Dokumen tersebut membahas kasus Sabrina, seorang siswi yang terlambat ke sekolah dan mengenakan sepatu berwarna coklat bukan hitam sesuai peraturan. Guru Pak Lukman bersikeras menerapkan hukuman dengan tidak mengizinkan Sabrina mengenakan sepatunya seharian. Dokumen ini menanyakan sikap apa yang diambil Pak Lukman, pertanyaan apa yang akan diajukan jika berposisi sebagai manajer, serta nilai ap
Ruang Kolaborasi 1.4 Kelompok 2 (2).pdfRestuKuswara3
Contoh Ruang Kolaborasi CGP.
Pada ruang kolaborasi ini kami membahas tentang Budaya Positif yang bisa diterapkan pada siswa sesuatu dengan kasus yang dipaparkan
Kasus 4 membahas tentang Anto dan Dino yang berselisih saat bermain basket di lapangan sekolah. Mereka terlibat kontak fisik yang menimbulkan perselisihan.
Budaya Positif yang harus diterapkan di sekolah sebaiknya berdasarkan 3 konsep, yaitu Disiplin Positif, Posisi Kontrol, dan Restitusi.
Jika 3 konsep tersebut sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga ataupun sekolah, maka tidak akan ada yang tersakiti dan tidak ada yang menyakiti.
Ruang Kolaborasi 1.4 Kelompok 2 (2).pdfRestuKuswara3
Contoh Ruang Kolaborasi CGP.
Pada ruang kolaborasi ini kami membahas tentang Budaya Positif yang bisa diterapkan pada siswa sesuatu dengan kasus yang dipaparkan
Kasus 4 membahas tentang Anto dan Dino yang berselisih saat bermain basket di lapangan sekolah. Mereka terlibat kontak fisik yang menimbulkan perselisihan.
Budaya Positif yang harus diterapkan di sekolah sebaiknya berdasarkan 3 konsep, yaitu Disiplin Positif, Posisi Kontrol, dan Restitusi.
Jika 3 konsep tersebut sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga ataupun sekolah, maka tidak akan ada yang tersakiti dan tidak ada yang menyakiti.
Tugas kelompok membahas 4 kasus yang terjadi di sekolah. Kasus pertama mengenai dua siswi yang tidak fokus di kelas diganti, guru menangani dengan menanyakan kesadaran dan restitusi. Kasus kedua mengenai pelanggaran seragam ditangani dengan tegas. Kasus ketiga tentang siswa yang tidur di kelas ditangani dengan pembuat rasa bersalah. Kasus keempat berakhir dengan perkelahian dilerai kepala sekolah.
Studi kasus 4 menggambarkan insiden pertengkaran antara Anto dan Dino saat bermain basket di sekolah. Dino menjadi emosi dan menarik paksa kemeja Anto hingga copot 3 kancingnya. Kepala sekolah Ibu Suti berusaha menenangkan keduanya dengan menanyakan perspektif masing-masing serta solusi perbaikan masalah sesuai keyakinan sekolah.
PPT RUKOL MODUL 1.4. NILAI POSITIF KELOMPOK 1.pdfAdeIrma538422
Ibu Dani mengambil posisi pembuat merasa bersalah dalam menangani Fajar yang sering acuh tak acuh dan tidak memperhatikan pelajaran. Fajar membutuhkan kasih sayang dan kebebasan. Jika menjadi pemantau, Ibu Dani akan mengarahkan Fajar berdasarkan peraturan dan konsekuensinya dengan ekspresi datar dan formal.
Kasus ini menceritakan tentang pertengkaran antara Dino dan Anto di lapangan basket yang berujung pada kontak fisik dimana Dino menarik kemeja Anto hingga 3 kancingnya lepas. Ibu Suti selaku kepala sekolah menyelesaikan masalah ini dengan menggunakan metode restitusi dengan bertanya tentang keyakinan sekolah, meminta Dino memperbaiki kesalahannya, dan akhirnya Dino setuju untuk memperbaiki kemeja Anto dengan
Ruang Kolaborasi Modul 1.4 Kelompok 2-1.pdfIwanHartaji2
Ibu Suti mengambil posisi manajer dalam menangani kasus pertengkaran antara Dino dan Anto. Ia menenangkan Dino, menanyakan keyakinan sekolah, dan meminta Dino memperbaiki kesalahannya dengan belajar menjahit untuk memperbaiki kemeja Anto. Hal ini membuat kedua siswa kembali berbaikan.
Dalam dokumen tersebut, Kepala Sekolah Ibu Suti menyelesaikan pertengkaran antara dua siswa, Dino dan Anto, dengan pendekatan restitusi. Ibu Suti membantu Dino mengakui kesalahannya dan memperbaiki kerusakan yang ditimbulkannya dengan belajar menjahit untuk mengganti kancing kemeja Anto yang copot. Pendekatan ini membantu kedua siswa berdamai dan belajar dari kesalahan masing-masing.
Tugas kelompok membahas 4 kasus yang terjadi di sekolah. Kasus pertama mengenai dua siswi yang tidak fokus di kelas diganti, guru menangani dengan menanyakan kesadaran dan restitusi. Kasus kedua mengenai pelanggaran seragam ditangani dengan tegas. Kasus ketiga tentang siswa yang tidur di kelas ditangani dengan pembuat rasa bersalah. Kasus keempat berakhir dengan perkelahian dilerai kepala sekolah.
Studi kasus 4 menggambarkan insiden pertengkaran antara Anto dan Dino saat bermain basket di sekolah. Dino menjadi emosi dan menarik paksa kemeja Anto hingga copot 3 kancingnya. Kepala sekolah Ibu Suti berusaha menenangkan keduanya dengan menanyakan perspektif masing-masing serta solusi perbaikan masalah sesuai keyakinan sekolah.
PPT RUKOL MODUL 1.4. NILAI POSITIF KELOMPOK 1.pdfAdeIrma538422
Ibu Dani mengambil posisi pembuat merasa bersalah dalam menangani Fajar yang sering acuh tak acuh dan tidak memperhatikan pelajaran. Fajar membutuhkan kasih sayang dan kebebasan. Jika menjadi pemantau, Ibu Dani akan mengarahkan Fajar berdasarkan peraturan dan konsekuensinya dengan ekspresi datar dan formal.
Kasus ini menceritakan tentang pertengkaran antara Dino dan Anto di lapangan basket yang berujung pada kontak fisik dimana Dino menarik kemeja Anto hingga 3 kancingnya lepas. Ibu Suti selaku kepala sekolah menyelesaikan masalah ini dengan menggunakan metode restitusi dengan bertanya tentang keyakinan sekolah, meminta Dino memperbaiki kesalahannya, dan akhirnya Dino setuju untuk memperbaiki kemeja Anto dengan
Ruang Kolaborasi Modul 1.4 Kelompok 2-1.pdfIwanHartaji2
Ibu Suti mengambil posisi manajer dalam menangani kasus pertengkaran antara Dino dan Anto. Ia menenangkan Dino, menanyakan keyakinan sekolah, dan meminta Dino memperbaiki kesalahannya dengan belajar menjahit untuk memperbaiki kemeja Anto. Hal ini membuat kedua siswa kembali berbaikan.
Dalam dokumen tersebut, Kepala Sekolah Ibu Suti menyelesaikan pertengkaran antara dua siswa, Dino dan Anto, dengan pendekatan restitusi. Ibu Suti membantu Dino mengakui kesalahannya dan memperbaiki kerusakan yang ditimbulkannya dengan belajar menjahit untuk mengganti kancing kemeja Anto yang copot. Pendekatan ini membantu kedua siswa berdamai dan belajar dari kesalahan masing-masing.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
3. Sabrina hari itu bangun terlambat, dan terburu-buru sampai di
sekolah. Dia pun akhirnya sampai di gerbang sekolah, tapi baru
menyadari kalau tidak menggunakan sepatu hitam seperti
tertera di peraturan sekolah. Di depan pintu kelas, Bapak
Lukman memperhatikan sepatu Sabrina yang berwarna coklat.
Sabrina berusaha menjelaskan bahwa dia terburu-buru dan
salah mengenakan sepatu.
KASUS 2
4. Pak Lukman menanyakan Sabrina, apa peraturan sekolah
tentang seragam warna sepatu. Sabrina menjawab sudah
mengetahui sepatu harus berwarna hitam, namun terburu-buru
dan salah mengenakan sepatu, selain tidak mungkin kembali
pulang karena rumahnya jauh sekali. Pak Lukman tetap
bersikeras pada peraturan yang berlaku dan mengatakan, “Ya
sudah, kamu sudah melanggar peraturan sekolah. Kamu salah.
Sudah terlambat, salah pula warna sepatunya. Segera buka
sepatumu kalau tidak bisa mengenakan warna sepatu sesuai
peraturan”.
KASUS 2
5. Sabrina meminta maaf dan memohon kembali kepada pak
Lukman agar tetap dapat mengenakan sepatunya dan berjanji
tidak akan mengulang kesalahannya. Namun pak Lukman tidak
mau tahu, “Tidak, kamu telah melanggar peraturan sekolah,
kalau tidak sanggup ambil sepatu di rumah atau diantarkan
sepatu ke sekolah, ya sudah kamu tidak bersepatu saja seharian
di sekolah. Sekarang copot sepatumu dan silakan belajar tanpa
sepatu seharian.” Sabrina pun dengan berat hati mencopot
sepatunya dan memberikannya kepada pak Lukman. Seharian
dia tidak berani berkeliling sekolah karena malu, dan lebih
banyak berdiam diri di kelas tanpa alas sepatu.
KASUS 2
6. PERTANYAAN 1
DALAM KASUS DI ATAS, SIKAP POSISI
APAKAH YANG DIAMBIL OLEH BAPAK
LUKMAN? JELASKAN, APAKAH
INDIKATORNYA?
7. 1. POSISI KONTROL SEBAGAI PENGHUKUM . INDIKATORNYA YAITU PAK
LUKMAN MEMBERIKAN HUKUMAN BERUPA TIDAK MEMAKAI SEPATU
SELAMA SEHARIAN DI SEKOLAH
2. Posisi sebagai pemantau,
indikatornya :
A.Pak Lukman bersikeras menerapkan peraturan tanpa
menerima alasan apapun.
B.Dari perkataan yang diucapkan oleh Pak Lukman :
• apa peraturan sekolah tentang seragam warna sepatu
• kamu sudah melanggar peraturan sekolah. Kamu salah,
• Segera buka sepatumu kalau tidak bisa mengenakan warna sepatu
sesuai peraturan.
8. PERTANYAAN 2
BILA BAPAK LUKMAN MENGAMBIL
POSISI SEORANG MANAJER, APA YANG
AKAN DIKATAKANNYA, PERTANYAAN-
PERTANYAAN SEPERTI APAKAH YANG
AKAN DIAJUKAN KE SABRINA?
JELASKAN.
9. 1. POSISI SEBAGAI MANAJER
• “Sabrina, apakah kamu mengetahui penggunaan warna sepatu
sesuai peraturan sekolah?”
• Ya, jadi kamu memakai warna sepatu yang tidak sesuai. Apakah
Sabrina mengetahui keyakinan kelas yang sudah disepakati?
• Kira-kira, bagaimana kamu akan memperbaiki kesalahan ini?
• Bersediakah kamu memperbaikinya?
• Siapakah di rumah yang bisa membantumu untuk mengingatkan
seragam sekolahmu?
10. PERTANYAAN 3
KIRA-KIRA BILA ANDA ADALAH KEPALA
SEKOLAH DI SEKOLAH TERSEBUT
• NILAI-NILAI KEBAJIKAN YANG INGIN
DITUJU OLEH PERATURAN HARUS
BERWARNA HITAM?
• BAGAIMANA ANDA MENYIKAPI
LANGKAH YANG DIAMBIL PAK LUKMAN
MENGENAI KASUS TERSEBUT?
11. • NILAI-NILAI KEBAJIKAN APA YANG INGIN DITUJU
OLEH PERATURAN HARUS BERWARNA HITAM?
Nilai kebersamaan untuk semua murid, Disiplin,
kemandirian dan tanggungjawab
12. 2. BAGAIMANA ANDA MENYIKAPI LANGKAH YANG DIAMBIL PAK LUKMAN MENGENAI
KASUS TERSEBUT?
:
1.Pak Lukman menangani masalah ini sebagai penghukum yang bersifat keras dan
kaku. Tentu hal ini menimbulkan kekecewaan karena murid sudah menjelaskan
alasannya dan ini kemungkinanan akan selalu terekam dalam ingatan murid yang
akan berpengaruh terhadap mental murid. Hal yang seharusnya dilakukan oleh Pak
Lukman adalah menerima penjelasan dan memberikan konsekuensi yang positif
2.Langkah-langkah yang diambil oleh Pak Lukman sudah mencerminkan perilaku
positif namun belum menerapkan posisi kontrol sebagai pemantau masih
menumbuhkan motivasi ekstriksik peserta didik, alangkah lebih baik lagi jika Pak
Lukman berada pada posisi manajer sehingga menumbuhkan motivasi intrinsik. Posisi
kontrol manajer akan membantu peserta didik mencapai pemahaman yang lebih baik
tentang diri mereka sendiri dan tumbuh sebagai individu yang lebih kokoh dan percaya
diri
13. REFLEKSI
SIKAP PAK LUKMAN BELUM MENERAPKAN POSISI
KONTROL SEBAGAI MANAGER DAN BELUM SAMA
SEKALI MENERAPKAN SEGITIGA RESTITUSI. OLEH
KARENA ITU PAK LUKMAN HARUS MEREFLEKSI
TINDAKAN YANG SUDAH DILAKUKAN, SUPAYA
KEDEPANNYA BISA MENGATASI MASALAH DENGAN
BUDAYA POSITIF