasi (simpangan baku) merupakan akar kuadrat dari varian. (Rumus statistik, 2013). = ...................................................................................................... (2.1) Oleh karena itu, jika salah satu nilai dari kedua ukuran tersebut diketahui maka akan diketahui juga nilai ukuran yang lain. 1. Penghitungan Dasar penghitungan varian dan standar deviasi adalah keinginan untuk mengetahui keragaman suatu kelompok data. Salah satu cara untuk mengetahui keragaman dari suatu kelompok data adalah dengan
  • 19. 19 dengan rata - rata kelompok data tersebut, selanjutnya semua hasilnya dijumlahkan. Namun cara seperti itu tidak bisa digunakan karena hasilnya akan selalu menjadi 0. ∑ ( −ᵢ = 0 ................................................................................ (2.2) Oleh karena itu, solusi agar nilainya tidak menjadi 0 adalah dengan mengkuadratkan setiap pengurangan nilai data dan rata-rata kelompok data tersebut, selanjutnya dilakukan penjumlahan. Hasil penjumlahan kuadrat (sum of squares) tersebut akan selalu bernilai positif. ∑ ( −ᵢ ) > 0 ............................................................................. (2.3) Nilai varian diperoleh dari pembagian hasil penjumlahan kuadrat (sum of squares) dengan ukuran data (n). s² = ..................................................................................... (2.4) Namun begitu, dalam penerapannya, nilai varian tersebut bisa untuk menduga varian populasi. Dengan menggunakan rumus tersebut, nilai varian populasi lebih besar dari varian sampel. Oleh karna itu, gar tidak bisa dalam menduga varian populasi, maka n sebagai pembagi penjumlahan kuadrat (sum of squares) diganti dengan n-1 (derajat bebas) agar nilai varian sampel mendekati varian populasi. Oleh karena itu rumus varian sampel menjadi : s² = ..................................................................................... (2.5) Nilai varian yang dihasilkan merupakan nilai yang berbentuk kuadrat. Misalkan satuan nilai rata - rata adalah gram, maka nilai varian adalah gram kuadrat. Untuk menyeragamkan nilai satuannya maka varian diakarkuadratkan sehingga hasilnya adalah standar deviasi (simpangan baku). s² = ........................................................................... (2.6) Untuk mempermudah penghitungan, rumus varian dan standar deviasi
  • 20. 20 (simpangan baku) tersebut bisa diturunkan :
  • 21. ² 19 Rumus varian : s² = ............................................................... (2.7) Rumus standar deviasi (simpangan baku) : s² = ................................................................... (2.8) 2. Contoh Penghitungan Misalkan dalam suatu kelas, tinggi badan beberapa orang siswa yang dijadikan sampel adalah sebagai berikut. 172, 167, 180, 170, 169, 160, 175, 165, 173, 170 Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah data (n) = 10, dan (n - 1) = 9. Selanjutnya dapat dihitung komponen untuk rumus varian. Dari tabel tersebut dapat diketahui : ∑ ᵢ = 1701 ∑ ᵢ = 289613 (∑ )ᵢ ² = 1701² = 289613 Dengan demikian, jika dimasukkan ke dalam rumus varian, maka hasilnya adalah sebagai i ᵢ ²ᵢ1 172 29584 2 167 27889 3 180 32400 4 170 28900 5 169 28561 6 160 25600 7 175 30625 8 165 27225 9 173 29929 10 170 28900 Σ 1701 289613
  • 22. 20 berikut. s² = . . = = 30,32 Dari penghitungan, diperoleh nilai varian sama dengan 30,32. Dari nilai tersebut bisa langsung diperoleh nilai standar deviasi (simpangan baku) dengan cara mengakarkuadratkan nilai varian.
  • 23. ∑ ( ᵢ ) ∑ ( ᵢ ) s² = ∑ =1 −ᵢ −1 2 20 = √30,32. = 5,51 Keterangan : s2 = varian s = standar deviasi (simpangan baku) xi = nilai x ke-i = rat a- rat a n = ukuran sampel 2.5.2 Cara Menentukan Standar Deviasi pada ZNT Dalam hal ini, cara menentukan standar deviasi atau kontrol kualitas terhadap tiap zona adalah dengan menggunakan software arcview gis 3.3 yang telah dimodifikasi dari BPN RI dalam pelaksanaan survei dan pemetaan potensi tanah pada tahun 2013 dengan membuat sebuah toolbar baru yaitu standar deviasi yang tujuannya untuk mengidentifikasi nilai harga yang ekstrem atau jauh berbeda pada tiap zona secara otomatis sehingga nilai dari standar deviasi yang < 30% atau > 30% dapat diketahui. Untuk melakukan proses standar deviasi tersebut, ada beberapa hal yang perlu disiapkan seperti : 1. Data tekstual dan numeris yang telah dirubah dengan format dbf 2. Data shp poligon awal Hasil proses dari standar deviasi tersebut dapat dilihat nantinya seperti gambar berikut :
  • 24. ∑ ∑ 21 Gambar 2.3 Menentukan Standar Deviasi Pada Software arcview Gis 3.3
  • 25. ∑ =1 2 − 2 ∑ =1 1 ( −1) 22 2.6 Analisis Nilai Pasar Tanah pada setiap Zona Nilai Tanah (ZNT) Berdasarkan petunjuk standar oprasional prosedur internal (SOPI) survei potensi tanah edisi III tahun 2013, Zona Nilai Tanah harus memenuhi syarat persen standar deviasi < 30 % maksudnya adalah untuk mendapatkan harga zona setelah didapatkan nilai tanah yang telah dikoreksi dan dilakukan perhitungan NIR (Nilai Indikasi Rata-rata) yang merupakan harga rata – rata dari zona tersebut dengan syarat NIR tiap zona memiliki standar deviasi kurang dari 30%. Dan apabila persen standar deviasi > 30% dari suatu zona maka dilakukan : 1. Analisis ulang atas batas - batas zona, jika : a. Zona awal kurang menggambarkan kondisi lapangan dan memiliki tutupan lahan yang variatif dengan jumlah sample lebih dari yang disyaratkan, maka dapat dipecah menjadi beberapa zona. b. Jika terdapat sample yang nilainya lebih tepat berada pada zona disebelahnya, maka dilakukan editing zona sehingga mendapatkan zona dengan sample yang bersesuaian dengan memperhatikan kondisi sebenarnya di lapangan. Jika proses editing sudah selesai maka dilakukan penghitungan ulang zona nilai tanah sampai memenuhi syarat. 2. Analisis ulang terhadap titik - titik sample Terhadap sample-sample dalam zona yang tidak memenuhi syarat dapat dilakukan analisis ulang atau dihapus dengan prioritas menghapus sample bangunan disbanding sample tanah kosong, prioritas menghapus nilai penawaran dibanding nilai transaksi, serta prioritas menghapus sample transaksi dengan bangunan dibanding sample penawaran tanah kosong. Jika proses editing sudah selesai maka dilakukan penghitungan ulang zona nilai tanah sampai memenuhi syarat. Gambar 2.4 Zonasi terhadap titik sampel, SOPI BPN RI (2013)
  • 26. 23 Gambar 2.4 Zonasi terhadap titik sampel, SOPI BPN RI (2013) Gambar 2.5 Zonasi yang tidak memenuhi syarat > 30%, SOPI BPN RI (2013)
  • 27. 24 Gambar 2.6 Zona yang telah disesuaikan simpangan baku > 30%, SOPI BPN RI (2013) 2.7 Analisis Kualitatif Analisis kualitatif merupakan tahapan pengharkatan pada setiap parameter - parameter yang digunakan, dimana setiap parameter memiliki klasifikasi. Klasifikasi diberi skor atau nilai tertentu sesuai kriteria. Parameter berupa kelengkapan utilitas, penggunaan lahan, aksesbilitas positif, dan aksesbilitas negatif. Analisis spasial merupakan tahapan analisis yang menyajikan data hasil penjumlahan harkat dalam bentuk peta dengan data harga lahan yang diperoleh dari instansi terkait. Analisis spasial berguna untuk mengetahui klasifikasi harga tanah berdasarkan Skoring. Buffering untuk aksesibilitas lahan positif dan negatif. Proses buffer digunakan untuk memberi jarak pada sebuah objek dengan tingkatan tertentu. Data yang digunakan dalam proses buffer ini adalah data kelengkapan utilitas jalan kolektor, jalan ateri, jalan lokal, jarak terhadap fasilitas pendidikan, tempat pembuangan akhir sampah, jarak terhadap pipa limbah, rel kereta api dan sungai. Data yang telah di buffer digunakan untuk membuat peta aksesibilitas lahan positif dan negatif. Skoring Proses pengharkatan merupakan penentuan dari tingkat harga yang akan digunakan untuk menentukan NJOP dalam suatu daerah. Nilai pengharkatan mengacu pada penelitian Meyliana, 1996. Penggunaan Lahan, bentuk penggunaan lahan dibagi 6 kelas didasarkan pada harga potensial lahan yang lebih tercermin dari fungsi lahan tersebut secara ekonomis atau potensial untuk kegiatan tertentu.
  • 28. 25 Tabel Klasifikasi Penggunaan Lahan No. Kelas Jenis Penggunaan Lahan Skor 1 I Perdagangan dan Jasa 5 2 II Industri 4 3 III Permukiman 3 4 IV Lahan Kosong 2 5 V Pertanian (Sawah, Tegalan dan Perkebunan) 1 6 VI Tempat Ibadah, pendidikan, makam, kesehatan, instansi / kantor pemerintahan 0 Sumber : Meylina, 1996 Aksesibilitas Lahan Positif, semakin dekat jarak suatu obyek dengan aksesibilitas lahan positif, nilai jual bumi makin tinggi. Tabel 2.2 Klasifikasi Aksesbilitas Lahan Positif No Parameter Kriteria Harkat 1 Jarak terhadap jalan utama/jalan kabupaten < 50 m 4 50 – 150 m 3 150 – 500 m 2 > 500 m 1 Jarak terhadap < 50 m 4 2 fasilitas kesehatan / rumah sakit 50 – 150 m 3 150 – 500 m 2 > 500 m 1 3 Jarak terhadap tempat perdagangan / pasar < 200 m 3 200 – 500 m 2 > 500 m 1 4 Jarak terhadap tempat pendidikan < 200 m 3 200 – 500 m 2 > 500 m 1 5 Jarak terhadap pusat kota/ pemerintahan < 200 m 3 200 – 500 m 2 > 500 m 1
  • 29. 26 Sumber : Meylina (1996) dengan modifikasi Rulita Maharani P (2014) Aksesibilitas Lahan Negatif, semakin dekat jarak suatu obyek dengan aksesibilitas lahan negatif,maka makin rendah nilai jual buminya. Tabel 2.3 Klasifikasi Lahan Negatif No Parameter Kriteria Harkat 1 Jarak terhadap sungai < 100 m > 100 m 2 1 2 Jarak terhadap makam < 100 m > 100 m 2 1 3 Jarak terhadap TPS < 100 m > 100 m 2 1 4 Jarak terhadap Rel Kereta Api < 100 m > 100 m 2 1 Sumber : Meylina, 1996
  • 30. 27 Kelengkapan Utilitas Umum, diukur dari jumlah utilitas umum yang tersedia. Semakin banyak dan lengkap jumlah utilitas umum yang tersedia, maka nilai jual lahannya akan semakin tinggi. Tabel 2.4 Klasifikasi Jumlah Kelengkapan Jalan No Kelas Jumlah Kelengkapan Utilitas Harkat 1 I 3 buah 4 2 II 2 buah 3 3 III 1 buah 2 4 IV Tidak ada 1 Sumber : Meylina, 1996 Nilai atau bobot untuk penentu harga lahan : Tabel 2.5 Bobot Faktor Penentu Harga Lahan No Faktor Penentu Harga Lahan Nilai atau Bobot 1 Bentuk penggunaan lahan 3 2 Aksesibilitas lahan positif 2 3 Kelengkapan utilitas umum 1 4 Aksesibilitas lahan negatif -1 Sumber : Meylina, 1996 Skor dari masing - masing tersebut dimasukan pada formula dibawah ini : NHL = 3PL + 2ALP + KU – ALN
  • 31. 28 Keterangan : NHL : Nilai Harga Lahan PL : Penggunaan Lahan ALP : Aksesibilitas Lahan Positif KU : Kelengkapan Utilitas Umum ALN : Aksesibilitas Lahan Negatif Tabel 2.6 Klasifikasi Estimasi Harga Lahan Kelas Jumlah harkat Kelas harga lahan 1 14 – 17 Sangat tinggi 2 10 – 13 Tinggi 3 6 – 9 Sedang 4 2 – 5 Rendah 5 (-2) – 1 Sangat Rendah Sumber : Meylina, 1996 2.8 Sistem Informasi Geografis (SIG)
  • 32. 29 SIG merupakan suatu bidang kajian ilmu dan teknologi yang relatif baru, digunakan oleh berbagai bidang disiplin ilmu, dan berkembang dengan cepat. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan datadata yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan bumi. Kelebihan dari emampuan SIG dibandingkan sistem informasi lainya terletak pada analisis spasial yang mampu diintegrasikan dengan atribut non spasial. SIG dapat didefinisikan sebagai kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang memungkinkan untuk mengelola, menganalisa, memetakan informasi spasial berikut data atributnya (data deskriptif) dengan akurasi kartografi (Prahasta, 2002). 2.8.1 Cara Kerja Sistem Informasi Geografis (SIG) Kemampuan SIG adalah untuk merepresentasikan dunia nyata di atas monitor komputer atau memodelkan dunia nyata. SIG menyimpan semua informasi obyek sebagai atribut-atribut di dalam basisdata. Kemudian SIG membentuk dan menyimpannya ke dalam tabel-tabel. Setelah itu, SIG menghubungkan obyek- obyek tersebut dengan tabel-tabel yang bersangkutan. Dengan demikian, atribut- atribut ini dapat diakses melalui lokasi obyek pada peta, dan sebaliknya obyek- obyek pada peta juga dapat diakses melalui atribut-atributnya. Karena itu, obyek- obyek tersebut dapat dicari dan ditemukan berdasarkan atributatributnya. SIG menghubungkan sekumpulan unsur-unsur peta dengan atribut-
  • 33. 30 atributnya satuan-satuan yang disebut layer. Contoh-contoh layer seperti bangunan, sungai, jalan, batas-batas administrasi, perkebunan, dan hutan. Kumpulan- kumpulan dari layer-layer ini akan membentuk basisdata SIG. Dengan demikian, perancangan basisdata merupakan hal yang penting di dalam SIG. Perancangan basisdata akan menentukan tingkat efektifitas dan efisiensi proses-proses masukan, pengelolaan, dan keluaran SIG (Prahasta, 2002). 2.8.2 Fungsi Analisis pada Sistem Informasi Geografis (SIG) Kemampuan SIG dapat juga dikenal melalui fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukannya. Secara umum terdapat dua jenis fungsi analisis, yaitu fungsi analisis spasial dan fungsi analisis atribut. Fungsi analisis atribut terdiri dari operasi dasar dari basisdata yang mencakup create database, drop database, create table, drop table, record and insert, field, seek, find, search, edit, update, delete membuat indeks untuk setiap tabel basisdata, dan operasi-operasi atau fungsi analisis lain yang sudah rutin digunakan di dalam sistem basisdata. Fungsi analisis spasial terdiri dari reclassify, overlay, dan buffering (Prahasta, 2002). Walaupun produk SIG paling sering disajikan dalam bentuk peta, kekuatan SIG yang sebenarnya terletak pada kemampuannya dalam melakukan analisis. SIG dapat mengolah dan mengelola data dengan jumlah yang besar. Dengan demikian, pengetahuan mengenai bagaimana cara mengelola data tersebut dan bagaimana menggunakannya merupakan kunci analisis di dalam SIG. Salah satu fungsi tools SIG yang paling mendasar adalah integrasi data dengan cara baru. Salah satu contohnya adalah overlay, yang memadukan layer data yang berbeda. SIG juga dapat mengintegrasikan data secara matematis dengan melakukan operasi- operasi terhadap atribut-atribut tertentu dari datanya (Prahasta, 2002).
  • 34. 31 2.8.3 Operasi Dasar SIG Proyek ini mengunakan beberapa operasi dasar yang terdapat di ArcGIS, yaitu : 1. Merge (penggabungan) Merupakan analisis penggabungan dua buah feature menjadi sebuah feature. Ilustrasi operasi merge dapat dilihat pada Gambar 2.8. Gambar 2.7 Ilustrasi operasi merge Merge, Prihandito (1989) 2. Clip Merupakan analisis pemotongan sebuah feature dengan memanfaatkan feature lain sebagai batas pemotongan. Ilustrasi operasi clip dapat dilihat pada contoh Gambar 2.9. Gambar 2.8 Ilustrasi operasi clip, Prihandito (1989) 3. Overlay Merupakan analisis spasial ensensial yang mengombinasikan dua layer/tematik yang menjadi masukkannya. Secara umum teknis, mengenai analisis ini terbagi kedalam format datanya.
  • 35. 32 A. Intersect Merupakan analisis penggabungan sekaligus pemotongan dua buah feature. Feature pertama merupakan feature yang akan dipotong, sedangkan feature yang kedua merupakan batas pemotongan. Intersect hampir mirip dengan operasi clip, perbedaanya adalah jika pada operasi clip feature yang dihasilkan memiliki data atribut yang sama dengan salah satu feature sebelumnya, tetapi pada menu intersect menghasilkan atribut yang merupakan gabungan dari feature-feature sebelumnya. Gambar 2.9 Proses Intersect, Prihandito (1989) B. Union Union yaitu menggabungkan fitur dari sebuah tema input dengan poligon dari tema overlay untuk menghasilkan output yang mengandung tingkatan atau kelas atribut. Gambar 2.10 Proses Union, Prihandito (1989)
  • 36. 33 4. Thiessen polygon Merupakan analisis pembuatan poligon thiessen berdasarkan titik-titik yang dijadikan acuan pembuatan poligon. Tahap pertama adalah software akan membuat garis-garis yang menghubungkan titik-titik tersebut, kemudian dari garis tersebut ditarik garis berat seluas cakupan titik-titik tersebut. Ilustrasi poligon thiessen disajikan dalam Gambar I.5. Gambar 2.11 Ilustrasi Poligon Thiessen, Prihandito (1989)
  • 37. 34 5. Kartografi Kartografi adalah seni, ilmu, dan teknik pembuatan peta yang akan melibatkan pelajaran geodesi fotogrametri, kompilasi, dan reproduksi peta (Prihandito, 2010). Peta harus memenuhi aspek kartografi agar pemakai peta dapat dengan mudah memahami isi dari peta. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi dalam skala tertentu dan digambarkan diatas bidang datar melalui sistem proyeksi (Prihandito, 2010). Suatu peta dapat disajikan dalam berbagai cara, mulai dari secara konvensional hingga digital. Kenampakan obyek/detil yang terdapat di permukaan bumi dapat terpresentasikan pada peta. Kenampakan detil tersebut terbagi dalam detil alam seperti sungai, danau, gunung, dan detil buatan seperti jalan, jembatan, pemukiman sawah, dan lain sebagainya. Suatu peta harus memiliki unsur-unsur peta sebagai berikut: Judul peta, Skala peta, Arah utara, Legenda, Serta Sumber dan tahun pembuatan peta. Sumber merupakan data yang digunakan dalam pembuatan peta sehingga memberikan kepastian kepada pembaca peta bahwa data dan informasi yang disajikan dalam peta benar-benar dapat dipertanggung jawabkan. Tahun pembuatan digunakan untuk mengetahui apakah peta tersebut masih relevan dengan kondisi sekarang. a. Sistem koordinat dan proyeksi peta. Sistem koordinat adalah suatu system untuk menyatakan letak atau posisi suatu titik. Proyeksi peta merupakan suatu sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik diatas peta (bidang datar) dan di permukaan bumi (bidang lengkung). b. Datum. Datum merupakan ellipsoid yang memiliki nilai parameter dan origin tertentu dan digunakan sebagai referensi dalam penentuan posisi diatas permukaan bumi. Dalam penyajian suatu peta, akan dibatasi oleh suatu garis tepi dimana diluar batas tepi daerah ini pada umumnya dicantumkan berbagai
  • 38. 35 keterangan yang sering disebut dengan keterangan tepi. Keterangan tepi ini penting dicantumkan agar peta dapat dipergunakan sebaik-baiknya oleh pemakai peta, karena tidak semua pemakai peta adalah orang yang paham dengan peta, maka keterangan peta harus dibuat dengan sebaik-baiknya. Untuk suatu rangkaian peta topografi terdapat suatu standar ukuran lembar peta dan juga standar keterangan tepi, termasuk posis/letak informasi pada peta, ukuran huruf, ketebalan garis, warna-warna yang digunakan dan lain-lain (Prihandito, 1989). 2.9 Definisi Pajak Bumi Bangunan (PBB) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan berdasarkan Undang - undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang nomor 12 Tahun 1994. PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan bangunan. Keadaan subyek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak. 2.9.1 Objek PBB Objek PBB adalah Bumi dan/ atau Bangunan. Bumi : Permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Contoh : sawah, ladang, kebun, tanah. pekarangan, tambang, dll. Bangunan : Konstruksi teknik yang ditanamkan atau dilekatkan secara tetap pada tanah atau perairan di wilayah Republik Indonesia. Contoh : rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, jalan tol, kolam renang, anjungan minyak lepas pantai, dll.
  • 39. 36 2.9.2 Objek PBB yang dikecualikan Objek yang dikecualikan adalah objek yang : 1. Digunakan semata - mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan memperoleh keuntungan, seperti mesjid, gereja, rumah sakit pemerintah, sekolah, panti asuhan, candi, dan lain-lain. 2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala. 3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, dan lain- lain. 4. Dimiliki oleh Perwakilan Diplomatik berdasarkan azas timbal balik dan Organisasi Internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan. 2.9.3 Cara Mendaftarkan Objek PBB Orang atau Badan yang menjadi Subjek PBB harus mendaftarkan Objek Pajaknya ke Kantor Pelayanan PBB atau Kantor Penyuluhan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak objek tersebut, dengan menggunakan formulir Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang tersedia gratis di Kantor Pelayanan PBB/Kantor Penyuluhan Pajak setempat. 2.9.4 Dasar Pengenaan PBB Dasar pengenaan PBB adalah "Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)". NJOP ditentukan per wilayah berdasarkan keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dengan terlebih dahulu memperhatikan : 1. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar; 2. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan telah diketahui harga jualnya; 3. Nilai perolehan baru; 4. Penentuan nilai jual objek pengganti.
  • 40. 37 2.9.5 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak. Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah Kabupaten/Kota setinggi-tingginya Rp 12.000.000,- dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam satu Tahun Pajak. 2. Apabila wajib pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka yang mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan Objek Pajak lainnya. 2.9.6 Dasar Penghitungan PBB Dasar penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Besarnya NJKP adalah sebagai berikut : 1. Objek pajak perkebunan adalah 40% 2. Objek pajak kehutanan adalah 40% 3. Objek pajak pertambangan adalah 20% 4. Objek pajak lainnya (pedesaan dan perkotaan): Apabila NJOP-nya > Rp1.000.000.000,00 adalah 40% Apabila NJOP-nya < Rp1.000.000.000,00 adalah 20% Besarnya tarif PBB adalah 0,5%
  • 41. 38 2.9.7 Rumus Penghitungan PBB Rumus penghitungan PBB = Tarif x NJKP 1. Jika NJKP = 40% x (NJOP - NJOPTKP) maka besarnya PBB = 0,5% x 40% x (NJOP-NJOPTKP) = 0,2% x (NJOP-NJOPTKP) 2. Jika NJKP = 20% x (NJOP - NJOPTKP) maka besarnya PBB = 0,5% x 20% x (NJOP-NJOPTKP) = 0,1% x (NJOP-NJOPTKP) Gambar 2.12 Contoh Lembar dari PBB, Eddy Wahyudi (2012).
  • 42. 39 2.10 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) BPHTB atau bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan perolehan hak atas tanah dan bangunan. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya atau dimilikinya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang perseorangan pribadi atau badan. Objek pajak BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan. DPP / Dasar Pengenaan Pajak BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Bajak atau disingkat menjadi NPOP. NPOP dapat berbentuk harga transaksi dan nilai pasar. Jika nilai NPOP tidak diketahui atau lebih kecil dari NJOP PBB, maka NJOP PBB dapat dipakai sebagai dasar pengenaan pajak BPHTB. BPHTB yaitu merupakan pajak yang harus dibayar akibat perolehan hak atas tanah dan bangunan meliputi hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun dan hak pengelolaan. 2.10.1 Menentukan Besarnya Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 1. Tarif BPHTB adalah sebesar 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak. 2. Nilai perolehan objek pajak atau NPOP tidak kena pajak ditetapkan sebesar Rp. 60.000.000 (tiga puluh juta rupiah) yang sewaktu-waktu besarnya dapat dirubah oleh peraturan pemerintah. Sedangkan khusus untuk perolehan karena hak waris dalam satu dahar, sedarah atau keturunan garis lurus satu derajat ke atas atau ke bawah dengan pemberian hibah termasuk istri atau suami NJOPTKP atau Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak adalah sebesar Rp. 300.000.000.
  • 43. 40 3. Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP) adalah nilai perolehan objek pajak (NPOP) dikurangi dengan nilai perolehan onjek pajak tidak kena pajak. 4. Besar pajak terutang BPHTB adalah didapat dengan cara mengalikan tarif pajak dengan nilai perolehan onjek pajak kena pajak (NPOPKP).
  • 44. 41 2.11 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain - lain pendapatan asli daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu komponen sumber pendapatan daerah sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 79 undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, berdasarkan pasal 79 UU 22/1999 disimpulkan bahwa sesuatu yang diperoleh pemerintah daerah yang dapat diukur denga uang karena kewenangan (otoritas) yang diberikan masyarakat dapat berupa hasil pajak daerah dan retribusi daerah. Sumber pendapatan daerah terdiri dari : 1. Pendapatan asli daerah, yaitu: 2. Hasil Pajak Daerah 3. Hasil Retribusi Daerah a. Hasil Perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah b. Dana Perimbangan c. Pinjaman Daerah 4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah Dalam pasal 79 mengisyaratkan bahwa dalam penyelenggaraan fungsi- funsi pemerintahan daerah, kepala daerah Kabupaten/Kota. Dengan kata lain, hiharapkan kepada kepala daerah Kabupaten/Kota didalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan daerah tidak terus menerus selalu menggantungkan dana (anggaran) dari pusat melalui pembangian dana perimbangan. Dalam administrasi keuangan daerah PAD adalah pendapatan daerah yang diurus dan diusahakan sendiri oleh daerah yang dimaksud sebagai sumber PAD guna pembangunan. Berdasarkan ketentuan maka PAD dapat disimpulkan sebagai :
  • 45. 42 1. PAD merupakan sumber pendekatan daerah dengan mengelola dan memanfaatkan potensial daerahnya. 2. Di dalam mengelola, mengolah dan memanfaatkan potensi daerah, PAD dapat berupa pemungutan pajak, retribusi dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Dalam menentukan peningkatan pendapatan asli daerah khususnya dari Pajak Bumi Bangunan (PBB) maka dapat dilihat pada tabel berikut ini : Contoh : Misalkan NJOPTKP di kota tersebut = Rp. 12.000.000,- PBB atas bidang tanah seluas 218 m2, dapat dihitung sebagai berikut : PBB = 0,3 % x ( NJOP – NJOPTKP ) Tabel 2.7 Contoh Tabel Potensi Peningkatan Penerimaan dari PBB Menurut NJOP PBB Menurut Peta ZNT Potensi peningkat an % potensi peningka tan Nilai tanah per m2 Rp. 119.101 Rp.240.000 Nilai tanah total Rp.25.964.018 Rp.52.320.000 PBB Rp. 69.820 Rp. 120.960 Rp. 51.140 154,6 % Sumber : SOPI BPN RI (2013) Sedangkan untuk penentuan pendapatan asli daerah dari BPHTB maka dapat dilihat pada tabel berikut ini : Contoh : Ketika terjadi jual beli tanah (peralihan hak atas tanah) seluas 218 m2 : Misalkan NJOPTKP di kota tersebut = Rp. 12.000.000,- Dan cara menghitungnya yaitu : BPHTB = ( 5 % x ( NJOP – NJOPTKP ) )
  • 46. 43 Tabel 2.8 Contoh Tabel Potensi Peningkatan Penerimaan dari BPHTB Menurut Akta jual beli Menurut Peta ZNT Potensi peningka tan % potensi peningkata n Nilai tanah per m2 Rp. 119.101 Rp.240.000 Nilai tanah total Rp.25.964.018 Rp.52.320.000 BPHTB Rp. 698.201 Rp. 2.016.000 Rp.1.317. 799 188,7 % Sumber : SOPI BPN RI (2013)