SlideShare a Scribd company logo
1 of 74
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
Irvan
NIM: 809011000009
Oleh
Irvan
NIM: 809011000009
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN
KAJIAN SURAT AL-FATIHAH AYAT 1-7
Skripsi
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1434 H/2014
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah
sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 21 Juli 2013
Yang mengesahkan,
Dra. Hj. Elo Al-Bugis, MA.
NIP. 19560119 199403 2 001
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul: “KONSEP IBADAH DALAM Al-QUR’ANKAJIAN
SURAT AL-FATIHAH AYAT 1-7”disusun oleh IRVAN, NIM. 809011000009,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK),
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “Konsep Ibadah Dalam Al-Qur’an Kajian Surat Al-Fatihah Ayat
1-7” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosyah pada
tanggal 11 Januari 2013 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.
Jakarta, 15 April 2014
Panitia Ujian Munaqosyah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan
Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag
NIP : 19580707 198703 1 005 ……….. ……………..
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi)
Marhamah Saleh, MA
NIP : 19720313 200801 2 010 ………... ……………...
Penguji I
Bahrissalim, M.Ag.
NIP : 19680307 199803 1 002 ………… ……………..
Penguji II
Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag.
NIP : 19670328 200003 1 001 ………... ……………...
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Nurlena Rifa’i, MA. Ph. D.
NIP : 19591020 198603 2001
iii
ABSTRAK
IRVAN: KONSEP IBADAH DALAM Al-QUR’AN KAJIAN SURAT AL-
FATIHAH AYAT 1-7
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui arti ibadah dan pentingnya
ibadah bagi kehidupan kita sehari-hari serta mengetahui konsep ibadah yang
terkandung dalam surat al-Fatihah.
Ibadah adalah suatu istilah yang mencangkup segala sesuatu yang dicintai
Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang
tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir). Seringkali dan banyak diantara
kita yang menganggap ibadah itu hanyalah sekedar menjalankan rutinitas dari hal-
hal yang dianggap kewajiban, seperti sholat dan puasa, sayangnya kita lupa bahwa
ibadah tidak mungkin lepas dari pencapaian kepada tauhid terlebih dahulu.
Dalam penelitian penulis menggunakan metode pendekatan deskritif
analitis, dengan mencari dan mengumpulkan data, menyusun, serta menguraikan
secara lengkap, teratur dan teliti terhadap obyek penelitian. Dalam mengumpulkan
data, peneliti menempuh langkah-langkah melalui riset kepustakaan (library
Research) yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian kepustakaan murni yang
berasal dari buku-buku dan karya ilmiyah dibidang tafsir dan pendidikan, yang
terdiri dari sumber primer dan sekunder.
iv
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : IRVAN
NIM 809011000009
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Alamat :Jl. Pulo Kambing Rt.010/03 No. 8 Kel: Jatinegara. Kec: Cakung.
Jakarta Timur
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi dengan judul “KONSEP IBADAH DALAM Al-
QUR’ANKAJIAN SURAT AL-FATIHAH AYAT 1-7”adalah benar hasil karya
sendiri di bawah bimbingan dosen:
Dra. Hj. Elo Al-Bugis, MA.
NIP.: 19560119 199403 2001
Demikian surat pernyaan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima konsekuensi secara akademis, apabila ternyata skripsi ini bukan hasil
karya sendiri.
Jakarta, Juli 2013
Yang Menyatakan
IRVAN
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, pemberi rahmat dan
hidayah, sehingga atas segala limpahan karunia dan nikmatnya akhirnya skripsi
ini dapat diselesaikan meskipun masih belum sempurna. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, pemegang panji
kebenaran, membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta alam. Atas jerih
payah beliau kita dapat memeluk agama Islam.
Penulis sadar, bahwa dalam penulisan skripsi ini tak jauh dari kesalahan dan
kekeliruan. Kesempurnaan serta keberhasilan yang penulis dapatkan dalam
menyelesaikan skripsi ini tidak lain dan tidak bukan bekat bimbingan, bantuan
serta saran-saran dari semua pihak yang terkait. Tanpa adanya mereka penulis
tidaklah berarti. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih
atas segala bantuan dan bimbingan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan, kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Ketua dan Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dra. Hj. Elo al-Bugis, MA. dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan koreksi dan bimbingan
dengan baik serta senantiasa memberikan motivasi agar skripsi ini dapat
segera diselesaikan.
4. Para Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang dengan ikhlas telah memberikan ilmunya
kepada penulis selama masa kuliah.
5. Ibunda tercinta yang super luar biasa. Mama Barkah. Terimakasihatas
segalanya, tetesan air mata dan doa yang selalu mengalir tanpa henti dan
tanpa pamrih untuk selalu mendoakan dan merestui penulis dalam
menuntaskan studi demi meraih cita dan cinta.
6. Istri tercinta, Umi Kultsum binti H. Syamukri yang selalu mendampingi,
membantu dan menjadi penyemangat dalam segala situasi.
vi
membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini.
Hanya rasa syukur yang dapat dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan anugerah-Nya dalam penyusunan skripsi ini, sekali lagi penulis
berterima kasih kepada pihak yang telah bekerja keras membantu penulis, semoga
usaha tersebut dicatat sebagai bentuk amal kebaikan, dan mendapatkan balasan
yang setimpal dari-Nya, Amiin.
Jakarta, 21 Juli 2013
Penulis
7. Rekan-Rekan seperjuangan tercinta yang tidak dapat disebutkan satu
persatu dan tidak bosan-bosannya memberikan motivasi sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan
8. Pihak-pihak lain yang berjasa baik secara langsung maupun tidak,
vii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................ i
PENGESAHAN PEMBIMBING.................................................................. ii
PENGESAHANPENGUJI ............................................................................ iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH …………………………….. v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................... 3
C. Rumusan dan Pembatasan Masalah .................................. 3
D. Tujuan Penelitian............................................................... 3
E. Manfaat Penelitian............................................................. 3
F. Sietematika penulisan........................................................ 4
BAB II KAJIAN TEORI..................................................................... 6
A. Pengertian Ibadah............................................................... 6
B. Tujuan Ibadah .................................................................... 7
C. Hikmah Ibadah................................................................... 9
D. Macam-macam Ibadah....................................................... 11
1. Ibadah Mahdloh ........................................................... 11
2. Ibadah Ghoiru Mahdloh............................................... 13
E. Pengaruh ibadah terhadap jiwa manusia ........................... 14
1. Pengaruh Individu 16
2. Pengaruh Sosial ............................................................. 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................. 22
A. Metode Penelitian.............................................................. 22
B. Sumber Data...................................................................... 22
C. Pengolahan Data................................................................ 23
D. Analisa Data ...................................................................... 23
viii
E. Tehnik Penulisan.....................................................................23
BAB IVPEMBAHASAN& TEORI ...................................................................24
A. 1.Teks Surat Al-Fatihah Ayat 1-7.....................................................................24
2. Pengertian dan Riwayat turunnya surat Al-Fatihah ....................................24
3. Nama-nama surat Al-Fatihah.......................................................................29
4. Keutamaan surat Al-Fatihah ................................................................................29
5. Tafsir surat Al-FatihahAyat 1-7...................................................................31
6. kandungan surat Al-Fatihah Ayat 1-7..........................................................41
a. Keimanan ..........................................................................41
b. Ibadah................................................................................43
c. Hukum-hukum dan peraturan-peraturan ...........................44
d. Janji dan ancaman.............................................................45
e. kisah-kisah atau cerita-cerita.............................................47
B. Konsep Ibadah dalam surat Al-fatihah Ayat 1-7....................48
1. A). ....................................................................48
2. B). ...............................................................52
BAB V PENUTUP.....................................................................................55
A. Kesimpulan ..............................................................................55
B. Saran-saran...............................................................................55
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................57
LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Surat al-Fatihah adalah “Mahkota Tuntunan Ilahi”. Yang disebut dengan
“Ummul Qur’an” atau “Induk al-Qur’an”. Banyak nama yang disandangkan
kepada awal surat al-Qur’an itu. Tidak kurang dari dua puluh sekian nama. Dari
nama-namnya dapat diketahui betapa besar dampak yang dapat diperoleh bagi
para pembacanya. Tidak heran jika do’a dianjurkan agar ditutup dengan Al-
Hamdu lillahi Rabbil ‘Alamiin atau bahkan ditutup dengan surat ini.1
Ibnu Katsir mengatakan: “Mereka (para ulama) mengatakan bahwa al-
Fatihah, terdiri dari dua puluh lima kata. Sedangkan hurufnya berjumlah seratus
tiga belas huruf. Al-Fatihah dinamakan Ummul Kitab (induk Al-Qur’an) karena
penulisan Al-Qur’an dan bacaan shalat dimulai dengan surat Al-Fatihah dan
semua makna Al-Qur’an terkandung dalam surat Al-Fatihah tersebut2
Adapun mengenai sebab-sebab turunnya surat Al-Fatihah, banyak riwayat
yang menyebutkan. Sebagian menyebutkan bahwa surat Al-Fatihah diturunkan di
Mekkah, yaitu pada permulaan disyariatkannya shalat, dan surat ini yang pertama
kali diturunkan secara lengkap tujuh ayat.3
Jadi Al-Fatihah termasuk surat-surat
Makiyah, dan diwajibkan membacanya didalam salat.4
Dari sebanyak 114 surat dalam al-Qur’an, sura al-Fatihah termasuk surat yang
paling populer, dikenal mulai dari kalangan anak-anak sampai dewasa, dari
kalangan kaum dlu’afa sampai kalangan kaum yang bertahta. Belum ada suatu
penelitian yang menjelaskan mengapa surat al-Fatihah itu begitu amat populer dan
dikenal luas oleh masyarakat, padahal surat yang pertama kali diturunkan bukan
surat al-Fatihah, melainkan surat al-Alaq.5
hal: 17
1
.M. Quraish Shihab,Tafsir al-mishbah, volume 1 (jakarta: Lentera Hati,2002), hal: 3.
2
Sa’id Hawwa, Tafsir Al-Asas, (jakarta, Robbani Press1999), hal: 34.
3
Abuddin Natta,Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2010),
4
.Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirya, (yogyakarta: PT.Dana Bakti
Wakaf),Hal: 3.
5
Abuddin Natta,Op Cit, hal:11.
1
2
Surat Al-Fatihah seringkali digunakan sebagai do’a yang dipanjatkan untuk
seseorang yang telah meninggal dunia atau dalam keadaan terkena musibah. Hal
ini tidak mengherankan, karena di dalam surat al-Fatihah terdapat kalimat yang
menunjukkan do’a6
seperti kalimat yang berbunyi:
“tunjukilah kepada kami jalan yang lurus. (Q.S. Al- Fatihah:6).
Selain itu, di dalam surat al-Fatihah juga terdapat pokok-pokok ajaran tentang
ibadah, sebagaimana diwakili oleh ayat:
“hanya Engkaulah yang Kami sembah. dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan.(Q.S. Al- Fatihah: 5).
Maka ibadah yang pada intinya ketundukkan untuk melaksanakan segala
perintah Allah mengandung arti yang luas. Yaitu bukan hanya ibadah dalam arti
khusus seperti shalat,puasa, zakat, dan haji, melainkan juga ibadah dalam arti luas,
yaitu seluruh aktivatas kebaikan yang dlakukan untuk mengangkat harka dan
martabat manusia dengan tujuan ikhlas karena Allah SWT.7
Oleh karena itu tidak
jarang orang muslim setiap melakukan suatu do’a atau kegiatan keagamaan yang
berkaitan dengan ibadah selalu dimulai dan di akhiri dengan membaca surat Al-
fatihah.
Melihat betapa pentingnya ibadah dalam kehidupan manusia sehari-hari dan
hubungan kita kepada Allah SWT, agar kita menjadi orang yang bertaqwa disisi
Allah SWT, maka penulis berminat untuk mengadakan penelitian terhadap konsep
ibadah menurur al-Qur’an yang tercantum dalam Surat Al-Fatihah ayat 1-7,
dengan judul “Konsep Ibadah dalam Al-Qur’an kajian Surat Al-Fatihah ayat
1-7”.
6
Ibid,hal: 13
7
.Ibid, hal: 31.
3
B. Identifikasi masalah
1. Minimnya pengetahuan manusia tentang arti ibadah
2. Kurangnya kesadaran manusia dalam mengenal pentingnya ibadah dalam
kehidupan sehari-hari
3. Rendahnya minat manusia dalam melakukan ibadah
4. Rendahnya pemahaman manusia dalam menggali isi kandungan Surat al-
Fatihah.
C. Rumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang penulis ungkapkan
adalah:
1. Untuk apa manusia dan jin diciptakan oleh Allah Swt ?
2. Bagaimana bentuk dan sifat ibadah yang kita laksanakan sehari-hari ?
3. Bagaimana keistimewaan surat al-Fatihah ?
4. Bagaimanakonsep ibadah yang terdapat dalam surat al-Fatihah ?
Memperhatikan identifikasi masalah diatas, permasalahan yang diteliti oleh
penulis dibatasi hanya membahas tentang ibadah yang terkandung dalam surat al-
Fatihah.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut
1. Mengetahui arti ibadah dan pentingnya ibadah bagi kehidupan kita sehari-
hari.
2. Mengetahui konsep ibadah yang terkandung dalam surat al-Fatihah.
E. Manfaat Penelitian
Dengan melaksanakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. ManfaatTeoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
a. Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat
memotivasi peneliti lain untuk mengungkapkan sisi lain yang belum
4
diterangkan dalam penelitian ini.
b. Memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam rangka peningkatan
motivasi diri untuk beribadah dalam kehidupan kita sehari-hari.
2. ManfaatPraktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
masukan kepada semua pihak dalam mengali isi kandungan dalam surat al-
Fatihah.
F. Sistematika Penulisan
Sistimatika pemahasan yaitu rangkaian pembahasan yang tercangkup dalam
isi skripsi, dimana satu dengan yang lainnya saling berkaitan sebagai satu
kesatuan yang utuh, yang merupakan urutan-urutan tiap bab. Agar memperoleh
gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh mengenai pembahasan ini. Secara
global akan penulis perinci dalam sistimatika pembahasan ini:
Sebelum masuk pada bab pertama akan dilengkapi dengan bagian yang
meliputi halaman judul, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan, kata
pengantar, lembar abstraksi, daftar isi.
Bab I Pendahuluan terdiri atas : Latar belakang masalah,Identifikasi Masalah,
Rumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian. Sistematika Penulisan.
BabII Bab ini adalah kajian teori yang terdiri dari:Pengertian Ibadah, Tujuan
Ibadah, Hikmah Ibadah, Macam-macam Ibadah, Pengaruh ibadah
terhadap jiwa manusia.
Bab III Metodologi Penelitian, yang terdiri dari: Sumber Data, Pengolahan
Data, Analisa Data, Tehnik Penulisan.
Bab IV Pembahasan dan Teori, yang terdiri dari: pada bagian A: Teks Surat Al-
Fatihah Ayat 1-7, Pengertian dan Riwayat turunnya surat Al-Fatihah,
Nama-nama surat Al-Fatihah, Keutamaan surat Al-Fatihah, Tafsir surat
Al-FatihahAyat 1-7, kandungan surat Al-Fatihah yang terdiri dari:
5
Keimanan, Ibadah, Hukum-hukum dan peraturan-peraturan, Janji dan
ancaman, kisah-kisah atau cerita-cerita.Kemudian pada bagian B
Konsep Ibadah dalam surat Al-fatihah Ayat 1-7 yang terdiri dari:iyyaka
na’budu dan Iyyaka nasta’iin.
Bab V Penutup meliputi kesimpulan, saran-saran dan bagian akhir berisi daftar
pustaka, lembar uji referensi, lampiran dan daftar riwayat hidup.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Ibadah
Ibadah secara etimologis berasal dari bahasa arab yaitu ‫ع‬
‫با‬
‫د‬
‫ة‬ ‫ي‬
‫عب‬
‫د‬ ‫ع‬
‫بد‬ yang
artinya melayani, patuh, tunduk. Sedangkan menurut terminologis adalah sebutan
yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai allah azza wa jalla, baik berupa
ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin1
.
Ibadah pada hakekatnya adalah sikap tunduk semata-mata mengagungkan Dzat
yang disembah.Abu A‟la Al-Maududi menyatakan bahwa ibadah dari akar kata“Abd”
yang artinya pelayan dan budak.Jadi hakekat ibadah adalah penghambaan dan
perbudakan. Sedangkan dalam arti etimologi adalah penghambaan dan perbudakan,
dan arti terminologinya adalah usaha mengikuti hukum-hukum dan aturan-aturan
Allah dalam menjalankan kehidupan yang sesuai dengan perintah-perinyah-Nya,
mulai akil baligh sampai meninggal dunia. Indikasi ibadah adalah kesetiaan,
kepatuhan dan penghormatan serta penghargaan kepada Allah SWT serta dilakukan
tanpa adanya batasan waktu.2
Ibadah merupakan bentuk integral dari syari‟at, sehingga apapun ibadah yang
dilakukan oleh manusia harus bersumber dari syari‟at Allah SWT, semua tindakan
ibadah yang tidak didasari oleh syari‟at islam maka hukumnya bid‟ah. dan ibadah
tidak hanya sebatas menjalankan rukun islam saja, tetapi ibadah juga berlaku bagi
semua aktivitas duniawi yang didasari dengan rasa ikhlas untuk mencapai ridho Allah
SWT.3
Ibadah adalah buah dari keimanan kepada Allah, dengan segala sifat-sifat
kesempurnaan-Nya. Seseorang yang menyakini adanya segala sifat-sifat
1
Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang :CV. Bima Sakti,2003), Hlm. 80.
2
Muhaimin, Tadjab, ABD. Mudjib. Dimensi-dimensi Studi Islam, (Surabaya, Karya Ab
ditama, 1994), hal. 256
3
ibid, hal. 257.
6
7
kesempurnaan Allah, maka dia akan menyembah Allah.
Ibadah juga diartikan tunduk dan berhina diri kepada Allah SWT yang
disebabkan karena kesadaran bahwa Allah yang menciptakan alam ini, yang
menumbuhkan, yang mengembangkan, yang menjaga dan memelihara serta yang
membawanya dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain. Ibadah itu timbul dari
perasaan tauhid, maka orang yang suka memikirkan keadaan alam, memperhatikan
perjalanan bintang-bintang, kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia,
bahkan mau memperhatikan dirinya sendiri, Maka akan timbul dalam sanubarinya
perasaan bersyukur dan berhutang budi kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa, Maha
Pengasih dan Maha Mengetahui.
Maka perasaan inilah yang menggerakkan bibir seseorang selalu bersyukur
dan memuji Allah SWT, serta mendorong jiwa dan raganya untuk menyembah dan
berhina diri kepada Allah SWT.Tetapi ada juga manusia yang tidak mau berfikir, dan
tidak sadar akan kebesaran dan kekuasaan Allah, sering melupakan-Nya, sebab itulah
maka tiap-tiap agama disyari‟atkan bermacam-macam ibadah, agar dapat meng-
ingatkan manusia kepada kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.
Dari keterangan diatasmaka jelaslah bahwa tauhid dan ibadah itu tidak bisa
dipisahkan, keduanya saling mempengaruhi,dengan arti: tauhid menumbuhkan ibadah
dan ibadah memupuk tauhid.
B. Tujuan Ibadah
Tujuan utama dari ibadah ialah “takwa”.
Firman Allah SWT :
“ Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang
yang sebelummu, agar kamu bertakwa. (Q.S. Al-Baqarah: 21)
8
Orang yang bertakwa akan selalu menjalankan perintah Allah SWT, serta
menjauhi semua larangan-Nya, dan selalu ingat kepada Allah SWT dimanapun ia
berada, baik dalam keadaan senang maupun susah, baik dalam keadaan sendiri
maupun ramai. Dan Allah akan selalu bersama orang yang bertakwa. Firman Allah
SWT :
“Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang
bertakwa”.(Q.S. Al-Baqarah: 194)
Manusia diberi sarana oleh Allah SWT, diberi bumi untuk tinggal dan beribadah
kepada-Nya.Allah memberikan kewajiban-kewajiban kepada manusia.agar manusia
beribadah kepada-Nya, dengan tujuan agar manusia dapat terhindar dari sesuatu yang
buruk yang dapat merugikannya di dunia dan di akherat.4
Ibadah atau menghambakan diri kepada Allah SWT, secara logis memang sudah
merupakan tugas manusia sebagai ciptaan-Nya, karena Dia adalah sebagai kholik
(yang menciptakan). Tujuan ibadah dalam islam adalah semata-mata untuk
mendekatkan diri dan mencari ridho Allah SWT. Sebagaimana yang telah dijelaskan
dalam Al-Qur‟an :
“ Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam. tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah)". (Q.S. Al-An‟am : 162-163).
4
.M. Mutawalli Asy Sya‟rawi. Anda bertanya islam menjawab.(Jakarta, Gema Insani
Press,1999) hal. 23.
9
Selain itu ibadah juga bertujuan untuk memenuhi kewajiban manusia kepada
Allah SWT.Sebab Allah menciptakan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah
menjalankan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah SWT. Seperti yang
dijelaskan dalam firman Allah SWT :
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku.” (Q.S. Al-Dzariyat : 56)
Pada ayat ini telah ditegaskan bahwa seluruh hidup kita hanya untuk
menghambakan diri kepada Allah SWT.Bahkan seluruh alam yang ada dijagad raya
ini mulai dari langit yang bertingkat tujuh dan bumi seisinya, semuanya sujud kepada
Allah SWT, tunduk dan patuh pada kehendak-Nya.5
Ibadah adalah ghayah(tujuan)
dijadikannya jin dan manusia, oleh karena itu kita harus sadar dan harus tau betul
fungsi dan tujuan kita hidup didunia, agar ketika kita melaksanakan sesuatu yang
telah diwajibkan oleh sang pencipta kepada kita, timbul rasa ikhlas dan ridho dalam
mengerjakannya.
C. Hikmah Ibadah
Apabila tiap ibadah dalam syari‟at islam diteliti dan diselami hikmah dan
rahasianya, maka tidak ada suatu ibadah yang kosong dari hikmah, dan hikmah ada
yang terang dan ada yang tersembunyi. Mereka yang terang hatinya, cemerlang
pikirannya, dapat menyelami hikmah-hikmah tersebut. Dan mereka yang tidak terang
mata hatinya, tidak tembus pikirannya, maka tidak akan dapat menyelaminya. Para
muhaqqiq mengatakan : Tiap-tiap amal dari amalan-amalan syara‟ baik ibadah,
maupun akhlak terpuji ataupun tercela, terdapat hukum pada asal yang tertentu, ada
hikmah-hikmah yang diistimewakannya dari yang lain dan ada rahasia yang
5
Hamka, Studi Islam, pustaka panjimas, hal. 167.
10
menghendakinya.6
Kita harus yakin bahwa segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-
Nya pasti memiliki manfaat dan hikmah dibalik perintah tersebut, begitu pula
sebaliknya semua larangan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya pasti mempunyai
mahdorot yang akan kembali pada pelakunya.Oleh karena itu tidak dapat diragukan,
bahwa tiap-tiap hukum syar‟i mengandung kemaslahatan, antara amal dengan
pembalasan ada persesuaian. Bukankah ibadah-ibadah hanya semata-mata ujian untuk
menguji patuh tidaknya seorang hamba.7
Manusia adalah makhluk yang hidup bermasyarakat, diciptakan dengan bentuk
sebaik-baiknya, dan lebih mulia dibandingkan dengan makhluk lainnya.Manusia juga
mempunyai kecenderungan untuk berbuat baik atau buruk. Dalam aspek yang lain,
manusia diciptakan dengan sifat lemah, keluh kesah, melampaui batas, mengingkari
kodrat kemanusiaannya, suka membantah, suka mengikuti kehendak nafsunya, dan
tergesah-gesah. Pada prinsipnya, manusia sering menyiksa dirinya dalam suatu
tindakan dan perbuatan, serta banyak pula berbuat kemungkaran dan amalan-amalan
keji yang menimbulkan dosa.Amalan-amalan yang berefek buruk memberikan
implikasi negative kepada diri individu dan dapat pula menganggu pertumbuhan dan
perkembangan mental spiritualnya.8
Bagi agama Islam ibadah merupakan salah satu alternatif yang bisa merawat dan
mengobati gangguan psikologi. Shalat, puasa, zakat, haji, tilawah qur‟an, zikir dan
do‟a adalah sebagian diantara metodologi psikoterapi ibadah untuk merawat penyakit
mental. Melalui metode ini individu disarankan menjauhi sifat takabbur (sombong),
hasad (dengki), riyada mengumpat.9
Ibadah dalam islam merupakan metode untuk
menyucikan diri dari aspek psikologis ataupun aktivitas keseharian individu. Pada
prinsipnya ibadah adalah pengakuan akan kenyataan bahwa manusia adalah makhluk
Allah, dan karena itu sebagai hamba-Nya manusia berkewajiban untuk mengabdi
6
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, kuliahibadah, (semarang, PT. Pustaka Rizki
Putra, 2011), hal 71
7
ibid,hal 72
8
Khairunnas Rajab, Psikologiibadah, (Jakarta, AMZA, 2011), hal. 72
9
Ibid,hal 73
11
kepada Allah SWT sebagai Tuhan dan Zat tempat ia kembali.10
Ibadah yang dituntut Islam bukan saja sebagai jalan untuk pengabdian semata,
akan tetapi mengabdikan diri kepada Allah SWT bisa dijadikan sebagai metodologi
psikoterapi yang mampu merawat dan mengobati fenomena-fenomena gangguan
psikosis, neurosis, stress depresi dan gangguan mental lainnya. Dengan kata lain,
ibadah yang menjadi amalan individu, bukanlah bertujuan mengagungkan Allah
semata, tetapi ibadah lebih kepada peningkatan atas nilai-nilai spiritualitas, yaitu
dengan memberikan latihan rohani yang kontitunitas. Ibadah adalah upaya
mewujudkan ketenangan, kedamaian, kebahagiaan, dan kesehatan mental.Semua
agama, termasuk agama penyembah berhala sekalipun, terdapat berbagai macam
ibadah yang beraneka ragam bentuk, syarat dan tujuan-tujuannya.Islam menjadikan
ibadah sebagai sarana untuk mensucikan jiwa dari segala dosa dan kejahatan.
D. Macam-macam ibadah
Praktek ibadah sangatlah beragam, tergantung dari sudut mana kita
meninjaunya,kalau penulis perhatikanjenis ibadah,maka penulis dapat
mengklasifikasikannya dalam beberapa bagian, yang dilihat dari beberapa sudut
pandang.
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan
bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya11
1. Ibadah Mahdloh
Ibadah mahdloh atau ibadah khusus ialah ibadah yang telah ditetapkan Allah akan
tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Adapun jenis ibadah yang termasuk
ibadah mahdloh adalah: wudhu, tayammum, mandi hadats, shalat, shiyam ( Puasa ),
haji, umrah. Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari Al-
Qur‟an maupun Al-Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, dan keberadaannya
10
Ibid,hal 74
11
Muhammad Alim, Pendidikan agama islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2006),
Hal. 144.
12
tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika. Seperti Firman Allah SWT:
......
“…dirikanlah Shalat dan tunaikanlah zakat…" . (Q.S. An-Nissa: 77)
g
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Q.S. Al- Baqaah:
183)
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan
diutusnya rasul oleh Allah SWT adalah untuk memberikan contoh,12
hal tersebut
sekaligus dijelaskan oleh Rasulullah SAW.
“ Kerjakanlah shalat sebagaimana kamu melihatku melakukannya.”13
....
“Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa
yang dilarang, maka tinggalkanlah”…(Q.S. Al-Hasyr : 7).
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini
bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal
hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’.
Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya
12
Ibid, hal 145
13
Imam Abi Abdillah Muhammad bin ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al
Bukhari Al Ju”fi, Shahih Al-Bukhari, no hadis 595.
13
bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai
dengan ketentuan syari‟at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat
dan rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari seorang hamba dalam melaksanakan ibadah
ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Seorang hamba wajib meyakini bahwa apa
yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan
kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutusnya
Rasul adalah untuk dipatuhi dan ditaati.14
Jadi,waktu dan tata cara pelaksanaan ibadah mahdloh sudah ditentukan dan
sudah diatur oleh Allah dan asul-Nya, manusia tidak boleh menambahkan atau
menambahi ibadah-ibadah yang sudah jelas dalil-dalilnya dan sudah diatur oleh al-
Qur‟an dan al-hadis.
2. Ibadah Ghairu Mahdloh
Ibadah ghairu mahdloh atau ibadah umum ialah semua amalan yang diizinkan
oleh Allah SWT. Contoh dari ibadah ghairu mahdloh ialah belajar, dzikir, tolong
menolong dan lain sebagainya.Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a. Keberadaannya didasarkan tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah
dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh dilaksanakan.
b. Pelaklaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, dalam ibadah
bentuk ini tidak dikenal istilah “bid‟ah” atau jika ada yang mengatakan, segala
sesuatu yang tidak dikerjakan oleh rasul maka hukumnya bid’ah, maka dalam hal
ini bid’ahnya adalah bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut
bid’ah dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat
atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut
logika yang sehat, suatu ibadah yang ghairu mahdloh dianggap buruk, merugikan,
14
Muhammad Alim, Op Cit, hal 146
14
dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama ibadah ghairu mahdloh itu bermanfaat, maka ibadah
tersebut boleh dilakukan.15
e. Dalam keterangan lain, seperti yang diterangkan dalam kitab Kaasyifah As-Sajaa
sarah Safina An-Naja Fii Usul Al-diin, ibadah terbagi menjadi dua, yakni :
1) Ibadah badaniyah Zohiroh, adalah ibadah yang dilakukan dengan fisik
anggota badan, seperti: shalat, puasa, haji, dan zakat.
2) Ibadah badaniyah Qolbiyah, adalah ibadah yang dilakukan dengan hati dan
keyakinan, seperti: iman, tafakur, tawakal,sabar,roja,ridho dengan qodlo dan
qadarnya Allah, taubat dan mahabbah kepada Allah SWT.
Dari dua bagian diatas, yakni ibadah badaniyah Zohiroh dan ibadah badaniyah
Qolbiyah, yang paling utama didahulukan adalah ibadah badaniyah
Qolbiyah.16
karena ibadah seseorang tidak akan diterima tanpa disertai dengan
keimanan.
E. Pengaruh Ibadah Terhadap Jiwa Manusia
Ibadah adalah mensyukuri nikmat Allah SWT, kita yakin bahwa Allah yang
memberikan nikma kepada kita, maka beribadah dengan mensyukuri Dzat yang
memberikan nikmat adalah wajib, dan sesuatu yang telah diwajibkan oleh Allah dan
Rasul-Nya mempunyai pengaruh bagi jiwa dan hidup kita baik secara langsung
maupun tidak, serta memberikan dampak yang positif bagi kehidupan kita baik di
dunia maupun di akhirat.
Setiap ibadah mempunyai pengaruh yang khusus dalam melapangkan akhlak
pribadi bagi orang yang beribadah, dalam mengheningkannya dan membawa pribadi
berangsur-angsur maju menuju kesempurnaan yang layak dan memperoleh derajat
15
Ibid, hal : 147
16
. Al imam Abi Abdi Al- Mu‟ti Muhammad Nawawi Al-jawi, Kaasyifah As-Sajaa sarah
Safina An-Naja Fii Usul Al-diin, pada fasal Arkan Al-Islam, daar ihya Al-Kutub Al-Arobiyah, hal. 6.
15
yang tinggi di sisi Allah, yakni maqam taqarrub.17
Apabila diperhatikan tentang kedudukan ibadah dalam islam, maka ibadah
adalah jalan yang harus dilalui untuk mensucikan jiwa.18
Tiap-tiap ibadah yang
dikerjakan karena didorong oleh perasaan tauhid, nisacaya akan menimbulkan kesan
pada tabi‟at dan budi pekerti bagi orang yang beribadah. Seperti halnya orang yang
mendirikan shalat yang didasari oleh rasa kesadaran akan kebesaran dan kekuasaan
Allah, dan didorong oleh perasaan bersyukur dan berhutang budi kepada-Nya, maka
orang tersebut akan terhindar dari perbuatan-perbuatan yangtidak baik, yang dilarang
Allah SWT. Dengan demikian ibadah shalat yang dia kerjakan itu akan mencegahnya
dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik.19
Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT:
“ bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji
dan mungkar.dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (Q.S. Al-Ankabut: 45).
Ibadah yang dikerjakan bukan karena dasar keyakinanpada kebesaran dan
kekuasaan Allah SWT, dan bukan pula karena dorongan perasaan bersyukur dan
berhutang budi kepada Allah SWT, hanya karena ikut-ikutan, atau karena memelihara
tradisi yang sudah turun-temurun, maka hal tersebut bukanlah dinamakan ibadah
yang sebenarnya, walaupun hal tersebutmempunyai rupa dan bentuk ibadah, tetapi
tidak mempunyai jiwa ibadah, ibadah seperti itu sama halnya dengan gambar atau
patung, bagaimanpun juga miripnya dengan manusia, maka tidak bisadinamakan
17
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, Op.Cit, hal. 74
18
ibid,hal 75
19
Universitas Islam Indonesia, op. Cit, hal: 25
16
manusia. Ibadah yang semacam itu, tidak ada kesan dan tidak ada buahnya pada
tabiat dan akhlak orang yang mengerjaknnya.
1. Pengaruh Individu
Ibadah bagi Seorang Muslim sangatlah berpengaruh, baik di dunia maupun
diakhirat. Untuk memperjelas keterangan di atas, berikut ini penulis akan sampaikan
beberapa poin penting yang menunjukkan besarnya pengaruh positif ibadah dan amal
shaleh yang dilaksanakan seorang muslim dalam hidupnya.
a. Membentuk kehidupan dan akhlak seorang muslim dengan corak rabbani, dan
menjadikannya berorientasi kepada Allah SWT dalam segala hal yang
dilakukannya, ia melaksanakannya dengan niat seorang abid yang khusus, dan
denga jiwa (ruh) seorang hamba yang tekun dan tenggelam dalam ibadah, hal ini
mendorongnya untuk memperbanyak amalan-amalan yang bermanfaat,
mengerjakan kreativitas yang baik dan segala sesuatu yang memudahkan baginya.
Serta menjalankan kehidupan secara optimal. Hal ini dapat menambahkan
depositonya yang berupa amal kebaikan dan taqorrub di sisi Allah Azza wa
jalla.20
Ibadah juga mengajarkan manusia untuk mengihsankan amal (pekerjaan)
duniawinya, meningkatkan kualitas dan menekuninya, selama ia
mempersembahkan amal ibadah itu hanya kepada Allah, demi mengharapkan
ridho dan kebaikan Allah SWT.
b. Memberikan kepada seorang muslim kesatuan orientasi dan kesatuan tujuan
dalam semua aspek kehidupan. ia ridho kepada Allah SWT dalam setiap apa
yang dilakukan dan yang ditinggalkannya serta menghadap (berorientasi) kepada
Rabbnya dengan segenap amal usaha, duniawi dan ukhrowi, tidak ada sikap
dikotomi, dilematika dan dualisme dalam keperibadian dan hidupnya.21
c. Kebahagiaan dan kesenangan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat
Allah Ta‟ala berfirman,
20
Yusuf Al-Qardawy, penganter kajian Islam, ( Jakarta,pustaka Al-Kautsar,1997) hal, 100,
21
ibid, hal 101
17
g
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh (ibadah), baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan
balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan” (Q.S. An- Nahl: 97).
Para ulama salaf menafsirkan makna “kehidupan yang baik (di dunia)” dalam
ayat di atas dengan tafsiran “kebahagiaan (hidup)” atau “rezki yang halal dan baik”
dan kebaikan-kebaikan lainnya yang mencakup semua kesenangan hidup yang hakiki.
Sebagaimana orang yang berpaling dari petunjuk Allah dan tidak mengisi
hidupnya dengan beribadah kepada-Nya, maka Allah Ta‟ala akan menjadikan
hidupnyasengsara di dunia dan akhirat. Allah Ta‟ala berfirman :
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari
kiamat dalam keadaan buta” (Q.S. Thaaha: 124)
d. Kemudahan semua urusan dan jalan keluar / solusi dari semua masalah dan
kesulitan yang dihadapi.
Allah SWT berfirman :
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan
baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya
rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya” (Q.S. Ath-Thalaaq:2-3).
18
Ketakwaan yang sempurna kepada Allah tidak mungkin dicapai kecuali dengan
menegakkan semua amal ibadah yang wajib dan sunnah, serta menjauhi semua
perbuatan yang diharamkan dan dibenci oleh Allah Ta‟ala.
Dalam ayat yang lain Allah berfirman :
-
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya
kemudahan dalam (semua) urusannya” (Q.S. Ath-Thalaaq:4).
Allah akan meringankan dan memudahkan (semua) urusannya, serta menjadikan
baginya jalan keluar dan solusi yang segera (menyelesaikan masalah yang
dihadapinya).
e. Penjagaan dan taufik dari Allah Ta‟ala.
Apabila kita menunaikan hak-hak Allah dengan selalu beribadah kepada-Nya,
serta menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka Allah akan
selalu bersama kita dengan selalu memberi pertolongan dan taufik-Nya kepadamu.
f. Kemanisan dan kelezatan iman, yang merupakan tanda kesempurnaan iman
Sesorang akan merasaklan manis dan lezatnya iman apaila ia ridho Allah
sebagai Tuhannya, islam sebagai agamanya dan Nabi Muhammad SAW sebagai
Rasullnya. Karena dengan keridhoannya itu ia akan ikhlas melaksanakan ibadah dan
amalan-amalan yang telah diperintahkan oleh Allah dan asul-Nya, tanpa ada rasa
berat dan rasa terpaksa.
Sifat inilah yang dicontohkan oleh para sahabat Rasulullah SAW, yang semua itu
mereka capai dengan taufik dari Allah SWT, karena ketekunan dan semangat mereka
dalam menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta‟ala. Allah SWT berfirman:
19
“Tetapi Allah menjadikan kamu sekalian (wahai para sahabat) cinta kepada
keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu
benci kepada kekafiran, kefasikan dan perbuatan maksiat.Mereka itulah orang-orang
yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS al-Hujuraat:7).
g. Keteguhan iman dan ketegaran dalam berpegang teguh dengan agama Allah
Allah Ta‟ala berfirman,
“ Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh,
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang
zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.”(Q.S. Ibrahim: 2
Fungsi ibadah mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka dengan taufik dari
Allah Ta‟ala orang yang beriman tidak akan mau berpaling dari keimanannya, karena
mereka merasakan manisan dan nikmatan iman.Walaupun cobaan dan penderitaan
datang silih berganti, bahkan semua cobaan tersebut menjadi ringan
baginya.Gambaran inilah yang terjadi pada para sahabat Rasulullah shallallahu „alaihi
wa sallam dalam keteguhan mereka sewaktu mempertahankan keimanan mereka
menghadapi permusuhan dan penindasan dari orang-orang kafir Quraisy, di masa
awal Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam mendakwahkan Islam.
2. Pengaruh Sosial
Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang terbentuk berdasarkan
tatanan sosial tertentu. Ibadah dalam masyarakat mempunyai pengaruh yang cukup
besar baik itu ibadah mahdloh atau ibadah ghairu mahdloh. Dan ibadah yang
diwajibkan kepada umat islam ternyata tidak saja mengandung nilai spiritual, tetapi
juga mengandung nilai-nilai solidaritas dan kesejahteraan sosial umat islam dan umat
20
lainnya.
Dalam ibadah mahdloh seperti halnaya shalat yang biasanya dilakukan oleh
masyarakat secara berjamaah, baik shalat harian yakni lima waktu, mingguan pada
shalat jum‟at atau tahunan yakni shalat idul fitri dan idul adha. Semua itu mempunyai
pengaruh dalam kehidupan bermasyarakat dan mencerminkan persatuan dan kesatuan
umat.22
Dalam shalat berjamaah dapat membiasakan atau mendidik orang-orang mukmin
untuk berjiwa merdeka, berjiwa sama rata sama rasa dan menumbuhkan jiwa
persaudaraan. Manusia merasa sama dirinya dengan orang lain dalam menyembah
Allah SWT, hilang dari mereka rasa angkuh dan takabur. Dan dapat melatih
persatuan dalam hal tolong menolong, dan memberi pengertian bahwa satu sama lain
diibaratkan sama seperti tembok.23
Islam dalam aktifitas ibadahnya juga sering mengadakan pertemuan- pertemuan
yang besar dan mengadakan usaha-usaha sosial, disyari‟atkannya hari raya kecil dan
hari raya besar. Hari raya kecil, diletakkan sesudah puasa dan hari raya besar
diletakkan sesudah selesai wukuf di Arafah.Pada hari raya puasa disyari‟atkan zakat
fitrah dan pada hari raya haji, disyari‟atkan kurban.Oleh sebab itu, dituntut bagi
seluruh warga masyarakat agar keluar dan pergi untuk melaksanakan shalat Id
bejamaah.Dengan berkumpulnya mereka dalam satu tempat dan satu tujuan maka
terjadilah persamaan dan kedamaian dalam lingkungan masyarakat.
Begitu pula dalam ibadah mahdloh lainnya seperti halnya zakat, di dalam zakat
juga bisa kita temukan pengaruh yang begitu besar, baik bagi orang yang memberi
maupun orang yang menerima zakat. Bagi orang yang menerima zakat, mereka dapat
memelihara dirinya dari kehinaan, kesusahan dan aib kemiskinan, serta memantapkan
iman dalam hati mereka dan memperkokoh dasar jihad dijalan Allah serta
menegakkan kemaslahatan umum.Para ibnu sabildapat meneruskan perjalannya
22
Khairunnas Rajab, Op Cit, Hal 77
23
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, Op.Cit, hal 158
21
dengan pertolongan zakat.Anak-anak yang terlantar dapat disantuni dalam tempat-
tempat tertentu dengan biaya yang dikumpulkan dari harta zakat.24
Oleh karena itu menurut penulis, bahwa para penganut agama yang sama secara
psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan dalam ibadah, iman
dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan menimbulkan rasa solidaritas dalam
kelompok masyarakat maupun perorangan, bahka kadang – kadang dapat membina
rasa persaudaraan yang kokoh. dan rasa persaudaraan (solidaritas) itu dapat
mengalahkan rasa kebangsaan.
Maka dapat disimpulkan bahwa norma yang memberikan arahan dan makna bagi
kehidupan masyarakat ialah agama, dan agama tidak terlepas dari ibadah dan aturan-
aturannya. Masalah agama juga tak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam kehidupan
masyarakat.
24
Ibid, hal 180
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskripstif analitis. Metode
Deskriptif Analitis akan digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan
data, menyusun, menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada. Untuk
menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian,
yaitu menguraikan dan menjelaskan konsep ibadah dalam Al-Qur’an kajian surat
Al-Fatihah ayat 1-7.
Dalam pengumpulan data, peneliti menempuh langkah-langkah melalui riset
kepustakaan (Library Research) yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian
kepustakaan murni. Metode riset ini dipakai untuk mengkaji sumber-sumber
tertulis. Sebagai data primernya adalah buku-buku tafsir. Di samping juga tanpa
mengabaikan sumber-sumber lain dan tulisan valid yang telah dipublikasikan
untuk melengkapi data-data yang diperlukan. Misalnya kitab-kitab, buku-buku,
dan lain sebagainya yang ada kaitannya dengan masalah yang penulis teliti
sebagai data sekunder.
B. Sumber Data
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengambil data, dari pendapat para
ahli yang diformulasikan dalam buku-buku, istilah ini lazim disebut library
research yaitu pengambilan data yang berasal dari buku-buku atau karya ilmiah di
bidang tafsir dan pendidikan, yang terdiri dari sumber primer dan sekunder.
Sumber primer dalam dalam penulisan ini adalah tafsir Al-Qur’ansurat Al-Fatihah
ayat 1-7, Tafsir al-Misbah, Tafsir Al-Asas, Tafsir Al-Qurthubi, Tafsir Ath-
Thabari.
Adapun sumber sekundernya adalah buku-buku pendidikan yang relevan
dengan pembahasan skripsi, seperti buku tafsir Ayat-ayat pendidikan karangan
DR.H.Abuddin Nata,MA, Samudera Al-Fatihah karangan H. Bey Arifin, Kuliah
Ibadah karangan Prof. DR. Teungku Muhammad hasbi Ash-Shiddieqy dan kitab-
22
23
kitab lainnya yang sesuai dengan permasalahan.
C. Pengolahan Data
Pengolahan data yang penulis lakukan adalah dengan cara membandingkan,
menghubungkan dan kemudian diselaraskan serta diambil kesimpulan dari data
yang terkumpul.
D. Analisa Data
Dalam menganalisa data yang telah terkumpul penulis menggunakan metode
tafsir tahlili yaitu suatu metode tafsir yang digunakan oleh para mufassir dalam
menjelaskan kandungan ayat Al-Qur’an dari berbagai seginya dengan
memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana yang tercantum dalam mushaf.
Dimulai dengan menyebutkan ayat-ayat yang akan ditafsirkan, menjelaskan
makna lafazh yang terdapat di dalamnya, dan menjelaskan isi kandungan ayat
yang kemudian dikaitkan dengan education approuch.
E. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku PEDOMAN
PENULISAN SKRIPSI yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011
BAB IV
PEMBAHASAN
A. 1. Teks Surat Al-Fatihah Ayat 1-7
g
Artinya :
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. Yang menguasai di hari Pembalasan.
5. Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan.
6. Tunjukilah Kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka,
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat.
2. Pengertian dan Riwayat Turunnya Surat Al-Fatihah
Al-Fatihah berasal dari kata Fataha, yaftahu, fathah yang berarti
pembukaan dan dapat pula diartikan “ kemenangan”. Dinamai demikian kerena
dilihat dari posisi surat Al-Fatihah berada pada bagian awal yang mendahului
surat-surat lain, sedangkanAl-Fatihah dalam arti kemenangan dapat dijumpai
pada nama surat yang ke-48 yang bernam Al-Fath yang berarti
24
25
kemenangan.1
Peletakan surat Al-Fatihah berada pada permulaan Al-Qur‟an
adalah dengan perintah dari Nabi Muhammad SAW sendiri, yang dinamakan
dengan tauqifi.2
Para ulama berbeda pendapat tentang tempat turunnya surat Al-Fatihah ini. Paling
tidak ada tiga pendapat:
1. Makiyah (surat yang diturunkan di Makkah). Ini adalah pendapat Ibnu Abbas,
Qatadah,dan Abu Al-Aliyah.
2. Madaniyah (surat yang diturunkan di Madinah). Ini adalah pendapat Abu
Hurairah, Mujahid, Atha‟binYasar, Az-Zuhri dan lainnya.
3. Pendapat lain mengatakan bahwa separuhnya diturunkan di Makkah dan
separuhnya lagi diturunkan di Madinah.
Abu Laits As-Samarqandi berkata: Bahwa pendapat pertamalah yang kuat dan
shahih, berdasarkan firman Allah SWT.3
“Dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca
berulang-ulang dan Al- Qur‟an yang agung.” (Q.S. Al-Hijr:87)
Yang dimaksud tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang ialah surat Al-Fatihah
yang terdiri dari tujuh ayat. sebagian ahli tafsir mengatakan tujuh surat-surat yang
panjang Yaitu Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Maaidah, An-Nissa', Al 'Araaf, Al
An'aam dan Al-Anfaal atau At-Taubah.4
Selanjutnya dalam kitab asbab al-Nuzul Imam Abi al-Hasan Ali bin Ahmad
al-Wakhidiy al-Naysaburi yang dinukil oleh Abuddin Nata, dalam bukunya Tafsir
Ayat-ayat Pendidikan mengatakan, bahwa dalam hal turunnya surat al-fatihah ini
terdapat perselisihan, namun menurut sebagian besar ahli tafsir mengatakan
bahwa surat Al-Fatihah tersebut turun di Mekkah dan termasuk surat Al-Qur‟an
yang pertama kali diturunkan.5
1
Abuddin Natta, Op Cit, hal :14
2
Universitas Islam Indonesia, op. Cit, hal: 3
3
H.Darwis Abu Ubaidah, Tafsir al-Asas,(Jakarta,Pustaka Al-Kautsar), hal:14
4
.Al- Qur’an Dan Terjemahnya, departemen Agama RI
5
Abuddin Natta,Op Cit. hal :17
26
M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbahnya mengatakan, hampir seluruh
ulama berpendapat bahwa surat ini bukanlah wahyu pertama yang diterima oleh
Nabi Muhammad SAW. Hadits-hadits yang menyebutkan bahwa lima ayat dari
surat Iqra‟ merupakan wahyu yang pertama, dan hadits tersebut begitu kuat dan
banyak yang meriwayatkan sehingga riwayat lain tidak wajar menggugurkannya6
Salah seorang ulama yang berpendapat bahwa Al-Fatihah adalah wahyu
pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW, bahkan sebelum Iqra’ Bismi
Rabbika adalah Syekh Muhammad Abduh. Alasan yang dikemukakan oleh beliau
antara lain sebuah riwayat yang tidak shahih (mursal) yang diriwayatkan oleh Al-
Baihaqi, di samping itu ia juga memakai argumen logika. Adapun kesimpulan
dalil yang beliau ungkapkan adalah bahwa: Ada sunnah/kebiasaan Allah SWT,
yang menyangkut penciptaan maupun dalam penetapan hukum, Allah selalu
memulainya secara umum dan global, baru kemudian disusul dengan rincian
secara bertahap. Menurut Abduh, surat Al-Fatihah dalam kedudukannya sebagai
wahyu yang pertama, atau keberadaannya pada awal al-Qur‟an merupakan
penerapan sunnah tersebut. Al-Qur‟an turun menguraikan persoalan-persoalan
seperti : 1) Tauhid, 2) Janji dan ancaman, 3) Ibadah yang menghidupkan tauhid,
4) Penjelasan tentang jalan kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan cara
mencapainya, 5) Pemberitaan atau kisah generasi terdahulu.7
Kelima pokok persoalan diatas, tercermin dalam ketujuh ayat surat Al-
Fatihah. Tauhid pada ayat kedua dan kelima, janji dan ancaman pada ayat
pertama, ketiga dan ketujuh, ibadah juga pada ayat kelima dan ketujuh, sedang
sejarah masa lampau diisyaratkan oleh ayat terakhir.
Alasan Abduh ini tidak diterima oleh mayoritas ulama, kendati ada yang
berusaha mengkompromikannya dengan mengatakan bahwa surat Al-Fatihah
adalah wahyu pertama dalam bentuk satu surat yang turun secara sempurna,
sedang Iqra‟ (surat Al-Alaq) adalah wahyu pertama secara mutla, walau ketika
turunnya baru terdiri dari lima ayat, seperti diketahui bahwa surat Iqra‟ terdiri dari
Sembilan belas ayat.
6
M. Quraish Shihab,Tafsir Al-mishbah, volume 1, Op Cit, Hal: 4
7
Ibid,hal: 5
27
Uraian Abduh yang berdasarkan logika diatas tetap dapat diterima, tetapai
bukan dalam konteks membuktikan turunnya Al-Fatihah mendahului Surat Iqra‟,
tetapi dalam rangka membuktikan kedudukan Al-Fatihah sebagai Ummul Qur’an
atau untuk menjelaskan mengapa surat Al-Fatihah diletakkan pada awal al-
Qur‟an.8
Menetapkan sebab nuzul atau masa turunnya ayat haruslah berdasarkan data
sejarah yang antara lain berupa informasi yang shahih. Nalar dalam hal ini tidak
berperan kecuali dalam melakukan penilaian terhadap data dan informasi itu.
Mengabaikan informasi yang kuat atau riwayat yang shahih dan mengambil
riwayat yang dhaif, walau dengan mengukuhkannya dengan alasan logika,
bukanlah cara yang benar dalam menetapkan sejarah. Itu sebabnya murid dan
sahabat dekat Syekh Muhammad Abduh sendiri yakni Syekh Muhammad Rasyid
Ridha, berkomentar dalam Tafsir Al-Manar bahwa argumentasi gurunya itu aneh.9
Berdalih dengan Sunnah Allah yang disinggung oleh Abduh di atas, yakni
bahwa Allah selalu menyebutkan sesuatu secara global baru kemudian
memerincinya, bias juga diterapkan pada kelima ayat pertama surat Iqra‟. Dalam
surat itu disinggung persoalan pokok yang mengantar kepada kebahagiaan umat
manusia, yakni ilmu pengetahuan dan keikhlasan (ayat pertama dan ketiga).
Disinggung juga sifat-sifat Tuhan yang merupakan inti ajaran Islam.Demikian
juga uraian sejarah yang diwakili oleh penjelasan tentang asal kejadian manusia.
Ayat-ayat al-Qur‟an dalam berbagai surat dapat dapat dikatakan menjelaskan
pokok-pokok bahasan itu.10
Disisi lain dalam surat Al-Fatihah dapat ditemukan ayat yang dapat dijadikan
semacam indikator bahwa Al-Fatihah bukanlah wahyu yang pertama turun. Ayat
yang dimaksud adalah ayat kelima:
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
mohon pertolongan”. (Q.S. Al-Fatihah: 5)
8
Ibid,hal: 5
9
Ibid,hal: 6
10
Ibid,hal: 6
28
Kata kami (bentuk jamak) memberi isyarat bahwa ayat ini baru turun setelah
adanya komunitas muslim yang menyembah Allah secara berjamaah. Ini tentu
saja tidak terjadi pada awal kenabian, lebih-lebih pada awal penerimaan wahyu-
wahyu Al-Qur‟an. Di samping itu kandungan surat ini jauh berbeda dengan
kandungan surat-surat pertama yang pada umumnya berkisar tentang pengenalan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan pendidikan terhadap Nabi Muhammad SAW.
Menurut M. Quraish Shihab, ia tidak menemukan informasi yang pasti tentang
kapan persisnya surat ini turun. Ada riwayat yang menyatakan bahwa ia turun
sesudah surat Al-Muddatsir, ada juga yang berpendapat turunnya sesudah surat
Al-Muzammil dan Al-Qalam. 11
Sementara itu Mujahid berpendapat bahwa surat
Al-Fatihah termasuk surat yang diturukan di Madinah. Dalam kaitan ini al-Husain
bin fadhil berpendapat bahwa pendapat Mujahid termasuk pendapat yang
tergesah-gesah, dan tampaknya ia hanya sendiri yang berpendapat demikian, dan
ulama lain menyangkalnya.12
Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan bahwa surat Al-Fatihah
diturunkan dua kali, yaitu Mekkah dan Madinah dengan tujuan untuk memulikan
surat tersebut. Dalam hubungan ini Ibn Katsir mengatakan bahwa surat Al-Fatihah
diturunkan dua kali; sekali di Mekkah dan sekali lagi di Madinah. Semantara itu
ada pula pendapat Abu al-Laits al-Samarqandi yang mengatakan bahwa sebagian
surat Al-Fatihah turun d Mekkah dan sebagiannya lagi turun di Madinah. Namun
pendapat yang terakhir ini sangat aneh (gharib jidan)13
Dari berbagai pendapat diatas tentang tempat turunnya surat Al-Fatihah,
tampak jelas bahwa yang paling kuat adalah pendapat yang mengatakan bahwa
surat Al-Fatihah diturunkan di Mekkah. Namun demikan tidak terdapat
keterangan tentang sebab-sebab atau peristiwa yang menyertai turunnya surat Al-
Fatihah itu, serta dalam situasi dan kondisi yang bagaimana surat itu turun, dan
tahun berapa tepatnya surat itu turun ?pertanyaan ini belum ada riwayat yang
menjelaskannya. Namun dari keterangan bahwa surat Al-Fatihah itu turun pada
awal disyariatkannya shalat, maka dapat diperkirakan pada saat Isra‟ Mi‟raj Nabi
11
Ibid,hal: 6
12
Abuddin Natta,Op Cit. hal :19
13
ibid, hal :19
29
Muhammad SAW, yang menurut sejarah disekitar satu tahun menjelang
Rasulullah SAW pindah (hijrah) kemadinah, yaitu pada tahun ke-13 dari kenabian
Muhammad SAW.14
3. Nama-nama Surat Al-Fatihah
Surat yang mulia ini memiliki nama cukup banyak dan begitu indah, berikut ini
adalah nama-nama lain dari surat Al Fatihah:
1. Ash-shalaah (shalat).
2. Al-Hamdu (segala puji).
3. Fatihatul Kitab (pembuka kitab).
4. Ummul Kitab (Induk Al-kitab).
5. Ummul Qur’an (induk Al-Qur’an).
6. Al-Matsani (yang diulang-ulang).
7. Al-Qur’an Al-Azhim (Al-Qur’an yang agung).
8. Asy-Syifa’ (penawar / obat).
9. Ar-Ruqyah (mantera/jampi).
10. Al-Asas (dasar/fondasi).
11. Al-Waafiyah (yang lengkap/penyempurna).
12. Al-Kafiyah (yang mencukupi)15
.
4. Keistimewaan Surat Al-Fatihah
Surat Al-Fatihah ini memiliki banyak Fadhilah (keutamaan), seperti yang
diterangkan dalam beberapa riwayat,
14
ibid, hal :19
15
H. Darwis Abu Ubaidah, op cit, hal. 23
16
Imam Abi Abdillah Muhammad bin ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah
Al Bukhari Al Ju”fi, Shahih Al-Bukhari, 6/103, Bab Fatihatil Kitab
30
17
.
“Ketika aku sedang sholat dipanggil oleh Nabi, aku tidak menjawabnya. Setelah
aku selesai sholat aku katakan kepada beliau bahwa aku tadi sedang sholat. Lalu
beliau bersabda, :bukankah Allah telah berfirman : Jawabalah seruan Allah dan
Rasul-Nya apabila ia (Allah dan Rasul-Nya) menyeru kamu” Kemudian beliau
berkata: “Ingatlah aku kakn mengajarkan kepadamu satu surat yang teragung di
dalam al_quran sebelum kamu keluar dari masjid itu, aku berkata: “Ya
Rasulullah, sesungguhnya engkau tadi mengatakan: ingatlah aku akan
mengjarkan kepadamu satu surat yang teragung di dalam al-Quran”. Beliau
bersabda: “Alhamdulillahirabbil’aalamiin. Ia adalah tujuh ayat yang diulang-
ulang, dan al-Quran yang agung telah diberikan kepadaku.”
Dalam riwayat lain Rasullah SAW. Bersabda :
“Allah tidak menurunkan seperti Ummul Quran (Al-Fatihah) di dalam
Taurat dan tidak pula di dalam Injil. Ia adalah As-Sab’ul Al-Matsaani (tujuh ayat
yang diulang), dia terbagi antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa
yang dia minta.”
Ibnu Hisar berkata : “ Heran kalau ada orang yang berbeda pendapat tentang
adanya keutamaan dan tidaknya suatu surat atau ayat, banyak dalil-dalil yang
menunjukan adanya keistimewaan atau kelebihan suatu surat atau ayat atas surat
yang lainnya “.18
Bukan hanya terdapat ayat atau surat saja, bahkan ada hari, bulan atau saat-
saat tertentu yang diistimewakan Allah SWT. Seperti halnya hari Jum‟at, malam
Jum‟at, bulan Ramadhan, dihari-hari Tasyriq dan lain-lainnya, adalah saat-saat
istimewa dalam beribadah.Bahkan ada pula tempat-tempat yang lebih
diistimewakan Allah SWT dari tempat-tempat yang lainnya untuk sholat dan
berdoa seperti Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah, dan
Masjid al-Aqsho di Palestina.19
17
Abu Isa Muhammad bin Isa bin saurah At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, pada
pembahasan tafsir al-Quran, bab surah al-Hijr, 5/295 hadisno. 3125. dan Imam Malik dalam kitab
_Al-Muwaththa’ pada pembahasan tentang shalat, bab hadis tentang Ummul Quran 1/82, hadist
no. 37.
18
H. Bey Arifin, Op Cit, hal :2
19
Ibid, hal: 4
31
Dari uraian dan dalil yang telah diterangkan diatas, berikut ini adalah
keistimewaan lain dari surat al-Fatihah:
1. Surat paling besar („Azham)
2. Tidak terdapat dalam kitab Taurot Injil dan Zabur
3. Hanya diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
4. Langsung mendapat jawaban dari Allah SWT ketika seseorang
membacanya
5. Dengan membacanya maka kita akan aman dari segala bahaya
6. Sebagai obat sesuai dengan yang diniati pembaca al-Fatihah20
5. Tafsir Surat Al-FatihahAyat 1-7
Ayat 1
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.”
Allah memulai kitab-Nya dengan Basmalah, dan memerintahkan Rasulullah
SWA sejak dini pada wahyu yang pertama untuk melakukan pembacaan dan
semua aktifitas dengan nama Allah, Iqra’ Bismi Rabbika, maka tidak keliru jika
dikatakan bahwa basmalah merupakan pesan pertama Allah kepada manusia,
pesan agar manusia memulai setiap aktivitasnya dengan nama Allah.21
Lafazh asalnya adalah Al-Ismu, musytaq dari lafzh Al-Summu y
a
n
g
artinya Al-Rif’ah (luhur), dan Al-ulwu (tinggi).Ada yang mengatakan musytaq
dari lafazh Al-Simah.22
Menurut Syeikh Muhammad Ali As-Sobuni pendapat
yang assoh adalah pendapat yang pertama (musytaq dari lafzh Al-Summu) dan itu
20
Ibid, hal: 9
21
M. Quraish Shihab,Tafsir Al-mishbah, volume 1, Op Cit, hal: 11
22
Al-Qurthubi, Jaami’I Al-Ahkam Al-Qur’an, juz 1, hal: 100. Diterangkan juga oleh
Syeikh Muhammad Ali As-Sobuni dalam tafsirnya Rawa’iu Al-Abayan Tafsir Ayat Al-Ahkam Min
Al-Qur’an, juz 1, hal: 15.
32
adalah pendapat para ulama Basroh. Karena jamaknya adalah lafazh firman
Allah SWT, “ “ “Dan Allah memiliki A
s
m
a
‟
u
l
H
u
s
n
a
h(nama-
nama yang terbaik).”(Q.S. Al-A‟raf: 180).
Al-Qurthubi berkata: yang terkenal dikalangan ahli bahasa,
bahwa berasal dari kata basmala, para ulama berbeda pendapat t
e
n
t
a
n
g
penempatan huruf ba pada kalimat . Ada yang mengatakan b
a
h
a
w
a
menempatkan huruf ba pada awal lafazh .sebagai perintah atau amr,y
a
n
g
takdirnya anta yang berarti engkau, yang pada awalnya kalimat tersebut
ibda’bismillah “mulailah dengan membaca bismillah.” Begitulah pendapat Imam
Al-Farra‟.
Sedangkan Az-Zujaj berpendapat bahwa penempatan huruf ba pada
lafazh .adalah sebagai khabar atau berita, yang takdirnya adalah anay
a
n
g
berarati aku.Pada awalnya kalimat ini berbunyi ibtada’tu bismillah yang berarti
“aku memulai dengan membaca bismillah.”23
Para ulama berbeda pendapat tentang pengertian dari kata “ Ismun “. Quthrub
berkata:“kata Ismun ditambahkan (ke dalam lafazh bismillah) untuk
mengagungkan dan memuliakan Allah SWT. Sedangkan Al-Akhfasy berkata, kata
“ismun” ditambahkan (ke dalam lafazh bismillah) untuk mengeluarkan (lafazh
tersebut) dari bentuk kalimat sumpah ke bentuk kalimat meminta berkah. Sebab
asal dari bismillah adalah billah.24
Abu Ubaidah Ma‟mar bin Al-Mutsanna
berpendapat bahwa kata ismun (yang terdapat pada lafazh ) adalah s
h
i
l
l
a
h
tambahan.25
23
H.Darwis Abu Ubaidah, Op Cit, hal : 25
24
Tafsir Al-Qurthubi, Op Cit, hal: 257
25
Ibid, hal: 256
33
Lafazh .Ditulis tanpa huruf alif, karena sudah tercukupi oleh h
u
r
u
f
b
a
’
ilshaaq yang terdapat dalam lafazh dan tulisan bismillah.Hal ini sudah banyak
dilakukan. Berbeda halnya dengan firman Allah: “Bacalah d
e
n
g
a
n
(menyebut) nama Tuhanmu”(Q.S. Al-Alaq: 1) pada firman Allah ini huruf alif
tidak dibuang, karena jarang dilakukan.26
Sebagian ulama berpendapat, makna . (dengan menyebut nama A
l
l
a
h
)
adalah, Aku memulai dengan pertolongan, taufik, dan keberkahan Allah
SWT.27
Huruf ba muta‟alaknya pada Fi‟il yang dibuang, yang mencocoki pada
keadaan si pembaca. Ketika seseorang ingin membaca sesuatu lalu ia memulai
dengan .Maka artinya adalah aqro‟u musta‟inan bismillah.28
Lafazh adalah merupakan nama Tuhan yang paling agung dan popular,
apabila kita bekata “Allah” maka apa yang kita ucapkan itu telah mencangkup
semua nama-nama-Nya yang lain, sedangkan apabila kita mengucapkan nama-
Nya yang lain misalnya Ar-Rahman, Al-Malik dan sebagainya, maka kita hanya
menggambarkan sifat Rahmat atau sifat kepemilikan-Nya saja.29
Tidak ada
seorang pun selain Dia yang dinamai dengan nama Allah baik secara hakikat
maupun majaz, sedang sifat-sifat-Nya yang lain secara umum dapat dikatakan bisa
disandang oleh mahluk-mahluk-Nya. Oleh karena itu lafazh Ini tidak
dijadikan tasniyah dan tidak dan tidak pula dijadikan jamak. Secara tegas Tuhan
Yang Maha Esa itu sendiri yang menamai dirinya Allah, dalam firman-Nya
dikatakan :
…
26
ibid,hal: 258
27
Ibid, hal: 256
28
Syeikh Muhammad Ali As-Sobuni dalam tafsirnya Rawa’iu Al-Abayan Tafsir Ayat Al-
Ahkam Min Al-Qur’an, juz 1, hal: 15.
29
M. Quraish Shihab,Tafsir Al-mishbah, volume 1, Op Cit, hal: 17
34
“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah
Aku...”(Q.S. Taha: 14).
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:
“Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya ?.”(Q.S.
Maryam: 65)
Ayat ini dipahami oleh pakar Al-Qur‟an bermakna: “ Apakah engkau
mengetahui ada sesuatu yang bernama seperti nama ini ? atau apakah engkau
mengetahui sesuatu yang berhak memperoleh keagungan dan kesempurnaan
sebagaimana pemilik nama itu (Allah) ?atau bermakna Apakah engkau
mengetahui ada nama yang lebih agung dari nama ini ? juga dapat berarti
Apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang sama dengan Dia(yang patut
disembah) ?.
Pertanyaan-pertanyaan yang mengandung makna sanggahan ini semuanya
benar, karena hanya Tuhan Yang Maha Esa yang wajib wujud-Nya itu yang
berhak manyandang nama tersebut, sedangkan selain-Nya tidak ada bahkan tidak
boleh.30
Abu ja‟far berkata: lafazh mengikuti bentuk kata fa’laan yang berasal
dari akar kata rahima, dan mengikuti bentuk kata fa’iil dari akar k
a
t
a
yang sama. Secara etimologi tidak seorangpun ahli bahasa yang memungkiri
bahwa kata memiliki makna yang lebih spesifik dari pada kata ,
meskipun keduanya berasal dari akar kata yang sama . Dari sisi riwayat ditemukan
sejumlah pendapat yang berbeda:
As-Sari bin Yahya At-Tamimi menceritakan kepadaku, dia berkata, Utsman
bin Zufar menceritakan kepada kami, dia berkata: aku mendengar Al-Arzami
menakwilkan: dia berkata, meliputi seluruh makhluk,d
a
n
khusus untuk orang-orang beriman.31
30
Ibid, hal: 17
31
Tafsir Ath-Thabari, Op Cit, hal : 214
35
Ayat 2
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam.”
Imam Al-Qurthubi berpendangan bahwa (segala puji) dalam bahasa
Arab adalah pujian /sanjungan yang sempurna, Alif dan Lam ( ) pada kalimat
adalah unuk istighraq (menghabiskant) terhadap segala bentuk pujian,
karena Dialah yang memiliki nama-nama yang baik/indah dan sifat-sifat yang
mulia.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa segala puji dan sanjungan hanya
milik dan kepunyaan Allah, selain dari Allah tidak setupun dari makhluk ini yang
pantas dan layak mendapat pujian.32
Kalmiat atinya Adalah yang berkuasa, setiap orang yang menguasai
sesuatu maka dialah rabb-nya. Rabb merupakan satu diantara nama-nama Allah
yang mulia, Rabb dapat diartikan yang menciptakan, mengatur, memperbaiki,
melindungi, yang melaksanakan, menghidup dan mematikan. Sedangkan
biasa diartikan semesta alam.Para ulama berbeda pendapat dalam
menjelaskan al-alamiin.33
Qatadah berpendapat bahwa al-alamiin adalah semua alam, segala yang ada
selain Allah. Ibnu Abbas bekata bahwa al-aalamiin adalah jin dan manusia,
berdasarkan surat al-furqan ayat pertama.
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-
Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”(Q. S. Al-
Furqan:1)
32
H.Darwis Abu Ubaidah, Op Cit, hal : 36
33
Ibid, hal: 37
36
Sedangkan hewan tidak termasuk kedalam ayat ini. Sementara Al-farra‟ dan
Abu Ubaidah berkata bahwa al-amiin adalah khusus untuk makhluk yang berakal,
dan hal itu ada empat kelompok: Jin, manusia, malaikat, dan setan. Oleh karena
itu hewan tidak termasuk didalamnya. Sedangkan Wahab bin Munabbih berkata :
Sesungguhnya Allah memiliki delapan belas ribu alam, dunia ini adalah satu
diantaranya.34
Abu Said Al-khudri berkata : Allah memiliki empat puluh ribu alam, dunia ini
dari Timur sampai ke Baratnya adalah satu diantaranya. Abu Aliyah berkata: Jin
adalah alam, manusia adalah alam, selain itu bagi empat penjuru bumi ini. Dan
setiap penjuru ada seribu lima ratus alam. Semuanya itu Allah ciptakan agar
mereka beribadah kepada Allah SWT.35
AYAT 3
“Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”
Ar-Rahman dan Ar-Rahim adalah dua sifat yang dimiliki Allah, dua nama
diantara nama-nama yang indah (asmaul husna) yang dimiliki Allah. Kedua sifat
ini berasal dari kata Ar-Rahman (kasih sayang) dalam bentuk kalimat
mubalaghah, Ar-Rahman lebih dari Ar-Rahim, karena Ar-Rahman adalah adalah
yang mempunyai kasih sayang yang mencangkup dan meliputi untuk semua
makhluk yang ada didunia ini, sedangkan Ar-Rahim hanyalah diperuntukkan
untuk orang-orang yang beriman diakhirat kelak. Ar-Rahim artinya bahwa Allah
mempunyai sifat kasih sayang bagi orang-orang yang beriman kelak dihari
kiamat.Demikianlah mayoritas pendapat para ulama.36
Di dalam salah satu firman-Nya Allah SWT telah menjanjikan bahwa Ar-
Rahim (kasih sayang)Nya itu hanya diperuntukkan kepada para hamba-Nya yang
beriman, firman Allah SW.
34
Ibid, hal : 37
35
Ibid, hal : 37
36
Ibid, hal : 38
37
“Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan
ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada
cahaya (yang terang).dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang
yang beriman.”(Al-Ahzab : 43).
AYAT 4
“Yang menguasai hari pembalasan.”
Maha bekuasanya Allah pada hari itu, hari kiamat, bukan berarti pada hari-
hari ini Allah tidak berkauasa.Kekuasaan Allah meliputi dunia dan akhirat.Hanya
saja dikhususkannya kekuasaan pada hari itu (hari pembalasan), karena pada hari
tersebut tidak ada seorang pun yang dapat berbuat apa-apa, bahkan berbicara pun
tidak sanggup, kecuali orang-orang yang dikasih izin oleh Allah.37
As-Syaikh
Muhammad Ali As-Sobuni mengomentari ayat Allah yang mulia ini dengan
mengatakan :
“yakni Dialah Allah yang maha suci yang berkuasa untuk memberikan
balasan dan hisab (perhitungan), yang bertindak pada hari pembalasan itu
sebagaimana tindakan seorang penguasa (raja) di dalam kekuasaan-Nya. yaitu
hari ketika seorang tidak berdaya sedikit pun untuk menolong orang lain. Dan
segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.”38
Pada ayat yang lain Allah kembali menyebutkan tentang siapa sesungguhnya
yang berkuasa pada hari yang dahsyat itu. Firman Allah SWT.
37
Ibid, hal :40
38
Muhammad Ali As-Shabuni, Shafwatut Tafasir, juz 1, hal 25
38
y
“ Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya;
yang Maha Pemurah. mereka tidak dapat berbicara dengan Dia.”“ Pada hari,
ketika ruh dan Para Malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata,
kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan yang Maha Pemurah;
dan ia mengucapkan kata yang benar.” Itulah hari yang pasti terjadi. Maka
Barangsiapa yang menghendaki, niscaya iamenempuh jalan kembali kepada
Tuhannya.”(An-Naba‟ : 37-39)
(Yaumuddin), secara umum diterjemahkan dengan hari
pembalasan.Sesungguhnya apa yang dimaksud dengan Yaumuddin itu sendiri
sudah dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
“Dan Sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam
neraka.mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan. Dan mereka sekali-
kali tidak dapat keluar dari neraka itu.Tahukah kamu Apakah hari pembalasan
itu? Sekali lagi, tahukah kamu Apakah hari pembalasan itu? (Yaitu) hari (ketika)
seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. dan segala
urusanpada hari itu dalam kekuasaan Allah.” (Al-Infithar : 14-19).
(Yaumuddin), adalah salah satu diantara nama-nama Hari Kiamaty
a
n
gberikan
oleh Allah SWT yang terdapat dalam Al-Qur‟an.
Ayat 5
39
40
“Hanya kepada Engkaulah kami beribadah, dan hanya kepada Engkaulah kami
memohon pertolongan.”
Ibadah adalah lambang ketundukan dan ketaatan yang paling tinggi.
Sementara memohon pertolongan adalah bukti kelemahan seorang makhluk yang
selalu membutuhkan bantuan dari sang pencipta yakni Allah SWT. Dalam ayat
tersebut mendahulukan maful bih yakni lafadz dari fi’ilnya yakni d
a
n
, hal tersebut memberikan arti takhsis (memberikan nuansa kekhususan),
yakni kami khususkan ibadah hanya kepada-Mu dan kami khususkan mohon
pertolongan hanya kepada-Mu.
Ayat yang mulia ini mengandung pengerian yang sangat dalam dan
menyeluruh, karena didalamnya tertuang suatu ikrar (janji) seorang hamba kepada
zat yang maha agung. Jika ikrar itu diucapkan dengan sadar, penuh penghayatan,
tentulah hamba tersebut tidak akan terjerumus dalam kehinaan dan dosa.
Ayat 6
“Tunjukilah selalu kami jalan yang lurus”
Menurut Ibnu Qoyyim al-Jauzi : kata Ihdinayang berarti “Tunjukilah selalu
pada kami”. Beliau menyebut : 1). Berarti : tetapkanlah kami!. 2). Arsyidna yang
berarti “Tuntunlah kami “. 3). Waffiqna, yang berarti “ berikanlah kami taufiq”.
4). Al-himma yang berarti “ Berilah kami ilham”.39
Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab ra menggatakan di dalam kitabnya
yang berjudul “ Tafsir al-Fatihah “, bahwa shirothol mustaqim itu adalah jalan
yang jelas, jalan yang lurus, tidak bengkok. Dan yang dimaksud dengan demikian
itu adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Rasul, shirothol mustaqim
juga mengandung makna jalan yang benar, jalan yang benar, jalan yang menjadi
kebutuhan seorang hamba untuk selamat dari azab dan siksa, jalan yang dapat
39
H.Darwis Abu Ubaidah, Op Cit, hal : 61
41
membawa manusia kepada kebahagiaan, ketenangan jiwa baik di dunia maupun
di akhirat.
Ayat 7
g g
“ (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan)mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua
golongan yang menyimpang dari ajaran Islam “.
Ayat ini menyebutkan jalan yang baik, jalan yang lurus, jalan yang telah
Allah SWT anugerahkan kepada para hamba-Nya, yaitu jalan yang telah ditempuh
para Nabi, shidiqin, syuhada, dan shalihin. Sekiranya manusia memiliki banyak
sifat yang tidak baik itu betul-betul butuh kepada shirothol mustaqim, hendaklah
manusia itu taat, patuh kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dengan cara
melaksanakan apa yang diperintahkannya secara maksimal, serta berusaha
menjauhkan diri dari larangan Allah SWT.40
Pengulangan kata Shiroth (jalan) dimaksudkan untuk menegaskan dan
memberitahukan bahwa jalan yang lurus itu adalah jalan kaum muslimin. Adapun
mereka yang diberi Allah SWT nikmat dengan jalan itu adalah kelompok yang
yang disebutkan Allah SWT dalam firman-Nya :
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu:
Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang
saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”. (QS.An-Nissa‟:69)
g
“........ bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan jalan mereka yang sesat”.
42
40
Ibid,hal: 63
43
Mayoritas ulama berpendapat bahwa jalan orang-orang yang dimurkai itu
adalah jalannya orang-orang Yahudi dan dan jalan mereka yang sesat itu adalah
jalannya orang-orang Nashara. Pandangan ini berdasarkan beberapa dalil :
Pertama, ketika Allah SWT menceritakan bagaimana keadaan kaum Nabi
Musa as yang ketika itu tidak merasa nyaman dengan makanan yang dihidangkan
selalu sama, manna dan salwa sehingga mereka mengajukan kepada Nabi Musa
as bentuk menu makanan dan minuman yang lainnya berupa sayur mayur,
ketimun kacang adas dan lain sebagainya.
Kedua, ketika Allah SWT menyebutkan bahwa orang-orang yang menjadikan
patung anak sapi sebagai tuhan yang mereka sembah, akan mendapat murka dan
kehinaan dari Allah SWT.
Ketiga, ketika Allah SWT menceritakan perilaku orang-orang Ahlul Bait
yang berlebih-lebihan dalam menjalankan agamanya yang pada akhirnya
menjerumuskan mereka kedalam kesesatan, bahkan menyesatkan banyak orang.41
6. Kandungan Surat Al-Fatihah
A. Keimanan
Misi yang pertama kali dibawa Al-Qur‟an adalah keimanan yang dibawa
melalui Nabi Muhammad SAW. Nabi-nabi dan rasul-rasul yang telah diutus
sebelum Nabi Muhammad SAW pun menanamkan keimanan kepada umatnya.
Keimanan yang dibawa oleh Al-Qur‟an meliputi keimanan kepada Allah,
rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya,
hari akhirat, serta qada dan qadar.
Ketika Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, keimanan
yang dibawa oleh rasul-rasul sebelumnya sudah kabur, tauhid yang kholis (murni)
tidak ada lagi, umat-umat terdahulu yang pernah diutus rasul-rasul kepada mereka
dan mempunyai kitab-kitab samawi telah menyimpang jauh dari ajaran-ajaran
rasul dan kitabnya, mereka menganggap rasul-rasul, orang-orang saleh dan
malaikat-malikat sebagai Tuhan, dan kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada
mereka sudah banyak yang dirubah oleh tangan mereka sendiri.
41
Ibid,hal: 69
44
Bangsa Arab dan sekitarnya, walaupun sebagian dari mereka dulu pernah
menganut ajaran-ajaran Nabi Ibrahim, mereka banyak yang berpindah
kepercayaan menjadi penganut kepercayaan watsani, penyembah patung-patung
dan dewa-dewa, sehingga menurut riwayat disekitar ka‟bah terdapat 360 buah
patung.
Kedatangan Al-qur‟an sebagai kita suci samawi untuk mensucikan akidah
manusia dari kotoran-kotoran syirik, dengan membawa akidah tauhid yang
semurni-murninya, yang tidak bercampur dengan kepercayaan-kepercayaan dan
perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Al-Qur‟an.
Akidah tauhid yang dibawa oleh Al-Qur‟an adalah akidah yang amat jelas
dan tegas. Dapat dicapai oleh akal dan paling sempurna dibandingkan agama-
agama selain agama Islam dan agama-agama yang datang sebelumnya.
Di dalam surat Al-Fatihah akidah tauhid ini didapat dalam ayat-ayat :
a. Ayat Pertama
“ segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”
Semua pujian itu hanya untuk Allah dan yang berhak dipuji hanyalah Allah
SWT karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji. Seseorang
apabila dipuji karena sifatnya yang mulia yang berada pada dirinya atau karena
jasa-jasa baiknya, maka pada hakikatnya pujian tersebut hanya untuk Allah,
karena Allahlah yang memiliki sifat-sifat sempurna yang memberikan kebaikan
dan kemuliaan kepada manusia. Pernyataan inilah yang menjadi inti dari
keimanan kepada Allah dan merupakan akidah tauhid yang sebenarnya.
Keimanan kepada Allah SWT serta segala kesempurnaan-Nya, dan akidah
tauhid yang semurni-murninya itu adalah salah satu dari ajaran Islam yang
terpenting, sebab hal tersebut didalam ayat ini ditegaskan lagi bahwa Allah SWT
adalah Rabb semesta alam.
Kata Rabb selain memiliki arti “ Yang Memiliki” juga memiliki arti “
Pendidik” atau “ Pengasuh”. Dengan ini jelaslah bahwa sesuatu apapun yang
berada dalam alam ini adalah kepunyaan Allah SWT. Allah-lah yang telah
45
menciptakannya, mendidik, mengasuh, menumbuhkan dan memeliharanya. Tidak
ada yang menyekutui Allah SWT. Sejalan dengan hal ini, jelaslah bahwa manusia
itu amat kecil, dan jauh tempatnya namun tetap berada dibawah pengetahuan,
lindungan, dan pemelliharaan Allah SWT. Allah SWT telah memberikan kepada
makhluk-Nya suatu bentuk yang amat sempurna, lalu dikarunikan kepada manusia
akal, naluri (instink) dan kodrat-kodrat alamiah, sebagai bekal untuk kelanjutan
hidup manusia tersebut di alam dunia untuk kehidupan selanjutanya di akhirat.
Pendidikan, pemeliharaan, penumbuhan, yang dilakukan oleh Allah SWT
wajib diperhatikan dan dipelajari oleh manusia sebagai bentuk tafakkur manusia
akan kekuasaan Allah SWT yang akan menghasilkan peningkatan kekuatan dalam
keimanan dan ketakwaan.
b. Ayat Kedua
“hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami
memohon pertolongan”
Ayat ini juga mengandung inti ibadah manusia kepada Allah SWT, karena
yang hanya berhak disembah hanya Allah SWT dan hanya kepada Allah SWT
sajalah manusia selalu memohon pertolongan. Hal ini karena manusia adalah
makhluk Allah SWT yang harus selalu berhubungan dengan Allah SWT sebagai
penciptanya. Manusia berdo‟a memohon sesuatu hanyalah kepada Allah SWT.
Dengan ayat ini akan terbongkarlah akar-akar dari bentuk-bentuk
kesyirikan (mempersekutukan Allah SWT dan membesarkan kekuasaan selain
kekuasaan Allah SWT), bentuk kepercayaan watsani (menyembah dewa-dewa,
matahari, bulan, bintang-bintang dan lain sebagainya), kepercayaan majusi
(menyembah api), dan kepercayaan lainnya yang banyak berkembang dan dianut,
sebelum datang agama Islam yang dirisalahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
B. Ibadah
Didalam Al-Qur‟an Allah berfirman:
46
“hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-
lah kami memohon pertolongan”
Di dalam ayat
seorang
, jika direnungi secara mendalam, m
a
k
a
hamba tidak akan pernah sempurna dalam penyembahannya kepada Allah SWT,
namun karena sifat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang ayat
sebagai bentuk rahmat Allah SWT yang diturunkan u
n
t
u
k
hamba-hamba Nya, hingga manusia hanya selalu memohon pertolongan kepada
Allah SWT . Jadi ayat tersebut diatas mengandung penafsiran ketauhidan dan
rahmat Allah SWT untuk bekal peribadatan seorang manusia kepada Allah SWT.
“tunjukilah (selalu) kami kepada jalan yang lurus”
Sempurnanya agama Islam untuk kebahagiaan manusia dia alam dunia
sampai akhirat, Allah SWT telah menetapkan batas-batas syariat yang berupa
peraturan-peraturan, hukum-hukum, dan menjelaskan kepercayaan, memberikan
pelajaran dan perumpamaan-perumpamaan. Semua ini merupakan tuntunan
menuju jalan yang lurus yang telah Allah SWT bentangkan untuk manusia agar
manusia tersebut sampai pada kebahagiaan hidup baik di dunia sampai alam
akhirat. Maka sungguh amat berbahagia manusia yang menjalani batas-batas
syareat yang telah Allah SWT tetapkan tersebut, dan amat sengsaralah manusia
yang menghindari dirinya dari jalan tersebut.
C. Hukum-hukum dan Peraturan-peraturan
Telah dijelaskan diatas bagaimana mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat, yaitu dengan adanya penetapan peraturan-peraturan dan hukum-
hukum, dan hal tersebut pun bercabang menjadi peraturan dan hukum yang
47
berhubungan dengan hubungan manusia kepada Allah SWT, dan manusia dengan
masyarakat, dan juga siasat kenegaraan dan lain-lain. Sebagaimana ayat yang
mengandung peraturan dan hukum yang dicantumkan dalam surat Al-Fatihah
yang berbunyi :
“Tunjukilah (selalu) kami jalan yang lurus”
Jalan yang menyampaikan manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat adalah akidah-akidah yang benar, hukum-hukum dan peraturan-peraturan
serta perumpamaan-perumpamaan yang telah dijelaskan di dalam Al Qur‟an dan
Hadits.
D. Janji dan Ancaman
Al Qur‟an al Karim juga mengandung janji dan ancaman. Allah SWT
menjanjikan kebahagiaan kepada manusia yang beriman dan berbuat baik, dan
mengancam kepada siapapun manusia yang mempersekutukan Allah SWT,
membuat kerusakan dan kezhaliman di atas permukaan bumi dengan azab dan
siksaan. Janji dan ancaman Allah SWT itu bersifat umum kepada kaum dan
bangsa apapun.
Didalam surat Al Fatihah mengandung ayat-ayat yang yang berupa janji
dan ancaman, berbunyi :
a. Ayat Pertama
“dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang”
Dengan menyebut nama Allah “Yang Maha Pemurah” lagi “Maha
Penyayang”, Allah SWT menjanjikan kepada manusia yang beriman kepada Allah
SWT dan berbuat baik dengan limpahan karunia dan anugerah nikmat yang tiada
terhitung dari-Nya.
48
b. Ayat Kedua
“Yang menguasai hari pembalasan”
Di hari itu segala bentuk perbuatan manusia akan dibalas. Balasan syurga
untuk manusia yang beriman kepada Allah SWT dan berbuat baik, balasan neraka
untuk manusia yang mempersekutukan Allah SWT, ingkar dan berbuat
kezhaliman. Yang hal ini adalah janji dan ancaman Allah SWT.
c. Ayat Ketiga
“Tunjukilah (selalu) kami jalan yang lurus”
Manusia yang mengikuti jalan yang telah ditetapkan, maka kebahagiaan
hidup di dunia dan akhiratlah yang akan diraihnya. Dan sebaliknya, manusia yang
menghindari tidak menjalankan yang telah ditetapkan, maka pastilah kebinasaan
hidup baik di dunia maupun akhirat. Dengan ini maka dapat dipahami adanya janji
dan ancaman Allah SWT.
d. Ayat keempat
g g
“(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan)mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Yang
dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua
golongan yang menyimpang dari ajaran Islam “.
Ada orang-orang yang telah dianugerahi nikmat oleh Allah SWT, yaitu para
Nabi, para Rasul, orang-orang sholeh dan shadiqin, mereka adalah orang-orang
yang akan menerima limpahan rahmat dan pahala dari Allah SWT berupa
Jannatinna‟im dan ini merupakan janji Allah SWT. Dan ada pula orang dimurkai
Allah SWT, yaitu mereka yang tidak mau menjalani jalan lurus yang telah
ditetapkan Allah SWT, padahal manusia itu telah mengetahui hakikat jalan lurus
tersebut, dan ada pula manusia yang tersesat, yaitu orang-orang yang tidak
49
mengetahui jalan yang benar atau dia mengetahuinya, tetapi dia tersesat dalam
menempuh jalan tersebut. Mereka yang dimurkai Allah SWT dan tersesat akan
menerima siksaan yang pedih sebagai bentuk hukuman dari Allah SWT. Dan ini
adalah suatu ancaman.
E. Kisah-kisah atau Cerita-cerita
Sebagai bentuk panutan dan ketauladanan, pelajaran serta i‟tibar, maka Al
Qur‟an menceritakan kisah-kisah kaum-kaum dan bangsa-bangsa terdahulu yang
Allah SWT telah mengutus para Rasul dan Nabi-Nya kepada mereka dengan
membawa kerisalahan yang telah Allah SWT tetapkan baik berupa peraturan-
peraturan, hukum-hukum dan syariat, yang semua itu ditetapkan bertujuan untuk
kebahagian hidup mereka.
Diantara para kaum dan bangsa tersebut ada yang menerima dan ada pula
yang menolak, dan Allah SWT telah menerangkan akibat dari penolakan dan
peneimaan, untuk dijadikan i‟tibar dan pelajaran.
Lebih kurang ¾ dari isi Al Qur‟an adalah cerita tentang bangsa dan kaum-
kaum terdahulu, serta anjuran Allah SWT untuk mengambil i‟tibar dan pelajaran
dari apa yang mereka perbuat dan akibatnya.
Di dalam surat Al Fatihah keadaan bangsa dan kaum terdahulu telah
dijelaskan dengan ayat yang berbunyi :
g
“ (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan)mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua
golongan yang menyimpang dari ajaran Islam “.
Dari penjelasan-penjelasan yang penulis uraikan diatas, kita dapat pahami
bahwa surat Al-Fatihah memiliki pengertian dan makna yang begitu dalam,
menjadi intisari kandungan Al-Qur‟an dan menjadi pembuka semua surat dalam
Al-Qur‟an.
50
B. Konsep Ibadah Dalam surat Al-Fatihah Ayat 1-7
Seluruh persoalan agama tersimpan didalam dua kalimat pendek yang
terdapat dalam ayat:
“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan”.(QS. Al-fatihah: 5)
Ayat ini yang menjadi inti dari surat Al-fatihah ayat 1 sampai 7, dan Al-
fatihah adalah inti dari Al-qur‟an, dan Al-qur‟an adalah inti seluruh kitab suci atau
ajaran seluruh Nabi dan Rasul. Maka ayat ini adalah menjadi inti seluruh kitab-
kitab suci, dan inti seluruh ajaran Nabi-Nabi dan Rasul.42
1.
iyyaka na‟budu artinya: engkaulah yang kami sembah. Hanya engkau sajalah
yang kami sembah. Hanya untuk engkau sajalah kami beribadah. Tidak ada
selain engkau yang kami semah.
Ketika seseorang menyatakan iyyaka na’budumaka ketika itu tidak
sesuatu apapun, baik dalam diri seseorang maupun yang berkaitan dengannya,
kecuali telah dijadikan milik Allah, segala aktivitas manusia harus berakhir
menjadi ibadah kepada Allah SWT, dan ibadah merupakan kebutuhan manusia
lebih daripada satu kewajiban.
Ibadah atau pengabdian yang dimaksud dalam ayat kelima ini tidak
terbatas pada hal-hal yang diungkapkan oleh ahli hukum islam (fiqih) yakni
shalat, puasa,zakat dan haji saja, tetapi mencangkup segala macam aktivitas
manusia, baik pasif maupun aktif, sepanjang tujuan dari setiap gerak dan
langkah itu adalah Allah, sebagaiman tercermin dalam pernyataan yang
diajarkan Allah SWT43
:
42
H. Bey Arifin, Op Cit, hal :217
43
M. Quraish Shihab,Tafsir Al-mishbah, volume 1,Op Cit Hal: 55
51
“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam.(Qs. al-An‟am: 162)
Ibadah adalah buah dari keimanan kepada Allah SWT dengan segala sifat
kesempurnaan-Nya. Seorang manusia yang meyakini adanya segala sifat-sifat
kesempurnaan-Nya, maka akan tumbuh perasaan dalam jiwanya membutuhkan
Allah SWT dengan sepenuh hati, hingga yang terlahir dalam diri seorang
manusia tersebut adalah bentuk ibadah atau penyembahan kepada Allah SWT
baik lahir maupun bathinnya.
Imam Ja‟far ash-Shadiq sebagaimana dikutip oleh Muhammad al-Ghazali
dalam bukunya Raka‟iz al-iman mengemukakan tiga unsur pokok yang
merupakan hakikat ibadah :
a. Seorang yang mengabdi tidak menganggap apa yang ada dalam genggaman
tangannya sebagai miliknya, karena yang dinamakan hamba tidak memiliki
sesuatu. Apa yang dimilikinya adalah milik tuannya.
b. Segala usahanya hanya berkisar pada mengindahkan apa yang diperintahkan
oleh yang memerintah (tuannya).
c. Tidak memastikan sesuatu untuk dia laksanakan kecuali mengaitkannya
dangan izin dan restu tuannya.
Ada dua syarat yang menjadikan ibadah itu bernilai disisi Allah SWT:
a. Ibadah itu harus ikhlas karena Allah dan untuk Allah semata. Hal ini harus
dilandasi rasa cinta dan tunduk taat kepada Allah SWT.
Orang yang hanya cinta saja, tetapi tidak tunduk, atau tunduk saja tetapi tidak
cinta, maka tidaklah dinamai ibadah. Cinta dan tunduk itu ditunjukkan hanya
kepada Allah SWT. Dan bila suatu ibadah dilakukan tidak ikhlas untuk Allah
maka ibadahnya tidak ada artinya dihadapan Allah SWT.
b. Cara beribadah harus sesuai seperti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah
Saw.Dalam al-Qur‟an Allah SWT berfirman:
…. …..
52
“Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa
yang dilarang, maka tinggalkanlah”…(QS. Al-Hasyr: 7).
Dalam hal ini manusia terbagi menjadi 4 golongan dalam melaksanakan
ibadah:
1. Orang yang beribadah ikhlas 100% untuk Allah dan sesuai menurut cara atau
sunnah yang ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Mereka inilah yang benar-benar
ahli iyyaka na’budu. Amal atau perbuatan mereka seluruhnya untuk Allah dan
karena Allah, begitu juga semua perkataan yang keluar dari mulut mereka;
mereka member, menerima, menyuruh, atau melarang, cinta atau marah,
semua itu 100% karena Allah dan untuk Allah lahir dan bathin. Tidak karena
mengharapkan balasan dan pujian dari manusia, tidak pula untuk mencari
kebanggaan dan kemuliaan di hati sesama manusia, atau menghindari diri dari
kebencian sesama manusia.44
Buat mereka cukup hanya Allah saja yang
memuji, membalas dan menghargai atau memuliakan. Yang mereka harapkan
hanya pujian Allah, cinta kasih Allah, balasan Allah.
Berkata Al-Fudhail bin Ayyaadh: Amal yang baik itu ialah yang paling ikhlas
dan paling benar. Murid-muridnya lalu bertanya: Hai Abu Ali, apakah yang
dimaksud dengan paling ikhlas dan paling benar itu? Jawabnya: Amal sekalipun
ikhlas tetapi tidak benar, tidaklah diterima Allah, begitu juga bila benar tetapi
tidak ikhlas. Ikhlas ialah semata-mata karena Allah atau untuk Allah. Benar
ialah 100% menurut cara dan sunnah yang ditetapkan oleh Rasulullah Saw.
45
Firman Allah :
-
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan
yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya".(QS. Al-Kahfi: 110)
44
H. Bey Arifin, Op Cit, hal :228
45
ibid, hal :228
53
Setiap ibadah yang dilakukan tidak menurut contoh dari Rasulullah Saw.
Tidak akan menambah dekat kepada Tuhan tetapi menamah jauh, sebab Allah
SWT harus disembah sesuai cara yang diperintahkan-Nya, tidak menurut
kemauan atau keinginan manusia.
2. Ibadah yang dilakukan tidak ikhlas dan tidak pula sesuai dengan cara yang
dicontohkan oleh Rasulullah yaitu ibadahnya orang-orang yang riya dan
ibadahnya orang-orang yang ahli bid‟ah, ahli kesesatan dan syirik. Mereka
inilah yang dimurkai Allah46
dalam Al-Qur‟an:
“Janganlah sekali-kali kamu menyangka, hahwa orang-orang yang gembira
dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap
perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa
mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih”.
(QS. Ali Imran: 18)
3. Ibadah yang dilakukan dengan ikhlas, dan sesuai menurut contoh dari
Rasulullah Saw, banyak dilakukan oleh ahli ibadah tetapi mereka tidak
mengetahui aturan agama, lalu mereka menambahkan sendiri karena ingin
dipandang sebagai ahli tashawwuf, zuhud atau faqir. Kadang-kadang mereka
ibadah dengan disertai menangis-nangis, terseduh-seduh, kadang-kadang
mereka bernyanyi-nyanyi dengan berbagai irama, bersiul-siul. Kadang-kadang
mereka mengasingkan diri, tirakat menurut aturan mereka dengan
meninggalkan kewajiban Jum‟atan dan berjuang ditengah-tengah masyarakat,
kadang-kadang mereka berpuasa terus-menerus siang dan malam, kadang-
kadang mereka berpuasa dihari raya dan lain-lain.47
4. Ibadah yang dilakukan menurut yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw, tetapi
tanpa dilandasi keikhlasan. Ibadah yang benar tetapi dasarnya yang salah.
Ibadah yan dilakukan secara benar tetapi disertai perasaan riya‟. Mereka maju
kemedan perang untuk mendapatkan julukan pahlawan atau pemberani atau
46
ibid, hal :229
47
ibid, hal :229
54
untuk mendapatkan pangkat dan bintang, mereka melaksanakan haji ke
Mekkah hanya ingin dipanggil “Haji”, mambaca Al-Qur‟an hanya ingin
diketahui suaranya indah. Amalan dan ibadah meraka terlihat benar tetapi
yang sebenarnya semua salah dan tidak akan diterima Allah Swt.48
Firman
Allah Swt :
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat;
dan yang demikian Itulah agama yang lurus”.(QS. Al-Bayyinah: 5)
2. .
Iyyaka nasta‟iin artinya: engkaulah yang kami minta pertolongan. Engkau
sajalah yang kami mintai pertolongan. Hanya kepada Engkau sajalah kami minta
pertolongan, mohon bantuan, mohon perlindungan, mohon rezeki, mohon
keselamatan, mohon keselamatan, mohon kebahagiaan dan lain-lain.
Orang yang beragama atau beriman, harus menyembah (beribadah) kepada
Allah dan harus minta pertolongan kepada-Nya (berdo‟a). tidaklah dikatakan
beragama atau beriman bila kita hanya berdo‟a saja tanpa beribadah.
Kalau seseorang mengatakan ibadah maka termasukpula didalamnya
isti‟anah, akan tetapi pada kalimat isti‟anah didalamnya ibadah. Karena ibadah
lebih umum dibandingkan isti‟anah. Orang yang benar-benar beribadah pasti
didampingi dengan permohonan (isti‟anah), tetapi belum tentu orang yang
memohon dan berdo‟a kepada Allah mereka menjalankan ibadah. Berapa banyak
orang berdo‟a meminta kepada Allah agar diberikan kesehatan, kekayaan dan
lain-lain tetapi mereka tidak mau beribadah menyembah Allah Swt.
Walaupun demikian, isti‟anah tetap menjadi bagian atau sebagian dari ibadah.
Beribadah berarti mengerjakan sesuatu untuk Allah, sedang bermohon ialah
48
ibid, hal :230
55
mengharapkan sesuatu dari Allah. Jadi ibadah jauh lebih tinggi dan lebih suci dari
isti‟anah. Sebab ibadah tidaklah dilakukan kecuali oleh orang-orang yang benar-
benar ikhlas. Sedang isti‟anah dapat dilakukan oleh orang-orang yang tidak ikhlas,
bahkan dilakukan oleh orang yang fasiq.49
Isti‟anah atau berdo‟a memohon kepada Allah adalah suatu pekejaan yang
amat besar dan amat penting. Rasulullah Saw diutus oleh Allah selain untuk
menajarkan tata cara beribadah, juga untuk mengajarkan cara-cara berdo‟a. para
ulama sudah berusaha mengumpulkan semua keterangan tentang berdo‟a yang
diambil dari hadis-hadis Rasulullah Saw, diantaranya adalah Imam Nawawi
dalam kitab beliau Al-Azkar.
Adab atau syarat-syarat berdo‟a yang dapat beliau simpulkan ialah
diantaranya sebagai berikut:
1. Menjauhi dari segala yang haram, baik makanan, minuman atau pakaiannya.
Karena makanan, minuman serta pakaian yang haram menyebabkan do‟a tidak
terkabulkan.
2. Ikhlas karena Allah Swt. Keikhlasan ini menjadi syarat terpenting dalam
berdo‟a dan beribadah. Firman Allah Swt:
....
“Berdo‟alah kepada Allah dengan ikhlas dalam beragama bagi-Nya.”(QS. Al-
Mu‟min: 14)
3. Suci dalam keadaan mempunyai wudhu.
4. Hendaknya berdo‟a dengan menghadap kiblat.
5. Mengangkat dan membuka telapak tangan.
6. Bertawasul dengan Nabi dan orang-orang soleh.
7. Berdo‟a dengan suara pelan.
8. Mengakui semua dosa yang pernah dilakukan.
9. Diawali dengan memuji Allah
10. Membaca solawat kepada Rasulullah Saw
49
Ibid, hal:220
56
11. Mulai berdo‟a untuk dirinya sendiri lalu selanjutnya untuk orang lain atau
umat muslim.
12. berdo‟a dengan permohonan yang sungguh-sungguh.
13. Diulang-ulang mengucapkannya.
Ibadah itu tidak dapat dipisahkan dengan do‟a, karena orang yang beribadah
pasti berdoa. Begitu pula ibadah juga tidak biasa dipisahkan dari ketauhidan, dan
ketauhidan tidak dapat dipisahkan dari ibadah, karena ibadahnya seorang manusia
kepada Allah SWT merupakan buah dari ketauhidannya kepada Allah SWT.
Maka tidak akan ada nilai dan harganya ibadah seorang manusia jika timbulnya
bukan dari perasaan ketauhidannya kepada Allah SWT, begitu juga tidak akan
subur ketauhidan seorang hamba kepada Allah SWT jika tidak dipupuk dengan
istiqomah melakukan ibadah kepada Allah SWT.
Dua ayat dibawah ini :
Kedua ayat diatas adalah inti dari ayat-ayat keimanan, tauhid dan ibadah yang
menyeru kepada ajaran tauhid dan memberantas kepercayaan syirik, watsani,
majusi. Adapun ayat-ayat lain yang membicarakan tentang tauhid, keimanan dan
ibadah adalah penjelasan dari kedua ayat tersebut diatas.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari keterangan yang telah diuraian di atas dapat penulis silmpulkan sebagai
berikut:
1. Tujuan penciptaan manusia, jin dan makhluk lainnya adalah untuk beribadah
kepada Allah SWT, hal ini sesuai dengan Al-Qur’an:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku”.
2. Ibadah yang kita laksanakan sehari-hari, berdasarkan bentuk dan sifatnya terbagi
menjadi dua:
a. Ibadah mahdloh, yakni ibadah yang murni langsung berhubungan antara
hamba dengan Allah SWT. Seperti Shalat, puasa dan lain sebagainya.
b. Ibadah ghairu mahdloh, yakni aktifitas ibadah yang berhubungan dengan
manusia dalam bersosialisasi pada kehidupan sehari-hari. Seperti belajar,
mencari nafkah, membantu orang dan lain sebagainya.
3. Surat Al-Fatihah mempunyai keistimewaan yang luar biasa, semua inti sari
kandungan ayat Al-Qur’an terdapat dalam surat Al-Fatihah. Oleh sebab itu Al-
Fatihah dinamakan Ummul Kitab (Induk Kitab).
4. Konsep ibadah dalam surat Al-Fatihah tercankup dalam ayat ke lima yakniiyyaka
na’budu wa Iyyaka nasta’iin. Syarat dari iyyaka na’budu adalah harus ikhlas dan
harus sesuai seperti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah. Sedangkan syarat dari
Iyyaka nasta’iin adalah menjaga diri dan makanan dari perkara yang haram dan
khusyu dalam melaksanakannya.
B. Saran-saran
Apa yang dipaparkan penulis diatas adalah hanya sekedar nukilan-nukilan dari
beberapa buku dan kitab, serta pendapat-pendapat ulama salaf dan ulama modern
55
ketahui tentang isinya. Ijtihad dan pamikiran para ulama sangat kita harapkan dalam
mengali kandungan surat Al-Fatihah agar menjadi ilmu dan wawasan pengetahuan
untuk kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga dengan pengertian-pengertian diatas akan dapat mendorong kita lebih
khusyu dalam membaca surat Al-Fatihah baik dalam Shalat maupun diluar shalat,
agar shalat kita dan ibadah kita dapat mencegah dari segala perbuatan keji dan
mungkar.
56
yang istiqomah mengali dan memikirkan kalam Allah yang mulia. Adapun maksud
dan tafsiran dari surat al-Fatihah merupakan samudera yang luas, belum diketahui
dengan pasti ujung tepinya, begitu pula dalam dan luasnya, hanya sedikit yang kita
IRVAN-FITK.docx
IRVAN-FITK.docx
IRVAN-FITK.docx
IRVAN-FITK.docx
IRVAN-FITK.docx
IRVAN-FITK.docx

More Related Content

Similar to IRVAN-FITK.docx

MAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docx
MAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docxMAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docx
MAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docxFirman Anz
 
Tinjauan Psikologis Tentang Belajar.pdf
Tinjauan Psikologis Tentang Belajar.pdfTinjauan Psikologis Tentang Belajar.pdf
Tinjauan Psikologis Tentang Belajar.pdfZukét Printing
 
Dv4013 perbandingan penggunaan metode ceramah dan diskusi (viani wai)
Dv4013 perbandingan penggunaan metode ceramah dan diskusi (viani wai)Dv4013 perbandingan penggunaan metode ceramah dan diskusi (viani wai)
Dv4013 perbandingan penggunaan metode ceramah dan diskusi (viani wai)lhiairilia
 
Skripsi membina kecerdasan spritual anak
Skripsi membina kecerdasan spritual anakSkripsi membina kecerdasan spritual anak
Skripsi membina kecerdasan spritual anakPoetra Chebhungsu
 
Rahmatul Hijrati, 160402057, FDK, BKI, 085262610576 Ayat ayat taawun.pdf
Rahmatul Hijrati, 160402057, FDK, BKI, 085262610576 Ayat ayat taawun.pdfRahmatul Hijrati, 160402057, FDK, BKI, 085262610576 Ayat ayat taawun.pdf
Rahmatul Hijrati, 160402057, FDK, BKI, 085262610576 Ayat ayat taawun.pdfZendiAhmadMaghrobi
 
118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...
118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...
118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...Operator Warnet Vast Raha
 
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2Cha Aisyah
 
Mukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabi
Mukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabiMukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabi
Mukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabiToto Dwiarso
 
Bab i, iv, daftar pustaka 2
Bab i, iv, daftar pustaka 2Bab i, iv, daftar pustaka 2
Bab i, iv, daftar pustaka 2Cha Aisyah
 
Manajemen pondok pesantrem
Manajemen pondok pesantremManajemen pondok pesantrem
Manajemen pondok pesantremISMAIL ABAS
 
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdf
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdfSKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdf
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdfFa2dili
 
Pendidikan aqidah dalam perspektif
Pendidikan aqidah dalam perspektifPendidikan aqidah dalam perspektif
Pendidikan aqidah dalam perspektifahmadm12345
 
Motivasi belajar dalam pendidikan islam
Motivasi belajar dalam pendidikan islam Motivasi belajar dalam pendidikan islam
Motivasi belajar dalam pendidikan islam Khoiriyatul Ma'rufah
 
Makalah Pendidikan Agama Islam Sholat.docx
Makalah Pendidikan Agama Islam Sholat.docxMakalah Pendidikan Agama Islam Sholat.docx
Makalah Pendidikan Agama Islam Sholat.docxZuketCreationOfficia
 

Similar to IRVAN-FITK.docx (20)

MAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docx
MAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docxMAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docx
MAKALAH EPISTEMOLOGI SAINS .docx
 
Tinjauan Psikologis Tentang Belajar.pdf
Tinjauan Psikologis Tentang Belajar.pdfTinjauan Psikologis Tentang Belajar.pdf
Tinjauan Psikologis Tentang Belajar.pdf
 
Dv4013 perbandingan penggunaan metode ceramah dan diskusi (viani wai)
Dv4013 perbandingan penggunaan metode ceramah dan diskusi (viani wai)Dv4013 perbandingan penggunaan metode ceramah dan diskusi (viani wai)
Dv4013 perbandingan penggunaan metode ceramah dan diskusi (viani wai)
 
Skripsi membina kecerdasan spritual anak
Skripsi membina kecerdasan spritual anakSkripsi membina kecerdasan spritual anak
Skripsi membina kecerdasan spritual anak
 
Asep supriadi
Asep supriadiAsep supriadi
Asep supriadi
 
Rahmatul Hijrati, 160402057, FDK, BKI, 085262610576 Ayat ayat taawun.pdf
Rahmatul Hijrati, 160402057, FDK, BKI, 085262610576 Ayat ayat taawun.pdfRahmatul Hijrati, 160402057, FDK, BKI, 085262610576 Ayat ayat taawun.pdf
Rahmatul Hijrati, 160402057, FDK, BKI, 085262610576 Ayat ayat taawun.pdf
 
pembuatan yogurt
pembuatan yogurtpembuatan yogurt
pembuatan yogurt
 
118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...
118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...
118581569 pengaruh-senam-nifas-terhadap-kecepatan-penurunan-tinggi-fundus-ute...
 
SP19030.pdf
SP19030.pdfSP19030.pdf
SP19030.pdf
 
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
 
Mukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabi
Mukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabiMukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabi
Mukhlisin saad etika sufi studi pemikiran etika ibn al 'arabi
 
Bab i, iv, daftar pustaka 2
Bab i, iv, daftar pustaka 2Bab i, iv, daftar pustaka 2
Bab i, iv, daftar pustaka 2
 
Cover n pengantar
Cover n pengantarCover n pengantar
Cover n pengantar
 
Manajemen pondok pesantrem
Manajemen pondok pesantremManajemen pondok pesantrem
Manajemen pondok pesantrem
 
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdf
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdfSKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdf
SKRIPSI_LENGKAP_1_NUR.pdf
 
Pendidikan aqidah dalam perspektif
Pendidikan aqidah dalam perspektifPendidikan aqidah dalam perspektif
Pendidikan aqidah dalam perspektif
 
1 tesis pendahuluan
1 tesis pendahuluan1 tesis pendahuluan
1 tesis pendahuluan
 
Motivasi belajar dalam pendidikan islam
Motivasi belajar dalam pendidikan islam Motivasi belajar dalam pendidikan islam
Motivasi belajar dalam pendidikan islam
 
Makalah Pendidikan Agama Islam Sholat.docx
Makalah Pendidikan Agama Islam Sholat.docxMakalah Pendidikan Agama Islam Sholat.docx
Makalah Pendidikan Agama Islam Sholat.docx
 
ANALISIS RENSTRA
ANALISIS RENSTRAANALISIS RENSTRA
ANALISIS RENSTRA
 

Recently uploaded

10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptxerlyndakasim2
 
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik PerhatianTentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik PerhatianHaseebBashir5
 
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank TerpercayaUnikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercayaunikbetslotbankmaybank
 
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxRISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxerlyndakasim2
 
KEAGENAN KAPAL DALAM DUNIA MARITIME INDO
KEAGENAN KAPAL DALAM DUNIA MARITIME INDOKEAGENAN KAPAL DALAM DUNIA MARITIME INDO
KEAGENAN KAPAL DALAM DUNIA MARITIME INDOANNISAUMAYAHS
 
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)DenniPratama2
 
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aesthetic Pintu Aluminium di Banda Aceh
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aesthetic Pintu Aluminium di Banda AcehTERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aesthetic Pintu Aluminium di Banda Aceh
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aesthetic Pintu Aluminium di Banda AcehFORTRESS
 
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfKELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfPritaRatuliu
 
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...HaseebBashir5
 
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar JudiCimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar JudiHaseebBashir5
 
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptxTERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptxFORTRESS
 
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak""Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"HaseebBashir5
 
PCM STRUKTUR JALAN JONGKANGOK JONGKANG.pptx
PCM STRUKTUR JALAN JONGKANGOK JONGKANG.pptxPCM STRUKTUR JALAN JONGKANGOK JONGKANG.pptx
PCM STRUKTUR JALAN JONGKANGOK JONGKANG.pptxmuhammadfajri44049
 
Investment Analysis Chapter 5 and 6 Material
Investment Analysis Chapter 5 and 6 MaterialInvestment Analysis Chapter 5 and 6 Material
Investment Analysis Chapter 5 and 6 MaterialValenciaAnggie
 
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptxerlyndakasim2
 
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...gamal imron khoirudin
 
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelTogel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelHaseebBashir5
 
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangContoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangRadhialKautsar
 
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptxAndiAzhar9
 
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYAPRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYALex PRTOTO
 

Recently uploaded (20)

10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
 
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik PerhatianTentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
Tentang Gerhanatoto: Situs Judi Online yang Menarik Perhatian
 
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank TerpercayaUnikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
 
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxRISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
 
KEAGENAN KAPAL DALAM DUNIA MARITIME INDO
KEAGENAN KAPAL DALAM DUNIA MARITIME INDOKEAGENAN KAPAL DALAM DUNIA MARITIME INDO
KEAGENAN KAPAL DALAM DUNIA MARITIME INDO
 
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
 
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aesthetic Pintu Aluminium di Banda Aceh
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aesthetic Pintu Aluminium di Banda AcehTERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aesthetic Pintu Aluminium di Banda Aceh
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aesthetic Pintu Aluminium di Banda Aceh
 
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfKELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
 
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
Judul: Mengenal Lebih Jauh Tentang Jamintoto: Platform Perjudian Online yang ...
 
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar JudiCimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
 
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptxTERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
 
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak""Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
 
PCM STRUKTUR JALAN JONGKANGOK JONGKANG.pptx
PCM STRUKTUR JALAN JONGKANGOK JONGKANG.pptxPCM STRUKTUR JALAN JONGKANGOK JONGKANG.pptx
PCM STRUKTUR JALAN JONGKANGOK JONGKANG.pptx
 
Investment Analysis Chapter 5 and 6 Material
Investment Analysis Chapter 5 and 6 MaterialInvestment Analysis Chapter 5 and 6 Material
Investment Analysis Chapter 5 and 6 Material
 
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
 
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
 
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelTogel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
 
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangContoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
 
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
 
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYAPRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
PRTOTO SITUS SPORTING BET DAN TOGEL TERPERCAYA
 

IRVAN-FITK.docx

  • 1. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh Irvan NIM: 809011000009 Oleh Irvan NIM: 809011000009 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KONSEP IBADAH DALAM AL-QUR’AN KAJIAN SURAT AL-FATIHAH AYAT 1-7 Skripsi FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2014
  • 2. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas. Jakarta, 21 Juli 2013 Yang mengesahkan, Dra. Hj. Elo Al-Bugis, MA. NIP. 19560119 199403 2 001 LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi berjudul: “KONSEP IBADAH DALAM Al-QUR’ANKAJIAN SURAT AL-FATIHAH AYAT 1-7”disusun oleh IRVAN, NIM. 809011000009, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), ii
  • 3. PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul “Konsep Ibadah Dalam Al-Qur’an Kajian Surat Al-Fatihah Ayat 1-7” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosyah pada tanggal 11 Januari 2013 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama. Jakarta, 15 April 2014 Panitia Ujian Munaqosyah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag NIP : 19580707 198703 1 005 ……….. …………….. Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi) Marhamah Saleh, MA NIP : 19720313 200801 2 010 ………... ……………... Penguji I Bahrissalim, M.Ag. NIP : 19680307 199803 1 002 ………… …………….. Penguji II Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag. NIP : 19670328 200003 1 001 ………... ……………... Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Nurlena Rifa’i, MA. Ph. D. NIP : 19591020 198603 2001 iii
  • 4. ABSTRAK IRVAN: KONSEP IBADAH DALAM Al-QUR’AN KAJIAN SURAT AL- FATIHAH AYAT 1-7 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui arti ibadah dan pentingnya ibadah bagi kehidupan kita sehari-hari serta mengetahui konsep ibadah yang terkandung dalam surat al-Fatihah. Ibadah adalah suatu istilah yang mencangkup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir). Seringkali dan banyak diantara kita yang menganggap ibadah itu hanyalah sekedar menjalankan rutinitas dari hal- hal yang dianggap kewajiban, seperti sholat dan puasa, sayangnya kita lupa bahwa ibadah tidak mungkin lepas dari pencapaian kepada tauhid terlebih dahulu. Dalam penelitian penulis menggunakan metode pendekatan deskritif analitis, dengan mencari dan mengumpulkan data, menyusun, serta menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap obyek penelitian. Dalam mengumpulkan data, peneliti menempuh langkah-langkah melalui riset kepustakaan (library Research) yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian kepustakaan murni yang berasal dari buku-buku dan karya ilmiyah dibidang tafsir dan pendidikan, yang terdiri dari sumber primer dan sekunder. iv
  • 5. SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : IRVAN NIM 809011000009 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Alamat :Jl. Pulo Kambing Rt.010/03 No. 8 Kel: Jatinegara. Kec: Cakung. Jakarta Timur MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi dengan judul “KONSEP IBADAH DALAM Al- QUR’ANKAJIAN SURAT AL-FATIHAH AYAT 1-7”adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Dra. Hj. Elo Al-Bugis, MA. NIP.: 19560119 199403 2001 Demikian surat pernyaan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima konsekuensi secara akademis, apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri. Jakarta, Juli 2013 Yang Menyatakan IRVAN v
  • 6. KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, pemberi rahmat dan hidayah, sehingga atas segala limpahan karunia dan nikmatnya akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan meskipun masih belum sempurna. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, pemegang panji kebenaran, membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta alam. Atas jerih payah beliau kita dapat memeluk agama Islam. Penulis sadar, bahwa dalam penulisan skripsi ini tak jauh dari kesalahan dan kekeliruan. Kesempurnaan serta keberhasilan yang penulis dapatkan dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lain dan tidak bukan bekat bimbingan, bantuan serta saran-saran dari semua pihak yang terkait. Tanpa adanya mereka penulis tidaklah berarti. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih atas segala bantuan dan bimbingan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua dan Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dra. Hj. Elo al-Bugis, MA. dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan koreksi dan bimbingan dengan baik serta senantiasa memberikan motivasi agar skripsi ini dapat segera diselesaikan. 4. Para Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan ikhlas telah memberikan ilmunya kepada penulis selama masa kuliah. 5. Ibunda tercinta yang super luar biasa. Mama Barkah. Terimakasihatas segalanya, tetesan air mata dan doa yang selalu mengalir tanpa henti dan tanpa pamrih untuk selalu mendoakan dan merestui penulis dalam menuntaskan studi demi meraih cita dan cinta. 6. Istri tercinta, Umi Kultsum binti H. Syamukri yang selalu mendampingi, membantu dan menjadi penyemangat dalam segala situasi. vi
  • 7. membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini. Hanya rasa syukur yang dapat dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan anugerah-Nya dalam penyusunan skripsi ini, sekali lagi penulis berterima kasih kepada pihak yang telah bekerja keras membantu penulis, semoga usaha tersebut dicatat sebagai bentuk amal kebaikan, dan mendapatkan balasan yang setimpal dari-Nya, Amiin. Jakarta, 21 Juli 2013 Penulis 7. Rekan-Rekan seperjuangan tercinta yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan tidak bosan-bosannya memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan 8. Pihak-pihak lain yang berjasa baik secara langsung maupun tidak, vii
  • 8. DAFTAR ISI JUDUL ............................................................................................................ i PENGESAHAN PEMBIMBING.................................................................. ii PENGESAHANPENGUJI ............................................................................ iii ABSTRAK ...................................................................................................... iv SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH …………………………….. v KATA PENGANTAR.................................................................................... vi DAFTAR ISI....................................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah.................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .......................................................... 3 C. Rumusan dan Pembatasan Masalah .................................. 3 D. Tujuan Penelitian............................................................... 3 E. Manfaat Penelitian............................................................. 3 F. Sietematika penulisan........................................................ 4 BAB II KAJIAN TEORI..................................................................... 6 A. Pengertian Ibadah............................................................... 6 B. Tujuan Ibadah .................................................................... 7 C. Hikmah Ibadah................................................................... 9 D. Macam-macam Ibadah....................................................... 11 1. Ibadah Mahdloh ........................................................... 11 2. Ibadah Ghoiru Mahdloh............................................... 13 E. Pengaruh ibadah terhadap jiwa manusia ........................... 14 1. Pengaruh Individu 16 2. Pengaruh Sosial ............................................................. 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................. 22 A. Metode Penelitian.............................................................. 22 B. Sumber Data...................................................................... 22 C. Pengolahan Data................................................................ 23 D. Analisa Data ...................................................................... 23 viii
  • 9. E. Tehnik Penulisan.....................................................................23 BAB IVPEMBAHASAN& TEORI ...................................................................24 A. 1.Teks Surat Al-Fatihah Ayat 1-7.....................................................................24 2. Pengertian dan Riwayat turunnya surat Al-Fatihah ....................................24 3. Nama-nama surat Al-Fatihah.......................................................................29 4. Keutamaan surat Al-Fatihah ................................................................................29 5. Tafsir surat Al-FatihahAyat 1-7...................................................................31 6. kandungan surat Al-Fatihah Ayat 1-7..........................................................41 a. Keimanan ..........................................................................41 b. Ibadah................................................................................43 c. Hukum-hukum dan peraturan-peraturan ...........................44 d. Janji dan ancaman.............................................................45 e. kisah-kisah atau cerita-cerita.............................................47 B. Konsep Ibadah dalam surat Al-fatihah Ayat 1-7....................48 1. A). ....................................................................48 2. B). ...............................................................52 BAB V PENUTUP.....................................................................................55 A. Kesimpulan ..............................................................................55 B. Saran-saran...............................................................................55 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................57 LAMPIRAN ix
  • 10. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat al-Fatihah adalah “Mahkota Tuntunan Ilahi”. Yang disebut dengan “Ummul Qur’an” atau “Induk al-Qur’an”. Banyak nama yang disandangkan kepada awal surat al-Qur’an itu. Tidak kurang dari dua puluh sekian nama. Dari nama-namnya dapat diketahui betapa besar dampak yang dapat diperoleh bagi para pembacanya. Tidak heran jika do’a dianjurkan agar ditutup dengan Al- Hamdu lillahi Rabbil ‘Alamiin atau bahkan ditutup dengan surat ini.1 Ibnu Katsir mengatakan: “Mereka (para ulama) mengatakan bahwa al- Fatihah, terdiri dari dua puluh lima kata. Sedangkan hurufnya berjumlah seratus tiga belas huruf. Al-Fatihah dinamakan Ummul Kitab (induk Al-Qur’an) karena penulisan Al-Qur’an dan bacaan shalat dimulai dengan surat Al-Fatihah dan semua makna Al-Qur’an terkandung dalam surat Al-Fatihah tersebut2 Adapun mengenai sebab-sebab turunnya surat Al-Fatihah, banyak riwayat yang menyebutkan. Sebagian menyebutkan bahwa surat Al-Fatihah diturunkan di Mekkah, yaitu pada permulaan disyariatkannya shalat, dan surat ini yang pertama kali diturunkan secara lengkap tujuh ayat.3 Jadi Al-Fatihah termasuk surat-surat Makiyah, dan diwajibkan membacanya didalam salat.4 Dari sebanyak 114 surat dalam al-Qur’an, sura al-Fatihah termasuk surat yang paling populer, dikenal mulai dari kalangan anak-anak sampai dewasa, dari kalangan kaum dlu’afa sampai kalangan kaum yang bertahta. Belum ada suatu penelitian yang menjelaskan mengapa surat al-Fatihah itu begitu amat populer dan dikenal luas oleh masyarakat, padahal surat yang pertama kali diturunkan bukan surat al-Fatihah, melainkan surat al-Alaq.5 hal: 17 1 .M. Quraish Shihab,Tafsir al-mishbah, volume 1 (jakarta: Lentera Hati,2002), hal: 3. 2 Sa’id Hawwa, Tafsir Al-Asas, (jakarta, Robbani Press1999), hal: 34. 3 Abuddin Natta,Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2010), 4 .Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an Dan Tafsirya, (yogyakarta: PT.Dana Bakti Wakaf),Hal: 3. 5 Abuddin Natta,Op Cit, hal:11. 1
  • 11. 2 Surat Al-Fatihah seringkali digunakan sebagai do’a yang dipanjatkan untuk seseorang yang telah meninggal dunia atau dalam keadaan terkena musibah. Hal ini tidak mengherankan, karena di dalam surat al-Fatihah terdapat kalimat yang menunjukkan do’a6 seperti kalimat yang berbunyi: “tunjukilah kepada kami jalan yang lurus. (Q.S. Al- Fatihah:6). Selain itu, di dalam surat al-Fatihah juga terdapat pokok-pokok ajaran tentang ibadah, sebagaimana diwakili oleh ayat: “hanya Engkaulah yang Kami sembah. dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.(Q.S. Al- Fatihah: 5). Maka ibadah yang pada intinya ketundukkan untuk melaksanakan segala perintah Allah mengandung arti yang luas. Yaitu bukan hanya ibadah dalam arti khusus seperti shalat,puasa, zakat, dan haji, melainkan juga ibadah dalam arti luas, yaitu seluruh aktivatas kebaikan yang dlakukan untuk mengangkat harka dan martabat manusia dengan tujuan ikhlas karena Allah SWT.7 Oleh karena itu tidak jarang orang muslim setiap melakukan suatu do’a atau kegiatan keagamaan yang berkaitan dengan ibadah selalu dimulai dan di akhiri dengan membaca surat Al- fatihah. Melihat betapa pentingnya ibadah dalam kehidupan manusia sehari-hari dan hubungan kita kepada Allah SWT, agar kita menjadi orang yang bertaqwa disisi Allah SWT, maka penulis berminat untuk mengadakan penelitian terhadap konsep ibadah menurur al-Qur’an yang tercantum dalam Surat Al-Fatihah ayat 1-7, dengan judul “Konsep Ibadah dalam Al-Qur’an kajian Surat Al-Fatihah ayat 1-7”. 6 Ibid,hal: 13 7 .Ibid, hal: 31.
  • 12. 3 B. Identifikasi masalah 1. Minimnya pengetahuan manusia tentang arti ibadah 2. Kurangnya kesadaran manusia dalam mengenal pentingnya ibadah dalam kehidupan sehari-hari 3. Rendahnya minat manusia dalam melakukan ibadah 4. Rendahnya pemahaman manusia dalam menggali isi kandungan Surat al- Fatihah. C. Rumusan dan Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang penulis ungkapkan adalah: 1. Untuk apa manusia dan jin diciptakan oleh Allah Swt ? 2. Bagaimana bentuk dan sifat ibadah yang kita laksanakan sehari-hari ? 3. Bagaimana keistimewaan surat al-Fatihah ? 4. Bagaimanakonsep ibadah yang terdapat dalam surat al-Fatihah ? Memperhatikan identifikasi masalah diatas, permasalahan yang diteliti oleh penulis dibatasi hanya membahas tentang ibadah yang terkandung dalam surat al- Fatihah. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut 1. Mengetahui arti ibadah dan pentingnya ibadah bagi kehidupan kita sehari- hari. 2. Mengetahui konsep ibadah yang terkandung dalam surat al-Fatihah. E. Manfaat Penelitian Dengan melaksanakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. ManfaatTeoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut: a. Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat memotivasi peneliti lain untuk mengungkapkan sisi lain yang belum
  • 13. 4 diterangkan dalam penelitian ini. b. Memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam rangka peningkatan motivasi diri untuk beribadah dalam kehidupan kita sehari-hari. 2. ManfaatPraktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan kepada semua pihak dalam mengali isi kandungan dalam surat al- Fatihah. F. Sistematika Penulisan Sistimatika pemahasan yaitu rangkaian pembahasan yang tercangkup dalam isi skripsi, dimana satu dengan yang lainnya saling berkaitan sebagai satu kesatuan yang utuh, yang merupakan urutan-urutan tiap bab. Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh mengenai pembahasan ini. Secara global akan penulis perinci dalam sistimatika pembahasan ini: Sebelum masuk pada bab pertama akan dilengkapi dengan bagian yang meliputi halaman judul, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan, kata pengantar, lembar abstraksi, daftar isi. Bab I Pendahuluan terdiri atas : Latar belakang masalah,Identifikasi Masalah, Rumusan dan Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian. Sistematika Penulisan. BabII Bab ini adalah kajian teori yang terdiri dari:Pengertian Ibadah, Tujuan Ibadah, Hikmah Ibadah, Macam-macam Ibadah, Pengaruh ibadah terhadap jiwa manusia. Bab III Metodologi Penelitian, yang terdiri dari: Sumber Data, Pengolahan Data, Analisa Data, Tehnik Penulisan. Bab IV Pembahasan dan Teori, yang terdiri dari: pada bagian A: Teks Surat Al- Fatihah Ayat 1-7, Pengertian dan Riwayat turunnya surat Al-Fatihah, Nama-nama surat Al-Fatihah, Keutamaan surat Al-Fatihah, Tafsir surat Al-FatihahAyat 1-7, kandungan surat Al-Fatihah yang terdiri dari:
  • 14. 5 Keimanan, Ibadah, Hukum-hukum dan peraturan-peraturan, Janji dan ancaman, kisah-kisah atau cerita-cerita.Kemudian pada bagian B Konsep Ibadah dalam surat Al-fatihah Ayat 1-7 yang terdiri dari:iyyaka na’budu dan Iyyaka nasta’iin. Bab V Penutup meliputi kesimpulan, saran-saran dan bagian akhir berisi daftar pustaka, lembar uji referensi, lampiran dan daftar riwayat hidup.
  • 15. BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Ibadah Ibadah secara etimologis berasal dari bahasa arab yaitu ‫ع‬ ‫با‬ ‫د‬ ‫ة‬ ‫ي‬ ‫عب‬ ‫د‬ ‫ع‬ ‫بد‬ yang artinya melayani, patuh, tunduk. Sedangkan menurut terminologis adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai allah azza wa jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin1 . Ibadah pada hakekatnya adalah sikap tunduk semata-mata mengagungkan Dzat yang disembah.Abu A‟la Al-Maududi menyatakan bahwa ibadah dari akar kata“Abd” yang artinya pelayan dan budak.Jadi hakekat ibadah adalah penghambaan dan perbudakan. Sedangkan dalam arti etimologi adalah penghambaan dan perbudakan, dan arti terminologinya adalah usaha mengikuti hukum-hukum dan aturan-aturan Allah dalam menjalankan kehidupan yang sesuai dengan perintah-perinyah-Nya, mulai akil baligh sampai meninggal dunia. Indikasi ibadah adalah kesetiaan, kepatuhan dan penghormatan serta penghargaan kepada Allah SWT serta dilakukan tanpa adanya batasan waktu.2 Ibadah merupakan bentuk integral dari syari‟at, sehingga apapun ibadah yang dilakukan oleh manusia harus bersumber dari syari‟at Allah SWT, semua tindakan ibadah yang tidak didasari oleh syari‟at islam maka hukumnya bid‟ah. dan ibadah tidak hanya sebatas menjalankan rukun islam saja, tetapi ibadah juga berlaku bagi semua aktivitas duniawi yang didasari dengan rasa ikhlas untuk mencapai ridho Allah SWT.3 Ibadah adalah buah dari keimanan kepada Allah, dengan segala sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Seseorang yang menyakini adanya segala sifat-sifat 1 Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang :CV. Bima Sakti,2003), Hlm. 80. 2 Muhaimin, Tadjab, ABD. Mudjib. Dimensi-dimensi Studi Islam, (Surabaya, Karya Ab ditama, 1994), hal. 256 3 ibid, hal. 257. 6
  • 16. 7 kesempurnaan Allah, maka dia akan menyembah Allah. Ibadah juga diartikan tunduk dan berhina diri kepada Allah SWT yang disebabkan karena kesadaran bahwa Allah yang menciptakan alam ini, yang menumbuhkan, yang mengembangkan, yang menjaga dan memelihara serta yang membawanya dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain. Ibadah itu timbul dari perasaan tauhid, maka orang yang suka memikirkan keadaan alam, memperhatikan perjalanan bintang-bintang, kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia, bahkan mau memperhatikan dirinya sendiri, Maka akan timbul dalam sanubarinya perasaan bersyukur dan berhutang budi kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih dan Maha Mengetahui. Maka perasaan inilah yang menggerakkan bibir seseorang selalu bersyukur dan memuji Allah SWT, serta mendorong jiwa dan raganya untuk menyembah dan berhina diri kepada Allah SWT.Tetapi ada juga manusia yang tidak mau berfikir, dan tidak sadar akan kebesaran dan kekuasaan Allah, sering melupakan-Nya, sebab itulah maka tiap-tiap agama disyari‟atkan bermacam-macam ibadah, agar dapat meng- ingatkan manusia kepada kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Dari keterangan diatasmaka jelaslah bahwa tauhid dan ibadah itu tidak bisa dipisahkan, keduanya saling mempengaruhi,dengan arti: tauhid menumbuhkan ibadah dan ibadah memupuk tauhid. B. Tujuan Ibadah Tujuan utama dari ibadah ialah “takwa”. Firman Allah SWT : “ Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. (Q.S. Al-Baqarah: 21)
  • 17. 8 Orang yang bertakwa akan selalu menjalankan perintah Allah SWT, serta menjauhi semua larangan-Nya, dan selalu ingat kepada Allah SWT dimanapun ia berada, baik dalam keadaan senang maupun susah, baik dalam keadaan sendiri maupun ramai. Dan Allah akan selalu bersama orang yang bertakwa. Firman Allah SWT : “Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa”.(Q.S. Al-Baqarah: 194) Manusia diberi sarana oleh Allah SWT, diberi bumi untuk tinggal dan beribadah kepada-Nya.Allah memberikan kewajiban-kewajiban kepada manusia.agar manusia beribadah kepada-Nya, dengan tujuan agar manusia dapat terhindar dari sesuatu yang buruk yang dapat merugikannya di dunia dan di akherat.4 Ibadah atau menghambakan diri kepada Allah SWT, secara logis memang sudah merupakan tugas manusia sebagai ciptaan-Nya, karena Dia adalah sebagai kholik (yang menciptakan). Tujuan ibadah dalam islam adalah semata-mata untuk mendekatkan diri dan mencari ridho Allah SWT. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur‟an : “ Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (Q.S. Al-An‟am : 162-163). 4 .M. Mutawalli Asy Sya‟rawi. Anda bertanya islam menjawab.(Jakarta, Gema Insani Press,1999) hal. 23.
  • 18. 9 Selain itu ibadah juga bertujuan untuk memenuhi kewajiban manusia kepada Allah SWT.Sebab Allah menciptakan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah menjalankan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah SWT. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Al-Dzariyat : 56) Pada ayat ini telah ditegaskan bahwa seluruh hidup kita hanya untuk menghambakan diri kepada Allah SWT.Bahkan seluruh alam yang ada dijagad raya ini mulai dari langit yang bertingkat tujuh dan bumi seisinya, semuanya sujud kepada Allah SWT, tunduk dan patuh pada kehendak-Nya.5 Ibadah adalah ghayah(tujuan) dijadikannya jin dan manusia, oleh karena itu kita harus sadar dan harus tau betul fungsi dan tujuan kita hidup didunia, agar ketika kita melaksanakan sesuatu yang telah diwajibkan oleh sang pencipta kepada kita, timbul rasa ikhlas dan ridho dalam mengerjakannya. C. Hikmah Ibadah Apabila tiap ibadah dalam syari‟at islam diteliti dan diselami hikmah dan rahasianya, maka tidak ada suatu ibadah yang kosong dari hikmah, dan hikmah ada yang terang dan ada yang tersembunyi. Mereka yang terang hatinya, cemerlang pikirannya, dapat menyelami hikmah-hikmah tersebut. Dan mereka yang tidak terang mata hatinya, tidak tembus pikirannya, maka tidak akan dapat menyelaminya. Para muhaqqiq mengatakan : Tiap-tiap amal dari amalan-amalan syara‟ baik ibadah, maupun akhlak terpuji ataupun tercela, terdapat hukum pada asal yang tertentu, ada hikmah-hikmah yang diistimewakannya dari yang lain dan ada rahasia yang 5 Hamka, Studi Islam, pustaka panjimas, hal. 167.
  • 19. 10 menghendakinya.6 Kita harus yakin bahwa segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul- Nya pasti memiliki manfaat dan hikmah dibalik perintah tersebut, begitu pula sebaliknya semua larangan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya pasti mempunyai mahdorot yang akan kembali pada pelakunya.Oleh karena itu tidak dapat diragukan, bahwa tiap-tiap hukum syar‟i mengandung kemaslahatan, antara amal dengan pembalasan ada persesuaian. Bukankah ibadah-ibadah hanya semata-mata ujian untuk menguji patuh tidaknya seorang hamba.7 Manusia adalah makhluk yang hidup bermasyarakat, diciptakan dengan bentuk sebaik-baiknya, dan lebih mulia dibandingkan dengan makhluk lainnya.Manusia juga mempunyai kecenderungan untuk berbuat baik atau buruk. Dalam aspek yang lain, manusia diciptakan dengan sifat lemah, keluh kesah, melampaui batas, mengingkari kodrat kemanusiaannya, suka membantah, suka mengikuti kehendak nafsunya, dan tergesah-gesah. Pada prinsipnya, manusia sering menyiksa dirinya dalam suatu tindakan dan perbuatan, serta banyak pula berbuat kemungkaran dan amalan-amalan keji yang menimbulkan dosa.Amalan-amalan yang berefek buruk memberikan implikasi negative kepada diri individu dan dapat pula menganggu pertumbuhan dan perkembangan mental spiritualnya.8 Bagi agama Islam ibadah merupakan salah satu alternatif yang bisa merawat dan mengobati gangguan psikologi. Shalat, puasa, zakat, haji, tilawah qur‟an, zikir dan do‟a adalah sebagian diantara metodologi psikoterapi ibadah untuk merawat penyakit mental. Melalui metode ini individu disarankan menjauhi sifat takabbur (sombong), hasad (dengki), riyada mengumpat.9 Ibadah dalam islam merupakan metode untuk menyucikan diri dari aspek psikologis ataupun aktivitas keseharian individu. Pada prinsipnya ibadah adalah pengakuan akan kenyataan bahwa manusia adalah makhluk Allah, dan karena itu sebagai hamba-Nya manusia berkewajiban untuk mengabdi 6 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, kuliahibadah, (semarang, PT. Pustaka Rizki Putra, 2011), hal 71 7 ibid,hal 72 8 Khairunnas Rajab, Psikologiibadah, (Jakarta, AMZA, 2011), hal. 72 9 Ibid,hal 73
  • 20. 11 kepada Allah SWT sebagai Tuhan dan Zat tempat ia kembali.10 Ibadah yang dituntut Islam bukan saja sebagai jalan untuk pengabdian semata, akan tetapi mengabdikan diri kepada Allah SWT bisa dijadikan sebagai metodologi psikoterapi yang mampu merawat dan mengobati fenomena-fenomena gangguan psikosis, neurosis, stress depresi dan gangguan mental lainnya. Dengan kata lain, ibadah yang menjadi amalan individu, bukanlah bertujuan mengagungkan Allah semata, tetapi ibadah lebih kepada peningkatan atas nilai-nilai spiritualitas, yaitu dengan memberikan latihan rohani yang kontitunitas. Ibadah adalah upaya mewujudkan ketenangan, kedamaian, kebahagiaan, dan kesehatan mental.Semua agama, termasuk agama penyembah berhala sekalipun, terdapat berbagai macam ibadah yang beraneka ragam bentuk, syarat dan tujuan-tujuannya.Islam menjadikan ibadah sebagai sarana untuk mensucikan jiwa dari segala dosa dan kejahatan. D. Macam-macam ibadah Praktek ibadah sangatlah beragam, tergantung dari sudut mana kita meninjaunya,kalau penulis perhatikanjenis ibadah,maka penulis dapat mengklasifikasikannya dalam beberapa bagian, yang dilihat dari beberapa sudut pandang. Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya11 1. Ibadah Mahdloh Ibadah mahdloh atau ibadah khusus ialah ibadah yang telah ditetapkan Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Adapun jenis ibadah yang termasuk ibadah mahdloh adalah: wudhu, tayammum, mandi hadats, shalat, shiyam ( Puasa ), haji, umrah. Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip: a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari Al- Qur‟an maupun Al-Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, dan keberadaannya 10 Ibid,hal 74 11 Muhammad Alim, Pendidikan agama islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2006), Hal. 144.
  • 21. 12 tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika. Seperti Firman Allah SWT: ...... “…dirikanlah Shalat dan tunaikanlah zakat…" . (Q.S. An-Nissa: 77) g “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Q.S. Al- Baqaah: 183) b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutusnya rasul oleh Allah SWT adalah untuk memberikan contoh,12 hal tersebut sekaligus dijelaskan oleh Rasulullah SAW. “ Kerjakanlah shalat sebagaimana kamu melihatku melakukannya.”13 .... “Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah”…(Q.S. Al-Hasyr : 7). c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya 12 Ibid, hal 145 13 Imam Abi Abdillah Muhammad bin ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari Al Ju”fi, Shahih Al-Bukhari, no hadis 595.
  • 22. 13 bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari‟at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat. d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari seorang hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Seorang hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutusnya Rasul adalah untuk dipatuhi dan ditaati.14 Jadi,waktu dan tata cara pelaksanaan ibadah mahdloh sudah ditentukan dan sudah diatur oleh Allah dan asul-Nya, manusia tidak boleh menambahkan atau menambahi ibadah-ibadah yang sudah jelas dalil-dalilnya dan sudah diatur oleh al- Qur‟an dan al-hadis. 2. Ibadah Ghairu Mahdloh Ibadah ghairu mahdloh atau ibadah umum ialah semua amalan yang diizinkan oleh Allah SWT. Contoh dari ibadah ghairu mahdloh ialah belajar, dzikir, tolong menolong dan lain sebagainya.Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4: a. Keberadaannya didasarkan tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh dilaksanakan. b. Pelaklaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid‟ah” atau jika ada yang mengatakan, segala sesuatu yang tidak dikerjakan oleh rasul maka hukumnya bid’ah, maka dalam hal ini bid’ahnya adalah bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah. c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika yang sehat, suatu ibadah yang ghairu mahdloh dianggap buruk, merugikan, 14 Muhammad Alim, Op Cit, hal 146
  • 23. 14 dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan. d. Azasnya “Manfaat”, selama ibadah ghairu mahdloh itu bermanfaat, maka ibadah tersebut boleh dilakukan.15 e. Dalam keterangan lain, seperti yang diterangkan dalam kitab Kaasyifah As-Sajaa sarah Safina An-Naja Fii Usul Al-diin, ibadah terbagi menjadi dua, yakni : 1) Ibadah badaniyah Zohiroh, adalah ibadah yang dilakukan dengan fisik anggota badan, seperti: shalat, puasa, haji, dan zakat. 2) Ibadah badaniyah Qolbiyah, adalah ibadah yang dilakukan dengan hati dan keyakinan, seperti: iman, tafakur, tawakal,sabar,roja,ridho dengan qodlo dan qadarnya Allah, taubat dan mahabbah kepada Allah SWT. Dari dua bagian diatas, yakni ibadah badaniyah Zohiroh dan ibadah badaniyah Qolbiyah, yang paling utama didahulukan adalah ibadah badaniyah Qolbiyah.16 karena ibadah seseorang tidak akan diterima tanpa disertai dengan keimanan. E. Pengaruh Ibadah Terhadap Jiwa Manusia Ibadah adalah mensyukuri nikmat Allah SWT, kita yakin bahwa Allah yang memberikan nikma kepada kita, maka beribadah dengan mensyukuri Dzat yang memberikan nikmat adalah wajib, dan sesuatu yang telah diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya mempunyai pengaruh bagi jiwa dan hidup kita baik secara langsung maupun tidak, serta memberikan dampak yang positif bagi kehidupan kita baik di dunia maupun di akhirat. Setiap ibadah mempunyai pengaruh yang khusus dalam melapangkan akhlak pribadi bagi orang yang beribadah, dalam mengheningkannya dan membawa pribadi berangsur-angsur maju menuju kesempurnaan yang layak dan memperoleh derajat 15 Ibid, hal : 147 16 . Al imam Abi Abdi Al- Mu‟ti Muhammad Nawawi Al-jawi, Kaasyifah As-Sajaa sarah Safina An-Naja Fii Usul Al-diin, pada fasal Arkan Al-Islam, daar ihya Al-Kutub Al-Arobiyah, hal. 6.
  • 24. 15 yang tinggi di sisi Allah, yakni maqam taqarrub.17 Apabila diperhatikan tentang kedudukan ibadah dalam islam, maka ibadah adalah jalan yang harus dilalui untuk mensucikan jiwa.18 Tiap-tiap ibadah yang dikerjakan karena didorong oleh perasaan tauhid, nisacaya akan menimbulkan kesan pada tabi‟at dan budi pekerti bagi orang yang beribadah. Seperti halnya orang yang mendirikan shalat yang didasari oleh rasa kesadaran akan kebesaran dan kekuasaan Allah, dan didorong oleh perasaan bersyukur dan berhutang budi kepada-Nya, maka orang tersebut akan terhindar dari perbuatan-perbuatan yangtidak baik, yang dilarang Allah SWT. Dengan demikian ibadah shalat yang dia kerjakan itu akan mencegahnya dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik.19 Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT: “ bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Ankabut: 45). Ibadah yang dikerjakan bukan karena dasar keyakinanpada kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, dan bukan pula karena dorongan perasaan bersyukur dan berhutang budi kepada Allah SWT, hanya karena ikut-ikutan, atau karena memelihara tradisi yang sudah turun-temurun, maka hal tersebut bukanlah dinamakan ibadah yang sebenarnya, walaupun hal tersebutmempunyai rupa dan bentuk ibadah, tetapi tidak mempunyai jiwa ibadah, ibadah seperti itu sama halnya dengan gambar atau patung, bagaimanpun juga miripnya dengan manusia, maka tidak bisadinamakan 17 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, Op.Cit, hal. 74 18 ibid,hal 75 19 Universitas Islam Indonesia, op. Cit, hal: 25
  • 25. 16 manusia. Ibadah yang semacam itu, tidak ada kesan dan tidak ada buahnya pada tabiat dan akhlak orang yang mengerjaknnya. 1. Pengaruh Individu Ibadah bagi Seorang Muslim sangatlah berpengaruh, baik di dunia maupun diakhirat. Untuk memperjelas keterangan di atas, berikut ini penulis akan sampaikan beberapa poin penting yang menunjukkan besarnya pengaruh positif ibadah dan amal shaleh yang dilaksanakan seorang muslim dalam hidupnya. a. Membentuk kehidupan dan akhlak seorang muslim dengan corak rabbani, dan menjadikannya berorientasi kepada Allah SWT dalam segala hal yang dilakukannya, ia melaksanakannya dengan niat seorang abid yang khusus, dan denga jiwa (ruh) seorang hamba yang tekun dan tenggelam dalam ibadah, hal ini mendorongnya untuk memperbanyak amalan-amalan yang bermanfaat, mengerjakan kreativitas yang baik dan segala sesuatu yang memudahkan baginya. Serta menjalankan kehidupan secara optimal. Hal ini dapat menambahkan depositonya yang berupa amal kebaikan dan taqorrub di sisi Allah Azza wa jalla.20 Ibadah juga mengajarkan manusia untuk mengihsankan amal (pekerjaan) duniawinya, meningkatkan kualitas dan menekuninya, selama ia mempersembahkan amal ibadah itu hanya kepada Allah, demi mengharapkan ridho dan kebaikan Allah SWT. b. Memberikan kepada seorang muslim kesatuan orientasi dan kesatuan tujuan dalam semua aspek kehidupan. ia ridho kepada Allah SWT dalam setiap apa yang dilakukan dan yang ditinggalkannya serta menghadap (berorientasi) kepada Rabbnya dengan segenap amal usaha, duniawi dan ukhrowi, tidak ada sikap dikotomi, dilematika dan dualisme dalam keperibadian dan hidupnya.21 c. Kebahagiaan dan kesenangan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat Allah Ta‟ala berfirman, 20 Yusuf Al-Qardawy, penganter kajian Islam, ( Jakarta,pustaka Al-Kautsar,1997) hal, 100, 21 ibid, hal 101
  • 26. 17 g “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh (ibadah), baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (Q.S. An- Nahl: 97). Para ulama salaf menafsirkan makna “kehidupan yang baik (di dunia)” dalam ayat di atas dengan tafsiran “kebahagiaan (hidup)” atau “rezki yang halal dan baik” dan kebaikan-kebaikan lainnya yang mencakup semua kesenangan hidup yang hakiki. Sebagaimana orang yang berpaling dari petunjuk Allah dan tidak mengisi hidupnya dengan beribadah kepada-Nya, maka Allah Ta‟ala akan menjadikan hidupnyasengsara di dunia dan akhirat. Allah Ta‟ala berfirman : “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” (Q.S. Thaaha: 124) d. Kemudahan semua urusan dan jalan keluar / solusi dari semua masalah dan kesulitan yang dihadapi. Allah SWT berfirman : “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya” (Q.S. Ath-Thalaaq:2-3).
  • 27. 18 Ketakwaan yang sempurna kepada Allah tidak mungkin dicapai kecuali dengan menegakkan semua amal ibadah yang wajib dan sunnah, serta menjauhi semua perbuatan yang diharamkan dan dibenci oleh Allah Ta‟ala. Dalam ayat yang lain Allah berfirman : - “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya” (Q.S. Ath-Thalaaq:4). Allah akan meringankan dan memudahkan (semua) urusannya, serta menjadikan baginya jalan keluar dan solusi yang segera (menyelesaikan masalah yang dihadapinya). e. Penjagaan dan taufik dari Allah Ta‟ala. Apabila kita menunaikan hak-hak Allah dengan selalu beribadah kepada-Nya, serta menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka Allah akan selalu bersama kita dengan selalu memberi pertolongan dan taufik-Nya kepadamu. f. Kemanisan dan kelezatan iman, yang merupakan tanda kesempurnaan iman Sesorang akan merasaklan manis dan lezatnya iman apaila ia ridho Allah sebagai Tuhannya, islam sebagai agamanya dan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasullnya. Karena dengan keridhoannya itu ia akan ikhlas melaksanakan ibadah dan amalan-amalan yang telah diperintahkan oleh Allah dan asul-Nya, tanpa ada rasa berat dan rasa terpaksa. Sifat inilah yang dicontohkan oleh para sahabat Rasulullah SAW, yang semua itu mereka capai dengan taufik dari Allah SWT, karena ketekunan dan semangat mereka dalam menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta‟ala. Allah SWT berfirman:
  • 28. 19 “Tetapi Allah menjadikan kamu sekalian (wahai para sahabat) cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan perbuatan maksiat.Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS al-Hujuraat:7). g. Keteguhan iman dan ketegaran dalam berpegang teguh dengan agama Allah Allah Ta‟ala berfirman, “ Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh, dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.”(Q.S. Ibrahim: 2 Fungsi ibadah mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka dengan taufik dari Allah Ta‟ala orang yang beriman tidak akan mau berpaling dari keimanannya, karena mereka merasakan manisan dan nikmatan iman.Walaupun cobaan dan penderitaan datang silih berganti, bahkan semua cobaan tersebut menjadi ringan baginya.Gambaran inilah yang terjadi pada para sahabat Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam dalam keteguhan mereka sewaktu mempertahankan keimanan mereka menghadapi permusuhan dan penindasan dari orang-orang kafir Quraisy, di masa awal Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam mendakwahkan Islam. 2. Pengaruh Sosial Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang terbentuk berdasarkan tatanan sosial tertentu. Ibadah dalam masyarakat mempunyai pengaruh yang cukup besar baik itu ibadah mahdloh atau ibadah ghairu mahdloh. Dan ibadah yang diwajibkan kepada umat islam ternyata tidak saja mengandung nilai spiritual, tetapi juga mengandung nilai-nilai solidaritas dan kesejahteraan sosial umat islam dan umat
  • 29. 20 lainnya. Dalam ibadah mahdloh seperti halnaya shalat yang biasanya dilakukan oleh masyarakat secara berjamaah, baik shalat harian yakni lima waktu, mingguan pada shalat jum‟at atau tahunan yakni shalat idul fitri dan idul adha. Semua itu mempunyai pengaruh dalam kehidupan bermasyarakat dan mencerminkan persatuan dan kesatuan umat.22 Dalam shalat berjamaah dapat membiasakan atau mendidik orang-orang mukmin untuk berjiwa merdeka, berjiwa sama rata sama rasa dan menumbuhkan jiwa persaudaraan. Manusia merasa sama dirinya dengan orang lain dalam menyembah Allah SWT, hilang dari mereka rasa angkuh dan takabur. Dan dapat melatih persatuan dalam hal tolong menolong, dan memberi pengertian bahwa satu sama lain diibaratkan sama seperti tembok.23 Islam dalam aktifitas ibadahnya juga sering mengadakan pertemuan- pertemuan yang besar dan mengadakan usaha-usaha sosial, disyari‟atkannya hari raya kecil dan hari raya besar. Hari raya kecil, diletakkan sesudah puasa dan hari raya besar diletakkan sesudah selesai wukuf di Arafah.Pada hari raya puasa disyari‟atkan zakat fitrah dan pada hari raya haji, disyari‟atkan kurban.Oleh sebab itu, dituntut bagi seluruh warga masyarakat agar keluar dan pergi untuk melaksanakan shalat Id bejamaah.Dengan berkumpulnya mereka dalam satu tempat dan satu tujuan maka terjadilah persamaan dan kedamaian dalam lingkungan masyarakat. Begitu pula dalam ibadah mahdloh lainnya seperti halnya zakat, di dalam zakat juga bisa kita temukan pengaruh yang begitu besar, baik bagi orang yang memberi maupun orang yang menerima zakat. Bagi orang yang menerima zakat, mereka dapat memelihara dirinya dari kehinaan, kesusahan dan aib kemiskinan, serta memantapkan iman dalam hati mereka dan memperkokoh dasar jihad dijalan Allah serta menegakkan kemaslahatan umum.Para ibnu sabildapat meneruskan perjalannya 22 Khairunnas Rajab, Op Cit, Hal 77 23 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, Op.Cit, hal 158
  • 30. 21 dengan pertolongan zakat.Anak-anak yang terlantar dapat disantuni dalam tempat- tempat tertentu dengan biaya yang dikumpulkan dari harta zakat.24 Oleh karena itu menurut penulis, bahwa para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan dalam ibadah, iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan menimbulkan rasa solidaritas dalam kelompok masyarakat maupun perorangan, bahka kadang – kadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh. dan rasa persaudaraan (solidaritas) itu dapat mengalahkan rasa kebangsaan. Maka dapat disimpulkan bahwa norma yang memberikan arahan dan makna bagi kehidupan masyarakat ialah agama, dan agama tidak terlepas dari ibadah dan aturan- aturannya. Masalah agama juga tak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam kehidupan masyarakat. 24 Ibid, hal 180
  • 31. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskripstif analitis. Metode Deskriptif Analitis akan digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada. Untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian, yaitu menguraikan dan menjelaskan konsep ibadah dalam Al-Qur’an kajian surat Al-Fatihah ayat 1-7. Dalam pengumpulan data, peneliti menempuh langkah-langkah melalui riset kepustakaan (Library Research) yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian kepustakaan murni. Metode riset ini dipakai untuk mengkaji sumber-sumber tertulis. Sebagai data primernya adalah buku-buku tafsir. Di samping juga tanpa mengabaikan sumber-sumber lain dan tulisan valid yang telah dipublikasikan untuk melengkapi data-data yang diperlukan. Misalnya kitab-kitab, buku-buku, dan lain sebagainya yang ada kaitannya dengan masalah yang penulis teliti sebagai data sekunder. B. Sumber Data Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengambil data, dari pendapat para ahli yang diformulasikan dalam buku-buku, istilah ini lazim disebut library research yaitu pengambilan data yang berasal dari buku-buku atau karya ilmiah di bidang tafsir dan pendidikan, yang terdiri dari sumber primer dan sekunder. Sumber primer dalam dalam penulisan ini adalah tafsir Al-Qur’ansurat Al-Fatihah ayat 1-7, Tafsir al-Misbah, Tafsir Al-Asas, Tafsir Al-Qurthubi, Tafsir Ath- Thabari. Adapun sumber sekundernya adalah buku-buku pendidikan yang relevan dengan pembahasan skripsi, seperti buku tafsir Ayat-ayat pendidikan karangan DR.H.Abuddin Nata,MA, Samudera Al-Fatihah karangan H. Bey Arifin, Kuliah Ibadah karangan Prof. DR. Teungku Muhammad hasbi Ash-Shiddieqy dan kitab- 22
  • 32. 23 kitab lainnya yang sesuai dengan permasalahan. C. Pengolahan Data Pengolahan data yang penulis lakukan adalah dengan cara membandingkan, menghubungkan dan kemudian diselaraskan serta diambil kesimpulan dari data yang terkumpul. D. Analisa Data Dalam menganalisa data yang telah terkumpul penulis menggunakan metode tafsir tahlili yaitu suatu metode tafsir yang digunakan oleh para mufassir dalam menjelaskan kandungan ayat Al-Qur’an dari berbagai seginya dengan memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana yang tercantum dalam mushaf. Dimulai dengan menyebutkan ayat-ayat yang akan ditafsirkan, menjelaskan makna lafazh yang terdapat di dalamnya, dan menjelaskan isi kandungan ayat yang kemudian dikaitkan dengan education approuch. E. Teknik Penulisan Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011
  • 33. BAB IV PEMBAHASAN A. 1. Teks Surat Al-Fatihah Ayat 1-7 g Artinya : 1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. 2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. 3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 4. Yang menguasai di hari Pembalasan. 5. Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan. 6. Tunjukilah Kami jalan yang lurus, 7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. 2. Pengertian dan Riwayat Turunnya Surat Al-Fatihah Al-Fatihah berasal dari kata Fataha, yaftahu, fathah yang berarti pembukaan dan dapat pula diartikan “ kemenangan”. Dinamai demikian kerena dilihat dari posisi surat Al-Fatihah berada pada bagian awal yang mendahului surat-surat lain, sedangkanAl-Fatihah dalam arti kemenangan dapat dijumpai
  • 34. pada nama surat yang ke-48 yang bernam Al-Fath yang berarti 24
  • 35. 25 kemenangan.1 Peletakan surat Al-Fatihah berada pada permulaan Al-Qur‟an adalah dengan perintah dari Nabi Muhammad SAW sendiri, yang dinamakan dengan tauqifi.2 Para ulama berbeda pendapat tentang tempat turunnya surat Al-Fatihah ini. Paling tidak ada tiga pendapat: 1. Makiyah (surat yang diturunkan di Makkah). Ini adalah pendapat Ibnu Abbas, Qatadah,dan Abu Al-Aliyah. 2. Madaniyah (surat yang diturunkan di Madinah). Ini adalah pendapat Abu Hurairah, Mujahid, Atha‟binYasar, Az-Zuhri dan lainnya. 3. Pendapat lain mengatakan bahwa separuhnya diturunkan di Makkah dan separuhnya lagi diturunkan di Madinah. Abu Laits As-Samarqandi berkata: Bahwa pendapat pertamalah yang kuat dan shahih, berdasarkan firman Allah SWT.3 “Dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al- Qur‟an yang agung.” (Q.S. Al-Hijr:87) Yang dimaksud tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang ialah surat Al-Fatihah yang terdiri dari tujuh ayat. sebagian ahli tafsir mengatakan tujuh surat-surat yang panjang Yaitu Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Maaidah, An-Nissa', Al 'Araaf, Al An'aam dan Al-Anfaal atau At-Taubah.4 Selanjutnya dalam kitab asbab al-Nuzul Imam Abi al-Hasan Ali bin Ahmad al-Wakhidiy al-Naysaburi yang dinukil oleh Abuddin Nata, dalam bukunya Tafsir Ayat-ayat Pendidikan mengatakan, bahwa dalam hal turunnya surat al-fatihah ini terdapat perselisihan, namun menurut sebagian besar ahli tafsir mengatakan bahwa surat Al-Fatihah tersebut turun di Mekkah dan termasuk surat Al-Qur‟an yang pertama kali diturunkan.5 1 Abuddin Natta, Op Cit, hal :14 2 Universitas Islam Indonesia, op. Cit, hal: 3 3 H.Darwis Abu Ubaidah, Tafsir al-Asas,(Jakarta,Pustaka Al-Kautsar), hal:14 4 .Al- Qur’an Dan Terjemahnya, departemen Agama RI 5 Abuddin Natta,Op Cit. hal :17
  • 36. 26 M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbahnya mengatakan, hampir seluruh ulama berpendapat bahwa surat ini bukanlah wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Hadits-hadits yang menyebutkan bahwa lima ayat dari surat Iqra‟ merupakan wahyu yang pertama, dan hadits tersebut begitu kuat dan banyak yang meriwayatkan sehingga riwayat lain tidak wajar menggugurkannya6 Salah seorang ulama yang berpendapat bahwa Al-Fatihah adalah wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW, bahkan sebelum Iqra’ Bismi Rabbika adalah Syekh Muhammad Abduh. Alasan yang dikemukakan oleh beliau antara lain sebuah riwayat yang tidak shahih (mursal) yang diriwayatkan oleh Al- Baihaqi, di samping itu ia juga memakai argumen logika. Adapun kesimpulan dalil yang beliau ungkapkan adalah bahwa: Ada sunnah/kebiasaan Allah SWT, yang menyangkut penciptaan maupun dalam penetapan hukum, Allah selalu memulainya secara umum dan global, baru kemudian disusul dengan rincian secara bertahap. Menurut Abduh, surat Al-Fatihah dalam kedudukannya sebagai wahyu yang pertama, atau keberadaannya pada awal al-Qur‟an merupakan penerapan sunnah tersebut. Al-Qur‟an turun menguraikan persoalan-persoalan seperti : 1) Tauhid, 2) Janji dan ancaman, 3) Ibadah yang menghidupkan tauhid, 4) Penjelasan tentang jalan kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan cara mencapainya, 5) Pemberitaan atau kisah generasi terdahulu.7 Kelima pokok persoalan diatas, tercermin dalam ketujuh ayat surat Al- Fatihah. Tauhid pada ayat kedua dan kelima, janji dan ancaman pada ayat pertama, ketiga dan ketujuh, ibadah juga pada ayat kelima dan ketujuh, sedang sejarah masa lampau diisyaratkan oleh ayat terakhir. Alasan Abduh ini tidak diterima oleh mayoritas ulama, kendati ada yang berusaha mengkompromikannya dengan mengatakan bahwa surat Al-Fatihah adalah wahyu pertama dalam bentuk satu surat yang turun secara sempurna, sedang Iqra‟ (surat Al-Alaq) adalah wahyu pertama secara mutla, walau ketika turunnya baru terdiri dari lima ayat, seperti diketahui bahwa surat Iqra‟ terdiri dari Sembilan belas ayat. 6 M. Quraish Shihab,Tafsir Al-mishbah, volume 1, Op Cit, Hal: 4 7 Ibid,hal: 5
  • 37. 27 Uraian Abduh yang berdasarkan logika diatas tetap dapat diterima, tetapai bukan dalam konteks membuktikan turunnya Al-Fatihah mendahului Surat Iqra‟, tetapi dalam rangka membuktikan kedudukan Al-Fatihah sebagai Ummul Qur’an atau untuk menjelaskan mengapa surat Al-Fatihah diletakkan pada awal al- Qur‟an.8 Menetapkan sebab nuzul atau masa turunnya ayat haruslah berdasarkan data sejarah yang antara lain berupa informasi yang shahih. Nalar dalam hal ini tidak berperan kecuali dalam melakukan penilaian terhadap data dan informasi itu. Mengabaikan informasi yang kuat atau riwayat yang shahih dan mengambil riwayat yang dhaif, walau dengan mengukuhkannya dengan alasan logika, bukanlah cara yang benar dalam menetapkan sejarah. Itu sebabnya murid dan sahabat dekat Syekh Muhammad Abduh sendiri yakni Syekh Muhammad Rasyid Ridha, berkomentar dalam Tafsir Al-Manar bahwa argumentasi gurunya itu aneh.9 Berdalih dengan Sunnah Allah yang disinggung oleh Abduh di atas, yakni bahwa Allah selalu menyebutkan sesuatu secara global baru kemudian memerincinya, bias juga diterapkan pada kelima ayat pertama surat Iqra‟. Dalam surat itu disinggung persoalan pokok yang mengantar kepada kebahagiaan umat manusia, yakni ilmu pengetahuan dan keikhlasan (ayat pertama dan ketiga). Disinggung juga sifat-sifat Tuhan yang merupakan inti ajaran Islam.Demikian juga uraian sejarah yang diwakili oleh penjelasan tentang asal kejadian manusia. Ayat-ayat al-Qur‟an dalam berbagai surat dapat dapat dikatakan menjelaskan pokok-pokok bahasan itu.10 Disisi lain dalam surat Al-Fatihah dapat ditemukan ayat yang dapat dijadikan semacam indikator bahwa Al-Fatihah bukanlah wahyu yang pertama turun. Ayat yang dimaksud adalah ayat kelima: “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami mohon pertolongan”. (Q.S. Al-Fatihah: 5) 8 Ibid,hal: 5 9 Ibid,hal: 6 10 Ibid,hal: 6
  • 38. 28 Kata kami (bentuk jamak) memberi isyarat bahwa ayat ini baru turun setelah adanya komunitas muslim yang menyembah Allah secara berjamaah. Ini tentu saja tidak terjadi pada awal kenabian, lebih-lebih pada awal penerimaan wahyu- wahyu Al-Qur‟an. Di samping itu kandungan surat ini jauh berbeda dengan kandungan surat-surat pertama yang pada umumnya berkisar tentang pengenalan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan pendidikan terhadap Nabi Muhammad SAW. Menurut M. Quraish Shihab, ia tidak menemukan informasi yang pasti tentang kapan persisnya surat ini turun. Ada riwayat yang menyatakan bahwa ia turun sesudah surat Al-Muddatsir, ada juga yang berpendapat turunnya sesudah surat Al-Muzammil dan Al-Qalam. 11 Sementara itu Mujahid berpendapat bahwa surat Al-Fatihah termasuk surat yang diturukan di Madinah. Dalam kaitan ini al-Husain bin fadhil berpendapat bahwa pendapat Mujahid termasuk pendapat yang tergesah-gesah, dan tampaknya ia hanya sendiri yang berpendapat demikian, dan ulama lain menyangkalnya.12 Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan bahwa surat Al-Fatihah diturunkan dua kali, yaitu Mekkah dan Madinah dengan tujuan untuk memulikan surat tersebut. Dalam hubungan ini Ibn Katsir mengatakan bahwa surat Al-Fatihah diturunkan dua kali; sekali di Mekkah dan sekali lagi di Madinah. Semantara itu ada pula pendapat Abu al-Laits al-Samarqandi yang mengatakan bahwa sebagian surat Al-Fatihah turun d Mekkah dan sebagiannya lagi turun di Madinah. Namun pendapat yang terakhir ini sangat aneh (gharib jidan)13 Dari berbagai pendapat diatas tentang tempat turunnya surat Al-Fatihah, tampak jelas bahwa yang paling kuat adalah pendapat yang mengatakan bahwa surat Al-Fatihah diturunkan di Mekkah. Namun demikan tidak terdapat keterangan tentang sebab-sebab atau peristiwa yang menyertai turunnya surat Al- Fatihah itu, serta dalam situasi dan kondisi yang bagaimana surat itu turun, dan tahun berapa tepatnya surat itu turun ?pertanyaan ini belum ada riwayat yang menjelaskannya. Namun dari keterangan bahwa surat Al-Fatihah itu turun pada awal disyariatkannya shalat, maka dapat diperkirakan pada saat Isra‟ Mi‟raj Nabi 11 Ibid,hal: 6 12 Abuddin Natta,Op Cit. hal :19 13 ibid, hal :19
  • 39. 29 Muhammad SAW, yang menurut sejarah disekitar satu tahun menjelang Rasulullah SAW pindah (hijrah) kemadinah, yaitu pada tahun ke-13 dari kenabian Muhammad SAW.14 3. Nama-nama Surat Al-Fatihah Surat yang mulia ini memiliki nama cukup banyak dan begitu indah, berikut ini adalah nama-nama lain dari surat Al Fatihah: 1. Ash-shalaah (shalat). 2. Al-Hamdu (segala puji). 3. Fatihatul Kitab (pembuka kitab). 4. Ummul Kitab (Induk Al-kitab). 5. Ummul Qur’an (induk Al-Qur’an). 6. Al-Matsani (yang diulang-ulang). 7. Al-Qur’an Al-Azhim (Al-Qur’an yang agung). 8. Asy-Syifa’ (penawar / obat). 9. Ar-Ruqyah (mantera/jampi). 10. Al-Asas (dasar/fondasi). 11. Al-Waafiyah (yang lengkap/penyempurna). 12. Al-Kafiyah (yang mencukupi)15 . 4. Keistimewaan Surat Al-Fatihah Surat Al-Fatihah ini memiliki banyak Fadhilah (keutamaan), seperti yang diterangkan dalam beberapa riwayat, 14 ibid, hal :19 15 H. Darwis Abu Ubaidah, op cit, hal. 23 16 Imam Abi Abdillah Muhammad bin ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari Al Ju”fi, Shahih Al-Bukhari, 6/103, Bab Fatihatil Kitab
  • 40. 30 17 . “Ketika aku sedang sholat dipanggil oleh Nabi, aku tidak menjawabnya. Setelah aku selesai sholat aku katakan kepada beliau bahwa aku tadi sedang sholat. Lalu beliau bersabda, :bukankah Allah telah berfirman : Jawabalah seruan Allah dan Rasul-Nya apabila ia (Allah dan Rasul-Nya) menyeru kamu” Kemudian beliau berkata: “Ingatlah aku kakn mengajarkan kepadamu satu surat yang teragung di dalam al_quran sebelum kamu keluar dari masjid itu, aku berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya engkau tadi mengatakan: ingatlah aku akan mengjarkan kepadamu satu surat yang teragung di dalam al-Quran”. Beliau bersabda: “Alhamdulillahirabbil’aalamiin. Ia adalah tujuh ayat yang diulang- ulang, dan al-Quran yang agung telah diberikan kepadaku.” Dalam riwayat lain Rasullah SAW. Bersabda : “Allah tidak menurunkan seperti Ummul Quran (Al-Fatihah) di dalam Taurat dan tidak pula di dalam Injil. Ia adalah As-Sab’ul Al-Matsaani (tujuh ayat yang diulang), dia terbagi antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta.” Ibnu Hisar berkata : “ Heran kalau ada orang yang berbeda pendapat tentang adanya keutamaan dan tidaknya suatu surat atau ayat, banyak dalil-dalil yang menunjukan adanya keistimewaan atau kelebihan suatu surat atau ayat atas surat yang lainnya “.18 Bukan hanya terdapat ayat atau surat saja, bahkan ada hari, bulan atau saat- saat tertentu yang diistimewakan Allah SWT. Seperti halnya hari Jum‟at, malam Jum‟at, bulan Ramadhan, dihari-hari Tasyriq dan lain-lainnya, adalah saat-saat istimewa dalam beribadah.Bahkan ada pula tempat-tempat yang lebih diistimewakan Allah SWT dari tempat-tempat yang lainnya untuk sholat dan berdoa seperti Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah, dan Masjid al-Aqsho di Palestina.19 17 Abu Isa Muhammad bin Isa bin saurah At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, pada pembahasan tafsir al-Quran, bab surah al-Hijr, 5/295 hadisno. 3125. dan Imam Malik dalam kitab _Al-Muwaththa’ pada pembahasan tentang shalat, bab hadis tentang Ummul Quran 1/82, hadist no. 37. 18 H. Bey Arifin, Op Cit, hal :2 19 Ibid, hal: 4
  • 41. 31 Dari uraian dan dalil yang telah diterangkan diatas, berikut ini adalah keistimewaan lain dari surat al-Fatihah: 1. Surat paling besar („Azham) 2. Tidak terdapat dalam kitab Taurot Injil dan Zabur 3. Hanya diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW 4. Langsung mendapat jawaban dari Allah SWT ketika seseorang membacanya 5. Dengan membacanya maka kita akan aman dari segala bahaya 6. Sebagai obat sesuai dengan yang diniati pembaca al-Fatihah20 5. Tafsir Surat Al-FatihahAyat 1-7 Ayat 1 “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” Allah memulai kitab-Nya dengan Basmalah, dan memerintahkan Rasulullah SWA sejak dini pada wahyu yang pertama untuk melakukan pembacaan dan semua aktifitas dengan nama Allah, Iqra’ Bismi Rabbika, maka tidak keliru jika dikatakan bahwa basmalah merupakan pesan pertama Allah kepada manusia, pesan agar manusia memulai setiap aktivitasnya dengan nama Allah.21 Lafazh asalnya adalah Al-Ismu, musytaq dari lafzh Al-Summu y a n g artinya Al-Rif’ah (luhur), dan Al-ulwu (tinggi).Ada yang mengatakan musytaq dari lafazh Al-Simah.22 Menurut Syeikh Muhammad Ali As-Sobuni pendapat yang assoh adalah pendapat yang pertama (musytaq dari lafzh Al-Summu) dan itu 20 Ibid, hal: 9 21 M. Quraish Shihab,Tafsir Al-mishbah, volume 1, Op Cit, hal: 11 22 Al-Qurthubi, Jaami’I Al-Ahkam Al-Qur’an, juz 1, hal: 100. Diterangkan juga oleh Syeikh Muhammad Ali As-Sobuni dalam tafsirnya Rawa’iu Al-Abayan Tafsir Ayat Al-Ahkam Min Al-Qur’an, juz 1, hal: 15.
  • 42. 32 adalah pendapat para ulama Basroh. Karena jamaknya adalah lafazh firman Allah SWT, “ “ “Dan Allah memiliki A s m a ‟ u l H u s n a h(nama- nama yang terbaik).”(Q.S. Al-A‟raf: 180). Al-Qurthubi berkata: yang terkenal dikalangan ahli bahasa, bahwa berasal dari kata basmala, para ulama berbeda pendapat t e n t a n g penempatan huruf ba pada kalimat . Ada yang mengatakan b a h a w a menempatkan huruf ba pada awal lafazh .sebagai perintah atau amr,y a n g takdirnya anta yang berarti engkau, yang pada awalnya kalimat tersebut ibda’bismillah “mulailah dengan membaca bismillah.” Begitulah pendapat Imam Al-Farra‟. Sedangkan Az-Zujaj berpendapat bahwa penempatan huruf ba pada lafazh .adalah sebagai khabar atau berita, yang takdirnya adalah anay a n g berarati aku.Pada awalnya kalimat ini berbunyi ibtada’tu bismillah yang berarti “aku memulai dengan membaca bismillah.”23 Para ulama berbeda pendapat tentang pengertian dari kata “ Ismun “. Quthrub berkata:“kata Ismun ditambahkan (ke dalam lafazh bismillah) untuk mengagungkan dan memuliakan Allah SWT. Sedangkan Al-Akhfasy berkata, kata “ismun” ditambahkan (ke dalam lafazh bismillah) untuk mengeluarkan (lafazh tersebut) dari bentuk kalimat sumpah ke bentuk kalimat meminta berkah. Sebab asal dari bismillah adalah billah.24 Abu Ubaidah Ma‟mar bin Al-Mutsanna berpendapat bahwa kata ismun (yang terdapat pada lafazh ) adalah s h i l l a h tambahan.25 23 H.Darwis Abu Ubaidah, Op Cit, hal : 25 24 Tafsir Al-Qurthubi, Op Cit, hal: 257 25 Ibid, hal: 256
  • 43. 33 Lafazh .Ditulis tanpa huruf alif, karena sudah tercukupi oleh h u r u f b a ’ ilshaaq yang terdapat dalam lafazh dan tulisan bismillah.Hal ini sudah banyak dilakukan. Berbeda halnya dengan firman Allah: “Bacalah d e n g a n (menyebut) nama Tuhanmu”(Q.S. Al-Alaq: 1) pada firman Allah ini huruf alif tidak dibuang, karena jarang dilakukan.26 Sebagian ulama berpendapat, makna . (dengan menyebut nama A l l a h ) adalah, Aku memulai dengan pertolongan, taufik, dan keberkahan Allah SWT.27 Huruf ba muta‟alaknya pada Fi‟il yang dibuang, yang mencocoki pada keadaan si pembaca. Ketika seseorang ingin membaca sesuatu lalu ia memulai dengan .Maka artinya adalah aqro‟u musta‟inan bismillah.28 Lafazh adalah merupakan nama Tuhan yang paling agung dan popular, apabila kita bekata “Allah” maka apa yang kita ucapkan itu telah mencangkup semua nama-nama-Nya yang lain, sedangkan apabila kita mengucapkan nama- Nya yang lain misalnya Ar-Rahman, Al-Malik dan sebagainya, maka kita hanya menggambarkan sifat Rahmat atau sifat kepemilikan-Nya saja.29 Tidak ada seorang pun selain Dia yang dinamai dengan nama Allah baik secara hakikat maupun majaz, sedang sifat-sifat-Nya yang lain secara umum dapat dikatakan bisa disandang oleh mahluk-mahluk-Nya. Oleh karena itu lafazh Ini tidak dijadikan tasniyah dan tidak dan tidak pula dijadikan jamak. Secara tegas Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri yang menamai dirinya Allah, dalam firman-Nya dikatakan : … 26 ibid,hal: 258 27 Ibid, hal: 256 28 Syeikh Muhammad Ali As-Sobuni dalam tafsirnya Rawa’iu Al-Abayan Tafsir Ayat Al- Ahkam Min Al-Qur’an, juz 1, hal: 15. 29 M. Quraish Shihab,Tafsir Al-mishbah, volume 1, Op Cit, hal: 17
  • 44. 34 “Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku...”(Q.S. Taha: 14). Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman: “Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya ?.”(Q.S. Maryam: 65) Ayat ini dipahami oleh pakar Al-Qur‟an bermakna: “ Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang bernama seperti nama ini ? atau apakah engkau mengetahui sesuatu yang berhak memperoleh keagungan dan kesempurnaan sebagaimana pemilik nama itu (Allah) ?atau bermakna Apakah engkau mengetahui ada nama yang lebih agung dari nama ini ? juga dapat berarti Apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang sama dengan Dia(yang patut disembah) ?. Pertanyaan-pertanyaan yang mengandung makna sanggahan ini semuanya benar, karena hanya Tuhan Yang Maha Esa yang wajib wujud-Nya itu yang berhak manyandang nama tersebut, sedangkan selain-Nya tidak ada bahkan tidak boleh.30 Abu ja‟far berkata: lafazh mengikuti bentuk kata fa’laan yang berasal dari akar kata rahima, dan mengikuti bentuk kata fa’iil dari akar k a t a yang sama. Secara etimologi tidak seorangpun ahli bahasa yang memungkiri bahwa kata memiliki makna yang lebih spesifik dari pada kata , meskipun keduanya berasal dari akar kata yang sama . Dari sisi riwayat ditemukan sejumlah pendapat yang berbeda: As-Sari bin Yahya At-Tamimi menceritakan kepadaku, dia berkata, Utsman bin Zufar menceritakan kepada kami, dia berkata: aku mendengar Al-Arzami menakwilkan: dia berkata, meliputi seluruh makhluk,d a n khusus untuk orang-orang beriman.31 30 Ibid, hal: 17 31 Tafsir Ath-Thabari, Op Cit, hal : 214
  • 45. 35 Ayat 2 “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alam.” Imam Al-Qurthubi berpendangan bahwa (segala puji) dalam bahasa Arab adalah pujian /sanjungan yang sempurna, Alif dan Lam ( ) pada kalimat adalah unuk istighraq (menghabiskant) terhadap segala bentuk pujian, karena Dialah yang memiliki nama-nama yang baik/indah dan sifat-sifat yang mulia. Dengan demikian dapat dipahami bahwa segala puji dan sanjungan hanya milik dan kepunyaan Allah, selain dari Allah tidak setupun dari makhluk ini yang pantas dan layak mendapat pujian.32 Kalmiat atinya Adalah yang berkuasa, setiap orang yang menguasai sesuatu maka dialah rabb-nya. Rabb merupakan satu diantara nama-nama Allah yang mulia, Rabb dapat diartikan yang menciptakan, mengatur, memperbaiki, melindungi, yang melaksanakan, menghidup dan mematikan. Sedangkan biasa diartikan semesta alam.Para ulama berbeda pendapat dalam menjelaskan al-alamiin.33 Qatadah berpendapat bahwa al-alamiin adalah semua alam, segala yang ada selain Allah. Ibnu Abbas bekata bahwa al-aalamiin adalah jin dan manusia, berdasarkan surat al-furqan ayat pertama. “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba- Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”(Q. S. Al- Furqan:1) 32 H.Darwis Abu Ubaidah, Op Cit, hal : 36 33 Ibid, hal: 37
  • 46. 36 Sedangkan hewan tidak termasuk kedalam ayat ini. Sementara Al-farra‟ dan Abu Ubaidah berkata bahwa al-amiin adalah khusus untuk makhluk yang berakal, dan hal itu ada empat kelompok: Jin, manusia, malaikat, dan setan. Oleh karena itu hewan tidak termasuk didalamnya. Sedangkan Wahab bin Munabbih berkata : Sesungguhnya Allah memiliki delapan belas ribu alam, dunia ini adalah satu diantaranya.34 Abu Said Al-khudri berkata : Allah memiliki empat puluh ribu alam, dunia ini dari Timur sampai ke Baratnya adalah satu diantaranya. Abu Aliyah berkata: Jin adalah alam, manusia adalah alam, selain itu bagi empat penjuru bumi ini. Dan setiap penjuru ada seribu lima ratus alam. Semuanya itu Allah ciptakan agar mereka beribadah kepada Allah SWT.35 AYAT 3 “Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” Ar-Rahman dan Ar-Rahim adalah dua sifat yang dimiliki Allah, dua nama diantara nama-nama yang indah (asmaul husna) yang dimiliki Allah. Kedua sifat ini berasal dari kata Ar-Rahman (kasih sayang) dalam bentuk kalimat mubalaghah, Ar-Rahman lebih dari Ar-Rahim, karena Ar-Rahman adalah adalah yang mempunyai kasih sayang yang mencangkup dan meliputi untuk semua makhluk yang ada didunia ini, sedangkan Ar-Rahim hanyalah diperuntukkan untuk orang-orang yang beriman diakhirat kelak. Ar-Rahim artinya bahwa Allah mempunyai sifat kasih sayang bagi orang-orang yang beriman kelak dihari kiamat.Demikianlah mayoritas pendapat para ulama.36 Di dalam salah satu firman-Nya Allah SWT telah menjanjikan bahwa Ar- Rahim (kasih sayang)Nya itu hanya diperuntukkan kepada para hamba-Nya yang beriman, firman Allah SW. 34 Ibid, hal : 37 35 Ibid, hal : 37 36 Ibid, hal : 38
  • 47. 37 “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang).dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.”(Al-Ahzab : 43). AYAT 4 “Yang menguasai hari pembalasan.” Maha bekuasanya Allah pada hari itu, hari kiamat, bukan berarti pada hari- hari ini Allah tidak berkauasa.Kekuasaan Allah meliputi dunia dan akhirat.Hanya saja dikhususkannya kekuasaan pada hari itu (hari pembalasan), karena pada hari tersebut tidak ada seorang pun yang dapat berbuat apa-apa, bahkan berbicara pun tidak sanggup, kecuali orang-orang yang dikasih izin oleh Allah.37 As-Syaikh Muhammad Ali As-Sobuni mengomentari ayat Allah yang mulia ini dengan mengatakan : “yakni Dialah Allah yang maha suci yang berkuasa untuk memberikan balasan dan hisab (perhitungan), yang bertindak pada hari pembalasan itu sebagaimana tindakan seorang penguasa (raja) di dalam kekuasaan-Nya. yaitu hari ketika seorang tidak berdaya sedikit pun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.”38 Pada ayat yang lain Allah kembali menyebutkan tentang siapa sesungguhnya yang berkuasa pada hari yang dahsyat itu. Firman Allah SWT. 37 Ibid, hal :40 38 Muhammad Ali As-Shabuni, Shafwatut Tafasir, juz 1, hal 25
  • 48. 38 y “ Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; yang Maha Pemurah. mereka tidak dapat berbicara dengan Dia.”“ Pada hari, ketika ruh dan Para Malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.” Itulah hari yang pasti terjadi. Maka Barangsiapa yang menghendaki, niscaya iamenempuh jalan kembali kepada Tuhannya.”(An-Naba‟ : 37-39) (Yaumuddin), secara umum diterjemahkan dengan hari pembalasan.Sesungguhnya apa yang dimaksud dengan Yaumuddin itu sendiri sudah dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya: “Dan Sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan. Dan mereka sekali- kali tidak dapat keluar dari neraka itu.Tahukah kamu Apakah hari pembalasan itu? Sekali lagi, tahukah kamu Apakah hari pembalasan itu? (Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. dan segala urusanpada hari itu dalam kekuasaan Allah.” (Al-Infithar : 14-19). (Yaumuddin), adalah salah satu diantara nama-nama Hari Kiamaty a n gberikan oleh Allah SWT yang terdapat dalam Al-Qur‟an. Ayat 5
  • 49. 39
  • 50. 40 “Hanya kepada Engkaulah kami beribadah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.” Ibadah adalah lambang ketundukan dan ketaatan yang paling tinggi. Sementara memohon pertolongan adalah bukti kelemahan seorang makhluk yang selalu membutuhkan bantuan dari sang pencipta yakni Allah SWT. Dalam ayat tersebut mendahulukan maful bih yakni lafadz dari fi’ilnya yakni d a n , hal tersebut memberikan arti takhsis (memberikan nuansa kekhususan), yakni kami khususkan ibadah hanya kepada-Mu dan kami khususkan mohon pertolongan hanya kepada-Mu. Ayat yang mulia ini mengandung pengerian yang sangat dalam dan menyeluruh, karena didalamnya tertuang suatu ikrar (janji) seorang hamba kepada zat yang maha agung. Jika ikrar itu diucapkan dengan sadar, penuh penghayatan, tentulah hamba tersebut tidak akan terjerumus dalam kehinaan dan dosa. Ayat 6 “Tunjukilah selalu kami jalan yang lurus” Menurut Ibnu Qoyyim al-Jauzi : kata Ihdinayang berarti “Tunjukilah selalu pada kami”. Beliau menyebut : 1). Berarti : tetapkanlah kami!. 2). Arsyidna yang berarti “Tuntunlah kami “. 3). Waffiqna, yang berarti “ berikanlah kami taufiq”. 4). Al-himma yang berarti “ Berilah kami ilham”.39 Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab ra menggatakan di dalam kitabnya yang berjudul “ Tafsir al-Fatihah “, bahwa shirothol mustaqim itu adalah jalan yang jelas, jalan yang lurus, tidak bengkok. Dan yang dimaksud dengan demikian itu adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Rasul, shirothol mustaqim juga mengandung makna jalan yang benar, jalan yang benar, jalan yang menjadi kebutuhan seorang hamba untuk selamat dari azab dan siksa, jalan yang dapat 39 H.Darwis Abu Ubaidah, Op Cit, hal : 61
  • 51. 41 membawa manusia kepada kebahagiaan, ketenangan jiwa baik di dunia maupun di akhirat. Ayat 7 g g “ (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam “. Ayat ini menyebutkan jalan yang baik, jalan yang lurus, jalan yang telah Allah SWT anugerahkan kepada para hamba-Nya, yaitu jalan yang telah ditempuh para Nabi, shidiqin, syuhada, dan shalihin. Sekiranya manusia memiliki banyak sifat yang tidak baik itu betul-betul butuh kepada shirothol mustaqim, hendaklah manusia itu taat, patuh kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dengan cara melaksanakan apa yang diperintahkannya secara maksimal, serta berusaha menjauhkan diri dari larangan Allah SWT.40 Pengulangan kata Shiroth (jalan) dimaksudkan untuk menegaskan dan memberitahukan bahwa jalan yang lurus itu adalah jalan kaum muslimin. Adapun mereka yang diberi Allah SWT nikmat dengan jalan itu adalah kelompok yang yang disebutkan Allah SWT dalam firman-Nya : “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”. (QS.An-Nissa‟:69) g “........ bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan jalan mereka yang sesat”.
  • 53. 43 Mayoritas ulama berpendapat bahwa jalan orang-orang yang dimurkai itu adalah jalannya orang-orang Yahudi dan dan jalan mereka yang sesat itu adalah jalannya orang-orang Nashara. Pandangan ini berdasarkan beberapa dalil : Pertama, ketika Allah SWT menceritakan bagaimana keadaan kaum Nabi Musa as yang ketika itu tidak merasa nyaman dengan makanan yang dihidangkan selalu sama, manna dan salwa sehingga mereka mengajukan kepada Nabi Musa as bentuk menu makanan dan minuman yang lainnya berupa sayur mayur, ketimun kacang adas dan lain sebagainya. Kedua, ketika Allah SWT menyebutkan bahwa orang-orang yang menjadikan patung anak sapi sebagai tuhan yang mereka sembah, akan mendapat murka dan kehinaan dari Allah SWT. Ketiga, ketika Allah SWT menceritakan perilaku orang-orang Ahlul Bait yang berlebih-lebihan dalam menjalankan agamanya yang pada akhirnya menjerumuskan mereka kedalam kesesatan, bahkan menyesatkan banyak orang.41 6. Kandungan Surat Al-Fatihah A. Keimanan Misi yang pertama kali dibawa Al-Qur‟an adalah keimanan yang dibawa melalui Nabi Muhammad SAW. Nabi-nabi dan rasul-rasul yang telah diutus sebelum Nabi Muhammad SAW pun menanamkan keimanan kepada umatnya. Keimanan yang dibawa oleh Al-Qur‟an meliputi keimanan kepada Allah, rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, hari akhirat, serta qada dan qadar. Ketika Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, keimanan yang dibawa oleh rasul-rasul sebelumnya sudah kabur, tauhid yang kholis (murni) tidak ada lagi, umat-umat terdahulu yang pernah diutus rasul-rasul kepada mereka dan mempunyai kitab-kitab samawi telah menyimpang jauh dari ajaran-ajaran rasul dan kitabnya, mereka menganggap rasul-rasul, orang-orang saleh dan malaikat-malikat sebagai Tuhan, dan kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada mereka sudah banyak yang dirubah oleh tangan mereka sendiri. 41 Ibid,hal: 69
  • 54. 44 Bangsa Arab dan sekitarnya, walaupun sebagian dari mereka dulu pernah menganut ajaran-ajaran Nabi Ibrahim, mereka banyak yang berpindah kepercayaan menjadi penganut kepercayaan watsani, penyembah patung-patung dan dewa-dewa, sehingga menurut riwayat disekitar ka‟bah terdapat 360 buah patung. Kedatangan Al-qur‟an sebagai kita suci samawi untuk mensucikan akidah manusia dari kotoran-kotoran syirik, dengan membawa akidah tauhid yang semurni-murninya, yang tidak bercampur dengan kepercayaan-kepercayaan dan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Al-Qur‟an. Akidah tauhid yang dibawa oleh Al-Qur‟an adalah akidah yang amat jelas dan tegas. Dapat dicapai oleh akal dan paling sempurna dibandingkan agama- agama selain agama Islam dan agama-agama yang datang sebelumnya. Di dalam surat Al-Fatihah akidah tauhid ini didapat dalam ayat-ayat : a. Ayat Pertama “ segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” Semua pujian itu hanya untuk Allah dan yang berhak dipuji hanyalah Allah SWT karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji. Seseorang apabila dipuji karena sifatnya yang mulia yang berada pada dirinya atau karena jasa-jasa baiknya, maka pada hakikatnya pujian tersebut hanya untuk Allah, karena Allahlah yang memiliki sifat-sifat sempurna yang memberikan kebaikan dan kemuliaan kepada manusia. Pernyataan inilah yang menjadi inti dari keimanan kepada Allah dan merupakan akidah tauhid yang sebenarnya. Keimanan kepada Allah SWT serta segala kesempurnaan-Nya, dan akidah tauhid yang semurni-murninya itu adalah salah satu dari ajaran Islam yang terpenting, sebab hal tersebut didalam ayat ini ditegaskan lagi bahwa Allah SWT adalah Rabb semesta alam. Kata Rabb selain memiliki arti “ Yang Memiliki” juga memiliki arti “ Pendidik” atau “ Pengasuh”. Dengan ini jelaslah bahwa sesuatu apapun yang berada dalam alam ini adalah kepunyaan Allah SWT. Allah-lah yang telah
  • 55. 45 menciptakannya, mendidik, mengasuh, menumbuhkan dan memeliharanya. Tidak ada yang menyekutui Allah SWT. Sejalan dengan hal ini, jelaslah bahwa manusia itu amat kecil, dan jauh tempatnya namun tetap berada dibawah pengetahuan, lindungan, dan pemelliharaan Allah SWT. Allah SWT telah memberikan kepada makhluk-Nya suatu bentuk yang amat sempurna, lalu dikarunikan kepada manusia akal, naluri (instink) dan kodrat-kodrat alamiah, sebagai bekal untuk kelanjutan hidup manusia tersebut di alam dunia untuk kehidupan selanjutanya di akhirat. Pendidikan, pemeliharaan, penumbuhan, yang dilakukan oleh Allah SWT wajib diperhatikan dan dipelajari oleh manusia sebagai bentuk tafakkur manusia akan kekuasaan Allah SWT yang akan menghasilkan peningkatan kekuatan dalam keimanan dan ketakwaan. b. Ayat Kedua “hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan” Ayat ini juga mengandung inti ibadah manusia kepada Allah SWT, karena yang hanya berhak disembah hanya Allah SWT dan hanya kepada Allah SWT sajalah manusia selalu memohon pertolongan. Hal ini karena manusia adalah makhluk Allah SWT yang harus selalu berhubungan dengan Allah SWT sebagai penciptanya. Manusia berdo‟a memohon sesuatu hanyalah kepada Allah SWT. Dengan ayat ini akan terbongkarlah akar-akar dari bentuk-bentuk kesyirikan (mempersekutukan Allah SWT dan membesarkan kekuasaan selain kekuasaan Allah SWT), bentuk kepercayaan watsani (menyembah dewa-dewa, matahari, bulan, bintang-bintang dan lain sebagainya), kepercayaan majusi (menyembah api), dan kepercayaan lainnya yang banyak berkembang dan dianut, sebelum datang agama Islam yang dirisalahkan kepada Nabi Muhammad SAW. B. Ibadah Didalam Al-Qur‟an Allah berfirman:
  • 56. 46 “hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau- lah kami memohon pertolongan” Di dalam ayat seorang , jika direnungi secara mendalam, m a k a hamba tidak akan pernah sempurna dalam penyembahannya kepada Allah SWT, namun karena sifat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang ayat sebagai bentuk rahmat Allah SWT yang diturunkan u n t u k hamba-hamba Nya, hingga manusia hanya selalu memohon pertolongan kepada Allah SWT . Jadi ayat tersebut diatas mengandung penafsiran ketauhidan dan rahmat Allah SWT untuk bekal peribadatan seorang manusia kepada Allah SWT. “tunjukilah (selalu) kami kepada jalan yang lurus” Sempurnanya agama Islam untuk kebahagiaan manusia dia alam dunia sampai akhirat, Allah SWT telah menetapkan batas-batas syariat yang berupa peraturan-peraturan, hukum-hukum, dan menjelaskan kepercayaan, memberikan pelajaran dan perumpamaan-perumpamaan. Semua ini merupakan tuntunan menuju jalan yang lurus yang telah Allah SWT bentangkan untuk manusia agar manusia tersebut sampai pada kebahagiaan hidup baik di dunia sampai alam akhirat. Maka sungguh amat berbahagia manusia yang menjalani batas-batas syareat yang telah Allah SWT tetapkan tersebut, dan amat sengsaralah manusia yang menghindari dirinya dari jalan tersebut. C. Hukum-hukum dan Peraturan-peraturan Telah dijelaskan diatas bagaimana mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, yaitu dengan adanya penetapan peraturan-peraturan dan hukum- hukum, dan hal tersebut pun bercabang menjadi peraturan dan hukum yang
  • 57. 47 berhubungan dengan hubungan manusia kepada Allah SWT, dan manusia dengan masyarakat, dan juga siasat kenegaraan dan lain-lain. Sebagaimana ayat yang mengandung peraturan dan hukum yang dicantumkan dalam surat Al-Fatihah yang berbunyi : “Tunjukilah (selalu) kami jalan yang lurus” Jalan yang menyampaikan manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat adalah akidah-akidah yang benar, hukum-hukum dan peraturan-peraturan serta perumpamaan-perumpamaan yang telah dijelaskan di dalam Al Qur‟an dan Hadits. D. Janji dan Ancaman Al Qur‟an al Karim juga mengandung janji dan ancaman. Allah SWT menjanjikan kebahagiaan kepada manusia yang beriman dan berbuat baik, dan mengancam kepada siapapun manusia yang mempersekutukan Allah SWT, membuat kerusakan dan kezhaliman di atas permukaan bumi dengan azab dan siksaan. Janji dan ancaman Allah SWT itu bersifat umum kepada kaum dan bangsa apapun. Didalam surat Al Fatihah mengandung ayat-ayat yang yang berupa janji dan ancaman, berbunyi : a. Ayat Pertama “dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” Dengan menyebut nama Allah “Yang Maha Pemurah” lagi “Maha Penyayang”, Allah SWT menjanjikan kepada manusia yang beriman kepada Allah SWT dan berbuat baik dengan limpahan karunia dan anugerah nikmat yang tiada terhitung dari-Nya.
  • 58. 48 b. Ayat Kedua “Yang menguasai hari pembalasan” Di hari itu segala bentuk perbuatan manusia akan dibalas. Balasan syurga untuk manusia yang beriman kepada Allah SWT dan berbuat baik, balasan neraka untuk manusia yang mempersekutukan Allah SWT, ingkar dan berbuat kezhaliman. Yang hal ini adalah janji dan ancaman Allah SWT. c. Ayat Ketiga “Tunjukilah (selalu) kami jalan yang lurus” Manusia yang mengikuti jalan yang telah ditetapkan, maka kebahagiaan hidup di dunia dan akhiratlah yang akan diraihnya. Dan sebaliknya, manusia yang menghindari tidak menjalankan yang telah ditetapkan, maka pastilah kebinasaan hidup baik di dunia maupun akhirat. Dengan ini maka dapat dipahami adanya janji dan ancaman Allah SWT. d. Ayat keempat g g “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam “. Ada orang-orang yang telah dianugerahi nikmat oleh Allah SWT, yaitu para Nabi, para Rasul, orang-orang sholeh dan shadiqin, mereka adalah orang-orang yang akan menerima limpahan rahmat dan pahala dari Allah SWT berupa Jannatinna‟im dan ini merupakan janji Allah SWT. Dan ada pula orang dimurkai Allah SWT, yaitu mereka yang tidak mau menjalani jalan lurus yang telah ditetapkan Allah SWT, padahal manusia itu telah mengetahui hakikat jalan lurus tersebut, dan ada pula manusia yang tersesat, yaitu orang-orang yang tidak
  • 59. 49 mengetahui jalan yang benar atau dia mengetahuinya, tetapi dia tersesat dalam menempuh jalan tersebut. Mereka yang dimurkai Allah SWT dan tersesat akan menerima siksaan yang pedih sebagai bentuk hukuman dari Allah SWT. Dan ini adalah suatu ancaman. E. Kisah-kisah atau Cerita-cerita Sebagai bentuk panutan dan ketauladanan, pelajaran serta i‟tibar, maka Al Qur‟an menceritakan kisah-kisah kaum-kaum dan bangsa-bangsa terdahulu yang Allah SWT telah mengutus para Rasul dan Nabi-Nya kepada mereka dengan membawa kerisalahan yang telah Allah SWT tetapkan baik berupa peraturan- peraturan, hukum-hukum dan syariat, yang semua itu ditetapkan bertujuan untuk kebahagian hidup mereka. Diantara para kaum dan bangsa tersebut ada yang menerima dan ada pula yang menolak, dan Allah SWT telah menerangkan akibat dari penolakan dan peneimaan, untuk dijadikan i‟tibar dan pelajaran. Lebih kurang ¾ dari isi Al Qur‟an adalah cerita tentang bangsa dan kaum- kaum terdahulu, serta anjuran Allah SWT untuk mengambil i‟tibar dan pelajaran dari apa yang mereka perbuat dan akibatnya. Di dalam surat Al Fatihah keadaan bangsa dan kaum terdahulu telah dijelaskan dengan ayat yang berbunyi : g “ (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam “. Dari penjelasan-penjelasan yang penulis uraikan diatas, kita dapat pahami bahwa surat Al-Fatihah memiliki pengertian dan makna yang begitu dalam, menjadi intisari kandungan Al-Qur‟an dan menjadi pembuka semua surat dalam Al-Qur‟an.
  • 60. 50 B. Konsep Ibadah Dalam surat Al-Fatihah Ayat 1-7 Seluruh persoalan agama tersimpan didalam dua kalimat pendek yang terdapat dalam ayat: “Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan”.(QS. Al-fatihah: 5) Ayat ini yang menjadi inti dari surat Al-fatihah ayat 1 sampai 7, dan Al- fatihah adalah inti dari Al-qur‟an, dan Al-qur‟an adalah inti seluruh kitab suci atau ajaran seluruh Nabi dan Rasul. Maka ayat ini adalah menjadi inti seluruh kitab- kitab suci, dan inti seluruh ajaran Nabi-Nabi dan Rasul.42 1. iyyaka na‟budu artinya: engkaulah yang kami sembah. Hanya engkau sajalah yang kami sembah. Hanya untuk engkau sajalah kami beribadah. Tidak ada selain engkau yang kami semah. Ketika seseorang menyatakan iyyaka na’budumaka ketika itu tidak sesuatu apapun, baik dalam diri seseorang maupun yang berkaitan dengannya, kecuali telah dijadikan milik Allah, segala aktivitas manusia harus berakhir menjadi ibadah kepada Allah SWT, dan ibadah merupakan kebutuhan manusia lebih daripada satu kewajiban. Ibadah atau pengabdian yang dimaksud dalam ayat kelima ini tidak terbatas pada hal-hal yang diungkapkan oleh ahli hukum islam (fiqih) yakni shalat, puasa,zakat dan haji saja, tetapi mencangkup segala macam aktivitas manusia, baik pasif maupun aktif, sepanjang tujuan dari setiap gerak dan langkah itu adalah Allah, sebagaiman tercermin dalam pernyataan yang diajarkan Allah SWT43 : 42 H. Bey Arifin, Op Cit, hal :217 43 M. Quraish Shihab,Tafsir Al-mishbah, volume 1,Op Cit Hal: 55
  • 61. 51 “Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.(Qs. al-An‟am: 162) Ibadah adalah buah dari keimanan kepada Allah SWT dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Seorang manusia yang meyakini adanya segala sifat-sifat kesempurnaan-Nya, maka akan tumbuh perasaan dalam jiwanya membutuhkan Allah SWT dengan sepenuh hati, hingga yang terlahir dalam diri seorang manusia tersebut adalah bentuk ibadah atau penyembahan kepada Allah SWT baik lahir maupun bathinnya. Imam Ja‟far ash-Shadiq sebagaimana dikutip oleh Muhammad al-Ghazali dalam bukunya Raka‟iz al-iman mengemukakan tiga unsur pokok yang merupakan hakikat ibadah : a. Seorang yang mengabdi tidak menganggap apa yang ada dalam genggaman tangannya sebagai miliknya, karena yang dinamakan hamba tidak memiliki sesuatu. Apa yang dimilikinya adalah milik tuannya. b. Segala usahanya hanya berkisar pada mengindahkan apa yang diperintahkan oleh yang memerintah (tuannya). c. Tidak memastikan sesuatu untuk dia laksanakan kecuali mengaitkannya dangan izin dan restu tuannya. Ada dua syarat yang menjadikan ibadah itu bernilai disisi Allah SWT: a. Ibadah itu harus ikhlas karena Allah dan untuk Allah semata. Hal ini harus dilandasi rasa cinta dan tunduk taat kepada Allah SWT. Orang yang hanya cinta saja, tetapi tidak tunduk, atau tunduk saja tetapi tidak cinta, maka tidaklah dinamai ibadah. Cinta dan tunduk itu ditunjukkan hanya kepada Allah SWT. Dan bila suatu ibadah dilakukan tidak ikhlas untuk Allah maka ibadahnya tidak ada artinya dihadapan Allah SWT. b. Cara beribadah harus sesuai seperti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw.Dalam al-Qur‟an Allah SWT berfirman: …. …..
  • 62. 52 “Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah”…(QS. Al-Hasyr: 7). Dalam hal ini manusia terbagi menjadi 4 golongan dalam melaksanakan ibadah: 1. Orang yang beribadah ikhlas 100% untuk Allah dan sesuai menurut cara atau sunnah yang ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Mereka inilah yang benar-benar ahli iyyaka na’budu. Amal atau perbuatan mereka seluruhnya untuk Allah dan karena Allah, begitu juga semua perkataan yang keluar dari mulut mereka; mereka member, menerima, menyuruh, atau melarang, cinta atau marah, semua itu 100% karena Allah dan untuk Allah lahir dan bathin. Tidak karena mengharapkan balasan dan pujian dari manusia, tidak pula untuk mencari kebanggaan dan kemuliaan di hati sesama manusia, atau menghindari diri dari kebencian sesama manusia.44 Buat mereka cukup hanya Allah saja yang memuji, membalas dan menghargai atau memuliakan. Yang mereka harapkan hanya pujian Allah, cinta kasih Allah, balasan Allah. Berkata Al-Fudhail bin Ayyaadh: Amal yang baik itu ialah yang paling ikhlas dan paling benar. Murid-muridnya lalu bertanya: Hai Abu Ali, apakah yang dimaksud dengan paling ikhlas dan paling benar itu? Jawabnya: Amal sekalipun ikhlas tetapi tidak benar, tidaklah diterima Allah, begitu juga bila benar tetapi tidak ikhlas. Ikhlas ialah semata-mata karena Allah atau untuk Allah. Benar ialah 100% menurut cara dan sunnah yang ditetapkan oleh Rasulullah Saw. 45 Firman Allah : - “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya".(QS. Al-Kahfi: 110) 44 H. Bey Arifin, Op Cit, hal :228 45 ibid, hal :228
  • 63. 53 Setiap ibadah yang dilakukan tidak menurut contoh dari Rasulullah Saw. Tidak akan menambah dekat kepada Tuhan tetapi menamah jauh, sebab Allah SWT harus disembah sesuai cara yang diperintahkan-Nya, tidak menurut kemauan atau keinginan manusia. 2. Ibadah yang dilakukan tidak ikhlas dan tidak pula sesuai dengan cara yang dicontohkan oleh Rasulullah yaitu ibadahnya orang-orang yang riya dan ibadahnya orang-orang yang ahli bid‟ah, ahli kesesatan dan syirik. Mereka inilah yang dimurkai Allah46 dalam Al-Qur‟an: “Janganlah sekali-kali kamu menyangka, hahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih”. (QS. Ali Imran: 18) 3. Ibadah yang dilakukan dengan ikhlas, dan sesuai menurut contoh dari Rasulullah Saw, banyak dilakukan oleh ahli ibadah tetapi mereka tidak mengetahui aturan agama, lalu mereka menambahkan sendiri karena ingin dipandang sebagai ahli tashawwuf, zuhud atau faqir. Kadang-kadang mereka ibadah dengan disertai menangis-nangis, terseduh-seduh, kadang-kadang mereka bernyanyi-nyanyi dengan berbagai irama, bersiul-siul. Kadang-kadang mereka mengasingkan diri, tirakat menurut aturan mereka dengan meninggalkan kewajiban Jum‟atan dan berjuang ditengah-tengah masyarakat, kadang-kadang mereka berpuasa terus-menerus siang dan malam, kadang- kadang mereka berpuasa dihari raya dan lain-lain.47 4. Ibadah yang dilakukan menurut yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw, tetapi tanpa dilandasi keikhlasan. Ibadah yang benar tetapi dasarnya yang salah. Ibadah yan dilakukan secara benar tetapi disertai perasaan riya‟. Mereka maju kemedan perang untuk mendapatkan julukan pahlawan atau pemberani atau 46 ibid, hal :229 47 ibid, hal :229
  • 64. 54 untuk mendapatkan pangkat dan bintang, mereka melaksanakan haji ke Mekkah hanya ingin dipanggil “Haji”, mambaca Al-Qur‟an hanya ingin diketahui suaranya indah. Amalan dan ibadah meraka terlihat benar tetapi yang sebenarnya semua salah dan tidak akan diterima Allah Swt.48 Firman Allah Swt : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”.(QS. Al-Bayyinah: 5) 2. . Iyyaka nasta‟iin artinya: engkaulah yang kami minta pertolongan. Engkau sajalah yang kami mintai pertolongan. Hanya kepada Engkau sajalah kami minta pertolongan, mohon bantuan, mohon perlindungan, mohon rezeki, mohon keselamatan, mohon keselamatan, mohon kebahagiaan dan lain-lain. Orang yang beragama atau beriman, harus menyembah (beribadah) kepada Allah dan harus minta pertolongan kepada-Nya (berdo‟a). tidaklah dikatakan beragama atau beriman bila kita hanya berdo‟a saja tanpa beribadah. Kalau seseorang mengatakan ibadah maka termasukpula didalamnya isti‟anah, akan tetapi pada kalimat isti‟anah didalamnya ibadah. Karena ibadah lebih umum dibandingkan isti‟anah. Orang yang benar-benar beribadah pasti didampingi dengan permohonan (isti‟anah), tetapi belum tentu orang yang memohon dan berdo‟a kepada Allah mereka menjalankan ibadah. Berapa banyak orang berdo‟a meminta kepada Allah agar diberikan kesehatan, kekayaan dan lain-lain tetapi mereka tidak mau beribadah menyembah Allah Swt. Walaupun demikian, isti‟anah tetap menjadi bagian atau sebagian dari ibadah. Beribadah berarti mengerjakan sesuatu untuk Allah, sedang bermohon ialah 48 ibid, hal :230
  • 65. 55 mengharapkan sesuatu dari Allah. Jadi ibadah jauh lebih tinggi dan lebih suci dari isti‟anah. Sebab ibadah tidaklah dilakukan kecuali oleh orang-orang yang benar- benar ikhlas. Sedang isti‟anah dapat dilakukan oleh orang-orang yang tidak ikhlas, bahkan dilakukan oleh orang yang fasiq.49 Isti‟anah atau berdo‟a memohon kepada Allah adalah suatu pekejaan yang amat besar dan amat penting. Rasulullah Saw diutus oleh Allah selain untuk menajarkan tata cara beribadah, juga untuk mengajarkan cara-cara berdo‟a. para ulama sudah berusaha mengumpulkan semua keterangan tentang berdo‟a yang diambil dari hadis-hadis Rasulullah Saw, diantaranya adalah Imam Nawawi dalam kitab beliau Al-Azkar. Adab atau syarat-syarat berdo‟a yang dapat beliau simpulkan ialah diantaranya sebagai berikut: 1. Menjauhi dari segala yang haram, baik makanan, minuman atau pakaiannya. Karena makanan, minuman serta pakaian yang haram menyebabkan do‟a tidak terkabulkan. 2. Ikhlas karena Allah Swt. Keikhlasan ini menjadi syarat terpenting dalam berdo‟a dan beribadah. Firman Allah Swt: .... “Berdo‟alah kepada Allah dengan ikhlas dalam beragama bagi-Nya.”(QS. Al- Mu‟min: 14) 3. Suci dalam keadaan mempunyai wudhu. 4. Hendaknya berdo‟a dengan menghadap kiblat. 5. Mengangkat dan membuka telapak tangan. 6. Bertawasul dengan Nabi dan orang-orang soleh. 7. Berdo‟a dengan suara pelan. 8. Mengakui semua dosa yang pernah dilakukan. 9. Diawali dengan memuji Allah 10. Membaca solawat kepada Rasulullah Saw 49 Ibid, hal:220
  • 66. 56 11. Mulai berdo‟a untuk dirinya sendiri lalu selanjutnya untuk orang lain atau umat muslim. 12. berdo‟a dengan permohonan yang sungguh-sungguh. 13. Diulang-ulang mengucapkannya. Ibadah itu tidak dapat dipisahkan dengan do‟a, karena orang yang beribadah pasti berdoa. Begitu pula ibadah juga tidak biasa dipisahkan dari ketauhidan, dan ketauhidan tidak dapat dipisahkan dari ibadah, karena ibadahnya seorang manusia kepada Allah SWT merupakan buah dari ketauhidannya kepada Allah SWT. Maka tidak akan ada nilai dan harganya ibadah seorang manusia jika timbulnya bukan dari perasaan ketauhidannya kepada Allah SWT, begitu juga tidak akan subur ketauhidan seorang hamba kepada Allah SWT jika tidak dipupuk dengan istiqomah melakukan ibadah kepada Allah SWT. Dua ayat dibawah ini : Kedua ayat diatas adalah inti dari ayat-ayat keimanan, tauhid dan ibadah yang menyeru kepada ajaran tauhid dan memberantas kepercayaan syirik, watsani, majusi. Adapun ayat-ayat lain yang membicarakan tentang tauhid, keimanan dan ibadah adalah penjelasan dari kedua ayat tersebut diatas.
  • 67. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari keterangan yang telah diuraian di atas dapat penulis silmpulkan sebagai berikut: 1. Tujuan penciptaan manusia, jin dan makhluk lainnya adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, hal ini sesuai dengan Al-Qur’an: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. 2. Ibadah yang kita laksanakan sehari-hari, berdasarkan bentuk dan sifatnya terbagi menjadi dua: a. Ibadah mahdloh, yakni ibadah yang murni langsung berhubungan antara hamba dengan Allah SWT. Seperti Shalat, puasa dan lain sebagainya. b. Ibadah ghairu mahdloh, yakni aktifitas ibadah yang berhubungan dengan manusia dalam bersosialisasi pada kehidupan sehari-hari. Seperti belajar, mencari nafkah, membantu orang dan lain sebagainya. 3. Surat Al-Fatihah mempunyai keistimewaan yang luar biasa, semua inti sari kandungan ayat Al-Qur’an terdapat dalam surat Al-Fatihah. Oleh sebab itu Al- Fatihah dinamakan Ummul Kitab (Induk Kitab). 4. Konsep ibadah dalam surat Al-Fatihah tercankup dalam ayat ke lima yakniiyyaka na’budu wa Iyyaka nasta’iin. Syarat dari iyyaka na’budu adalah harus ikhlas dan harus sesuai seperti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah. Sedangkan syarat dari Iyyaka nasta’iin adalah menjaga diri dan makanan dari perkara yang haram dan khusyu dalam melaksanakannya. B. Saran-saran Apa yang dipaparkan penulis diatas adalah hanya sekedar nukilan-nukilan dari beberapa buku dan kitab, serta pendapat-pendapat ulama salaf dan ulama modern 55
  • 68. ketahui tentang isinya. Ijtihad dan pamikiran para ulama sangat kita harapkan dalam mengali kandungan surat Al-Fatihah agar menjadi ilmu dan wawasan pengetahuan untuk kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga dengan pengertian-pengertian diatas akan dapat mendorong kita lebih khusyu dalam membaca surat Al-Fatihah baik dalam Shalat maupun diluar shalat, agar shalat kita dan ibadah kita dapat mencegah dari segala perbuatan keji dan mungkar. 56 yang istiqomah mengali dan memikirkan kalam Allah yang mulia. Adapun maksud dan tafsiran dari surat al-Fatihah merupakan samudera yang luas, belum diketahui dengan pasti ujung tepinya, begitu pula dalam dan luasnya, hanya sedikit yang kita