2. Kasih persaudaraan (Ibrani 13:1-3, 15-16)
Amoralitas dan ketamakan (Ibrani 13:4-6)
Para pemimpin (Ibrani 13:7, 17-18)
Ajaran sesat (Ibrani 13:8-10)
Jalan yang harus diikuti (Ibrani 13:11-14)
Paulus mengakhiri khotbahnya dengan memberikan beberapa
nasihat tentang kehidupan Kristen sehari-hari.
Bagaimana seharusnya kita bersikap setiap hari saat pandangan
kita tertuju pada Yesus? Sikap apa yang harus kita hindari, dan
sikap mana yang harus kita pelajari?
Paulus mendorong kita untuk mulai mempersiapkan kehidupan
kekal hari ini, “Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal
yang tetap; kita mencari kota yang akan datang.” (Ibrani 13:14)
3. Bagaimana kasih persaudaraan dapat dipraktekkan?
Paulus membagikan tiga contoh praktis:
Memberi tumpangan (ay 2)
•Ini melibatkan berbagi apa yang kita miliki dengan orang lain.
Tidak hanya dengan orang yang kita kenal, tetapi juga dengan
orang asing. Paulus mengingatkan kita bahwa Abraham dan
Lot menjamu makan para malaikat.
Dengan mengingat para tawanan dan orang-orang yang dianiaya (ay 3)
•Mengidentifikasi diri kita dengan mereka, berdoa untuk
mereka, dan menawarkan dukungan fisik dan emosional.
Dengan berbuat baik dan saling tolong menolong (ay 16)
•Mengasihi satu sama lain berarti memperlakukan orang lain
sebagaimana kita ingin diperlakukan.
4. Ada dua masalah serius yang mengancam kasih
persaudaraan: amoralitas dan ketamakan [“yang
sama dengan penyembahan berhala” (Kol 3:5)].
Seks di luar nikah menghancurkan rasa saling
percaya dan menghancurkan hubungan keluarga.
Masyarakat kita mungkin menerima jenis
hubungan yang dikutuk oleh Alkitab, tetapi kita
harus ingat bahwa “orang-orang sundal dan
pezinah akan dihakimi Allah.” (Ibr 13:4)
Ketamakan juga merusak rasa saling percaya,
karena orang kikir hanya mencari kebaikannya
sendiri dan tidak mempedulikan orang lain.
Mereka melanggar “aturan emas” (Matius 7:12).
5. “Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah
menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir
hidup mereka dan contohlah iman mereka.” (Ibrani 13:7)
Paulus mendorong kita untuk meniru para pemimpin yang membagikan
Firman Tuhan kepada kita. Tidak hanya meniru mereka, tetapi juga
menaati mereka (ay 17a).
Mereka adalah wakil gembala bagi “Gembala
Agung segala domba” (ay 20). Mereka
memperhatikan kesehatan setiap anggota dan
meniru Yesus dalam segala hal.
Sukacita terpancar dari kepedulian dan kesetiaan
para pemimpin yang dipadukan dengan
keteladanan dan ketaatan jemaat (ay 17b).
Sukacita ini mencerminkan sukacita para gembala karena
mereka diterima oleh jemaat, dan sukacita mereka
membawa jemaat mereka ke hadapan Tuhan.
6. AJARAN
SESAT
“Janganlah kamu disesatkan oleh berbagai-bagai ajaran asing. Sebab
yang baik ialah, bahwa hati kamu diperkuat dengan kasih karunia dan
bukan dengan pelbagai makanan yang tidak memberi faedah kepada
mereka yang menuruti aturan-aturan makanan macam itu.” (Ibrani 13:9)
Meneguhkan hati dengan kasih karunia, bukan
dengan makanan? Bagaimana makanan bisa
berhubungan dengan kasih karunia?
Paulus menyebutkan mezbah dan Kemah Suci.
Tampaknya mereka masih percaya pada keselamatan
melalui upacara itu (Ibr 13:10).
Satu-satunya cara untuk diselamatkan adalah oleh
kasih karunia Allah melalui pengorbanan Yesus. Apa
pun yang kita coba tambahkan ke dalam kasih karunia
Allah hanyalah “makanan yang tidak memberi faedah”
dan bertentangan dengan Injil.
Orang Ibrani cenderung mencari kerajaan Allah
melalui ritual yang melibatkan makan dan minum
pada saat-saat tertentu atau dengan cara yang
khusus (Mrk 7:3; Rm 14:17).
7. “Karena itu marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung
kehinaan-Nya.” (Ibrani 13:13)
Segala sesuatu yang kotor, tidak bermoral, atau
tercela harus dibuang dari perkemahan. Misalnya,
sisa dari beberapa korban (Ibr 13:11); sampah
organik (Ulangan 23:13); penderita kusta dan najis
(Bilangan 5:2-3); penghujat (Im 24:14).
Dilempar keluar dari perkemahan itu memalukan.
Yesus mengambil rasa malu itu pada diriNya
dengan disalibkan di luar perkemahan (Ibr 13:12).
Paulus mengingatkan kita bahwa jalan kepada
Tuhan adalah jalan penderitaan dan rasa malu,
seperti yang Yesus katakan dalam Matius 16:24.
Dengan berjalan di jalan ini, kita meninggalkan
perkemahan yang rusak dan berjalan menuju
“kota yang akan datang” (Ibr 13:14).
8. “Persatuan antara Kristus dan umat-Nya haruslah
hidup, benar, dan tidak pernah gagal, menyerupai
persatuan yang ada antara Bapa dan Anak. Persatuan ini
adalah buah dari berdiamnya Roh Kudus. Semua anak
Allah yang sejati akan menyatakan kepada dunia
persatuan mereka dengan Kristus dan dengan saudara-
saudara mereka. Mereka yang di dalam hatinya Kristus
tinggal akan menghasilkan buah kasih persaudaraan.
Mereka akan menyadari bahwa sebagai anggota
keluarga Allah, mereka berjanji untuk memupuk,
menghargai, dan melestarikan kasih dan persekutuan
Kristen, dalam roh, perkataan, dan tindakan.”
E. G. W. (Sons and Daughters of God, October 13)