1. Thought and Civilization of Islam in Leadership Period Muhammad
Ali Pasya
Pemikiran dan Peradaban Islam pada Masa Kepemimpinan
Muhammad Ali Pasya
Shelly Elvina Salsabila
Jurusan Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia, Jalan Kaliurang KM 14,5, Umbulmartani,
Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55584
Email: shellyels@yahoo.com
A. Preface
France's expansion of Egypt made Muslims aware of its lagging behind in many ways. One
of the figures who realized this was Muhammad Ali Pasya. With the interaction with
France at the time of the expansion led by Napoleon awakened Ali Pasya to reform the
Egyptians not to be left behind and also to be colonized by the West. Renewal is done in
the field of politics, education, and also the economy by doing various strategies to raise
up Muslims.
Pendahuluan
Ekspansi yang dilakukan Prancis pada Mesir menyadarkan umat Islam akan
ketertinggalannya dalam berbagai hal. Salah satu tokoh yang menyadari hal ini adalah
Muhammad Ali Pasya. Dengan adanya interaksi dengan bangsa Barat, yaitu Prancis, pada
saat ekspansi yang dipimpin oleh Napoleon membangkitkan Ali Pasya untuk melakukan
pembaharuan pada Mesir agar tidak tertinggal dan juga terjajah oleh bangsa Barat.
Pembaharuan yang dilakukan adalah dalam bidang politik, pendidikan, dan juga ekonomi
dengan melakukan berbagai macam strategi untuk membangkitkan umat Islam.
B. Biografi Muhammad Ali Pasya
Muhammad Ali Pasya adalah Tokoh pembaharu Mesir yang di lahirkan pada tahun 1769
M. Di Kawalla, Macedonia, daerah dari kekuasaan Yunani ia termasuk keturunan Turki .
2. sejak kecil ia harus bekerja keras membantu orang tuanya, sehingga ia tidak mendapatkan
pendidikan yang layak dan baik (Hitti, 2013). Sebelum memasuki dinas militer,
Muhammad Ali pernh menjadi pedagang rokok, kemudian menjadi pegawai rendah di
kantor pajak (Nasution, 1996). Namun dalam pekerjaannya di kantor pajak itu. Ia memliki
kecakapan dan ketangkasan yang kemudian menjadi kesayangan Gubernur Usmani, ia
kemudian di ambil sebagai menantu Gubernur, dan sejak sat itu namanya mulai di kenal .
selanjutnya ia masuk dunia militer. Dan dalam dunia kemiliteran itu juga memiliki
kecakapan dan ketangkasan sehingga pangkatnya juga cepat naik.
Karena kecakapan dn ketangkasan itu. Ia juga di percaya oleh Sultan Turki Utsmani
untuk memangku jabatan panglima pasukan Albania yang di kirim ke Mesir untuk
mengusir tentara pendudukan mesir dan akhirnya ia beserta pasukannya berhasil mengusir
tentara pendudukan Prancis dari Mesir pada tahun 1801 M.
Pada tahun 1805 M. Rakyat Mesir memilih dan mengangkat Muhammad Ali
sebagai gubernur Mesir. Tindakan ini kemudian di sampaikan kepada Sultan Salim III
selaku Turki Utsmani paa waktu itu dan mereka mengharapkan agar sultan Turki berkenan
merestui dan mengukuhkan Muhammad Ali sebagai gubernur Turki di Mesir , satu Tahun
kemudian , Muhammad Ali di akui secara resmi sebagai gubernur Mesir oleh Turki
Utsmani. Pada tahun 1807 M, ia bersama rakyat Mesir berhasil mematahkan intervensi
Inggris ke Mesir (Rusli, 2013).
Setelah mendapatkan kepercayaan dari rakyatnya Muhammad Ali pasya menjadi
pemilik independen negara ini. Dengan menerapkan monopli atas produk-produk unggulan
negeri ini , ia menjadikan dirinya sebagai satu-satunya pengusaha dan kontraktor (Kitti,
2013).
Muhammad Ali pada maa pemerintahaannya telah mengirim beberapa kali pasukan
nya untuk menaklukkan daerah-daerah di luar Mesir. Pada tahun 1811 M. Muhammad Ali
mengirim tentaranya pertama kali ke saudi Arabia untuk memerangi Gerakan Wahabi.
Serangan ini di lakukan oleh Muhammad Ali karena khawatir terhadap gerakan tersebut
yang di anggap dapat mengancam kedaulatan Turki Utsmani sebgai pelindung kota suci
Makkah dan Madinah. Pada tahun 1820 M. Pasukan Muhammad Ali yang ddi pimpin oleh
anaknya, Tusun dapat melaju dan menguasai wilayah barat Sudan.
3. Pada musim panas tahun 1832 M, pasukan Muhammad Ali di bawah pimpinan
anaknya Pasya juga menjarah Palestna, menghancurkan tentara turki yang ada di Homs
dan Aleppo, dan selanjutnya mengarah ke Anatolia antara tahun 1834-1839 M, Muhammad
Ali mengirim pasukannya kembali ke Saudi Arabia untuk menduduki nejd,Hijaz, dan
Yaman. Namun atas tekanan Inggris telah memaksa Muhammad Ali untuk melepaskan
dominasinya atas semenanjung Arabia, Beirut, Syria, dan Palestina. Akibat lain dari
tekanan Inggris kekuasaan Muhammad Ali mengecil dan hanya tinggal mesir dan sudan
bagian utara.
Muhammad Ali wafat pada tahun 1849 M. Dalam usia 80 tahun, selama 45 tahun
memerintah, ia telah melakukan usaha-usaha pembaharuan dalam bidang militer,ekonomi,
pendidikan dan bidang lainny. Karena itu pengaruhnya di mata rakyat mesir sangat besar
dan akibatnya ia dapat mewariskan kekuasaan kepaa keturunanya dengan penguasa
terakhir raja Faruq yang bertahta selama 16 Tahun (1936-1952M) (Rusli, 2013).
C. Pemikiran dan Pembaharuan Muhammad Ali Pasya di Mesir
a. Kedudukan Muhammad Ali di Mesir
Muhammad Ali Pasya adalah seorang keturunan Turki yang lahir pada tahun 1765 di
Kawallah, Yunani. Tidak seperti anak-anak lainnya, beliau menghabiskan masa
kecilnya untuk membantu orang tua dan tidak sempat mengenyam pendidikan.
Ketika dewasa, ia bekerja sebagai pemungut pajak dan berkat keberhasilannya
ia diangkat menjadi menantu gubernur Utsmani pada saat itu. Ia masuk dinas militer
dan kariernya terus naik. Dalam pengiriman pasukan ke Mesir, ia diangkat menjadi
wakil perwira dalam pasukan tersebut. Muhammad Ali Pasya menunjukkan
keberaniannya yang sangat luar biasa dalam pertempuran dengan tentara Prancis
sehingga ia diangkat menjadi kolonel. Prancis berhasil keluar dari Mesir tahun 1801
dan Muhammad Ali Pasya turut serta dalam mengisi kekosongan politik akibat
hengkangnya Prancis.
Dalam waktu bersamaan, dating pula tentara Utsmani yag ingin menguasai
Mesir. Ali Pasya berhasil memenangkan serta menjadikan dirinya sebagai Pasa baru
pada tahun 1805 dengan persetujuan pengiasa Utsmani di Istanbul Turki. Beliau
memimpin Mesir pada tahun 1805 hingga 1848.
4. Muhammad Ali PAsya juga diberi kepercayaan sebagai pemimpin militer pada
era Turki Utsmani akibat keberhasilan dan keberaniannya. Ia dikenal sebagai
pemimpin tersohor kebanggan negara Mesir dan juga dianggap sebagai pahlawan bagi
warga Mesir. Hal ini karena Ali Pasya memiliki keinginan yang kuat untuk membangun
dan meningkatkan perekonomian Mesir. Semangat serta usahanya sangat tinggi hingga
tak ada pahlawan pada zamannya yang dapat menandingi.
Ali Pasya memajukan negara Mesir dalam segala aspek kehidupan. Dengan
kekuasaan yang dimilikinya sebagai seorang Sultan Utsmani, beliau menggerakkan
pemerintahan Mesir untuk memodernisasikan kekuatan serta administrasi militer.
Dalam usahanya, Ali PAsya mengundang para ahli militer barat untuk melatih
angkatan bersenjata Mesir dan juga mengirimkan misi ke Eropa untuk mempelajari
ilmu kemiliteran. Pada tahun 1815 untuk pertama kalinya Mesir mendirikan Sekolah
Militer yang sebagian besar instrukturnya didatangkan langsung dari Eropa.
Selain dalam bidang militer, negara Mesir juga meningkatkan
perekonomiannya dengan mengekspor kapas ke negara Eropa. Hal ini sangat
menguntungkan karena adanya angsuran terhadap petugas administrasi yang dapat
dijadikan sebagai salah satu poin keuntungan bagi negara Mesir. Selain itu wisatawan
asing juga ikut menyumbang pendapatan devisa negara (Ali & Dan, 2011).
Dalam bidang tatanan sosial, Ali Pasya mengubah peraturan administrasi
dengan system yang lebih modern. Mulai digalakkan pembangunan prasarana umum
seperti rumah sakit, yang juga mendatangkan beberapa dokter spesialis untuk
menangani penduduk setempat (Zuhairini, 2004)
Sedangkan dalam bidang pendidikan, Ali Pasya mendirikan berbagai macam
sekolah yang sistemnya diadaptasi dari system pendidikan dan pengajaran di Barat
guna memperkuat pendidikan di Mesir. Beliau mendirikan kementrian pendidikan dan
lembaga-lembaga pendidikan seperti membuka Sekolah Teknik (1839), Sekolah
Kedokteran (1827), Sekolah Apoteker (1829), Sekolah Pertambangan (1834), Sekolah
Pertanian (1836), dan Sekolah Penerjemahan (1836) (Suwito, 2015). Muhammad Ali
Pasya juga mengirimkan siswa-siswa untuk belajar ke Italia, Perancis, Inggris, dan
Austria antara tahun 1823-1844 serta ada sebanyak 311 pelajar yang dikirim ke Eropa.
5. Tujuan dari pengiriman pelajar Mesir tersebut adalah agar dapat mempu
menguasai ilmu pengetahuan yang berkembang di Barat sehingga dapat dikembangkan
dan direalisasikan di Mesir. Selain itu juga dalam rangka pengembangan ilmu tersebut,
Muhammad Ali Pasya menggalakkan penerjemahan buku-buku berbahasa asing ke
dalam Bahasa Arab, beliau juga mendirikan Sekolah Penerjemahan pada tahun 1836.
b. Pemikiran dan Pembaharuan Muhammad Ali Pasya
Selain yang sudah disebutkan sebelumnya, masih terdapat pembaharuan yang
dipelopori oleh Muhammad Ali Pasya, diantaranya:
1. Politik Luar Negeri
Setelah menyadari akan ketertinggalan Mesir, Ali Pasya sadar akan kebutuhan
negara Mesir untuk bekerja sama dengan negara Barat guna pembangunan
negaranya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari pengiriman 311 pelajar Mesir ke Italia,
Prancis, Inggris, dan Austria dalam rangka mempelajari ilmu-ilmu modern. Ilmu
yang ditargetkan adalah ilmu-ilmu kemiliteran, arsitek, kedokteran, obat-obatan,
serta administrasi negara (Assajdah et al., n.d.).
2. Politik Dalam Negeri
Membangun kekuatan militer
Untuk menjadi negara besar dan kuat diperlukan angkatan besenjata yang
modern sehingga Muhammad Ali Pasya mengundang para ahli militer barat
untuk melatih angkatan bersenjata di Mesir serta mengirim misi ke Eropa
guna mempelajari ilmu kemiliteran.
Dalam usahanya membangun kekuatan militer, dibutuhkan pula
dukungan dalam ilmu pengetahuan dan system perekonomian yang baik
sehingga untuk mencapainya, Muhammad Ali Pasya mengadakan reformasi
dan reorganisasi kekuatan militernya. Beliau juga mengirimkan pelajar-
pelajar untuk mempelajari ilmu yang berkaitan dengan kemiliteran.
Bidang pemerintahan
Pengaturan administrasi pemerintah juga dibituhkan dalam pembangunan
sehingga Muhammad Ali Pasya mencontoh Prancis dalam hal ini. Beliau
6. memiliki penasihat politik namun putusan terakhir tetap diputuskan oleh Ali
Pasya.
Keputusan tersebut salah satunya adalah pada tahun 1812 tanah
wakaf dijadikan milik Negara, orang-orang yang dulunya diberi hak untuk
menguasai tanah menjadi berstatus penyewa tanah-tanah negara.
Perdagangan luar negeri dimonopoli oleh Negara. Kemudian pada tahun
1815 semua hasil kapas dan bahan-bahan pakaian dikuasai oleh Negara.
Selanjutnya hasil biji-bijian dan hasil tambang juga berada di bawah
pengasaan Negara (Nur, 2000).
Ekonomi
Pada saat itu negara Mesir adalah negara agraris sehingga Muhammad Ali
Pasya memiliki pemikiran untuk membangun irigrasi Al-Khatiri Al-
Khairiyah serta mengimpor bibit kapas dari India dan Sundan kemudian
mendirikan pabrik-pabrik.
Menurut Muhammad Ali Pasya, memperbaiki serta membuat irigasi
baru akan memperkuat perekonomian dengan meningkatkan agrikultur
seperti penanaman kapas yang sebelumnya didapat dengan cara impor.
Muhammad Ali Pasya juga mendatangkan ahli pertanian dari Eropa serta
membuka sekolah pertanian pada tahun 1836. Selain itu, beliau juga
mengadakan nasionalis tanah, yaitu mengubah kepemilikan tanah yang
dimiliki oleh masyarakat Mesir menjadi kepemilikan Negara. Menurut Ali
Pasya, pengelolaan tunggal akan lebih efektif karena hasil pertanian di
Mesir dapat diarahkan menjadi satu tujuan seperti memonopoli
perdagangan.
Pendidikan
Meskipun Muhammad Ali Pasya tidak pandai baca tulis, akan tetapi
pemikiran serta antisipasinya dapat jauh ke depan. Beliau menyadari akan
ketertinggalan bangsa Mesir dari negara-negara di Barat dalam segala
bidang ilmu pengetahuan dan faktor penyebab utamanya adalah pendidikan
(Nasution, 1975).
7. Pembaharuan pendidikan di Mesir didasari oleh hubungan yang
terjadi antara masyarakat Mesir dengan peradaban di Barat, hal ini mulai
dilakukan sejak pendudukan Napoleon yang menyadarkan masyarakat
Mesir akan kemundurannya.
1. Sekolah Modern
Muhammad Ali Pasya percaya bahwa dalam pembangunan diperlukan
ilmu dari berbagai bidang, seperti ilmu-ilmu modern dan sains yang
berkembang di Barat. Dengan alasan itulah baliau memodernkan
lembaga pendidikan Islam dengan mendirikan sekolah-sekolah dan
memasukkan ilmu-ilmu modern serta sains ke dalam kurikulumnya atau
yang biasa disebut dengan sekolah modern.
Pada saat itu Mesir masih menggunakan kurikulum tradisional
yang sangat sulit apabila ditambahkan kurikulum baru yaitu kurikulum
modern sehingga beliau mengambil jalan alternative yaitu mendirikan
sekolah modern baru sehingga kurikulum tradisional yang telah ada
tetap berjalan.
Sekolah-sekolah modern tersebut ditujukan untuk menunjang
kemajuan dan perkembangan Mesir. Sekolah tradisional hanya
mempelajari mengenai ilmu agama saja, sedangkan sekolah modern
lebih mempelajari tentang penguasaan ilmu umum yang mendukung
perkembangan Mesir.
Karena dalam penyelenggaraannya, sekolah-sekolah modern
tersebut masih belum sempurna, masih banyak kekurangan terutama
dalam hal penyebarannya, jumlah murid yang belum berimbang serta
jenjang pendidikannya, maka pada tahun 1834 dibentuklah sebuah
komisi pendidikan. Komisi ini bertugas menyusun kembali teknis
pelaksanaan pendidikan dengan mengusulkan antara lain (Mukti, 1993):
a) Penambahan pembangunan Sekolah Dasar sebanyak lima puluh
buah lagi di Kairo dan propinsi-propinsi lainnya.
8. b) Penambahan Sekolah Menengah Umum, semacam SMA di
Iskandariah yang berfungsi menghubungkan antara Sekolah Dasar
dengan Sekolah Tinggi.
c) Menetapkan jenjang sekolah menjadi tingkat dasar, menengah, dan
tingkat tinggi.
Namun laporan komisi tersebut tidak sampai kepada Muhammad
Ali Pasya sehingga tidak banyak yang dapat dilakukan olehnya
dalam memperbaiki system pendidikan sampai pada akhir masa
pemerintahannya. Setelah reorganisasi pendidikan yang dilakukan
oleh Khedewi Islmail barulah system pendidikan baru
memperlihatkan pengaruh yang besar. Kemudian dilanjutkan oleh
Sultan Ahmad Fuad dan Raja Faruq.
2. Kurikulum
Dalam hal kurikulum, Ali Pasya menginginkan adanya pembaharuan
seperti kurikulum di Barat. Beliau menghendaki demikian karena ilmu-
ilmu tersebut sangat relevan dengan tuntutan zaman serta selaras dengan
tujuan pendidikan yang ingin dicapai yaitu mengembangkan negara
Mesir sehingga tidak jauh tertinggal dari negara di Eropa baik dari segi
ilmu pengetahuan maupun teknologi. Ilmu-ilmu tersebut berhasil
diterapkan di Mesir salah satunya adalah karna posisi Ali Pasya sebagai
raja di Mesir pada saat itu.
Untuk pengajar di sekolah yang didirikan oleh Muhammad Ali
Pasya, beliu mendatangkan tenaga pengajar dari Eropa. Namun hal
tersebut tidak berjalan lama karena mereka membutuhkan penerjemah
yang dapat menerjemahkan ke dalam Bahasa Arab dan biayanya sangat
mahal. Untuk menangani hal itu, Muhammad Ali Pasya mengirimkan
pelajar-pelajar Mesir untuk belajar ke Eropa yang tujuannya tidak lain
adalah untuk membangun negara Mesir.
3. Materi pelajaran
Materi pelajaran merupakan bahan yang akan diajarkan oleh guru
kepada murid-muridnya yang bersumber dari buku-buku pelajaran.
9. Akan tetapi buku pelajaran merupakan persoalan penting yang dihadapi
dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran pada sekolah-sekolah
yang dibangun oleh Muhammad Ali Pasya (Mukti, 1993).
Kendala yang dihadapi adalah tidak ditemukannya banyak buku
pelajaran ilmu umum di Mesir, buku-buku yang banyak dimiliki oleh
Mesir adalah buku agama karena system pendidikan negara Mesir yang
lama banyak mempelajari dan berfokus pada agama saja. Untuk
mengatasinya adalah dengan menerjemahkan buku-buku sekolah di
Eropa ke dalam Bahasa Arab. Penerjemahnya sendiri adalah
mahasiswa-mahasiswa Mesir yang sedang belajar di Eropa.
Namun proses penerjemahan ini kurang berjalan lancar karena
bukan penerjemah ahli serta pekerjaan menerjemahkan merupakan
pkerjaan sambilan mahasiswa sehingga dirasa kurang memuaskan.
Penerjemahan buku mulai lancar sejak didirikannya sekolah
penerjemah pada tahun 1836, karena di sekolah ini terdapat ahli-ahli
penerjemah sehingga hasilnya lebih memuaskan dan lebih cepat.
D. Kesimpulan
Muhammad Ali Pasya adalah seorang pemimpin Mesir yang juga merupakan tokoh
pembaharuan Islam di Mesir. Pembaharuan yang dilakukan dilatarbelakangi oleh
pemikiran Ali Pasya setelah adanya Ekspedisi Napoleon ke Mesir. Prancis tidak hanya
mengirimkan orang-orang yang ahli dalam militer tetapi juga dalam berbagai ilmu
pengetahuan. Hal ini menyebabkan Muhammad Ali Pasya sadar akan ketertinggalan Mesir
terhadap bangsa Barat.
Berbagai pembaharuan dimulai ketika Muhammad Ali Pasya berhasil merebut
kekuasaan Mesir dari Prancis dan kemudian diangkat menjadi Raja. Menyadari untuk
mempertahankan suatu negara tidak bisahanya dari bidang militer saja, tetapi juga dalam
perekonomian, maka Muhammad Ali Pasya melakukan pembaharuan untuk memperkuat
perekonomian Mesir. Kebijakan dan pemikirannya diantara lain adalah, membuat
memperbaiki irigasi lama, membuat irigasi baru, bertani kapas, mendatangkan ahli dari
10. Barat, mengirim pelajar-pelajar ke Barat, mendirikan sekolah baru dengan kurikulum yang
berbeda, serta menerapkan pengelolaan tunggal tanah yang ada di Mesir.
Bidang pendidikan menjadi bidang utama dalam pembaharuan karena peningkatan
kekuatas Mesir tidak akan tercapai tanpa adanya ilmu modern. Muhammad Ali Pasya
mendirikan Kementrian Pendidikan serta Sekolah Militer, Sekolah Teknik, Sekolah
Kedokteran, Sekolah Apoteker, Sekolah Pembangunan, serta Sekolah Pertanian dan
Sekolah Penerjemah.
Pembaharuan yang telah dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya ini menjadi awal
mula kebangkitan Mesir menjadi modern yang kemudian dilanjutkan oleh orang-orang
setelahnya.
11. Daftar Pustaka
Ali, M., & Dan, P. (2011). Muhammad ali pasha dan al-azhar.
Assajdah, N., Pendidikan, J., Islam, A., Ilmu, F., Dan, T., Negeri, U. I., & Hidayatullah,
S. (n.d.). PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM (Studi atas Pemikiran
Muhammad Ali Pasya).
Hitti, Phipip K, History of the Arabs, diterjemahkan oleh Cecep Lukman Yasin dan Dedi
Slamet Riyadi, Jakarta, Serambi, 2013.
Mukti, Abdul, Pembaharuan Lembaga Pendidikan di Mesir, Bandung: Citapustaka Media
Perintis, 2008.
Nasution, Harun pembaharuan Dalam islam : Sejarah pemikiran dan Gerakan,
Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
Nur, Wahyudin, Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, Medan: IAINSU, 2000
Rusli ,H. Ris’an, pembaharuan pemikiran modern dalam Islam.Jakarta: Rajawali Pers,
2013
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta, Prenada Media, 2015.
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 2004.