SlideShare a Scribd company logo
1 of 118
Page 1 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Plastik dan Sampah:
Pantauan bulan Desember 2021
Oleh: Riza V. Tjahjadi
Iklan semakin banyak, maka ngeklik baca satu (1) berita bisa berulangkali
Akan kecewa jika di akhir tahun 2021 mengharap ada data
yang lengkap tentang sampah plastik maupun daur ulangnya.
Tapi terhiburlah ada sepercik info dan data dari kancah daur ulang.
Bank sampah apa kabar kontribusi kalian?
Ooppsss… pengusaha AMDK akan punah? Pemerintah plin-plan?
·
Sekadar Info
Mengapa ada E-Waste?
Populasi pengguna peralatan AC, TV, computer, telephone, printer, dll.
Yang semakin meningkat. 1 orang sekarang bisa menggunakan lebih dari
1 pesawat telpon, laptop, tablet, televisi, kulkas, A/V di mobil, headset,
charger, dll.
Tantangan Umum
Polusi terhadap lingkungan, khususnya Polutan Organik yang Persisten
(POP) dan POP yang tidak disengaja terjadi atau terbentuk (UPOPs)
semakin menjadi ancaman yang tidak kelihatan bagi para pengambil
keputusan.
Circular Economy (Ekonomi Berputar) terhadap kegiatan daur ulang dan
pembuangan masih merupakan konsep yang baru bagi para pengambil
keputusan.
Tidak mudah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah disepakati di
tingkat global, contohnya adalah Perlindungan Lapisan Ozon yang
melibatkan perusahaan-perusahaan produsen AC dan refrigerasi skala
kecil dan menengah. Tidak banyak orang – terutama para pengambil
keputusan – yang faham terhadap teknologi rendah emisi ODS (BPO) dan
rendah emisi GWP (GRK).
Page 2 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Kandungan B3 dalam E-Waste
E-waste mengandung beberapa bahan kimia (B3), seperti:
Mercury (Hg),
Lead (Pb),
Chromium (Cr),
Cadmium (Cd), untuk chip resistor dan semi konduktor jika terisap bersifat
iritatif. Dalam jangka waktu lama menimbulkan efek keracunan, gangguan
pada sistem organ dalam tubuh manusia dan hewan.
Arsenic (Ar), sebagai bahan pembuat transistor, menimbulkan gangguan
metabolisme di dalam tubuh manusia dan hewan, mengakibatkan
keracunan bahkan kematian.
PBDEs (Poly Bromo Diphenyl Eters) sebagai bahan pelambat nyala
(flame retardant) pada produk elektronik yang bersifat persisten di
lingkungan, mudah terakumulasi dalam jaringan lemak manusia dan
hewan. Mengganggu sistem hormon, bersifat karsinogenik, menurunkan
kecerdasan anak.
Komponen telepon genggam
Telepon genggam umumnya terdiri dari:
40% plastik,
32% logam non-besi,
20% kaca dan keramik,
3% logam besi, dan
5% bahan lainnya.
Sekitar 40 elemen yang mungkin ada termasuk logam dasar seperti
tembaga (Cu) dan timah (Sn); logam khusus seperti cobalt (Co), indium
(In) dan antimony (Sb); dan logam-logam golongan mulia seperti perak
(Ag), paladium (Pd) dan emas (Au).
Kandungan logam pada telepon genggam
Untuk setiap ton telepon genggam (tidak termasuk baterai) setara dengan:
30 kg Besi,
160 kg Tembaga,
3,5 kg perak,
0,34 kg emas,
0,04 kg paladium, dan
Unsur-unsur lain yang menjadi perhatian untuk manajemen lingkungan,
seperti bromin, timbal, kromium dan arsen, biasanya ditemukan dalam
jumlah kurang dari 1% konten.
Referensi UNDP:
Stockholm Convention on Persistent Organic Pollutants (POPs)
Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of
Hazardous Wastes and Their Disposal
Page 3 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Rotterdam Convention on the Prior Informed Consent Procedure for
Certain Hazardous Chemicals and Pesticides in International Trade
Minamata Convention on Mercury
The Strategic Approach to Integrated Chemicals Management (SAICM)
Montreal Protocol on Substances that Deplete the Ozone Layer (Protokol
yang mengacu pada Vienna Convention for the Protection of the Ozone
Layer)
United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC)
Sumber: Penanganan Limbah Elektronik (E-Waste) sebagai Bahan Baku
Industri Daur Ulang dan untuk Mencegah Pencemaran Lingkungan.
UNDP. Kamis, 29 November 2018
Ilustrasi
Keran air minum publik di Jakarta
24 November 2021
Saat ini 43 unit sudah terpasang di berbagai titik di ibukota dan saat ini
sedang dipasang 31 unit lagi. Tujuannya agar warga dapat menemukan air
bersih untuk diminum tetapi juga untuk mengurangi pemakaian botol
plastik sekali pakai.
Berita TvOne 24 November 2021 silam
.
Page 4 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Petenis Maria Sharapova Pakai Dress
dari Botol Plastik, Dibuat 800 Jam
Kiki Oktaviani - Wolipop
Rabu, 01 Des 2021 08:00 WIB
London - Maria Sharapova, sang petenis cantik dan juga stylish baru-baru
menghadiri acara British Fashion Awards yang digelar di London, Inggris.
Ada fakta unik dari dress yang dikenakannya.
Material busana yang digunakan Maria adalah dari botol plastik.
Pembuatannya pun memakan waktu yang cukup lama. Di Twitternya,
Maria mengungkapkan bahwa dress yang dikenakannya dibuat selama
800 jam dengan 75% material dari botol Evian.
Maria Sharapova Foto: dok. Twitter
Kolaborasi tersebut menghasilkan karya high
fashion dengan tampilan tiga dimensi. Penampilan
Maria pun seketika tampak glamour sekaligus unik
Dress sustainable-nya tersebut
bernama Mimesis yang dibuat hasil
dari kolaborasi antara desainer Iris
van Herpen dengan perusahaan air
minum Evian. Dress mini berwarna
campuran putih dan biru tersebut
dirancang dengan kain yang terbuat
dari botol Evian daur ulang dan
sutra organik.
"Kolaborasi dengan dengan Evian
menjadi pengalaman terbaik karena
kami berbagi karya berkelanjutan
dan bersemangat untuk mengurangi
dampak untuk planet," ungkap Iris.
"Mendesain dress couture dengan material yang dibuat dari botol Evian
telah memaksa kami untuk membuat kain keren yang tujuannya untuk
Page 5 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
menginspirasi dan mendorong orang untuk melakukan daur ulang plastik,"
tambah Iris.
Sang desainer juga berharap dengan hadirnya dress ini akan menambah
perspektif bahwa dengan daur ulang maka suatu benda bisa berubah
menjadi wujud lain. Dalam pesannya menunjukkan bahwa semua orang
bisa membuat sesuatu yang kreatif dengan benda daur ulang.
Gaun tersebut dirancang melalui teknik laser-cut dengan pola segitiga.
Potongan berlapis dengan warna biru muda lembut meniru pola
gelombang air.
(kik/kik)
MARIA SHARAPOVA GAYA MARIA SHARAPOVA BRITISH FASHION AWARDS
Copyright @ 2021 detikcom, All right reserved
Baca artikel wolipop, "Petenis Maria Sharapova Pakai Dress dari Botol Plastik, Dibuat
800 Jam" selengkapnya https://wolipop.detik.com/fashion-news/d-
5834674/petenis-maria-sharapova-pakai-dress-dari-botol-plastik-dibuat-
800-jam.
Tong sampah jadi ajang media corat-coret berpolitik praktis
2 Desember 2021
Page 6 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
10 Tahun Konsisten Kumpulkan Sampah
4 Desember 2021oleh
PEDULI LINGKUNGAN. Aktivitas Pemuda Ramah Lingkungan Tegalgubug (PRLT)
saat memungut sampah disetiap Kamis Sore.
RAKYATCIREBON.ID – Persoalan sampah di Kabupaten Cirebon ini akut.
Tak pernah tuntas. Berbagai program prioritas penanganan sampah pun
dilakukan. Termasuk pengadaan Tempat Pembaungan Akhir Sampah
(TPAS).
Tapi, tak pernah terealisasi. Di balik keruwetan itu, ada gerakan pemuda.
Mengatas namakan Pemuda Ramah Lingkungan (Perali) Tegalgubug.
Gerakannya baru di satu blok. Yakni Blok Baitul Hikmah. Tapi, mereka
konsisten mengumpulkan sampah dari warga. Bahkan, sudah berlangsung
cukup lama. Hingga 10 tahun lamanya.
Sekretaris Perali Tegalgubug, Ahmad Khozin menyatakan, selama kurun
waktu 10 tahun itu, kegiatannya dinilai sederhana. Namun bermakna. ―Kita
menyebarkan karung ke rumah-rumah warga. Lalu setiap minggu tepatnya
Kamis sore, kita mengambil karung tersebut. Warga sudah mengisinya
dengan sampah,‖ katanya, Jumat (3/12).
Sampah yang dikumpulkan warga itu jenisnya beragam. Baik sampah
kering maupun sampah basah. Semua ditampung. Sampah yang bisa
didaur ulang, dipisahkan. Seperti botol plastik, bekas kardus, kertas dan
lainnya.
―Kalau sudah terkumpul, kita menyortir sesuai jenisnya,‖ kata dia.
Nantinya, sampah-sampah itu tidak dibiarkan begitu saja. Tapi dijual.
Pastinya berdaya guna dan menghasilkan. Bagi kebanyakan orang,
sampah dianggap sebagai sumber masalah serius. Tapi, disatu sisi,
banyak juga masyarakat yang berprilaku buruk mengenai sampah. Semua
itu, kata Khozim lantaran kurangnya kesadaran masyarakat. Akhirnya
banyak yang membuang sampah sembarangan.
―Padahal, sampah itu, adalah emas yang tercecer,‖ katanya.
Bahaya membuang sampah sembarangan, efeknya tidak hanya diterima si
pembuang saja.
―Kan kalau banjir tidak ke satu orang. Atau yang membuang sampah
sembarangan saja. Tapi semuanya kena dampaknya,‖ kata dia.
Sampah itu lanjutnya, bisa dimanfaatkan. Bahkan bisa menjadi ladang
usaha menjanjikan. Caranya, dengan mendaur ulang. Ketika dijual, tentu
Page 7 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
menghasilkan. Perali belum sampai sejauh itu. Mereka hanya memilah dan
menjual ketika sampah itu, bernilai.
―Dan dari penjualan ini uangnya digunakan untuk kegiatan sosial.
Merayakan hari besar nasional dan hari besar Islam. Uangnya ita
kumpulkan. Dan pada saat ingin melaksanakan acara, tidak harus
memungut kepada warga. Untuk kami, hanya menyisihkan buat makan
saja,‖ terangnya.
Gerakan Perali ini, kata Khozin tidak semuanya mulus. Tetap mengalami
hambatan. Ia bersama 20 pemuda lainnya, pernah mengalami cibiran
warga. Dianggap, hanya gebrakan sambel. Hanya rame diawal-awal saja.
Tapi kini, usia 10 tahun sudah membuktikan, Perali masih konsisten.
―Kedepan, kami ingin memanfaatkan sampah basah. Untuk bisa
menghasilkan maggot. Masih dicari formulasinya,‖ tegasnya.
Terpisah, Pembina Perali Tegalgubug, Ahmad Fawaz menjelaskan,
gerakan pemuda di bloknya itu, merupakan sedikit ikhtiar untuk
penanganan sampah. Dengan memilah sampah plastik ke rumah-rumah
warga. Ia pun berharap, kegiatan tersebut, bisa diterapkan oleh kuwu
terpilih Desa Tegalgubug.
―Kami harapkan kuwu terpilih ini bisa mengaplikasikan kegiatan ini di blok
lainnya,‖ kata Fawaz.
Menurutnya, sampah plastik dan kertas menjadi sumber utama sampah.
Jumlahnya cukup banyak. Bisa mencapai 37 persen dari total sampah.
Artinya, ketika dikelola, tidak hanya menjadikan lingkungan terbebas
sampah, tapi sekaligus ada incam yang bisa dimanfaatkan.
―Semoga kegiatan ini bisa terus konsisten. Agar manfaatnya bisa terus
dirasakan masyarakat. Dan bisa menginspirasi masyarakat maupun blok
Tegalgubug lainnya,‖ pungkasnya. (zen)
Ditag Kumpulkan Sampah Pemuda Ramah Lingkungan sampah TPAS
Posting Terkait
Kota Cirebon Pilot Project Pengelolaan Sampah Berbasis Kesetaraan Gender
Sampah dan Kerusakan Jalan Mendominasi Hasil Reses DPRD
https://rakcer.radarcirebon.com/10-tahun-konsisten-kumpulkan-sampah/
Page 8 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Bersama Juara Si Lastik dari Ciamis, Mata Mereka Berbinar
Saat Bicara Pengolahan Sampah Plastik
Sabtu, 4 Desember 2021 00:16
Penulis: Andri M Dani | Editor: Arief Permadi
TRIBUN JABAR
Nazwa Resti Agustin (kanan) dan
Lidiya Mustajab, tersenyum gembira
saat menunjukkan karya mereka di
SMAN 1 Ciamis, Jumat (3/12).
Karya tersebut menjadi juara Kreasi
Plastik Jadi Cantik (Si Lasik) yang
digelar Pusaka Naraya di Telkom
University, beberapa waktu lalu.
CIAMIS, TRIBUNJABAR.ID - Bagi Nazwa Resti Agustin (16) dan Lidiya
Mustajab (15), sampah plastik sudah seperti teman bermain. Kedua mata
mereka selalu berbinar setiap kali menceritakannya.
Bisa berjam-jam kedua siswa SMAN 1 Ciamis itu menghabiskan waktunya
untuk "bermain" dengan sampah plastik. Sampah-sampah plastik apapun
yang mereka hasilkan di rumah selalu bisa mereka ubah menjadi sesuatu
yang cantik dan fungsional.
Mulai dari yang sederhana seperti pot bunga atau sayuran hingga yang
lebih rumit seperti pernak-pernik hiasan meja, bunga-bunga plastik, wadah
lilin aroma terapi, dan sebagainya, termasuk, toples cantik dari botol plastik
bekas serta tikar dan sejadah yang indah dari bungkus bekas kopi sachet.
Dua yang terakhir ini bahkan menjadikan mereka juara lomba daur ulang
sampah Kreasi Plastik Jadi Cantik (Si Lasik), yang digagas Pusaka Naraya
dalam rangkaian acara Urban Villace 2021, Peminatan Marketing
Komunikasi Telkom University, akhir November lalu.
Toples cantik yang dibuat dan dipresentasikan Nazwa meraih juara
pertama kategori Si Terbaik, sementara tikar dari bungkus kopi sachet
bekas yang dibuat Lidiya meraih juara pertama kategori Si Gemoy.
Ditemui di skampus SMAN 1 Ciamis, Jumat (3/12) siang, Nazwa
mengatakan, karyanya yang menjadi Si Terbaik dalam lomba Si Lasik
terbuat dari botol bekas kemasan softdrink ―Big Cola‖ ukuran 3 liter.
―Di rumah memang banyak botol (Big Cola). Apalagi waktu Lebaran
kemarin, banyak yang suka,‖ ujar Nazwa.
Page 9 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Biasanya, ujar Nazwa, botol plastik bekas minuman bersoda tersebut
hanya digunakan sebagai wadah untuk menanam berbagai jenis cabai,
aneka sayuran. dan kembang di halaman rumahnya di Jalan Pelita,
Lingkungan Desa, Kelurahan Cigembor, Ciamis .
―Lama-lama kepikiran juga, kenapa enggak dibikin toples sekalian. Kan
lebih banyak manfaatnya. Tidak hanya jadi pot untuk nanam cabai rawit,
atau sayur mayur. Apalagi bekas botolnya kan cukup besar,‖ ujarnya.
Selain tak terlalu sulit, kata Nazwa, membuat toples dari botol plastik
bekas ini juga sangat mengasyikan. Pertama, botol ini digunting untuk
dibuat toples ukuran sedang. Di bagian bawahnya sebagai alas,
menggunakan bekas tutup botol, bekas tutup toples, dan serpihan kardus.
Halaman selanjutnya; Halaman 123
Sumber: Tribun Jabar
Tags: SMAN 1 Ciamis Telkom University sampah plastik Si Lasik
© 2021 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media. All Right
Reserved
https://jabar.tribunnews.com/2021/12/04/bersama-juara-si-lasik-dari-
ciamis-mata-mereka-berbinar-saat-bicara-pengolahan-sampah-plastik
Page 10 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Bank Sampah (nasional) tidak berbagi data?
Tak ada info dan data yang muncul ke publik dari Silatnas Bank Sampah
ke-2… Sayang sekali tidak berbagi kepada publik melalui media massa,
sehingga tak jelas seberapa besar kontribusi (kuantitatif) bank sampah
secara nasional dalam upaya pengendalian sampah plastik di negri ini.
Foto 5 Desember 2021
Senin, 6 Desember 2021
FOTO
Foto Udara Penampakan TPA Cipayung yang Menggunung
oleh: Fajar Januarta
6 Desember 2021 10:13 WIB
Foto udara tumpukan sampah yang menggunung di Tempat Pembuangan
Akhir (RPA) Cipayung, Jakarta, Senin 6 Desember 2021.Tiga kolam
sampah sudah penuh sampah untuk menampung sampah Kota Depok
yang rata-rata 1.000 kubik per hari. TEMPO/Subekti.
Page 11 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
https://foto.tempo.co/read/93585/foto-udara-penampakan-tpa-cipayung-
yang-menggunung
Sampah pasca rob di Pademangan capai 46 meter kubik
Senin, 6 Desember 2021 22:55 WIB
Saat rob mulai surut, kami langsung bertugas
Jakarta (ANTARA) - Sampah pasca rob di kawasan Pelabuhan Sunda
Kelapa, tepatnya di RW 08 Ancol, Pademangan, Jakarta Utara mencapai
46 meter kubik.
Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup (LH) Jakarta Utara Achmad Hariyadi
di Jakarta, Senin, mengatakan sampah-sampah tersebut dikumpulkan dan
kemudian diangkut menggunakan truk menuju tempat penampungan
sementara (TPS) Ancol.
"Saat rob mulai surut, kami langsung bertugas melakukan penyisiran
sampah-sampah," katanya.
Ia menyebut, dari lokasi paling parah di kawasan Sunda Kelapa atau
tepatnya di RW 8 berhasil dikumpulkan satu truk sampah.
Ia menambahkan, penanganan sampah pasca rob itu mendapat perhatian
khusus dari Sudin LH Jakarta Utara.
Petugas dan armada disiapkan setiap harinya di posko 1x24 jam untuk
memonitor, memantau, juga melaporkan setiap perkembangan, terutama
terkait sampah yang berpotensi menyumbat saluran air.
Sudin LH Jakarta Utara juga berkolaborasi dengan sejumlah satuan kerja
perangkat daerah, di antaranya Satuan Polisi Pamong Praja, Suku Dinas
Page 12 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Bina Marga, Suku Dinas Sumber Daya Air dan petugas Penanganan
Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) di tingkat kecamatan agar
penanganan sampah menjadi lebih cepat.
"Kolaborasi bersama PPSU dilakukan agar penanganan sampahnya lebih
cepat. Tidak saling menunggu, saat informasi diberikan, tim khusus
langsung turun ke lokasi," katanya.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Edy Sujatmiko
COPYRIGHT © ANTARA 2021
https://m.antaranews.com/berita/2568889/sampah-pasca-rob-di-
pademangan-capai-46-meter-kubik?utm_medium=mobile
A Small Bakery Is Helping Solve Leh’s
Plastic Waste Issue, A Cupcake At A Time
By Dawa Dolma in Climate Action Fellowship, Environment, ZeroSeHero
8th December, 2021
This post is part of theYKA Climate Action Fellowship, a 10-week
integrated bootcamp to work on stories that highlight the impact of climate
change on India‘s most marginalized. Click here to find out more and apply.
Rigzin Wangmo was born and raised in Shey, a suburb of Leh town. She
completed her education in tourism and hotel management and worked in
various luxurious hotels to get first-hand experience in the hospitality and
tourism industry. But, she always felt a vacuum in the quality of work and
employment in the sector.
So, she returned to her hometown and decided to follow her passion for
bakery and confectionery. She decided to open Shey bakehouse in 2020 –
one of the top bakeries in Ladakh.
Locals enjoy the savoury and delicacy of her bread, cakes, and popular for
the catering services as well.
Page 13 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
The bakery also stands out for another thing – it is the only bakery service
in Ladakh that uses biodegradable packaging. ―In terms of energy
consumption, bakeries consume efficient energy and reviewing its process
is crucial steps toward the green initiative. This isn‘t possible for young
startups but adopting eco-friendly packing is feasible, so I took my first step
towards improving sustainability in Ladakh‘s baking industry,‖ Wangmo told
Youth Ki Awaaz.
The idea of using eco-friendly packaging arose when she came across
biodegradable wrappers in hotels. Her curiosity grew and she started
researching alternative packaging. She discovered that compostable
packaging material is made from cornstarch which is easily compostable,
even if it‘s a bit more expensive than regular plastic made of polystyrene. ―I
didn‘t hesitate to spend more money on the packaging that saves nature
and procure it all the way from Uttar Pradesh,‖ adds Rigzin.
Even though there are plenty of budding entrepreneurs in Ladakh
especially promoting local products, very few are concerned about the
environmental ills of using single-use plastic. According to reports, more
than 50,000 plastic bottle waste weighing nearly 16 tonnes is generated
per day during the tourist season in Leh.
Also read: Meet Sunil Harsana, The Activist On A Mission To Protect One
Of NCR‘s Last Green Forest
Wangmo finds it‘s a matter of deep concern that the bakery industry, the
noodle makers, the chips manufacturers, and the like use only plastic for
packaging. ―The mass wholesaler and wholesale dealers in Ladakh will
never revere our environment, we locals have to be responsible for our
ecosystem,‖ she says.
The garbage mountains of Bombgarh and Skarmpari record the number of
waste people of Leh produce.
Page 14 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
This single-used plastic has an adverse impact not only on humans but
also on domestic animals. Locals say rising cases of cows dying from
consuming plastic waste is common in Leh. ―Every individual bears the
responsibility whether a consumer, producer, manufacturer, or
policymaker. Each one of us can make a contribution, no contribution is
small or great,‖ she says.
She has always been a climate enthusiast and her great grandfather is the
greatest source of inspiration. He is 93 years old who taught her to live a
sustainable and eco-friendly mode of living.
Shey bakehouse saves 4.5 lakhs of single used plastic every year yet
faces major challenges in adopting biodegradable packaging.
The substitution to plastic is a tricky affair because of the material
(cornstarch) being compostable and hence not being able to hold moisture
for too long especially when exposed to heat. In order to not compromise
the quality, in summer they use twice the amount of packaging to maintain
the required temperature. ―It might be time-consuming but we will never
negotiate on the quality,‖ says Rigzin.
Also read: Most People Don’t Know Where Their Trash Goes. I Followed Mine And This
Is What I Found
―Despite the challenges, the people in positions, particularly in government,
should encourage responsible entrepreneurs by giving subsidies in utility
costs or procurement of local resources,‖ she says.
Under the directive of Ama Tsogpa, Leh (Mothers Association) has banned
plastic bags for the last few years. They have been substituted with non-
woven grocery bags made of polypropylene.
―But the implementation of law or banning of certain items won‘t work at all
– the need to understand the phenomenon of climate change and its
impact as it unfolded in Ladakh is extremely crucial,‖Wangmo feels.
Solid waste lying at a large dumpsite, Bomgard, near Leh town. Photo: Athar Parvaiz,
Scroll. in
For instance, the distinctive habit of not sorting waste is the biggest
challenge around the present waste cycle in Ladakh.
Wangmo along with like-minded friends has initiated a tree plantation drive
called ‗Orchid in Desert.‘ She calls it a little investment towards mother
nature. So far, they have planted 389 apple and apricot trees in the desert
land of Shey. The idea is to expand greenery in the barren lands of
Ladakh, to empower people to reduce their carbon footprint and promote
sustainable living.
Page 15 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
―Sustainability has become a posh word in today‘s world, the myth that
only the well-off people can have a sustainable life. We need to debunk
such myths. For me, sustainability is about sourcing local ingredients,
empowering local farmers, and making sure that they don‘t lose interest in
farming,‖ she says.
Being a responsible entrepreneur entails more work with more
responsibility, she adds, ―I feel the need for not only making a living but
also being benign towards our environment,‖ she asserts. The punishing
terrain, barren land, and hypoxic atmosphere have made Ladakh one of
the most vulnerable areas on the planet to be hit by climate change.
An increase in purchasing power among locals through burgeoning tourists
has created better job opportunities and established more hospitality
businesses. Along with the booming tourism industry, locals have adapted
the so-called modern lifestyle that drastically changed Leh‘s natural terrain
within a short span of time. Whether it is acute water shortage, vehicular
pollution, or waste management – there is no miraculous solution until we
change our behaviour and choice, Wangmo feels.
Follow Dawa Dolma to keep up with their posts on Youth Ki Awaaz
Dawa Dolma
0 Following | 0 Followers
https://www.youthkiawaaz.com/2021/12/bakery-shey-bakehouse-solving-
leh-plastic-waste-issue-ladakh-climate/
Page 16 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Benarkah, atau Persaingan Dagang?
Cuitan di Twitter 6 Desember 2021
Tidak ada uraian tetapi ada manfaatnya dua foto itu untuk memberi
sepercik info adanya kesadaran pembuat status cuitan kepada publik
mengenai issu galon plastik sekali pakai.
Bisnis Kreatif, di Kota Selatpanjang
Sudah Ada Layanan Jemput Sampah
Kamis, 09/12/2021 | 12:41
Penggagas layanan angkut sampah, dr Bobby Raemi dan sahabatnya
Wira Agustria saat berkoordinasi dengan pihak Dinas Lingkungan Hidup
(DLH) Kepulauan Meranti
SELATPANJANG - Bukannya tidak terangkut atau terkelola dengan baik,
namun untuk membantu pemerintah dan meringankan tugas pasukan
kuning (sebutan untuk tukang sampah) kini di Kota Selatpanjang,
Kabupaten Kepulauan Meranti hadir jasa pengambilan sampah langsung
dari rumah ke rumah.
Kehadiran jasa pengambilan sampah yang bernama 'Ambik' ini pun
disambut baik pelayanannya. Ide cemerlang dari usaha kreatif ini datang
dari seorang yang berprofesi sebagai dokter umum di tempat prakteknya
yakni dr Bobby Raemi dan sahabatnya Wira Agustria.
Kondisi itu setelah ia melihat di beberapa titik persimpangan jalan dan
Page 17 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
lingkungan perumahan yang notabene sulit dijangkau oleh armada
pengangkut sampah yang pada akhirnya sering menumpuk dan
menimbulkan bau tidak sedap. Hal itulah yang menggugah keinginan
dokter muda itu untuk mencoba memberikan solusi dengan memberikan
layanan untuk menyelesaikan permasalah yang kerap terjadi di perkotaan
tersebut dengan membuka layanan jasa pengambilan sampah.
"Kami Menyediakan alat transportasi untuk mengambil sampah dari rumah
ke rumah dan setelah itu sampah tersebut akan kami antar ke TPS di
Gogok. Melalui layanan angkut sampah ini, para pemilik rumah tidak perlu
lagi khawatir akan sampah-sampah yang kerap kali menumpuk, karena
belum diangkut oleh para petugas sampah atau memang belum terjangkau
angkutan sampah," kata Wira Agustria, Rabu (8/12/2021).
"Ide ini muncul dan termotivasi dari banyaknya sampah yang membludak
di jalan. Jadi saya dan dokter Bobby berinisiatif untuk membantu pemda
dalam penjemputan sampah agar sampah tidak diserakkan di jalan.
Mohon doanya agar masyarakat kita tetap membuang sampah pada
tempatnya," kata Wira lagi.
Untuk terhubung dengan para pelanggannya, saat ini jasa angkutan
sampah ini masih mengandalkan aplikasi chatting WhatsApp dan
kedepannya sedang diupayakan untuk menggunakan aplikasi tersendiri.
"Saat ini aplikasi dan surat izin dalam proses, kami saat ini masih
mengunakan WhatsApp atau telepon untuk alat komunikasi ke
pelanggan," ujar Wira.
Selain memberikan solusi masalah persampahan, ia juga ingin agar
melalui usaha rintisan nya itu juga bisa mengatasi persoalan lainnya yakni
pengangguran.
"Di samping itu kami juga membuka lapangan pekerjaan dan saat ini
sudah ada empat orang tenaga yang kami libatkan untuk bekerja di
layanan pengangkutan sampah ini," ujarnya lagi.
Model bisnis jasa angkutan yang baru diperkenalkan ini sudah mempunyai
lebih dari 20 pelanggan yang banyak terdiri dari rumah tangga yang minta
diambil sampahnya melalui jasa Ambik ini.
"Alhamdulilah saat ini sudah ada 24 rumah yang terdaftar sebagai
pelanggan jasa angkutan sampah," ungkapnya.
Asal tahu saja, jasa angkut sampah ini mematok tarif yang bervariatif
tergantung berapa hari sekali dalam seminggu sampah itu akan dijemput,
sementara berat sampah tidak dibatasi.
Page 18 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Adapun tarif yang dipatok yakni Rp 30 ribu 2 kali seminggu, Rp 40 ribu 3
kali seminggu dan Rp 50 ribu 4 kali seminggu. Sementara untuk sampah di
rumah tangga harga mulai Rp 25 ribu.
Dikatakan, usaha rintisan ini akan menjalin kerjasama dengan beberapa
pihak. Untuk pengelolaan sampah organik, nantinya sampah-sampah
tersebut bakal dijadikan pupuk atau langsung dibuang.
Sedangkan untuk anorganik, salah satunya sampah botol plastik, dapat
langsung dijual kepada pengepul untuk tambahan pendapatan bagi
petugas atau nantinya terlebih dahulu dikumpulkan di gudang untuk didaur
ulang dan dijadikan sebuah kreatifitas.
"Kita akan lihat nanti pengelolaan nya seperti apa, sementara kita juga
sudah membuat sebuah gudang untuk menampung sampah yang bisa
didaur ulang," tuturnya.
Untuk memudahkan pekerjaan bagi para pengambil sampah, Ambik
menyediakan fasilitas kendaraan Becak bermotor untuk tempat
menampung sampah rumah tangga.
Supaya layanan ini berjalan lancar, dikatakan Wira pihaknya memberi
imbalan bagi para pengambil sampah. Sedangkan layanan ini juga ia
harapkan bisa meningkatkan pendapatan dari para pemulung yang ingin
bergabung.
"Para petugas mengambil sampah di setiap rumah menggunakan becak
motor, selain kita gaji setiap bulannya, mereka juga mendapatkan biaya
makan dan lainnya," pungkasnya.
Baru berjalan beberapa hari, namun pandangan positif sudah banyak
diberikan oleh masyarakat terhadap layanan jasa angkutan sampah ini.
"Memang pemerintah juga menyediakan layanan pengangkutan sampah
namun tidak sampai ke lingkungan rumah yang jalannya juga sempit dan
itu mengharuskan kita membuangnya langsung ke TPS. Dengan adanya
layanan ini sedikit terbantu lah dan biayanya juga tidak begitu menguras
kantong," ujar salah seorang warga Selatpanjang, bernama Lina.
Sementara itu Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kepulauan
Meranti, Husni Mubarak mendukung inovasi yang telah digagas tersebut.
Menurutnya langkah tersebut juga dalam rangka membantu kerja
pemerintah dalam hal penanganan sampah.
Penulis : Ali Imroen
https://m.halloriau.com/read-141567-2021-12-09-bisnis-kreatif-di-kota-
selatpanjang-sudah-ada-layanan-jemput-sampah.html
Page 19 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Koran Jakarta | 08 December 2021
“Circular Economy" Solusi Tangani Sampah
Secara Ekologi dan Ekonomi
Senin, 06 Des 2021 20:43 WIB Waktu Baca 5 menit
Foto : Istimewa
Ketua Umum Asosiasi Pelapak dan Pemulung Indonesia (APPI), Bagong
Suyoto (tengah), usai diskusi soal sampah, di Bekasi, baru-baru ini.
BEKASI - Di Bantargebang ada banyak gunung sampah. Sampah itu
berasal dari Jakarta, sekitar 7.500-7.800 ton per hari. Jika dibiarkan tanpa
diolah, berapa banyak dalam stahun, lima tahun, sepuluh tahun. Untuk itu
dibutuhkan solusi komprehensif dalam menangani sampah secara
ekonomi dan ekologi dalam wujud circular economy.
"Sampahnya yang diolah relatif sedikit, tidak lebih dari 10-15% untuk TPST
Bantargebang. Sedang di TPA Sumurbatu tidak ada pengolahan sampah.
Dampaknya sampah semakin banyak dan hampir semua zona penuh
sampah," kata Ketua Umum Asosiasi Pelapak dan Pemulung Indonesia
(APPI), Bagong Suyoto dalam diskusi, di Bekasi, baru-baru ini.
Bagong pada 4 Desember 2021 menerima Rully Syumanda, Ketua
Departemen Lingkungan Hidup DPP Partai Gelora Indonesia yang
berkunjung ke kawasan TPST Bantargebang bersama empat
pengurusnya. Mereka menemui dan diskusi dengan Bagong serta
berdialog bersama sejumlah pelapak dan pemulung dan observasi
lapangan.
Mereka heran ternyata di Bantargebang ada banyak gunung sampah.
Rully menanyakan kepada Bagong, kenapa urusan sampah tidak beres-
beres di negeri ini, bukankah peran lembaga pemerintah dan stakeholders
lain sudah begitu banyak. Bukankah sampah bisa dikembalikan menjadi
sumber daya dan dukung roda perekonomian.
Pertanyaan tersebut, tambah Bagong, tidak mudah dijawab, karena
menyangkut beberapa aspek yang belum bisa dilaksanakan secara
sinergis dan kolaboratif. Dalam pengelolaan sampah ada beberapa
dimesnsi yang perlu dipahami, seperti aspek kebijakan/perundangan,
kelembagaan, anggaran,partisipasi masyarakat dan teknologi.
Menurut siaran pers yang diterima Koran Jakarta, Senin (6/12), Indonesia
sudah punya UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, Peraturan
Pemerintah No. 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tanggal, Perpres No. 97/2017
tentang Jakstranas Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Page 20 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Sejenis Sampah Rumah Tangga, dan di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota sudah memiliki Perda tentang Pengelolaan Sampah dan
Jaksatrada.
"Kita sudah memiliki regulasi pengelolaan sampah cukup, namun
sosialisasinya boleh jadi masih kurang, apalagi menyentuh kampung-
kampung. Juga, regulasi tersebut tidak dijalankan secara konsisten
dengan berbagai alasan. Misal karena anggaran tidak ada, terlalu kecil.
Bisa juga sebab SDM-nya terbatas," kata Bagong.
Sekarangan ini dikenal ada tiga pendekatan pengelolaan sampah (KLHK,
2020). Pertama, minim sampah (less waste). Konsep dasarnya, persoalan
persampahan dapat diselesaikan melalui perubahan perilaku. Konsep
pemikiran ini berkembangan di kalangan anak muda dan millennial. Teori
dasarnya, limit to growth dan disruption. Target pada pendekatan nimim
sampah: (1) single use plastic bag/kantong kresek, (2) cutley & plastic
straw, (3) styrofoam, phasing-down tahun 2029.
Kedua, tambah dia, pelayanan dan teknologi. Konsep dasarnya, kumpul
angkut buang yang lebih advanced, persoalan persampahan diselesaikan
melalui pelayanan oleh Pemda dengan pendekatan teknologi, tanpa perlu
mendorong perubahan perilaku. Konsep ini membutuhkan biaya dan cost
yang relatif cukup mahal, negara dengan GDP tinggi akan mudah
melakukan konsep ini, seperti Singapura, Jepang, Korea Selatan, Jerman,
Inggris, dan Austria.
Ketiga, tambah Bagong, sirkular ekonomi. Konsep dasarnya, persoalan
persampahan dapat diselesaikan dengan menjadi sampah sebagai
sumber daya serta pertumbuhan ekonomi dapat tumbuh dengan baik.
Konsep circular economy adalah pemikiran yang paling ideal, karena
Indonesia masih sangat membutuhkan pertumbuhan ekonomi sebagai
negara sedang menuju negara maju.
Circular Economy Action Plan For a cleaner and more competitive Europe
(EU, 2020) menyatakan; This Circular Economy Action Plan memberikan
agenda berorientasi masa depan untuk manfaat yang lebih bersih dan
lebih kompetitif untuk Eropa dalam kreasi dengan aktor-aktor ekonomi,
konsumen, warga dan organisasi masyarakat sipil.
Rencana ini, tambah Bagong, bertujuan mempercepat perubahan
transformasi yang diminta oleh European Green Deal, ketika membangun
aksi-aksi implementasi circular economy sejak tahun 2015. Rencana ini
memperkuat kerangka regulasi yang ditekankan dan membuat suatu masa
depan berkelanjutan. Bahwa peluang-peluang baru dari transisi adalah
maximized, sementara minimizing menjadi beban manusia dan bisnis.
Selanjutnya, tambah dia, rencana itu mengedepankan serangkaian inisiatif
hubungan menuju kemapanan yang kuat dan kerangka produk kebijakan
Page 21 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
koheren yang akan menciptakan pelayanan-pelayanan sustainable
products dan model-model norma bisnis dan transformasi pola konsumsi
tanpa sampah yang diproduksi pada tempat pertama.
Kerangka kerja produk kebijakan ini akan menjadi sangat progresif, ketika
rantai kunci nilai produk akan diarahkan sebagai suatu proritas.
Selanjutnya ukuran ini akan ditempatkan guna mengurangi sampah dan
mempertahankan, bahwa EU telah memfungsikan dengan baik pasar
internal material-material sekunder bernilai tinggi. Kapasitas EU
memegang tanggung jawab untuk sampah juga akan semakin kuat.
Hingga 80% produk-produk tersebut berdampak pada lingkungan yang
ditentukan pada phase desain, the linear patter of take-make-usedispose
tidak memproduksi dengan insentif memadai untuk membuat produk-
produk yang lebih sirkular. Menurut dia, banyak produk yang rusak sangat
cepat, tidak mudah diguna-ulang, diperbaiki atau didaur-ulang, dan banyak
yang dibuat hanya untuk single use.
"Pada waktu bersamaan, pasar tungal memberikan kritik massif pada EU
untuk mengatur standar global dalam product sustainability dan
mempempengaruhi desain produk dan nilai rantai menajemen seluruh
dunia," kata Bagong.
Menurut dia, ada sejumlah sustainability principles dan penghargaan
berkaitan denan aspek circular economy, di antaranya memperbaiki
durabilityproduk, reusability, upgradability and reparability yang ditujukan
pada produk yang mengandung hazardous chemicals, dan meningkatkan
energy and resources efficiency; meningkatkan recycled conten in
products, ketika mempertahankan performance dan keselamatan;
memfasilitasi remanufacturing and high-quality recycling; mengurangi
carbon and environmental footprints; membatasi single-use and countering
premature obsolescence; memperkenalkan suatu ban on the destruction of
ubsold durable goods.
Baca Juga :Tragedi Menyedihkan Ratusan Makam Warga Tertimbun Sampah TPA
Sumurbatu Selama Bertahun-tahun
Yang paling pokok memperhatikan standar berkualitas tinggi dan
memberikan insentif memadai bagi produk-produk ramah lingkungan dan
pelaku yang terlibat dalam daur ulang.
Namun, dari semua itu, persoalan lingkungan hidup dan persampahan
cenderung merupakan persoalan lapangan. Tidak akan beres kalau hanya
didiskusikan, diseminarkan, diwebinarkan sepanjang waktu dengan
berpindah-pindah tempat. Persoalan yang terjadi sekarang ini bersumber
pada manusia Indonesia. Urusan sampah tak kunjung beres bermula dari
manusia negeri ini, birokrat, swasta dan sebagian masyarakat.
Page 22 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Menurut Bagong, masalah sampah itu adalah barang mati, mau ditaruh di
mana saja, dibuang ke TPA dan ditumpuk saja itu urusan manusia.
Sampah diolah dengan multi-teknologi itu karena kehendak manusia. Jadi,
otak dan hati manusia Indonesia yang harus dibenahi, terutama para
pejabat dan para pengambil keputusan.
"Selama ini mereka menggunakan pendekatan dan strategi kumpul-
angkut-buang dengan mengadalkan TPA/TPST. Pendekatan konvensional
tersebut harus digeser ke arah pendekatn circular economy," kata Bagong.
Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Marcellus Widiarto
#Circular Economy#Solusi#Sampah#Ekologi#Ekonomi
© Copyright 2021 - Koran Jakarta. All rights reserved.
https://koran-jakarta.com/circular-economy-solusi-tangani-sampah-secara-
ekologi-dan-ekonomi
Sampah Bermunculan Hanyut di Genangan Banjir,
Warga Harapkan Bantuan untuk Pembersihan
9 Desember 2021 | 02:39 WIB
BANJARMASIN, KOMPAS.TV - Pasca hujan deras yang mengguyur pada
selasa malam (7/12/2021) membuat kawasan Jalan Batu Tiban,
Banjarmasin terendam genangan air di ketinggian 10 hingga 15 cm.
Akibatnya ditemukan banyak sampah rumah tangga bermunculan hanyut
terbawa air.
Rabu pagi (8/12/2021) Warga pun nampak membersihkan banyaknya
sampah yang mengapung di tengah genangan agar memudahkan aliran
drainase yang diklaim mengalami penyumbatan.
Warga berharap adanya bantuan gerobak dari pemerintah untuk
memudahkan proses pengangkutan.
"Itukan larut dari mana-mana jadi kita bersihkan, harapan kalau perlu
gerobak sampah lah supaya mudah membuangnya," ucap seorang warga,
Eddy.
Hingga rabu siang kawasan Jalan Mulawarman Banjarmasin juga nampak
direndam oleh genangan air.
Page 23 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Kondisi tersebut mengakibatkan sejumlah sekolah ikut terendam.
Selain itu juga di kawasan Kayutangi Banjarmasin juga nampak terendam
dan membuat sejumlah pengguna jalan kesulitan untuk melintas.
Termasuk lingkungan di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
yang juga berada di wilayah Kayutangi turut terendam dengan ketinggian
sekitar 15 hingga 20 cm.
Sehingga memaksa mahasiswa untuk melepas sepatunya agar bisa
melewati genangan air.
Penulis : KompasTV Banjarmasin
Sumber : Kompas TV
PERISTIWA
Banjir Rob Landa Banjarmasin, Warga : Debit Air Lebih Tinggi dari Banjir Awal Tahun
9 Desember 2021 | 03:14 WIB
9 Desember 2021 | 03:00 WIB
01:26
PERISTIWA
Banjir Masuk dalam Rumah, Warga Banjarmasin Buat Ranjang Lebih Tinggi
9 Desember 2021 | 02:55 WIB
1:38
PERISTIWA
Sampah Bermunculan Hanyut di Genangan Banjir, Warga Harapkan Bantuan untuk
Pembersihan
9 Desember 2021 | 02:39 WIB
© 2021 KOMPASTV. A Subsidiary of KG Media.
https://www.kompas.tv/article/240080/sampah-bermunculan-hanyut-di-
genangan-banjir-warga-harapkan-bantuan-untuk-pembersihan
Banjir Di Pekalongan Mulai Surut,
Warga Mulai Bersihkan Rumah Dari Sisa Lumpur
Dan Sampah
Berita video saya foto sebagian saja, alias cuma dua foto; satu foto banjir
di Banjarmasin
Page 24 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
DLH Palu kampanye pembatasan penggunaan
kemasan plastik sekali pakai
Kamis, 9 Desember 2021 22:50 WIB
Jika pemerintah tidak mengambil langkah konkret, hal ini sangat
berdampak terhadap kelangsungan ekosistem alam
Palu (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palu Provinsi
Sulawesi Tengah menggiatkan kampanye pembatasan penggunaan
kemasan plastik sekali pakai untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Kepala DLh Kota Palu Irmayanti Petalolo di Palu, Kamis, mengatakan
membatasi penggunaan kemasan plastik merupakan upaya pemerintah
meminimalkan pencemaran lingkungan.
Gerakan ini diperkuat dengan kebijakan pemerintah setempat melalui
Peraturan Wali Kota Palu (Perwali) Nomor 40 Tahun 2021 tentang
Pembatasan Penggunaan Kemasan Plastik Sekali Pakai dan Stirofoam,
dengan pertimbangan mewujudkan Palu yang bersih, indah dan sehat
secara berkesinambungan.
Baca juga: UNDP bangun kembali tampat pembuangan akhir pascagempa Palu
"Tujuan kebijakan ini untuk mengurangi jumlah sampah plastik, karena
warga masih ketergantungan menggunakan kemasan sekali pakai dalam
setiap bentuk aktivitas," ucap Irmayanti.
Oleh karena itu, dibutuhkan partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak
untuk menjaga serta meningkatkan kelestarian lingkungan hidup.
Page 25 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Menurut dia, penggunaan kemasan plastik sekali pakai dan stirofoam telah
menjadi permasalahan lingkungan yang serius, karena sifat plastik sulit
terurai oleh tanah dan dinilai dapat mengganggu kesehatan manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Baca juga: Capai 117 ton per hari sampah di Kota Palu, sebut DLH
"Perlu upaya pengendalian penggunaan kemasan plastik sekali pakai. Jika
pemerintah tidak mengambil langkah konkret, hal ini sangat berdampak
terhadap kelangsungan ekosistem alam dalam jangka panjang," ujar
Irmayanti.
Sebagai mana catatan DLH setempat, sampah rumah tangga yang
diangkut petugas kebersihan kota ke tempat pembuangan akhir (TPA) 30
persen di antaranya merupakan sampah plastik.
Jumlah ini, bisa saja bertambah bila tidak dilakukan pengendalian
penggunaannya di tengah masyarakat.
Baca juga: Bali jadi proyek percontohan tata kelola sampah kemasan
"Pelaku usaha juga kami minta agar membatasi kemasan plastik sekali
pakai. Bila perlu menyiapkan tas yang ramah lingkungan saat warga
datang berbelanja, begitu pun sebaliknya, warga juga membawa tas atau
wadah yang bisa di pakai berkali-kali," katanya.
Perwali tentang pembatasan penggunaan kemasan plastik dan stirofoam,
memiliki tujuh Bab dan 16 pasal yang mengatur ketentuan umum, tugas
dan kewenangan pemerintah, peran serta masyarakat hingga pembinaan
dan pengawasan.
"Kami berharap lahirnya peraturan ini dapat menggugah kesadaran
masyarakat lebih cinta terhadap lingkungan, dengan begitu jumlah sampah
plastik di Kota Palu bisa berkurang," demikian Irmayanti.
Baca juga: CCFI sebut program daur ulang terkendala pengumpulan sampah plastik
Baca juga: KLHK: Teknologi nuklir dapat atasi polusi plastik
Pewarta: Mohamad Ridwan
Editor: Agus Salim
COPYRIGHT © ANTARA 2021
https://m.antaranews.com/berita/2576645/dlh-palu-kampanye-
pembatasan-penggunaan-kemasan-plastik-sekali-
pakai?utm_medium=mobile
Page 26 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
DLH Lumajang bentuk tim tangani sampah
di pengungsian Semeru
Jumat, 10 Desember 2021 11:53 WIB
Lumajang, Jawa Timur (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH)
Kabupaten Lumajang, Jawa Timur membentuk Tim Unit Reaksi Cepat
(URC) dalam melakukan penanganan sampah di beberapa lokasi
pengungsian usai bencana awan panas guguran Gunung Semeru.
"Penyisiran sampah dilakukan setiap hari di berbagai titik posko
pengungsian di Kecamatan Candipuro maupun beberapa titik di
Kecamatan Pasirian," kata Kepala DLH Lumajang Yuli Harismawati di
kabupaten setempat, Jumat.
Menurutnya penanganan sampah memang bersifat kondisional, sehingga
kalau di kontainer dilakukan dua hari sekali, teapi untuk yang lain pihaknya
pun bersifat kondisional bisa dilakukan setiap hari atau bisa dua kali
sehari.
Baca juga: Tumpukan sampah jadi masalah di tempat pengungsian warga
"Hal itu dilakukan karena memang ada titik-titik lain yang harus ditangani
secara cepat terkait penanganan sampahnya," tuturnya.
Ia menjelaskan pihak DLH Lumajang juga telah berkoordinasi dengan
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang dalam melakukan
penanganan sampah di berbagai titik pengungsian di Kecamatan
Pronojiwo karena akses menuju kesana terputus akibat jembatan Gladak
Perak ambruk.
"Penanganan dan pengangkutan sampah di titik-titik pengungsian
Kecamatan Pronojiwo sudah berkoordinasi dengan DLH Kabupaten
Malang, dan alhamdulillah mereka siap untuk membantu," katanya.
Yuli juga juga memberikan apresiasi terhadap para relawan
penanggulangan bencana yang ikut berpartisipasi aktif dalam melakukan
penanganan sampah di beberapa posko pengungsian warga terdampak
awan panas guguran Gunung Semeru.
"Alhamdulillah mulai kemarin kami dibantu oleh teman-teman relawan
yang membantu kami mengangkut sampah dengan kendaraan pikap ke
TPA Lempeni," ujarnya.
Sebelumnya beberapa waktu lalu tumpukan sampah menjadi persoalan
tersendiri di posko-posko pengungsian seperti yang terlihat di depan
tempat pengungsian warga terdampak bencana awan panas guguran
Page 27 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Gunung Semeru, tepatnya di Posko Pengungsian Sekolah Dasar Negeri
(SDN) 4 Supiturang, Kabupaten Lumajang.
Pihak koordinator posko pengungsian juga berharap sampah-sampah
tersebut diambil secara rutin, agar posko terjaga kebersihannya dan tidak
menimbulkan bau tidak sedap di sekitar pengungsian.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Triono Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2021
https://m.antaranews.com/berita/2577429/dlh-lumajang-bentuk-tim-
tangani-sampah-di-pengungsian-semeru?utm_medium=mobile
Gara-gara Dilarang Acak-acak Sampah, Seorang
Pemulung Aniaya 2 Kepling di Medan Johor
Kompas.com, 10 Desember 2021, 12:44 WIB
Penulis: Kontributor Medan, Dewantoro
Editor: Aprillia Ika
MEDAN, KOMPAS.com - Seorang tukang botot (pemulung) berkelahi
dengan dua orang kepala lingkungan di Kelurahan Titi Kuning, Kecamatan
Medan Johor pada Kamis (9/12/2021) dinihari.
Pemulung tersebut sakit hati dilarang mengacak-acak bungkusan plastik
sampah lalu memukul dua korbannya hingga jatuh dan terluka.
Dikonfirmasi melalui telepon pada Jumat (10/12/2021) pagi, Kapolsek Deli
Tua, AKP Zulkifli Harahap menjelaskan, kasus ini bermula saat pelaku
berinisial MD hendak mengambil botot dari bungkusan plastik sampah di
pinggir jalan.
Tepatnya di depan sebuah swalayan di Kelurahan Titi Kuning, Kecamata
Medan Johor pada Kamis (9/12/2021) sekitar pukul 02.00 WIB.
Tapi, aksinya dilarang oleh korban yang merupakan kepala lingkungan,
berinisial Y.
Menurutnya, korban Y melarang agar sampahnya tidak berserak di jalan.
Dilarang acak-acak sampah, pelaku tersinggung lalu adu mulut dengan
korban
Page 28 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Larangan itu membuat pelaku tersinggung sehingga terjadi adu mulut dan
perkelahian.
Korban Y kemudian menghubungi temannya sesama kepala lingkungan
berinisial AI untuk datang ke lokasi.
Tak lama kemudian AI datang melerai, namun pelaku mengambil batu
cadas dan memukulkannya ke ke ulu hati AI hingga terjatuh.
Kemudian pelaku menyerang Y dengan memukulkan batu tersebut ke arah
pelipis mata kiri korban.
Setelah itu, kedua korban langsung membuat laporan di Polsek Deli Tua
sehingga pihaknya langsung melakukan penyelidikan dan memeriksa
sejumlah saksi.
"Pelaku sudah kita tangkap, dan sekarang sedang menjalani pemeriksaan
di Mapolsek. Soal pasalnya, masih dalam pendalaman," ungkapnya.
https://regional.kompas.com/read/2021/12/10/124439478/gara-gara-
dilarang-acak-acak-sampah-seorang-pemulung-aniaya-2-kepling-di
Wali Kota Bandung Oded M Danial,
Sosok Peduli Masalah Sampah
Oleh Henry pada 10 Des 2021, 19:03 WIB
Wali Kota Bandung Oded M Danial Sosok yang Peduli pada Masalah Sampah.
(dok.Instagram @mangoded_md/ https://www.instagram.com/p/CWYAmVuBjZ6/Henry)
Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Bandung Oded M Danial meninggal
dunia pada Jumat, 10 Desember 2021 sekitar pukul 12.00 WIB ini.
Sebelum meninggal dunia, Oded M Danial dikabarkan kolaps saat tengah
melaksanakan salat Jumat di Masjid Mujahidin, Jalan Sancang, Kota
Bandung.
Ia sempar dilarikan ke Rumah Sakit Muhammadiyah Kota Bandung.
Namun, Oded dinyatakan meninggal dunia setelah sempat mendapatkan
perawatan. Kepergian pria yang akrab disapa Mang Oded memang sangat
mengejutkan, termasuk bagi warga Bandung.
Menjabat sejak 2018 menggantikan Ridwan Kamil yang menjadi Gubernur
Jawa Barat, pria yang biasa disapa Mang Oded inu diketahui sangat fokus
pada masalah sampah. Sampah memang menjadi permasalahan di
banyak daerah di Indonesia, termasuk di Bandung.
Page 29 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Berbagai usaha pun dilakukan untuk menanggulangi masalah sampah
yang sangat urgent karena bisa berdanpak pada banyak hal, terutama
masalah banjir yang kerap melanda di musim hujan seperti sekarang ini.
Hal itu setidaknya bisa terlihat dari sejumlah unggahan Oded di akun
Instagramnya yang banyak mengangkat masalah sampah.
Salah satunya pada 4 November lalu. Dalam unggahan itu, ia membagikan
kegiatan para petugas Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung sedang
membersihkan sampah yang jadi penyebab banjir. "Hatur nuhun para
petugas yang sigap, squad @dpukotabandung yang terus berjibaku
menangani efek banjir kemarin. Sudah saatnya kita mencapai mufakat
bersama terkait kebijakan antar Pemerintah daerah, Insya Allah perlahan
kita selesaikan," tulis Mang Oded dalam keterangan foto.
Dalam unggahan lainnya pada 14 November 2021, Mang Oded
membagikan ulang unggahan dari PDAM Tirtawening Bandung saat
membersihkan sampah yang menumpuk di sebuah saluran air agar air
tidak tersumbat sehingga menimbulkan banjir.
"Insya Allah pelayanan terus berjalan dan mohon doa Warga Bandung
semoga para petugas di lapangan diberikan kelancaran," tulis Oded.
Lalu dalam unggahan lainnya pada 30 September 2021, Oded
membagikan informasi tentang serah terima penugasan pengelolaan
sampah Kota Bandung. Menurut Oded dalam unggahannya, pengelolaan
sampahKota Bandung yang semula dikelola oleh Perusahaan Daerah (PD)
Kebersihan Kota Bandung akan dialihkan ke Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan (DLHK) Kota Bandung.
"Kita jadikan ini momentum perubahan pelayanan yang lebih baik,
dibuktikan sampah akan terkelola dengan baik, tentunya kolaborasi akan
semakin intens dengan peran serta masyarakat, Insya Allah," tulis Oded
dalam kata sambutannya.⠀
"Hatur nuhun keluarga besar @pdkebersihanbdg, seluruh jajaran yang
sudah berkontribusi terbaik dalam melayani masyarakat. Tenaga, pikiran,
lelah dan segala perjuangan dalam pelayanan kemarin semoga menjadi
ladang pahala dan menjadi catatan amal kebaikan untuk semuanya.
Aamiin...," sambungnya.
Di unggahan lainnya pada 21 Oktober 2021, Oded membagikan ulang
unggahan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung Didi
Ruswandi. Dalam unggahan itu terlihat tumpukan botol plastik yang
menggunung, sedang dibersihkan oleh sejumlah petugas.
Botol-botol tersebut dibersihkan petugas dari dalam selokan. Dalam
unggahannya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum itu menyatakan sudah
malas mengunggah masalah membuang sampah sembarangan.
Page 30 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
"Aslinya sih udah males posting yang kayak beginian teh," kata Didi.
Menurutnya, beberapa unggahannya tak mampu mengubah perilaku
masyarakat yang tak bertanggung jawab untuk merasakan empati.
"Postingan demi postingan tak mampu mengubah para durjana menjadi
punya empati bagi pekerja kebersihan drainase dan warga yang
terdampak kebanjiran," lanjutnya. Namun tidak disebutkan lokasi selokan
yang dipenuhi oleh botol plastik tersebut.
Mang Oded pun menanggapi unggahan tersebut. Ia memastikan
warganya untuk siap bersinergi. "Nu karasep + gareulis (Yang ganteng
dan cantik). Pasti siap jadi balad pak kadis," tulisnya.
Menurut Mang Oded, mencintai lingkungan merupakan bentuk syukur
terhadap apa yang telah diberikan. "Karena nya'ah (cinta) ka lingkungan
adalah bentuk syukur kita diberi kesehatan dan segala kenikmatan,"
tulisnya lagi.
Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat
Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat.
(Liputan6.com/Triyasni)
http://m.liputan6.com/lifestyle/read/4733956/wali-kota-bandung-oded-m-
danial-sosok-peduli-masalah-
sampah?utm_source=Mobile&utm_medium=whatsapp&utm_campaign=Sh
are_Top
Potensi kerugian angkanya triliunan yang akan
buat pengusaha gulung tikar
Video Diskriminatif! Pengusaha Air Galon Tolak Pelabelan Bebas BPA
CNBC Indonesia TV, CNBC Indonesia
NEWS
10 December 2021 20:19
Jakarta, CNBC Indonesia- Ketua Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam
Kemasan Indonesia (Aspadin), Rachmat Hidayat menilai langkah BPOM
yang akan melabeli kemasan galon polikarbonat dengan label bebas
mengandung senyawa Bisphenol A (BPA) akan membahayakan sektor
usaha. Selain itu hal ini akan menimbulkan persaingan tidak sehat antar
produk terkait air minum kemasan.
Page 31 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Seperti apa dampak kebijakan ini terhadap bisnis air galon kemasan?
Selengkapnya simak dialog Syarifah Rahma dengan Ketua Asosiasi
Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin), Rachmat
Hidayat dan Ketua Asosiasi di Bidang Pengawasan dan Perlindungan
terhadap Para Pengusaha Depot Air Minum (Asdamindo), Erik Garnadi
dalam Evening Up, CNBC Indonesia (Jum'at, 10/12/2021)
Saksikan live streaming program-program CNBC Indonesia TV lainnyadi
sini
TAG: aspadin asdamindo air galon kemasanamdk bpom bpa free
VIDEODiskriminatif! Pengusaha Air Galon Tolak Pelabelan Bebas BPA
©2021 CNBC Indonesia, A Transmedia Company
https://www.cnbcindonesia.com/news/20211210193603-8-
298410/diskriminatif-pengusaha-air-galon-tolak-pelabelan-bebas-bpa
Naskah saya (RVT) dari menonton beritanya:
Pemerintah Plin-Plan? Pengusaha Air Galon Tolak Pelabelan Bebas BPA
Biaya yang akan ditanggung oleh pengusaha jika galon air mineral diberi
label Bebas BPA oleh pemerintah?
Rahmat Hidayat, Ketua Umum Aspadin: Impak bagi pengusaha AMDK
produknya sekitar 30 milyar liter air. Dua puluh milyar liter di antaranya itu
sumbangan dari air galon. Dari jumlah itu dibutuhkan sekitar 1 milyar galon
per tahun. Adapun harganya sekitar Rp 35.000 per galon sehingga
diperkirakan biaya belanja galon, ya, sekitar Rp 35 triliun; atau kasarnya
Rp 10 triliun karena galon itu tidak sekali pakai.
Page 32 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Naah, jika galonnya sekali pakai maka mesti membeli galon baru yang
bertipe sekali pakai, yaitu Rp 10.000 per galon; yang totalnya Rp 10 triliun
untuk setiap kali pembelian baru; karena galon itu sekali pakai (berapa kali
pembelian dalam sebulan, dalam setahun? tidak dikatakannya).
Naah dari mana modal sebesar itu? Yang menanggung jelas pengusaha
dan konsumen. Tetapi harap diingat bahwa anggota AMDK itu umumnya
adalah pengusaha UMKM.
Erik Garnadi. Ketua Asosiasi di Bidang Pengawasan dan Perlindungan
terhadap Para Pengusaha Depot Air Minum (Asdamindo): Pengusaha
depot air ulang bisa tutup semua, jika harus memakai galon sekali pakai.
Pemerintah kenapa plin-plan? Dulu bilang aman, sekarang mau memberi
label. Mestinya pemerintah lakukan pengawasan terhadap kualitas air isi
ulang. Yang ini belum juga dilakukan; dulu katanya akan dilakukan
pengawasan pada tahun 2020 yl. sekarang sudah 2021.
Negara Ini Kekurangan Sampah, Harus Impor
Limbah untuk Penuhi Kebutuhan
Ajeng Wirachmi, Litbang MPI
Sabtu, 11 Desember 2021 - 01:00 WIB
Pekerja mengangkut sampah di pembangkit listrik tenaga sampah di Swedia. Foto/new
york times
STOCKHOLM - Masalah sampah terkadang menjadi momok menakutkan
bagi satu negara. Di Indonesia sendiri, jumlah timbunan sampahnya
sebesar 33,3 juta ton per tahun.
Data tersebut diinformasikan Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah,
Limbah dan B3, Direktorat Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Tak hanya itu, sampah yang berhasil dikelola hanya 59,15% atau 19,7 juta
ton per tahunnya. Artinya, masih ada sekitar 13,6 juta ton sampah yang
tidak terkelola.
Namun, tahukah Anda jika ada negara di dunia yang justru kekurangan
sampah? Ya, negara tersebut adalah Swedia.
Swedia memandang sampah bukan sekadar hasil konsumsi, melainkan
bisa menjadi sumber energi.
Page 33 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Mengutip laman Indonesia Environment & Energy Center, masyarakat
Swedia sudah memiliki kesadaran tinggi dalam hal penanganan sampah.
Caranya, dengan memasifkan perilaku daur ulang sampah.
Pada tahun 2015, pemerintah Swedia berkomitmen mengurangi jumlah
sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Adapun jumlah
sampah yang wajib dikurangi adalah sekitar 70%.
Sementara itu, pelarangan pembuangan sampah yang dapat atau terbakar
ke TPA sudah dilarang pemerintah Swedia sejak 2002.
Sekitar 3 tahun setelahnya, pemerintah negara tersebut baru melarang
pembuangan sampah organik ke TPA.
Tak hanya itu, pemerintah pun terus meningkatkan teknologi pengelolaan
sampah agar hasil yang dicapai lebih maksimal.
Swedish Waste Management Association menginformasikan lebih lengkap
bahwa ada 4,83 juta ton sampah pada tahun 2020.
Sebanyak 46% sampah rumah tangga diolah menjadi energi listrik, 86%
botol jenis PET (Polyethylene Terephthalate) dan 87% kaleng aluminium
juga berhasil didaur ulang, dari target 90%.
Adapun, 61% dari seluruh bahan kemasan juga didaur ulang. Target yang
diberikan pemerintah untuk bahan ini adalah 65%.
Swedia diketahui memiliki sistem pengolahan canggih bernama waste-to-
energy. Sampah yang ada di negara itu dikelola secara terintegrasi dan tak
hanya disulap menjadi energi.
Pemanas ruangan, listrik, biogas, pupuk hayati, dan material adalah
beberapa hasil dari daur ulang sampah di Swedia.
Kebijakan negara ini yang mengolah limbah secara maksimal hingga
dalam keadaan nol limbah membuatnya kehabisan sampah.
Untuk itu, pemerintah Swedia harus mengimpor sampah sebanyak 2,3 juta
ton. Negara-negara yang menjadi pemasok sampah dari Swedia adalah
Inggris, Irlandia, dan Norwegia.
Lihat Juga: Demo Buruh Bubar, Petugas PPSU dan DLH Gerak Cepat Bersihkan
Sampah
(sya)
https://international.sindonews.com/read/624933/41/negara-ini-
kekurangan-sampah-harus-impor-limbah-untuk-penuhi-kebutuhan-
1639152739?showpage=all
Page 34 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Surfing in India is taking off, but locals are
staring down a tidal wave of plastic pollution
ABC Science
By environment reporter Nick Kilvert
Posted 17h ago17 hours ago
Surfing competitions are a regular in India now — but the ocean pollution is still a
problem.(Getty Images: Arun Sankar)
Help keep family & friends informed by sharing this article
When Tushar Pathiyan and Ishita Malaviya moved to Manipal on India's
west coast in the mid-2000s, neither knew their lives were about to take a
left turn.
Tushar was studying architecture and Ishita journalism at Manipal
University when they discovered the Surfing Swamis.
India's first surf school had been co-founded in 2004 by the original Surfing
Swami, American Jack Hebner, down the coast from Manipal.
"The second year [of studying] we started surfing," Tushar says.
"For me, starting surfing as a grown-up, it flipped the game in terms of my
priorities. We were chasing not so much money, but a certain lifestyle," he
says.
A woman surfing in India was virtually unheard of back then, Ishita adds.
"When I first started surfing, if you literally googled surfing in India, nothing
would show up," she says.
"When the competitions started, there were no women's categories."
Ishita went on to become India's first female professional surfer, competing
in local events, and together with Tushar they started The Shaka Surf Club
Page 35 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
at a fishing village called Kode Bengre, about 40 kilometres up the coast
from the Swamis.
Setting up a surf school in rural India came with its own set of challenges,
Ishita says, but their primary goal was to get locals surfing rather than cater
to tourists.
"In the rural areas I find it way harder to get girls in the water because rural
families are much more conservative," she says.
"It's the patriarchy — it's the men who don't want the women to have these
freedoms.
"But I try to push the boundaries a bit — I have to."
It's been more than 10 years since they started the club. And today, surfing
in India, including with women, is taking off.
"When we started surfing, there were maybe 15 people in the whole
country that surf," Tushar says.
"Now [there are] at least 20 to 30 surf schools and contests are happening
— it's definitely grown."
The sea returns its 'gifts'
Cyclones often leaves parts of India's coastline strewn with rubbish.(Getty Images:
Anadolu Agency)
But the connection with the ocean that Tushar and Ishita say surfing brings
comes with a heightened awareness that many of the coastal waters
around India are in trouble.
In May this year, Tropical Cyclone Tauktae slammed the west coast of
India, regurgitating mountains of rubbish from the ocean back onto the
coastline.
At the time, many took to Twitter saying it was the ocean's way of returning
the unwanted "gifts" it had been given.
Some called for stricter rules against littering.
It's a problem that east-coast champion surfer Appu is painfully familiar
with.
Appu grew up in Kovalam, a fishing village on India's east coast in the
state of Tamil Nadu, and says surfing has changed his life and his
relationship with the ocean.
Page 36 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Appu runs Ocean Delight Surf School, which he founded with his
schoolmate Vicky in Kovalam.
They also run Beach Ocean Life — a program trying to engage locals and
their surfing clients to help look after the beach.
At this time of year, he says cyclones and heavy rains wash rubbish out of
the rivers and prevailing ocean currents push it up onto the coastline.
"I've been trying to clean it for a month," Appu says.
"The first clean-up I arranged about 100 people came, then the next clean-
up only 10 people came.
"I don't know what to do, but I at least want to clean the beach."
Appu wants businesses to help pay villagers to clean the beaches.(Supplied: Appu at
Ocean Delight)
He says the local government has helped a bit, but it's not enough.
Whenever there's another cyclone, the rubbish comes straight back, until
the seasons change and it's washed out to sea.
"From May to June, there will be no plastic — the oceans will be clean."
'A lot of people are scared of the ocean'
Appu is currently trying to engage businesses to support a program paying
women from the village to help with the clean-up.
"I tell all my students and local surfers and they understand now," he says.
"When you go to surf, you see the plastic on the wave. When you fall off
you feel the plastic on your body, it's not comfortable."
Appu has won several surf competitions in India.(Supplied: Appu at Ocean Delight)
Like Tushar and Ishita, Appu says he hopes that by teaching people to
surf, he can also foster a respect and interest in caring for the waves.
"A lot of people are scared of the ocean in India and a lot of people don't
know how to swim," he says.
"I have a program – ocean swimming class — I teach them to swim [and]
they get more confident.
"I'm really happy to bring surf culture in India."
He says there's more at stake than being able to surf clean waves.
Page 37 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
"When we throw the fish net in the ocean … and we cannot take the plastic
from it, the net [is] f***ed."
"A few fish I've found plastic inside the stomach and I told my mum, 'This is
why we're doing what we're doing.'
"In maybe 10 years, people will be too scared to eat fish."
Global plastic pollution expected to triple
A turtle shares the water with a plastic bottle off Australia.(Getty Images:
Lindsay_imagery)
A report from the Pew Charitable Trusts in 2020 estimated that about 11
million tonnes of plastic flows to the oceans around the world each year.
Owing to global population growth and increasing consumption, it's
estimated that will grow to 29 million tonnes per year by 2040.
Some of the impacts of plastic pollution are well known: seabird starvation,
entanglement of wildlife, and bioaccumulation of plastics in marine
animals. But other issues are still coming to light.
The persistence of plastic — much longer than biodegradable materials
like wood — means that coastal species are able to raft long distances
across the ocean.
After the Japan tsunami in 2011, at least 289 species from Japanwashed
up on plastic rafts on the US coast, with some arriving after as long as six
years at sea.
New research published in Nature this month shows permanent coastal
invertebrate communities are developing on plastic "rafts" in the North
Pacific Subtropical Gyre — aka the Great Pacific Garbage Patch — the
world's largest floating plastic gyre.
There are five major ocean gyres.(Supplied: NOAA)
What they found was that rather than a stream of animals being washed
out to sea on plastic, species are now reproducing in the Pacific gyre (a
swirling, anticlockwise basin-wide current) and turning over generations
without necessarily getting further input from the coast.
The Great Pacific Garbage patch is just one of five massive garbage gyres,
including one in the Indian Ocean.
Scientists say this capacity for coastal species to last so long at sea
increases the likelihood of invasive species colonising new regions.
Developed countries exporting their waste problems
Page 38 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
DFAT has admitted waste export to Indonesia, as well as to Vietnam,
India, and Malaysia, has increased since China introduced waste
restrictions.(ABC News: Graphic by Jarrod Fankhauser)
On a global scale, India is not the worst offender when it comes to ocean
pollution.
In fact, research published in Science in 2015, which calculated the mass
of mismanaged waste for people within 50 kilometres of the coast, ranked
India twelfth.
China topped the list, with Indonesia, the Philippines, Vietnam and Sri
Lanka rounding out the top five.
But even that list can be misleading, according to plastic pollution
researcher Denise Hardesty from the CSIRO.
Many developed countries including Australia send large quantities of their
recovered waste overseas, mostly to developing countries, many in Asia.
"To blame it on those countries isn't really giving the full picture," Dr
Hardesty says.
"When you look at per capita waste and consumption, the US is out in
front; it's the developed countries that create the most waste because we
can afford to."
Tushar says people in India feel that wealthier countries are simply
exporting their waste problems.
"It's an illusion when you go to countries [with clean beaches] like
Australia, when they send their waste to other countries," he says.
Australia part of the global waste problem
Most rubbish on Australian beaches comes from local sources.(Getty Images: RugliG)
In 2019-20, Australia exported on average 354,000 tonnes per month of
waste and recovered materials, with Indonesia followed by India taking the
greatest portion of that.
This year, Australia banned the export of glass and mixed plastics —
where different types of plastics are bundled together.
Next year, the export of plastics sorted into single resin or polymer types
will also be banned.
By taking the waste of developed nations, developing nations have an
extra volume to deal with, researcher Jutta Gutberlet says.
Page 39 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
"Often the material doesn't come completely clean and often [the importing
country has] to separate the waste from what is recyclable — they are
basically importing the problem," Professor Gutberlet says.
"I think countries need to work out the solution [to their waste] for
themselves."
Dr Hardesty says decent waste collection infrastructure in Australia means
comparatively little of our waste ends up in our oceans.
Even so, research from a few years ago found that on our beaches, there
are around five to six pieces of plastic for every Australian.
She also says that Australians tend to be in denial about the source of
plastics that wash up on our beaches, often blaming other countries.
"Most of our debris is local in origins and we see plumes of floating trash
that expand out from our urban centres."
The surfing solution
Improving wastewater treatment infrastructure can help to reduce ocean
pollution in the short term.(Getty Images)
In the immediate future, improving waste management infrastructure in
India can help reduce the amount of plastics entering the ocean, according
to Ravinder Kumar, an associate professor of monitoring and impact at the
University of Greenwich.
From an infrastructure perspective, he says the issue is getting worse
because of three reasons:
a high proportion of waste is not sorted or collected locally
collected municipal waste is being dumped without sorting or treatment
untreated wastewater is allowed to carry plastic debris to the ocean
He also says importing waste needs to be investigated, but that there are
more fundamental changes that need to happen, including stronger
regulation around single-use plastics and extended responsibility of
producers for their products at end of life.
But the responsibility to enact meaningful long-term solutions don't rest
solely on the countries where the plastic crisis is most visible.
Many experts agree firstly that developed countries like Australia need to
manage their own waste and recycling onshore.
Page 40 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
And globally, we need to be entirely getting rid of single-use plastics as
soon as possible.
Putting a recoverable price on plastic will help stop pollution, Dr Hardesty
says.
"When we treat plastic as a commodity that has value, when we put a price
on it, it will stop being lost to the environment."
Appu finding some shade on a hollow Indian right-hander.(Supplied: Appu
at Ocean Delight)
Professor Gutberlet says our way of thinking about products needs to
change, and that single-use needs to be phased out.
"The most important thing [is] to stop producing new plastic waste that is
not recyclable or is not captured," she says.
"That is the one root cause that can be settled with behaviours and
policies."
For Appu, Ishita and Tushar, surfing is their tool for changing minds.
"Every person needs to stop using plastic, that's the only thing we can do,"
Appu says.
"I tell my surfer kids, we can stop using plastic, then you can tell others to
stop too."
Similarly, Ishita says the next generation is the key.
"I don't like dogma, people being told what to do, but in surfing … only
when you have a connection with the ocean, can you want to take care of
it."
Tushar says change needs to come from the top.
"You can do beach clean-ups but it's futile — you clean a beach and
there's the same amount of trash there the next day.
"That's been our dream — teach enough people from [Mumbai] to surf and
get more people campaigning for [waste] treatment plants.
"It's about getting people to surf who are powerful — those people are the
ones that make all the changes."
Home to one of Australia's best beaches, this island is fighting against the
waves of plastic
There's a soup of rubbish in the Pacific that's almost as big as Queensland
Page 41 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
We acknowledge Aboriginal and Torres Strait Islander peoples as the First
Australians and Traditional Custodians of the lands where we live, learn,
and work.
This service may include material from Agence France-Presse (AFP), APTN, Reuters,
AAP, CNN and the BBC World Service which is copyright and cannot be reproduced.
AEST = Australian Eastern Standard Time which is 10 hours ahead of GMT
(Greenwich Mean Time)
© 2021 ABC
https://www.abc.net.au/news/science/2021-12-11/surfing-india-taking-off-
locals-staring-down-plastic-pollution/100669018
diakses 11 Desember 2021
Gerakan Ekonomi Sirkular Nasional (GESN) ADUPI
Menjelang akhir tahun 2021 ini, 7 mitra daur ulang kami tetap menunjukan
performa yang semakin baik dengan berhasil mengumpulkan total 3,448
ton bahan baku daur ulang plastik dan sekaligus usaha tersebut telah
mencegah ribuan ton plastik tersebut yang berpotensi menjadi sampah
dan mencemari lingkungan kita, Itulah peran penting dunia daur ulang
plastik dan para pelaku usaha yang berkecimpung di industri ini, yang
mana telah berjasa besar kepada lingkungan kita agar sungai-sungai dan
laut kita menjadi lebih bersih.
Selain itu, dalam program ini juga telah memenuhi kebutuhan bajan baku
di 22 pabrik daur ulang, menghidupi 101 tenaga kerja dan 470 pengepul
dan pemulung agar tetap mendapatkan pekerjaan di masa pandemi ini, hal
tersebut baru menggerakan 7 mitra pendaur ulang kami yang
mengumpulkan bahan baku tersebut di 556 kelurahan. 76 kecamatan di 16
kota/ kabupaten di wilayah Jabodetabek, Banten. Apalagi jika program
ini dapat diperluas dan diduplikasi di berbagai daerah di Indonesia secara
berkelanjutan dan didukung penuh oleh kementerian terkait dan dunia
usaha seperti produk kemasan bersama-sama, maka tidak mustahil target
pengurangan 70% sampah plastik pada tahun 2025 akan tercapai.
dst,
Simak akun asosiasi daur ulang plastik Indonesia, ADUPI di medsos
Instagram
Diakses 11 Desember 2021
Page 42 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
GESN: 7 Mitra pengepul dan Bank Sampah Induk, 427 Pemasok
pengepul, 127 tenaga kerja, sekitar 1000 Nasabah Bank Sampah, sekitar
3400 ton bahan baku disuplai ke 22 pabrik daur ulang plastik anggota
ADUPI
Page 43 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Keren, Universitas Pertamina Ubah Sampah Plastik
Jadi BBM
Kompas.com, Sabtu, 11 Desember 2021 | 14:51 WIB
Lihat Foto
Editor: Ayunda Pininta Kasih
KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 tak hanya memengaruhi kebiasaan
masyarakat, termasuk memengaruhi jumlah sampah plastik.
Sejak diberlakukannya pembatasan sosial misalnya, aktivitas berbelanja di
supermarket mulai berkurang. Kini, masyarakat lebih memilih berbelanja
secara daring melalui e-commerce atau aplikasi pesan-antar.
Survei yang dilakukan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI pada April hingga
Mei 2020 menyebutkan, selama pandemi kegiatan belanja online naik
hingga 62 persen.
Celakanya, 96 persen pengemasan produk menggunakan bahan yang
mengandung plastik, seperti kantong kresek, bubble wrap dan selotip.
Bahkan, sampah dari pembungkus tersebut lebih banyak jumlahnya jika
dibandingkan dengan kemasan produk yang dibeli. Pemprov DKI Jakarta
mengatakan, selama pandemi komposisi sampah plastik meningkat hingga
21 persen dibandingkan tahun 2018.
Selain bersifat tidak dapat diuraikan secara biologi (non-biodegradable),
sampah plastik juga berbahaya bagi kesehatan.
Dosen Program Studi Kimia Universitas Pertamina, Nona Merry Merpati
Mitan mengatakan, plastik diperkirakan baru dapat terurai dengan
sempurna setelah 100 hingga 500 tahun.
"Karenanya, sampah plastik sangat berpotensi untuk mencemari tanah,
air, laut, bahkan udara. Selain itu, bahan kimia yang terdapat dalam plastik
juga berisiko memicu berbagai penyakit berbahaya seperti kanker,‖
ungkap Merry dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu
(11/12/2021).
Kepeduliannya terhadap timbulan sampah plastik, membuat Merry
bersama tim yang beranggotakan para dosen yaitu Mega Mutiara Sari
(dosen Program Studi Teknik Lingkungan) dan Sri Hastuty (dosen
Program Studi Teknik Mesin), serta para mahasiswaUniversitas
Pertamina, menggagas kegiatan pengolahan sampah plastik di lingkungan
sekitar kampus.
Page 44 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
―Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa alternatif solusi untuk mengolah
sampah plastik. Misalnya, menjadikannya kerajinan tangan, bahan
bangunan, dan lain-lain. Sebagai kampus yang fokus pada pengembangan
energi, kami menawarkan solusi pengolahan sampah plastik menjadi
bahan bakar bensin (BBM),‖ ujar Merry.
Tim menerapkan teknologi daur ulang sampah plastik dengan metode
pirolisis. Teknik ini merupakan teknik sederhana dengan cara
memanaskan sampah plastik dengan kondisi minim oksigen.
Pirolisis sampah plastik, khususnya jenis polietilen dan polipropilen, akan
menghasilkan fraksi cair yang sifatnya mendekati fraksi bensin. Hal ini
disebabkan karena kedua jenis plastik tersebut terbuat dari minyak bumi.
Ayu Silvia Fitri, mahasiswa Program Studi Kimia Universitas Pertamina,
mengaku senang dapat berpartisipasi dalam proyek tersebut.
―Selain bisa mempraktikkan secara langsung teori yang diajarkan di kelas,
saya juga jadi terbiasa untuk bekerja dalam tim. Proyek ini turut serta
melibatkan dosen dan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu, yakni Kimia,
Teknik Lingkungan dan Teknik Mesin. Sehingga, pendekatan yang
digunakan untuk menganalisa masalah juga berbeda. Rasanya, seperti
berada di iklim dunia kerja profesional,‖ tutur Ayu.
Selain berpotensi mengurangi timbulan limbah, konversi sampah plastik
menjadi BBM ini, lanjut Merry, juga akan berpotensi mengakselerasi target
capaian bauran energi.
Menurut Merry, ini akan menjadi salah satu alternatif sumber energi baru.
Sehingga, ia dan tim ingin membagikan teknik ini tidak hanya kepada
dosen dan mahasiswa di Universitas Pertamina, tetapi juga kepada
masyarakat sekitar kampus.
Sebagai pilot project, tim melakukan kerja sama dengan Bank Sampah
Seni Baru, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Icang Sanusi, Kepala Satuan Pelaksana Lingkungan Hidup, pengelola
Bank Sampah Seni Baru, mengapresiasi kerja sama dengan Universitas
Pertamina.
―Dalam operasional pengelolaan Bank Sampah Seni Baru, kami sudah
melakukan pengumpulan sampah plastik dari warga yang berlokasi di
sekitar Kecamatan Kebayoran Baru. Sayangnya, alternatif solusi yang
kami lakukan belum sampai pada teknologi pirolisis ini,‖ pungkas Icang.
Pada 11 November 2021 lalu, tim Universitas Pertamina memberikan
pelatihan teknis penggunaan peralatan pirolisis untuk memudahkan
pemahaman para pengelola Bank Sampah Seni Baru.
Page 45 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Dari penggunaan peralatan pirolisis tersebut, dihasilkan fraksi cair sebesar
50 hingga 80 persen bergantung pada jenis plastik yang digunakan.
Fraksi cair hasil pirolisis tersebut telah diuji di laboratorium dan
menghasilkan nilai kalor sebesar 11.159,8 kcal/kg. Nilai ini sangat dekat
dengan nilai kalor bahan bakar bensin yaitu 10.862,7 kcal/kg.
Proyek gagasan Merry dan tim ini, mendapatkan pendanaan dari
Kementerian Riset, Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (RISTEK
BRIN) pada tahun 2020 lalu senilai 46 Juta Rupiah.
Meskipun di usia yang baru menginjak tahun ke-6, Universitas Pertamina
telah membuktikan diri sebagai tempat lahir dan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, khususnya terkait energi yang menjadi
kekhususannya.
TAG: BBM mahasiswa Perguruan tinggi dosen sampah plastik
Universitas Pertamina
Sorry
We are unable to load your video
slide 1 to 3 of 8 slide 1 to 3 of 8
slide 1 to 3 of 8 slide 1 to 3 of 8
0:17
REKOMENDASI
Inovasi Mahasiswa ITS agar Laut Indonesia Bebas Sampah Plastik
197 kali
https://edukasi.kompas.com/read/2021/12/11/145133071/keren-
universitas-pertamina-ubah-sampah-plastik-jadi-bbm?page=all
'Wisata Gunung Berkelanjutan' (judul saya, RVT, buat sendiri)
Yayasan WWF Indonesia
Sobat, persoalan sampah sejatinya tidak hanya menjadi masalah di
wilayah padat penduduk atau perkotaan, melainkan juga menjadi
permasalahan yang tak kalah serius di alam. Banyak wisatawan atau
pendaki meninggalkan sejumlah sampah saat beraktivitas di gunung dan
hutan.
Melansir data dari Trashbag Community, pada kegiatan Sapu Jagad atau
kegiatan pembersihan gunung pada tahun 2017, terkumpul sekitar 3,3 ton
dari 17 gunung di Indonesia. Angka ini lebih tinggi sebanyak 20% dari
kegiatan serupa di tahun 2015.
Page 46 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Di Hari Gunung Internasional 2021 yang bertema 'Wisata Gunung
Berkelanjutan', ada beberapa tips dari @zerowasteadventure untuk
mendaki gunung tanpa menghasilkan sampah. Pertama, rencanakan
dengan seksama perbekalan makanan, kemas menggunakan bahan alami
seperti besek bambu dan daun pisang. Gunakan wadah pakai ulang
seperti kotak makanan, toples kecil, atau tas kain untuk menyimpan
beragam bekal dan camilan.
Tidak membawa air kemasan, gunakan tumbler atau water bladder untuk
mengisi air sehingga tidak meninggalkan sampah plastik di perjalanan.
Sampah plastik kemasan air mineral adalah sampah yang paling banyak
ditemukan di gunung.
Buah adalah pilihan bijak untuk perbekalan naik gunung, selain tanpa
kemasan, sampah yang disisakan juga bersifat organik dan aman untuk
dibuang dengan cara dikubur. Namun sebaiknya, kumpulkan dan bawa
turun kembali biji-biji buah yang tersisa, untuk menghindari tumbuhnya
jenis-jenis pohon non endemik, yang mungkin bisa menganggu
keseimbangan ekosistem di masa depan.
Bila tidak dapat menghindari perbekalan yang menggunakan kemasan,
jangan lupa kumpulkan dan bawa turun kembali sampahmu untuk didaur
ulang. Dengan memikirkan #MauDibawaKemanasampahmu saat
berwisata ke gunung, kita telah ikut menjaga kelestarian ekosistem gunung
dan hutan, untuk bisa kita nikmati lagi di lain hari.
Yuk, naik gunung tanpa nyampah! Sama-sama kita pasti bisa.
#HariGunungInternasional #NaikGunungTanpaSampah
#ZeroWasteAdventure #4Nature4Us #NatureMatters #TogetherPossible
#BeliYangBaik
*Konten Peringatan Hari Gunung ini dihasilkan atas kolaborasi antara
@wwf_id bersama dengan @zerowasteadventure.
18 hrs ·
Public
Like Page · Save · More
Like React Comment Share
275
Write a comment...
Sarah Novianti Abidin
Yang tukang naik gunung sebutannya komunitas pecinta alam, tapi hobbynya buang
sampah di alam
Syuli Ruddy
Page 47 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Para pendaki diedukasi mengelola sampah, sampah dibawa turun atau bayar fee utk
urusan sampahnya ⠀
Saeful Ramdani
Kalo pengelolaan nya bagus .sampah pasti bisa di minimalisir.apalagi ada
retribusi..pasti bisalah ..
Chairul Anwar
Jangankan digunung. Di wlayah kabuppaten sampah jadi masalah. Masyarakat
membuangnya di lahan kosong tak bertuan.....
Like · React · Reply · More · Yesterday at 3:52 PM
Gelz Son
Gunung sekarang jd ajang tempat selfi dan buang sampah, beda kalo dulu pecinta
alam, kalo skrg pecinta medsos yg naik gunung dmi gaya2an
1 · Like · React · Reply · More · Yesterday at 4:39 PM
View more comments…
https://mbasic.facebook.com/story.php?story_fbid=10160280841234311&id=18094799310&refid=17&_ft_=mf_story_key.10160
280841234311%3Atop_level_post_id.10160280841234311%3Atl_objid.10160280841234311%3Acontent_owner_id_new.18094
799310%3Athrowback_story_fbid.10160280841234311%3Apage_id.18094799310%3Aphoto_attachments_list.%5B101602808
40974311%2C10160280841009311%2C10160280841004311%2C10160280841014311%5D%3Astory_location.4%3Astory_att
achment_style.album%3Aott.AX8OfGhT86BS3Q5q%3Atds_flgs.3%3Athid.18094799310%3A306061129499414%3A2%3A0%3
A1641023999%3A6749655126527351802%3A%3A&__tn__=%2As-R
diakses 12 Desember 2021
14 Desember 2021
Halo sobat, sudah konsumsi apa saja hari ini?
Setiap aktivitas konsumsi kita seringkali menghasilkan sisa. Bagaimana ya
agar sisa konsumsi kita tidak menjadi sampah yang mencemari
lingkungan?
Yuk, kita kelola dengan bijak sisa konsumsi kita.
Pas banget nih #GarisKebun bikin workshop "Mengelola Sampah dan
Mengompos, Mudah!"
Kita akan belajar bersama tentang pengelolaan sampah rumah tangga
secara sederhana namun efektif, pilah sampah, praktek kompos dengan
berbagai metode mudah, dan masih banyak lagi.
Selesai workshop komposternya boleh kamu bawa pulang ⠀
Page 48 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Kamu juga berkesempatan membawa pulang doorprize, lho ⠀
Info lengkap lihat di e-poster ya.
Peserta kegiatan ini terbatas dan dengan menerapkan prokes covid 19.
Yuk, buruan daftar di bit.ly/EduTani3GK sebelum kuota penuh.
Ditunggu pendaftaranmu, dan jangan lupa ajak teman, keluarga, saudara,
semuanya ⠀
#DalamiDenganAlami #ZeroWaste #Composting #Garden #Berkebun
#Kebun #UrbanFarming #Kompos #PilahSampah #EduTani #UrFarm03
https://www.instagram.com/p/CXchyPKoNwq/?utm_medium=share_sheet
Lembur selama Pandemi, Tukang Sampah di
Kota New York Kantongi Rp4,3 Miliar
Syarifudin
Selasa, 14 Desember 2021 - 18:15 WIB
Sampah menumpuk selama pandemi Covid-19 di Kota New York, AS. Foto/REUTERS
NEW YORK - Gaji beberapa pekerja sanitasi dan kebersihan Kota New
York telah mendekati USD300.000 (Rp4,3 miliar) karena masalah
kepegawaian dan upah lembur yang besar. Juru bicara pemerintah kota
mengaitkan besarnya gaji itu dengan pandemi Covid-19.
Page 49 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
―Lebih dari 90 pengumpul sampah dan petugas lainnya yang bekerja untuk
Departemen Sanitasi Kota New York menikmati rejeki nomplok besar
tahun ini berkat kompensasi lembur enam digit,‖ ungkap laporan New York
Post, dilansir pada Selasa (14/12/2021).
Seorang perwakilan departemen mengatakan pembayaran besar itu akibat
dari kekurangan staf, pandemi Covid-19, dan badai salju besar yang
melanda Kota New York.
―Banyak dari mereka yang menerima kenaikan gaji adalah para pengawas
usia pensiun,‖ papar laporan itu.
Seorang supervisor Bronx yang disebutkan dalam laporan itu
menghasilkan lebih dari USD170.000 dalam lembur, sehingga gajinya
hampir mencapai USD300.000 untuk tahun itu.
Dia telah bekerja untuk kota itu sejak tahun 2000. Supervisor lain dari
Brooklyn, dilaporkan memperoleh lebih dari USD160.000 dalam upah
lembur, sehingga totalnya untuk tahun ini menjadi hampir USD300.000.
Halaman : 12
amerika serikat kebersihan sanitasi armada sampah pengangkut sampah
read/ rendering in 0.1315 seconds (10.55#12.26)
https://international.sindonews.com/read/628143/42/lembur-selama-
pandemi-tukang-sampah-di-kota-new-york-kantongi-rp43-miliar-
1639480361
Seascape: the state of our oceans is supported by
Karen McVeigh @karenmcveigh1
Wed 15 Dec 2021 06.00 GMT
Amazon‘s plastic packaging waste soared by almost a third, to 270,000
tonnes, during the pandemic last year, according to a report from marine
conservation group Oceana.
Oceana estimates up to 10,700 tonnes of this plastic, including air pillows,
bubble wrap and plastic-lined paper envelopes, equivalent to a delivery
van‘s worth every 67 minutes, is likely to end up in the sea.
Amazon, the western world‘s largest retailer, rejected Oceana‘s figures and
said it had overestimated the plastic waste by 300%. It also questioned the
Page 50 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
model used to estimate the percentage likely to enter the sea. It did not
provide alternative figures.
The retailer saw a boom in sales of 38%, to $386bn (£290bn) in 2020,
when much of the world was in lockdown and online sales increased.
Oceana‘s report challenges the company‘s recycling pledges, using
interviews with local municipal waste officials, stores linked to by Amazon‘s
Second Chance recycling website and surveys of Amazon Prime
customers. It concluded that the company‘s recycling efforts ―will not
significantly reduce its enormous (and growing) plastic footprint‖.
Matt Littlejohn, Oceana‘s senior vice-president, said: ―We are using the
best data available to us. If Amazonwas transparent, we would gladly use
their data. Yes, they are using more non-plastic packaging, but they are
also selling a ton more product.
―We understand people need Amazon. And so we‘re hoping Amazon can
fix this problem and become a leader in reducing plastic, which is really
important for the oceans.‖
A staff member packs items in an Amazon warehouse in Manchester, UK,
2019. The retailer saw a boom in global sales of 38% in 2020. Photograph:
Anthony Devlin/Getty Images
Plastic film used by Amazon in its packaging has little or no value to the
recycling market and is not generally accepted by municipal recycling
schemes in the US, UK and Canada, the report said.
Oceana found that nearly 75% of Amazon Prime customers surveyed in 25
cities in the UK and US sent the plastic, knowingly or not, to landfill. Almost
40% put it in recycling bins, where the presence of plastic film would result
in it going to the dump, and 35% disposed of the plastic in the bin. A little
Page 51 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
under 20% of 1,400 customers said they reused the plastic, while 5% said
they placed the packaging in drop-off bins in stores on Amazon‘s
customer-driven recycling programme on the company‘s Second Chance
website.
Further, representatives at more than 40% of the stores that Amazon
suggests as alternative recycling drop-offs for plastic film told secret
shoppers that Amazon‘s plastic film was not accepted.
Only 9% of all plastic waste has ever been recycled. Almost all goes to
landfill, is burned, or enters and pollutes the environment, including
waterways and oceans.
Rachel Johnson Greer, a former programme manager at Amazon, who
worked for the company for eight years, said the company would only take
action on plastics if governments or a majority of customers demanded it.
In May, more than a third of Amazon shareholders voted for a resolution
calling on it to quantify its single-use plastic and provide recommendations
on how to reduce its plastic footprint by the end of the year.
Nurdles: the worst toxic waste you‘ve probably never heard of
Oceana has highlighted the action taken by the retailer in India, where it
has eliminated single-use plastic packaging by using paper alternatives,
after India‘s prime minister, Narendra Modi, and its central government
pledged to ban single-use plastics by 2022. The ban was delayed, but a
tribunal ruled that packaging was the responsibility of producers, importers
and brand owners.
Amazon also announced it would move away from single-use plastic
packaging in Germany.
―If the company can do this in India and Germany, they can move away
from single-use plastic packaging on a worldwide basis,‖ Littlejohn said.
An Amazon spokesperson said: ―Amazon shares Oceana‘s ambition to
protect the world‘s oceans and respects their work but, for a second year,
their calculations are seriously flawed. They have overestimated our
plastics usage by more than 300%, and use outdated assumptions about
the sources of plastic waste entering our oceans.‖
―Amazon is making rapid progress in reducing or removing single-use
plastics from packaging materials in the UK and around the world.‖
Among its initiatives to reduce plastic waste, Amazon is looking to double
fully recyclable cushioned plastic in North America, replace single-use
Page 52 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
pillows in Australia with fully recyclable paper ones, and expand its
packaging-free initiative to 100 cities across India, it said.
As we approach the end of the year in Indonesia, we have a small favour
to ask. We‘d like to thank you for putting your trust in our journalism this
year - and invite you to join the million-plus people in 180 countries who
have recently taken the step to support us financially, keeping us open to
all, and fiercely independent.
In 2021, this support sustained investigative work into offshore wealth,
spyware, sexual harassment, labour abuse, environmental plunder, crony
coronavirus contracts, and Big Tech.
The new year, like all new years, will hopefully herald a fresh sense of
cautious optimism, and there is certainly much for us to focus on in 2022 -
a volley of elections, myriad economic challenges, the next round in the
struggle against the pandemic and a World Cup.
With no shareholders or billionaire owner, we can set our own agenda and
provide trustworthy journalism that‘s free from commercial and political
influence, offering a counterweight to the spread of misinformation. When
it‘s never mattered more, we can investigate and challenge without fear or
favour.
Unlike many other media organisations, Guardian journalism is available
for everyone to read, regardless of what they can afford to pay. We do this
because we believe in information equality. Greater numbers of people can
keep track of global events, understand their impact on people and
communities, and become inspired to take meaningful action.
If there were ever a time to join us, it is now. Every contribution, however
big or small, powers our journalism and sustains our future.Support the
Guardian from as little as $1 – it only takes a minute. If you can, please
consider supporting us with a regular amount each month. Thank you.
Topics Plastics
Seascape: the state of our oceans Oceans Pollution Amazon E-commerce Waste
Rivers news
Recycled regatta: world heritage site highlights plastic pollution crisis
© 2021 Guardian News & Media Limited or its affiliated companies. All rights reserved.
(modern)
Page 53 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Integrasikan Bank Sampah dengan Aplikasi
Demi Tingkatkan Ekonomi Warga Bogor
15 Desember 2021 21:10 WIB
SEMANGAT : Para peserta antusias mengikuti seminar nasional Inovasi
Bank Sampah Indonesia di Olè! Suites Hotel & Cottage, Rabu (15/12).
RADAR BOGOR – Mengatasi masalah sampah akhirnya pemerintah,
swasta dan Universitas Binus berkolaborasi mengadakan Seminar
Nasional Inovasi Bank Sampah Indonesia di Olè! Suites Hotel & Cottage,
Rabu (15/12).
Dalam sambutannya Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten
Bogor, Asnan mengaku, bangga bisa berkumpul dalam kegiatan kali ini.
Menurutnya, kini sampah bisa dijadikan teman. ―Kabupaten Bogor
menghasilkan sampah 2.900 ton per hari. Harus dikurangi. Sampah harus
dipandangi dua belah mata, bukan sebelah mata,‖ ucapnya saat membuka
acara.
SERIUS : Kepala DLH Kabupaten Bogor, Asnan saat menyampaikan sambutan.
Ia berharap, semoga adanya seminar ini bisa menjadi solusi mengolah
sampah dengan baik. Asnan mengungkapkan, saat ini di Kabupaten Bogor
ada sekitar 500 bank sampah yang tersebar di berbagai daerah.
―Kini, di setiap desa sudah punya bank sampah bahkan ada yang memiliki
lebih dari satu,‖ ungkap mantan Camat Tenjo tersebut.
Ia mengatakan, bank sampah dapat membantu perekonomian
masyarakat. Bahkan, pihaknya akan melakukan jemput bola.
―Kami segera menggunakan aplikasi agar memudahkan operasional para
pengelola bank sampah maupun warga,‖ jelasnya.
Dosen di Dept. Manajemen Sistem Informasi Universitas Binus, Emil R.
Kaburuan, Ph.D mengungkapkan, program yang dijalankannya merupakan
penelitian.
Emil dan timnya mengembangkan program untuk membantu bank
sampah, termasuk membuat aplikasi bank sampah ―kompis‖.
Program yang kedua, kata dia, akademisi membantu meningkatkan skill
pengelola bank sampah. Yang ketiga, Black Soldier Fly (BSF). Keempat,
pengelolaan plastik. Tujuannya, untuk membantu pemerintah dan
masyarakat dalam mengelola sampah.
Page 54 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
―Kami juga mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk
menyosialisasikanprogram ini. Kami mulai dengan Kabupaten Bogor.
Nantinya bank sampah di Kabupaten Bogor akan memakai aplikasi, BSF,
dan pengelolaan sampah,‖ jelas pria yang juga moderator dalam seminar
nasional ini.
Emil mengungkapkan, kelebihan aplikasi kompis mengintegrasikan
ekosistem nasabah (masyarakat), bank sampah, dan pengepul atau
industri daur ulang. Tiga aplikasi ini akan tersambung sehingga
penanganan sampah tuntas.
―Masalah yang biasanya terjadi ialah sampah yang menumpuk di bank
sampah karena tidak memiliki jaringan ke pengepul,‖ paparnya.
Jika memiliki sistem, sambung Emil, industri bisa langsung membeli dari
bank sampah. ―Ini adalah kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah,
masyarakat, dan swasta. Sehingga sampah bernilai ekonomi,‖ tuturnya.
Guru Besar Sistem Informasi Lancaster UK, Prof. Dr. Juliana Sutanto
menjelaskan, berdasarkan data dari bank dunia bahwa sampah di bumi
berjumlah 2,01 miliar ton.
Ia menuturkan, ada tiga pandangan mengenai daur ulang. Pertama, kata
Juliana, sampah daur ulang merupakan mata pencaharian bagi sebagian
orang.
Kedua, robot yang melakukan pemilahan sampah. Ketiga, masyarakat
harus bisa mengendalikan penggunaan dengan mengurangi jumlah
sampah.
Menurutnya, investasi untuk pengurangan sampah harus terintegrasi
antara manfaat lingkungan, ekonomi, dan sosial.
Juliana menambahkan, sistem manajemen sampah yang baik harus
terintegrasi (aplikasi), penyimpanan, pemrosesan, visualisasi dan
transparansi data.
Dalam seminar yang diadakan secara daring dan luring tersebut, dihadiri
juga oleh Guru Besar Antropologi Universitas Indonesia, Prof. Dr. Meutia
Hatta. Menurutnya, yang harus dijalankan adalah pengelolaan sampah
berkelanjutan.
Mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan itu menilai, pentingnya
aktivitas bank sampah dari segi pemberdayaan perempuan yang mampu
meningkatkan nilai tambah ekonomi dan kreativitas.
Page 55 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021
Ia menjelaskan, perlu adanya peningkatan kerja sama peranan swasta
dengan pihak perguruan tinggi untuk berperan aktif dan luas dalam
pengelolaan sampah melalui bank sampah.
Selain itu, diperlukan penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap
sampah dan cara penanganannya, pemahaman masyarakat tentang bank
sampah dan tentang perasaan serta estetika masyarakat terkait
keindahan.
―Prinsip peran perempuan dalam daur ulang sampah yang perlu
dimasukkan dalam program bank sampah ialah pengelolaan sampah
sistematis yang berkaitan dengan aspek kesehatan masyarakat,
pendidikan pola asuh, membangun sikap mental bersih, rapi, cinta
keindahan lingkungan,‖ katanya.
Ia menambahkan, pola pikir yang harus ditanamkan kepada masyarakat
ialah pengurangan sampah, pendidikan karakter bangsa Indonesia yang
tidak menyukai sampah, dan penanaman pola pikir tentang
memperlakukan sampah.
Menurutnya, pengelolaan sampah harus menjadi bagian ahlak sedari dini.
Sosialisasi secara berkelanjutan kepada masyarakat bahwa sampah
memberikan nilai tambah ekonomi.
―Diperlukan sosialisasi bahwa sampah dan pengelolaannya merupakan
cermin dari karakter Bangsa Indonesia. Perlunya kerja sama dan jejaring
dalm upaya pengelolaan sampah secara nasional oleh sejumlah
kementerian, pihak swasta, dan komunitas,‖ pungkasnya.
Salah satu pembicara dari Dept Sistem Informasi Universitas Binus, Dr
Yohannes Kurniawan mengatakan, tantangan utama dalam pengolahan
sampah ialah data yang terintegrasi.
―Jika tak memiliki sistem data akan menyulitkan dalam analisis data
sampah. Contohnya, seberapa banyaknya orang atau komunitas yang
peduli terhadap sampah,‖ tuturnya.
Menurutnya, standar pengelolaan sampah haruslah sesuai prosedur,
sederhana mudah digunakan dan membangun kesadaran.
Tujuannya, kata dia, adanya membangun aplikasi agar memiliki data
sehingga bisa dianalisis yang akan melahirkan kebijakan.
Pemateri selanjutnya dari Dept. Manajemen Bisnis Perhotelan Universitas
Binus, Dr. Arif Zulkarnain, CHE menyebutkan, bank sampah harus
diterapkan di desa wisata.
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21
Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21

More Related Content

Similar to Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21

3 masalah & solusi di indonesia
3 masalah & solusi di indonesia3 masalah & solusi di indonesia
3 masalah & solusi di indonesiaFajar Rizki
 
Sampah Bukan untuk Laut: Stop Buang Sampah Sembarangan
Sampah Bukan untuk Laut: Stop Buang Sampah SembaranganSampah Bukan untuk Laut: Stop Buang Sampah Sembarangan
Sampah Bukan untuk Laut: Stop Buang Sampah SembaranganThufailah Mujahidah
 
power point ecobrick solusi limbah plastik
power point ecobrick solusi limbah plastikpower point ecobrick solusi limbah plastik
power point ecobrick solusi limbah plastikAnakAgungGrammyKusum1
 
Tugas identifikasi dan teknik presentasi
Tugas identifikasi dan teknik presentasiTugas identifikasi dan teknik presentasi
Tugas identifikasi dan teknik presentasiMailendra Hatake
 
9. MATERI WORKSHOP PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK.pptx
9. MATERI WORKSHOP PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK.pptx9. MATERI WORKSHOP PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK.pptx
9. MATERI WORKSHOP PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK.pptxUsmanMauk1
 
Makalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alamMakalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alam99zulkarnain
 
Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGK
Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGKIs Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGK
Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGKUGK
 
permasalhan sosial sosio.pptx
permasalhan sosial sosio.pptxpermasalhan sosial sosio.pptx
permasalhan sosial sosio.pptxSyifaNurainiXIPA1
 
Kimia dalam industri (plastik, bakelit, PVC, nilon) - Update slide 1 Oktober ...
Kimia dalam industri (plastik, bakelit, PVC, nilon) - Update slide 1 Oktober ...Kimia dalam industri (plastik, bakelit, PVC, nilon) - Update slide 1 Oktober ...
Kimia dalam industri (plastik, bakelit, PVC, nilon) - Update slide 1 Oktober ...aditya rakhmawan
 
24843114 materi-pengelolaan-sampah
24843114 materi-pengelolaan-sampah24843114 materi-pengelolaan-sampah
24843114 materi-pengelolaan-sampahgerygerger
 
Makalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alamMakalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alamDavid Rosidi
 
Plastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdf
Plastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdfPlastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdf
Plastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdfBiotani & Bahari Indonesia
 

Similar to Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21 (20)

Plastik dan sampah pantauan september 2020
Plastik dan sampah pantauan september 2020Plastik dan sampah pantauan september 2020
Plastik dan sampah pantauan september 2020
 
Sampah plastik alternatif tanam pohon pcc
Sampah plastik alternatif tanam pohon pccSampah plastik alternatif tanam pohon pcc
Sampah plastik alternatif tanam pohon pcc
 
3 masalah & solusi di indonesia
3 masalah & solusi di indonesia3 masalah & solusi di indonesia
3 masalah & solusi di indonesia
 
Sampah Bukan untuk Laut: Stop Buang Sampah Sembarangan
Sampah Bukan untuk Laut: Stop Buang Sampah SembaranganSampah Bukan untuk Laut: Stop Buang Sampah Sembarangan
Sampah Bukan untuk Laut: Stop Buang Sampah Sembarangan
 
Tugas PKM-K
Tugas PKM-K Tugas PKM-K
Tugas PKM-K
 
Ecobrick.pptx
Ecobrick.pptxEcobrick.pptx
Ecobrick.pptx
 
power point ecobrick solusi limbah plastik
power point ecobrick solusi limbah plastikpower point ecobrick solusi limbah plastik
power point ecobrick solusi limbah plastik
 
Tugas identifikasi dan teknik presentasi
Tugas identifikasi dan teknik presentasiTugas identifikasi dan teknik presentasi
Tugas identifikasi dan teknik presentasi
 
Plastik n sampah plastik pantau maret 20i21
Plastik n sampah plastik pantau maret 20i21Plastik n sampah plastik pantau maret 20i21
Plastik n sampah plastik pantau maret 20i21
 
9. MATERI WORKSHOP PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK.pptx
9. MATERI WORKSHOP PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK.pptx9. MATERI WORKSHOP PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK.pptx
9. MATERI WORKSHOP PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK.pptx
 
Plastik n Sampah Pantauan Juni 2022.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Juni 2022.pdfPlastik n Sampah Pantauan Juni 2022.pdf
Plastik n Sampah Pantauan Juni 2022.pdf
 
Makalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alamMakalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alam
 
Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGK
Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGKIs Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGK
Is Mia Andina (20333010) - Permasalahan Sampah kota dan desa - Prodi EP UGK
 
Gagasan
GagasanGagasan
Gagasan
 
permasalhan sosial sosio.pptx
permasalhan sosial sosio.pptxpermasalhan sosial sosio.pptx
permasalhan sosial sosio.pptx
 
Kimia dalam industri (plastik, bakelit, PVC, nilon) - Update slide 1 Oktober ...
Kimia dalam industri (plastik, bakelit, PVC, nilon) - Update slide 1 Oktober ...Kimia dalam industri (plastik, bakelit, PVC, nilon) - Update slide 1 Oktober ...
Kimia dalam industri (plastik, bakelit, PVC, nilon) - Update slide 1 Oktober ...
 
24843114 materi-pengelolaan-sampah
24843114 materi-pengelolaan-sampah24843114 materi-pengelolaan-sampah
24843114 materi-pengelolaan-sampah
 
Plastik dan Sampah, Pantauan Agustus 2021
Plastik dan Sampah, Pantauan Agustus 2021Plastik dan Sampah, Pantauan Agustus 2021
Plastik dan Sampah, Pantauan Agustus 2021
 
Makalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alamMakalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alam
 
Plastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdf
Plastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdfPlastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdf
Plastik n Sampah Pantauan Okt 2022 - Copy (2).pdf
 

Plastik & Sampah Plastik Pantau Desember 21

  • 1. Page 1 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Plastik dan Sampah: Pantauan bulan Desember 2021 Oleh: Riza V. Tjahjadi Iklan semakin banyak, maka ngeklik baca satu (1) berita bisa berulangkali Akan kecewa jika di akhir tahun 2021 mengharap ada data yang lengkap tentang sampah plastik maupun daur ulangnya. Tapi terhiburlah ada sepercik info dan data dari kancah daur ulang. Bank sampah apa kabar kontribusi kalian? Ooppsss… pengusaha AMDK akan punah? Pemerintah plin-plan? · Sekadar Info Mengapa ada E-Waste? Populasi pengguna peralatan AC, TV, computer, telephone, printer, dll. Yang semakin meningkat. 1 orang sekarang bisa menggunakan lebih dari 1 pesawat telpon, laptop, tablet, televisi, kulkas, A/V di mobil, headset, charger, dll. Tantangan Umum Polusi terhadap lingkungan, khususnya Polutan Organik yang Persisten (POP) dan POP yang tidak disengaja terjadi atau terbentuk (UPOPs) semakin menjadi ancaman yang tidak kelihatan bagi para pengambil keputusan. Circular Economy (Ekonomi Berputar) terhadap kegiatan daur ulang dan pembuangan masih merupakan konsep yang baru bagi para pengambil keputusan. Tidak mudah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah disepakati di tingkat global, contohnya adalah Perlindungan Lapisan Ozon yang melibatkan perusahaan-perusahaan produsen AC dan refrigerasi skala kecil dan menengah. Tidak banyak orang – terutama para pengambil keputusan – yang faham terhadap teknologi rendah emisi ODS (BPO) dan rendah emisi GWP (GRK).
  • 2. Page 2 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Kandungan B3 dalam E-Waste E-waste mengandung beberapa bahan kimia (B3), seperti: Mercury (Hg), Lead (Pb), Chromium (Cr), Cadmium (Cd), untuk chip resistor dan semi konduktor jika terisap bersifat iritatif. Dalam jangka waktu lama menimbulkan efek keracunan, gangguan pada sistem organ dalam tubuh manusia dan hewan. Arsenic (Ar), sebagai bahan pembuat transistor, menimbulkan gangguan metabolisme di dalam tubuh manusia dan hewan, mengakibatkan keracunan bahkan kematian. PBDEs (Poly Bromo Diphenyl Eters) sebagai bahan pelambat nyala (flame retardant) pada produk elektronik yang bersifat persisten di lingkungan, mudah terakumulasi dalam jaringan lemak manusia dan hewan. Mengganggu sistem hormon, bersifat karsinogenik, menurunkan kecerdasan anak. Komponen telepon genggam Telepon genggam umumnya terdiri dari: 40% plastik, 32% logam non-besi, 20% kaca dan keramik, 3% logam besi, dan 5% bahan lainnya. Sekitar 40 elemen yang mungkin ada termasuk logam dasar seperti tembaga (Cu) dan timah (Sn); logam khusus seperti cobalt (Co), indium (In) dan antimony (Sb); dan logam-logam golongan mulia seperti perak (Ag), paladium (Pd) dan emas (Au). Kandungan logam pada telepon genggam Untuk setiap ton telepon genggam (tidak termasuk baterai) setara dengan: 30 kg Besi, 160 kg Tembaga, 3,5 kg perak, 0,34 kg emas, 0,04 kg paladium, dan Unsur-unsur lain yang menjadi perhatian untuk manajemen lingkungan, seperti bromin, timbal, kromium dan arsen, biasanya ditemukan dalam jumlah kurang dari 1% konten. Referensi UNDP: Stockholm Convention on Persistent Organic Pollutants (POPs) Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hazardous Wastes and Their Disposal
  • 3. Page 3 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Rotterdam Convention on the Prior Informed Consent Procedure for Certain Hazardous Chemicals and Pesticides in International Trade Minamata Convention on Mercury The Strategic Approach to Integrated Chemicals Management (SAICM) Montreal Protocol on Substances that Deplete the Ozone Layer (Protokol yang mengacu pada Vienna Convention for the Protection of the Ozone Layer) United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Sumber: Penanganan Limbah Elektronik (E-Waste) sebagai Bahan Baku Industri Daur Ulang dan untuk Mencegah Pencemaran Lingkungan. UNDP. Kamis, 29 November 2018 Ilustrasi Keran air minum publik di Jakarta 24 November 2021 Saat ini 43 unit sudah terpasang di berbagai titik di ibukota dan saat ini sedang dipasang 31 unit lagi. Tujuannya agar warga dapat menemukan air bersih untuk diminum tetapi juga untuk mengurangi pemakaian botol plastik sekali pakai. Berita TvOne 24 November 2021 silam .
  • 4. Page 4 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Petenis Maria Sharapova Pakai Dress dari Botol Plastik, Dibuat 800 Jam Kiki Oktaviani - Wolipop Rabu, 01 Des 2021 08:00 WIB London - Maria Sharapova, sang petenis cantik dan juga stylish baru-baru menghadiri acara British Fashion Awards yang digelar di London, Inggris. Ada fakta unik dari dress yang dikenakannya. Material busana yang digunakan Maria adalah dari botol plastik. Pembuatannya pun memakan waktu yang cukup lama. Di Twitternya, Maria mengungkapkan bahwa dress yang dikenakannya dibuat selama 800 jam dengan 75% material dari botol Evian. Maria Sharapova Foto: dok. Twitter Kolaborasi tersebut menghasilkan karya high fashion dengan tampilan tiga dimensi. Penampilan Maria pun seketika tampak glamour sekaligus unik Dress sustainable-nya tersebut bernama Mimesis yang dibuat hasil dari kolaborasi antara desainer Iris van Herpen dengan perusahaan air minum Evian. Dress mini berwarna campuran putih dan biru tersebut dirancang dengan kain yang terbuat dari botol Evian daur ulang dan sutra organik. "Kolaborasi dengan dengan Evian menjadi pengalaman terbaik karena kami berbagi karya berkelanjutan dan bersemangat untuk mengurangi dampak untuk planet," ungkap Iris. "Mendesain dress couture dengan material yang dibuat dari botol Evian telah memaksa kami untuk membuat kain keren yang tujuannya untuk
  • 5. Page 5 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 menginspirasi dan mendorong orang untuk melakukan daur ulang plastik," tambah Iris. Sang desainer juga berharap dengan hadirnya dress ini akan menambah perspektif bahwa dengan daur ulang maka suatu benda bisa berubah menjadi wujud lain. Dalam pesannya menunjukkan bahwa semua orang bisa membuat sesuatu yang kreatif dengan benda daur ulang. Gaun tersebut dirancang melalui teknik laser-cut dengan pola segitiga. Potongan berlapis dengan warna biru muda lembut meniru pola gelombang air. (kik/kik) MARIA SHARAPOVA GAYA MARIA SHARAPOVA BRITISH FASHION AWARDS Copyright @ 2021 detikcom, All right reserved Baca artikel wolipop, "Petenis Maria Sharapova Pakai Dress dari Botol Plastik, Dibuat 800 Jam" selengkapnya https://wolipop.detik.com/fashion-news/d- 5834674/petenis-maria-sharapova-pakai-dress-dari-botol-plastik-dibuat- 800-jam. Tong sampah jadi ajang media corat-coret berpolitik praktis 2 Desember 2021
  • 6. Page 6 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 10 Tahun Konsisten Kumpulkan Sampah 4 Desember 2021oleh PEDULI LINGKUNGAN. Aktivitas Pemuda Ramah Lingkungan Tegalgubug (PRLT) saat memungut sampah disetiap Kamis Sore. RAKYATCIREBON.ID – Persoalan sampah di Kabupaten Cirebon ini akut. Tak pernah tuntas. Berbagai program prioritas penanganan sampah pun dilakukan. Termasuk pengadaan Tempat Pembaungan Akhir Sampah (TPAS). Tapi, tak pernah terealisasi. Di balik keruwetan itu, ada gerakan pemuda. Mengatas namakan Pemuda Ramah Lingkungan (Perali) Tegalgubug. Gerakannya baru di satu blok. Yakni Blok Baitul Hikmah. Tapi, mereka konsisten mengumpulkan sampah dari warga. Bahkan, sudah berlangsung cukup lama. Hingga 10 tahun lamanya. Sekretaris Perali Tegalgubug, Ahmad Khozin menyatakan, selama kurun waktu 10 tahun itu, kegiatannya dinilai sederhana. Namun bermakna. ―Kita menyebarkan karung ke rumah-rumah warga. Lalu setiap minggu tepatnya Kamis sore, kita mengambil karung tersebut. Warga sudah mengisinya dengan sampah,‖ katanya, Jumat (3/12). Sampah yang dikumpulkan warga itu jenisnya beragam. Baik sampah kering maupun sampah basah. Semua ditampung. Sampah yang bisa didaur ulang, dipisahkan. Seperti botol plastik, bekas kardus, kertas dan lainnya. ―Kalau sudah terkumpul, kita menyortir sesuai jenisnya,‖ kata dia. Nantinya, sampah-sampah itu tidak dibiarkan begitu saja. Tapi dijual. Pastinya berdaya guna dan menghasilkan. Bagi kebanyakan orang, sampah dianggap sebagai sumber masalah serius. Tapi, disatu sisi, banyak juga masyarakat yang berprilaku buruk mengenai sampah. Semua itu, kata Khozim lantaran kurangnya kesadaran masyarakat. Akhirnya banyak yang membuang sampah sembarangan. ―Padahal, sampah itu, adalah emas yang tercecer,‖ katanya. Bahaya membuang sampah sembarangan, efeknya tidak hanya diterima si pembuang saja. ―Kan kalau banjir tidak ke satu orang. Atau yang membuang sampah sembarangan saja. Tapi semuanya kena dampaknya,‖ kata dia. Sampah itu lanjutnya, bisa dimanfaatkan. Bahkan bisa menjadi ladang usaha menjanjikan. Caranya, dengan mendaur ulang. Ketika dijual, tentu
  • 7. Page 7 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 menghasilkan. Perali belum sampai sejauh itu. Mereka hanya memilah dan menjual ketika sampah itu, bernilai. ―Dan dari penjualan ini uangnya digunakan untuk kegiatan sosial. Merayakan hari besar nasional dan hari besar Islam. Uangnya ita kumpulkan. Dan pada saat ingin melaksanakan acara, tidak harus memungut kepada warga. Untuk kami, hanya menyisihkan buat makan saja,‖ terangnya. Gerakan Perali ini, kata Khozin tidak semuanya mulus. Tetap mengalami hambatan. Ia bersama 20 pemuda lainnya, pernah mengalami cibiran warga. Dianggap, hanya gebrakan sambel. Hanya rame diawal-awal saja. Tapi kini, usia 10 tahun sudah membuktikan, Perali masih konsisten. ―Kedepan, kami ingin memanfaatkan sampah basah. Untuk bisa menghasilkan maggot. Masih dicari formulasinya,‖ tegasnya. Terpisah, Pembina Perali Tegalgubug, Ahmad Fawaz menjelaskan, gerakan pemuda di bloknya itu, merupakan sedikit ikhtiar untuk penanganan sampah. Dengan memilah sampah plastik ke rumah-rumah warga. Ia pun berharap, kegiatan tersebut, bisa diterapkan oleh kuwu terpilih Desa Tegalgubug. ―Kami harapkan kuwu terpilih ini bisa mengaplikasikan kegiatan ini di blok lainnya,‖ kata Fawaz. Menurutnya, sampah plastik dan kertas menjadi sumber utama sampah. Jumlahnya cukup banyak. Bisa mencapai 37 persen dari total sampah. Artinya, ketika dikelola, tidak hanya menjadikan lingkungan terbebas sampah, tapi sekaligus ada incam yang bisa dimanfaatkan. ―Semoga kegiatan ini bisa terus konsisten. Agar manfaatnya bisa terus dirasakan masyarakat. Dan bisa menginspirasi masyarakat maupun blok Tegalgubug lainnya,‖ pungkasnya. (zen) Ditag Kumpulkan Sampah Pemuda Ramah Lingkungan sampah TPAS Posting Terkait Kota Cirebon Pilot Project Pengelolaan Sampah Berbasis Kesetaraan Gender Sampah dan Kerusakan Jalan Mendominasi Hasil Reses DPRD https://rakcer.radarcirebon.com/10-tahun-konsisten-kumpulkan-sampah/
  • 8. Page 8 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Bersama Juara Si Lastik dari Ciamis, Mata Mereka Berbinar Saat Bicara Pengolahan Sampah Plastik Sabtu, 4 Desember 2021 00:16 Penulis: Andri M Dani | Editor: Arief Permadi TRIBUN JABAR Nazwa Resti Agustin (kanan) dan Lidiya Mustajab, tersenyum gembira saat menunjukkan karya mereka di SMAN 1 Ciamis, Jumat (3/12). Karya tersebut menjadi juara Kreasi Plastik Jadi Cantik (Si Lasik) yang digelar Pusaka Naraya di Telkom University, beberapa waktu lalu. CIAMIS, TRIBUNJABAR.ID - Bagi Nazwa Resti Agustin (16) dan Lidiya Mustajab (15), sampah plastik sudah seperti teman bermain. Kedua mata mereka selalu berbinar setiap kali menceritakannya. Bisa berjam-jam kedua siswa SMAN 1 Ciamis itu menghabiskan waktunya untuk "bermain" dengan sampah plastik. Sampah-sampah plastik apapun yang mereka hasilkan di rumah selalu bisa mereka ubah menjadi sesuatu yang cantik dan fungsional. Mulai dari yang sederhana seperti pot bunga atau sayuran hingga yang lebih rumit seperti pernak-pernik hiasan meja, bunga-bunga plastik, wadah lilin aroma terapi, dan sebagainya, termasuk, toples cantik dari botol plastik bekas serta tikar dan sejadah yang indah dari bungkus bekas kopi sachet. Dua yang terakhir ini bahkan menjadikan mereka juara lomba daur ulang sampah Kreasi Plastik Jadi Cantik (Si Lasik), yang digagas Pusaka Naraya dalam rangkaian acara Urban Villace 2021, Peminatan Marketing Komunikasi Telkom University, akhir November lalu. Toples cantik yang dibuat dan dipresentasikan Nazwa meraih juara pertama kategori Si Terbaik, sementara tikar dari bungkus kopi sachet bekas yang dibuat Lidiya meraih juara pertama kategori Si Gemoy. Ditemui di skampus SMAN 1 Ciamis, Jumat (3/12) siang, Nazwa mengatakan, karyanya yang menjadi Si Terbaik dalam lomba Si Lasik terbuat dari botol bekas kemasan softdrink ―Big Cola‖ ukuran 3 liter. ―Di rumah memang banyak botol (Big Cola). Apalagi waktu Lebaran kemarin, banyak yang suka,‖ ujar Nazwa.
  • 9. Page 9 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Biasanya, ujar Nazwa, botol plastik bekas minuman bersoda tersebut hanya digunakan sebagai wadah untuk menanam berbagai jenis cabai, aneka sayuran. dan kembang di halaman rumahnya di Jalan Pelita, Lingkungan Desa, Kelurahan Cigembor, Ciamis . ―Lama-lama kepikiran juga, kenapa enggak dibikin toples sekalian. Kan lebih banyak manfaatnya. Tidak hanya jadi pot untuk nanam cabai rawit, atau sayur mayur. Apalagi bekas botolnya kan cukup besar,‖ ujarnya. Selain tak terlalu sulit, kata Nazwa, membuat toples dari botol plastik bekas ini juga sangat mengasyikan. Pertama, botol ini digunting untuk dibuat toples ukuran sedang. Di bagian bawahnya sebagai alas, menggunakan bekas tutup botol, bekas tutup toples, dan serpihan kardus. Halaman selanjutnya; Halaman 123 Sumber: Tribun Jabar Tags: SMAN 1 Ciamis Telkom University sampah plastik Si Lasik © 2021 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved https://jabar.tribunnews.com/2021/12/04/bersama-juara-si-lasik-dari- ciamis-mata-mereka-berbinar-saat-bicara-pengolahan-sampah-plastik
  • 10. Page 10 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Bank Sampah (nasional) tidak berbagi data? Tak ada info dan data yang muncul ke publik dari Silatnas Bank Sampah ke-2… Sayang sekali tidak berbagi kepada publik melalui media massa, sehingga tak jelas seberapa besar kontribusi (kuantitatif) bank sampah secara nasional dalam upaya pengendalian sampah plastik di negri ini. Foto 5 Desember 2021 Senin, 6 Desember 2021 FOTO Foto Udara Penampakan TPA Cipayung yang Menggunung oleh: Fajar Januarta 6 Desember 2021 10:13 WIB Foto udara tumpukan sampah yang menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (RPA) Cipayung, Jakarta, Senin 6 Desember 2021.Tiga kolam sampah sudah penuh sampah untuk menampung sampah Kota Depok yang rata-rata 1.000 kubik per hari. TEMPO/Subekti.
  • 11. Page 11 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 https://foto.tempo.co/read/93585/foto-udara-penampakan-tpa-cipayung- yang-menggunung Sampah pasca rob di Pademangan capai 46 meter kubik Senin, 6 Desember 2021 22:55 WIB Saat rob mulai surut, kami langsung bertugas Jakarta (ANTARA) - Sampah pasca rob di kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa, tepatnya di RW 08 Ancol, Pademangan, Jakarta Utara mencapai 46 meter kubik. Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup (LH) Jakarta Utara Achmad Hariyadi di Jakarta, Senin, mengatakan sampah-sampah tersebut dikumpulkan dan kemudian diangkut menggunakan truk menuju tempat penampungan sementara (TPS) Ancol. "Saat rob mulai surut, kami langsung bertugas melakukan penyisiran sampah-sampah," katanya. Ia menyebut, dari lokasi paling parah di kawasan Sunda Kelapa atau tepatnya di RW 8 berhasil dikumpulkan satu truk sampah. Ia menambahkan, penanganan sampah pasca rob itu mendapat perhatian khusus dari Sudin LH Jakarta Utara. Petugas dan armada disiapkan setiap harinya di posko 1x24 jam untuk memonitor, memantau, juga melaporkan setiap perkembangan, terutama terkait sampah yang berpotensi menyumbat saluran air. Sudin LH Jakarta Utara juga berkolaborasi dengan sejumlah satuan kerja perangkat daerah, di antaranya Satuan Polisi Pamong Praja, Suku Dinas
  • 12. Page 12 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Bina Marga, Suku Dinas Sumber Daya Air dan petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) di tingkat kecamatan agar penanganan sampah menjadi lebih cepat. "Kolaborasi bersama PPSU dilakukan agar penanganan sampahnya lebih cepat. Tidak saling menunggu, saat informasi diberikan, tim khusus langsung turun ke lokasi," katanya. Pewarta: Abdu Faisal Editor: Edy Sujatmiko COPYRIGHT © ANTARA 2021 https://m.antaranews.com/berita/2568889/sampah-pasca-rob-di- pademangan-capai-46-meter-kubik?utm_medium=mobile A Small Bakery Is Helping Solve Leh’s Plastic Waste Issue, A Cupcake At A Time By Dawa Dolma in Climate Action Fellowship, Environment, ZeroSeHero 8th December, 2021 This post is part of theYKA Climate Action Fellowship, a 10-week integrated bootcamp to work on stories that highlight the impact of climate change on India‘s most marginalized. Click here to find out more and apply. Rigzin Wangmo was born and raised in Shey, a suburb of Leh town. She completed her education in tourism and hotel management and worked in various luxurious hotels to get first-hand experience in the hospitality and tourism industry. But, she always felt a vacuum in the quality of work and employment in the sector. So, she returned to her hometown and decided to follow her passion for bakery and confectionery. She decided to open Shey bakehouse in 2020 – one of the top bakeries in Ladakh. Locals enjoy the savoury and delicacy of her bread, cakes, and popular for the catering services as well.
  • 13. Page 13 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 The bakery also stands out for another thing – it is the only bakery service in Ladakh that uses biodegradable packaging. ―In terms of energy consumption, bakeries consume efficient energy and reviewing its process is crucial steps toward the green initiative. This isn‘t possible for young startups but adopting eco-friendly packing is feasible, so I took my first step towards improving sustainability in Ladakh‘s baking industry,‖ Wangmo told Youth Ki Awaaz. The idea of using eco-friendly packaging arose when she came across biodegradable wrappers in hotels. Her curiosity grew and she started researching alternative packaging. She discovered that compostable packaging material is made from cornstarch which is easily compostable, even if it‘s a bit more expensive than regular plastic made of polystyrene. ―I didn‘t hesitate to spend more money on the packaging that saves nature and procure it all the way from Uttar Pradesh,‖ adds Rigzin. Even though there are plenty of budding entrepreneurs in Ladakh especially promoting local products, very few are concerned about the environmental ills of using single-use plastic. According to reports, more than 50,000 plastic bottle waste weighing nearly 16 tonnes is generated per day during the tourist season in Leh. Also read: Meet Sunil Harsana, The Activist On A Mission To Protect One Of NCR‘s Last Green Forest Wangmo finds it‘s a matter of deep concern that the bakery industry, the noodle makers, the chips manufacturers, and the like use only plastic for packaging. ―The mass wholesaler and wholesale dealers in Ladakh will never revere our environment, we locals have to be responsible for our ecosystem,‖ she says. The garbage mountains of Bombgarh and Skarmpari record the number of waste people of Leh produce.
  • 14. Page 14 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 This single-used plastic has an adverse impact not only on humans but also on domestic animals. Locals say rising cases of cows dying from consuming plastic waste is common in Leh. ―Every individual bears the responsibility whether a consumer, producer, manufacturer, or policymaker. Each one of us can make a contribution, no contribution is small or great,‖ she says. She has always been a climate enthusiast and her great grandfather is the greatest source of inspiration. He is 93 years old who taught her to live a sustainable and eco-friendly mode of living. Shey bakehouse saves 4.5 lakhs of single used plastic every year yet faces major challenges in adopting biodegradable packaging. The substitution to plastic is a tricky affair because of the material (cornstarch) being compostable and hence not being able to hold moisture for too long especially when exposed to heat. In order to not compromise the quality, in summer they use twice the amount of packaging to maintain the required temperature. ―It might be time-consuming but we will never negotiate on the quality,‖ says Rigzin. Also read: Most People Don’t Know Where Their Trash Goes. I Followed Mine And This Is What I Found ―Despite the challenges, the people in positions, particularly in government, should encourage responsible entrepreneurs by giving subsidies in utility costs or procurement of local resources,‖ she says. Under the directive of Ama Tsogpa, Leh (Mothers Association) has banned plastic bags for the last few years. They have been substituted with non- woven grocery bags made of polypropylene. ―But the implementation of law or banning of certain items won‘t work at all – the need to understand the phenomenon of climate change and its impact as it unfolded in Ladakh is extremely crucial,‖Wangmo feels. Solid waste lying at a large dumpsite, Bomgard, near Leh town. Photo: Athar Parvaiz, Scroll. in For instance, the distinctive habit of not sorting waste is the biggest challenge around the present waste cycle in Ladakh. Wangmo along with like-minded friends has initiated a tree plantation drive called ‗Orchid in Desert.‘ She calls it a little investment towards mother nature. So far, they have planted 389 apple and apricot trees in the desert land of Shey. The idea is to expand greenery in the barren lands of Ladakh, to empower people to reduce their carbon footprint and promote sustainable living.
  • 15. Page 15 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 ―Sustainability has become a posh word in today‘s world, the myth that only the well-off people can have a sustainable life. We need to debunk such myths. For me, sustainability is about sourcing local ingredients, empowering local farmers, and making sure that they don‘t lose interest in farming,‖ she says. Being a responsible entrepreneur entails more work with more responsibility, she adds, ―I feel the need for not only making a living but also being benign towards our environment,‖ she asserts. The punishing terrain, barren land, and hypoxic atmosphere have made Ladakh one of the most vulnerable areas on the planet to be hit by climate change. An increase in purchasing power among locals through burgeoning tourists has created better job opportunities and established more hospitality businesses. Along with the booming tourism industry, locals have adapted the so-called modern lifestyle that drastically changed Leh‘s natural terrain within a short span of time. Whether it is acute water shortage, vehicular pollution, or waste management – there is no miraculous solution until we change our behaviour and choice, Wangmo feels. Follow Dawa Dolma to keep up with their posts on Youth Ki Awaaz Dawa Dolma 0 Following | 0 Followers https://www.youthkiawaaz.com/2021/12/bakery-shey-bakehouse-solving- leh-plastic-waste-issue-ladakh-climate/
  • 16. Page 16 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Benarkah, atau Persaingan Dagang? Cuitan di Twitter 6 Desember 2021 Tidak ada uraian tetapi ada manfaatnya dua foto itu untuk memberi sepercik info adanya kesadaran pembuat status cuitan kepada publik mengenai issu galon plastik sekali pakai. Bisnis Kreatif, di Kota Selatpanjang Sudah Ada Layanan Jemput Sampah Kamis, 09/12/2021 | 12:41 Penggagas layanan angkut sampah, dr Bobby Raemi dan sahabatnya Wira Agustria saat berkoordinasi dengan pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kepulauan Meranti SELATPANJANG - Bukannya tidak terangkut atau terkelola dengan baik, namun untuk membantu pemerintah dan meringankan tugas pasukan kuning (sebutan untuk tukang sampah) kini di Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti hadir jasa pengambilan sampah langsung dari rumah ke rumah. Kehadiran jasa pengambilan sampah yang bernama 'Ambik' ini pun disambut baik pelayanannya. Ide cemerlang dari usaha kreatif ini datang dari seorang yang berprofesi sebagai dokter umum di tempat prakteknya yakni dr Bobby Raemi dan sahabatnya Wira Agustria. Kondisi itu setelah ia melihat di beberapa titik persimpangan jalan dan
  • 17. Page 17 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 lingkungan perumahan yang notabene sulit dijangkau oleh armada pengangkut sampah yang pada akhirnya sering menumpuk dan menimbulkan bau tidak sedap. Hal itulah yang menggugah keinginan dokter muda itu untuk mencoba memberikan solusi dengan memberikan layanan untuk menyelesaikan permasalah yang kerap terjadi di perkotaan tersebut dengan membuka layanan jasa pengambilan sampah. "Kami Menyediakan alat transportasi untuk mengambil sampah dari rumah ke rumah dan setelah itu sampah tersebut akan kami antar ke TPS di Gogok. Melalui layanan angkut sampah ini, para pemilik rumah tidak perlu lagi khawatir akan sampah-sampah yang kerap kali menumpuk, karena belum diangkut oleh para petugas sampah atau memang belum terjangkau angkutan sampah," kata Wira Agustria, Rabu (8/12/2021). "Ide ini muncul dan termotivasi dari banyaknya sampah yang membludak di jalan. Jadi saya dan dokter Bobby berinisiatif untuk membantu pemda dalam penjemputan sampah agar sampah tidak diserakkan di jalan. Mohon doanya agar masyarakat kita tetap membuang sampah pada tempatnya," kata Wira lagi. Untuk terhubung dengan para pelanggannya, saat ini jasa angkutan sampah ini masih mengandalkan aplikasi chatting WhatsApp dan kedepannya sedang diupayakan untuk menggunakan aplikasi tersendiri. "Saat ini aplikasi dan surat izin dalam proses, kami saat ini masih mengunakan WhatsApp atau telepon untuk alat komunikasi ke pelanggan," ujar Wira. Selain memberikan solusi masalah persampahan, ia juga ingin agar melalui usaha rintisan nya itu juga bisa mengatasi persoalan lainnya yakni pengangguran. "Di samping itu kami juga membuka lapangan pekerjaan dan saat ini sudah ada empat orang tenaga yang kami libatkan untuk bekerja di layanan pengangkutan sampah ini," ujarnya lagi. Model bisnis jasa angkutan yang baru diperkenalkan ini sudah mempunyai lebih dari 20 pelanggan yang banyak terdiri dari rumah tangga yang minta diambil sampahnya melalui jasa Ambik ini. "Alhamdulilah saat ini sudah ada 24 rumah yang terdaftar sebagai pelanggan jasa angkutan sampah," ungkapnya. Asal tahu saja, jasa angkut sampah ini mematok tarif yang bervariatif tergantung berapa hari sekali dalam seminggu sampah itu akan dijemput, sementara berat sampah tidak dibatasi.
  • 18. Page 18 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Adapun tarif yang dipatok yakni Rp 30 ribu 2 kali seminggu, Rp 40 ribu 3 kali seminggu dan Rp 50 ribu 4 kali seminggu. Sementara untuk sampah di rumah tangga harga mulai Rp 25 ribu. Dikatakan, usaha rintisan ini akan menjalin kerjasama dengan beberapa pihak. Untuk pengelolaan sampah organik, nantinya sampah-sampah tersebut bakal dijadikan pupuk atau langsung dibuang. Sedangkan untuk anorganik, salah satunya sampah botol plastik, dapat langsung dijual kepada pengepul untuk tambahan pendapatan bagi petugas atau nantinya terlebih dahulu dikumpulkan di gudang untuk didaur ulang dan dijadikan sebuah kreatifitas. "Kita akan lihat nanti pengelolaan nya seperti apa, sementara kita juga sudah membuat sebuah gudang untuk menampung sampah yang bisa didaur ulang," tuturnya. Untuk memudahkan pekerjaan bagi para pengambil sampah, Ambik menyediakan fasilitas kendaraan Becak bermotor untuk tempat menampung sampah rumah tangga. Supaya layanan ini berjalan lancar, dikatakan Wira pihaknya memberi imbalan bagi para pengambil sampah. Sedangkan layanan ini juga ia harapkan bisa meningkatkan pendapatan dari para pemulung yang ingin bergabung. "Para petugas mengambil sampah di setiap rumah menggunakan becak motor, selain kita gaji setiap bulannya, mereka juga mendapatkan biaya makan dan lainnya," pungkasnya. Baru berjalan beberapa hari, namun pandangan positif sudah banyak diberikan oleh masyarakat terhadap layanan jasa angkutan sampah ini. "Memang pemerintah juga menyediakan layanan pengangkutan sampah namun tidak sampai ke lingkungan rumah yang jalannya juga sempit dan itu mengharuskan kita membuangnya langsung ke TPS. Dengan adanya layanan ini sedikit terbantu lah dan biayanya juga tidak begitu menguras kantong," ujar salah seorang warga Selatpanjang, bernama Lina. Sementara itu Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kepulauan Meranti, Husni Mubarak mendukung inovasi yang telah digagas tersebut. Menurutnya langkah tersebut juga dalam rangka membantu kerja pemerintah dalam hal penanganan sampah. Penulis : Ali Imroen https://m.halloriau.com/read-141567-2021-12-09-bisnis-kreatif-di-kota- selatpanjang-sudah-ada-layanan-jemput-sampah.html
  • 19. Page 19 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Koran Jakarta | 08 December 2021 “Circular Economy" Solusi Tangani Sampah Secara Ekologi dan Ekonomi Senin, 06 Des 2021 20:43 WIB Waktu Baca 5 menit Foto : Istimewa Ketua Umum Asosiasi Pelapak dan Pemulung Indonesia (APPI), Bagong Suyoto (tengah), usai diskusi soal sampah, di Bekasi, baru-baru ini. BEKASI - Di Bantargebang ada banyak gunung sampah. Sampah itu berasal dari Jakarta, sekitar 7.500-7.800 ton per hari. Jika dibiarkan tanpa diolah, berapa banyak dalam stahun, lima tahun, sepuluh tahun. Untuk itu dibutuhkan solusi komprehensif dalam menangani sampah secara ekonomi dan ekologi dalam wujud circular economy. "Sampahnya yang diolah relatif sedikit, tidak lebih dari 10-15% untuk TPST Bantargebang. Sedang di TPA Sumurbatu tidak ada pengolahan sampah. Dampaknya sampah semakin banyak dan hampir semua zona penuh sampah," kata Ketua Umum Asosiasi Pelapak dan Pemulung Indonesia (APPI), Bagong Suyoto dalam diskusi, di Bekasi, baru-baru ini. Bagong pada 4 Desember 2021 menerima Rully Syumanda, Ketua Departemen Lingkungan Hidup DPP Partai Gelora Indonesia yang berkunjung ke kawasan TPST Bantargebang bersama empat pengurusnya. Mereka menemui dan diskusi dengan Bagong serta berdialog bersama sejumlah pelapak dan pemulung dan observasi lapangan. Mereka heran ternyata di Bantargebang ada banyak gunung sampah. Rully menanyakan kepada Bagong, kenapa urusan sampah tidak beres- beres di negeri ini, bukankah peran lembaga pemerintah dan stakeholders lain sudah begitu banyak. Bukankah sampah bisa dikembalikan menjadi sumber daya dan dukung roda perekonomian. Pertanyaan tersebut, tambah Bagong, tidak mudah dijawab, karena menyangkut beberapa aspek yang belum bisa dilaksanakan secara sinergis dan kolaboratif. Dalam pengelolaan sampah ada beberapa dimesnsi yang perlu dipahami, seperti aspek kebijakan/perundangan, kelembagaan, anggaran,partisipasi masyarakat dan teknologi. Menurut siaran pers yang diterima Koran Jakarta, Senin (6/12), Indonesia sudah punya UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, Peraturan Pemerintah No. 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tanggal, Perpres No. 97/2017 tentang Jakstranas Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
  • 20. Page 20 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Sejenis Sampah Rumah Tangga, dan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sudah memiliki Perda tentang Pengelolaan Sampah dan Jaksatrada. "Kita sudah memiliki regulasi pengelolaan sampah cukup, namun sosialisasinya boleh jadi masih kurang, apalagi menyentuh kampung- kampung. Juga, regulasi tersebut tidak dijalankan secara konsisten dengan berbagai alasan. Misal karena anggaran tidak ada, terlalu kecil. Bisa juga sebab SDM-nya terbatas," kata Bagong. Sekarangan ini dikenal ada tiga pendekatan pengelolaan sampah (KLHK, 2020). Pertama, minim sampah (less waste). Konsep dasarnya, persoalan persampahan dapat diselesaikan melalui perubahan perilaku. Konsep pemikiran ini berkembangan di kalangan anak muda dan millennial. Teori dasarnya, limit to growth dan disruption. Target pada pendekatan nimim sampah: (1) single use plastic bag/kantong kresek, (2) cutley & plastic straw, (3) styrofoam, phasing-down tahun 2029. Kedua, tambah dia, pelayanan dan teknologi. Konsep dasarnya, kumpul angkut buang yang lebih advanced, persoalan persampahan diselesaikan melalui pelayanan oleh Pemda dengan pendekatan teknologi, tanpa perlu mendorong perubahan perilaku. Konsep ini membutuhkan biaya dan cost yang relatif cukup mahal, negara dengan GDP tinggi akan mudah melakukan konsep ini, seperti Singapura, Jepang, Korea Selatan, Jerman, Inggris, dan Austria. Ketiga, tambah Bagong, sirkular ekonomi. Konsep dasarnya, persoalan persampahan dapat diselesaikan dengan menjadi sampah sebagai sumber daya serta pertumbuhan ekonomi dapat tumbuh dengan baik. Konsep circular economy adalah pemikiran yang paling ideal, karena Indonesia masih sangat membutuhkan pertumbuhan ekonomi sebagai negara sedang menuju negara maju. Circular Economy Action Plan For a cleaner and more competitive Europe (EU, 2020) menyatakan; This Circular Economy Action Plan memberikan agenda berorientasi masa depan untuk manfaat yang lebih bersih dan lebih kompetitif untuk Eropa dalam kreasi dengan aktor-aktor ekonomi, konsumen, warga dan organisasi masyarakat sipil. Rencana ini, tambah Bagong, bertujuan mempercepat perubahan transformasi yang diminta oleh European Green Deal, ketika membangun aksi-aksi implementasi circular economy sejak tahun 2015. Rencana ini memperkuat kerangka regulasi yang ditekankan dan membuat suatu masa depan berkelanjutan. Bahwa peluang-peluang baru dari transisi adalah maximized, sementara minimizing menjadi beban manusia dan bisnis. Selanjutnya, tambah dia, rencana itu mengedepankan serangkaian inisiatif hubungan menuju kemapanan yang kuat dan kerangka produk kebijakan
  • 21. Page 21 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 koheren yang akan menciptakan pelayanan-pelayanan sustainable products dan model-model norma bisnis dan transformasi pola konsumsi tanpa sampah yang diproduksi pada tempat pertama. Kerangka kerja produk kebijakan ini akan menjadi sangat progresif, ketika rantai kunci nilai produk akan diarahkan sebagai suatu proritas. Selanjutnya ukuran ini akan ditempatkan guna mengurangi sampah dan mempertahankan, bahwa EU telah memfungsikan dengan baik pasar internal material-material sekunder bernilai tinggi. Kapasitas EU memegang tanggung jawab untuk sampah juga akan semakin kuat. Hingga 80% produk-produk tersebut berdampak pada lingkungan yang ditentukan pada phase desain, the linear patter of take-make-usedispose tidak memproduksi dengan insentif memadai untuk membuat produk- produk yang lebih sirkular. Menurut dia, banyak produk yang rusak sangat cepat, tidak mudah diguna-ulang, diperbaiki atau didaur-ulang, dan banyak yang dibuat hanya untuk single use. "Pada waktu bersamaan, pasar tungal memberikan kritik massif pada EU untuk mengatur standar global dalam product sustainability dan mempempengaruhi desain produk dan nilai rantai menajemen seluruh dunia," kata Bagong. Menurut dia, ada sejumlah sustainability principles dan penghargaan berkaitan denan aspek circular economy, di antaranya memperbaiki durabilityproduk, reusability, upgradability and reparability yang ditujukan pada produk yang mengandung hazardous chemicals, dan meningkatkan energy and resources efficiency; meningkatkan recycled conten in products, ketika mempertahankan performance dan keselamatan; memfasilitasi remanufacturing and high-quality recycling; mengurangi carbon and environmental footprints; membatasi single-use and countering premature obsolescence; memperkenalkan suatu ban on the destruction of ubsold durable goods. Baca Juga :Tragedi Menyedihkan Ratusan Makam Warga Tertimbun Sampah TPA Sumurbatu Selama Bertahun-tahun Yang paling pokok memperhatikan standar berkualitas tinggi dan memberikan insentif memadai bagi produk-produk ramah lingkungan dan pelaku yang terlibat dalam daur ulang. Namun, dari semua itu, persoalan lingkungan hidup dan persampahan cenderung merupakan persoalan lapangan. Tidak akan beres kalau hanya didiskusikan, diseminarkan, diwebinarkan sepanjang waktu dengan berpindah-pindah tempat. Persoalan yang terjadi sekarang ini bersumber pada manusia Indonesia. Urusan sampah tak kunjung beres bermula dari manusia negeri ini, birokrat, swasta dan sebagian masyarakat.
  • 22. Page 22 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Menurut Bagong, masalah sampah itu adalah barang mati, mau ditaruh di mana saja, dibuang ke TPA dan ditumpuk saja itu urusan manusia. Sampah diolah dengan multi-teknologi itu karena kehendak manusia. Jadi, otak dan hati manusia Indonesia yang harus dibenahi, terutama para pejabat dan para pengambil keputusan. "Selama ini mereka menggunakan pendekatan dan strategi kumpul- angkut-buang dengan mengadalkan TPA/TPST. Pendekatan konvensional tersebut harus digeser ke arah pendekatn circular economy," kata Bagong. Redaktur : Marcellus Widiarto Penulis : Marcellus Widiarto #Circular Economy#Solusi#Sampah#Ekologi#Ekonomi © Copyright 2021 - Koran Jakarta. All rights reserved. https://koran-jakarta.com/circular-economy-solusi-tangani-sampah-secara- ekologi-dan-ekonomi Sampah Bermunculan Hanyut di Genangan Banjir, Warga Harapkan Bantuan untuk Pembersihan 9 Desember 2021 | 02:39 WIB BANJARMASIN, KOMPAS.TV - Pasca hujan deras yang mengguyur pada selasa malam (7/12/2021) membuat kawasan Jalan Batu Tiban, Banjarmasin terendam genangan air di ketinggian 10 hingga 15 cm. Akibatnya ditemukan banyak sampah rumah tangga bermunculan hanyut terbawa air. Rabu pagi (8/12/2021) Warga pun nampak membersihkan banyaknya sampah yang mengapung di tengah genangan agar memudahkan aliran drainase yang diklaim mengalami penyumbatan. Warga berharap adanya bantuan gerobak dari pemerintah untuk memudahkan proses pengangkutan. "Itukan larut dari mana-mana jadi kita bersihkan, harapan kalau perlu gerobak sampah lah supaya mudah membuangnya," ucap seorang warga, Eddy. Hingga rabu siang kawasan Jalan Mulawarman Banjarmasin juga nampak direndam oleh genangan air.
  • 23. Page 23 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Kondisi tersebut mengakibatkan sejumlah sekolah ikut terendam. Selain itu juga di kawasan Kayutangi Banjarmasin juga nampak terendam dan membuat sejumlah pengguna jalan kesulitan untuk melintas. Termasuk lingkungan di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin yang juga berada di wilayah Kayutangi turut terendam dengan ketinggian sekitar 15 hingga 20 cm. Sehingga memaksa mahasiswa untuk melepas sepatunya agar bisa melewati genangan air. Penulis : KompasTV Banjarmasin Sumber : Kompas TV PERISTIWA Banjir Rob Landa Banjarmasin, Warga : Debit Air Lebih Tinggi dari Banjir Awal Tahun 9 Desember 2021 | 03:14 WIB 9 Desember 2021 | 03:00 WIB 01:26 PERISTIWA Banjir Masuk dalam Rumah, Warga Banjarmasin Buat Ranjang Lebih Tinggi 9 Desember 2021 | 02:55 WIB 1:38 PERISTIWA Sampah Bermunculan Hanyut di Genangan Banjir, Warga Harapkan Bantuan untuk Pembersihan 9 Desember 2021 | 02:39 WIB © 2021 KOMPASTV. A Subsidiary of KG Media. https://www.kompas.tv/article/240080/sampah-bermunculan-hanyut-di- genangan-banjir-warga-harapkan-bantuan-untuk-pembersihan Banjir Di Pekalongan Mulai Surut, Warga Mulai Bersihkan Rumah Dari Sisa Lumpur Dan Sampah Berita video saya foto sebagian saja, alias cuma dua foto; satu foto banjir di Banjarmasin
  • 24. Page 24 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 DLH Palu kampanye pembatasan penggunaan kemasan plastik sekali pakai Kamis, 9 Desember 2021 22:50 WIB Jika pemerintah tidak mengambil langkah konkret, hal ini sangat berdampak terhadap kelangsungan ekosistem alam Palu (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah menggiatkan kampanye pembatasan penggunaan kemasan plastik sekali pakai untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Kepala DLh Kota Palu Irmayanti Petalolo di Palu, Kamis, mengatakan membatasi penggunaan kemasan plastik merupakan upaya pemerintah meminimalkan pencemaran lingkungan. Gerakan ini diperkuat dengan kebijakan pemerintah setempat melalui Peraturan Wali Kota Palu (Perwali) Nomor 40 Tahun 2021 tentang Pembatasan Penggunaan Kemasan Plastik Sekali Pakai dan Stirofoam, dengan pertimbangan mewujudkan Palu yang bersih, indah dan sehat secara berkesinambungan. Baca juga: UNDP bangun kembali tampat pembuangan akhir pascagempa Palu "Tujuan kebijakan ini untuk mengurangi jumlah sampah plastik, karena warga masih ketergantungan menggunakan kemasan sekali pakai dalam setiap bentuk aktivitas," ucap Irmayanti. Oleh karena itu, dibutuhkan partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak untuk menjaga serta meningkatkan kelestarian lingkungan hidup.
  • 25. Page 25 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Menurut dia, penggunaan kemasan plastik sekali pakai dan stirofoam telah menjadi permasalahan lingkungan yang serius, karena sifat plastik sulit terurai oleh tanah dan dinilai dapat mengganggu kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya. Baca juga: Capai 117 ton per hari sampah di Kota Palu, sebut DLH "Perlu upaya pengendalian penggunaan kemasan plastik sekali pakai. Jika pemerintah tidak mengambil langkah konkret, hal ini sangat berdampak terhadap kelangsungan ekosistem alam dalam jangka panjang," ujar Irmayanti. Sebagai mana catatan DLH setempat, sampah rumah tangga yang diangkut petugas kebersihan kota ke tempat pembuangan akhir (TPA) 30 persen di antaranya merupakan sampah plastik. Jumlah ini, bisa saja bertambah bila tidak dilakukan pengendalian penggunaannya di tengah masyarakat. Baca juga: Bali jadi proyek percontohan tata kelola sampah kemasan "Pelaku usaha juga kami minta agar membatasi kemasan plastik sekali pakai. Bila perlu menyiapkan tas yang ramah lingkungan saat warga datang berbelanja, begitu pun sebaliknya, warga juga membawa tas atau wadah yang bisa di pakai berkali-kali," katanya. Perwali tentang pembatasan penggunaan kemasan plastik dan stirofoam, memiliki tujuh Bab dan 16 pasal yang mengatur ketentuan umum, tugas dan kewenangan pemerintah, peran serta masyarakat hingga pembinaan dan pengawasan. "Kami berharap lahirnya peraturan ini dapat menggugah kesadaran masyarakat lebih cinta terhadap lingkungan, dengan begitu jumlah sampah plastik di Kota Palu bisa berkurang," demikian Irmayanti. Baca juga: CCFI sebut program daur ulang terkendala pengumpulan sampah plastik Baca juga: KLHK: Teknologi nuklir dapat atasi polusi plastik Pewarta: Mohamad Ridwan Editor: Agus Salim COPYRIGHT © ANTARA 2021 https://m.antaranews.com/berita/2576645/dlh-palu-kampanye- pembatasan-penggunaan-kemasan-plastik-sekali- pakai?utm_medium=mobile
  • 26. Page 26 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 DLH Lumajang bentuk tim tangani sampah di pengungsian Semeru Jumat, 10 Desember 2021 11:53 WIB Lumajang, Jawa Timur (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lumajang, Jawa Timur membentuk Tim Unit Reaksi Cepat (URC) dalam melakukan penanganan sampah di beberapa lokasi pengungsian usai bencana awan panas guguran Gunung Semeru. "Penyisiran sampah dilakukan setiap hari di berbagai titik posko pengungsian di Kecamatan Candipuro maupun beberapa titik di Kecamatan Pasirian," kata Kepala DLH Lumajang Yuli Harismawati di kabupaten setempat, Jumat. Menurutnya penanganan sampah memang bersifat kondisional, sehingga kalau di kontainer dilakukan dua hari sekali, teapi untuk yang lain pihaknya pun bersifat kondisional bisa dilakukan setiap hari atau bisa dua kali sehari. Baca juga: Tumpukan sampah jadi masalah di tempat pengungsian warga "Hal itu dilakukan karena memang ada titik-titik lain yang harus ditangani secara cepat terkait penanganan sampahnya," tuturnya. Ia menjelaskan pihak DLH Lumajang juga telah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang dalam melakukan penanganan sampah di berbagai titik pengungsian di Kecamatan Pronojiwo karena akses menuju kesana terputus akibat jembatan Gladak Perak ambruk. "Penanganan dan pengangkutan sampah di titik-titik pengungsian Kecamatan Pronojiwo sudah berkoordinasi dengan DLH Kabupaten Malang, dan alhamdulillah mereka siap untuk membantu," katanya. Yuli juga juga memberikan apresiasi terhadap para relawan penanggulangan bencana yang ikut berpartisipasi aktif dalam melakukan penanganan sampah di beberapa posko pengungsian warga terdampak awan panas guguran Gunung Semeru. "Alhamdulillah mulai kemarin kami dibantu oleh teman-teman relawan yang membantu kami mengangkut sampah dengan kendaraan pikap ke TPA Lempeni," ujarnya. Sebelumnya beberapa waktu lalu tumpukan sampah menjadi persoalan tersendiri di posko-posko pengungsian seperti yang terlihat di depan tempat pengungsian warga terdampak bencana awan panas guguran
  • 27. Page 27 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Gunung Semeru, tepatnya di Posko Pengungsian Sekolah Dasar Negeri (SDN) 4 Supiturang, Kabupaten Lumajang. Pihak koordinator posko pengungsian juga berharap sampah-sampah tersebut diambil secara rutin, agar posko terjaga kebersihannya dan tidak menimbulkan bau tidak sedap di sekitar pengungsian. Pewarta: Zumrotun Solichah Editor: Triono Subagyo COPYRIGHT © ANTARA 2021 https://m.antaranews.com/berita/2577429/dlh-lumajang-bentuk-tim- tangani-sampah-di-pengungsian-semeru?utm_medium=mobile Gara-gara Dilarang Acak-acak Sampah, Seorang Pemulung Aniaya 2 Kepling di Medan Johor Kompas.com, 10 Desember 2021, 12:44 WIB Penulis: Kontributor Medan, Dewantoro Editor: Aprillia Ika MEDAN, KOMPAS.com - Seorang tukang botot (pemulung) berkelahi dengan dua orang kepala lingkungan di Kelurahan Titi Kuning, Kecamatan Medan Johor pada Kamis (9/12/2021) dinihari. Pemulung tersebut sakit hati dilarang mengacak-acak bungkusan plastik sampah lalu memukul dua korbannya hingga jatuh dan terluka. Dikonfirmasi melalui telepon pada Jumat (10/12/2021) pagi, Kapolsek Deli Tua, AKP Zulkifli Harahap menjelaskan, kasus ini bermula saat pelaku berinisial MD hendak mengambil botot dari bungkusan plastik sampah di pinggir jalan. Tepatnya di depan sebuah swalayan di Kelurahan Titi Kuning, Kecamata Medan Johor pada Kamis (9/12/2021) sekitar pukul 02.00 WIB. Tapi, aksinya dilarang oleh korban yang merupakan kepala lingkungan, berinisial Y. Menurutnya, korban Y melarang agar sampahnya tidak berserak di jalan. Dilarang acak-acak sampah, pelaku tersinggung lalu adu mulut dengan korban
  • 28. Page 28 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Larangan itu membuat pelaku tersinggung sehingga terjadi adu mulut dan perkelahian. Korban Y kemudian menghubungi temannya sesama kepala lingkungan berinisial AI untuk datang ke lokasi. Tak lama kemudian AI datang melerai, namun pelaku mengambil batu cadas dan memukulkannya ke ke ulu hati AI hingga terjatuh. Kemudian pelaku menyerang Y dengan memukulkan batu tersebut ke arah pelipis mata kiri korban. Setelah itu, kedua korban langsung membuat laporan di Polsek Deli Tua sehingga pihaknya langsung melakukan penyelidikan dan memeriksa sejumlah saksi. "Pelaku sudah kita tangkap, dan sekarang sedang menjalani pemeriksaan di Mapolsek. Soal pasalnya, masih dalam pendalaman," ungkapnya. https://regional.kompas.com/read/2021/12/10/124439478/gara-gara- dilarang-acak-acak-sampah-seorang-pemulung-aniaya-2-kepling-di Wali Kota Bandung Oded M Danial, Sosok Peduli Masalah Sampah Oleh Henry pada 10 Des 2021, 19:03 WIB Wali Kota Bandung Oded M Danial Sosok yang Peduli pada Masalah Sampah. (dok.Instagram @mangoded_md/ https://www.instagram.com/p/CWYAmVuBjZ6/Henry) Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Bandung Oded M Danial meninggal dunia pada Jumat, 10 Desember 2021 sekitar pukul 12.00 WIB ini. Sebelum meninggal dunia, Oded M Danial dikabarkan kolaps saat tengah melaksanakan salat Jumat di Masjid Mujahidin, Jalan Sancang, Kota Bandung. Ia sempar dilarikan ke Rumah Sakit Muhammadiyah Kota Bandung. Namun, Oded dinyatakan meninggal dunia setelah sempat mendapatkan perawatan. Kepergian pria yang akrab disapa Mang Oded memang sangat mengejutkan, termasuk bagi warga Bandung. Menjabat sejak 2018 menggantikan Ridwan Kamil yang menjadi Gubernur Jawa Barat, pria yang biasa disapa Mang Oded inu diketahui sangat fokus pada masalah sampah. Sampah memang menjadi permasalahan di banyak daerah di Indonesia, termasuk di Bandung.
  • 29. Page 29 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Berbagai usaha pun dilakukan untuk menanggulangi masalah sampah yang sangat urgent karena bisa berdanpak pada banyak hal, terutama masalah banjir yang kerap melanda di musim hujan seperti sekarang ini. Hal itu setidaknya bisa terlihat dari sejumlah unggahan Oded di akun Instagramnya yang banyak mengangkat masalah sampah. Salah satunya pada 4 November lalu. Dalam unggahan itu, ia membagikan kegiatan para petugas Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung sedang membersihkan sampah yang jadi penyebab banjir. "Hatur nuhun para petugas yang sigap, squad @dpukotabandung yang terus berjibaku menangani efek banjir kemarin. Sudah saatnya kita mencapai mufakat bersama terkait kebijakan antar Pemerintah daerah, Insya Allah perlahan kita selesaikan," tulis Mang Oded dalam keterangan foto. Dalam unggahan lainnya pada 14 November 2021, Mang Oded membagikan ulang unggahan dari PDAM Tirtawening Bandung saat membersihkan sampah yang menumpuk di sebuah saluran air agar air tidak tersumbat sehingga menimbulkan banjir. "Insya Allah pelayanan terus berjalan dan mohon doa Warga Bandung semoga para petugas di lapangan diberikan kelancaran," tulis Oded. Lalu dalam unggahan lainnya pada 30 September 2021, Oded membagikan informasi tentang serah terima penugasan pengelolaan sampah Kota Bandung. Menurut Oded dalam unggahannya, pengelolaan sampahKota Bandung yang semula dikelola oleh Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung akan dialihkan ke Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung. "Kita jadikan ini momentum perubahan pelayanan yang lebih baik, dibuktikan sampah akan terkelola dengan baik, tentunya kolaborasi akan semakin intens dengan peran serta masyarakat, Insya Allah," tulis Oded dalam kata sambutannya.⠀ "Hatur nuhun keluarga besar @pdkebersihanbdg, seluruh jajaran yang sudah berkontribusi terbaik dalam melayani masyarakat. Tenaga, pikiran, lelah dan segala perjuangan dalam pelayanan kemarin semoga menjadi ladang pahala dan menjadi catatan amal kebaikan untuk semuanya. Aamiin...," sambungnya. Di unggahan lainnya pada 21 Oktober 2021, Oded membagikan ulang unggahan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung Didi Ruswandi. Dalam unggahan itu terlihat tumpukan botol plastik yang menggunung, sedang dibersihkan oleh sejumlah petugas. Botol-botol tersebut dibersihkan petugas dari dalam selokan. Dalam unggahannya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum itu menyatakan sudah malas mengunggah masalah membuang sampah sembarangan.
  • 30. Page 30 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 "Aslinya sih udah males posting yang kayak beginian teh," kata Didi. Menurutnya, beberapa unggahannya tak mampu mengubah perilaku masyarakat yang tak bertanggung jawab untuk merasakan empati. "Postingan demi postingan tak mampu mengubah para durjana menjadi punya empati bagi pekerja kebersihan drainase dan warga yang terdampak kebanjiran," lanjutnya. Namun tidak disebutkan lokasi selokan yang dipenuhi oleh botol plastik tersebut. Mang Oded pun menanggapi unggahan tersebut. Ia memastikan warganya untuk siap bersinergi. "Nu karasep + gareulis (Yang ganteng dan cantik). Pasti siap jadi balad pak kadis," tulisnya. Menurut Mang Oded, mencintai lingkungan merupakan bentuk syukur terhadap apa yang telah diberikan. "Karena nya'ah (cinta) ka lingkungan adalah bentuk syukur kita diberi kesehatan dan segala kenikmatan," tulisnya lagi. Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni) http://m.liputan6.com/lifestyle/read/4733956/wali-kota-bandung-oded-m- danial-sosok-peduli-masalah- sampah?utm_source=Mobile&utm_medium=whatsapp&utm_campaign=Sh are_Top Potensi kerugian angkanya triliunan yang akan buat pengusaha gulung tikar Video Diskriminatif! Pengusaha Air Galon Tolak Pelabelan Bebas BPA CNBC Indonesia TV, CNBC Indonesia NEWS 10 December 2021 20:19 Jakarta, CNBC Indonesia- Ketua Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin), Rachmat Hidayat menilai langkah BPOM yang akan melabeli kemasan galon polikarbonat dengan label bebas mengandung senyawa Bisphenol A (BPA) akan membahayakan sektor usaha. Selain itu hal ini akan menimbulkan persaingan tidak sehat antar produk terkait air minum kemasan.
  • 31. Page 31 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Seperti apa dampak kebijakan ini terhadap bisnis air galon kemasan? Selengkapnya simak dialog Syarifah Rahma dengan Ketua Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin), Rachmat Hidayat dan Ketua Asosiasi di Bidang Pengawasan dan Perlindungan terhadap Para Pengusaha Depot Air Minum (Asdamindo), Erik Garnadi dalam Evening Up, CNBC Indonesia (Jum'at, 10/12/2021) Saksikan live streaming program-program CNBC Indonesia TV lainnyadi sini TAG: aspadin asdamindo air galon kemasanamdk bpom bpa free VIDEODiskriminatif! Pengusaha Air Galon Tolak Pelabelan Bebas BPA ©2021 CNBC Indonesia, A Transmedia Company https://www.cnbcindonesia.com/news/20211210193603-8- 298410/diskriminatif-pengusaha-air-galon-tolak-pelabelan-bebas-bpa Naskah saya (RVT) dari menonton beritanya: Pemerintah Plin-Plan? Pengusaha Air Galon Tolak Pelabelan Bebas BPA Biaya yang akan ditanggung oleh pengusaha jika galon air mineral diberi label Bebas BPA oleh pemerintah? Rahmat Hidayat, Ketua Umum Aspadin: Impak bagi pengusaha AMDK produknya sekitar 30 milyar liter air. Dua puluh milyar liter di antaranya itu sumbangan dari air galon. Dari jumlah itu dibutuhkan sekitar 1 milyar galon per tahun. Adapun harganya sekitar Rp 35.000 per galon sehingga diperkirakan biaya belanja galon, ya, sekitar Rp 35 triliun; atau kasarnya Rp 10 triliun karena galon itu tidak sekali pakai.
  • 32. Page 32 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Naah, jika galonnya sekali pakai maka mesti membeli galon baru yang bertipe sekali pakai, yaitu Rp 10.000 per galon; yang totalnya Rp 10 triliun untuk setiap kali pembelian baru; karena galon itu sekali pakai (berapa kali pembelian dalam sebulan, dalam setahun? tidak dikatakannya). Naah dari mana modal sebesar itu? Yang menanggung jelas pengusaha dan konsumen. Tetapi harap diingat bahwa anggota AMDK itu umumnya adalah pengusaha UMKM. Erik Garnadi. Ketua Asosiasi di Bidang Pengawasan dan Perlindungan terhadap Para Pengusaha Depot Air Minum (Asdamindo): Pengusaha depot air ulang bisa tutup semua, jika harus memakai galon sekali pakai. Pemerintah kenapa plin-plan? Dulu bilang aman, sekarang mau memberi label. Mestinya pemerintah lakukan pengawasan terhadap kualitas air isi ulang. Yang ini belum juga dilakukan; dulu katanya akan dilakukan pengawasan pada tahun 2020 yl. sekarang sudah 2021. Negara Ini Kekurangan Sampah, Harus Impor Limbah untuk Penuhi Kebutuhan Ajeng Wirachmi, Litbang MPI Sabtu, 11 Desember 2021 - 01:00 WIB Pekerja mengangkut sampah di pembangkit listrik tenaga sampah di Swedia. Foto/new york times STOCKHOLM - Masalah sampah terkadang menjadi momok menakutkan bagi satu negara. Di Indonesia sendiri, jumlah timbunan sampahnya sebesar 33,3 juta ton per tahun. Data tersebut diinformasikan Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Direktorat Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tak hanya itu, sampah yang berhasil dikelola hanya 59,15% atau 19,7 juta ton per tahunnya. Artinya, masih ada sekitar 13,6 juta ton sampah yang tidak terkelola. Namun, tahukah Anda jika ada negara di dunia yang justru kekurangan sampah? Ya, negara tersebut adalah Swedia. Swedia memandang sampah bukan sekadar hasil konsumsi, melainkan bisa menjadi sumber energi.
  • 33. Page 33 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Mengutip laman Indonesia Environment & Energy Center, masyarakat Swedia sudah memiliki kesadaran tinggi dalam hal penanganan sampah. Caranya, dengan memasifkan perilaku daur ulang sampah. Pada tahun 2015, pemerintah Swedia berkomitmen mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Adapun jumlah sampah yang wajib dikurangi adalah sekitar 70%. Sementara itu, pelarangan pembuangan sampah yang dapat atau terbakar ke TPA sudah dilarang pemerintah Swedia sejak 2002. Sekitar 3 tahun setelahnya, pemerintah negara tersebut baru melarang pembuangan sampah organik ke TPA. Tak hanya itu, pemerintah pun terus meningkatkan teknologi pengelolaan sampah agar hasil yang dicapai lebih maksimal. Swedish Waste Management Association menginformasikan lebih lengkap bahwa ada 4,83 juta ton sampah pada tahun 2020. Sebanyak 46% sampah rumah tangga diolah menjadi energi listrik, 86% botol jenis PET (Polyethylene Terephthalate) dan 87% kaleng aluminium juga berhasil didaur ulang, dari target 90%. Adapun, 61% dari seluruh bahan kemasan juga didaur ulang. Target yang diberikan pemerintah untuk bahan ini adalah 65%. Swedia diketahui memiliki sistem pengolahan canggih bernama waste-to- energy. Sampah yang ada di negara itu dikelola secara terintegrasi dan tak hanya disulap menjadi energi. Pemanas ruangan, listrik, biogas, pupuk hayati, dan material adalah beberapa hasil dari daur ulang sampah di Swedia. Kebijakan negara ini yang mengolah limbah secara maksimal hingga dalam keadaan nol limbah membuatnya kehabisan sampah. Untuk itu, pemerintah Swedia harus mengimpor sampah sebanyak 2,3 juta ton. Negara-negara yang menjadi pemasok sampah dari Swedia adalah Inggris, Irlandia, dan Norwegia. Lihat Juga: Demo Buruh Bubar, Petugas PPSU dan DLH Gerak Cepat Bersihkan Sampah (sya) https://international.sindonews.com/read/624933/41/negara-ini- kekurangan-sampah-harus-impor-limbah-untuk-penuhi-kebutuhan- 1639152739?showpage=all
  • 34. Page 34 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Surfing in India is taking off, but locals are staring down a tidal wave of plastic pollution ABC Science By environment reporter Nick Kilvert Posted 17h ago17 hours ago Surfing competitions are a regular in India now — but the ocean pollution is still a problem.(Getty Images: Arun Sankar) Help keep family & friends informed by sharing this article When Tushar Pathiyan and Ishita Malaviya moved to Manipal on India's west coast in the mid-2000s, neither knew their lives were about to take a left turn. Tushar was studying architecture and Ishita journalism at Manipal University when they discovered the Surfing Swamis. India's first surf school had been co-founded in 2004 by the original Surfing Swami, American Jack Hebner, down the coast from Manipal. "The second year [of studying] we started surfing," Tushar says. "For me, starting surfing as a grown-up, it flipped the game in terms of my priorities. We were chasing not so much money, but a certain lifestyle," he says. A woman surfing in India was virtually unheard of back then, Ishita adds. "When I first started surfing, if you literally googled surfing in India, nothing would show up," she says. "When the competitions started, there were no women's categories." Ishita went on to become India's first female professional surfer, competing in local events, and together with Tushar they started The Shaka Surf Club
  • 35. Page 35 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 at a fishing village called Kode Bengre, about 40 kilometres up the coast from the Swamis. Setting up a surf school in rural India came with its own set of challenges, Ishita says, but their primary goal was to get locals surfing rather than cater to tourists. "In the rural areas I find it way harder to get girls in the water because rural families are much more conservative," she says. "It's the patriarchy — it's the men who don't want the women to have these freedoms. "But I try to push the boundaries a bit — I have to." It's been more than 10 years since they started the club. And today, surfing in India, including with women, is taking off. "When we started surfing, there were maybe 15 people in the whole country that surf," Tushar says. "Now [there are] at least 20 to 30 surf schools and contests are happening — it's definitely grown." The sea returns its 'gifts' Cyclones often leaves parts of India's coastline strewn with rubbish.(Getty Images: Anadolu Agency) But the connection with the ocean that Tushar and Ishita say surfing brings comes with a heightened awareness that many of the coastal waters around India are in trouble. In May this year, Tropical Cyclone Tauktae slammed the west coast of India, regurgitating mountains of rubbish from the ocean back onto the coastline. At the time, many took to Twitter saying it was the ocean's way of returning the unwanted "gifts" it had been given. Some called for stricter rules against littering. It's a problem that east-coast champion surfer Appu is painfully familiar with. Appu grew up in Kovalam, a fishing village on India's east coast in the state of Tamil Nadu, and says surfing has changed his life and his relationship with the ocean.
  • 36. Page 36 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Appu runs Ocean Delight Surf School, which he founded with his schoolmate Vicky in Kovalam. They also run Beach Ocean Life — a program trying to engage locals and their surfing clients to help look after the beach. At this time of year, he says cyclones and heavy rains wash rubbish out of the rivers and prevailing ocean currents push it up onto the coastline. "I've been trying to clean it for a month," Appu says. "The first clean-up I arranged about 100 people came, then the next clean- up only 10 people came. "I don't know what to do, but I at least want to clean the beach." Appu wants businesses to help pay villagers to clean the beaches.(Supplied: Appu at Ocean Delight) He says the local government has helped a bit, but it's not enough. Whenever there's another cyclone, the rubbish comes straight back, until the seasons change and it's washed out to sea. "From May to June, there will be no plastic — the oceans will be clean." 'A lot of people are scared of the ocean' Appu is currently trying to engage businesses to support a program paying women from the village to help with the clean-up. "I tell all my students and local surfers and they understand now," he says. "When you go to surf, you see the plastic on the wave. When you fall off you feel the plastic on your body, it's not comfortable." Appu has won several surf competitions in India.(Supplied: Appu at Ocean Delight) Like Tushar and Ishita, Appu says he hopes that by teaching people to surf, he can also foster a respect and interest in caring for the waves. "A lot of people are scared of the ocean in India and a lot of people don't know how to swim," he says. "I have a program – ocean swimming class — I teach them to swim [and] they get more confident. "I'm really happy to bring surf culture in India." He says there's more at stake than being able to surf clean waves.
  • 37. Page 37 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 "When we throw the fish net in the ocean … and we cannot take the plastic from it, the net [is] f***ed." "A few fish I've found plastic inside the stomach and I told my mum, 'This is why we're doing what we're doing.' "In maybe 10 years, people will be too scared to eat fish." Global plastic pollution expected to triple A turtle shares the water with a plastic bottle off Australia.(Getty Images: Lindsay_imagery) A report from the Pew Charitable Trusts in 2020 estimated that about 11 million tonnes of plastic flows to the oceans around the world each year. Owing to global population growth and increasing consumption, it's estimated that will grow to 29 million tonnes per year by 2040. Some of the impacts of plastic pollution are well known: seabird starvation, entanglement of wildlife, and bioaccumulation of plastics in marine animals. But other issues are still coming to light. The persistence of plastic — much longer than biodegradable materials like wood — means that coastal species are able to raft long distances across the ocean. After the Japan tsunami in 2011, at least 289 species from Japanwashed up on plastic rafts on the US coast, with some arriving after as long as six years at sea. New research published in Nature this month shows permanent coastal invertebrate communities are developing on plastic "rafts" in the North Pacific Subtropical Gyre — aka the Great Pacific Garbage Patch — the world's largest floating plastic gyre. There are five major ocean gyres.(Supplied: NOAA) What they found was that rather than a stream of animals being washed out to sea on plastic, species are now reproducing in the Pacific gyre (a swirling, anticlockwise basin-wide current) and turning over generations without necessarily getting further input from the coast. The Great Pacific Garbage patch is just one of five massive garbage gyres, including one in the Indian Ocean. Scientists say this capacity for coastal species to last so long at sea increases the likelihood of invasive species colonising new regions. Developed countries exporting their waste problems
  • 38. Page 38 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 DFAT has admitted waste export to Indonesia, as well as to Vietnam, India, and Malaysia, has increased since China introduced waste restrictions.(ABC News: Graphic by Jarrod Fankhauser) On a global scale, India is not the worst offender when it comes to ocean pollution. In fact, research published in Science in 2015, which calculated the mass of mismanaged waste for people within 50 kilometres of the coast, ranked India twelfth. China topped the list, with Indonesia, the Philippines, Vietnam and Sri Lanka rounding out the top five. But even that list can be misleading, according to plastic pollution researcher Denise Hardesty from the CSIRO. Many developed countries including Australia send large quantities of their recovered waste overseas, mostly to developing countries, many in Asia. "To blame it on those countries isn't really giving the full picture," Dr Hardesty says. "When you look at per capita waste and consumption, the US is out in front; it's the developed countries that create the most waste because we can afford to." Tushar says people in India feel that wealthier countries are simply exporting their waste problems. "It's an illusion when you go to countries [with clean beaches] like Australia, when they send their waste to other countries," he says. Australia part of the global waste problem Most rubbish on Australian beaches comes from local sources.(Getty Images: RugliG) In 2019-20, Australia exported on average 354,000 tonnes per month of waste and recovered materials, with Indonesia followed by India taking the greatest portion of that. This year, Australia banned the export of glass and mixed plastics — where different types of plastics are bundled together. Next year, the export of plastics sorted into single resin or polymer types will also be banned. By taking the waste of developed nations, developing nations have an extra volume to deal with, researcher Jutta Gutberlet says.
  • 39. Page 39 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 "Often the material doesn't come completely clean and often [the importing country has] to separate the waste from what is recyclable — they are basically importing the problem," Professor Gutberlet says. "I think countries need to work out the solution [to their waste] for themselves." Dr Hardesty says decent waste collection infrastructure in Australia means comparatively little of our waste ends up in our oceans. Even so, research from a few years ago found that on our beaches, there are around five to six pieces of plastic for every Australian. She also says that Australians tend to be in denial about the source of plastics that wash up on our beaches, often blaming other countries. "Most of our debris is local in origins and we see plumes of floating trash that expand out from our urban centres." The surfing solution Improving wastewater treatment infrastructure can help to reduce ocean pollution in the short term.(Getty Images) In the immediate future, improving waste management infrastructure in India can help reduce the amount of plastics entering the ocean, according to Ravinder Kumar, an associate professor of monitoring and impact at the University of Greenwich. From an infrastructure perspective, he says the issue is getting worse because of three reasons: a high proportion of waste is not sorted or collected locally collected municipal waste is being dumped without sorting or treatment untreated wastewater is allowed to carry plastic debris to the ocean He also says importing waste needs to be investigated, but that there are more fundamental changes that need to happen, including stronger regulation around single-use plastics and extended responsibility of producers for their products at end of life. But the responsibility to enact meaningful long-term solutions don't rest solely on the countries where the plastic crisis is most visible. Many experts agree firstly that developed countries like Australia need to manage their own waste and recycling onshore.
  • 40. Page 40 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 And globally, we need to be entirely getting rid of single-use plastics as soon as possible. Putting a recoverable price on plastic will help stop pollution, Dr Hardesty says. "When we treat plastic as a commodity that has value, when we put a price on it, it will stop being lost to the environment." Appu finding some shade on a hollow Indian right-hander.(Supplied: Appu at Ocean Delight) Professor Gutberlet says our way of thinking about products needs to change, and that single-use needs to be phased out. "The most important thing [is] to stop producing new plastic waste that is not recyclable or is not captured," she says. "That is the one root cause that can be settled with behaviours and policies." For Appu, Ishita and Tushar, surfing is their tool for changing minds. "Every person needs to stop using plastic, that's the only thing we can do," Appu says. "I tell my surfer kids, we can stop using plastic, then you can tell others to stop too." Similarly, Ishita says the next generation is the key. "I don't like dogma, people being told what to do, but in surfing … only when you have a connection with the ocean, can you want to take care of it." Tushar says change needs to come from the top. "You can do beach clean-ups but it's futile — you clean a beach and there's the same amount of trash there the next day. "That's been our dream — teach enough people from [Mumbai] to surf and get more people campaigning for [waste] treatment plants. "It's about getting people to surf who are powerful — those people are the ones that make all the changes." Home to one of Australia's best beaches, this island is fighting against the waves of plastic There's a soup of rubbish in the Pacific that's almost as big as Queensland
  • 41. Page 41 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 We acknowledge Aboriginal and Torres Strait Islander peoples as the First Australians and Traditional Custodians of the lands where we live, learn, and work. This service may include material from Agence France-Presse (AFP), APTN, Reuters, AAP, CNN and the BBC World Service which is copyright and cannot be reproduced. AEST = Australian Eastern Standard Time which is 10 hours ahead of GMT (Greenwich Mean Time) © 2021 ABC https://www.abc.net.au/news/science/2021-12-11/surfing-india-taking-off- locals-staring-down-plastic-pollution/100669018 diakses 11 Desember 2021 Gerakan Ekonomi Sirkular Nasional (GESN) ADUPI Menjelang akhir tahun 2021 ini, 7 mitra daur ulang kami tetap menunjukan performa yang semakin baik dengan berhasil mengumpulkan total 3,448 ton bahan baku daur ulang plastik dan sekaligus usaha tersebut telah mencegah ribuan ton plastik tersebut yang berpotensi menjadi sampah dan mencemari lingkungan kita, Itulah peran penting dunia daur ulang plastik dan para pelaku usaha yang berkecimpung di industri ini, yang mana telah berjasa besar kepada lingkungan kita agar sungai-sungai dan laut kita menjadi lebih bersih. Selain itu, dalam program ini juga telah memenuhi kebutuhan bajan baku di 22 pabrik daur ulang, menghidupi 101 tenaga kerja dan 470 pengepul dan pemulung agar tetap mendapatkan pekerjaan di masa pandemi ini, hal tersebut baru menggerakan 7 mitra pendaur ulang kami yang mengumpulkan bahan baku tersebut di 556 kelurahan. 76 kecamatan di 16 kota/ kabupaten di wilayah Jabodetabek, Banten. Apalagi jika program ini dapat diperluas dan diduplikasi di berbagai daerah di Indonesia secara berkelanjutan dan didukung penuh oleh kementerian terkait dan dunia usaha seperti produk kemasan bersama-sama, maka tidak mustahil target pengurangan 70% sampah plastik pada tahun 2025 akan tercapai. dst, Simak akun asosiasi daur ulang plastik Indonesia, ADUPI di medsos Instagram Diakses 11 Desember 2021
  • 42. Page 42 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 GESN: 7 Mitra pengepul dan Bank Sampah Induk, 427 Pemasok pengepul, 127 tenaga kerja, sekitar 1000 Nasabah Bank Sampah, sekitar 3400 ton bahan baku disuplai ke 22 pabrik daur ulang plastik anggota ADUPI
  • 43. Page 43 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Keren, Universitas Pertamina Ubah Sampah Plastik Jadi BBM Kompas.com, Sabtu, 11 Desember 2021 | 14:51 WIB Lihat Foto Editor: Ayunda Pininta Kasih KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 tak hanya memengaruhi kebiasaan masyarakat, termasuk memengaruhi jumlah sampah plastik. Sejak diberlakukannya pembatasan sosial misalnya, aktivitas berbelanja di supermarket mulai berkurang. Kini, masyarakat lebih memilih berbelanja secara daring melalui e-commerce atau aplikasi pesan-antar. Survei yang dilakukan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI pada April hingga Mei 2020 menyebutkan, selama pandemi kegiatan belanja online naik hingga 62 persen. Celakanya, 96 persen pengemasan produk menggunakan bahan yang mengandung plastik, seperti kantong kresek, bubble wrap dan selotip. Bahkan, sampah dari pembungkus tersebut lebih banyak jumlahnya jika dibandingkan dengan kemasan produk yang dibeli. Pemprov DKI Jakarta mengatakan, selama pandemi komposisi sampah plastik meningkat hingga 21 persen dibandingkan tahun 2018. Selain bersifat tidak dapat diuraikan secara biologi (non-biodegradable), sampah plastik juga berbahaya bagi kesehatan. Dosen Program Studi Kimia Universitas Pertamina, Nona Merry Merpati Mitan mengatakan, plastik diperkirakan baru dapat terurai dengan sempurna setelah 100 hingga 500 tahun. "Karenanya, sampah plastik sangat berpotensi untuk mencemari tanah, air, laut, bahkan udara. Selain itu, bahan kimia yang terdapat dalam plastik juga berisiko memicu berbagai penyakit berbahaya seperti kanker,‖ ungkap Merry dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (11/12/2021). Kepeduliannya terhadap timbulan sampah plastik, membuat Merry bersama tim yang beranggotakan para dosen yaitu Mega Mutiara Sari (dosen Program Studi Teknik Lingkungan) dan Sri Hastuty (dosen Program Studi Teknik Mesin), serta para mahasiswaUniversitas Pertamina, menggagas kegiatan pengolahan sampah plastik di lingkungan sekitar kampus.
  • 44. Page 44 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 ―Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa alternatif solusi untuk mengolah sampah plastik. Misalnya, menjadikannya kerajinan tangan, bahan bangunan, dan lain-lain. Sebagai kampus yang fokus pada pengembangan energi, kami menawarkan solusi pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar bensin (BBM),‖ ujar Merry. Tim menerapkan teknologi daur ulang sampah plastik dengan metode pirolisis. Teknik ini merupakan teknik sederhana dengan cara memanaskan sampah plastik dengan kondisi minim oksigen. Pirolisis sampah plastik, khususnya jenis polietilen dan polipropilen, akan menghasilkan fraksi cair yang sifatnya mendekati fraksi bensin. Hal ini disebabkan karena kedua jenis plastik tersebut terbuat dari minyak bumi. Ayu Silvia Fitri, mahasiswa Program Studi Kimia Universitas Pertamina, mengaku senang dapat berpartisipasi dalam proyek tersebut. ―Selain bisa mempraktikkan secara langsung teori yang diajarkan di kelas, saya juga jadi terbiasa untuk bekerja dalam tim. Proyek ini turut serta melibatkan dosen dan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu, yakni Kimia, Teknik Lingkungan dan Teknik Mesin. Sehingga, pendekatan yang digunakan untuk menganalisa masalah juga berbeda. Rasanya, seperti berada di iklim dunia kerja profesional,‖ tutur Ayu. Selain berpotensi mengurangi timbulan limbah, konversi sampah plastik menjadi BBM ini, lanjut Merry, juga akan berpotensi mengakselerasi target capaian bauran energi. Menurut Merry, ini akan menjadi salah satu alternatif sumber energi baru. Sehingga, ia dan tim ingin membagikan teknik ini tidak hanya kepada dosen dan mahasiswa di Universitas Pertamina, tetapi juga kepada masyarakat sekitar kampus. Sebagai pilot project, tim melakukan kerja sama dengan Bank Sampah Seni Baru, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Icang Sanusi, Kepala Satuan Pelaksana Lingkungan Hidup, pengelola Bank Sampah Seni Baru, mengapresiasi kerja sama dengan Universitas Pertamina. ―Dalam operasional pengelolaan Bank Sampah Seni Baru, kami sudah melakukan pengumpulan sampah plastik dari warga yang berlokasi di sekitar Kecamatan Kebayoran Baru. Sayangnya, alternatif solusi yang kami lakukan belum sampai pada teknologi pirolisis ini,‖ pungkas Icang. Pada 11 November 2021 lalu, tim Universitas Pertamina memberikan pelatihan teknis penggunaan peralatan pirolisis untuk memudahkan pemahaman para pengelola Bank Sampah Seni Baru.
  • 45. Page 45 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Dari penggunaan peralatan pirolisis tersebut, dihasilkan fraksi cair sebesar 50 hingga 80 persen bergantung pada jenis plastik yang digunakan. Fraksi cair hasil pirolisis tersebut telah diuji di laboratorium dan menghasilkan nilai kalor sebesar 11.159,8 kcal/kg. Nilai ini sangat dekat dengan nilai kalor bahan bakar bensin yaitu 10.862,7 kcal/kg. Proyek gagasan Merry dan tim ini, mendapatkan pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (RISTEK BRIN) pada tahun 2020 lalu senilai 46 Juta Rupiah. Meskipun di usia yang baru menginjak tahun ke-6, Universitas Pertamina telah membuktikan diri sebagai tempat lahir dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya terkait energi yang menjadi kekhususannya. TAG: BBM mahasiswa Perguruan tinggi dosen sampah plastik Universitas Pertamina Sorry We are unable to load your video slide 1 to 3 of 8 slide 1 to 3 of 8 slide 1 to 3 of 8 slide 1 to 3 of 8 0:17 REKOMENDASI Inovasi Mahasiswa ITS agar Laut Indonesia Bebas Sampah Plastik 197 kali https://edukasi.kompas.com/read/2021/12/11/145133071/keren- universitas-pertamina-ubah-sampah-plastik-jadi-bbm?page=all 'Wisata Gunung Berkelanjutan' (judul saya, RVT, buat sendiri) Yayasan WWF Indonesia Sobat, persoalan sampah sejatinya tidak hanya menjadi masalah di wilayah padat penduduk atau perkotaan, melainkan juga menjadi permasalahan yang tak kalah serius di alam. Banyak wisatawan atau pendaki meninggalkan sejumlah sampah saat beraktivitas di gunung dan hutan. Melansir data dari Trashbag Community, pada kegiatan Sapu Jagad atau kegiatan pembersihan gunung pada tahun 2017, terkumpul sekitar 3,3 ton dari 17 gunung di Indonesia. Angka ini lebih tinggi sebanyak 20% dari kegiatan serupa di tahun 2015.
  • 46. Page 46 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Di Hari Gunung Internasional 2021 yang bertema 'Wisata Gunung Berkelanjutan', ada beberapa tips dari @zerowasteadventure untuk mendaki gunung tanpa menghasilkan sampah. Pertama, rencanakan dengan seksama perbekalan makanan, kemas menggunakan bahan alami seperti besek bambu dan daun pisang. Gunakan wadah pakai ulang seperti kotak makanan, toples kecil, atau tas kain untuk menyimpan beragam bekal dan camilan. Tidak membawa air kemasan, gunakan tumbler atau water bladder untuk mengisi air sehingga tidak meninggalkan sampah plastik di perjalanan. Sampah plastik kemasan air mineral adalah sampah yang paling banyak ditemukan di gunung. Buah adalah pilihan bijak untuk perbekalan naik gunung, selain tanpa kemasan, sampah yang disisakan juga bersifat organik dan aman untuk dibuang dengan cara dikubur. Namun sebaiknya, kumpulkan dan bawa turun kembali biji-biji buah yang tersisa, untuk menghindari tumbuhnya jenis-jenis pohon non endemik, yang mungkin bisa menganggu keseimbangan ekosistem di masa depan. Bila tidak dapat menghindari perbekalan yang menggunakan kemasan, jangan lupa kumpulkan dan bawa turun kembali sampahmu untuk didaur ulang. Dengan memikirkan #MauDibawaKemanasampahmu saat berwisata ke gunung, kita telah ikut menjaga kelestarian ekosistem gunung dan hutan, untuk bisa kita nikmati lagi di lain hari. Yuk, naik gunung tanpa nyampah! Sama-sama kita pasti bisa. #HariGunungInternasional #NaikGunungTanpaSampah #ZeroWasteAdventure #4Nature4Us #NatureMatters #TogetherPossible #BeliYangBaik *Konten Peringatan Hari Gunung ini dihasilkan atas kolaborasi antara @wwf_id bersama dengan @zerowasteadventure. 18 hrs · Public Like Page · Save · More Like React Comment Share 275 Write a comment... Sarah Novianti Abidin Yang tukang naik gunung sebutannya komunitas pecinta alam, tapi hobbynya buang sampah di alam Syuli Ruddy
  • 47. Page 47 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Para pendaki diedukasi mengelola sampah, sampah dibawa turun atau bayar fee utk urusan sampahnya ⠀ Saeful Ramdani Kalo pengelolaan nya bagus .sampah pasti bisa di minimalisir.apalagi ada retribusi..pasti bisalah .. Chairul Anwar Jangankan digunung. Di wlayah kabuppaten sampah jadi masalah. Masyarakat membuangnya di lahan kosong tak bertuan..... Like · React · Reply · More · Yesterday at 3:52 PM Gelz Son Gunung sekarang jd ajang tempat selfi dan buang sampah, beda kalo dulu pecinta alam, kalo skrg pecinta medsos yg naik gunung dmi gaya2an 1 · Like · React · Reply · More · Yesterday at 4:39 PM View more comments… https://mbasic.facebook.com/story.php?story_fbid=10160280841234311&id=18094799310&refid=17&_ft_=mf_story_key.10160 280841234311%3Atop_level_post_id.10160280841234311%3Atl_objid.10160280841234311%3Acontent_owner_id_new.18094 799310%3Athrowback_story_fbid.10160280841234311%3Apage_id.18094799310%3Aphoto_attachments_list.%5B101602808 40974311%2C10160280841009311%2C10160280841004311%2C10160280841014311%5D%3Astory_location.4%3Astory_att achment_style.album%3Aott.AX8OfGhT86BS3Q5q%3Atds_flgs.3%3Athid.18094799310%3A306061129499414%3A2%3A0%3 A1641023999%3A6749655126527351802%3A%3A&__tn__=%2As-R diakses 12 Desember 2021 14 Desember 2021 Halo sobat, sudah konsumsi apa saja hari ini? Setiap aktivitas konsumsi kita seringkali menghasilkan sisa. Bagaimana ya agar sisa konsumsi kita tidak menjadi sampah yang mencemari lingkungan? Yuk, kita kelola dengan bijak sisa konsumsi kita. Pas banget nih #GarisKebun bikin workshop "Mengelola Sampah dan Mengompos, Mudah!" Kita akan belajar bersama tentang pengelolaan sampah rumah tangga secara sederhana namun efektif, pilah sampah, praktek kompos dengan berbagai metode mudah, dan masih banyak lagi. Selesai workshop komposternya boleh kamu bawa pulang ⠀
  • 48. Page 48 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Kamu juga berkesempatan membawa pulang doorprize, lho ⠀ Info lengkap lihat di e-poster ya. Peserta kegiatan ini terbatas dan dengan menerapkan prokes covid 19. Yuk, buruan daftar di bit.ly/EduTani3GK sebelum kuota penuh. Ditunggu pendaftaranmu, dan jangan lupa ajak teman, keluarga, saudara, semuanya ⠀ #DalamiDenganAlami #ZeroWaste #Composting #Garden #Berkebun #Kebun #UrbanFarming #Kompos #PilahSampah #EduTani #UrFarm03 https://www.instagram.com/p/CXchyPKoNwq/?utm_medium=share_sheet Lembur selama Pandemi, Tukang Sampah di Kota New York Kantongi Rp4,3 Miliar Syarifudin Selasa, 14 Desember 2021 - 18:15 WIB Sampah menumpuk selama pandemi Covid-19 di Kota New York, AS. Foto/REUTERS NEW YORK - Gaji beberapa pekerja sanitasi dan kebersihan Kota New York telah mendekati USD300.000 (Rp4,3 miliar) karena masalah kepegawaian dan upah lembur yang besar. Juru bicara pemerintah kota mengaitkan besarnya gaji itu dengan pandemi Covid-19.
  • 49. Page 49 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 ―Lebih dari 90 pengumpul sampah dan petugas lainnya yang bekerja untuk Departemen Sanitasi Kota New York menikmati rejeki nomplok besar tahun ini berkat kompensasi lembur enam digit,‖ ungkap laporan New York Post, dilansir pada Selasa (14/12/2021). Seorang perwakilan departemen mengatakan pembayaran besar itu akibat dari kekurangan staf, pandemi Covid-19, dan badai salju besar yang melanda Kota New York. ―Banyak dari mereka yang menerima kenaikan gaji adalah para pengawas usia pensiun,‖ papar laporan itu. Seorang supervisor Bronx yang disebutkan dalam laporan itu menghasilkan lebih dari USD170.000 dalam lembur, sehingga gajinya hampir mencapai USD300.000 untuk tahun itu. Dia telah bekerja untuk kota itu sejak tahun 2000. Supervisor lain dari Brooklyn, dilaporkan memperoleh lebih dari USD160.000 dalam upah lembur, sehingga totalnya untuk tahun ini menjadi hampir USD300.000. Halaman : 12 amerika serikat kebersihan sanitasi armada sampah pengangkut sampah read/ rendering in 0.1315 seconds (10.55#12.26) https://international.sindonews.com/read/628143/42/lembur-selama- pandemi-tukang-sampah-di-kota-new-york-kantongi-rp43-miliar- 1639480361 Seascape: the state of our oceans is supported by Karen McVeigh @karenmcveigh1 Wed 15 Dec 2021 06.00 GMT Amazon‘s plastic packaging waste soared by almost a third, to 270,000 tonnes, during the pandemic last year, according to a report from marine conservation group Oceana. Oceana estimates up to 10,700 tonnes of this plastic, including air pillows, bubble wrap and plastic-lined paper envelopes, equivalent to a delivery van‘s worth every 67 minutes, is likely to end up in the sea. Amazon, the western world‘s largest retailer, rejected Oceana‘s figures and said it had overestimated the plastic waste by 300%. It also questioned the
  • 50. Page 50 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 model used to estimate the percentage likely to enter the sea. It did not provide alternative figures. The retailer saw a boom in sales of 38%, to $386bn (£290bn) in 2020, when much of the world was in lockdown and online sales increased. Oceana‘s report challenges the company‘s recycling pledges, using interviews with local municipal waste officials, stores linked to by Amazon‘s Second Chance recycling website and surveys of Amazon Prime customers. It concluded that the company‘s recycling efforts ―will not significantly reduce its enormous (and growing) plastic footprint‖. Matt Littlejohn, Oceana‘s senior vice-president, said: ―We are using the best data available to us. If Amazonwas transparent, we would gladly use their data. Yes, they are using more non-plastic packaging, but they are also selling a ton more product. ―We understand people need Amazon. And so we‘re hoping Amazon can fix this problem and become a leader in reducing plastic, which is really important for the oceans.‖ A staff member packs items in an Amazon warehouse in Manchester, UK, 2019. The retailer saw a boom in global sales of 38% in 2020. Photograph: Anthony Devlin/Getty Images Plastic film used by Amazon in its packaging has little or no value to the recycling market and is not generally accepted by municipal recycling schemes in the US, UK and Canada, the report said. Oceana found that nearly 75% of Amazon Prime customers surveyed in 25 cities in the UK and US sent the plastic, knowingly or not, to landfill. Almost 40% put it in recycling bins, where the presence of plastic film would result in it going to the dump, and 35% disposed of the plastic in the bin. A little
  • 51. Page 51 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 under 20% of 1,400 customers said they reused the plastic, while 5% said they placed the packaging in drop-off bins in stores on Amazon‘s customer-driven recycling programme on the company‘s Second Chance website. Further, representatives at more than 40% of the stores that Amazon suggests as alternative recycling drop-offs for plastic film told secret shoppers that Amazon‘s plastic film was not accepted. Only 9% of all plastic waste has ever been recycled. Almost all goes to landfill, is burned, or enters and pollutes the environment, including waterways and oceans. Rachel Johnson Greer, a former programme manager at Amazon, who worked for the company for eight years, said the company would only take action on plastics if governments or a majority of customers demanded it. In May, more than a third of Amazon shareholders voted for a resolution calling on it to quantify its single-use plastic and provide recommendations on how to reduce its plastic footprint by the end of the year. Nurdles: the worst toxic waste you‘ve probably never heard of Oceana has highlighted the action taken by the retailer in India, where it has eliminated single-use plastic packaging by using paper alternatives, after India‘s prime minister, Narendra Modi, and its central government pledged to ban single-use plastics by 2022. The ban was delayed, but a tribunal ruled that packaging was the responsibility of producers, importers and brand owners. Amazon also announced it would move away from single-use plastic packaging in Germany. ―If the company can do this in India and Germany, they can move away from single-use plastic packaging on a worldwide basis,‖ Littlejohn said. An Amazon spokesperson said: ―Amazon shares Oceana‘s ambition to protect the world‘s oceans and respects their work but, for a second year, their calculations are seriously flawed. They have overestimated our plastics usage by more than 300%, and use outdated assumptions about the sources of plastic waste entering our oceans.‖ ―Amazon is making rapid progress in reducing or removing single-use plastics from packaging materials in the UK and around the world.‖ Among its initiatives to reduce plastic waste, Amazon is looking to double fully recyclable cushioned plastic in North America, replace single-use
  • 52. Page 52 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 pillows in Australia with fully recyclable paper ones, and expand its packaging-free initiative to 100 cities across India, it said. As we approach the end of the year in Indonesia, we have a small favour to ask. We‘d like to thank you for putting your trust in our journalism this year - and invite you to join the million-plus people in 180 countries who have recently taken the step to support us financially, keeping us open to all, and fiercely independent. In 2021, this support sustained investigative work into offshore wealth, spyware, sexual harassment, labour abuse, environmental plunder, crony coronavirus contracts, and Big Tech. The new year, like all new years, will hopefully herald a fresh sense of cautious optimism, and there is certainly much for us to focus on in 2022 - a volley of elections, myriad economic challenges, the next round in the struggle against the pandemic and a World Cup. With no shareholders or billionaire owner, we can set our own agenda and provide trustworthy journalism that‘s free from commercial and political influence, offering a counterweight to the spread of misinformation. When it‘s never mattered more, we can investigate and challenge without fear or favour. Unlike many other media organisations, Guardian journalism is available for everyone to read, regardless of what they can afford to pay. We do this because we believe in information equality. Greater numbers of people can keep track of global events, understand their impact on people and communities, and become inspired to take meaningful action. If there were ever a time to join us, it is now. Every contribution, however big or small, powers our journalism and sustains our future.Support the Guardian from as little as $1 – it only takes a minute. If you can, please consider supporting us with a regular amount each month. Thank you. Topics Plastics Seascape: the state of our oceans Oceans Pollution Amazon E-commerce Waste Rivers news Recycled regatta: world heritage site highlights plastic pollution crisis © 2021 Guardian News & Media Limited or its affiliated companies. All rights reserved. (modern)
  • 53. Page 53 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Integrasikan Bank Sampah dengan Aplikasi Demi Tingkatkan Ekonomi Warga Bogor 15 Desember 2021 21:10 WIB SEMANGAT : Para peserta antusias mengikuti seminar nasional Inovasi Bank Sampah Indonesia di Olè! Suites Hotel & Cottage, Rabu (15/12). RADAR BOGOR – Mengatasi masalah sampah akhirnya pemerintah, swasta dan Universitas Binus berkolaborasi mengadakan Seminar Nasional Inovasi Bank Sampah Indonesia di Olè! Suites Hotel & Cottage, Rabu (15/12). Dalam sambutannya Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor, Asnan mengaku, bangga bisa berkumpul dalam kegiatan kali ini. Menurutnya, kini sampah bisa dijadikan teman. ―Kabupaten Bogor menghasilkan sampah 2.900 ton per hari. Harus dikurangi. Sampah harus dipandangi dua belah mata, bukan sebelah mata,‖ ucapnya saat membuka acara. SERIUS : Kepala DLH Kabupaten Bogor, Asnan saat menyampaikan sambutan. Ia berharap, semoga adanya seminar ini bisa menjadi solusi mengolah sampah dengan baik. Asnan mengungkapkan, saat ini di Kabupaten Bogor ada sekitar 500 bank sampah yang tersebar di berbagai daerah. ―Kini, di setiap desa sudah punya bank sampah bahkan ada yang memiliki lebih dari satu,‖ ungkap mantan Camat Tenjo tersebut. Ia mengatakan, bank sampah dapat membantu perekonomian masyarakat. Bahkan, pihaknya akan melakukan jemput bola. ―Kami segera menggunakan aplikasi agar memudahkan operasional para pengelola bank sampah maupun warga,‖ jelasnya. Dosen di Dept. Manajemen Sistem Informasi Universitas Binus, Emil R. Kaburuan, Ph.D mengungkapkan, program yang dijalankannya merupakan penelitian. Emil dan timnya mengembangkan program untuk membantu bank sampah, termasuk membuat aplikasi bank sampah ―kompis‖. Program yang kedua, kata dia, akademisi membantu meningkatkan skill pengelola bank sampah. Yang ketiga, Black Soldier Fly (BSF). Keempat, pengelolaan plastik. Tujuannya, untuk membantu pemerintah dan masyarakat dalam mengelola sampah.
  • 54. Page 54 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 ―Kami juga mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk menyosialisasikanprogram ini. Kami mulai dengan Kabupaten Bogor. Nantinya bank sampah di Kabupaten Bogor akan memakai aplikasi, BSF, dan pengelolaan sampah,‖ jelas pria yang juga moderator dalam seminar nasional ini. Emil mengungkapkan, kelebihan aplikasi kompis mengintegrasikan ekosistem nasabah (masyarakat), bank sampah, dan pengepul atau industri daur ulang. Tiga aplikasi ini akan tersambung sehingga penanganan sampah tuntas. ―Masalah yang biasanya terjadi ialah sampah yang menumpuk di bank sampah karena tidak memiliki jaringan ke pengepul,‖ paparnya. Jika memiliki sistem, sambung Emil, industri bisa langsung membeli dari bank sampah. ―Ini adalah kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, masyarakat, dan swasta. Sehingga sampah bernilai ekonomi,‖ tuturnya. Guru Besar Sistem Informasi Lancaster UK, Prof. Dr. Juliana Sutanto menjelaskan, berdasarkan data dari bank dunia bahwa sampah di bumi berjumlah 2,01 miliar ton. Ia menuturkan, ada tiga pandangan mengenai daur ulang. Pertama, kata Juliana, sampah daur ulang merupakan mata pencaharian bagi sebagian orang. Kedua, robot yang melakukan pemilahan sampah. Ketiga, masyarakat harus bisa mengendalikan penggunaan dengan mengurangi jumlah sampah. Menurutnya, investasi untuk pengurangan sampah harus terintegrasi antara manfaat lingkungan, ekonomi, dan sosial. Juliana menambahkan, sistem manajemen sampah yang baik harus terintegrasi (aplikasi), penyimpanan, pemrosesan, visualisasi dan transparansi data. Dalam seminar yang diadakan secara daring dan luring tersebut, dihadiri juga oleh Guru Besar Antropologi Universitas Indonesia, Prof. Dr. Meutia Hatta. Menurutnya, yang harus dijalankan adalah pengelolaan sampah berkelanjutan. Mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan itu menilai, pentingnya aktivitas bank sampah dari segi pemberdayaan perempuan yang mampu meningkatkan nilai tambah ekonomi dan kreativitas.
  • 55. Page 55 of 118 Plastik & Sampah: Pantauan Desember 2021 Ia menjelaskan, perlu adanya peningkatan kerja sama peranan swasta dengan pihak perguruan tinggi untuk berperan aktif dan luas dalam pengelolaan sampah melalui bank sampah. Selain itu, diperlukan penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap sampah dan cara penanganannya, pemahaman masyarakat tentang bank sampah dan tentang perasaan serta estetika masyarakat terkait keindahan. ―Prinsip peran perempuan dalam daur ulang sampah yang perlu dimasukkan dalam program bank sampah ialah pengelolaan sampah sistematis yang berkaitan dengan aspek kesehatan masyarakat, pendidikan pola asuh, membangun sikap mental bersih, rapi, cinta keindahan lingkungan,‖ katanya. Ia menambahkan, pola pikir yang harus ditanamkan kepada masyarakat ialah pengurangan sampah, pendidikan karakter bangsa Indonesia yang tidak menyukai sampah, dan penanaman pola pikir tentang memperlakukan sampah. Menurutnya, pengelolaan sampah harus menjadi bagian ahlak sedari dini. Sosialisasi secara berkelanjutan kepada masyarakat bahwa sampah memberikan nilai tambah ekonomi. ―Diperlukan sosialisasi bahwa sampah dan pengelolaannya merupakan cermin dari karakter Bangsa Indonesia. Perlunya kerja sama dan jejaring dalm upaya pengelolaan sampah secara nasional oleh sejumlah kementerian, pihak swasta, dan komunitas,‖ pungkasnya. Salah satu pembicara dari Dept Sistem Informasi Universitas Binus, Dr Yohannes Kurniawan mengatakan, tantangan utama dalam pengolahan sampah ialah data yang terintegrasi. ―Jika tak memiliki sistem data akan menyulitkan dalam analisis data sampah. Contohnya, seberapa banyaknya orang atau komunitas yang peduli terhadap sampah,‖ tuturnya. Menurutnya, standar pengelolaan sampah haruslah sesuai prosedur, sederhana mudah digunakan dan membangun kesadaran. Tujuannya, kata dia, adanya membangun aplikasi agar memiliki data sehingga bisa dianalisis yang akan melahirkan kebijakan. Pemateri selanjutnya dari Dept. Manajemen Bisnis Perhotelan Universitas Binus, Dr. Arif Zulkarnain, CHE menyebutkan, bank sampah harus diterapkan di desa wisata.