1. 76
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Pengkajian keperawatan
pengkajian adalah proses pengumpulan, pengaturan, validasi, dan
dokumentasi data (informasi) yang sistematis dan berkelanjutan, terdiri dari empat
jenis yang berbeda: pengkajian awal, pengkajian yang berfokus pada masalah,
pengkajian kedaruratan, dan pengkajian yang kembali pada waktu (Kozier, 2011).
Manifestasi klinis adalah suatu tanda dan gejala yang terjadi pada suatu
penyakit. Pada penderita gagal jantung kongetsif biasanya memiliki tanda dan
gejala yang cukup beragam tergangung dari klasifikasi dan tahapan penyakit yang
diderita. Sejalan dengan ini, Black & Hawks (2014, hlm. 111-117), Brunner &
Suddarth (2014, hlm. 798-800), Caroline & Towalski (2015, hlm. 1539) dan
Lewish (2017, hlm. 742) sependapat bahwa gagal jantung memiliki manifestasi
yang bervariasi, tergantung pada ventrikel yang terlibat, Gagal Ventrikel Kiri (Left
Ventricular Failure) adalah Dispnea, Ortopnea, Dispnea noktural paroksimal,
Batuk, Manifestasi, Kardiovaskuler, Suara Gallop jantung (S3 dan S4),Hipoksia
Serebri, Kelebihan dan kelemahan otot, Peruabahan ginjal, Cemas dan gelisah dan
pada penderita Gagal Ventrikel Kanan (Right Ventricular Failure) adalah Edema
dependen, Asites, dan Anasarka. Pada kasus Tn. M terdapat tanda dan gejala
seperti apa yang dijelaskan oleh teori akan tetapi karena Tn. M mengalami Chf
dengan draja II kemudian hanya ventrikel kiri, Tn. M saja lah yang tergaggu hal
ini dibuktiakan dengan Tn. M mengalami : Dispnea, Dispnea (sesak nafas/sulit
bernafas) pada gagal jantung dihubungkan dengan kelelahan. Edema paru
(akumulasi cairan pada alveoli) dan bianya terjadi pada gagal jantung kiri yang
mengakibatkan peningkatan tekanan vena pulmonal dan kapiler (Brunner &
Suddarth, 2014). Kemudian Ortopnea, Ortopnea merupakan tahapan lanjut dari
dispnea. Ortopnea terjadi karena pada saat berbaring datar, pada pasien gagal
jantung akan meningkatkan aliran darah balik vena, sedangkan Dispnea noktural
2. 77
paroksimal, Dyspnea paroksimal noktural yang merupakan cerminan dari
perburukan akut kongestif jantung (Black and Hawks, 2014). dan Batuk, Batuk
pada pasien dengan gagal jantung kiri dapat disebabkan karena kompensasi paru
dalam mengeluarkan benda asing (cairan) sehingga merangsang karina untuk
mengeluarkan cairan tersebut. Akan tetapi manifestasi pada gaguan ventrikel
kanan belum terjadi karena Tn. M masih pada masa kompensasi diaman sisa darah
pada ventrikel kiri masih sedikit.
Menurut (Smeltzer & Bare, 2017, hlm. 112). Gagal jantung kongestif dapat
menyebabkan beberapa komplikasi. Komplikasi utama dari gagal jantung
kongestif meliputi efusi pleura : Efusi pleura merupakan hasil dari peningkatan
tekanan pada pembuluh kapiler pleura. Peningkatan tekanan menyebabkan cairan
tersumbat pada pembuluh kapiler pleura, kemudian berpindah ke dalam pleura.
Efusi pleura menyebabkan pengembangan paru-paru tidak optimal sehingga
oksigen yang diperoleh tidak optimal. Aritmia : Pasien dengan gagal jantung
kongestif kronik memiliki kemungkinan besar mengalami aritmia. Hal tersebut
dikarenakan adanya pembesaran ruangan jantung (peregangan jaringan atrium dan
ventrikel) menyebabkan gangguan kelistrikan jantung. Gangguan kelistrikan yang
sering terjadi adalah fibrilasi atrium. Pada keadaan tersebut, depolarisasi otor
jantung timbul secara cepat dan tidak terorganisir sehingga jantung tidak mampu
berkontraksi secara normal. Hal tersebut menyebabkan penurunan cardiac output
dan risiko pembentukan trombus ataupun emboli. Jenis aritmia lain yang sering
dialami oleh pasien gagal jantung kongestif adalah ventricular takiaritmia, yang
dapat menyebabkan kematian mendadak pada penderita, pembentukan trombus
pada ventrikel kiri : Penyumbatan trombus pada ventrikel kiri dapat terjadi pada
pasien gagal jantung kongestif akut maupun kronik. Kondisi tersebut diakibatkan
oleh adanya pembesaran ventrikel kiri dan penurunan curah jantung. Kombinasi
kedua kondisi tersebut meningkatkan terjadinya pembentukan trombus di
ventrikel kiri. Hal yang paling berbahaya adalah bila terbentuk emboli dari
trombus tersebut karena besar kemungkinan dapat menyebabkan stroke.
pembesaran hati (hepatomegaly) : Pembesaran hati dapat terjadi pada gagal
jantung berat, terutama dengan kegagalan ventrikel kanan. Lobulus hati akan
mengalami kongesti dari darah vena. Kongesti pada hati menyebabkan kerusakan
3. 78
fungsi hati. Keadaan tersebut menyebabkan sel hati akan mati, terjadi fibrosis dan
sirosis dapat terjadi (Smeltzer & Bare, 2017, hlm. 112).
Sedangkan pada kasus Tn. M mengalami pembentukan trombus pada
ventrikel kiri, dan Efusi Pleura trombus pada ventrikel kiri : disebabkan adanya
pembesaran ventrikel kiri dan penurunan curah jantung, Efusi Pleura :
peningkatan tekanan menyebabkan cairan tersumbat pada pembuluh kapiler
pleura, kemudian berpindah ke dalam pleura. Efusi pleura menyebabkan
pengembangan paru-paru tidak optimal sehingga oksigen yang diperoleh tidak
optimal. sedang kan komplikasi lain seperti : Pembesaran Hati (Hepatomegaly).
Tidak terjadi karena Tn. M menderita kegagalan pada ventrikel kiri sedangkan
Pembesaran Hati (Hepatomegaly) merupakan manisfestasi dari kegagalan
ventrikel kanan.
Menurut Brunner & Suddarth, 2014 pmeriksaan penunjang atau
diagnostik pada pasien CHF meliputi: EKG : mengetahui hipertofi atrial atau
ventrikel, penyimpangan aksis, iskemik adanya sinus takikardi, infark/fibrilasi
atrium, ventrikel hipertrofi, difungsi penyakit katub jantung. Rontgen dada :
menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerimkan dilatasi atau hipertrofi
bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulmonal.
Kateterisasi jantung : tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kiri dan kanan, stenosis katub atau insufisiensi
serta mengkaji potensi arteri koroner. Elektrolit : terjadi perpindahan cairan atau
penururnan funsi ginjal. Oksimtri nadi : saturasi oksigen rendah. AGD : gagal
jantung kiri di tandai alkalosis respiratoik ringan atau hipoksemia dengan
peningkatan tekanan karbondioksida. Ekokardiogram : mengidentifikasi kelainan
struktural dan fungsi katup Enzim jantung : meningkat bila terjadi kerusakan
jaringan-jaringan jantung, misalnya infark miokard. Pada kasuas Tn. M ada
beberapa pemeriksaan yang sesuai dengan teori yaitu EKG dengan hasil Sinus
rhythm, low voltage, extremity leads (all extremity leads <0.5mV), probable left
ventricular hypertrophy ( multiple LVH criteria), Rontgen dada dengan kesan :
Cardiomegaly, bronkopeneumonia, dan pelebaran mediastinum superior suspek
limfadenopaty, Elektrolit hasil Ureum 41 mg/dL, Kreatinin 1.13 mg/dL, Natrium
140 mEq/L Kalium 3.60 mEq/L Chlorida 104 mEq/L, Oksimtri nadi : 95 %. Dan
4. 79
pemeriksaan yang tidak di lakukan adalah : Kateterisasi jantung pemeriksaan ini
tidak dilakuakan karena tidak ditemukannya stenosis katub atau insufisiensi serta
potensi arteri coroner, kemudian pengecekan AGD (analisa gas darah) tidak
dilakukan karena saturasi Tn. M masaih dalam ambang antara ketidak nomalan
dimana menurut NOC Status jantung paru (NOC, 2016, hlm. 527, kode 0414)
nilai normal Saturasi oksigen (95-100%), Ekokardiogram, dan Enzim jantung
Pada saat pengkajian penulis tidak menemukan factor penghambat
karena klien mampu berkomunikasi dengan baik, kesadaran klien composmetis,
dengan Glasgow Coma Scale (GCS) 15, klien cukup kooperatif pada saat
pengkajian, selain kondisi yang cukup kondusif, dalam tahap pengkajian
didukung dengan keluarga juga sangat baik.
IV.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah tahapan kedua dari proses keperawatan yang
direncanakan berdasarkan prioritas klien yang mengacu kepada kebutuhan
masllow. Menurut (Black & Hawks, 2014, hlm.) dan (Lewish 2017, hlm.750)
terdapat empat masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan gagal
jantung kongestif adalah : Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan afterload, perubahan frekuensi jantung, perubahan irama jantung,
perubahan kontraktilitas, perubahan preload, perubahan volume sekuncup
(NANDA International, 2018, hlm. 229, domain 4, kode 00029). Hambatan
pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi,
penurunan membran alveolar kapiler (NANDA International, 2018, hlm. 207,
domain 3, kode 00030). Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi, dan kelebihan asupan cairan (NANDA International, 2018,
domain 2, kode 00026). Intoleran aktivitas berhubungan dengan fisik kurang
segar, masalah pernafasan, masalah sirkulasi, riwayat intoleransi aktivitas
sebelumnya, tidak berpengalaman dengan asuhan aktivitas (NANDA
International, 2018, hlm. 226, domain 4, kode 00092).
Pada kasus Tn. M selama tiga hari (tanggal 02-04 februari 2019) dirawat
diruang alamanda RSUD pasar minggu, ditemukan tiga diagnosa keperawatan
yaitu : Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload,
5. 80
perubahan kontraktilitas, perubahan volume sekuncup (NANDA International,
2018, hlm. 229, domain 4, kode 00029). Dengan data : Klien mengatakan merasa
cepat lelah, Klien mengatakan sering terbangun saat malam hari karena sesak tiba-
tiba dirasa, Klien mengatakan sesak jantung saat melakukan aktivitas berat., Klien
mengatakan sesak bila tidur terlentang, Kesadan umum : sedang, Kesadaran
Compos mentis, Klien tampak gelisah saat tidur, Keadaan umum : Sedang,
Kesadaran : compos mentis, Berat Badan : 55 Kg, Akral teraba hangat, Capillary
refill di jari tangan: 2 detik, Capilarry refill di jari kaki: 2 detik, Hasil pemeriksaan
TTV : TD: 100/70 mmHg, N: 97x/menit, RR : 24x/menit S : 37,5, Sp : 95 %,
Hasil pemeriksaan rontgen thorax pada tanggal 01 Maret 2019 :Cardiomegaly,
bronkopeneumonia, dan pelebaran mediastinum superior suspek limfadenopaty,
Hasil pemeriksaan EKG pada tanggal 01 Maret 2019 : Sinus rhythm, low voltage,
extremity leads (all extremity leads <0.5mV), probable left ventricular
hypertrophy ( multiple LVH criteria).
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi (NANDA International, 2018, hlm. 183, domain 2, kode 00026). Denan
data : Klien mengatakan merasa cepat lelah, Klien mengatakan sering terbangun
saat malam hari karena sesak tiba-tiba dirasa, Klien mengatakan sesak jantung
saat melakukan aktivitas berat, Klien mengatakan sesak bila tidur terlentang,
Klien mengatakan minum dibatasi oleh dokter sebanyak 1500 ml/hari, Terdapat
suara nafas tambahan: rongkhi, Hasil pemeriksaan TTV : TD : 100/70 mmHg, N :
97x/menit, RR : 24x/menit, S : 37,5℃, SpO2: 95 %, Hasil pemeriksaan rontgen
thorax pada tanggal 01 Maret 2019 :Cardiomegaly, bronkopeneumonia, dan
pelebaran mediastinum superior suspek limfadenopaty, Terjadi
ketidakseimbangan Balance cairan 24 Jam: Intake : Minum : 1800 cc/hari +
injeksi Lasix 2x40mg (2cc) = 1802 cc. Output : Urine : 1850 cc + IWL : 825 cc =
2675 cc Balance cairan Tn. M selama 24 Jam : -873 cc.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (NANDA International, 2018, hlm. 226, domain 4, kode 00092). Dengan
data : Klien mengatakan sesak jantung saat melakukan aktivitas ke kamar mandi,
Klien mengatakan sesak bila tidur terlentang tampa dua sampai tiga bantal, Klien
mengatakan sering terbangun saat malam hari karena sesak tiba-tiba dirasa, Klien
6. 81
mengatakan sesak biasanya dirasakan berdurasi sampai 30 menit atau bahkan satu
jam bila jantung berdebar, sesak timbul secara mendadak, dan cara mengatasinya
adalah duduk untuk beristirahat kemudian tarik nafas dalam, Klien terlihat bedrest
ditempat tidur, RR setelah beraktivitas : 24x/menit, RR sebelum beraktivitas :
22x/menit, Klien terlihat bernafas lebih cepat, Klien terlihat mengalami
Paroksimal Noktural Dispnea (PND), dan SpO2 : 95 %
Terdapat satu diagnosa yang tidak ditemukan pada kasus Tn.M yaitu :
Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi, penurunan membran alveolar kapiler (NANDA International, 2018, hlm.
207, domain 3, kode 00030). Karena penulis tidak menemukan pemerikssaan
penunjang untuk menegakkan diagnose tersebut pemerikasaan penunjang agar
penulis dapat mengangkat diagnose tersebut adalah : pemeriksaan AGD ( analisa
gas darah ).
Dalam menyusun dan membuat serta merumuskan diagnose keperawatan
penulis tidak menemukan hambatan, karena diagnose yang ditemukan pada
tinjauan kasus terdapat pada sumber buku yang dimiliki. Faktor pendukung yang
didapat adalah terdapat sumber teori yang bisa dijangkau dengan mudah.
IV.3 Intervensi Keperawatan
Setelah merumuskan Diagnosis keperawatan, tahap selanjutnya adalah
perencanaan tindakan keperawatan. Perencanaan dilakukan untuk dapat
melakukan pelaksanaan yang baik dan tepat sesuai dengan masalah klien.
(McCloskey & Bulucheck, 2000) dalam Kozier, (2011, hlm. 379-399)
menyatakan bahwa intervensi keperawatan adalah seluruh tindakan keperawatan
untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan masalah keperawatan, dengan
merencanakan setiap tindakan berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan, yang
dilakukan.
Perencanaan dibawah ini dibangun berdasarkan beberapa literature, Tujuan
dan Kriteria hasil dipilih berdasarkan Nusing Outcome Classification (NOC)
(2016), dan perencanan keperawatan yang disesuaikan dengan Nursing
Interventions Classivication (NIC) (2016). Secara spefisik dijabarkan sebagai
berikut:
7. 82
Diagnose I : Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload, perubahan frekuensi jantung, perubahan irama jantung, perubahan
kontraktilitas, perubahan preload, perubahan volume sekuncup (NANDA
International, 2018, hlm. 229, domain 4, kode 00029). Tujuan :Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 5x24 jam diharapkan ketidakadekuatan darah yang
dimpompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh dapat
diminimalisir (NOC, 2016, hlm. 650, domain 4, kode 0029). Dalam penetapan
Kriteria hasil dipilih dua NOC yaitu : Keefektifan pompa jantung (NOC, 2016,
hlm. 115, kode 0400), dan Status sirkulasi (NOC, 2016, hlm. 561, kode 0401).
NOC pertama Keefektifan pompa jantung (NOC, 2016, hlm. 115, kode
0400) dipilih tujuh indicator sesuai dengan teori : Satu Tekanan darah sistol dalam
rentang normal (120-130 mmHg), Dua Tekanan darah diastol dalam rentang
normal (80-90 mmHg), tiga Denyut jantung apikal dalam rentang normal (60-
80x/menit), empat Fraksi ejeksi dalam rentang normal (>60%), lima Denyut nadi
perifer dalam rentang normal (60-100 x/menit), enam Keseimbangan intake dan
output dalam 24 jam seimbang, tujuh Tidak ada distensi vena leher.
NOC kedua Status sirkulasi (NOC, 2016, hlm. 561, kode 0401) dipilih lima
indikator yaitu: satu Saturasi oksigen dalam rentang normal (95-100%), dua
Capillary refill dalam rentang normal (<2 detik), tiga Tidak ada suara nafas
tambahan, empat Wajah tidak pucat, lima Tidak ada pitting edema.
Rencana Tindakan: Dalam perencanaan keperawatan penurunana curah
jantung dipilih empat manajemen, diantaranya: perawatan jantung rehabilitas
(NIC, 2016, hlm. 366, kode 4046), perawatan jantung akut (NIC, 2016, hlm. 366,
kode 4044), pengaturan hemodinamik (NIC, 2016, hlm.304, kode 4150), dan
monitor pernafasan (NIC, 2016, hlm. 236, kode 3350).
NIC pertamaPerawawatan jantung: rehabilitasi (NIC, 2016, hlm. 366, kode
4046). Terdapat empat indicator yaitu : Satu Lakukan penilaian pada sirkulasi
perifer, dua Monitor tanda-tanda vital secara rutin, tiga Catat tanda dan gejela
penurunan jantung empat Monitor abdomen jika terdapat indikasi penurunan
perfusi.
8. 83
NIC kedua Perawatan jantung: akut (NIC, 2016, hlm. 365, kode 4044).
Terdapat tujuh indicator : satu Evaluasi nyeri dada (intensitas, lokasi, radiasi,
durasi, faktor pemicu dan yang mengurangi), dua Instruksikan pasien akan
pentingnya melaporkan segera jika merasakan ketidaknyamanan di bagian dada,
tiga Monitor EKG sebagaimana mestinya, apakah terdapat perubahan segmen ST,
empat Lakukan penilaian secara komprehensif terhadap status jantung temasuk
didalamnya adalah sirkulasi perifer, lima Monitor irama jantung dan kecepatan
denyut jantung, enam Pilih lead EKG yang terbaik dalam rangka untuk memonitor
secara terus menerus, sebagaimana mestinya, tujuh Rekam EKG 12 lead,
sebagaimana mestinya.
NIC ketiga Pengaturan hemodinamik (NIC, 2016, hlm 304, kode 4150).
Terdapat empat indicator : satuTinggikan kepala tempat tidur, dua Tinggikan kaki
tempat tidur, tiga Jaga keseimbangan cairan dengan pemberian cairan IV, empat
Berikan obat vasodilator dan vasokontriktor.
NIC ke empat Monitor pernafasan (NIC, 2016, hlm. 236, kode 3350).
Terdapat enam indicator : satu Monitor irama, kecapatan, kedalaman, dan
kesulitan bernafas, dua Catat pergerakan dada, catat kesimetrisan, tiga Monitor
suara nafas tambahan atau rongki, empat Monitor saturasi oksigen pada pasien
yang tersedasi, lima Palpasi kesimetrisan ekspansi paru, enam Monitor suara
krepitasi pada pasien.
Diagnose II : Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi perfusi, penurunan membran alveolar kapiler
(NANDA International, 2018, hlm. 207, domain 3, kode 00030). Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kelebihan atau
defesit pada oksigen dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolar
kapiler dapat diminimalisir (NOC, 2016, hlm. 656). Dalam penetapan Kriteria
hasil terdapat dua NOC yaitu : Respon ventilasi mekanik: Dewasa (NOC, 2016,
hlm. 521, kode 0411),dan Status pernafasan: Pertukaran gas (NOC, 2016, hlm.
556, kode 0415).
9. 84
NOC pertama Respon ventilasi mekanik: Dewasa (NOC, 2016, hlm. 521,
kode 0411), terdapat tujuh indicator : satu Irama pernafasan teratur, dua
Kedalaman inspirasi dalam, tiga Saturasi oksigen dalam rentang normal (95-
100%), empat Tes fungsi paru-paru baik, lima Keseimbangan ventilasi perfusi
seimbang, enam Gerakan dinding dada simetris, tujuh Pembesaran dindin dada
simetris.
NOC kedua Status pernafasan: Pertukaran gas (NOC, 2016, hlm. 556, kode
0415). Terdapat empat indicator : satu pH arteri dalam rentang normal (7,35 - 7,45
mmol/L), dua keseimbangan ventilasi paru seimbang, tiga Tidak ada dispnea saat
istirahat, empat Tidak ada dispnea saat aktivitas ringan.
Rencana Tindakan: Dalam perencanaan keperawatan hambatan pertukaran
gas dipilih tiga manajemen, diantaranya: manajemen asam basa, terapi oksigen,
monitor tanda-tanda vital, dan monitor pernafasan, dan pengaturan hemodinamik
(NIC, 2016, hlm. 575).
NIC pertama Manajemen asam basa (NIC, 2016, hlm. 150, kode 1910).
Terdapat delapan indicator : satu Pertahankan kepatenan jalan nafas, dua
Posisikan klien untuk mendapatkan ventilasi yang adekuat, tiga Monitor
kecenderungan pH arteri, PaCO2, empat Monitor penyebab potensial sebelum
memberikan perawatan, lima Monitor pola pernafasan, enam Monitor intake dan
output, tujuh Monitor status hemodinamik, meliputi level CVP jika tersedia,
delapan Berikan terapi oksigen, dengan tepat.
NIC kedua Monitor pernafasan (NIC, 2016, hlm. 236, kode 3350). Terdapat
tujuh indicator : satu Monitor irama, kecapatan, kedalaman, dan kesulitan
bernafas, dua Catat pergerakan dada, catat kesimetrisan, tiga Monitor suara nafas
tambahan atau rongki, empat Monitor saturasi oksigen pada pasien yang tersedasi,
lima Palpasi kesimetrisan ekspansi paru, enam Menitor keluahan sesak nafas
pasien, tujuh Monitor suara krepitasi pada pasien.
NIC ketiga Pengaturan hemodinamik (NIC, 2016, hlm 304, kode 4150).
Terdapat enam indicator : satu Tinggikan kepala tempat tidur, dua Tinggikan kaki
tempat tidur, tiga Berikan obat vasodilator dan vasokontriktor, empat Monitor
10. 85
asupan dan pengeluaran, lima Evaluasi efek dari terapi cairan, enamBerkolaborasi
dengan dokter, sesuai indikasi.
Diagnosa III : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi, dan kelebihan asupan cairan (NANDA International, 2018,
domain 2, kode 00026).Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan peningkatan retensi cairan isotionik dapat teratasi (NOC,
2016, hlm. 667). Dalam penetapan kriteria hasil dipilih empat NOC,
keseimbangan cairan (NOC, 2013, hlm. 192 kode 0601), dan status jantung paru
(NOC, 2016, hlm.527 kode 0414), Eliminasi urin (NOC, 2016, hlm. 85, kode
0503) dan Manajemen cairan (NOC, 2016, hlm. 157, kode 4120).
NOC pertma Keseimbangan cairan (NOC, 2016, hlm. 192, kode 0601).
Terdapat delapan indicator : satu Intake dan output dalam 24 jam seimbang, dua
Berat badan stabil tidak ada kenaikan ataupun penurunan, tiga Turgor kulit elastis,
empat Membrane mukosa lembap, lima Tidak ada edema perifer, enam Tidak ada
bola mata cekung dan lembek, tuju Tidak ada konfusi, delapan Tidak ada asites.
NOC kedua Status jantung paru (NOC, 2016, hlm. 527, kode 0414).
Terdapat Sembilan indicator : satu Tekanan darah sistol dalam rentang normal
(120-130 mmHg), dua Tekanan darah diastol dalam rentang normal (80-90
mmHg), tiga Denyut jantung apikal dalam rentang normal (60-80x/menit), empat
Denyut nadi perifer dalam rentang normal (60-100 x/menit), lima Keseimbangan
intake dan output dalam 24 jam seimbang, enam Saturasi oksigen dalam rentang
normal (95-100%), tujuh Tidak ada dispena saat istirahat, delapan Tidak ada
dispena saat aktifitas, Sembilan Tidak ada peningkatan berat badan.
NOC ketiga Eliminasi urin (NOC, 2016, hlm. 85, kode 0503). Terdapat lima
indicator : satu Pola eliminasi tidak terganggu, dua Intake cairan tidak terganggu,
tiga Frekuensi berkemih tidak terganggu, empat Nokturia ringan, lima
Perencanaan keperawatan kelebihan volume cairan: manajemen cairan, monitor
cairan, monitor tanda-tanda vital, dan manajemen berat badan.
NOC keempat Manajemen cairan (NOC, 2016, hlm. 157, kode 4120).
Terdepat tujuh indicator : satu Timbang berat badan setiap hari dan monitor status
11. 86
pasien, dua Jaga intake/asupan yang akurat dan catatan ouput (pasien), tiga
Monitor status hidrasi, empat Monitor hasil laboraturium yang relevan dengan
retensi cairan., lima Monitor status hemodinamik, termsuk CVP jika ada, enam
Monitor indikasi kelebihan cairan/retensi, tujuh Kaji lokasi dan luasnya edema,
jika ada.
Perencanaan keperawatan : Kelebihan volume cairan, terdiri dari : Monitor
cairan, Pengaturan hemodinamik,dan Manajemen cairan (NIC, 2016, hlm. 595)
NIC pertama Monitor cairan (NIC, 2016, hlm. 229, kode 4130). Terdapat
enam indicator : satu Periksa turgor kulit, dua Monitor berat badan, tiga Monitor
asupan dan pengeluaran, emapat Monitor kadar albumin dan protein total, lima
Catat sengan akurat asupan dan pengeluaran, enam Monitor membrane mukosa,
turgor kulit, dan respon haus.
NIC kedua Pengaturan hemodinamik (NIC, 2016, hlm 304, kode 4150).
Terdapat delapan indicator : satu Monitor curah jantung, dua Monitor denyut nadi
perifer, tiga Tinggikan kepala tempat tidur, empat Tinggikan kaki tempat tidur,
lima Monitor adanya edema perifer, enam Jaga keseimbangan cairan dengan
pemberian cairan IV, tujuh Berikan obat vasodilator dan vasokontriktor, delapan
Evaluasi efek dari terapi cairan.
NIC ketiga Manajemen cairan (NIC, 2016, hlm. 157, kode 4120). Terdapat
tujuh indicator : satu Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien,
dua Jaga intake/asupan yang akurat dan catatan ouput (pasien), tiga Monitor status
hidrasi, empat Monitor hasil laboraturium yang relevan dengan retensi cairan,
lima Monitor status hemodinamik, termsuk CVP jika ada, enam Monitor indikasi
kelebihan cairan/retensi, tujuh Kaji lokasi dan luasnya edema, jika ada.
Diagnose IV : Intoleran aktivitas berhubungan dengan fisik kurang segar,
masalah pernafasan, masalah sirkulasi, riwayat intoleransi aktivitas sebelumnya,
tidak berpengalaman dengan asuhan aktivitas (NANDA International, 2018, hlm.
226, domain 4, kode 00092). Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan Intoleran aktivitas dapat teratasi (NOC, 2016, hlm.
618). Dalam penetapan Kriteria Hasil terdapat dua NOC : Toleransi terhadap
12. 87
aktivitas (NOC, 2016, hlm. 582, kode 0005), dan Tingkat kelelahan (NOC, 2016,
hlm. 575, kode 0007).
NOC pertama Toleransi terhadap aktivitas (NOC, 2016, hlm. 582, kode
0005). Terdapat enam indicator : satu Saturasi oksigen ketika beraktivitas rentang
normal (95-100%), dua Frekuensi nadi ketika beraktivitas dalam rentang normal
(60-100 x/menit), tiga Frekuensi pernafasan ketika beraktivitas dalam rentang
normal (60-100 x/menit), empat Kemudahan bernafas ketika beraktivitas tidak
terganggu (16-24 x/menit), lima Tekanan darah sistolik ketika beraktivitas (120-
130 mmHg), enam Tekanan darah diastolik ketika beraktivitas dalam rentang
normal (80-90 mmHg).
NOC kedua Tingkat kelelahan (NOC, 2016, hlm. 575, kode 0007). Terdapat
tiga indicator : satu Kelelahan tidak terganggu, dua Kelesuhan tidak terganggu,
tiga Kegiatan sehari-hari tidak terganggu.
Perencanaan keperawatan intoleran aktivitas terdiri dari : Manajemen energy
(NIC, 2016, hlm. 177, kode 0180), Manajemen lingkungan (NIC, 2016, hlm. 157,
kode 6480).
NIC pertama Manajemen energy (NIC, 2016, hlm. 177, kode 0180). Terdiri
dari sebelas indicator : satu Anjurkan pasien mengunkapkan perasaan secara
verbal mengenai keterbatasan yang dialami, dua Gunakan instumen yang valid
untuk mengukur kelelahan, tiga Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan baik
secara farmakologis maupun non farmakologis dengan tepat, empat Tentukan
jenis dan bahayanya aktivitas yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan, lima
Monitor kardiorespirasi selama kegiatan, enam Bantu pasien untuk memahami
prinsip konservasi energy, tujuh Ajarkan pasien mengenai pengelolaan kegiatan
dan teknik manajemen waktuk untuk mencegah kelelahan, delapan Anjurkan
priode istirahat dan kegiatan secara bergantian, Sembilan Monitor respon oksigen
pasien saat perawatan maupun saat melakuakan perawatan diri secara mandiri,
sepuluh Intruksikan pasien/orang yang dekat dengan pasien mengenai kelelahan
(tanada dan gejala yg mungkin timbul jika lelah), sebelas Intruksikan pasien untuk
mengenali tanda dan gejala kelelahan yang memerlukan pengurangan aktivitas.
13. 88
NIC Manajemen lingkungan (NIC, 2016, hlm. 157, kode 6480). Terdapat
tujuh indikator : satu Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien, dua Identifikasi
kebutuhan keselamatan pasien berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta riwayat
perilaku di masa lalu, tiga Singkirkan benda-benda berbahaya dari lingkungan,
empat Lindungi pasien dengan pegangan pada sisi/bantalan di sisi ruangan, yang
sesuai, lima Sediakan tempat tidur dengan ketinggian yang rendah, yang sesuai,
enam Sediakan perangkat-perangkat adaptif (misalnya., bangku pijakan atau
pegangan tangan), yang sesuai, tujuh Letakkan benda yang sering digunakan
dalam jangkauan pasien.
Pada kasus Tn. M rencana tindaakan keperawaatan sesuai dengan teori
secara sepesifik dijelaskan sebagai berikut :
Diagnose I : Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload, perubahan kontraktilitas, perubahan volume sekuncup (NANDA
International, 2018, hlm. 229, domain 4, kode 00029). Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan ketidakadekuatan darah yang
dimpompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh dapat
diminimalisir (NOC, 2016, hlm. 650, domain 4, kode 0029). Dalam penetapan
kriteria hasil dipilih dua NOC, yakni keefektifan pompa jantung (NOC, 2016,
hlm. 115, kode 0400) dan Status sirkulasi (NOC, 2016, hlm. 561, kode 0401)
NOC Pertama, Keefektifan pompa jantung (NOC, 2016, hlm. 115, kode
0400). Terdapat tiga indikator yang dipilih berdasarkan kesesuian konsdisi klien:
Satu, denyut jantung apikal dalam rentan normal (6080x/menit), pemeriksaaan
denyut jantung berfungsi untuk mengetahui kontraktilitas otot jantung, pengisian
ventrikel dan aliran darah yang melewati jantung (Black and Hawks, 2014). Dua,
denyut nadi perifer rentang normal (60-100 x/menit), perubahan denyut nadi dan
dalam denyut yang tidak beraturan merupakan pertanda aritmia jantung serta pada
gagal jantung kongestif, irama jantung yang tidak teratur dihubungkan dengan
aplitudo (Majid, 2018). Tiga, tekanan darah sistol dalam rentan normal (120-130
mmHg) dan tekanan darah diastol dalam rentang normal (80-90 mmHg),
pemeriksaan tekanan darah berfungsi untuk menilai peningkatanan beban jantung
dan kontraktilitas otot jantung (Brunner and Suddarth, 2014).
14. 89
NOC Kedua, Status sirkulasi (NOC, 2016, hlm. 561, kode 0401). Terdapat
empat indikator yang dipilih sesuai keluhan klien: Capillary refill time (CRT)
dalam rentan normal (<2 detik), pemanjangan CRT dapat mengindikasikan
terjadinya dehidrasi atau hipovolumia karena terjadi penurunan kardiak output
(Majid, 2018). Dua, saturasi oksigen dalam rentan normal (95-100%),
pemeriksaan saturasi oksigen menggunakan pulls oksimetri berfungsi untuk
megetahui terjadinya hipoventilasi maupun hiperventilasi akibat peningkatan
volume cairan pada pasien dengan gagal jantung kongestif (Nurianto, 2018). Tiga,
tidak ada suara nafas tambahan: ada suara nafas tambahan, ronkhi adalah
maniftasi gagal jantung yang terjadi karena penumpukan caira, dan bila tidak
ditemukan adanya indikasi rongkhi maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan
volume cairan di pleura telah teratasi (Majid, 2018). Berdasarkan NOC diatas,
maka penulis penyusun beberapa rencana tindakan untuk mencapaian tujuan
sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan.
Rencana Tindakan: Dalam perencanaan keperawatan penurunana curah
jantung dipilih empat manajemen, diantaranya: perawatan jantung rehabilitas
(NIC, 2016, hlm. 366, kode 4046), perawatan jantung akut (NIC, 2016, hlm. 366,
kode 4044), pengaturan hemodinamik (NIC, 2016, hlm.304, kode 4150), dan
monitor pernafasan (NIC, 2016, hlm. 236, kode 3350).
NIC. Perawatan jantung rehabilitas (NIC, 2016, hlm. 366, kode 4046).
Dalam perawatan jantung paru dipilih dua intervensi keperawatan, diantaranya:
Lakukan penilaian komperhensif pada sirkulasi perifer (seperti, cek nadi perifer,
asites, pengisian ulang kapiler), dan monitor tanda-tanda vital secara rutin.
Intervensi: Satu, lakukan penilaian komperhensif pada sirkulasi perifer
(seperti, cek nadi perifer, asites, pengisian ulang kapiler), penilaian ini berfungi
untuk menilai status kelancaran sirkulasi darah dan peningkatan arterosklerosis
(Black and Hawks, 2014). Disamping itu, penilaian ini juga berfungsi untuk
mengetahui frekuensi denyut jantung karena keefisiensi pompa jantung serta
penurunan kontraktilitas dapat mengurangi beban kerja jantung akibat pemakaian
obat diuretik (Lewish, 2017). Kedua, monitor tanda-tanda vital secara rutin dan
evaluasi tekanan darah, hipotensi dapat mengindikasikan penurunan cirah jantung
15. 90
dan dapat menyebabkan penurunan perfusi arteri coroner (Black and Hawks,
2014). Sejalan dengan hal tersebut Black and Hawks juga menyebutkan bahwa,
bila terjadi hipertensi maka dindikasikan terjadinya vasokonstriksi kronis,
ketakutan, ataupun kecemasan. Disamping itu apabila terjadi peningkatan laju
penafasan dapat mengindikasikan keletihan maupun kongestif pulmonal (Majid,
2018).
NIC, Perawatan jantung akut (NIC, 2016, hlm. 365, kode 4044). Dalam
perawatan jantung akut dipilih dua rencana tindakan, yang terdiri dari: Monitor
irama jantung dan kecepatan denyut jantung, dan auskultasi paru-paru, adakah
rongkhi atau suara nafas tambahan lainnya. Intervensi: Satu, monitor irama
jantung dan kecepatan denyut jantung, befungsi untuk mengetahui beban kerja
jantung dan kontraksi otot jantung (Black and Hawks, 2014). Kedua, auskultasi
paru-paru. adakah rongkhi atau suara nafas tambahan lainnya. Suara nafas
tambahan menurut Black and Hawks (2014) dapat diindikasikan sebagai
penurunan lanjut curah jantung dan kemungkinan terjadinya edema paru.
NIC, Pengaturan Hemodinamik (NIC, 2016, hlm. 304, kode 4150). Dalam
pengaturan hemodinaik, terdapat tiga rencana tindakan keperawatan yang terdiri
dari: Satu, Monitor denyut nadi perifer Dua, berikan obat vasodilator dan
vasokontriktor. Tiga, tinggikan kepala tempat tidur. Intervensi: Satu, Monitor
denyut nadi perifer perubahan denyut nadi dan dalam denyut yang tidak beraturan
merupakan pertanda aritmia jantung serta pada gagal jantung kongestif, irama
jantung yang tidak teratur dihubungkan dengan aplitudo (Majid, 2018) Dua,
berikan obat vasodilator dan vasokontriktor. Pemberian obat fursemid, golongan
beta blocker berfungsi untuk mengurangi beban kerja jantung sehingga dapat
menoptimasasikan denyut jantung, dan preload serta kontraktilitas jantung
(Lewish, 2017). Tiga tinggikan kepala tempat tidur. Meninggikan tempat tidur
berfungsi untuk mencegah terjadinya aliran darah balik ketika pasien terlentang
karena kelebihan volume cairan (Black and Hawks, 2014)
NIC, Monitor pernafasan (NIC, 2016, hlm. 236, kode 3350). Dalam
manajemen monitor pernafasan terdapat empat rencana tindakan keperawatan
yang terdiri dari: Satu, monitor, irama, kecepatan, kedalaman, dan kesulitan
16. 91
bernafas. Dua, catat pergerakan dada, dan catat kesimetrisan. Tiga, monitor suara
nafas tambahan seperti ngorok atau rongkhi. Empat, monitor saturasi oksigen
pada pasien yang tersedasi. Intervensi: Satu, Monitor kecepatan, irama,
kedalaman, dan kesulitan bernafas. Hal ini berfungsi untuk mengetahui keparahan
dari dispnea maupun manifestasi dari edema paru (Brunner & Suddarth, 2014).
Dua, catat pergerakan dada, dan penggunaan otot bantu nafas. Pergerakan dada
harus simetris, karena bila terdapar cairan memungkinkan timbulnya (perbedaan
gradien) pada saat pernafasan normal inspirasi dan ekspirasi, namun ketika terjadi
penumpukan cairan di paru-paru maka lapang paru meningkat sehingga terjadi
peningkatan cairan udara paru (Mujahid, 2018).Tiga, monitor suara nafas
tambahan seperti ngorok atau rongkhi, auskultasi menunjukan adanya rongki yang
mengindikasikan kongesti pulmonal (Black and Hawks, 2014). Empat, Monitor
saturasi oksigen, untuk mengetahui kadar oksigen dalam tubuh yang
mengindikasikan hipoventilasi (Mujahid, 2014)
Diagnose II : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi (NANDA International, 2018, hlm. 183, domain 2, kode
00026). Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan ketidakadekuatan darah yang dimpompa oleh jantung untuk
memenuhi kebutuhan metabolic tubuh dapat diminimalisir (NOC, 2016, hlm. 650,
domain 4, kode 0029). Dalam penetapan kriteria hasil dipilih dua NOC,
keseimbangan cairan (NOC, 2013, hlm. 192 kode 0601), dan status jantung paru
(NOC, 2016, hlm.527 kode 0414).
NOC pertama, keseimbangan cairan (NOC, 2013, hlm. 192 kode 0601).
Dalam manajemen keseimbangan cairan terdapat tiga indikator keseimbangan
cairan yang telah ditetapkan diantaranya: Satu, keseimbangan intake output
dalam 24 jam, pemantauan intake output selama 24 jam berfungsi untuk
mengukur balance cairan klien, yang dapat dijadikan tolak ukur terjadinya
manifestasi gagal jantung seperti dispnea, asites, dll (Majid, 2008). dua, berat
badan stabil (tidak ada penambahan berat badan perhari, IMT: 22), pengukuran
berat badan pada pasien gagal jantung berfungsi untuk mengetahui peningkatan
volume cairan dalam tubuh (Black and Hawks, 2014). tiga, turgor kulit elastis.
17. 92
Pemeriksaan turgor kulit berfungsi untuk melihat adanya indikasi gangguan
mekanisme regulasi ginjal yang tidak efektif, sehingga terjadi penumpukan uruem
dalam tubuh (Brunner and Suddarth, 2014)
NOC kedua, status jantung paru (NOC, 2016, hlm.527 kode 0414). dalam
manajemen status jantungparu terdapat empat indicator yang digunakan,
diantaranya: Satu, denyut jantung apikal dalam rentan normal (60-80x/menit),
pemeriksaaan denyut jantung berfungsi untuk mengetahui kontraktilitas otot
jantung, pengisian ventrikel dan aliran darah yang melewati jantung (Black and
Hawks, 2014). Dua, denyut nadi perifer dalam rentan normal (60-100 x/menit),
perubahan denyut nadi dan denyut yang tidak beraturan merupakan pertanda
aritmia jantung serta pada gagal jantung kongestif, irama jantung yang tidak
teratur. dihubungkan dengan aplitudo (Majid, 2018). Tiga, tekanan darah sistol
dalam rentan normal (120-130 mmHg) dan tekanan darah diastol dalam rentan
normal (80-90 mmHg), pemeriksaan tekanan darah berfungsi untuk menilai
peningkatanan beban jantung dan kontraktilitas otot jantung (Brunner and
Suddarth, 2014). Empat, frekeunsi pernafasan (15-20x/menit), irama teratur,
kedalaman inspirasi dalam tidak ada indikasi dispnea sehingga pada klien gagal
jantung dapat melakukan pernafasan secara spontan (Majid, 2018).
Rencana Tindakan: Satu, manajemen cairan (NIC, 2016, hlm.157 kode
4120). Dua, Monitor cairan (NIC, 2016, hlm.229 kode 4130). Ketiga, Pengaturan
hemodinamik (NIC, 2016, hlm. 304-305 kode 4150).
NIC pertama, manajemen cairan (NIC, 2013, hlm.157 kode 4120).
Ditetapkan tiga kriteria dalam melaksanakan tindakan keperawawatan manajemen
cairan, diantaranya: Satu, timbang berat badan dan lingkar pinggang setiap hari
untuk monitor status pasien. Dua, monitor haril laboratorium yang relevan dengan
retensi cairan (missal, penurunan blood ureum creatinine). Ketiga Jaga
intake/asupan yang akurat dan catatan ouput (pasien).
Intervensi: Satu, timbang berat badan dan lingkar pinggang setiap hari untuk
monitor status pasien. Penimbangan berat badan berfungsi untuk mengetahui
adanya peningkatan volume cairan di dalam tubuh (Majid, 2018). Dua, monitor
18. 93
haril laboratorium yang relevan dengan retensi cairan (missal, penurunan blood
ureum creatinine). Penurunan blood uruem creatinine adalah pemeriksaan untuk
menentukan kadar uruem serta kreatinin di dalam tubuh. dimana ureum adalah
penumpukan sisa akhir metabolisme protein, sedangkan kreatinin produk sisa dari
pembakaran kreatin fosfat yang terjadi di otot dan bersifat racun (Saputra, 2013).
Adanya penurunan kadar ureum dan kreatinin dalam tubuh mengindikasikan
terjadi pengurangan volume cairan di dalam tubuh (Saputra, 2013). Tiga, Jaga
intake/asupan yang akurat dan catatan ouput (pasien). Penentuan jenis asupan
pada pasien gagal jantung sangat penting untuk menghindari terjadi kelebihan
cairan. Pembatasan diit makan, pembatasan natrium, sangat diperlukan untuk
memperingan kerja ginjal (Black and Hawks, 2014). Pembatasan minum pada
pasien gagal jantung juga harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kelebihan
volume cairan (Black and Hawks, 2014)
NIC kedua, monitor cairan (NIC, 2013, hlm.229 kode 4130). Dalam
melaksanakan tindakan keperawatan monitor cairan, ditetapkan empat rencana
tindakan keperawatan yang terdiri dari : Satu, tentukan jumlah dan jenis
intake/asupan cairan serta kebiasaan eliminasi (minum max : diit 1500 ml/hari).
Dua, monitor asupan dan pengeluaran. Tiga, periksa turgor kulit dengan
memegang jaringan sekitar tulang seperti tangan atau tulang kering, mencubit
kulit dengan lembut, pegang kedua tanan dan lepaskan (dimana, kulit akan turun
kembali dengan cepat bila pasien terhidrasi dengan baik). Empat, berikan agen
farmakologis utuk meningkatkan pengeluaran urin, seperti: Lasix 2x2 amp
(20mg/2cc)
Intervensi: Satu, tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan serta
kebiasaan eliminasi (minum: diit 175ml/hari). Penentuan jenis asupan pada pasien
gagal jantung sangat penting untuk menghindari terjadi kelebihan cairan.
Pembatasan minum pada pasien gagal jantung juga harus dilakukan untuk
mencegah terjadinya kelebihan volume cairan (Black and Hawks, 2014). Dua,
monitor asupan dan pengeluaran. Monitoring asupan dan pengeluaran eliminasi
berfungsi untuk mengukur balance cairan antara dit yang telah ditetapkan,
penggunaan obat duiretik serta pengeluaran yang dihasilkan (Brunner and
19. 94
Suddarth, 2014). Tiga, periksa turgor kulit. Pemeriksaan turgor kulit dengan
memegang jaringan sekitar tulang seperti tangan atau tulang kering, mencubit
kulit dengan lembut, pegang kedua tanan dan lepaskan (dimana, kulit akan turun
kembali dengan cepat bila pasien terhidrasi dengan baik). Pemeriksaan turgor
kulit berfungsi untuk melihat adanya indikasi gangguan mekanisme regulasi ginjal
yang tidak efektif, sehingga terjadi penumpukan uruem dalam tubuh (Brunner and
Suddarth, 2014). Empat, berikan agen farmakologis utuk meningkatkan
pengeluaran urin, seperti: Lasix 2x2 amp (20mg/2cc). Lasix merupakan obat
diuretic yang berfungsi untuk untuk menurunkan reabsorbsi natrium di berbagai
tempat dalam nefron sehingga meningkatkan kehilangan air, dan akan mengurangi
volume cairan dalam tubuh (Lewish, 2017).
NIC ketiga, pengaturan hemodinamik (NIC, 2013, hlm. 304-305).
Ditetapkan tiga rencaria keperawatan untuk melaksanakan manajemen pengaturan
hemodinamik. Diantaranya: Satu, Monitor denyut nadi perifer. Dua, tinggikan
kepala tempat tidur. Tiga, Berikan obat vasodilator dan vasokontriktor
Intervensi: Satu, Monitor denyut nadi perifer perubahan denyut nadi dan
dalam denyut yang tidak beraturan merupakan pertanda aritmia jantung serta pada
gagal jantung kongestif, irama jantung yang tidak teratur dihubungkan dengan
aplitudo (Majid, 2018). Dua, tinggikan tempat tidur. Meninggikan tempat tidur
berfungsi untuk mencegah terjadinya aliran darah balik ketika pasien terlentang
karena kelebihan volume cairan (Black and Hawks, 2014). Tiga, Berikan obat
vasodilator dan vasokontriktor. Pemberian obat fursemid, golongan beta blocker
berfungsi untuk mengurangi beban kerja jantung sehingga dapat
menoptimasasikan denyut jantung, dan preload serta kontraktilitas jantung
(Lewish, 2017).
Diagnose III : Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen (NANDA International, 2018, hlm. 226, domain 4, kode
00092). Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan risiko kekurangan energi
fisik atau psikologis untuk menanggung atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari
yang dibutuhkan maupun diinginkan dapat teratasi (NOC, 2016, hlm. 618). Dalam
penegakan kriteria hasil dipilih tiga NOC, yang terdiri dari: Satu, toleransi
20. 95
terhadap aktivitas (NOC, 2016, hlm. 582, kode 0005). Dua, tingkat kelelahan
(NOC, 2016, hlm. 575, kode 007).
NOC pertama, Toleransi terhadap aktivitas (NOC, 2016, hlm. 582, kode
0005). Ditetapkan tiga kategori dalam manajemen toleransi terhadap aktivitas,
yang terdiri dari: Satu, frekuensi nadi ketika beraktivitas dalam rentang normal
(60-100 x/menit). Dua, frekuensi pernafasan ketika beraktivitas dalam rentang
normal (15-20 x/menit). Tiga, tekanan darah sistolik ketika beraktivitas dalam
rentan normal (120-130 mmHg) dan tekanan darah diastolik ketika beristirahat
dalam rentang normal (80-90 mmHg).
Satu, frekuensi nadi ketika beraktivitas dalam rentan normal (60-100
x/menit). perubahan denyut nadi yang tidak beraturan merupakan pertanda aritmia
jantung serta pada gagal jantung kongestif, irama jantung yang tidak teratur
dihubungkan dengan aplitudo (Majid, 2018). Dua, frekuensi pernafan ketika
beraktivitas dalam rentan normal (15-20 x/menit). tidak ada indikasi kelebihan
cairan sehingga pada klien gagal jantung dapat melakukan pernafasan secara
spontan (Majid, 2018). Tiga, tekanan darah sistolik dalam rentang normal (120-
130 mmHg) dan tekanan darah diastolik dalam rentan normal (80-90 mmHg),
pemeriksaan tekanan darah berfungsi untuk menilai peningkatanan beban jantung
dan kontraktilitas otot jantung (Brunner and Suddarth, 2014).
NOC kedua, tingkat kelelahan (NOC, 2016, hlm. 575, kode 0007). Indikator
keberhasilan dari tingkat kelelahan terdiri dari dua, yakni: Satu, kelelahan tidak
terganggu. Dua, kegiatan sehari-hari tidak terganggu.
Satu, Kelelahan tidak terganggu, sangat mempengaruhi skala gagal jantung
berdasarkan NYHA. Penurnan status kelalahan menjadi sedang mengindikasi
terjadinya penurunan kontaktilitas dan penurunan volume cairan pada klien
(Lewish, 2017). Dua, kegiatan sehari-hari tidak terganggu. Tidak terganggunya
akvititas juga mempengaruhi skala gagal jantung berdasarkan NYHA, karena
dapat mengindikasi terjadinya penurunan kontaktilitas dan penurunan volume
cairan pada klien (Lewish, 2017).
21. 96
Rencana Tindakan: untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas, dilakukan
dua manajemen keperawatan diantaranya: Satu, Terapi latihan : manajemen
energy (NIC, 2016, hlm. 177, kode 0180).Dua, Manajemen lingkungan (NIC,
2016, hlm. 157, kode 6480).
NIC pertama, Manajemen energy (NIC, 2016, hlm. 177, kode 0180).
Ditetapkan empat rencana keperawatan dalam melaksanakan tindakan
keperawatan, diataranya: Satu, Anjurkan priode istirahat dan kegiatan secara
bergantian. Periode istirahat membantu menghilangkan kelelahan dan penurunan
beban kerja jantung (Black and Hawks, 2014) Dua, Monitor kardiorespirasi
selama kegiatan. Dispnea, takikardia, angina, diaforesis, dan hipotensi semuanya
menandakan aktivitas tersebut meningkatkan kebutuhan miokardium lebih banyak
daripada yang disediakan oleh jantung. Waktu yang diperlukan untuk tanda vital
kembali ke tingkat semula mengindikasikan derajat penurunan kondisi jantung
(Black and Hawks, 2014). Tiga, Ajarkan pasien mengenai pengelolaan kegiatan
dan teknik manajemen waktuk untuk mencegah kelelahan. Pengelompokan
aktivitas meningkatkan kebutuhan miokardium dan dapat menyebabkan keletihan
ekstrem (Black and Hawks, 2014). Empat, Tentukan jenis dan bahayanya aktivitas
yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan. Aktivitas seperti naik tangga, bekerja
dengan lengan di atas kepala atau gerakan lengan berkelanjutan dapat
menyebabkan kelelahan berlebihan dan membutuhkan curah jantung lebih banyak
daripada yang dapat disuplai oleh tubuh. (Black and Hawks, 2014).
NIC Kedua :Manajemen lingkungan (NIC, 2016, hlm. 157, kode 6480).
Ditetapkan enam rencana keperawatan dalam melaksanakan tindakan
keperawatan, diataranya: Satu, Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien. Dua,
Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien berdasarkan fungsi fisik dan kognitif
serta riwayat perilaku di masa lalu. Tiga, Singkirkan benda-benda berbahaya dari
lingkungan. Empat, Lindungi pasien dengan pegangan pada sisi/bantalan di sisi
ruangan, yang sesuai. Lima, Sediakan tempat tidur dengan ketinggian yang
rendah, yang sesuai. Enam, Sediakan perangkat-perangkat adaptif (misalnya.,
bangku pijakan atau pegangan tangan), yang sesuai.
22. 97
Pada perencanaan menentukan prioritas masalah, tujuan dan kriteria has
penulis menemukan hambatan karna dalam menyusun rencana asunen
keperawatan penulis mengacu pada pedoman keperawatan menurut NANDA
2019,dan NIC - NOC 2016 dan tetapi kenyataannya didalam pelaksanaan perlu
pertimbangkan sesuai kondisi klien, sedangkan factor pendukungnya yaitu adanya
klien dan perawat ruangan yang kooperatif dalam menerapkan rencana
keperawatan.
IV. 4 Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah dibuat. Semua tindakan pendokumentasian dalam cacatan
keperawatan, dalam pelaksanaan tindakan keperawatan penulis menemukan
hambatan, yaitu tindakan yang diberikan kepada klien tidak semua sesuai dengan
teori atau rencana tindakan keperawatan yang telah dibuat, karena tindakan yang
dilakukan berdasarkan kondisi klien, sedangkan factor pendukungnya adalah klien
dan perawat ruangan kooperatif dalam pemberian tindakan keperawatan. Adapun
tindakan keperawatan yang diberikan adalah :
Diagnosa1: Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
afterload, perubahan kontraktilitas, perubahan volume sekuncup (NANDA
International, 2018, hlm. 229, domain 4, kode 00029). Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan ketidakadekuatan darah yang
dimpompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh dapat
diminimalisir (NOC, 2016, hlm. 650, domain 4, kode 0029).
Pertama, memonitor tanda-tanda vital secara rutin. TD : 100/70 mmHg, RR:
24x/menit, N : 80x/menit, S : 36,5°c. Tn. M mengalami peningkatan laju
penafasan dapat mengindikasikan keletihan maupun kongestif pulmonal (Majid,
2018).
Kedua, memonitor irama jantung dan kecepatan denyut jantung, dengan
hasil frekuensi 63x/menit irama tidak teratur, tidak terdapat kelainan biny jantung.
Kontraksi otot jantung Tn. M baik, dan juga tidak ada peningkatan beban kerja
jantung (Black and Hawks, 2014).
23. 98
Ketiga, memonitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernafas.
Hasil: Frekuensi pernafasan 22x/menit, irama teratur, kedalaman. Tn. M tidak
mengalami dispnea, pernafasan spontan yang terjadi pada Tn. M dikarenakan Tn.
M tidak melakukan aktivitas fisik berat, dan dalam posisi semi fowler/setengah
duduk. (Brunner & Suddarth, 2014).
Keempat, memonitor saturasi oksigen. Saturasi oksigen berdasarkan puls
oximetry: 95%. Kadar oksigen dalam tubuh Tn. M dalam rentang normal, dan
tidak ada indikasikan hipoventilasi (Majid, 2018)
Kelima, memonitor keluhan sesak nafas pasien, termasuk kegiatan yang
meningkatkan atau memperburuk sesak nafas tersebut. Tn. M mengatakan masih
merasakan sesak setelah melakukan aktivitas berat, tidur terlentang, tidur tampa
disanggah dua atau tiga bantal. Selain itu Tn. M juga mengatakan masih sering
terbangun saat malam hari karena sesak. Black and Hawks (2014, hlm.112)
dyspnea setekah aktivitas disebabkan karena penurunan volume udara paru saat
udara digantikan oleh darah atau cairan intertisial, sedangkan ortopnea terjadi
karena peningkatkan jumlah darah yang kembali ke jantung dan paru dari
ekstremitas inferior (preload) sehingga menyebabkan dyspnea ketika terlentang.
Kemudian untuk mencegah hal ini Ny.W tidak diperkenankan untuk tidur dengan
posisi terlentang dan disanggah oleh bantal. Sejalan dyspnea paroksimal noktural
yang merupakan cerminan dari perburukan akut kongestif jantung yang terjadi
karena beberapa presipitasi, seperti: peningkatan aliran darah balik vena ke paru
selama berbaring sehingga menyebabkan penekanan pusat pernafasan terhadap
input sensorik pada paru selama tidur (Black and Hawks, 2014, hlm.112).
Keenam, melakukan asukultasi suara nafas. Hasil : terdapat suaranafas
tambahan pada Tn. M yaitu rongkhi. Rongkhi atau suara nafas tambahan lainnya
menurut Black and Hawks (2014) dapat diindikasikan sebagai penurunan lanjut
curah jantung dan kemungkinan terjadinya edema paru.
Ketujuh, Melakukan penilaian pada sirkulasi perifer. Hasil pengecekan
Capillary refill baik pada kaki atau tangan Tn. M adalah < 2 detik. Capillary refill
time adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah dasar kuku untuk memonitor
24. 99
dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan (perfusi). Jaringan membutuhkan
oksigen untuk hidup, oksigen dibawa kebagian tubuh oleh system vaskuler
darah. (Majid, 2018).
Diagnosa II: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi (NANDA International, 2018, hlm. 183, domain 2, kode
00026).
Pertama, Monitor dan catat tekanan darah, denyut jantung, irama pernada,
dan denyut nadi. TD : 100/70 mmHg, RR: 22x/menit, N : 80x/menit, S : 36,5°c.
Tn. M mengalami peningkatan laju penafasan dapat mengindikasikan keletihan
maupun kongestif pulmonal (Majid, 2018).
Kedua, memonitor indikasi kelebihan cairan (edema pulmonal), Tn. M
terindikasi menglamai kelebihan cairan, Edema paru (akumulasi cairan pada
alveoli) terjadi pada gagal jantung kiri yang mengakibatkan peningkatan tekanan
vena pulmonal dan kapiler (Brunner & Suddarth, 2014). Sehingga klien dengan
gagal jantung kongestif biasa ditemukan dispnea saat melakukan aktivitas karena
pada klien dengan gagal jantung udara paru digantikan oleh darah atau cairan
intertisial (Brunner & Suddarth, 2014, hlm. 798).
Keempat, memeriksa turgor kulit dan hasil yang didapat turgor kulit elastis.
Turgor kulit yang tidak elastis disebabkan karena mekanisme regulasi ginjal yang
tidak efektif, sehingga terjadi penumpukan uruem dalam tubuh (Brunner and
Suddarth, 2014).
Kelima, menimbang berat badan setiap hari dan mengukur lingkar pinggang
untuk monitor status pasien. BB sebelum dan sesudah ssakit : 55 kg, tidak adak
kenaikan berat badan. Penimbangan berat badan berfungsi untuk mengetahui
adanya peningkatan volume cairan di dalam tubuh (Majid, 2018)
Keenam, meninggikan kepala tempat tidur, Tn.M mendapatkan posisi tidur
fowler. Meninggikan tempat tidur berfungsi untuk mencegah terjadinya aliran
darah balik ketika pasien terlentang karena kelebihan volume cairan (Black and
Hawks, 2014)
25. 100
Ketujuh, memonitor adanya tanda dan gejala status volume (misalnya,
distensi vena, peningkatan tekanan di vena jugularis, reflex vena jugularis positif
pada abdomen, edema, asites, dispnea, ortopnea, dispnea paroksimal noktural).
Tn.M menunjukan gejala peningkatan status volume, seperti Tn.M mengatakan
sesask saat melakukan aktivitas berat, Tn.M mengatakan sesak saat tidur
terlentang tampa disanggah dua sampai tiga bantal, Tn.M sering terbangun saat
malam hari karena sesak. tingkat keparahan peningkatan volume cairan.
Kedelapan, menentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan serta
kebiasaan eliminasi. Balance cairan Tn. M: Intake: minum 1800 ml/hari + injeksi
Lasix 2x40mg (2cc/2ml) = 1802 ml. Output: satu hari 1850 sebesar cc + IWL 825
cc = 2675 cc. Balance cairan Tn. M dalam sehari -853 ml.Pada pasien yang
mengalami kelebihan volume cairan. Terjadi pengurangan cairan 20ml dari yang
sebelumnya -873 ml
Kesembilan, Memberikan agen farmakologis utuk meningkatkan
pengeluaran urin. Tn.M mendapatkan terapi injeksi Lasix 1x2 amp (20mg/2cc).
Lasix merupakan obat golongan diuretic yang diberikan pada pasien dengan
kelebihan volume cairan (Lewish, 2017). Lasix akan bekerja untuk menurunkan
reabsorbsi natrium di berbagai tempat dalam nefron sehingga meningkatkan
kehilangan air, dan akan mengurangi volume cairan dalam tubuh
Diagnosa III: Intoleran aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
antara suplai oksigen (NANDA International, 2018, hlm. 226, domain 4, kode
00092).
Pertama , Anjurkan priode istirahat dan kegiatan secara bergantian. Tn. M
mengatakan sesak saat banyak beraktivitas Periode istirahat membantu
menghilangkan kelelahan dan penurunan beban kerja jantung (Black and Hawks,
2014)
Keduua, Monitor kardiorespirasi selama kegiatan. Monitor kardiorespirasi
selama kegiatan : TD sebelum beraktivitas : 100/70 mmHg, TD setelah
beraktivitas : 100/80 mmHg, N sebelum beraktivitas : 80 x/menit, N setelah
beraktivitas : 87 x/menit, RR sebelum beraktivitas : 24 x/menit, RR setelah
26. 101
beraktivitas : 27 x/menit. Dispnea, takikardia, angina, diaforesis, dan hipotensi
semuanya menandakan aktivitas tersebut meningkatkan kebutuhan miokardium
lebih banyak daripada yang disediakan oleh jantung. Waktu yang diperlukan
untuk tanda vital kembali ke tingkat semula mengindikasikan derajat penurunan
kondisi jantung (Black and Hawks, 2014).
Ketiga, mengajarkan pasien mengenai pengelolaan kegiatan dan teknik
manajemen waktuk untuk mencegah kelelahan. Pengelompokan aktivitas
meningkatkan kebutuhan miokardium dan dapat menyebabkan keletihan ekstrem
(Black and Hawks, 2014). Empat, Tentukan jenis dan bahayanya aktivitas yang
dibutuhkan untuk menjaga kesehatan. Aktivitas seperti naik tangga, bekerja
dengan lengan di atas kepala atau gerakan lengan berkelanjutan dapat
menyebabkan kelelahan berlebihan dan membutuhkan curah jantung lebih banyak
daripada yang dapat disuplai oleh tubuh. (Black and Hawks, 2014)
Pada saat melakuakan implementasi penulis tidak menemukan factor
penghambat karena klien mampu berkerjasama dengan baik, kesadaran klien
composmetis, dengan Glasgow Coma Scale (GCS) 15, klien cukup kooperatif
pada saat penulis melakukan implementasi, selain kondisi yang cukup kondusif,
dalam tahap mplementasi didukung dengan keluarga yang mampu mengerti
dengan apa yang dilakukan penulis.
IV.5 Evaluasi Keperawatan
Pada evaluasi keperawatan Tn.M dengan diagnose media gagal jantung
kongestif selama tiga hari masa perawatan, terdapat satu masalah teratasi dan
empat masalan yang belum teratasi. Evaluasi keperawatan diberikan melalui
teknik SOAP, dengan melihat respon pasien setelah diberikan tindakan
keperawatan yang diukur keberhasilannya melalui NOC (NOC,2016). Evaluasi
keperawa dibawah ini dikelompokan berdasarkan diagnose keperawatan yang
akan dijelaskan sebagai berikut:
diagnosa 1: Pelaksanaan Keperawatan diagnosa keperawatan Penurunan
curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload, perubahan kontraktilitas,
perubahan volume sekuncup (NANDA International, 2018, hlm. 229, domain 4,
27. 102
kode 00029) teratasi sampai tanggal 04 Maret 2019 dan dilanjutkan oleh perawat
ruangan. Berdasarkan NOC yang telah ditetapkan pada perencanaan keperawatan
telapa idikator yang sudah teratasi dan yang belum teratasi. Secara spresifik
dijabarkan sebagai berikut: NOC yang telah teratasi: NOC pertama, keefektifan
pompa dalam jantung (NOC, 2016, hlm. 115, kode 0400). Indikator satu, denyut
jantung apical rentang normal frekuensi 63x/menit irama tidak teratur, tidak
terdapat kelainan bunyi jantung. Kontraksi otot jantung Tn.M baik, dan tidak ada
peningkatan beban kerja jantung (Black and Hawks, 2014). Indikator dua, denyut
nadi perifer dalam rentan normal 80x/menit. NOC kedua, Status sirkulasi (NOC,
2013, hlm. 561, kode 0401). Capillary refill dalam rentan normal, <2 detik.
pemanjangan CRT dapat mengindikasikan terjadinya dehidrasi atau hipovolumia
karena terjadi penurunan kardiak output (Majid, 2018).
NOC yang belum teratasi: NOC pertama, keefektifan pompa jantung (NOC,
2016, hlm. 115, kode 0400). Tekanan darah 100/70 mmHg, peningkata tekanan
darah disebabkan karena peningkatan kontraktilitas otot jantung dan beban kerja
jantung. NOC kedua, Status sirkulasi (NOC, 2013, hlm. 561, kode 0401). Tidak
terdapat suara nafas tambahan: Tn.M mempunyai suara nafas tambahan rongkhi.,
rongkhi adalah maniftasi gagal jantung yang terjadi karena penumpukan caira, dan
bila tidak ditemukan adanya indikasi rongkhi maka dapat disimpulkan bahwa
kelebihan volume cairan di pleura telah teratasi (Majid, 2018). Saturasi oksigen
dalam ambang batas ketidak normalan 95%, pemeriksaan saturasi oksigen
menggunakan pulls oksimetri berfungsi untuk megetahui terjadinya hipoventilasi
maupun hiperventilasi akibat peningkatan volume cairan pada pasien dengan
gagal jantung kongestif (Nurianto. 2018).
Dikarena terdapat beberapa indikator yang tidak teratasi, maka dilakukan
perencanaan keperawatan ulang yang akan diteruskan oleh perawat ruangan
seperti tekanan systole dan diastole , auskultasi suara paru, dan monitor Saturasi
oksigen.
Diagnosa II: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi (NANDA International, 2018, hlm. 183, domain 2, kode
00026). tidak teratasi sampai tanggal 04 Maret 2019 dan dilanjutkan oleh perawat
28. 103
ruangan. Berdasarkan NOC yang telah ditetapkan pada perencanaan keperawatan
terdapat idikator yang sudah teratasi dan yang belum teratasi. Secara spresifik
dijabarkan sebagai berikut: NOC yang telah teratasi: NOC pertama,
Keseimbangan cairan (NOC, 2013, hlm. 192). Indikator satu: Berat badan stabil
(tidak ada penambahan berat badan perhari) BB : 55 kg. berat badan stabil
merupakan tanda tidak terjadinya peningkatan volume cairan dalam tubuh (Majid,
2018). NOC kedua, Status jantung paru (NOC, 2013, hlm.527). Indikator satu,
denyut jantung apikal dalam rentan normal. Frekuensi nadi pasien 63x/menit
irama tidak teratur, tidak terdapat kelainan bunyi jantung. Indikator dua, kontraksi
otot jantung Tn. M baik, dan tidak ada peningkatan beban kerja jantung (Black
and Hawks, 2014). Indikator dua, denyut nadi perifer dalam rentan normal
80x/menit. Indicator tiga, Frekuensi pernafasan (15-20x/menit), irama teratur,
kedalaman ispirasi: dalam. Hasil : RR: 24x/menit, irama teratur, dangkal.
Pernafasan spontan dapat diindikasi bahwa tidak terjadi kesulitan bernafas (Majid,
2018). Indikator empat, saturasi oksigen dalam rentan normal 95-100%. Saturasi
oksigen Tn. M 95 % pemeriksaan saturasi oksigen menggunakan pulls oksimetri
berfungsi untuk megetahui terjadinya hipoventilasi maupun hiperventilasi akibat
peningkatan volume cairan pada pasien dengan gagal jantung kongestif (Nurianto,
2018).
NOC yang belum teratasi: NOC pertama, Keseimbangan cairan (NOC.
2013. hlm. 192). Indikator satu, indikator pertama keseimbangan intake output
dalam 24 jam. Balance cairan Tn. M dalam sehari -853 ml. Terjadi pengurangan
cairan 20ml dari yang sebelumnya -873 ml. NOC kedua, Status sirkulasi (NOC,
2013, hlm. 561, kode 0401). Indikator satu, tidak terdapat suara nafas tambahan:
Tn. M mempunyai suara nafas tambahan rongkh., rongkhi adalah maniftasi gagal
jantung yang terjadi karena penumpukan caira, dan bila tidak ditemukan adanya
indikasi rongkhi maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan volume cairan di
pleura telah teratasi (Majid, 2010). NOC ketiga, keefektifan pompa jantung
(NOC, 2013, hlm. 115, kode 0400). Tekanan darah 100/70 mmHg, peningkata
tekanan darah disebabkan karena peningkatan kontraktilitas otot jantung dan
beban kerja jantung. Oleh karena terdapat beberapa NOC dengan total empat
indikator yang tidak teratasi, maka dilakukan perencanaan keperawatan ulang
29. 104
yang akan diteruskan oleh perawat ruangan seperti: monitor tekanan systole dan
diastole, auskultasi suara paru, dan monitor intake output dalam 24 jam.
Diagnosa III: Intoleran aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
antara suplai oksigen (NANDA International, 2018, hlm. 226, domain 4, kode
00092). Berdasarkan NOC yang telah ditetapkan pada perencanaan keperawatan
terdapat idikato yang belum teratasi. Secara spresifik dijabarkan sebagai berikut:
NOC pertama, Toleransi terhadap aktivitas (NOC, 2016, hlm. 582, kode 0005).
Satu, frekuensi nadi ketika beraktivitas dalam rentang normal (60-100 x/menit) :
tekanan nadi Tn. M setelah beraktivitas 85 x/menit Dua, frekuensi pernafasan
ketika beraktivitas dalam rentang normal (15-20 x/menit) : frekuensi pernafasan
Tn. M setelah beraktivitas 27 x/menit. Tiga Saturasi oksigen ketika beraktivitas
rentang normal (95-100%) : 95%. Empat , Kelelahan tidak terganggu, Tn. M
mengatakan cepat lelah. Lima , kegiatan sehari-hari tidak terganggu. Aktifitas
Tn.M dibantu oleh istrinya
dikarena lebih banyak NOC yang tidak tercapai, maka dilakukan
perencanaan keperawatan ulang yang akan diteruskan oleh perawat ruangan
seperti: Terapi latihan : Saturasi oksigen, sesuai kebutuhan , monitor irama,
kecapatan, kedalaman, dan Tingkat kelelahan.
Dari semua diagnose keperawatan Tn. M setelah penulis evaluasi selama 3
hari masalah yang teratasi adalah Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan afterload, perubahan kontraktilitas, perubahan volume sekuncup, dan
Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
Masalah yang tidak teratasi adalah Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi. satu diagnose tidak teratasi karena waktu penulis
peraktek dirumah sakit telah selesai.