Dokumen ini membahas tentang Digha Nikaya, bagian dari kitab suci Buddha yang berisi kotbah-kotbah panjang Sang Buddha. Terdiri dari 3 bagian yang mencakup 34 kotbah. Digha Nikaya dibangun secara tegas dan langsung untuk menjawab pertanyaan atau kebutuhan ajaran. Sebagian besar kotbah ditujukan untuk para pertapa dan Brahmana namun juga mengajar dewa dan manusia dengan gaya bahasa yang beragam.
2. Digha Nikaya : bagian dari Kitab
suci Sutta Pitaka yang berisi
kotbah-kotbah Sang Buddha yang
berukuran panjang terdiri dari 3
vagga terbagi dalam 34 Sutta.
SILAKANDHA-VAGA
MAHA VAGA
PATIKA VAGA
3. Usaha menjelaskan sutta yang mencakup
kotbah dan tempatnya, judul-judul tertentu
dipertimbangkan agar menjadi jelas. Judul-
judul tersebut mengacu pada
Samutthana/Nikkhepa (asal mula atau
keadaan yang sebelumnya/cara
penyampaian) dan Nidana (sumber/keadaan
keadaan pada jaman itu).
4. Bhadantacariya Buddhaghosa, dalam komentar
untuk bacaan minor untuk ilustrator arti
tertinggi (paramatthajotika) memberikan definisi
Samutthana sebagai asal mula atau sebab yang
menyebabkan Buddha membabarkan kotbah,
yaitu :
Attajjhasaya (kecenderungan buddha sendiri)
Parajjhasaya (kecenderungan orang lain)
Pucchavasika (pemberian jawaban atas
pertanyaan yang berikan kepada Buddha)
Atthupattika (adanya kebutuhan yang muncul)
5. Nidana merupakan sumber, sebab, asal mula,
berhubungan dengan keadaan keadaan pada
jaman pada saat ajaran disampaikan terdiri
atas penjelasan ringkas tentang keadaan
yang terjadi pada jaman ketika kotbah
disampaikan oleh Buddha atau salah satu
siswa-Nya.
6. Kelompok ajaran dalam Dīgha Nikāya berupa
kumpulan sutta-sutta yang berukuran panjang.
Sutta-sutta dalam Dīgha Nikāya dibangun atas
konstruksi yang tegas, sederhana, dan langsung
banyak mengandung narasi deskriptif dan analisis.
Sebagian besar sutta-sutta dalam Dīgha Nikāya
ditujukan kepada para pertapa dan Brahmana,
terutama dalam SilakhandaVagga, namun dalam
MahaVagga dan PatthikaVagga Buddha mengajar
terhadap para dewa dan manusia sekaligus sehingga
gaya bahasa yang digunakan kadang sederhana,
perumpamaan, penuh lengenda, penuh analisa, dan
pendeskripsian yang dalam
7. Sastra Dīgha Nikāya terbentuk atas
kepadatan ajaran, memberikan kesan
keseriusan Buddha dalam memberikan
ajaran.
Semua sutta yang terkumpul dalam Dīgha
Nikāya dapat dikatakan bersifat pragmatis
menyangkut pemecahan permasalahan
untuk menggapai tujuan hidup manusia
8. Hampir semua sutta dalam Digha Nikaya
berisi diskusi dan debat. Karena cara yang
efektif sepanjang tidak mengabaikan aspek
manfaat. Buddha merupakan ahli dalam
berdebat dan berdialog, dialektika-Nya selalu
membuat lawan debat-Nya tunduk.
Yang menarik dari secara Buddha adalah
perpaduan antara kepala yang dingin dan
jiwa yan hangat.