Dokumen tersebut membahas tentang puasa dalam Islam, meliputi pengertian puasa, macam-macam puasa (wajib, sunnah), hikmah puasa, syarat wajib puasa, hal-hal yang membatalkan dan merusak puasa, serta golongan orang yang diperbolehkan tidak berpuasa seperti orang sakit, musafir, lanjut usia, hamil dan menyusui.
3. Pengertian Puasa
Puasa (disebut juga Shaum) yang bersifat wajib dilakukan pada
bulan Ramadan selama satu bulan penuh dan ditutup dengan
Hari Raya Lebaran, menahan diri dari makan dan minum dan dari
segala perbuatan yang boleh membatalkan puasa seperti
perbuatan-perbuatan yang tidak baik termasuk dalam perkataan,
tidak bertengkar, menjaga pola pikir, hawa nafsu, dan juga untuk
melatih kesabaran, mulai dari terbit fajar hingga terbenam
matahari dengan niat. Sesuai perintah dalam kitab suci umat
islam Al Quran puasa juga menolong menanam sikap yang baik.
Dan kesemuanya itu diharapkan berlanjut ke bulan-bulan
berikutnya, dan tidak hanya pada bulan puasa.
4. Macam-Macam Puasa
1. PuasaWajib.
Puasa wajib adalah, puasa jika dikerjakan akan mendapatkan
pahala dan jika
tidak dikerjakan akan berdosa. Puasa wajib antara lain meliputi:
a. Puasa Ramadlan.
b. Puasa Nazar.
Puasa Nadzar adalah Puasa yang kedua dari puasa wajib yakni
puasa sebab
Nadzar. Kata Nadzar menurut bahasa adalah berjanji tentang
sesuatu hal, baik
terpuji ataupun tidak (tercela). Sedangkan menurut istilah, nadzar
adalah
kesanggupan untuk melaksanakan ibadah yang tidak berhukum
wajib ‘ain, dengan
5. c. Puasa Kafarat.
Puasa kafarot adalah puasa yang harus dilakukan sebagai bentuk
denda atas
pelanggaran syari’at yang telah dilakukan (kafarot), baik mengandung
dosa
maupun tidak.. seperti bersetubuh pada waktu puasa Ramadlan. Dan
membunuh
tanpa ada kesengajaan.
d. Puasa Qodlo’.
Puasa qodlo’ adalah puasa yang dilaksanakan pada hari-hari yang
tidak
diwajibkan berpuasa, karena disebabkan tidak bisa melaksanakan
kewajiban
puasa pada waktu yang semestinya.
2. Puasa Sunnah
a. Puasa Enam hari di bulan Syawwal.
Puasa sunnah enam hari pada bulan syawal (setelah tanggal 1 syawal)
setalah
6. b. Puasa hari Arofah (9 Dzulhijjah).
Puasa Arofah adalah puasa sunnah yang dilakukan pada tanggal
9 Dzulhijjah.Puasa tanggal 9 Dzulhijjah ini disunnahkan bagi
orang Islam yang tidak baru melaksanakan ibadah haji.
Sebagaimana Hadist Nabi SAW:
c. Puasa Asyuro’ (tanggal 10 Muharram).
Puasa Asyuro’ adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 10
bulan Muharrom.
Dan bulan Muharrom adalah bulan pertama kali tahun hijriyyah,
yakni tahun
perjuangan dan kemenangan dalam sejarah Islam. Barang siapa
berpuasa
sunnah Asyuro’ dengan ikhlash mengharap ridlo Allah SWT, maka
ia akan di
hapus dosa-dosonya setahun. Nabi SAW telah bersabda:
d. Puasa Tasu’a’. (Tanggal 9 Muharrom).
7. e. Berpuasa pada Sebagian Besar Bulan Sya’ban.
f. Puasa Ayyam al-Bidh
Ayyam al-Bidh adalah puasa yang dilakukan pada hari-hari
tanggal 13, 14 dan 15 bulan-bulan hijriyyah. Sebagaimana
hadist Nabi SAW:
g. Puasa pada hari Senin dan Kamis Puasa ini disunnahkan
karena Nabi Muhammad Saw sangat
memperhatikannya.Beliau bersabda:
h. Berpuasa Selang-seling (Seperti Puasa Daud)
Puasa Dawud adalah Puasa yang disukai oleh Allah swt.
Sebagaimana Sabda Nabi saw. Yang artinya: “Dari Abdullah
bin Amr berkata, Rasulullah saw telah bersabda, “Puasa yang
paling disukai Allah adalah puasa Daud dan salat yang paling
disukai Allah adalah salat Daud. Ia tidur seperdua (separoh)
malam, bangun sepertiganya, lalu tidur seperenamnya, dan ia
8. Hadist beserta niat Puasa
hari Arofah (9 Dzulhijjah)
Hadist beserta niat
PUASA
SUNNAH
Puasa Asyuro
(tanggal 10
muharram)
Hadist beserta niat
Puasa Tasu’a
(tanggal 10
muharram)
Hadist beserta niat
Puasa enam hari
dibulan syawal :
Hadist beserta
Puasa pada
sebagian besar
bulan bulan
Sya’ban
Hadist beserta
Puasa pada hari
Senin dan Kamis
Hadist beserta
niat Puasa
Ayyam al-Bidh
Hadist beserta
niat Berpuasa
Selang-seling
(Seperti Puasa
Daud)
26. Hikmah Puasa
1. Melatih Disiplin Waktu – Untuk menghasilkan puasa yang tetap fit dan kuat
di siang hari, maka tubuh memerlukan istirahat yang cukup, hal ini membuat
kita tidur lebih teratur demi lancarnya puasa. Bangun untuk makan sahur
dipagi hari juga melatih kebiasaan unt
uk bangun lebih pagi untuk mendapatkan rejeki (makanan).
2. Keseimbangan dalam Hidup – Pada hakikatnya kita adalah hamba Allah
yang diperintahkan untuk beribadah. Namun sayang hanya karena hal
duniawi seperti pekerjaan, hawa nafsu dan lain-lain kita sering melupakan
kewajiban kita. Pada bulan puasa ini kita terlatih untuk kembali mengingat dan
melaksanakan seluruh kewajiban tersebut dengan imbalan pahala yang
dilipatgandakan.
3. Mempererat Silaturahmi – Dalam Islam ada persaudaraan sesama muslim,
akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang memberikan tajil
perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid
4. Lebih Perduli Pada Sesama – Dalam Islam ada persaudaraan sesama
muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang
memberikan tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid, memberi
ilmu islam dan banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan
yang dilaksanakan di Masjid.
27. 5. Tahu Bahwa Ibadah Memiliki Tujuan – Tujuan puasa adalah melatih diri
kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari yang lain di luar bulan
Ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil. Tapi jika tujuannya
gagal maka puasa tidak ada arti apa-apa. Jadi kita terbiasa berorientasi
kepada tujuan dalam melakukan segala macam amal ibadah.
6. Tiap Kegiatan Mulia Merupakan Ibadah – Setiap langkah kaki menuju
masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah,
tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan ibadah, sampai
tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan
ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat
bernilai ibadah.
7. Berhati-hati Dalam Berbuat – Puasa Ramadhan akan sempurna dan tidak
sia-sia apabila selain menahan lapar dan haus juga kita menghindari
keharaman mata, telinga, perkataan dan perbuatan. atihan ini menimbulkan
kemajuan positif bagi kita jika diluar bulan Ramadhan kita juga dapat
menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa seperti bergunjing,
berkata kotor, berbohong, memandang yang dapat menimbulkan dosa, dan
lain sebagainya.
8. Berlatih Lebih Tabah – Dalam Puasa di bulan Ramadhan kita dibiasakan
menahan yang tidak baik dilakukan. Misalnya marah-marah, berburuk
sangka, dan dianjurkan sifat Sabar atas segala perbuatan orang lain kepada
28. 9. Melatih Hidup Sederhana – Ketika waktu berbuka puasa tiba, saat
minum dan makan sedikit saja kita telah merasakan nikmatnya makanan
yang sedikit tersebut, pikiran kita untuk makan banyak dan bermacam-macam
sebetulnya hanya hawa nafsu saja.
10. Melatih Untuk Bersyukur – Dengan memakan hanya ada saat
berbuka, kita
menjadi lebih mensykuri nikmat yang kita miliki saat tidak berpuasa.
Sehingga kita dapat menjadi pribadi yang lebih mensyukuri nikmat Allah
SWT.
29. Syarat Wajib Puasa
Islam. Disyariatkan berpuasa kepada mereka yang
memeluk agama Islam dan tidak disyariatkan ibadah ini
kepada kaum kafir.
Berakal. Ibadah puasa juga dituntut kepada mereka yang
berakal dan yang waras dalam berfikir sebagai seorang
manusia. Taklifan puasa ini tidak jatuh kepada mereka
yang hilang kewarasan akal, gila, tidak sedarkan diri
(koma) dan yang setara dengannya.
Baligh. Puasa diwajibkan ke atas mereka yang telah
mencapai usia baligh disisi syarak. Tanda baligh adalah:
(a)Ihtilam, yaitu keluarnya mani dalam keadaan sadar
atau saat mimpi;
(b) Tumbuhnya bulu kemaluan; atau
(c) Dua tanda yang khusus pada wanita adalah haid dan
hamil.
30. Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa
1. Makan dengan sengaja
2. Minum dengan sengaja
3. Hubungan badan (Jima' / bersetubuh)
4. Haid (datang bulan bagi perempuan)
5. Nifas (keluar darah dari rahim disebabkan
melahirkan dan setelah melahirkan)
6. Murtad (keluar agama Islam - Kafir)
7. Muntah dengan sengaja
31. Golongan Orang Yang Diperbolehkan
Tidak Puasa
1. Orang sakit.
Seorang muslim yang sedang sakit pada Bulan
Ramadhan diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Hal
itu berdasarkan situasi dan kondisi berikut;
a. Jika ia masih mampu berpuasa tanpa kesukaran,
maka ia lebih baik berpuasa; tetapi kalau ia tidak
mampu, lebih baik ia berbuka.
b. Kalau ia masih ada harapan sembuh dari sakitnya,
maka ia bersabar menunggu sampai ia sembuh, lalu
ia membayar (qadha) sebanyak puasa yang
ditinggalkannya.
Namun, jika tidak ada harapan akan kesembuhannya,
maka ia boleh berbuka dan membayar fideyah
dengan secupak bahan makanan yang diberikan
kepada orang miskin sesuai dengan jumlah hari
puasa yang ditinggalkannya.
32. 2. Musafir.
Orang yang sedang melakukan perjalanan (musafir) sejauh yang
dibolehkan mengkasar shalat, dibolehkan tidak berpuasa. Setelah
kembali dari perjalanannya, ia akan membayar (qadha) puasa yang
ditinggalkannya pada hari lam diluar bulan Ramadhan.
Firman Allah di dalam Alquran, "Maka, jika diantara kamu ada yang sakit,
atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka (wajiblah baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang
lain." (QS. Al Baqarah: 184).
Jika musafir itu dapat berpuasa dalam perjalanannya adalah lebih baik
daripada tidak berpuasa, sebagaimana Firman Allah SWT, "Dan
berpuasa lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahui." (QS. Al Baqarah:
155).
3. Orang yang sangat Tua dan Pekerja Berat.
Orang yang sudah lanjut usia, baik laki-laki, maupun perempuan
diperbolehkan tidak berpuasa jika mereka tidak mampu lagi berpuasa.
Demikian juga orang-orang yang bekerja berat sebagai mata pencahari-annya,
seperti orang-orang yang bekerja di dalam pertambangan, atau
orang-orang yang telah dihukum dengan kerja paksa, sehingga sulit
sekali melakukan puasa.
Mereka semuanya dapat mengganti hari-hari puasa mereka dengan
fidyah, sebagaimana firman Allah SWT, "Dan wajib bagi orang-orang
33. 4. Perempuan yang Hamil dan yang Menyusui.
Perempuan yang sedang hamil atau menyusui,
dibolehkan tidak berpuasa. Hanya di dalam
pelaksanaannya terdapat perbedaan pendapat di
kalangan ulama dikalangan Ulama.
Menurut Ibnu Umar dan Ibnu Abbas RA, Apabila
perempuan hamil dan perempuan yang menyusui
khawatir atas dirinya dan anaknya, maka keduanya boleh
berbuka, dan wajib memberi fideyah. Ia tidak meng-qadha
puasa yang telah ditinggalkannya.
Menurut Imam Syafi'i dan Imam Ahmad, jika keduanya
hanya khawatir atas anaknya saja lalu ia berbuka, maka
keduanya wajib qadha dan fideyah. Jika keduanya
khawatir pada dirinya saja, atau khawatir pada dirinya
dan anaknya, maka keduanya wajib fideyah saja, tanpa
qadha.
Sedangkan menurut Ulama Hanafiah, dan Abu Ubai,
serta Abu Tsaur, perempuan yang hamil dan yang
menyusui, hanya wajib qadha, tanpa
fideyah. Wallahu'alam.
34. Hal-Hal Yang Merusak Puasa
Melakukan perbuatan atau perkataan tercela.
Seperti berkelahi, berdusta, menghina, hasud,
dengki, dan memfitnah.
Sengaja melihat gambar-gambar maupun video
yangmembangkitkan nafsu syahwat