SlideShare a Scribd company logo
1 of 33
KELAINAN
ERITROSIT
Kelompok 1 :
Adita Putri Monika 3191001
Azridayanti Sekar 3191005
Ellisa Hastuti 3191009
Hutami Putri 3191014
Irene Putri 3191017
Mita Riana 3191023
Nadira Duwi 3191027
Putri Wahyu 3191031
Rhadevka Agnur 3191035
Tasya Rohmadhani 3191039
KELAINAN ERITROSIT
 ANEMIA
Penurunan kadar Hb di bawah nilai
rujukan normal. Sering dibarengi
penurunan jumlah eritrosit di sirkulasi.
 POLISITEMIA
Keadaan yg ditandai oleh adanya
peningkatan jumlah eritrosit/
hematokrit/Hb karena: meningkatnya
total eritrosit atau turunnya volume
plasma.
KLASIFIKASI ANEMIA
 1. Gangguan Pembentukan Eritrosit
a. Penyakit Defisiensi
b. Anemia Hipoproliferatif
c. Anemia Refraktorik
 2. Kehilangan Darah Berlebihan
a. Perdarahan
b. Hemolisis
ANEMIA DEFISIENSI
 ANEMIA DEFISIENSI BESI
Merupakan anemia yg paling sering dijumpai.
Penyebab terjadinya ADB:
A. Kehilangan darah ex: menstruasi, perdarahan
saluran cerna, donor darah yg terlalu sering.
B. Defisiensi nutrisi
- makanan yg kurang zat besi
- gangguan absorbsi
- infeksi cacing ex ankylostoma
ANEMIA DEFISIENSI (2)
C. Kenaikan Kebutuhan
misal: - pertumbuhan
- kehamilan
METABOLISME BESI
 Besi dlm sirkulasi terikat oleh
transferin, sedangkan simpanan besi
dlm tubuh dalam bentuk feritin (bagus
untuk indikator status simpanan besi).
ANEMIA DEFISIENSI(3)
 Serum feritin: substansi yg terdiri atas besi yg
diikat oleh protein yg disebut apoferitin.
 Serum feritin sangat bermanfaat untuk
diagnosis ADB karena penurunannya ditemukan
pertama kali pada ADB.
 Gambaran px darah tepi eritrosit mikrositik
hipokromik.
Tahapan Defisiensi Besi
Tahap 1
a. Dikarakterisasi oleh kehilangan cadangan besi
yg progresif.
b. Cadangan besi masih mampu memelihara
kompartemen transport dan fungsional 
eritropoiesis tdk terganggu.
c. Bisa diketahui dr pemeriksaan kadar feritin yg
rendah atau pengecatan besi di sumsum
tulang.
Tahap 2
A. Didefinisikan sbg ‘exhaustion of the storage
pool of iron’.
B. Selama beberapa waktu eritropoeisis mungkin
belum terganggu, terutama bila besi yg di
sirkulasi masih cukup.
C. Anemia sering kali belum muncul, namun pd
beberapa kasus dpt terjadi penurunan kadar
Hb.
D. Kadar feritin rendah, besi serum rendah, TIBC
meningkat.
E. Reseptor transferin di permukaan sel meningkat
 usaha meningkatkan uptake besi ke dalam
sel.
Tahap 3
a. Merupakan anemia yang nyata.
b. Hemoglobin dan hematokrit di bawah normal.
c. Pembentukan SDM tdk dpr berjalan lancar
karena adanya deplesi simpanan besi dan besi
di sirkulasi.
d. Jumlah SDM yg dihasilkan akan meningkat 
memenuhi kebutuhan besi akan oksigen 
jumlah besi kurang  terbentuk sel yang lebih
kecil ukurannya dan konsentrasi hemoglobin yg
rendah  Mikrositik hipokromik.
e. Muncul gejala klinis: pucat, lethargi, dll.
ANEMIA DEFISIENSI (4)
 ANEMIA PENYAKIT KRONIK
Ditemukan pada keadaan infeksi kronis,
inflamasi, malignansi. Karakteristik anemia
peny. Kronik: penurunan besi di darah
(hambatan pemakaian besi) padahal simpanan
besi adekuat.
Contoh:
- Infeksi: TBC, reumatoid artritis, meningitis
- Malignasi: leukemia, kanker yg metastase
ANEMIA DEFISIENSI (5)
 ANEMIA MEGALOBLASTIK
Anemia dg abnormalitas fungsional dan morfologi
spesifik dari eritroblast sumsum tulang
mengakibatkan maturasi inti relatif lebih lambat
dibanding sitoplasmanya.
Penyebab:
1. Defisiensi vit B12
2. Defisiensi asam folat
3. Metabolisme vit B12 dan asam folat yg abnormal.
ANEMIA DEFISIENSI (6)
 Vit B-12 dan asam folat merupakan komponen
penting dlm pembentukan DNA, diperlukan dlm
tahap penyediaan bahan baku dan enzim untuk
sintesis DNA.
 Defisiensi B-12 dan folat akan menyebabkan
sintesis DNA menjadi abnormal, karena pada saat
yg sama produksi RNA berjalan normal, sedang
produksi DNA abnormal maka pematangan inti
dan sitoplasma mjd tdk seimbang. Maturitas inti
lambat maka pembelahan sel tertunda sehingga
ukuran sel menjadi lebih besar dari normal
sehingga disebut ‘megaloblast’.
Morfologi Darah Tepi Anemia Megaloblastik
ERITROSIT
MAKROSITIK
HIPERSEGMENTASI
NETROFIL
ANEMIA DEFISIENSI (7)
 ANEMIA PERNISIOSA
Suatu keadaan dimana absorbsi vit B-12 sangat
menurun akibat kegagalan atau penurunan
faktor intrinsik sehingga terjadi gangguan
sintesis eritrosit.
Absorbsi vit B-12 di gastrointestinal
memerlukan beberapa faktor:
1. Vit B-12 harus dilepaskan dr makanan oleh
digesti peptik dlm lambung yg diperantarai
asam hidrokloride yg dilepaskan oleh sel
parietal lambung.
ANEMIA DEFISIENSI (8)
2. Faktor intrinsik yg disekresikan
oleh sel parietal, dimana faktor
intrinsik membentuk kompleks dg
vit B-12 kemudian mentransportnya
ke dalam usus.
 Morfologi sel darah merah
menyerupai anemia megaloblastik.
ANEMIA HIPOPROLIFERATIF
 Tanpa gangguan maturasi
- Respon sumsum tulang thd
eritropoietin menurun atau
produksi eritropoietin menurun.
- Dengan kegagalan sumsum
tulang, misal: anemia aplastika,
infiltrasi sumsum tulang.
ANEMIA HIPOPROLIFERATIF (2)
 Dengan Gangguan Maturasi
1. Gangguan sintesis Hb
a. Penurunan inkorporasi besi
b. Defek Sintesis globin  Thalasemia
c. Penurunan sintesis porfirin  A.
Sideroblastik.
2. Gangguan Maturasi Nukleus
Anemia Megaloblastik.
ANEMIA KEHILANGAN DARAH
BERLEBIHAN
 ANEMIA KRN PERDARAHAN
Misal: perdarahan saluran cerna, menstruasi
perdarahan paru.
 ANEMIA KRN HEMOLISIS
1. Herediter
- Defek membran eritrosit ex: sferositosis
- Defek enzim eritrosit ex: def. enz G6PD
- Defek sintesis/ abnormalitas struktur globin:
Thalasemia, Sickle Cell Anemia.
ANEMIA KEHILANGAN DARAH
BERLEBIHAN (2)
2. Acquired/ dapatan
- AIHA
- Defek membran eritrosit : PNH
(Paroxysmal Nocturnal
Haemoglobinuria)
KLASIFIKASI ANEMIA BERDASAR
MORFOLOGI ERITROSIT
 Klasifikasi berdasarkan kandungan Hb dalam
eritrosit, ukuran eritrosit, angka eritrosit.
1. Anemia Normositik Normokromik
Warna dan ukuran eritrosit dalam batas normal.
Terjadi pada: perdarahan akut, anemia hemolitik,
penyakit sumsum tulang, penurunan pacuan
eritropoietin (peny. Ginjal).
KLASIFIKASI ANEMIA BERDASAR
MORFOLOGI ERITROSIT (2)
2. Anemia Makrositik Normokromik
Terjadi pada: A. Megaloblatik, A. Pernosiosa.
3. Anemia Mikrositik Hipokromik
Terjadi pada ADB (Anemia Defisiensi besi)
POLISITEMIA
 Polisitemia disebut juga eritrositosis
mempunyai 3 tipe:
1. POLISITEMIA VERA
2. POLISITEMIA SEKUNDER
3. POLISITEMIA RELATIF
 Pada umumnya terjadi bila:
- Hb>18g/dl, Hmt>55%
- Hb>16g/dl, Hmt>50%
POLISITEMIA(2)
1. POLISITEMIA VERA
- Merupakan penyakit
myeloproliferatif.
- Proliferasi semua jalur sel
haematopietik .
- Proliferasi eritroid dominan
- Proliferasi tdk tergantung
eritropoietin.
POLISITEMIA (3)
 Diagnosis:
a. Kriteria mayor: peningkatan masa eritrosit,
saturasi O2 arterial normal, splenomegali.
b. Kriteria Minor:
1. Trombosit > 400.000/mmk
2. AL > 12.000/mmk
3. Kadar alkali fosfatase lekosit naik
4. Vit B-12 binding capacity naik
POLISITEMIA (4)
2. POLISITEMIA SEKUNDER
- Mrpk polisitemia absolut
- Spesifik disebabkan kenaikan masa
eritrosit.
- Diperantarai eritropoietin: bisa
fisiologis dan non fisiologis.
- Paling sering disebabkan karena
hipoksia.
POLISITEMIA (5)
Ada 2 jenis polisitemia sekunder
a. Fisiologis
H ipoksia jaringan  produksi
eritropoietin karena tekanan 02
atmosfer turun, penurunan
pengangkutan O2 ke jaringan.
b. Non Fisiologis
Eritropietin berlebihan atau karena
ada eritropoietin like-substance.
POLISITEMIA (6)
3. POLISITEMIA RELATIF
Merupakan kelainan yg ditandai dengan
peningkatan hematokrit semu karena masa
eritrosit normal sedangkan volume plasma turun
(polisitemia absolut terjadi kenaikan eritrosit).
Patofisiologi:
- Paling sering karena dehidrasi (vol. plasma )
Kelainan Morfologi Erotrosit
 Kelainan Ukuran
a. Mikrosit Merupakan kelainan ukuran eritrosit yang
ukurannya kurang dari ukuran eritrosit normal (< 6µm)
b. Makrosit Merupakan kelainan ukuran eritrosit yang lebih
besar dari ukuran eritrosit normal (> 8µm)
c. Sferosit Merupakan kelainan eritrosit yang lebih kecil,
lebih bulat, dan lebih padat warnanya dari eritrosit
normal.
d. Anisositosis Merupakan sel eritrosit lebih banyak
bervariasi dalam ukurannya daripada keadaan normal.
Sering ditemukan pada anemia berat.
 Kelainan Bentuk
a. Acanthosytes. Merupakan kelainan bentuk yang ditandai
dengan adanya seperti duri dai permukaan eritrosit.
b. Burr cell. Merupakan kelainan bentuk yang menunjukkan
proyeksi atau tonjolan-tonjolan pendek
c. Ovalosit. Merupakan kelainan bentuk eritrosit yang
bentuknya seperti elip atau oval.
d. Stomatosit Merupakan kelainan bentuk eritrosit yaitu
bentuknya seperti topi Meksiko. Pusatnya tidak hipokrom
tetapi berwarna merah.
e. Leptosit/ Target sell Kelainan bentuk eritrosit pada bagian
tengah eritrosit yang berwarna pucat dan terdapat
lingkaran berwarna merah dipusat eritrosit, sel ini disebut
juga sel target.
f. Sabit / sickle. Merupakan kelainan bentuk eritrosit yang
bentuknya seperti bulan sabit. Berwarna lebih padat dari
pada eritrosit biasa.
g.Sel Helmet
Eritrosit berbentuk seperti helm. Terjadi akibat mekanisme
fragmentasi, yaitu hilangnya sebagian membrane eritrosit,
baik disertai dengan hilangnya Hb ataupun tidak.
h.Tear drop sel
Eritrosit bentuk seperti buah pear atau tetesan air mata.
i.Crenasi sel
merupakan kelainan bentuk dari eritrosit (poikilositosis) yang
berbentuk seperti artefak. Krenasi berawal dari sel eritrosit
yang mengalami pengerutan akibat cairan yang berada di
dalam sel keluar melalui membran.
 Kelainan Warna
a. Hipokrom Kelainan warna dengan di tandai warna pucat
pada bagian tengah, eritrosit lebih besar dari biasanya.
b. Polikromasia/ polikromatik. Mengikat zat warna asam
sehingga disamping warna merah ada kebiru-biruan.
Pematangan sitoplasma lebih lambat dibandingkan
pematangan inti.
SEKIAN
TERIMA
KASIH

More Related Content

Similar to Kelompok 1_Kelainan Eritrosit.ppt

Similar to Kelompok 1_Kelainan Eritrosit.ppt (20)

Anemia.pptx
Anemia.pptxAnemia.pptx
Anemia.pptx
 
4. anemia
4. anemia4. anemia
4. anemia
 
Anemia 26.11.22.ppt
Anemia 26.11.22.pptAnemia 26.11.22.ppt
Anemia 26.11.22.ppt
 
Sistem peredaran darah
Sistem peredaran darahSistem peredaran darah
Sistem peredaran darah
 
Askep anemia 1
Askep anemia 1Askep anemia 1
Askep anemia 1
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
ppt.ppt
ppt.pptppt.ppt
ppt.ppt
 
kasusanemia-170326130659 (1).pptx
kasusanemia-170326130659 (1).pptxkasusanemia-170326130659 (1).pptx
kasusanemia-170326130659 (1).pptx
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
313325827 penyuluhan-anemia
313325827 penyuluhan-anemia313325827 penyuluhan-anemia
313325827 penyuluhan-anemia
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
A n e m i a
A n e m i aA n e m i a
A n e m i a
 
Anemia hemolitik
Anemia hemolitikAnemia hemolitik
Anemia hemolitik
 
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.pptANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
 
Gangguan
GangguanGangguan
Gangguan
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
 
PPT ANEMIA
PPT ANEMIAPPT ANEMIA
PPT ANEMIA
 
Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
 
Gangguan
GangguanGangguan
Gangguan
 

Recently uploaded

konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
fidel377036
 
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh  Visum et Repertum.pptPresentasi contoh  Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
SuwandiKhowanto1
 
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
Safrina Ramadhani
 
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptxseminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
sariakmida
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
anangkuniawan
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
haslinahaslina3
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
csooyoung073
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
cels17082019
 

Recently uploaded (20)

Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
Tatalaksana Terapi Diabetes Mellitus (farmasi klinis)
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
 
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh  Visum et Repertum.pptPresentasi contoh  Visum et Repertum.ppt
Presentasi contoh Visum et Repertum.ppt
 
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratioIMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
IMR, MMR, ASDR infertility fertility sex ratio
 
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptxseminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
seminar kasus Preaterm premature rupture of membrane.pptx
 
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngccccccccccccccccaskep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
askep hiv dewasa.pptxcvbngcccccccccccccccc
 
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdfPPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
PPT Kebijakan Regulasi RME - Dir 28 -29 Feb 2024 s.d 1 Maret.pdf
 
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksiTM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
TM 6_KESPRO REMAJA.ppt kesehatan reproduksi
 
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
Kartu Kembang Anak - Pemantauan Perkembangan Anak Bina Keluarga Balita (BKB)
 
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank MaybankUNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
UNIKBET Situs Slot Habanero Deposit Bisa Pakai Bank Maybank
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
 
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
468660424-Kuliah-5-CDOB-upkukdate-ppt.ppt
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
 
Root cause analysis ( analisa akar masalah )
Root cause analysis ( analisa akar masalah )Root cause analysis ( analisa akar masalah )
Root cause analysis ( analisa akar masalah )
 
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHANKONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
KONSEP DASAR LUKA DAN PENANGANANNYA, PROSES PENYEMBUHAN
 
Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDIT
Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDITDasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDIT
Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) EDIT
 

Kelompok 1_Kelainan Eritrosit.ppt

  • 1. KELAINAN ERITROSIT Kelompok 1 : Adita Putri Monika 3191001 Azridayanti Sekar 3191005 Ellisa Hastuti 3191009 Hutami Putri 3191014 Irene Putri 3191017 Mita Riana 3191023 Nadira Duwi 3191027 Putri Wahyu 3191031 Rhadevka Agnur 3191035 Tasya Rohmadhani 3191039
  • 2. KELAINAN ERITROSIT  ANEMIA Penurunan kadar Hb di bawah nilai rujukan normal. Sering dibarengi penurunan jumlah eritrosit di sirkulasi.  POLISITEMIA Keadaan yg ditandai oleh adanya peningkatan jumlah eritrosit/ hematokrit/Hb karena: meningkatnya total eritrosit atau turunnya volume plasma.
  • 3. KLASIFIKASI ANEMIA  1. Gangguan Pembentukan Eritrosit a. Penyakit Defisiensi b. Anemia Hipoproliferatif c. Anemia Refraktorik  2. Kehilangan Darah Berlebihan a. Perdarahan b. Hemolisis
  • 4. ANEMIA DEFISIENSI  ANEMIA DEFISIENSI BESI Merupakan anemia yg paling sering dijumpai. Penyebab terjadinya ADB: A. Kehilangan darah ex: menstruasi, perdarahan saluran cerna, donor darah yg terlalu sering. B. Defisiensi nutrisi - makanan yg kurang zat besi - gangguan absorbsi - infeksi cacing ex ankylostoma
  • 5. ANEMIA DEFISIENSI (2) C. Kenaikan Kebutuhan misal: - pertumbuhan - kehamilan METABOLISME BESI  Besi dlm sirkulasi terikat oleh transferin, sedangkan simpanan besi dlm tubuh dalam bentuk feritin (bagus untuk indikator status simpanan besi).
  • 6. ANEMIA DEFISIENSI(3)  Serum feritin: substansi yg terdiri atas besi yg diikat oleh protein yg disebut apoferitin.  Serum feritin sangat bermanfaat untuk diagnosis ADB karena penurunannya ditemukan pertama kali pada ADB.  Gambaran px darah tepi eritrosit mikrositik hipokromik.
  • 7. Tahapan Defisiensi Besi Tahap 1 a. Dikarakterisasi oleh kehilangan cadangan besi yg progresif. b. Cadangan besi masih mampu memelihara kompartemen transport dan fungsional  eritropoiesis tdk terganggu. c. Bisa diketahui dr pemeriksaan kadar feritin yg rendah atau pengecatan besi di sumsum tulang.
  • 8. Tahap 2 A. Didefinisikan sbg ‘exhaustion of the storage pool of iron’. B. Selama beberapa waktu eritropoeisis mungkin belum terganggu, terutama bila besi yg di sirkulasi masih cukup. C. Anemia sering kali belum muncul, namun pd beberapa kasus dpt terjadi penurunan kadar Hb. D. Kadar feritin rendah, besi serum rendah, TIBC meningkat. E. Reseptor transferin di permukaan sel meningkat  usaha meningkatkan uptake besi ke dalam sel.
  • 9. Tahap 3 a. Merupakan anemia yang nyata. b. Hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. c. Pembentukan SDM tdk dpr berjalan lancar karena adanya deplesi simpanan besi dan besi di sirkulasi. d. Jumlah SDM yg dihasilkan akan meningkat  memenuhi kebutuhan besi akan oksigen  jumlah besi kurang  terbentuk sel yang lebih kecil ukurannya dan konsentrasi hemoglobin yg rendah  Mikrositik hipokromik. e. Muncul gejala klinis: pucat, lethargi, dll.
  • 10. ANEMIA DEFISIENSI (4)  ANEMIA PENYAKIT KRONIK Ditemukan pada keadaan infeksi kronis, inflamasi, malignansi. Karakteristik anemia peny. Kronik: penurunan besi di darah (hambatan pemakaian besi) padahal simpanan besi adekuat. Contoh: - Infeksi: TBC, reumatoid artritis, meningitis - Malignasi: leukemia, kanker yg metastase
  • 11. ANEMIA DEFISIENSI (5)  ANEMIA MEGALOBLASTIK Anemia dg abnormalitas fungsional dan morfologi spesifik dari eritroblast sumsum tulang mengakibatkan maturasi inti relatif lebih lambat dibanding sitoplasmanya. Penyebab: 1. Defisiensi vit B12 2. Defisiensi asam folat 3. Metabolisme vit B12 dan asam folat yg abnormal.
  • 12. ANEMIA DEFISIENSI (6)  Vit B-12 dan asam folat merupakan komponen penting dlm pembentukan DNA, diperlukan dlm tahap penyediaan bahan baku dan enzim untuk sintesis DNA.  Defisiensi B-12 dan folat akan menyebabkan sintesis DNA menjadi abnormal, karena pada saat yg sama produksi RNA berjalan normal, sedang produksi DNA abnormal maka pematangan inti dan sitoplasma mjd tdk seimbang. Maturitas inti lambat maka pembelahan sel tertunda sehingga ukuran sel menjadi lebih besar dari normal sehingga disebut ‘megaloblast’.
  • 13. Morfologi Darah Tepi Anemia Megaloblastik ERITROSIT MAKROSITIK HIPERSEGMENTASI NETROFIL
  • 14.
  • 15. ANEMIA DEFISIENSI (7)  ANEMIA PERNISIOSA Suatu keadaan dimana absorbsi vit B-12 sangat menurun akibat kegagalan atau penurunan faktor intrinsik sehingga terjadi gangguan sintesis eritrosit. Absorbsi vit B-12 di gastrointestinal memerlukan beberapa faktor: 1. Vit B-12 harus dilepaskan dr makanan oleh digesti peptik dlm lambung yg diperantarai asam hidrokloride yg dilepaskan oleh sel parietal lambung.
  • 16. ANEMIA DEFISIENSI (8) 2. Faktor intrinsik yg disekresikan oleh sel parietal, dimana faktor intrinsik membentuk kompleks dg vit B-12 kemudian mentransportnya ke dalam usus.  Morfologi sel darah merah menyerupai anemia megaloblastik.
  • 17. ANEMIA HIPOPROLIFERATIF  Tanpa gangguan maturasi - Respon sumsum tulang thd eritropoietin menurun atau produksi eritropoietin menurun. - Dengan kegagalan sumsum tulang, misal: anemia aplastika, infiltrasi sumsum tulang.
  • 18. ANEMIA HIPOPROLIFERATIF (2)  Dengan Gangguan Maturasi 1. Gangguan sintesis Hb a. Penurunan inkorporasi besi b. Defek Sintesis globin  Thalasemia c. Penurunan sintesis porfirin  A. Sideroblastik. 2. Gangguan Maturasi Nukleus Anemia Megaloblastik.
  • 19. ANEMIA KEHILANGAN DARAH BERLEBIHAN  ANEMIA KRN PERDARAHAN Misal: perdarahan saluran cerna, menstruasi perdarahan paru.  ANEMIA KRN HEMOLISIS 1. Herediter - Defek membran eritrosit ex: sferositosis - Defek enzim eritrosit ex: def. enz G6PD - Defek sintesis/ abnormalitas struktur globin: Thalasemia, Sickle Cell Anemia.
  • 20. ANEMIA KEHILANGAN DARAH BERLEBIHAN (2) 2. Acquired/ dapatan - AIHA - Defek membran eritrosit : PNH (Paroxysmal Nocturnal Haemoglobinuria)
  • 21. KLASIFIKASI ANEMIA BERDASAR MORFOLOGI ERITROSIT  Klasifikasi berdasarkan kandungan Hb dalam eritrosit, ukuran eritrosit, angka eritrosit. 1. Anemia Normositik Normokromik Warna dan ukuran eritrosit dalam batas normal. Terjadi pada: perdarahan akut, anemia hemolitik, penyakit sumsum tulang, penurunan pacuan eritropoietin (peny. Ginjal).
  • 22. KLASIFIKASI ANEMIA BERDASAR MORFOLOGI ERITROSIT (2) 2. Anemia Makrositik Normokromik Terjadi pada: A. Megaloblatik, A. Pernosiosa. 3. Anemia Mikrositik Hipokromik Terjadi pada ADB (Anemia Defisiensi besi)
  • 23. POLISITEMIA  Polisitemia disebut juga eritrositosis mempunyai 3 tipe: 1. POLISITEMIA VERA 2. POLISITEMIA SEKUNDER 3. POLISITEMIA RELATIF  Pada umumnya terjadi bila: - Hb>18g/dl, Hmt>55% - Hb>16g/dl, Hmt>50%
  • 24. POLISITEMIA(2) 1. POLISITEMIA VERA - Merupakan penyakit myeloproliferatif. - Proliferasi semua jalur sel haematopietik . - Proliferasi eritroid dominan - Proliferasi tdk tergantung eritropoietin.
  • 25. POLISITEMIA (3)  Diagnosis: a. Kriteria mayor: peningkatan masa eritrosit, saturasi O2 arterial normal, splenomegali. b. Kriteria Minor: 1. Trombosit > 400.000/mmk 2. AL > 12.000/mmk 3. Kadar alkali fosfatase lekosit naik 4. Vit B-12 binding capacity naik
  • 26. POLISITEMIA (4) 2. POLISITEMIA SEKUNDER - Mrpk polisitemia absolut - Spesifik disebabkan kenaikan masa eritrosit. - Diperantarai eritropoietin: bisa fisiologis dan non fisiologis. - Paling sering disebabkan karena hipoksia.
  • 27. POLISITEMIA (5) Ada 2 jenis polisitemia sekunder a. Fisiologis H ipoksia jaringan  produksi eritropoietin karena tekanan 02 atmosfer turun, penurunan pengangkutan O2 ke jaringan. b. Non Fisiologis Eritropietin berlebihan atau karena ada eritropoietin like-substance.
  • 28. POLISITEMIA (6) 3. POLISITEMIA RELATIF Merupakan kelainan yg ditandai dengan peningkatan hematokrit semu karena masa eritrosit normal sedangkan volume plasma turun (polisitemia absolut terjadi kenaikan eritrosit). Patofisiologi: - Paling sering karena dehidrasi (vol. plasma )
  • 29. Kelainan Morfologi Erotrosit  Kelainan Ukuran a. Mikrosit Merupakan kelainan ukuran eritrosit yang ukurannya kurang dari ukuran eritrosit normal (< 6µm) b. Makrosit Merupakan kelainan ukuran eritrosit yang lebih besar dari ukuran eritrosit normal (> 8µm) c. Sferosit Merupakan kelainan eritrosit yang lebih kecil, lebih bulat, dan lebih padat warnanya dari eritrosit normal. d. Anisositosis Merupakan sel eritrosit lebih banyak bervariasi dalam ukurannya daripada keadaan normal. Sering ditemukan pada anemia berat.
  • 30.  Kelainan Bentuk a. Acanthosytes. Merupakan kelainan bentuk yang ditandai dengan adanya seperti duri dai permukaan eritrosit. b. Burr cell. Merupakan kelainan bentuk yang menunjukkan proyeksi atau tonjolan-tonjolan pendek c. Ovalosit. Merupakan kelainan bentuk eritrosit yang bentuknya seperti elip atau oval. d. Stomatosit Merupakan kelainan bentuk eritrosit yaitu bentuknya seperti topi Meksiko. Pusatnya tidak hipokrom tetapi berwarna merah. e. Leptosit/ Target sell Kelainan bentuk eritrosit pada bagian tengah eritrosit yang berwarna pucat dan terdapat lingkaran berwarna merah dipusat eritrosit, sel ini disebut juga sel target. f. Sabit / sickle. Merupakan kelainan bentuk eritrosit yang bentuknya seperti bulan sabit. Berwarna lebih padat dari pada eritrosit biasa.
  • 31. g.Sel Helmet Eritrosit berbentuk seperti helm. Terjadi akibat mekanisme fragmentasi, yaitu hilangnya sebagian membrane eritrosit, baik disertai dengan hilangnya Hb ataupun tidak. h.Tear drop sel Eritrosit bentuk seperti buah pear atau tetesan air mata. i.Crenasi sel merupakan kelainan bentuk dari eritrosit (poikilositosis) yang berbentuk seperti artefak. Krenasi berawal dari sel eritrosit yang mengalami pengerutan akibat cairan yang berada di dalam sel keluar melalui membran.
  • 32.  Kelainan Warna a. Hipokrom Kelainan warna dengan di tandai warna pucat pada bagian tengah, eritrosit lebih besar dari biasanya. b. Polikromasia/ polikromatik. Mengikat zat warna asam sehingga disamping warna merah ada kebiru-biruan. Pematangan sitoplasma lebih lambat dibandingkan pematangan inti.