SlideShare a Scribd company logo
1 of 57
Download to read offline
Oleh:
SUGENG SUPARWOTO
Ketua
PENJELASAN
NASKAH AKADEMIK DAN
DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG ENERGI BARU DAN TERBARUKAN
KOMISI VII
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
NASKAH
AKADEMIK
SISTEMATIKA NA
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS,
YURIDIS
BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN
RUANG LINGKUP MATERI MUATAN
UNDANG-UNDANG
BAB VI PENUTUP
A. Latar Belakang
• Indonesia memiliki potensi sumber energi fosil dan nonfosil yang melimpah namun belum tertata
dengan baik. Ketergantungan terhadap energi fosil secara terus-menerus akan menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan dalam bentuk pencemaran lingkungan, perubahan iklim, dan
pemanasan global.
• Hasil konferensi negara pihak ke-21 (COP 21) Konvensi PBB untuk Perubahan Iklim pada tahun
2015 di Paris, Perancis, menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia telah berkomitmen
menurunkan emisi GRK sebesar 29% pada tahun 2030. Hasil COP 21 yang dikenal dengan Paris
Agreement dan kemudian diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang
Pengesahan Paris Agreement to The United Nations Framework Convention on Climate Change
(Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan
Iklim), menegaskan pentingnya pencapaian target ambang batas peningkatan suhu bumi di bawah 2
derajat celsius dan berupaya menekan batas kenaikan suhu hingga 1,5 derajat celsius di atas suhu
bumi pada masa praindustri.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
• Pemerintah dengan persetujuan DPR RI telah menetapkan visi pengoptimalan
penggunaan EBT. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79
Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) misalnya, pemerintah
telah menetapkan peran EBT paling sedikit mencapai 23% dalam bauran energi
nasional pada tahun 2025.
• Arah kebijakan ini juga ditujukan untuk mencapai kedaulatan, ketahanan, dan
kemandirian energi nasional dan yang tidak kalah strategisnya adalah
mendorong terpenuhinya akses seluruh masyarakat terhadap sumber energi
khususnya mereka yang berada di pulau-pulau terluar. Dalam kerangka
mencapai upaya terobosan inilah, penyiapan perangkat kerangka hukum yang
komprehensif dalam pengembangan EBT diharapkan dapat menjamin
pengembangannya.
BAB I
PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana teori dan praktik pelaksanaan pengelolaan EBT pada saat ini? Apakah terdapat
gap atau kesenjangan antara teori atau pemikiran akademis dengan sistem yang sudah
teradopsi dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Permasalahan apa yang
dihadapi dalam praktiknya dan solusi apa yang perlu dilakukan melalui pembentukan
undang-undang?
2. Bagaimana kondisi peraturan perundang-undangan terkait EBT pada saat ini. Apakah
terdapat kekosongan hukum, disharmonisasi, tumpang tindih peraturan perundang-
undangan atau pengaturan pada level peraturan perundang-undangan yang lebih rendah
dari undang-undang?
3. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis
pembentukan Rancangan Undang-Undang (RUU) EBT?
4. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan dan arah
pengaturan, serta materi muatan RUU EBT?
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. Kajian Teoritis
1. Teori Energi;
2. Sumber Energi;
3. Jenis Energi:
a. Energi Baru; dan
b. Energi Terbarukan.
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
B. Kajian Terhadap Asas
1. Asas Penghormatan HAM
2. Asas Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan
3. Asas Kemandirian dan Berkedaulatan
4. Asas Manfaat, Keadilan, dan Keseimbangan
5. Asas Partisipasi, Transparansi, dan Akuntabilitas
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
C. Kajian Terhadap Praktik Pengelolaan Sumber Daya Energi Baru Dan Terbarukan, Kondisi
Yang Ada, Permasalahan Yang Dihadapi Masyarakat, Dan Perbandingan Dengan Negara
Lain
1. Peran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
2. Pengelolaan dan Pengusahaan
3. Perizinan
4. Harga dan Insentif
5. Partisipasi Masyarakat
6. Permasalahan dalam Pengusahaan EBT
7. Disain Kebijakan Subsidi Energi Tidak Tepat Sasaran
8. Kewajiban Pemilik Pembangkit Listrik Energi Fosil Membangun Pembangkit Listrik Energi Terbarukan (RPS)
9. Pengaturan dan Implementasi Kebijakan Insentif Bagi Pemanfaatan dan Pengembangan Energi Baru dan
Terbarukan
10. Best Practice Penyelenggaraan EBT di berbagai negara
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
D. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru yang Akan Diatur Dalam Undang-
undang Terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat dan Dampaknya Terhadap Aspek
Beban Keuangan Negara
1. Implikasi Penerapan Sistem Baru Yang Akan Diatur Dalam Undang-Undang
Terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat
2. Kajian Ekonomi dan Dampak UU tentang EBT terhadap Keuangan Negara
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi
3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran
5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU tentang Pemda)
9. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 Tentang Pengesahan Paris Agreement To The United Nations
Framework Convention On Climate Change
10. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2019 tentang Sumber Daya Air
11. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
12. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau
Kecil sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007
13. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1999 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
15. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional
16. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional
17. Peraturan Menteri ESDM Nomor 39 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Fisik
Pemanfaatan Energi Baru dan Energi Terbarukan Serta Konservasi Energi
18. Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi
Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik
A
Landasan
Filosofis
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
Pembentukan Undang-Undang tentang Energi
Baru dan Terbarukan merupakan jawaban
terhadap tujuan negara mewujudkan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Upaya
negara untuk mewujudkan kesejahteraan bagi
rakyat diamanatkan dalam UUD NRI Tahun 1945
Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3). Pasal 33 ayat (2)
dan ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 menegaskan
bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
B Landasan
Sosiologis
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
▪ Saat ini, Indonesia belum optimal memanfaatkan EBT
meskipun Indonesia memiliki sumber daya energi
terbarukan yang berlimpah, namun
pengembangannya masih berskala kecil, padahal
pengembangan energi untuk jangka panjang perlu
mengoptimalkan pemanfaatan EBT untuk mengurangi
pangsa penggunaan energi fosil.
▪ Dengan potensi yang mencapai 442 GW dapat
digunakan sebagai pembangkit listrik, sedangkan
potensi 200 ribu Bph dari Biogas dan Bahan Bakar
Nabati (BBN) dapat digunakan untuk bahan bakar
pada sektor transportasi, rumah tangga, dan
komersial/ industri (DEN, 2019).
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
C
Landasan
Yuridis
▪ EBT saat ini sudah diatur dalam berbagai undang-undang selain diatur
dalam UU Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi yaitu Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan dan Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi. Untuk mendukung upaya
dan program pengembangan energi baru dan terbarukan, terdapat
beberapa peraturan pelaksanaan yang sudah ada antara lain Peraturan
Presiden Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional,
Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum
Energi Nasional, dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 39 Tahun 2017
tentang Pelaksanaan Kegiatan Fisik Pemanfaatan Energi Baru dan
Energi Terbarukan Serta Konservasi Energi.
▪ Dengan demikian peraturan perundang-undangan yang saat ini ada
dan mengatur mengenai EBT masih tersebar dalam berbagai
peraturan. Saat ini regulasi yang ada yang diterbitkan oleh Pemerintah
terkait EBT sering mengalami perubahan sehingga belum dapat
menjadi landasan hukum yang kuat dan menjamin kepastian hukum,
karena belum diatur secara komprehensif dalam suatu undang-
undang.
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
XIV BAB
61 Pasal
RUU
EBT
SISTEMATIKA RUU
BAB I Ketentuan Umum
BAB II Asas, Tujuan, dan Ruang Lingkup
BAB III Penguasaan
BAB IV Transisi dan Peta Jalan
BAB V Energi Baru
BAB VI Energi Terbarukan
BAB VII Pengelolaan Lingkungan serta
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
SISTEMATIKA RUU
BAB VIII Penelitian dan Pengembangan
BAB IX Harga Energi Baru dan Terbarukan
BAB X Insentif
BAB XI Dana Energi Baru dan Terbarukan
BAB XII Pembinaan dan Pengawasan
BAB XIII Partisipasi Masyarakat
BAB XIV Ketentuan Penutup
KONSIDERANS MENIMBANG
FILOSOFIS
energi baru dan terbarukan sebagai sumber daya alam strategis yang menguasai hajat
hidup orang banyak, dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sesuai
dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
SOSIOLOGIS
• Indonesia memiliki sumber daya energi baru dan terbarukan yang belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal, sehingga perlu
didorong pengembangan dan pemanfaatannya untuk menjamin dan meningkatkan ketersediaan, ketahanan, dan kemandirian energi
nasional secara berkelanjutan;
• energi baru dan terbarukan memiliki peran penting dalam rangka akselerasi transisi sistem energi menuju sistem energi nasional yang
berkelanjutan;
• pengembangan dan pemanfaatan sumber daya energi baru dan terbarukan merupakan upaya dan komitmen Indonesia dalam mengatasi
dampak perubahan iklim akibat kenaikan suhu bumi sehingga tercipta energi yang bersih dan ramah lingkungan;
• Indonesia menuju negara industri membutuhkan banyak energi yang diperoleh tidak hanya dari energi fosil yang jumlahnya sudah
semakin menipis, namun diperlukan juga sumber energi lain yang berasal dari energi baru dan terbarukan
YURIDIS
peraturan perundang-undangan yang saat ini ada dan mengatur mengenai energi baru dan terbarukan masih tersebar
sehingga belum dapat menjadi landasan hukum yang kuat, komprehensif, dan menjamin kepastian hukum
KETENTUAN UMUM
1. Energi
2. Energi Baru
3. Energi Terbarukan
4. Energi Baru dan Terbarukan
5. Sumber Energi
6. Sumber Energi Baru
7. Sumber Energi Terbarukan
8. Sumber Energi Tak Terbarukan
9. Standar Portofolio Energi Terbarukan
10. Badan Usaha
11. Pemerintah Pusat
12. Menteri
13. Pemerintah Daerah
ASAS
❑ Kemanfaatan
❑ Efisiensi
❑ Ekonomi Berkeadilan
❑ Kelestarian dan Berkelanjutan
❑ Ketahanan
❑ Kedaulatan dan Kemandirian
❑ Aksesibilitas
❑ Partisipasi
❑ Keterpaduan
TUJUAN
a. menjamin ketahanan dan kemandirian Energi nasional;
b. memposisikan Energi Baru dan Terbarukan yang menggantikan secara bertahap
pengelolaan dan pemanfaatan energi tak terbarukan sehingga menjadi modal
pembangunan berkelanjutan yang mendukung perekonomian nasional dan
mengembangkan serta memperkuat posisi industri dan perdagangan Indonesia;
c. mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional di bidang Energi Baru
dan Terbarukan untuk lebih mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan
internasional;
d. menjamin efisiensi dan efektifitas tersedianya Energi Baru dan Terbarukan baik sebagai
Sumber Energi maupun sebagai bahan baku untuk kebutuhan dalam negeri;
e. menjamin akses masyarakat terhadap sumber Energi Baru dan Terbarukan;
f. mengembangkan dan memberi nilai tambah atas sumber daya Energi Baru dan
Terbarukan;
g. menjamin efektifitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha pengelolaan dan
pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan secara berdaya guna, berhasil guna, serta
berdaya saing tinggi melalui mekanisme yang terbuka dan transparan; dan
h. menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang
adil dan merata serta tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup.
i. memberikan kontribusi dalam upaya mitigasi perubahan iklim global.
TRANSISI DAN PETA JALAN
Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan untuk menggantikan energi tak terbarukan dilakukan dengan
transisi energi dalam masa tertentu secara bertahap, terukur, rasional dan berkelanjutan
• Tujuan Transisi agar Energi Baru Terbarukan
dapat menjadi sumber energi pembangkit yang
andal, ekonomis, dan beroperasi secara
berkesinambungan guna mencapai target karbon
netral.
Transisi pengembangan Energi Baru dan Terbarukan dilakukan dengan mempertimbangkan
pasokan dan kebutuhan tenaga listrik, serta kesiapan sistem ketenagalistrikan nasional
TRANSISI DAN PETA JALAN (2)
Pemerintah Pusat menetapkan peta jalan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan untuk
menjamin keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan tenaga listrik dalam sistem
ketenagalistrikan nasional yang mengacu pada kebijakan energi nasional
• Peta jalan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan dilakukan untuk jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang.
• Peta jalan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan bertujuan untuk mendorong sektor
transportasi, industri dan peralatan rumah tangga yang masih berbasis bahan bakar fosil
agar beralih secara bertahap ke peralatan berbasis listrik sebagai upaya penurunan emisi
karbon
Content Here
Content Here
Content Here
SUMBER
ENERGI BARU
NUKLIR
SUMBER
ENERGI BARU
LAINNYA
ENERGI BARU
ENERGI BARU ‘NUKLIR’
PEMANFAATAN NUKLIR
PEMBANGUNAN
PEMBANGKIT DAYA
NUKLIR
PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA NUKLIR
PEMBANGKIT PANAS
NUKLIR
BUMN KHUSUS
• BUMN
• KOPERASI
• BADAN USAHA SWASTA
PERSETUJUAN
DPR RI
ENERGI BARU ‘NUKLIR’
PRESIDEN
PEMERINTAH PUSAT
KESELAMATAN DAN
KEAMANAN NUKLIR
PERATURAN,
PERIZINAN, DAN
INSPEKSI
BADAN PENGAWAS
TENAGA NUKLIR
PEMANFAATAN NUKLIR
BUMN PERTAMBANGAN
GALIAN NUKLIR
Wajib melaporkan kepada
Pemerintah jika
menghasilkan mineral
ikutan radioaktif
PEMERINTAH PUSAT
PERIZINAN
BERUSAHA
KERJA SAMA
BADAN
USAHA
SWASTA
Setiap kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir
Pembangunan, pengoperasian reaktor nuklir, dan
instalasi nuklir lainnya serta dekomisioning reaktor
nuklir
WAJIB
PERIZINAN
BERUSAHA
TEMPAT
PENYIMPANAN
LESTARI LIMBAH
RADIOAKTIF
TINGKAT TINGGI
PERSETUJUAN
DPR
PERUMUSAN KEBIJAKAN NUKLIR
PEMERINTAH PUSAT
UNSUR PEMERINTAH
AKADEMISI
PAKAR AHLI
MASYARAKAT
MAJELIS
PERTIMBANGAN
PEMBANGKIT DAYA
NUKLIR
DEN
MERANCANG KEBIJAKAN
STRATEGIS NASIONAL
PEMBANGKIT DAYA NUKLIR
PERIZINAN BERUSAHA
ENERGI BARU
Dalam pengusahaan Energi
Terbarukan, Badan Usaha
wajib memiliki perizinan
berusaha, khusus untuk
nuklir hanya diberikan oleh
Pemerintah Pusat setelah
diterbitkan izin keselamatan
dan keamanan nuklir oleh
badan pengawas tenaga
nuklir
• badan usaha milik negara;
• badan usaha milik daerah;
• badan usaha milik desa;
• koperasi;
• badan usaha milik swasta; dan
• badan usaha lain sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.
persyaratan administratif,
persyaratan teknis, persyaratan
lingkungan, dan persyaratan
finansial
SANKSI
ADMINISTRATIF
KEMUDAHAN BERUSAHA
(PROSEDUR, JANGKA
WAKTU, BIAYA)
PENGUSAHAAN
ENERGI BARU
Pengusahaan Energi Baru
digunakan untuk:
1. pembangkitan tenaga
listrik;
2. mendukung kegiatan
industri;
3. transportasi; dan/atau
4. kegiatan lainnya
(termasuk rumah
tangga).
pembangunan fasilitas Energi Baru;
pembangunan fasilitas penunjang Energi Baru;
operasi dan pemeliharaan fasilitas Energi Baru;
pembangunan fasilitas penyimpanan;
pembangunan fasilitas distribusi Energi Baru;
dan/atau
pembangunan fasilitas pengolahan limbah Energi
Baru
BADAN USAHA
EKSPOR IMPOR
IZIN MENTERI
URUSAN
PERDAGANGAN
mengutamakan produk dan
potensi dalam negeri
tenaga kerja Indonesia;
teknologi dalam negeri;
bahan-bahan material dalam
negeri; dan
komponen dalam negeri lainnya
yang terkait Energi Baru.
PENYEDIAAN
ENERGI BARU
Penyediaan Energi
Terbarukan oleh Pemerintah
Pusat dan/atau Pemerintah
Daerah diutamakan di
daerah yang belum
berkembang, daerah
terpencil, dan daerah
pedesaan dengan
menggunakan Sumber
Energi Terbarukan setempat.
Daerah penghasil Sumber Energi
Terbarukan mendapat prioritas
untuk memperoleh Energi
Terbarukan dari Sumber Energi
Terbarukan setempat.
PEMERINTAH
PUSAT
SARANA
PRASARANA
DAPAT MENUGASKAN
PERUSAHAAN LISTRIK MILIK
NEGARA ATAU BADAN USAHA
MILIK SWASTA UNTUK MEMBELI
TENAGA LISTRIK YANG
DIHASILKAN DARI ENERGI BARU
DAPAT MENUGASKAN PERUSAHAAN
MINYAK DAN GAS BUMI MILIK
NEGARA ATAU BADAN USAHA MILIK
SWASTA UNTUK MEMBELI BAHAN
BAKAR YANG DIHASILKAN DARI
ENERGI BARU
MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN PERUSAHAAN LISTRIK MILIK NEGARA,
TERMASUK KESEIMBANGAN PASOKAN DAN BEBAN SERTA KESIAPAN SISTEM
KELISTRIKAN SETEMPAT.
PEMANFAATAN
ENERGI BARU
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukan
pemanfaatan Energi Baru dengan:
1. mengoptimalkan dan mengutamakan seluruh potensi Sumber
Energi Baru setempat secara berkelanjutan
2. mempertimbangkan aspek teknologi, sosial, ekonomi,
konservasi, lingkungan, dan keberlanjutan; dan
3. memprioritaskan pemenuhan kebutuhan masyarakat dan
peningkatan kegiatan ekonomi di daerah penghasil Sumber
Energi Baru.
SUMBER ENERGI
TERBARUKAN
Panas Bumi
01
Angin
02
Limbah atau Kotoran Hewan Ternak
08
Aliran dan Terjunan Air
05
Sinar Matahari
04
Sampah
06
Limbah Produk Pertanian
07
Biomassa
03
Gerakan dan Perbedaan Suhu Lapisan Laut
09
Sumber Energi Terbarukan Lainnya
10
PERIZINAN
ENERGI
TERBARUKAN
Dalam pengusahaan Energi
Terbarukan, Badan Usaha
wajib memiliki perizinan
berusaha
Selain Badan Usaha, perorangan
dapat mengusahakan Energi
Terbarukan
Pengusahaan Energi Terbarukan
yang dilakukan oleh perorangan
dalam kapasitas tertentu, wajib
memiliki izin pengusahaan
BADAN USAHA :
Pemerintah Pusat
dan/atau
Pemerintah
Daerah berwenang
memberikan izin
pengusahaan
kepada Badan
Usaha
Badan Usaha Milik Daerah
Badan Usaha Milik Negara
Badan Usaha Milik Desa
Koperasi
Badan Usaha Milik Swasta
Badan Usaha Lain sesuai
peraturan perundang-
undangan
KEGIATAN PENGUSAHAAN EBT
Kegiatan Pengusahaan Energi Baru dan Terbarukan dapat
dilakukan melalui:
a. Pembangunan industri dan/atau fasilitas Energi Baru dan
Terbarukan;
b. pembangunan penunjang fasilitas Energi Baru dan Terbarukan;
c. operasi dan pemeliharaan fasilitas Energi Baru dan
Terbarukan;
d. fasilitas penyimpanan;
e. fasilitas distribusi Energi Baru dan Terbarukan; dan/atau
f. fasilitas pengolahan limbah energi nuklir.
PENGUSAHAAN ENERGI TERBARUKAN
sumber energi terbarukan biomassa, sampah,
limbah produk pertanian, dan limbah atau
kotoran hewan ternak
BADAN
USAHA
wajib mendapatkan izin
dari menteri yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
perdagangan berdasarkan
rekomendasi dari Menteri.
PENGUSAHAAN ENERGI TERBARUKAN
Badan Usaha yang
mengusahakan Energi
Terbarukan wajib
mengutamakan produk
dan potensi dalam negeri.
Produk dan potensi dalam negeri
antara lain:
1. tenaga kerja Indonesia;
2. teknologi dalam negeri;
3. bahan-bahan material dalam
negeri; dan
4. komponen dalam negeri lainnya
yang terkait Energi Terbarukan.
PENYEDIAAN
• Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya mengutamakan penyediaan Energi
Terbarukan untuk memenuhi kebutuhan Energi dalam negeri.
• Penyediaan Energi Terbarukan oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah diutamakan di daerah yang
belum berkembang, daerah terpencil, dan daerah pedesaan dengan menggunakan Sumber Energi Terbarukan
setempat.
• Daerah penghasil Sumber Energi Terbarukan mendapat prioritas untuk memperoleh Energi Terbarukan dari
Sumber Energi Terbarukan setempat.
• Untuk penyediaan Sumber Energi Terbarukan, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib menyediakan
sarana dan prasarana.
• Perusahaan listrik milik negara wajib membeli tenaga listrik yang dihasilkan dari Energi Terbarukan.
• Pemerintah Pusat dapat menugaskan badan usaha milik swasta yang memiliki wilayah usaha ketenagalistrikan
untuk membeli tenaga listrik yang dihasilkan dari Energi Terbarukan.
• Pemerintah Pusat dapat menugaskan perusahaan minyak dan gas bumi milik negara atau badan usaha milik
swasta untuk membeli bahan bakar yang dihasilkan dari Energi Terbarukan.
STANDAR PORTOFOLIO
• Badan Usaha di bidang penyediaan tenaga listrik yang menggunakan
Energi Tak Terbarukan dan/atau bahan bakar minyak harus
memenuhi Standar Portofolio Energi Terbarukan.
• Penggunaan Energi Terbarukan sesuai Standar Portofolio Energi
Terbarukan disesuaikan dengan target Kebijakan Energi Nasional dan
Rencana Umum Energi Nasional.
• Badan Usaha harus melaporkan rencana penyediaan Energi
Terbarukan secara berkala kepada Menteri.
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Contents Title
Example Text : Get a
modern PowerPoint
Presentation that is
beautifully designed. I
hope and I believe
that this Template will
your Time, Money
and Reputation.
Contents_Here
Contents Title
Example Text : Get a
modern PowerPoint
Presentation that is
beautifully designed. I
hope and I believe
that this Template will
your Time, Money
and Reputation.
Contents_Here
❑ Kegiatan penelitian dan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan diarahkan untuk
mendukung dan menciptakan industri Energi nasional yang mandiri dan berkelanjutan
❑ Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya wajib
memfasilitasi penelitian dan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan dan
mengembangkan sistem penelitian dan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan yang
merupakan bagian integral dari sistem nasional penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
❑ Kewajiban memfasilitasi penelitian dan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan
berupa pendanaan, pengadaan, perbaikan, penambahan sarana dan prasarana,
peningkatan kemampuan sumber daya manusia, penerapan teknologi, serta perizinan
untuk penelitian, baik secara mandiri maupun kerja sama lintas sektor dan antarnegara.
❑ Peningkatan kemampuan sumber daya manusia dilakukan melalui pendidikan dan
pelatihan dengan memenuhi standar kompetensi kerja nasional bidang Energi Baru dan
Terbarukan yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi.
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Badan Usaha yang menyelenggarakan Energi Baru dan
Terbarukan wajib menjamin standar dan mutu pengelolaan
lingkungan hidup serta keselamatan dan kesehatan kerja.
Pengelolaan lingkungan hidup berupa kewajiban untuk
melakukan pencegahan dan penanggulangan, pencemaran
serta pemulihan atas terjadinya kerusakan lingkungan
hidup.
Badan Usaha yang menyelenggarakan Energi Baru dan
Terbarukan wajib bertanggungjawab dalam mengembangkan
lingkungan dan masyarakat setempat.
HARGA ENERGI BARU DAN TERBARUKAN
A Harga Energi Baru dan Terbarukan berdasarkan:
- Kesepakatan para pihak dengan mempertimbangkan nilai keekonomian dan tingkat pengembalian
yang wajar bagi Badan Usaha;
- penetapan Pemerintah untuk harga dalam rangka penugasan Pemerintah mendukung program
pengembangan kawasan industri berbasis Energi Baru dan Terbarukan dan pembangunan ekonomi
daerah terdepan, terpencil dan tertinggal, dengan tetap mempertimbangkan nilai keekonomian
berkeadilan dan tingkat pengembalian yang wajar bagi Badan Usaha; atau
- tarif masukan berdasarkan jenis dan kapasitas tertentu.
B Penetapan harga jual listrik yang bersumber dari Energi Terbarukan berupa:
• Harga kesepakatan para pihak berdasarkan jenis, karakteristik, teknologi, lokasi, dan/atau kapasitas
terpasang pembangkit listrik dari Sumber Energi Terbarukan;
• harga indeks pasar bahan bakar nabati;
• mekanisme lelang terbalik; dan/atau
• Penetapan Pemerintah untuk penugasan khusus
HARGA ENERGI BARU DAN
TERBARUKAN
PENETAPAN
HARGA ENERGI
BARU DAN
TERBARUKAN
Tarif masukan
berdasarkan jenis,
teknologi, lokasi,
dan/atau kapasitas
terpasang
pembangkit listrik
dari sumber energi
terbarukan
Harga indeks
pasar bahan
bakar nabati
Mekanisme
lelang terbalik
HARGA ENERGI BARU DAN TERBARUKAN (2)
C Dalam hal harga listrik yang bersumber dari Energi Terbarukan dalam rangka penugasan lebih tinggi dari
biaya pokok penyediaan pembangkit listrik perusahaan listrik milik negara, Pemerintah Pusat menjamin
kesiapan anggaran untuk melaksanakan kewajiban pemberian kompensasi dalam bentuk pengembalian
selisih harga Energi Terbarukan dengan biaya pokok penyediaan pembangkit listrik setempat kepada
perusahaan listrik milik negara termasuk kompensasi atas margin yang wajar sesuai dengan penugasan
yang diberikan.
D Penetapan harga jual bahan bakar nabati yang bersumber dari Energi Terbarukan yang dicampur dengan
bahan bakar minyak didasarkan pada:
a. biaya pokok produksi;
b. harga indeks pasar bahan bakar nabati yang dicampurkan ke dalam bahan bakar minyak;
c. biaya distribusi dan pengolahan bahan bakar nabati; dan
d. subsidi negara.
PENETAPAN HARGA JUAL BAHAN BAKAR NABATI
PENETAPAN
HARGA ENERGI
BARU DAN
TERBARUKAN
Biaya Pokok
Produksi
Harga indeks pasar
bahan bakar nabati
yang dicampurkan ke
dalam bahan bakar
minyak
Biaya distribusi
dan pengolahan
bahan bakar
nabati
Subsidi negara
INSENTIF
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
memberikan insentif kepada:
a. Badan Usaha yang mengusahakan Energi Baru dan Terbarukan;
b. Badan Usaha di bidang penyediaan tenaga listrik yang bersumber dari Energi tak
terbarukan yang memenuhi Standar Portofolio Energi Terbarukan;
c. Badan Usaha yang memiliki wilayah usaha ketenagalistrikan yang
memprioritaskan pembelian tenaga listrik yang dihasilkan dari Energi Terbarukan
di wilayah usahanya;
d. Badan Usaha yang melakukan konversi atau inovasi pada pembangkit listrik
Energi Tak Terbarukan dalam upaya menurunkan emisi; dan
e. Badan Usaha yang mengupayakan penciptaan pasar Energi Baru dan
Terbarukan melalui konversi peralatan berbasis bahan bakar fosil menjadi
berbasis tenaga listrik pada sektor transportasi, industri dan rumah tangga
dalam rangka menurunkan emisi gas rumah kaca
Insentif berupa insentif fiskal dan/atau insentif nonfiskal untuk jangka waktu
tertentu.
INSENTIF (2)
• Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tetap mempertimbangkan keseimbangan
pasokan dan kebutuhan serta kesiapan sistem ketenagalistrikan nasional, dengan
tetap mengutamakan terciptanya sistem ketenagalistrikan nasional yang andal,
aman, dan efisien guna menjaga keekonomian biaya pokok penyediaan tenaga listrik
perusahaan listrik milik negara dan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
• Insentif fiskal dapat berupa fasilitas pajak atau impor yang diberikan Pemerintah
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Perpajakan dan
Kepabeanan, atau fasilitas lainnya yang diberikan negara dalam bentuk pembiayaan
atau penjaminan melalui badan usaha milik negara yang ditugaskan Pemerintah
Pusat
INSENTIF (3)
• Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
memberikan dukungan kepada perusahaan listrik milik negara dalam
mengembangkan Energi Baru dan Terbarukan.
• Dukungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah kepada perusahaan listrik milik
negara melalui:
a. penyediaan tanah dan infrastruktur oleh pemerintah dalam rangka mempercepat
transisi penggunaan pembangkit berbahan bakar fosil menjadi pembangkit
energi baru dan terbarukan;
a. kemudahan perizinan terkait pengadaan tanah dan infrastruktur; dan/atau
b. pemberian jaminan Pemerintah Pusat guna mendapatkan pendanaan murah
dalam rangka pengembangan Energi Baru dan Terbarukan
DANA ENERGI BARU TERBARUKAN
❑ Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya wajib
mengusahakan dana Energi Baru dan Terbarukan untuk mencapai target
kebijakan energi nasional dengan tetap memperhatikan kemampuan anggaran
pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah,
masa transisi, dan peta jalan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan.
❑ Dana Energi Baru dan Terbarukan bersumber dari:
• anggaran pendapatan dan belanja negara;
• anggaran pendapatan dan belanja daerah;
• pungutan ekspor Energi Tak Terbarukan;
• dana perdagangan karbon;
• dana sertifikat Energi Terbarukan; dan/atau
• sumber lain yang sah dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.
DANA ENERGI BARU TERBARUKAN (2)
❑ Dana Energi Baru dan Terbarukan digunakan untuk:
• pembiayaan infrastruktur Energi Baru dan Terbarukan;
• pembiayaan insentif Energi Baru dan Terbarukan;
• kompensasi Badan Usaha yang mengembangkan Energi Baru dan
Terbarukan;
• penelitian dan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan; dan
• peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia bidang
Energi Baru dan Terbarukan.
• subsidi harga energi terbarukan yang harganya belum dapat
bersaing dengan energi tak terbarukan.
❑ Dana Energi Terbarukan dikelola oleh Menteri dan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
❑ Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya wajib
melaksanakan pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan Energi
Baru dan Terbarukan.
❑ Pembinaan dan pengawasan antara lain: perencanaan, perizinan, pengusahaan,
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja, pengolahan data dan informasi
Energi Baru dan Terbarukan, dan pelaporan.
❑ Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan, Pemerintah dan Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat melakukan kerja sama dengan
pihak ketiga.
PARTISIPASI MASYARAKAT
Masyarakat berhak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan Energi
Baru dan Terbarukan yang berbentuk:
a. Pemberian masukan dalam penentuan arah kebijakan Energi Baru
dan Terbarukan;
b. Pengajuan keberatan terhadap pelaksanaan peraturan atau
kebijakan Energi Baru dan Terbarukan;
c. Inisiatif perorangan atau kerja sama dalam penyediaan, penelitian,
pengembangan, dan pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan;
dan/atau
d. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan peraturan atau kebijakan
Energi Baru dan Terbarukan.
PARTISIPASI MASYARAKAT
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan Energi Baru dan Terbarukan
masyarakat berhak untuk:
a. Memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengusahaan Energi
Baru dan Terbarukan melalui Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah
Daerah sesuai dengan kewenangannya;
b. Memperoleh manfaat atas kegiatan pengusahaan Energi Baru dan
Terbarukan; dan
c. Memperoleh kesempatan kerja dari kegiatan penyelenggaraan Energi
Baru dan Terbarukan.
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to RUU EBT.pdf

Permen PU Nomor 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengemb...
Permen PU Nomor 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengemb...Permen PU Nomor 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengemb...
Permen PU Nomor 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengemb...Oswar Mungkasa
 
Ind puu-7-2011-permen-lh-14-th-2011-perumusan-muatan-pplh2
Ind puu-7-2011-permen-lh-14-th-2011-perumusan-muatan-pplh2Ind puu-7-2011-permen-lh-14-th-2011-perumusan-muatan-pplh2
Ind puu-7-2011-permen-lh-14-th-2011-perumusan-muatan-pplh2Nurul Huda
 
Makalah hukum lingkungan
Makalah hukum lingkungan Makalah hukum lingkungan
Makalah hukum lingkungan alyanurinayah
 
Artikel potensi energi baru terbarukan
Artikel potensi energi baru terbarukan Artikel potensi energi baru terbarukan
Artikel potensi energi baru terbarukan Bima67
 
Hbl, nadya silva calestin, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu bua...
Hbl, nadya silva calestin, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu bua...Hbl, nadya silva calestin, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu bua...
Hbl, nadya silva calestin, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu bua...Nadya Silva Calestin
 
PERUBAHAN IKLIM DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM
PERUBAHAN IKLIM DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUMPERUBAHAN IKLIM DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM
PERUBAHAN IKLIM DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUMWahyudinata Halim
 
Ratio legis pelaksanaan undang undang 32 tahun 2009 uu lingkungsn dianggap ti...
Ratio legis pelaksanaan undang undang 32 tahun 2009 uu lingkungsn dianggap ti...Ratio legis pelaksanaan undang undang 32 tahun 2009 uu lingkungsn dianggap ti...
Ratio legis pelaksanaan undang undang 32 tahun 2009 uu lingkungsn dianggap ti...baim hukum
 
Makalah ekonomi bahan gaian mineral acak
Makalah ekonomi bahan gaian mineral acakMakalah ekonomi bahan gaian mineral acak
Makalah ekonomi bahan gaian mineral acakDeny Tandidatu
 
BAHAN PAPARAN 2.pptx
BAHAN PAPARAN  2.pptxBAHAN PAPARAN  2.pptx
BAHAN PAPARAN 2.pptxariesindainda
 
Persetujuan Lingkungan Amdal,ukl,uplsppl dll
Persetujuan Lingkungan Amdal,ukl,uplsppl dllPersetujuan Lingkungan Amdal,ukl,uplsppl dll
Persetujuan Lingkungan Amdal,ukl,uplsppl dllJuhadiKasep
 
15, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
15, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 201915, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
15, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019riskiariyani2976
 
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdfBPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdftamihakim
 
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdfBPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdfGbpGugun
 
Pp no 79 2014 kebijakan energi nasional
Pp no 79 2014 kebijakan energi nasionalPp no 79 2014 kebijakan energi nasional
Pp no 79 2014 kebijakan energi nasionalazrashafira
 

Similar to RUU EBT.pdf (20)

Permen PU Nomor 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengemb...
Permen PU Nomor 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengemb...Permen PU Nomor 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengemb...
Permen PU Nomor 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengemb...
 
Ind puu-7-2011-permen-lh-14-th-2011-perumusan-muatan-pplh2
Ind puu-7-2011-permen-lh-14-th-2011-perumusan-muatan-pplh2Ind puu-7-2011-permen-lh-14-th-2011-perumusan-muatan-pplh2
Ind puu-7-2011-permen-lh-14-th-2011-perumusan-muatan-pplh2
 
Makalah hukum lingkungan
Makalah hukum lingkungan Makalah hukum lingkungan
Makalah hukum lingkungan
 
Artikel potensi energi baru terbarukan
Artikel potensi energi baru terbarukan Artikel potensi energi baru terbarukan
Artikel potensi energi baru terbarukan
 
Hbl, nadya silva calestin, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu bua...
Hbl, nadya silva calestin, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu bua...Hbl, nadya silva calestin, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu bua...
Hbl, nadya silva calestin, hapzi ali, hukum lingkungan, universitas mercu bua...
 
PERUBAHAN IKLIM DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM
PERUBAHAN IKLIM DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUMPERUBAHAN IKLIM DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM
PERUBAHAN IKLIM DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM
 
Ratio legis pelaksanaan undang undang 32 tahun 2009 uu lingkungsn dianggap ti...
Ratio legis pelaksanaan undang undang 32 tahun 2009 uu lingkungsn dianggap ti...Ratio legis pelaksanaan undang undang 32 tahun 2009 uu lingkungsn dianggap ti...
Ratio legis pelaksanaan undang undang 32 tahun 2009 uu lingkungsn dianggap ti...
 
Materi muatan raperda lh
Materi muatan raperda lhMateri muatan raperda lh
Materi muatan raperda lh
 
Makalah ekonomi bahan gaian mineral acak
Makalah ekonomi bahan gaian mineral acakMakalah ekonomi bahan gaian mineral acak
Makalah ekonomi bahan gaian mineral acak
 
BAHAN PAPARAN 2.pptx
BAHAN PAPARAN  2.pptxBAHAN PAPARAN  2.pptx
BAHAN PAPARAN 2.pptx
 
Persetujuan Lingkungan Amdal,ukl,uplsppl dll
Persetujuan Lingkungan Amdal,ukl,uplsppl dllPersetujuan Lingkungan Amdal,ukl,uplsppl dll
Persetujuan Lingkungan Amdal,ukl,uplsppl dll
 
15, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
15, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 201915, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
15, hbl, riski ariyani, hapzi ali, umb, 2019
 
“ PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA...
“  PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA  KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA...“  PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA  KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA...
“ PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA...
 
Presentasi tanpa judul
Presentasi tanpa judulPresentasi tanpa judul
Presentasi tanpa judul
 
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdfBPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
 
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdfBPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2021.pdf
 
Hukum Energi Indonesia
Hukum Energi IndonesiaHukum Energi Indonesia
Hukum Energi Indonesia
 
Uu tambang
Uu tambangUu tambang
Uu tambang
 
Permenkes No.40 Thn.2012 ttg Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas
Permenkes No.40 Thn.2012 ttg Pedoman Pelaksanaan Program JamkesmasPermenkes No.40 Thn.2012 ttg Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas
Permenkes No.40 Thn.2012 ttg Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas
 
Pp no 79 2014 kebijakan energi nasional
Pp no 79 2014 kebijakan energi nasionalPp no 79 2014 kebijakan energi nasional
Pp no 79 2014 kebijakan energi nasional
 

Recently uploaded

Sosialisasi Pelaporan Proyeksi Target dan Realiasi Capaian Output TA 2024
Sosialisasi Pelaporan Proyeksi Target dan Realiasi Capaian Output TA 2024Sosialisasi Pelaporan Proyeksi Target dan Realiasi Capaian Output TA 2024
Sosialisasi Pelaporan Proyeksi Target dan Realiasi Capaian Output TA 202420NurKhusnaFahrani
 
Penentuan Harga Faktor Produksi Ekonomi Mikro
Penentuan Harga Faktor Produksi Ekonomi MikroPenentuan Harga Faktor Produksi Ekonomi Mikro
Penentuan Harga Faktor Produksi Ekonomi Mikrokhei4
 
Jual Cytotec Purworejo 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Purworejo 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Purworejo 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Purworejo 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasissupi412
 
MATERI EKONOMI MANAJERIAL: TEORI DAN ESTIMASI BIAYA.pdf
MATERI EKONOMI MANAJERIAL: TEORI DAN ESTIMASI BIAYA.pdfMATERI EKONOMI MANAJERIAL: TEORI DAN ESTIMASI BIAYA.pdf
MATERI EKONOMI MANAJERIAL: TEORI DAN ESTIMASI BIAYA.pdfIndahPuspitaMaharani1
 
Materi Kuliah Kebijakan Ekonomi Makro_.pptx
Materi Kuliah Kebijakan Ekonomi Makro_.pptxMateri Kuliah Kebijakan Ekonomi Makro_.pptx
Materi Kuliah Kebijakan Ekonomi Makro_.pptxtajapeda
 
Sosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptx
Sosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptxSosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptx
Sosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptxgulieglue
 
PPT PENGANGGARAN MODAL MK MANAJEMEN KEUANGAN
PPT PENGANGGARAN MODAL MK MANAJEMEN KEUANGANPPT PENGANGGARAN MODAL MK MANAJEMEN KEUANGAN
PPT PENGANGGARAN MODAL MK MANAJEMEN KEUANGANDwiAyuSitiHartinah
 
5 CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN DAN Jual Obat ABORSI + obat PENGGUGUR KANDUNGAN...
5 CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN DAN Jual Obat ABORSI + obat PENGGUGUR KANDUNGAN...5 CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN DAN Jual Obat ABORSI + obat PENGGUGUR KANDUNGAN...
5 CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN DAN Jual Obat ABORSI + obat PENGGUGUR KANDUNGAN...BagaimanaCaraMenggug
 
Managemen Audit - Audit Objektiv dalam Managemen Audit dan Aplikasi Managemen...
Managemen Audit - Audit Objektiv dalam Managemen Audit dan Aplikasi Managemen...Managemen Audit - Audit Objektiv dalam Managemen Audit dan Aplikasi Managemen...
Managemen Audit - Audit Objektiv dalam Managemen Audit dan Aplikasi Managemen...FifiAyudia
 
Kemenkop LAPORAN KEUANGAN KOPERASI- SAK EP (25042024).pdf
Kemenkop LAPORAN KEUANGAN KOPERASI- SAK EP (25042024).pdfKemenkop LAPORAN KEUANGAN KOPERASI- SAK EP (25042024).pdf
Kemenkop LAPORAN KEUANGAN KOPERASI- SAK EP (25042024).pdfsoftraxindo
 
509777263-PPT-Monetarisme-Versus-Ekonomika-Keynesian.pptx
509777263-PPT-Monetarisme-Versus-Ekonomika-Keynesian.pptx509777263-PPT-Monetarisme-Versus-Ekonomika-Keynesian.pptx
509777263-PPT-Monetarisme-Versus-Ekonomika-Keynesian.pptxdokumentasiutnd
 

Recently uploaded (14)

Klinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953 Klinik Aborsi Di Palembang
Klinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953  Klinik Aborsi Di PalembangKlinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953  Klinik Aborsi Di Palembang
Klinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953 Klinik Aborsi Di Palembang
 
Sosialisasi Pelaporan Proyeksi Target dan Realiasi Capaian Output TA 2024
Sosialisasi Pelaporan Proyeksi Target dan Realiasi Capaian Output TA 2024Sosialisasi Pelaporan Proyeksi Target dan Realiasi Capaian Output TA 2024
Sosialisasi Pelaporan Proyeksi Target dan Realiasi Capaian Output TA 2024
 
Penentuan Harga Faktor Produksi Ekonomi Mikro
Penentuan Harga Faktor Produksi Ekonomi MikroPenentuan Harga Faktor Produksi Ekonomi Mikro
Penentuan Harga Faktor Produksi Ekonomi Mikro
 
Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...
Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...
Jual Obat Aborsi Serang wa 082223109953 Klinik Jual Obat Penggugur Kandungan ...
 
Jual Obat Aborsi Banjarbaru ( ASLI ) 082223109953 Kami Jual Obat Penggugur Ka...
Jual Obat Aborsi Banjarbaru ( ASLI ) 082223109953 Kami Jual Obat Penggugur Ka...Jual Obat Aborsi Banjarbaru ( ASLI ) 082223109953 Kami Jual Obat Penggugur Ka...
Jual Obat Aborsi Banjarbaru ( ASLI ) 082223109953 Kami Jual Obat Penggugur Ka...
 
Jual Cytotec Purworejo 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Purworejo 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Purworejo 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Purworejo 👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
 
MATERI EKONOMI MANAJERIAL: TEORI DAN ESTIMASI BIAYA.pdf
MATERI EKONOMI MANAJERIAL: TEORI DAN ESTIMASI BIAYA.pdfMATERI EKONOMI MANAJERIAL: TEORI DAN ESTIMASI BIAYA.pdf
MATERI EKONOMI MANAJERIAL: TEORI DAN ESTIMASI BIAYA.pdf
 
Materi Kuliah Kebijakan Ekonomi Makro_.pptx
Materi Kuliah Kebijakan Ekonomi Makro_.pptxMateri Kuliah Kebijakan Ekonomi Makro_.pptx
Materi Kuliah Kebijakan Ekonomi Makro_.pptx
 
Sosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptx
Sosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptxSosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptx
Sosialisasi Permendag 7 Tahun 2024 Rev 02052024.pptx
 
PPT PENGANGGARAN MODAL MK MANAJEMEN KEUANGAN
PPT PENGANGGARAN MODAL MK MANAJEMEN KEUANGANPPT PENGANGGARAN MODAL MK MANAJEMEN KEUANGAN
PPT PENGANGGARAN MODAL MK MANAJEMEN KEUANGAN
 
5 CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN DAN Jual Obat ABORSI + obat PENGGUGUR KANDUNGAN...
5 CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN DAN Jual Obat ABORSI + obat PENGGUGUR KANDUNGAN...5 CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN DAN Jual Obat ABORSI + obat PENGGUGUR KANDUNGAN...
5 CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN DAN Jual Obat ABORSI + obat PENGGUGUR KANDUNGAN...
 
Managemen Audit - Audit Objektiv dalam Managemen Audit dan Aplikasi Managemen...
Managemen Audit - Audit Objektiv dalam Managemen Audit dan Aplikasi Managemen...Managemen Audit - Audit Objektiv dalam Managemen Audit dan Aplikasi Managemen...
Managemen Audit - Audit Objektiv dalam Managemen Audit dan Aplikasi Managemen...
 
Kemenkop LAPORAN KEUANGAN KOPERASI- SAK EP (25042024).pdf
Kemenkop LAPORAN KEUANGAN KOPERASI- SAK EP (25042024).pdfKemenkop LAPORAN KEUANGAN KOPERASI- SAK EP (25042024).pdf
Kemenkop LAPORAN KEUANGAN KOPERASI- SAK EP (25042024).pdf
 
509777263-PPT-Monetarisme-Versus-Ekonomika-Keynesian.pptx
509777263-PPT-Monetarisme-Versus-Ekonomika-Keynesian.pptx509777263-PPT-Monetarisme-Versus-Ekonomika-Keynesian.pptx
509777263-PPT-Monetarisme-Versus-Ekonomika-Keynesian.pptx
 

RUU EBT.pdf

  • 1. Oleh: SUGENG SUPARWOTO Ketua PENJELASAN NASKAH AKADEMIK DAN DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG ENERGI BARU DAN TERBARUKAN KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
  • 3. SISTEMATIKA NA BAB I PENDAHULUAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, YURIDIS BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG BAB VI PENUTUP
  • 4. A. Latar Belakang • Indonesia memiliki potensi sumber energi fosil dan nonfosil yang melimpah namun belum tertata dengan baik. Ketergantungan terhadap energi fosil secara terus-menerus akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dalam bentuk pencemaran lingkungan, perubahan iklim, dan pemanasan global. • Hasil konferensi negara pihak ke-21 (COP 21) Konvensi PBB untuk Perubahan Iklim pada tahun 2015 di Paris, Perancis, menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia telah berkomitmen menurunkan emisi GRK sebesar 29% pada tahun 2030. Hasil COP 21 yang dikenal dengan Paris Agreement dan kemudian diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to The United Nations Framework Convention on Climate Change (Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan Iklim), menegaskan pentingnya pencapaian target ambang batas peningkatan suhu bumi di bawah 2 derajat celsius dan berupaya menekan batas kenaikan suhu hingga 1,5 derajat celsius di atas suhu bumi pada masa praindustri. BAB I PENDAHULUAN
  • 5. A. Latar Belakang • Pemerintah dengan persetujuan DPR RI telah menetapkan visi pengoptimalan penggunaan EBT. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) misalnya, pemerintah telah menetapkan peran EBT paling sedikit mencapai 23% dalam bauran energi nasional pada tahun 2025. • Arah kebijakan ini juga ditujukan untuk mencapai kedaulatan, ketahanan, dan kemandirian energi nasional dan yang tidak kalah strategisnya adalah mendorong terpenuhinya akses seluruh masyarakat terhadap sumber energi khususnya mereka yang berada di pulau-pulau terluar. Dalam kerangka mencapai upaya terobosan inilah, penyiapan perangkat kerangka hukum yang komprehensif dalam pengembangan EBT diharapkan dapat menjamin pengembangannya. BAB I PENDAHULUAN
  • 6. B. Identifikasi Masalah 1. Bagaimana teori dan praktik pelaksanaan pengelolaan EBT pada saat ini? Apakah terdapat gap atau kesenjangan antara teori atau pemikiran akademis dengan sistem yang sudah teradopsi dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Permasalahan apa yang dihadapi dalam praktiknya dan solusi apa yang perlu dilakukan melalui pembentukan undang-undang? 2. Bagaimana kondisi peraturan perundang-undangan terkait EBT pada saat ini. Apakah terdapat kekosongan hukum, disharmonisasi, tumpang tindih peraturan perundang- undangan atau pengaturan pada level peraturan perundang-undangan yang lebih rendah dari undang-undang? 3. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis pembentukan Rancangan Undang-Undang (RUU) EBT? 4. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan dan arah pengaturan, serta materi muatan RUU EBT? BAB I PENDAHULUAN
  • 7. BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS A. Kajian Teoritis 1. Teori Energi; 2. Sumber Energi; 3. Jenis Energi: a. Energi Baru; dan b. Energi Terbarukan.
  • 8. BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS B. Kajian Terhadap Asas 1. Asas Penghormatan HAM 2. Asas Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan 3. Asas Kemandirian dan Berkedaulatan 4. Asas Manfaat, Keadilan, dan Keseimbangan 5. Asas Partisipasi, Transparansi, dan Akuntabilitas
  • 9. BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS C. Kajian Terhadap Praktik Pengelolaan Sumber Daya Energi Baru Dan Terbarukan, Kondisi Yang Ada, Permasalahan Yang Dihadapi Masyarakat, Dan Perbandingan Dengan Negara Lain 1. Peran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 2. Pengelolaan dan Pengusahaan 3. Perizinan 4. Harga dan Insentif 5. Partisipasi Masyarakat 6. Permasalahan dalam Pengusahaan EBT 7. Disain Kebijakan Subsidi Energi Tidak Tepat Sasaran 8. Kewajiban Pemilik Pembangkit Listrik Energi Fosil Membangun Pembangkit Listrik Energi Terbarukan (RPS) 9. Pengaturan dan Implementasi Kebijakan Insentif Bagi Pemanfaatan dan Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan 10. Best Practice Penyelenggaraan EBT di berbagai negara
  • 10. BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS D. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru yang Akan Diatur Dalam Undang- undang Terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat dan Dampaknya Terhadap Aspek Beban Keuangan Negara 1. Implikasi Penerapan Sistem Baru Yang Akan Diatur Dalam Undang-Undang Terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat 2. Kajian Ekonomi dan Dampak UU tentang EBT terhadap Keuangan Negara
  • 11. BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi 3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran 5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara 6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan 8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU tentang Pemda) 9. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 Tentang Pengesahan Paris Agreement To The United Nations Framework Convention On Climate Change 10. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2019 tentang Sumber Daya Air 11. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
  • 12. BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT 12. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 13. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1999 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 15. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional 16. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional 17. Peraturan Menteri ESDM Nomor 39 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Fisik Pemanfaatan Energi Baru dan Energi Terbarukan Serta Konservasi Energi 18. Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik
  • 13. A Landasan Filosofis BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS Pembentukan Undang-Undang tentang Energi Baru dan Terbarukan merupakan jawaban terhadap tujuan negara mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Upaya negara untuk mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat diamanatkan dalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3). Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 menegaskan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
  • 14. B Landasan Sosiologis BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS ▪ Saat ini, Indonesia belum optimal memanfaatkan EBT meskipun Indonesia memiliki sumber daya energi terbarukan yang berlimpah, namun pengembangannya masih berskala kecil, padahal pengembangan energi untuk jangka panjang perlu mengoptimalkan pemanfaatan EBT untuk mengurangi pangsa penggunaan energi fosil. ▪ Dengan potensi yang mencapai 442 GW dapat digunakan sebagai pembangkit listrik, sedangkan potensi 200 ribu Bph dari Biogas dan Bahan Bakar Nabati (BBN) dapat digunakan untuk bahan bakar pada sektor transportasi, rumah tangga, dan komersial/ industri (DEN, 2019).
  • 15. BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS C Landasan Yuridis ▪ EBT saat ini sudah diatur dalam berbagai undang-undang selain diatur dalam UU Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi yaitu Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi. Untuk mendukung upaya dan program pengembangan energi baru dan terbarukan, terdapat beberapa peraturan pelaksanaan yang sudah ada antara lain Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional, dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 39 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Fisik Pemanfaatan Energi Baru dan Energi Terbarukan Serta Konservasi Energi. ▪ Dengan demikian peraturan perundang-undangan yang saat ini ada dan mengatur mengenai EBT masih tersebar dalam berbagai peraturan. Saat ini regulasi yang ada yang diterbitkan oleh Pemerintah terkait EBT sering mengalami perubahan sehingga belum dapat menjadi landasan hukum yang kuat dan menjamin kepastian hukum, karena belum diatur secara komprehensif dalam suatu undang- undang.
  • 18. SISTEMATIKA RUU BAB I Ketentuan Umum BAB II Asas, Tujuan, dan Ruang Lingkup BAB III Penguasaan BAB IV Transisi dan Peta Jalan BAB V Energi Baru BAB VI Energi Terbarukan BAB VII Pengelolaan Lingkungan serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja
  • 19. SISTEMATIKA RUU BAB VIII Penelitian dan Pengembangan BAB IX Harga Energi Baru dan Terbarukan BAB X Insentif BAB XI Dana Energi Baru dan Terbarukan BAB XII Pembinaan dan Pengawasan BAB XIII Partisipasi Masyarakat BAB XIV Ketentuan Penutup
  • 20. KONSIDERANS MENIMBANG FILOSOFIS energi baru dan terbarukan sebagai sumber daya alam strategis yang menguasai hajat hidup orang banyak, dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 SOSIOLOGIS • Indonesia memiliki sumber daya energi baru dan terbarukan yang belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal, sehingga perlu didorong pengembangan dan pemanfaatannya untuk menjamin dan meningkatkan ketersediaan, ketahanan, dan kemandirian energi nasional secara berkelanjutan; • energi baru dan terbarukan memiliki peran penting dalam rangka akselerasi transisi sistem energi menuju sistem energi nasional yang berkelanjutan; • pengembangan dan pemanfaatan sumber daya energi baru dan terbarukan merupakan upaya dan komitmen Indonesia dalam mengatasi dampak perubahan iklim akibat kenaikan suhu bumi sehingga tercipta energi yang bersih dan ramah lingkungan; • Indonesia menuju negara industri membutuhkan banyak energi yang diperoleh tidak hanya dari energi fosil yang jumlahnya sudah semakin menipis, namun diperlukan juga sumber energi lain yang berasal dari energi baru dan terbarukan YURIDIS peraturan perundang-undangan yang saat ini ada dan mengatur mengenai energi baru dan terbarukan masih tersebar sehingga belum dapat menjadi landasan hukum yang kuat, komprehensif, dan menjamin kepastian hukum
  • 21. KETENTUAN UMUM 1. Energi 2. Energi Baru 3. Energi Terbarukan 4. Energi Baru dan Terbarukan 5. Sumber Energi 6. Sumber Energi Baru 7. Sumber Energi Terbarukan 8. Sumber Energi Tak Terbarukan 9. Standar Portofolio Energi Terbarukan 10. Badan Usaha 11. Pemerintah Pusat 12. Menteri 13. Pemerintah Daerah
  • 22. ASAS ❑ Kemanfaatan ❑ Efisiensi ❑ Ekonomi Berkeadilan ❑ Kelestarian dan Berkelanjutan ❑ Ketahanan ❑ Kedaulatan dan Kemandirian ❑ Aksesibilitas ❑ Partisipasi ❑ Keterpaduan
  • 23. TUJUAN a. menjamin ketahanan dan kemandirian Energi nasional; b. memposisikan Energi Baru dan Terbarukan yang menggantikan secara bertahap pengelolaan dan pemanfaatan energi tak terbarukan sehingga menjadi modal pembangunan berkelanjutan yang mendukung perekonomian nasional dan mengembangkan serta memperkuat posisi industri dan perdagangan Indonesia; c. mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional di bidang Energi Baru dan Terbarukan untuk lebih mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional; d. menjamin efisiensi dan efektifitas tersedianya Energi Baru dan Terbarukan baik sebagai Sumber Energi maupun sebagai bahan baku untuk kebutuhan dalam negeri; e. menjamin akses masyarakat terhadap sumber Energi Baru dan Terbarukan; f. mengembangkan dan memberi nilai tambah atas sumber daya Energi Baru dan Terbarukan; g. menjamin efektifitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha pengelolaan dan pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan secara berdaya guna, berhasil guna, serta berdaya saing tinggi melalui mekanisme yang terbuka dan transparan; dan h. menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang adil dan merata serta tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup. i. memberikan kontribusi dalam upaya mitigasi perubahan iklim global.
  • 24. TRANSISI DAN PETA JALAN Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan untuk menggantikan energi tak terbarukan dilakukan dengan transisi energi dalam masa tertentu secara bertahap, terukur, rasional dan berkelanjutan • Tujuan Transisi agar Energi Baru Terbarukan dapat menjadi sumber energi pembangkit yang andal, ekonomis, dan beroperasi secara berkesinambungan guna mencapai target karbon netral. Transisi pengembangan Energi Baru dan Terbarukan dilakukan dengan mempertimbangkan pasokan dan kebutuhan tenaga listrik, serta kesiapan sistem ketenagalistrikan nasional
  • 25. TRANSISI DAN PETA JALAN (2) Pemerintah Pusat menetapkan peta jalan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan untuk menjamin keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan tenaga listrik dalam sistem ketenagalistrikan nasional yang mengacu pada kebijakan energi nasional • Peta jalan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan dilakukan untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. • Peta jalan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan bertujuan untuk mendorong sektor transportasi, industri dan peralatan rumah tangga yang masih berbasis bahan bakar fosil agar beralih secara bertahap ke peralatan berbasis listrik sebagai upaya penurunan emisi karbon
  • 26. Content Here Content Here Content Here SUMBER ENERGI BARU NUKLIR SUMBER ENERGI BARU LAINNYA ENERGI BARU
  • 27. ENERGI BARU ‘NUKLIR’ PEMANFAATAN NUKLIR PEMBANGUNAN PEMBANGKIT DAYA NUKLIR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR PEMBANGKIT PANAS NUKLIR BUMN KHUSUS • BUMN • KOPERASI • BADAN USAHA SWASTA PERSETUJUAN DPR RI
  • 28. ENERGI BARU ‘NUKLIR’ PRESIDEN PEMERINTAH PUSAT KESELAMATAN DAN KEAMANAN NUKLIR PERATURAN, PERIZINAN, DAN INSPEKSI BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
  • 29. PEMANFAATAN NUKLIR BUMN PERTAMBANGAN GALIAN NUKLIR Wajib melaporkan kepada Pemerintah jika menghasilkan mineral ikutan radioaktif PEMERINTAH PUSAT PERIZINAN BERUSAHA KERJA SAMA BADAN USAHA SWASTA Setiap kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir Pembangunan, pengoperasian reaktor nuklir, dan instalasi nuklir lainnya serta dekomisioning reaktor nuklir WAJIB PERIZINAN BERUSAHA TEMPAT PENYIMPANAN LESTARI LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT TINGGI PERSETUJUAN DPR
  • 30. PERUMUSAN KEBIJAKAN NUKLIR PEMERINTAH PUSAT UNSUR PEMERINTAH AKADEMISI PAKAR AHLI MASYARAKAT MAJELIS PERTIMBANGAN PEMBANGKIT DAYA NUKLIR DEN MERANCANG KEBIJAKAN STRATEGIS NASIONAL PEMBANGKIT DAYA NUKLIR
  • 31. PERIZINAN BERUSAHA ENERGI BARU Dalam pengusahaan Energi Terbarukan, Badan Usaha wajib memiliki perizinan berusaha, khusus untuk nuklir hanya diberikan oleh Pemerintah Pusat setelah diterbitkan izin keselamatan dan keamanan nuklir oleh badan pengawas tenaga nuklir • badan usaha milik negara; • badan usaha milik daerah; • badan usaha milik desa; • koperasi; • badan usaha milik swasta; dan • badan usaha lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. persyaratan administratif, persyaratan teknis, persyaratan lingkungan, dan persyaratan finansial SANKSI ADMINISTRATIF KEMUDAHAN BERUSAHA (PROSEDUR, JANGKA WAKTU, BIAYA)
  • 32. PENGUSAHAAN ENERGI BARU Pengusahaan Energi Baru digunakan untuk: 1. pembangkitan tenaga listrik; 2. mendukung kegiatan industri; 3. transportasi; dan/atau 4. kegiatan lainnya (termasuk rumah tangga). pembangunan fasilitas Energi Baru; pembangunan fasilitas penunjang Energi Baru; operasi dan pemeliharaan fasilitas Energi Baru; pembangunan fasilitas penyimpanan; pembangunan fasilitas distribusi Energi Baru; dan/atau pembangunan fasilitas pengolahan limbah Energi Baru BADAN USAHA EKSPOR IMPOR IZIN MENTERI URUSAN PERDAGANGAN mengutamakan produk dan potensi dalam negeri tenaga kerja Indonesia; teknologi dalam negeri; bahan-bahan material dalam negeri; dan komponen dalam negeri lainnya yang terkait Energi Baru.
  • 33. PENYEDIAAN ENERGI BARU Penyediaan Energi Terbarukan oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah diutamakan di daerah yang belum berkembang, daerah terpencil, dan daerah pedesaan dengan menggunakan Sumber Energi Terbarukan setempat. Daerah penghasil Sumber Energi Terbarukan mendapat prioritas untuk memperoleh Energi Terbarukan dari Sumber Energi Terbarukan setempat. PEMERINTAH PUSAT SARANA PRASARANA DAPAT MENUGASKAN PERUSAHAAN LISTRIK MILIK NEGARA ATAU BADAN USAHA MILIK SWASTA UNTUK MEMBELI TENAGA LISTRIK YANG DIHASILKAN DARI ENERGI BARU DAPAT MENUGASKAN PERUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI MILIK NEGARA ATAU BADAN USAHA MILIK SWASTA UNTUK MEMBELI BAHAN BAKAR YANG DIHASILKAN DARI ENERGI BARU MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN PERUSAHAAN LISTRIK MILIK NEGARA, TERMASUK KESEIMBANGAN PASOKAN DAN BEBAN SERTA KESIAPAN SISTEM KELISTRIKAN SETEMPAT.
  • 34. PEMANFAATAN ENERGI BARU Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukan pemanfaatan Energi Baru dengan: 1. mengoptimalkan dan mengutamakan seluruh potensi Sumber Energi Baru setempat secara berkelanjutan 2. mempertimbangkan aspek teknologi, sosial, ekonomi, konservasi, lingkungan, dan keberlanjutan; dan 3. memprioritaskan pemenuhan kebutuhan masyarakat dan peningkatan kegiatan ekonomi di daerah penghasil Sumber Energi Baru.
  • 35. SUMBER ENERGI TERBARUKAN Panas Bumi 01 Angin 02 Limbah atau Kotoran Hewan Ternak 08 Aliran dan Terjunan Air 05 Sinar Matahari 04 Sampah 06 Limbah Produk Pertanian 07 Biomassa 03 Gerakan dan Perbedaan Suhu Lapisan Laut 09 Sumber Energi Terbarukan Lainnya 10
  • 36. PERIZINAN ENERGI TERBARUKAN Dalam pengusahaan Energi Terbarukan, Badan Usaha wajib memiliki perizinan berusaha Selain Badan Usaha, perorangan dapat mengusahakan Energi Terbarukan Pengusahaan Energi Terbarukan yang dilakukan oleh perorangan dalam kapasitas tertentu, wajib memiliki izin pengusahaan
  • 37. BADAN USAHA : Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah berwenang memberikan izin pengusahaan kepada Badan Usaha Badan Usaha Milik Daerah Badan Usaha Milik Negara Badan Usaha Milik Desa Koperasi Badan Usaha Milik Swasta Badan Usaha Lain sesuai peraturan perundang- undangan
  • 38. KEGIATAN PENGUSAHAAN EBT Kegiatan Pengusahaan Energi Baru dan Terbarukan dapat dilakukan melalui: a. Pembangunan industri dan/atau fasilitas Energi Baru dan Terbarukan; b. pembangunan penunjang fasilitas Energi Baru dan Terbarukan; c. operasi dan pemeliharaan fasilitas Energi Baru dan Terbarukan; d. fasilitas penyimpanan; e. fasilitas distribusi Energi Baru dan Terbarukan; dan/atau f. fasilitas pengolahan limbah energi nuklir.
  • 39. PENGUSAHAAN ENERGI TERBARUKAN sumber energi terbarukan biomassa, sampah, limbah produk pertanian, dan limbah atau kotoran hewan ternak BADAN USAHA wajib mendapatkan izin dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan berdasarkan rekomendasi dari Menteri.
  • 40. PENGUSAHAAN ENERGI TERBARUKAN Badan Usaha yang mengusahakan Energi Terbarukan wajib mengutamakan produk dan potensi dalam negeri. Produk dan potensi dalam negeri antara lain: 1. tenaga kerja Indonesia; 2. teknologi dalam negeri; 3. bahan-bahan material dalam negeri; dan 4. komponen dalam negeri lainnya yang terkait Energi Terbarukan.
  • 41. PENYEDIAAN • Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya mengutamakan penyediaan Energi Terbarukan untuk memenuhi kebutuhan Energi dalam negeri. • Penyediaan Energi Terbarukan oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah diutamakan di daerah yang belum berkembang, daerah terpencil, dan daerah pedesaan dengan menggunakan Sumber Energi Terbarukan setempat. • Daerah penghasil Sumber Energi Terbarukan mendapat prioritas untuk memperoleh Energi Terbarukan dari Sumber Energi Terbarukan setempat. • Untuk penyediaan Sumber Energi Terbarukan, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib menyediakan sarana dan prasarana. • Perusahaan listrik milik negara wajib membeli tenaga listrik yang dihasilkan dari Energi Terbarukan. • Pemerintah Pusat dapat menugaskan badan usaha milik swasta yang memiliki wilayah usaha ketenagalistrikan untuk membeli tenaga listrik yang dihasilkan dari Energi Terbarukan. • Pemerintah Pusat dapat menugaskan perusahaan minyak dan gas bumi milik negara atau badan usaha milik swasta untuk membeli bahan bakar yang dihasilkan dari Energi Terbarukan.
  • 42. STANDAR PORTOFOLIO • Badan Usaha di bidang penyediaan tenaga listrik yang menggunakan Energi Tak Terbarukan dan/atau bahan bakar minyak harus memenuhi Standar Portofolio Energi Terbarukan. • Penggunaan Energi Terbarukan sesuai Standar Portofolio Energi Terbarukan disesuaikan dengan target Kebijakan Energi Nasional dan Rencana Umum Energi Nasional. • Badan Usaha harus melaporkan rencana penyediaan Energi Terbarukan secara berkala kepada Menteri.
  • 43. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Contents Title Example Text : Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed. I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Contents_Here Contents Title Example Text : Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed. I hope and I believe that this Template will your Time, Money and Reputation. Contents_Here ❑ Kegiatan penelitian dan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan diarahkan untuk mendukung dan menciptakan industri Energi nasional yang mandiri dan berkelanjutan ❑ Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya wajib memfasilitasi penelitian dan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan dan mengembangkan sistem penelitian dan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan yang merupakan bagian integral dari sistem nasional penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ❑ Kewajiban memfasilitasi penelitian dan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan berupa pendanaan, pengadaan, perbaikan, penambahan sarana dan prasarana, peningkatan kemampuan sumber daya manusia, penerapan teknologi, serta perizinan untuk penelitian, baik secara mandiri maupun kerja sama lintas sektor dan antarnegara. ❑ Peningkatan kemampuan sumber daya manusia dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan dengan memenuhi standar kompetensi kerja nasional bidang Energi Baru dan Terbarukan yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi.
  • 44. PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Badan Usaha yang menyelenggarakan Energi Baru dan Terbarukan wajib menjamin standar dan mutu pengelolaan lingkungan hidup serta keselamatan dan kesehatan kerja. Pengelolaan lingkungan hidup berupa kewajiban untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan, pencemaran serta pemulihan atas terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Badan Usaha yang menyelenggarakan Energi Baru dan Terbarukan wajib bertanggungjawab dalam mengembangkan lingkungan dan masyarakat setempat.
  • 45. HARGA ENERGI BARU DAN TERBARUKAN A Harga Energi Baru dan Terbarukan berdasarkan: - Kesepakatan para pihak dengan mempertimbangkan nilai keekonomian dan tingkat pengembalian yang wajar bagi Badan Usaha; - penetapan Pemerintah untuk harga dalam rangka penugasan Pemerintah mendukung program pengembangan kawasan industri berbasis Energi Baru dan Terbarukan dan pembangunan ekonomi daerah terdepan, terpencil dan tertinggal, dengan tetap mempertimbangkan nilai keekonomian berkeadilan dan tingkat pengembalian yang wajar bagi Badan Usaha; atau - tarif masukan berdasarkan jenis dan kapasitas tertentu. B Penetapan harga jual listrik yang bersumber dari Energi Terbarukan berupa: • Harga kesepakatan para pihak berdasarkan jenis, karakteristik, teknologi, lokasi, dan/atau kapasitas terpasang pembangkit listrik dari Sumber Energi Terbarukan; • harga indeks pasar bahan bakar nabati; • mekanisme lelang terbalik; dan/atau • Penetapan Pemerintah untuk penugasan khusus
  • 46. HARGA ENERGI BARU DAN TERBARUKAN PENETAPAN HARGA ENERGI BARU DAN TERBARUKAN Tarif masukan berdasarkan jenis, teknologi, lokasi, dan/atau kapasitas terpasang pembangkit listrik dari sumber energi terbarukan Harga indeks pasar bahan bakar nabati Mekanisme lelang terbalik
  • 47. HARGA ENERGI BARU DAN TERBARUKAN (2) C Dalam hal harga listrik yang bersumber dari Energi Terbarukan dalam rangka penugasan lebih tinggi dari biaya pokok penyediaan pembangkit listrik perusahaan listrik milik negara, Pemerintah Pusat menjamin kesiapan anggaran untuk melaksanakan kewajiban pemberian kompensasi dalam bentuk pengembalian selisih harga Energi Terbarukan dengan biaya pokok penyediaan pembangkit listrik setempat kepada perusahaan listrik milik negara termasuk kompensasi atas margin yang wajar sesuai dengan penugasan yang diberikan. D Penetapan harga jual bahan bakar nabati yang bersumber dari Energi Terbarukan yang dicampur dengan bahan bakar minyak didasarkan pada: a. biaya pokok produksi; b. harga indeks pasar bahan bakar nabati yang dicampurkan ke dalam bahan bakar minyak; c. biaya distribusi dan pengolahan bahan bakar nabati; dan d. subsidi negara.
  • 48. PENETAPAN HARGA JUAL BAHAN BAKAR NABATI PENETAPAN HARGA ENERGI BARU DAN TERBARUKAN Biaya Pokok Produksi Harga indeks pasar bahan bakar nabati yang dicampurkan ke dalam bahan bakar minyak Biaya distribusi dan pengolahan bahan bakar nabati Subsidi negara
  • 49. INSENTIF Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya memberikan insentif kepada: a. Badan Usaha yang mengusahakan Energi Baru dan Terbarukan; b. Badan Usaha di bidang penyediaan tenaga listrik yang bersumber dari Energi tak terbarukan yang memenuhi Standar Portofolio Energi Terbarukan; c. Badan Usaha yang memiliki wilayah usaha ketenagalistrikan yang memprioritaskan pembelian tenaga listrik yang dihasilkan dari Energi Terbarukan di wilayah usahanya; d. Badan Usaha yang melakukan konversi atau inovasi pada pembangkit listrik Energi Tak Terbarukan dalam upaya menurunkan emisi; dan e. Badan Usaha yang mengupayakan penciptaan pasar Energi Baru dan Terbarukan melalui konversi peralatan berbasis bahan bakar fosil menjadi berbasis tenaga listrik pada sektor transportasi, industri dan rumah tangga dalam rangka menurunkan emisi gas rumah kaca Insentif berupa insentif fiskal dan/atau insentif nonfiskal untuk jangka waktu tertentu.
  • 50. INSENTIF (2) • Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tetap mempertimbangkan keseimbangan pasokan dan kebutuhan serta kesiapan sistem ketenagalistrikan nasional, dengan tetap mengutamakan terciptanya sistem ketenagalistrikan nasional yang andal, aman, dan efisien guna menjaga keekonomian biaya pokok penyediaan tenaga listrik perusahaan listrik milik negara dan kualitas pelayanan kepada masyarakat. • Insentif fiskal dapat berupa fasilitas pajak atau impor yang diberikan Pemerintah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Perpajakan dan Kepabeanan, atau fasilitas lainnya yang diberikan negara dalam bentuk pembiayaan atau penjaminan melalui badan usaha milik negara yang ditugaskan Pemerintah Pusat
  • 51. INSENTIF (3) • Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya memberikan dukungan kepada perusahaan listrik milik negara dalam mengembangkan Energi Baru dan Terbarukan. • Dukungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah kepada perusahaan listrik milik negara melalui: a. penyediaan tanah dan infrastruktur oleh pemerintah dalam rangka mempercepat transisi penggunaan pembangkit berbahan bakar fosil menjadi pembangkit energi baru dan terbarukan; a. kemudahan perizinan terkait pengadaan tanah dan infrastruktur; dan/atau b. pemberian jaminan Pemerintah Pusat guna mendapatkan pendanaan murah dalam rangka pengembangan Energi Baru dan Terbarukan
  • 52. DANA ENERGI BARU TERBARUKAN ❑ Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya wajib mengusahakan dana Energi Baru dan Terbarukan untuk mencapai target kebijakan energi nasional dengan tetap memperhatikan kemampuan anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah, masa transisi, dan peta jalan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan. ❑ Dana Energi Baru dan Terbarukan bersumber dari: • anggaran pendapatan dan belanja negara; • anggaran pendapatan dan belanja daerah; • pungutan ekspor Energi Tak Terbarukan; • dana perdagangan karbon; • dana sertifikat Energi Terbarukan; dan/atau • sumber lain yang sah dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang- undangan.
  • 53. DANA ENERGI BARU TERBARUKAN (2) ❑ Dana Energi Baru dan Terbarukan digunakan untuk: • pembiayaan infrastruktur Energi Baru dan Terbarukan; • pembiayaan insentif Energi Baru dan Terbarukan; • kompensasi Badan Usaha yang mengembangkan Energi Baru dan Terbarukan; • penelitian dan pengembangan Energi Baru dan Terbarukan; dan • peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia bidang Energi Baru dan Terbarukan. • subsidi harga energi terbarukan yang harganya belum dapat bersaing dengan energi tak terbarukan. ❑ Dana Energi Terbarukan dikelola oleh Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan.
  • 54. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ❑ Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya wajib melaksanakan pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan Energi Baru dan Terbarukan. ❑ Pembinaan dan pengawasan antara lain: perencanaan, perizinan, pengusahaan, pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja, pengolahan data dan informasi Energi Baru dan Terbarukan, dan pelaporan. ❑ Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat melakukan kerja sama dengan pihak ketiga.
  • 55. PARTISIPASI MASYARAKAT Masyarakat berhak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan Energi Baru dan Terbarukan yang berbentuk: a. Pemberian masukan dalam penentuan arah kebijakan Energi Baru dan Terbarukan; b. Pengajuan keberatan terhadap pelaksanaan peraturan atau kebijakan Energi Baru dan Terbarukan; c. Inisiatif perorangan atau kerja sama dalam penyediaan, penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan; dan/atau d. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan peraturan atau kebijakan Energi Baru dan Terbarukan.
  • 56. PARTISIPASI MASYARAKAT Dalam pelaksanaan penyelenggaraan Energi Baru dan Terbarukan masyarakat berhak untuk: a. Memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengusahaan Energi Baru dan Terbarukan melalui Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya; b. Memperoleh manfaat atas kegiatan pengusahaan Energi Baru dan Terbarukan; dan c. Memperoleh kesempatan kerja dari kegiatan penyelenggaraan Energi Baru dan Terbarukan.