SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
Download to read offline
PEMBUATAN DAN ANALISIS DEODORAN CAIR DENGAN
PENAMBAHAN SERAI WANGI (Cymbopogon nardus)
Laporan Praktik Kimia Terpadu sebagai Syarat Memenuhi Tugas Semester
Gasal Tahun Ajaran 2014/2015
Oleh Kelompok PKT 54, XIII-7 :
Arnoltdus Marindra Gautama Putra XIII-7/NIS 11.57.06934
Nadia Novitasari XIII-7/NIS 11.57.07107
Nelshinta Maria Zusar XIII-7/NIS 11.57.07112
Rizal Angga Megantara XIII-7/NIS 11.57.07142
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK
Bogor
2014
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Disetujui dan disahkan oleh:
Disetujui oleh,
Ir. Masyitah Yusah
NIP 19630216 199003 2 001
Pembimbing
Disahkan oleh,
Ir. Tin Kartini, M.Si
NIP 19640416 199403 2 003
Kepala Laboratorium Sekolah Menegah Kejuruan – SMAK Bogor
i
KATA PENGANTAR
Laporan Praktik Kimia Terpadu dengan judul Pembuatan dan Analisis
Deodoran Cair Dengan Penambahan Serai Wangi (Cymbopogon nardus) ini
disusun sebagai persyaratan kelulusan tingkat ke-13 di SMK SMAK Bogor.
Laporan Praktik Kimia Terpadu dengan judul Pembuatan dan Analisis
Deodoran Cair Dengan Penambahan Serai Wangi ini berisi tentang latar
belakang judul, pentingnya masalah, tujuan praktik, pembuatan, dan metode
analisis produk deodoran cair.
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga laporan Praktik Kimia Terpadu selesai
tepat pada waktunya.Tak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dra. Hadiati Agustine selaku kepala SMK-SMAK Bogor.
2. Ir. Tin Kartini, M.Si selaku Kepala Laboratorium.
3. Sulistiowati, S.Si, M.Pd. selaku Wakil Kepala SMK-SMAK Bogor bidang
sarana dan prasarana.
4. Ir. Masyitah Yusah selaku pembimbing.
5. Orang tua kami yang telah memberi semangat, dukungan, doa, dan fasilitas
sehingga laporan ini dapat diselesaikan.
6. Teman-teman angkatan 57 yang telah membantu penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun sehingga dapat menyempurnakan laporan ini.
Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
adik-adik kelas dan bagi pembaca di kalangan analisis kimia lainnya.
Bogor, Oktober 2014 Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Perumusan Masalah ..............................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................4
A. Jenis Serai.............................................................................................4
B. Serai Wangi (Cymbopogon nardus) .......................................................4
C. Sifat dan Manfaat Serai..........................................................................6
D. Kelenjar Kulit Dan Keringat ....................................................................8
E. Komposisi ..............................................................................................9
F. Gangguan Kelenjar Keringat..................................................................9
G. Bau badan ...........................................................................................10
H. Deodoran.............................................................................................12
I. Cara Kerja Deodoran ...........................................................................12
BAB III PEMBUATAN DAN METODE ANALISIS...............................................13
A. Metode Pembuatan..............................................................................13
B. Metode Analisis....................................................................................13
C. Kewirausahaan ....................................................................................23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................24
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................25
A. Simpulan..............................................................................................25
B. Saran ...................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
LAMPIRAN ........................................................................................................27
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Klasifikasi Tanaman Serai Wangi (Cymbopogon nardus)............... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 2. Metode dan Parameter Analisis ...........................................................13
Tabel 3. Perhitungan Pengeluaran ....................................................................23
Tabel 4. Perbandingan Hasil dengan Standar....................................................24
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman Serai Wangi (Cymbopogon nardus) ...................................4
Gambar 2. Struktur dan Kelenjar pada Kulit.........................................................8
Gambar 3. Letak Keringat pada Kulit .................................................................10
Gambar 4. Deodoran Antiperspiran ...................................................................12
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serai tidak
hanya digunakan pada produk pangan, namun sudah mulai banyak digunakan
untuk produk-produk nonpangan, salah satunya adalah bahan tambahan produk
kosmetika. Penggunaan serai dalam produk-produk nonpangan adalah sebagai
antimikroba.
Kosmetika berasal dari kata kosmein atau cosmeticos (Yunani) yang
berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini,
dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang
kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan
untuk meningkatkan kecantikan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.220/Menkes/Per/X/76
tanggal 6 September 1976 yang menyatakan bahwa: Kosmetika adalah bahan
atau campuran bahan yang digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikan, atau
dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia
dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau
mengubah rupa dan tidak termasuk dalam golongan obat.
Kadang-kadang kosmetika dicampur dengan bahan-bahan yang berasal
dari obat topikal yang memengaruhi struktur dari faal sel kulit. Bahan-bahan
tersebut misalnya antijerawat (sulfur, resorsin), antijasad renik (heksaklorfen),
anti pengeluaran keringat (aluminium klorida), plasenta, atau hormon (estrogen).
Bahan-bahan inilah yang kemudian dikenal sebagai kosmedik atau kosmeto-
medik.
Salah satu jenis produk kosmetik yang telah dikenal dan digunakan oleh
masyarakat adalah deodoran antiperspiran.Deodoran adalah sediaan kosmetika
yang berguna untuk menyerap keringat dan mengurangi bau badan, sedangkan
antiperspiran berguna untuk mempersempit pori-pori sehingga mengurangi
keluarnya keringat. Sebenarnya sukar untuk membedakan kedua sediaan
2
tersebut karena pemakaiannya selalu bersama-sama dengan maksud untuk
mencegah, mengurangi atau menghilangkan keringat berlebih serta bau.
Pada kondisi normal, ketiak mengeluarkan rata-rata 400-500 mg keringat
setiap 20 menit, pada suhu 35˚C. Antiperspiran mampu mengurangi jumlah
produksi keringat hingga 20 – 25% atau maksimal 40% dari produksi normal. Itu
dilakukan dengan cara mempersempit pori-pori kulit tempat keluarnya keringat.
Cairan keringat yang tertahan kemudian diserap kembali oleh jaringan keringat.
Kemampuan antiperspiran terutama disebabkan oleh kandungan bahan
aktif. Semua jenis deodoran antikeringat biasanya mengandung beberapa
senyawa aktif berbasis pada unsur alumunium. Seperti alumunium chlorohydrate,
alumunium chloride, alumunium hydroxybromide, maupun alumunium zicronium
trichloro hydrex gly adalah bahan-bahan yang umum digunakan. Alumunium
tidak diabsorbsi oleh kulit sehingga tidak peru khawatir akan berhubungan
dengan kanker atau Alzheimers.
Deodoran tidak untuk mengatur aliran keringat, tetapi berdasarkan atas
cara kerja bakterisida atau antiseptik yang akan membunuh bakteri atau
mencegah aktivitasnya. Keringat yang muncul dari kedua kelenjar keringat, yaitu
ekrin dan apokrin, sebenarnya tidak berbau. Penyebab bau tersebut adalah
dekomposisi keringat oleh bakteri.
Pada umumnya, antiperspiran bertindak sebagai deodoran, akan tetapi
deodoran tidak perlu bertindak layaknya antiperspiran. Cara mudah untuk
menghadapi keringat berlebih adalah dengan menggunakan bubuk absoran pada
tempat yang paling berpengaruh. Bahan-bahan antiseptik dapat terkandung
dalam bubuk tersebut, seperti Asam Borat, Magnesium karbonat ringan, Talk dan
parfum dengan konsentrasi kecil.
Deodoran yang digemari rata-rata memiliki daya tahan untuk menjaga
tidak timbulnya keringat pada ketiak, kelembutan permukaan deodoran saat
pemakaian, ringan pada kulit, tidak terasa lengket, tidak timbul iritasi selama atau
setelah pemakaian, serta yang terpenting ketahanan wangi deodoran tersebut.
Wangi deodoran akan lebih lama jika di dalamnya terdapat bahan pengikat yang
menyatukan antara zat-zat yang berfungsi deodoran-antierspiran dengan unsur
parfum (wewangian).
3
Pembuatan dan analisis deodoran antiperspiran menggunakan tambahan
serai sebagai anti mikroba bertujuan untuk menghasilkan deodoran yang
memberikan rasa kenyamanan, kesegaran dan tidak berbahaya bagi kesehatan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah-masalah yang
dapat diungkapkan yaitu :
1. Bagaimana proses pembuatan deodoran cair dari serai wangi?
2. Bagaimana manfaat deodoran cair dari serai wangi bagi tubuh?
3. Apakah keunggulan deodoran cair dari serai wangi dibandingan dengan
produk deodoran yang lain?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui pembuatan deodoran cair dari serai wangi (Cymbopogon nardus)
dengan baik dan benar.
2. Mengetahui manfaat deodoran cair dari serai wangi (Cymbopogon nardus).
3. Mengetahui keunggulan deodoran cair dari serai wangi (Cymbopogon
nardus).
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Jenis Serai
Tumbuhan ini dapat tumbuh subur di cuaca panas dan mencapai
ketinggian sekitar 2 hingga meter. Terdapat dua jenis serai yang digunakan oleh
pengobatan dan perawatan tradisional untuk dijadikan obat yaitu:
a) Serai biasa (Cymbopogon citratus)
b) Serai wangi (Cymbopogon nardus).
B. Serai Wangi (Cymbopogon nardus)
Gambar 1. Tanaman Serai Wangi (Cymbopogon nardus)
Klasifikasi serai wangi yaitu:
Nama biasa : Citronella.
Nama tempatan : Serai wangi.
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (monokotil)
5
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae(rumput-rumputan)
Spesies : Cymbopogon nardus L. Rendle
Serai wangi merupakan sejenis rumput yang berbau wangi dan
mempunyai persamaan dengan serai makan. Serai wangi lebih kuat baunya
dibanding dengan serai makan. Serai wangi digunakan pada bagian luar tubuh
sedangkan serai makan boleh dimakan. Minyak yang dihasilkan dari serai wangi
digunakan untuk membuat lotion (obat dioleskan pada kulit), sabun dan juga
untuk anti nyamuk. Dikatakan bahwa serai wangi berasal dari India dan Sri Lanka
dan baru diperkenalkan ke Malaysia dan Indonesia.
Serai wangi tergolong dalam keluarga rumput yang berbau dan
bentuknya adalah memanjang. Ia dapat tumbuh sehingga 1m hingga 1.5m.
Daunnya berbentuk sesil dan tidak mempunyai tangkai daun, ringkas, hijau, lurus
dan berlapis dan rata-rata ukurannya ialah 60cm x 2.5cm. Daunnya licin, urat
daun sejajar dengan bagian pangkal dan ujung daunnya lancip. Selaput daunnya
lurus dan bertindak sebagai batang. Rizomnya tegak dan kuat, menjalar, dan
berwarna kekuningan apabila dipotong. Klasifikasi tanaman ini sebagai berikut:
Tabel 1. Klasifikasi Tanaman Serai Wangi (Cymbopogon nardus)
Serai wangi hidup secara liar di kebanyakkan negara seperti di Asia,
Amerika dan Afrika. Di Malaysia kebiasaannya ditanam di bagian belakang
rumah. Serai wangi merupakan sejenis tumbuhan yang kuat dan bisa
menyesuaikan dalam berbagai jenis tanah dan iklim. Namun demikian ia tumbuh
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Angiospermae
Subkelas Monocotyledonae
Ordo Graminales
Famili Panicodiae
Subfamili Panicodiae
Tribe Andropoginae
Genus Cymbopogon
Spesies Cymbopogonnardus L.
6
dengan baik pada keadaan tanah yang tropis dan subur. Serai wangi tidak boleh
hidup dalam keadaan tanah yang mempunyai air terlalu tergenang dan gelap. Ia
dapat hidup dengan subur di kawasan lapang dan mempunyai cahaya yang
cukup.
C. Sifat dan Manfaat Serai
1. Kegunaan Dalam Masakan
Merupakan ciri utama masakan hidangan kari daging, ayam, makanan
laut dan sayur-sayuran di Malaysia, Indonesia, Sri Lanka dan India. Ia sebati
dengan masakan bersantan, terutamanya dengan ayam atau makanan laut,
dan terdapat berbagai resep yang tidak terkira dari Thai dan Sri Lanka
yang mengeksploitasi kombinasi ini. Batang yang telah dibiak juga digunakan di
dalam teh atau digunakan dalam jeruk dan dalam perisa marinades.
2. Kegunaan Dalam Kesehatan
Serai dianggap diuretik, tonik dan stimulan. Ia mendorong pencernaan
yang baik, dan penyediaan serai dengan lada telah digunakan untuk
meringankan masalah haid dan rasa mual. Ia mendorong produksi keringat,
untuk mendinginkan badan dan mengurangi demam. Ini terkenal sebagai
penolak serangga (citronella) dan minyak patinya digunakan dalam memproduksi
parfum.
Serai (Cymbopogon ciatrus) juga dikenal sebagai Rumput sereh, Rush
Sweet atau Demam. Ini adalah ramuan ajaib dengan beberapa nilai-nilai terapi
dan daya penyembuhan.
Manfaat kesehatan serai mencakup berbagai fitur terapi dan tindakan
penyembuhan dari ramuan ini, termasuk diuretik, antiseptik, analgesik, pengeluar
angin, penenang saraf, Galactogogue, tonik, obat penenang, antidepresi,
penghalang bakteri, penghapus jamur, antimikroba, penurun panas tubuh, zat,
menghapus bauan busuk (deodoran) dan banyak lagi yang lain.
Yang pasti, manfaat serai diperoleh dari konten yang sangat kaya dengan
obatan herbal: terutama antioksidan, beta karoten dan vitamin lain, sejumlah
7
unsur-mikro (microelemen) dan lain-lain nutrisi. Daftar penggunaan jamu ini
diantaranya:
a. Serai telah berabad-abad lamanya digunakan sebagai stimulan sistem imun
yang efektif dan sebagai pencegah gangguan dan penyakit-penyakit serius.
b. Herbal alami ini dapat membantu mencegah berbagai masalah bersangkutan
pencernaan termasuk gastroenteritis, gangguan pencernaan, kehilangan
nafsu makan, angin, perut kembung dan sebagainya.
c. Produk serai dapat digunakan untuk merangsang sirkulasi darah dan
menurunkan tekanan darah.
d. Salah satu manfaat serai untuk kesehatan yang paling penting adalah
menurunkan kadar kolesterol LDL dalam darah.
e. Penelitian menunjukkan bahwa serai memiliki kekuatan anti-kanker yang
besar dan dapat melindungi terhadap beberapa jenis kanker termasuk kanker
usus besar.
f. Manfaat serai termasuk sifat antibakteri dan antijamur.
g. Ini adalah salah satu obat herbal yang dapat digunakan untuk mengurangi
demam. Selain itu, penyembuhan yang menggandungi serai efektif dalam
mengobati batuk, pilek, bronkitis dan penyakit-penyakit lain.
h. Penggunaan infus serai dan minyak serai dapat mengurangi keparahan sakit
arthritis dan rematik.
i. Manfaat kesehatan diuretik serai dapat membantu memperbaiki fungsi ginjal
dan kandung kemih, serta merangsang detoksifikasi dan mempercepat
penghapusan racun dari tubuh.
j. Herba serai dapat digunakan untuk melega gejala stres seperti ketakutan,
kekhawatiran, kegelisahan, dan sebagainya.
k. Manfaat Kesehatan serai termasuk meringankan insomnia dan gangguan
tidur.
l. Herba serai disarankan kepada wanita yang mengalami PMS parah atau
gangguan putaran haid.
m. Serai dapat digunakan untuk mengkoordinasikan (toning) otot dan jaringan.
n. Manfaat serai termasuk dampak positif pengobatan keatas kulit: mencegah
radang kulit, membantu menghilangkan radang bintik, jerawat, meredakan
nyeri eksim, dermatitis dan sebagainya.
o. nyamuk / penyemprot kimia
8
Banyak dikomesialkan sebagai minyak Citronella dan lilin untuk mengusir
serangga, nyamuk dan pengharum rumah.
p. Rasa Makanan
Minyak Citronella juga digunakan sebagai agen perasa makanan, minuman,
barang-barang bakar, sereal, permen, produk susu gelatin dan puding.
q. Hewan
Minyak sebagai bagian dari komponen bahan mencegah anjing dari kawin.
r. Aromaterapi
Juga digunakan dalam aromaterapi.
D. Kelenjar Kulit Dan Keringat
Gambar 2. Struktur dan Kelenjar pada Kulit
Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, yang terdiri dari kelenjar keringat
(Glandula sudorifera) yang kemudian dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
a. Kelenjar Ekrin
Kelenjar Ekrin mempunyai ukuran yang kecil dan ada di pangkal dermis
dengan sekret encer. Berbentuk spiral dan bermuara langsung di permukaan
kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit terutama di telapak tangan, kaki, dahi,
dan ketiak. Jumlahnya sekitar 1000-2000 kelenjar untuk setiap inchi kulit
manusia. Kelenjar ekrin ini diatur oleh saraf kolinergik.
9
b. Kelenjar Apokrin
Kelanjar apokrin mempunyai ukuran yang lebih besar daripada kelenjar
ekrin. Terletak lebih dalam dengan sekret lebih kental. Pada waktu lahir kelenjar
ini berukuran kecil, setelah puber mulai membesar dan mengeluarkan sekret.
Terdapat di seluruh tubuh tetapi jumlah dan ukurannya leihbesar daripada ketiak
dan lipatan paha. Apokrin dipengaruhi oleh hormon androgen (kelenjar adrenalin)
dan aktivitas testosteron.
E. Komposisi
Terdapat perbedaan jelas antara komposisi kimia sekresi ekrin dan
apokrin. Sebagian besar sekresi ekrin, 98-99% terdiri dari air. Sisanya terdiri dari
campuran senyawa anorganik dan organik dengan perbandingan lebih kurang
3:1. Fraksi anorganik terutama natrium klorida, sehingga keringat rasanya asin.
Disamping itu juga mengandung Kalium, Kalsium, Magnesium, Besi, Tembaga,
dan Mangan. Senyawa organik dalam sekresi ekrin terdiri dari asam laktat, asam
sitrat dan asam askorbat, asam lemak berbobot molekul rendah, minyak asam
format, asam asetat, asam propionat, dan asam butirat. Dari keseluruhannya
yang paling penting adalah asam laktat, yang membentuk sistem dapar asam
laktat, menstabilkan pH sekresi ekrin dalam interval 4-7. Ada perbedaan kadar
asam laktat dalam ekresi pria dan wanita, pada wanita cenderung lebih rendah.
Oleh karena itu, pH keringat ekrin pria dan wanita masing-masing berkisar antara
4-7.
F. Gangguan Kelenjar Keringat
Gangguan fungsi kelenjar keringat dapat dibagi menjadi:
1. Hiperdrosis
Hiperdrosis atau sekresi keringat berlebihan dapat setempat atau
menyeluruh. Jika setempat, biasanya terjadi pada ketiak, telapak tangan dan
telapak kak, dalam beberapa kasus dapat disebabkan inflamasi atau infeksi
10
sekunder pada kulit. Jika menyeluruh, biasanya disebabkan panas yang
berlebihan, jika sangat keras, demam atau pengaruh obat tertentu.
2. Anidrosis
Androsis adalah pengurangan atau kadang-kadang penghentian sekresi
keringat. Kondisi ini sangat jarang terjadi.
3. Osmidrosis atau Bromidrosis
Osmidrosis atau Bromidrosis adalah keadaan dimana keringat berbau,
biasanya sekresi keringat aprokin, tetapi dapat juga terjadi di daerah kaki yang
disebabkan peruraian bakteri keringat didaerah tersebut.
4. Kromidrosis
Kromdrosis adalah kelainan warna keringat abnormal, juga ditandai
aktivitas bakteri.
G. Bau badan
Gambar 3. Letak Keringat pada Kulit
Bau keringat tidak hanya berbeda dalam perbedaan individu, juga
berbeda pada beberapa daerah permukaan kulit pada individu yang sama. Bau
keringat yang lebih nyata terutama didaerah ketiak dan bagian genetalia
dibandingkan dengan bagian kulit lainnya, karena di kelenjar tersebut banyak
terdapat kelenjar apokrin. Keringat yang keluar dar kelenjar apokrin mengandung
11
sejumlah besar lipid dan protein. Setelah mencapai permukaan kulit, bakteri akan
meruaknya dan menghasilkan senyawa trans 3-metil-2-asamheksanoat yang
menghasilkan bau tidak sedap. Bakteri dan jamur akan berperan pada pH
sekresi apokrin yang netral atau agak alkali. Bakteri yang menyebabkan bau
badan adalah Coccus aerob, Micrococcus, Propioni bacteri, dan Dyphteroid
aerob.
Bakteri-bakteri ini menguraikan ikatan proten dan lemak dalam keringat
dengan cara memakan unsur-unsur yang menjadi makanan pokok bakteri ( C, H,
O dan N) dan menghasilkan senyawa-senyawa yang menimnulkan bau badan
(bromidrosis), meliputi asam lemak berbobot molekul rendah, termasuk asam
kaproat, asam kaprilat, asam isovarelat, asam butirat, selanjutnya merkaptan,
ammonia, amina alifatik dan aromatic, indol, hidrogen sulfida dan fosfin.
Sedangkan keringant ekrin tidak akan berbau sekalipun terjadi inokulasi
bakteri, karea keringat ekrin tidak cukup mengandung subtrat untuk pertumbuhan
bakteri. Kadang-kadang dapat timbul bau yang lunak karena peruaian zat
tertentu, misalnya sebum atau keratin oleh enzim bakteri yang akan bercampur
dengan sekresi ekrin setelah mencapao permukaan kulit.
Bau keringat yang munusuk disebabkan hasil peruraian sekresi apokrin
oleh bakteri di permukaan kulit. Bau tidak enak itu dapat dikurangi atau dicehah
dengan pemeliharaan kehigenisan yang baik, misalnya mandi secara teratur,
sehingga pertumbuhan bakteri dihambat dan hasil peruraian yang telah terjadi
dapat hilang.
12
H. Deodoran
Gambar 4. Deodoran Antiperspiran
Deodoran dan antiperspiran dikategorikan dalam kosmetika medik.
Menurut definisi dan kegunaannya deodoran dan antipersipiran dapat dibedakan
secara jelas. Deodoran adalah suatu zat yang mengurangi timbulnya bau
keringat dengan cara mengurangi keringat oleh bakteri, sedangkan antipersipiran
adalah zat yang bekerja sebagai astringen, yang dapat menyebabkan penurunan
permebialitas membran kulit yang dapat mengurangi sekresi tanpa mengganggu
fungsi kulit.
Deodoran dan antiperspiran terdapat dalam beberapa sediaan, yaitu :
1. Padat ( batang dan serbuk)
2. Cair (splash dan roll on)
3. Aerosol (spray)
I. Cara Kerja Deodoran
Deodoran mengurangi bau badan dengan cara:
a. Mengurangi pertumbuhan bakteri penyebab bau. Aktivitas deodoran ini
dilakukan oleh bahan antibakteri seperti air rebusan batang serai.
b. Deodoran juga sering diberi tambahan parfum yang bertujuan untuk
menyamarkan bau badan.
13
BAB III PEMBUATAN DAN METODE ANALISIS
A. Metode Pembuatan
Metode pembuatan deodoran berbahan tanaman serai ini menggunakan
bahan-bahan meliputi tawas, propilen glikol, aquades, dan tanaman serai. Hal
pertama yang dilakukan adalah membersihkan tanaman serai dari akar serabut
dan daunnya hingga didapatkan batang yang bersih dan siap untuk direbus.
Kemudian ditimbang batang serai tersebut sejumlah 100 gram dan dimasukkan
ke dalam wadah berisi 1,5 liter air. Kemudian direbus kirakira 1,5 jam hingga
didapatkan larutan sebanyak 600 ml. Kemudian disiapkan 113 gram tawas
alumunium yang telah halus dan dilarutkan dalam 600 ml larutan serai pada
suhu sekitar 60o
celcius, lalu ditambahkan 168 ml larutan propilen glikol dan 48
ml gliserol. Kemudian ditambahkan etanol absolut sebanyak 25 ml dan
ditambahkan pula 20 tetes parfum sesuai aroma yang diingikan. Setelah itu
dimasukkan ke dalam botol parfum ukuran 50 ml. Kemudian ditempelkan label
produk yang telah disiapkan sebelumnya.
B. Metode Analisis
Tabel 2. Metode dan Parameter Analisis
No. Analisis Metode PARAMETER
1 Fisika Organoleptik
Bau
Bentuk
2 Kimia
Kromatografi Gas Kadar Etanol
Potensiometri pH
Spektofotometri Serapan
Atom (SSA)
Cemaran logam
As, Pb, Hg, dan Fe
Kadar Al
3 Mikrobiologi
Perhitungan Jumlah
Bakteri (PJB)
Angka Lempeng Total
(ALT)
Pseudomonas
aeruinosa
Staphylococcus
aureus
Candida albicans
14
1. Analisis Fisika
a. Uji Organoleptik
Dasar:
Contoh yang telah menjadi produk jadi diuji atas dasar kemampuan
pancra indra. Kemampuan panca indera meliputi bau dan bentuk.
2. Analisis Kimia
a. Uji pH secara Potensiometri
Dasar:
Keberadaan ion H+
dan OH-
dalam larutan contoh yang diukur
dengan menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi dengan buffer pH 7
dan buffer pH 10 sehingga dapat diketahui pH nya.
Cara Kerja :
1. Ditimbang 1 gram contoh.
2. Dilarutkan dengan 20 ml air suling.
3. Elektroda pH-meter dicelupkan ke dalam larutan buffer pH 4.
4. Elektroda dibilas dengan air suling.
5. Elektroda pH-meter dicelupkan ke dalam larutan buffer pH 7.
6. Elektroda dibilas dengan air suling.
7. Elektroda pH-meter dicelupkan ke dalam larutan contoh.
8. Nilai pH dapat dibaca pada layar instrumen.
9. Elektroda dibilas dengan air suling.
b. Penetapan Kadar Etanol
Dasar:
Kadar etanol dalam contoh dapat ditetapkan dengan cara Gas
Chromatography (GC). Larutan contoh dipanaskan di atas titik didihnya
sehingga terbentuk gas dan analit dibawa oleh fasa gerak sehingga
15
diperoleh peak kromatogram. Kadar contoh dapat diketahui dengan
cara membandingkan peak contoh dengan peak standar.
Cara kerja:
1. Ditimbang 5 gram contoh.
2. Dilarutkan dalam air suling 100 ml (terukur).
3. Di destilasi dengan alat soxhlet.
4. Disaring dengan kertas saring berabu dan dimasukan ke dalam labu
ukur 100 ml.
5. Diperiksa dengan GC.
Perhitungan :
c. Penetapan Kadar Cemaran Logam Pb
Dasar:
Kadar cemaran logam Pb dapat dianalisis dengan
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Contoh yang
berupa larutan bersama dengan bahan bakar dibuat dalam bentuk
aerosol dan dimasukkan ke dalam suatu pembakar.Atom bebas yang
terbentuk selain dapat mengadsorbsi energi panas juga dapat
mengabsorbsi energi cahaya sehingga dapat mengeksitasi atom
bebas. Energi cahaya yang diserap spesifik bagi setiap unsur.
Reaksi:
PbCl2 Pb2+
+ 2Cl-
Pb + Cl2
Pb tereksitasi
Pb
Pb2+
+ 2e
16
Cara Kerja :
1. Ditimbang contoh sebanyak 5 gram
2. Contoh yang telah ditimbang diabukan dalam cawan porselein.
3. Ditambahkan HCl 1:1
4. Dipanaskan hingga terbentuk larutan kuning (di dalam ruang
asam)
5. Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml.
6. Dibuat deret standar Pb.
7. Diperiksa absorbansi deret standar Pb dengan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) pada 256 nm.
8. Diperiksa absorbansi contoh dengan Spektrofotoeter Serapan
Atom (SSA) pada 256 nm.
9. Diplot kurva standar, dihitung kadar logam Pb dalam contoh
(dalam ppm).
Perhitungan :
-
x Fp
d. Penetapan Kadar Cemaran Logam Fe
Dasar:
Kadar cemaran logam Fe dapat dianalisis dengan
menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Contoh yang
berupa larutan bersama dengan bahan bakar dibuat ke dalam bentuk
aerosol dan dimasukkan ke dalam suatu pembakar. Atom bebas yang
terbentuk selain dapat mengabsorbsi energi panas juga dapat
mengabsrobsi energi cahaya sehingga dapat mengeksitasi atom
bebas. Energi cahaya yang diserap spesifik bagi setiap unsur.
Reaksi:
FeCl2 Fe2+
+ 2Cl-
Fe + Cl2
Fe tereksitasi
Fe Fe2+
+ 2e
17
Cara Kerja:
1. Ditimbang contoh sebanyak 5 gram.
2. Contoh yang telah ditimbang diabukan dalam cawan porselein.
3. Ditambahkan HCl 1:1.
4. Dipanaskan hingga terbentuk larutan kuning (di dalam ruang
asam).
5. Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml.
6. Dibuat deret standar Fe.
7. Diperiksa absorbansi contoh dengan Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA) pada 267 nm.
8. Diperiksa absorbansi contoh dengan Spektrofotometri Serapan
Atom (SSA) pada 267 nm.
9. Diplot kurva standar, dihitung kadar logam Fe dalam contoh
(dalam ppm).
Perhitungan:
-
XFp
e. Penetapan Kadar Cemaran Logam Hg
Dasar
Contoh diperarang dengan pengabuan basah yaitu dengan
perendaman dengan aqua regia selama sehari semalam sehingga Hg
dalam contoh akan menjadi HgCl2. Diperiksa dengan SSA sebagai
logam Hg.
Reaksi :
HgCl2 + SnCl2 Hgo
+ SnCl4
Cara Kerja:
1. Ditimbang contoh sebanyak 5 gram.
2. Ditambahkan aqua regia 20 ml.
3. Didiamkan selama 1 malam, hingga contoh larut.
4. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
18
5. Diencerkan dengan menambahkan air suling hingga tanda tera,
kemudian dihimpitkan dan dihomogenkan.
6. Dibuat deret standar Hg.
7. Diperiksa absorbansi deret standar Hg dengan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) pada tertentu.
8. Diperiksa absorbansi contoh dengan Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA) pada tertentu.
9. Diplot kurva standar, dihitung kadar Hg dalam contoh (dalam
ppm).
Perhitungan :
-
XFp
f. Penetapan Kadar Cemaran Logam As
Dasar:
Contoh diperarang dengan pengabuan basah yaitu dengan
perendaman dengan aqua regia selama sehari semalam sehingga As
dalam contoh akan menjadi AsCl4. Diperiksa dengan SSA sebagai
logamAs.
Reaksi:
AsCl2 As2+
+ 2Cl-
As + Cl2
As tereksitasi
As
As2+
+ 2e
Cara Kerja :
1. Ditimbang contoh sebanyak 5 gram.
2. Ditambahkan aqua regia 20 ml.
3. Didiamkan selama 1 malam, hingga contoh larut.
4. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
19
5. Diencerkan dengan menambahkan air suling hingga tanda tera,
kemudian dihimpitkan dan dihomogenkan.
6. Dibuat deret standar As.
7. Diperiksa absorbansi deret standar As dengan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) pada tertentu.
8. Diperiksa absorbansi contoh dengan Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA) pada tertentu.
9. Diplot kurva standar, dihitung kadar As dalam contoh (dalam ppm).
Perhitungan :
g. Penetapan Kadar Al
Dasar:
Kadar Al dapat dianalisis dengan menggunakan Spektrofotometri
Serapan Atom (SSA). Contoh yang berupa larutan dengan bahan
bakar dibuat ke dalam bentuk aerosol dan dimasukkan ke dalam suatu
pembakar. Atom bebas yang terbentuk selain dapat mengabsorbsi
energi panas juga dapat mengabsrobsi energi cahaya sehingga dapat
mengeksitasi atom bebas. Energi cahaya yang diserap spesifik bagi
setiap unsur.
Reaksi:
Al terkesitasi
Al
Al3+
+ 3e-
Cara Kerja:
1. Ditimbang contoh sebanyak 5 gram
2. Contoh yang telah ditimbang diabukan dalam cawan porselein.
3. Ditambahkan HCl 1:1
20
4. Dipanaskan hingga terbentuk larutan kuning (di dalam ruang
asam)
5. Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml.
6. Dibuat deret standar Al.
7. Diperiksa absorbansi deret standar Al dengan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA) pada tertentu.
8. Diperiksa absorbansi contoh dengan Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA) pada tertentu.
9. Diplot kurva standar, dihitung kadar logam Al dalam contoh (dalam
ppm).
Perhitungan :
3. Analisis Mikrobiologi
a. Penetapan Angka Lempeng Total (ALT)
Dasar:
Dilakukan pengenceran 10-1
, 10-2
, 10-3
dari contoh dengan media
Plate Count Agar (PCA) dan diinkubasi selama 24-28 jam dengan suhu
28o
C, maka bakteri dapat dihitung jumlahnya.
Cara Kerja:
1. Disiapkan tabung reaksi dan sumbatnya yang telah disterilkan.
2. Dipipet 1 ml contoh kedalam tabung reaksi yang telah diberi label
sebagai 10-1
.
3. Pada tabung reaksi 10-1
ditambahkan 9 ml Larutan Fisiologis (LF) dan
dihomogenkan.
4. Dipipet 1 ml larutan dari tabung reaksi 10-1
, dimasukkan ke dalam
tabung reaksi berlabel 10-2
. Ditambahkan 9 ml LF dan dihomogenkan.
5. Dipipet 1 ml larutan dari tabung reaksi10-2
, dimasukkan ke dalam
tabung reaksi berlabel 10-3
. Ditambahkan 9ml LF dan dihomogenkan.
21
6. Disiapkan tabung reaksi blanko yang hanya berisi LF sebanyak 10
ml.
7. Dipipet masing-masing 1 ml dari setiap tabung reaksi (10-1
, 10-2
, 10-3
dan blanko). Dimasukkan ke dalam cawan petri. Masing-masing
diperlakukan duplo (kecuali untuk blanko).
8. Ditambahkan media PCA (Plate Count Agar) pada masing-masing
cawan petri. Dihomogenkan. Dibiarkan membeku pada suhu kamar.
9. Disiapkan juga 1 cawan petri untuk media kontrol.
10. Dihitung jumlah koloni yang tumbuh.
Perhitungan:
Jika jumlah koloni bakteri < 30, maka diambil rata-rata dari pengenceran
terendah.
b. Penetapan Pseudomonas aeruginosa
Dasar:
Setiap bakteri dapat dibiakkan pada media tertentu. Pseudomonas
aeruginosa dapat tumbuh pada media Centrimide Agar (CA) dan
diinkubasi pada suhu 35 o
C selama 24-28 jam.
Cara Kerja:
1. Diambil satu mata ose contoh.
2. Dibiakkan pada cawan petri yang berisi Centrimide Agar (CA) yang
telah membeku.
3. Digoreskan pada cawan tersebut.
4. Diinkubasi pada suhu 35 o
C selama 24-28 jam.
5. Dilihat pertumbuhan bakteri pada media tersebut.
Perhitungan:
22
c. Penetapan Staphylococcus aureus
Dasar:
Setiap bakteri dapat dibiakkan pada media tertentu.
Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada media Manitol Salt Agar
(MSA) dan diinkubasi pada suhu 37 o
C selama 24-28 jam.
Cara Kerja:
1. Diambil satu mata ose contoh.
2. Dibiakkan pada cawan petri yang berisi Manitol Salt Agar (MSA)
yang telah beku.
3. Digoreskan pada cawan agar tersebut.
4. Diinkubasi pada suhu 37 o
C selama 24-28 jam.
5. Dilihat pertumbuhan bakteri pada media tersebut.
Perhitungan:
d. Penetapan Candida albicans
Dasar:
Setiap bakteri dapat dibiakkan pada media tertentu. Candida
albicans dapat tumbuh pada media Potato Dextrose Agar (PDA) dan
diinkubasi pada suhu 37 o
C selama 24-28 jam.
Cara Kerja:
1. Diambil satu mata ose contoh.
2. Dibiakkan pada cawan petri yang berisi Potato Dextrose Agar
(PDA) yang telah beku.
3. Digoreskan pada cawan agar tersebut.
4. Diinkubasi pada suhu 35 o
C selama 24-28 jam.
5. Dilihat pertumbuhan bakteri pada media tersebut.
Perhitungan:
23
C. Kewirausahaan
Tabel 3. Perhitungan Pengeluaran
Total Rp106,400.00 untuk pembuatan 10 kemasan deodoran
Harga total penjualan 10 kemasan deodoran Rp135.000.00
Keuntungan = × 100%
No BAHAN BAKU JUMLAH ANGGARAN
1 Propilen Glikol 45 ml Rp26,000.00
2 Etanol Absolut 7 ml Rp6,000.00
3 Aquadest 405 ml Rp800.00
4 Serai Wangi 27 gram Rp700.00
5 Gliserol 12 ml Rp41,500.00
6 Parfum 1 ml Rp300.00
7 Tawas 31 gram Rp6,100.00
8 Kemasan 10 botol Rp25,000.00
Total Rp106,400.00
24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis yang dilakukan terhadap contoh deodoran antiperspiran cair
dibandingkan dengan SNI deodoran cair No. 16-4951-1998 yaitu:
Tabel 4. Perbandingan Hasil dengan Standar
No Parameter Satuan Hasil Standar
1 Bau - Normal Normal
2 Bentuk - Normal Normal
3 Ph - 5,06 4,4 – 7,0
4 Etanol %v
/v 1,66 Maks. 5
5 Kadar Al %b
/b 0,90 Maks. 17
6 Kadar Pb Ppm 0,6 Maks. 10
7 Kadar Fe Ppm 1,5 Maks.5
8 Kadar As Ppm < 2,35 x 10-3
Maks.2
9 Kadar Hg Ppb < 2,16 Negatif
10 Angka Lempeng Total Kol/g 1,1 x 102
Maks. 105
11
Pseudomonas
aeruginosa
Kol/g Negatif Negatif
12 Staphylococcus aureus Kol/g Negatif Negatif
13 Candida albicans Kol/g Negatif Negatif
Pada uji hedonik, untuk kriteria bau dan bentuk sama sama banyak
diminati. Pada analisis Hg dan As didapatkan absorbansi negatif sehingga
dilakukan perhitungan dengan Limit Deteksi dan didapatkan hasil kurang dari
limit deteksi. Dari parameter uji yang telah dilakukan untuk produk deodoran cair
dengan penambahan serai wangi dinyatakan lulus standar SNI No. 16-4951-
1998.
25
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari proses pembuatan dan analisis deodoran cair untuk parameter uji Hg
didapatkan hasil dibawah limit deteksi, untuk parameter uji yang lain telah
memenuhi SNI No. 16-4951-1998.
B. Saran
Jika nanti produk deodoran diproduksi dalam skala industri, disarankan
untuk membuat kemasan yang lebih menarik contohnya dalam bentuk aerosol
agar konsumen lebih tertarik memilih produk deodoran. Dilakukan juga
perhitungan persen rendemen agar dapat diketahui konsentrasi zat aktif dalam
deodoran tersebut sehingga penggunaan bahan menjadi efisien.
26
DAFTAR PUSTAKA
Dwi, Nungki. “Minyak Serai Wangi sebagai Minyak Atsiri”.28 Desember
2011.http://nungkisyalalala.blogspot.com/2011/12/minyak-serai-wangi-sebagai-
minyak.html
1985. Formulasi Kosmetika. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Anonimous. 2006. Hidrokoloid dan Gum. http://www.pikiranrakyat.com
Anonimous. 2007. Hilangkan Si BB dengan Alami. http://www.perempuan.com
Anonimous. Tanpa Tahun. Antiperspiran yang Tepat. http://klinikpria.com
Anonimous. Tanpa Tahun. Ceritera Ngeri Soal Deodoran dan Kanker Muncul
Lagi. http://www.kompasmedia.com
Anonimous. Tanpa Tahun. Deodoran Aman Dipakai, Tapi Antiperspiran Tidak!.
http://www.perempuan.com
Anonimous. Tanpa Tahun. Deodoran, Antiperspiran, dan Kanker Payudara.
http://pfizerpeduli.com
27
LAMPIRAN
A. DATA HASIL ANALISIS
1. Nilai pH = 5,06
2. Kadar Etanol
Area rata-rata= 964357,5
Intersep = 19691,5
Slope = 569964,7
Regresi = 0,9998
Fp = 0
3. Kadar As
Abs = negatif (-)
Intersep = -2,12 x 10-3
Slope = 1,26 x 10-3
Regresi = 0,9996
Fp = 5x
Limit deteksi = < 2,35 x 10-3
ppm
4. Kadar Hg
Abs = negatif (-)
Intersep = 4,42 x 10-3
Slope = 1,1352 x 10-3
Regresi = 0,9952
Fp = 5x
Limit deteksi = < 2,16 x 10-3
ppm
5. Kadar Pb
Abs rata-rata = 0,0041
Intersep = 0,0009
Slope = 0,0261
Regresi = 0,9999
Fp = 5x
6. Kadar Fe
Abs rata-rata = 0,0179
Intersep = 0,0014
Slope = 0,0552
Regresi = 0,9995
Fp = 5x
28
7. Kadar Al
ppm setelah pengenceran = 0,36 ppm
Fp = 25000
8. Angka Lempeng Total
Konsentrasi Simplo Duplo Rata-rata
10
-1
10 12 11
10
-2
6 4 5
10
-3
6 0 3
Blanko 0
9. Pseudomonas aeruginosa = 0 Koloni
10. Staphylococcus aureus = 0 Koloni
11. Candida albicans = 0 koloni
B. PERHITUNGAN HASIL ANALISIS
1. Nilai pH= 5,06
2. Kadar Etanol
3. Kadar As
Abs negatif (-) < 2,36 x 10-3
ppm (LD)
4. Kadar Hg
Abs negatif (-) < 2,16 ppb(LD)
5. Kadar Pb
29
6. Kadar Fe
7. Kadar Al
= 0,9%
8. Angka Lempeng Total
n < 30, rata-rata n x kebalikan faktor pengenceran
ALT = 11 x 10 = 1,1 x 102
koloni/gram
9. Pseudomonas aeruginosa = Negatif (-)
10. Staphylococcus aureus = Negatif (-)
11. Candida albicans = Negatif (-)

More Related Content

Viewers also liked

Viewers also liked (8)

Resume holley troyhilite
Resume holley troyhiliteResume holley troyhilite
Resume holley troyhilite
 
Breve reseña del libro Students at the center
Breve reseña del libro Students at the centerBreve reseña del libro Students at the center
Breve reseña del libro Students at the center
 
Exton Consulting - Etude Jeunes Européens et services financiers
Exton Consulting - Etude Jeunes Européens et services financiersExton Consulting - Etude Jeunes Européens et services financiers
Exton Consulting - Etude Jeunes Européens et services financiers
 
Identificacion de variables para los estudios de mercado tecnico
Identificacion de variables para los estudios de mercado  tecnicoIdentificacion de variables para los estudios de mercado  tecnico
Identificacion de variables para los estudios de mercado tecnico
 
Oportunidad de negocio
Oportunidad de negocioOportunidad de negocio
Oportunidad de negocio
 
Fisioterapi dada.ppt
Fisioterapi dada.pptFisioterapi dada.ppt
Fisioterapi dada.ppt
 
Modals
ModalsModals
Modals
 
οεφε β λυκ αρχαια
οεφε β λυκ αρχαιαοεφε β λυκ αρχαια
οεφε β λυκ αρχαια
 

Similar to laporan seminar PKT 54

Analisa Bahaya & Manajemen Resiko Pada Tukang Tebu
Analisa Bahaya & Manajemen Resiko Pada Tukang TebuAnalisa Bahaya & Manajemen Resiko Pada Tukang Tebu
Analisa Bahaya & Manajemen Resiko Pada Tukang Tebunabilaindr
 
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmMakalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmSentra Komputer dan Foto Copy
 
[Laporan] Sintesis dan Analisis Losion Kulit dari Campuran Bahan Organik deng...
[Laporan] Sintesis dan Analisis Losion Kulit dari Campuran Bahan Organik deng...[Laporan] Sintesis dan Analisis Losion Kulit dari Campuran Bahan Organik deng...
[Laporan] Sintesis dan Analisis Losion Kulit dari Campuran Bahan Organik deng...Muhamad Imam Khairy
 
Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18Heri Abrianto
 
Laporanpraktikum2kelompok18 121030235028-phpapp01
Laporanpraktikum2kelompok18 121030235028-phpapp01Laporanpraktikum2kelompok18 121030235028-phpapp01
Laporanpraktikum2kelompok18 121030235028-phpapp01Rahul Ustad
 
1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf
1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf
1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdfAuliaRizkiRamadhanti
 
Kelas a 21080112140020 pt. combiphar bandung
Kelas a 21080112140020 pt. combiphar bandungKelas a 21080112140020 pt. combiphar bandung
Kelas a 21080112140020 pt. combiphar bandungElfebri Pasca
 
Makalah cara bekerja yg baik dilab
Makalah cara bekerja yg baik dilabMakalah cara bekerja yg baik dilab
Makalah cara bekerja yg baik dilabMiftanasution3
 
DRAFT MODUL PBL KLS X.docx
DRAFT MODUL PBL KLS X.docxDRAFT MODUL PBL KLS X.docx
DRAFT MODUL PBL KLS X.docxsusan26225
 
128114101_full.pdf
128114101_full.pdf128114101_full.pdf
128114101_full.pdfIsoSuwarso1
 
Teknologi inovatif ramah lingkungan grasac coconut fiber filter
Teknologi inovatif ramah lingkungan grasac coconut fiber filterTeknologi inovatif ramah lingkungan grasac coconut fiber filter
Teknologi inovatif ramah lingkungan grasac coconut fiber filterAdi Pratama
 
cara membuat sabun padat.pptx
cara membuat sabun padat.pptxcara membuat sabun padat.pptx
cara membuat sabun padat.pptxRisaTriassanti2
 
Proposal kpa (inge krishna 18.4.07.063)-dikonversi
Proposal kpa (inge krishna   18.4.07.063)-dikonversiProposal kpa (inge krishna   18.4.07.063)-dikonversi
Proposal kpa (inge krishna 18.4.07.063)-dikonversiigustiayu
 
Pemanfaatan garam sebagai bahan baku masker wajah
Pemanfaatan garam sebagai bahan baku masker wajahPemanfaatan garam sebagai bahan baku masker wajah
Pemanfaatan garam sebagai bahan baku masker wajahahmadsuyanto67
 

Similar to laporan seminar PKT 54 (20)

back up Lap.pkt
back up Lap.pktback up Lap.pkt
back up Lap.pkt
 
Analisa Bahaya & Manajemen Resiko Pada Tukang Tebu
Analisa Bahaya & Manajemen Resiko Pada Tukang TebuAnalisa Bahaya & Manajemen Resiko Pada Tukang Tebu
Analisa Bahaya & Manajemen Resiko Pada Tukang Tebu
 
Tugas makalah kimfar
Tugas makalah kimfarTugas makalah kimfar
Tugas makalah kimfar
 
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmMakalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
 
[Laporan] Sintesis dan Analisis Losion Kulit dari Campuran Bahan Organik deng...
[Laporan] Sintesis dan Analisis Losion Kulit dari Campuran Bahan Organik deng...[Laporan] Sintesis dan Analisis Losion Kulit dari Campuran Bahan Organik deng...
[Laporan] Sintesis dan Analisis Losion Kulit dari Campuran Bahan Organik deng...
 
Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18
 
Laporanpraktikum2kelompok18 121030235028-phpapp01
Laporanpraktikum2kelompok18 121030235028-phpapp01Laporanpraktikum2kelompok18 121030235028-phpapp01
Laporanpraktikum2kelompok18 121030235028-phpapp01
 
1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf
1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf
1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf
 
Kelas a 21080112140020 pt. combiphar bandung
Kelas a 21080112140020 pt. combiphar bandungKelas a 21080112140020 pt. combiphar bandung
Kelas a 21080112140020 pt. combiphar bandung
 
Proposal Seminar & Workshop Apoteker
Proposal Seminar & Workshop ApotekerProposal Seminar & Workshop Apoteker
Proposal Seminar & Workshop Apoteker
 
Makalah cara bekerja yg baik dilab
Makalah cara bekerja yg baik dilabMakalah cara bekerja yg baik dilab
Makalah cara bekerja yg baik dilab
 
Laporan fixaa
Laporan fixaaLaporan fixaa
Laporan fixaa
 
DRAFT MODUL PBL KLS X.docx
DRAFT MODUL PBL KLS X.docxDRAFT MODUL PBL KLS X.docx
DRAFT MODUL PBL KLS X.docx
 
Pkm k
Pkm kPkm k
Pkm k
 
128114101_full.pdf
128114101_full.pdf128114101_full.pdf
128114101_full.pdf
 
Teknologi inovatif ramah lingkungan grasac coconut fiber filter
Teknologi inovatif ramah lingkungan grasac coconut fiber filterTeknologi inovatif ramah lingkungan grasac coconut fiber filter
Teknologi inovatif ramah lingkungan grasac coconut fiber filter
 
cara membuat sabun padat.pptx
cara membuat sabun padat.pptxcara membuat sabun padat.pptx
cara membuat sabun padat.pptx
 
Proposal kpa (inge krishna 18.4.07.063)-dikonversi
Proposal kpa (inge krishna   18.4.07.063)-dikonversiProposal kpa (inge krishna   18.4.07.063)-dikonversi
Proposal kpa (inge krishna 18.4.07.063)-dikonversi
 
lipstik
lipstiklipstik
lipstik
 
Pemanfaatan garam sebagai bahan baku masker wajah
Pemanfaatan garam sebagai bahan baku masker wajahPemanfaatan garam sebagai bahan baku masker wajah
Pemanfaatan garam sebagai bahan baku masker wajah
 

laporan seminar PKT 54

  • 1. PEMBUATAN DAN ANALISIS DEODORAN CAIR DENGAN PENAMBAHAN SERAI WANGI (Cymbopogon nardus) Laporan Praktik Kimia Terpadu sebagai Syarat Memenuhi Tugas Semester Gasal Tahun Ajaran 2014/2015 Oleh Kelompok PKT 54, XIII-7 : Arnoltdus Marindra Gautama Putra XIII-7/NIS 11.57.06934 Nadia Novitasari XIII-7/NIS 11.57.07107 Nelshinta Maria Zusar XIII-7/NIS 11.57.07112 Rizal Angga Megantara XIII-7/NIS 11.57.07142 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK Bogor 2014
  • 2. LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN Disetujui dan disahkan oleh: Disetujui oleh, Ir. Masyitah Yusah NIP 19630216 199003 2 001 Pembimbing Disahkan oleh, Ir. Tin Kartini, M.Si NIP 19640416 199403 2 003 Kepala Laboratorium Sekolah Menegah Kejuruan – SMAK Bogor
  • 3. i KATA PENGANTAR Laporan Praktik Kimia Terpadu dengan judul Pembuatan dan Analisis Deodoran Cair Dengan Penambahan Serai Wangi (Cymbopogon nardus) ini disusun sebagai persyaratan kelulusan tingkat ke-13 di SMK SMAK Bogor. Laporan Praktik Kimia Terpadu dengan judul Pembuatan dan Analisis Deodoran Cair Dengan Penambahan Serai Wangi ini berisi tentang latar belakang judul, pentingnya masalah, tujuan praktik, pembuatan, dan metode analisis produk deodoran cair. Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga laporan Praktik Kimia Terpadu selesai tepat pada waktunya.Tak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dra. Hadiati Agustine selaku kepala SMK-SMAK Bogor. 2. Ir. Tin Kartini, M.Si selaku Kepala Laboratorium. 3. Sulistiowati, S.Si, M.Pd. selaku Wakil Kepala SMK-SMAK Bogor bidang sarana dan prasarana. 4. Ir. Masyitah Yusah selaku pembimbing. 5. Orang tua kami yang telah memberi semangat, dukungan, doa, dan fasilitas sehingga laporan ini dapat diselesaikan. 6. Teman-teman angkatan 57 yang telah membantu penyusunan laporan ini. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga dapat menyempurnakan laporan ini. Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi adik-adik kelas dan bagi pembaca di kalangan analisis kimia lainnya. Bogor, Oktober 2014 Penyusun,
  • 4. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................. i DAFTAR ISI......................................................................................................... ii DAFTAR TABEL..................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR............................................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1 A. Latar Belakang.......................................................................................1 B. Perumusan Masalah ..............................................................................3 C. Tujuan....................................................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................4 A. Jenis Serai.............................................................................................4 B. Serai Wangi (Cymbopogon nardus) .......................................................4 C. Sifat dan Manfaat Serai..........................................................................6 D. Kelenjar Kulit Dan Keringat ....................................................................8 E. Komposisi ..............................................................................................9 F. Gangguan Kelenjar Keringat..................................................................9 G. Bau badan ...........................................................................................10 H. Deodoran.............................................................................................12 I. Cara Kerja Deodoran ...........................................................................12 BAB III PEMBUATAN DAN METODE ANALISIS...............................................13 A. Metode Pembuatan..............................................................................13 B. Metode Analisis....................................................................................13 C. Kewirausahaan ....................................................................................23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................24 BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................25 A. Simpulan..............................................................................................25 B. Saran ...................................................................................................25 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26 LAMPIRAN ........................................................................................................27
  • 5. iii DAFTAR TABEL Tabel 1. Klasifikasi Tanaman Serai Wangi (Cymbopogon nardus)............... Error! Bookmark not defined. Tabel 2. Metode dan Parameter Analisis ...........................................................13 Tabel 3. Perhitungan Pengeluaran ....................................................................23 Tabel 4. Perbandingan Hasil dengan Standar....................................................24
  • 6. iv DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Tanaman Serai Wangi (Cymbopogon nardus) ...................................4 Gambar 2. Struktur dan Kelenjar pada Kulit.........................................................8 Gambar 3. Letak Keringat pada Kulit .................................................................10 Gambar 4. Deodoran Antiperspiran ...................................................................12
  • 7. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serai tidak hanya digunakan pada produk pangan, namun sudah mulai banyak digunakan untuk produk-produk nonpangan, salah satunya adalah bahan tambahan produk kosmetika. Penggunaan serai dalam produk-produk nonpangan adalah sebagai antimikroba. Kosmetika berasal dari kata kosmein atau cosmeticos (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk meningkatkan kecantikan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.220/Menkes/Per/X/76 tanggal 6 September 1976 yang menyatakan bahwa: Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan yang digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikan, atau dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk dalam golongan obat. Kadang-kadang kosmetika dicampur dengan bahan-bahan yang berasal dari obat topikal yang memengaruhi struktur dari faal sel kulit. Bahan-bahan tersebut misalnya antijerawat (sulfur, resorsin), antijasad renik (heksaklorfen), anti pengeluaran keringat (aluminium klorida), plasenta, atau hormon (estrogen). Bahan-bahan inilah yang kemudian dikenal sebagai kosmedik atau kosmeto- medik. Salah satu jenis produk kosmetik yang telah dikenal dan digunakan oleh masyarakat adalah deodoran antiperspiran.Deodoran adalah sediaan kosmetika yang berguna untuk menyerap keringat dan mengurangi bau badan, sedangkan antiperspiran berguna untuk mempersempit pori-pori sehingga mengurangi keluarnya keringat. Sebenarnya sukar untuk membedakan kedua sediaan
  • 8. 2 tersebut karena pemakaiannya selalu bersama-sama dengan maksud untuk mencegah, mengurangi atau menghilangkan keringat berlebih serta bau. Pada kondisi normal, ketiak mengeluarkan rata-rata 400-500 mg keringat setiap 20 menit, pada suhu 35˚C. Antiperspiran mampu mengurangi jumlah produksi keringat hingga 20 – 25% atau maksimal 40% dari produksi normal. Itu dilakukan dengan cara mempersempit pori-pori kulit tempat keluarnya keringat. Cairan keringat yang tertahan kemudian diserap kembali oleh jaringan keringat. Kemampuan antiperspiran terutama disebabkan oleh kandungan bahan aktif. Semua jenis deodoran antikeringat biasanya mengandung beberapa senyawa aktif berbasis pada unsur alumunium. Seperti alumunium chlorohydrate, alumunium chloride, alumunium hydroxybromide, maupun alumunium zicronium trichloro hydrex gly adalah bahan-bahan yang umum digunakan. Alumunium tidak diabsorbsi oleh kulit sehingga tidak peru khawatir akan berhubungan dengan kanker atau Alzheimers. Deodoran tidak untuk mengatur aliran keringat, tetapi berdasarkan atas cara kerja bakterisida atau antiseptik yang akan membunuh bakteri atau mencegah aktivitasnya. Keringat yang muncul dari kedua kelenjar keringat, yaitu ekrin dan apokrin, sebenarnya tidak berbau. Penyebab bau tersebut adalah dekomposisi keringat oleh bakteri. Pada umumnya, antiperspiran bertindak sebagai deodoran, akan tetapi deodoran tidak perlu bertindak layaknya antiperspiran. Cara mudah untuk menghadapi keringat berlebih adalah dengan menggunakan bubuk absoran pada tempat yang paling berpengaruh. Bahan-bahan antiseptik dapat terkandung dalam bubuk tersebut, seperti Asam Borat, Magnesium karbonat ringan, Talk dan parfum dengan konsentrasi kecil. Deodoran yang digemari rata-rata memiliki daya tahan untuk menjaga tidak timbulnya keringat pada ketiak, kelembutan permukaan deodoran saat pemakaian, ringan pada kulit, tidak terasa lengket, tidak timbul iritasi selama atau setelah pemakaian, serta yang terpenting ketahanan wangi deodoran tersebut. Wangi deodoran akan lebih lama jika di dalamnya terdapat bahan pengikat yang menyatukan antara zat-zat yang berfungsi deodoran-antierspiran dengan unsur parfum (wewangian).
  • 9. 3 Pembuatan dan analisis deodoran antiperspiran menggunakan tambahan serai sebagai anti mikroba bertujuan untuk menghasilkan deodoran yang memberikan rasa kenyamanan, kesegaran dan tidak berbahaya bagi kesehatan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah-masalah yang dapat diungkapkan yaitu : 1. Bagaimana proses pembuatan deodoran cair dari serai wangi? 2. Bagaimana manfaat deodoran cair dari serai wangi bagi tubuh? 3. Apakah keunggulan deodoran cair dari serai wangi dibandingan dengan produk deodoran yang lain? C. Tujuan Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pembuatan deodoran cair dari serai wangi (Cymbopogon nardus) dengan baik dan benar. 2. Mengetahui manfaat deodoran cair dari serai wangi (Cymbopogon nardus). 3. Mengetahui keunggulan deodoran cair dari serai wangi (Cymbopogon nardus).
  • 10. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jenis Serai Tumbuhan ini dapat tumbuh subur di cuaca panas dan mencapai ketinggian sekitar 2 hingga meter. Terdapat dua jenis serai yang digunakan oleh pengobatan dan perawatan tradisional untuk dijadikan obat yaitu: a) Serai biasa (Cymbopogon citratus) b) Serai wangi (Cymbopogon nardus). B. Serai Wangi (Cymbopogon nardus) Gambar 1. Tanaman Serai Wangi (Cymbopogon nardus) Klasifikasi serai wangi yaitu: Nama biasa : Citronella. Nama tempatan : Serai wangi. Kingdom : Plantae (tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (monokotil)
  • 11. 5 Subkelas : Commelinidae Ordo : Poales Famili : Poaceae(rumput-rumputan) Spesies : Cymbopogon nardus L. Rendle Serai wangi merupakan sejenis rumput yang berbau wangi dan mempunyai persamaan dengan serai makan. Serai wangi lebih kuat baunya dibanding dengan serai makan. Serai wangi digunakan pada bagian luar tubuh sedangkan serai makan boleh dimakan. Minyak yang dihasilkan dari serai wangi digunakan untuk membuat lotion (obat dioleskan pada kulit), sabun dan juga untuk anti nyamuk. Dikatakan bahwa serai wangi berasal dari India dan Sri Lanka dan baru diperkenalkan ke Malaysia dan Indonesia. Serai wangi tergolong dalam keluarga rumput yang berbau dan bentuknya adalah memanjang. Ia dapat tumbuh sehingga 1m hingga 1.5m. Daunnya berbentuk sesil dan tidak mempunyai tangkai daun, ringkas, hijau, lurus dan berlapis dan rata-rata ukurannya ialah 60cm x 2.5cm. Daunnya licin, urat daun sejajar dengan bagian pangkal dan ujung daunnya lancip. Selaput daunnya lurus dan bertindak sebagai batang. Rizomnya tegak dan kuat, menjalar, dan berwarna kekuningan apabila dipotong. Klasifikasi tanaman ini sebagai berikut: Tabel 1. Klasifikasi Tanaman Serai Wangi (Cymbopogon nardus) Serai wangi hidup secara liar di kebanyakkan negara seperti di Asia, Amerika dan Afrika. Di Malaysia kebiasaannya ditanam di bagian belakang rumah. Serai wangi merupakan sejenis tumbuhan yang kuat dan bisa menyesuaikan dalam berbagai jenis tanah dan iklim. Namun demikian ia tumbuh Divisi Spermatophyta Subdivisi Angiospermae Kelas Angiospermae Subkelas Monocotyledonae Ordo Graminales Famili Panicodiae Subfamili Panicodiae Tribe Andropoginae Genus Cymbopogon Spesies Cymbopogonnardus L.
  • 12. 6 dengan baik pada keadaan tanah yang tropis dan subur. Serai wangi tidak boleh hidup dalam keadaan tanah yang mempunyai air terlalu tergenang dan gelap. Ia dapat hidup dengan subur di kawasan lapang dan mempunyai cahaya yang cukup. C. Sifat dan Manfaat Serai 1. Kegunaan Dalam Masakan Merupakan ciri utama masakan hidangan kari daging, ayam, makanan laut dan sayur-sayuran di Malaysia, Indonesia, Sri Lanka dan India. Ia sebati dengan masakan bersantan, terutamanya dengan ayam atau makanan laut, dan terdapat berbagai resep yang tidak terkira dari Thai dan Sri Lanka yang mengeksploitasi kombinasi ini. Batang yang telah dibiak juga digunakan di dalam teh atau digunakan dalam jeruk dan dalam perisa marinades. 2. Kegunaan Dalam Kesehatan Serai dianggap diuretik, tonik dan stimulan. Ia mendorong pencernaan yang baik, dan penyediaan serai dengan lada telah digunakan untuk meringankan masalah haid dan rasa mual. Ia mendorong produksi keringat, untuk mendinginkan badan dan mengurangi demam. Ini terkenal sebagai penolak serangga (citronella) dan minyak patinya digunakan dalam memproduksi parfum. Serai (Cymbopogon ciatrus) juga dikenal sebagai Rumput sereh, Rush Sweet atau Demam. Ini adalah ramuan ajaib dengan beberapa nilai-nilai terapi dan daya penyembuhan. Manfaat kesehatan serai mencakup berbagai fitur terapi dan tindakan penyembuhan dari ramuan ini, termasuk diuretik, antiseptik, analgesik, pengeluar angin, penenang saraf, Galactogogue, tonik, obat penenang, antidepresi, penghalang bakteri, penghapus jamur, antimikroba, penurun panas tubuh, zat, menghapus bauan busuk (deodoran) dan banyak lagi yang lain. Yang pasti, manfaat serai diperoleh dari konten yang sangat kaya dengan obatan herbal: terutama antioksidan, beta karoten dan vitamin lain, sejumlah
  • 13. 7 unsur-mikro (microelemen) dan lain-lain nutrisi. Daftar penggunaan jamu ini diantaranya: a. Serai telah berabad-abad lamanya digunakan sebagai stimulan sistem imun yang efektif dan sebagai pencegah gangguan dan penyakit-penyakit serius. b. Herbal alami ini dapat membantu mencegah berbagai masalah bersangkutan pencernaan termasuk gastroenteritis, gangguan pencernaan, kehilangan nafsu makan, angin, perut kembung dan sebagainya. c. Produk serai dapat digunakan untuk merangsang sirkulasi darah dan menurunkan tekanan darah. d. Salah satu manfaat serai untuk kesehatan yang paling penting adalah menurunkan kadar kolesterol LDL dalam darah. e. Penelitian menunjukkan bahwa serai memiliki kekuatan anti-kanker yang besar dan dapat melindungi terhadap beberapa jenis kanker termasuk kanker usus besar. f. Manfaat serai termasuk sifat antibakteri dan antijamur. g. Ini adalah salah satu obat herbal yang dapat digunakan untuk mengurangi demam. Selain itu, penyembuhan yang menggandungi serai efektif dalam mengobati batuk, pilek, bronkitis dan penyakit-penyakit lain. h. Penggunaan infus serai dan minyak serai dapat mengurangi keparahan sakit arthritis dan rematik. i. Manfaat kesehatan diuretik serai dapat membantu memperbaiki fungsi ginjal dan kandung kemih, serta merangsang detoksifikasi dan mempercepat penghapusan racun dari tubuh. j. Herba serai dapat digunakan untuk melega gejala stres seperti ketakutan, kekhawatiran, kegelisahan, dan sebagainya. k. Manfaat Kesehatan serai termasuk meringankan insomnia dan gangguan tidur. l. Herba serai disarankan kepada wanita yang mengalami PMS parah atau gangguan putaran haid. m. Serai dapat digunakan untuk mengkoordinasikan (toning) otot dan jaringan. n. Manfaat serai termasuk dampak positif pengobatan keatas kulit: mencegah radang kulit, membantu menghilangkan radang bintik, jerawat, meredakan nyeri eksim, dermatitis dan sebagainya. o. nyamuk / penyemprot kimia
  • 14. 8 Banyak dikomesialkan sebagai minyak Citronella dan lilin untuk mengusir serangga, nyamuk dan pengharum rumah. p. Rasa Makanan Minyak Citronella juga digunakan sebagai agen perasa makanan, minuman, barang-barang bakar, sereal, permen, produk susu gelatin dan puding. q. Hewan Minyak sebagai bagian dari komponen bahan mencegah anjing dari kawin. r. Aromaterapi Juga digunakan dalam aromaterapi. D. Kelenjar Kulit Dan Keringat Gambar 2. Struktur dan Kelenjar pada Kulit Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, yang terdiri dari kelenjar keringat (Glandula sudorifera) yang kemudian dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: a. Kelenjar Ekrin Kelenjar Ekrin mempunyai ukuran yang kecil dan ada di pangkal dermis dengan sekret encer. Berbentuk spiral dan bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit terutama di telapak tangan, kaki, dahi, dan ketiak. Jumlahnya sekitar 1000-2000 kelenjar untuk setiap inchi kulit manusia. Kelenjar ekrin ini diatur oleh saraf kolinergik.
  • 15. 9 b. Kelenjar Apokrin Kelanjar apokrin mempunyai ukuran yang lebih besar daripada kelenjar ekrin. Terletak lebih dalam dengan sekret lebih kental. Pada waktu lahir kelenjar ini berukuran kecil, setelah puber mulai membesar dan mengeluarkan sekret. Terdapat di seluruh tubuh tetapi jumlah dan ukurannya leihbesar daripada ketiak dan lipatan paha. Apokrin dipengaruhi oleh hormon androgen (kelenjar adrenalin) dan aktivitas testosteron. E. Komposisi Terdapat perbedaan jelas antara komposisi kimia sekresi ekrin dan apokrin. Sebagian besar sekresi ekrin, 98-99% terdiri dari air. Sisanya terdiri dari campuran senyawa anorganik dan organik dengan perbandingan lebih kurang 3:1. Fraksi anorganik terutama natrium klorida, sehingga keringat rasanya asin. Disamping itu juga mengandung Kalium, Kalsium, Magnesium, Besi, Tembaga, dan Mangan. Senyawa organik dalam sekresi ekrin terdiri dari asam laktat, asam sitrat dan asam askorbat, asam lemak berbobot molekul rendah, minyak asam format, asam asetat, asam propionat, dan asam butirat. Dari keseluruhannya yang paling penting adalah asam laktat, yang membentuk sistem dapar asam laktat, menstabilkan pH sekresi ekrin dalam interval 4-7. Ada perbedaan kadar asam laktat dalam ekresi pria dan wanita, pada wanita cenderung lebih rendah. Oleh karena itu, pH keringat ekrin pria dan wanita masing-masing berkisar antara 4-7. F. Gangguan Kelenjar Keringat Gangguan fungsi kelenjar keringat dapat dibagi menjadi: 1. Hiperdrosis Hiperdrosis atau sekresi keringat berlebihan dapat setempat atau menyeluruh. Jika setempat, biasanya terjadi pada ketiak, telapak tangan dan telapak kak, dalam beberapa kasus dapat disebabkan inflamasi atau infeksi
  • 16. 10 sekunder pada kulit. Jika menyeluruh, biasanya disebabkan panas yang berlebihan, jika sangat keras, demam atau pengaruh obat tertentu. 2. Anidrosis Androsis adalah pengurangan atau kadang-kadang penghentian sekresi keringat. Kondisi ini sangat jarang terjadi. 3. Osmidrosis atau Bromidrosis Osmidrosis atau Bromidrosis adalah keadaan dimana keringat berbau, biasanya sekresi keringat aprokin, tetapi dapat juga terjadi di daerah kaki yang disebabkan peruraian bakteri keringat didaerah tersebut. 4. Kromidrosis Kromdrosis adalah kelainan warna keringat abnormal, juga ditandai aktivitas bakteri. G. Bau badan Gambar 3. Letak Keringat pada Kulit Bau keringat tidak hanya berbeda dalam perbedaan individu, juga berbeda pada beberapa daerah permukaan kulit pada individu yang sama. Bau keringat yang lebih nyata terutama didaerah ketiak dan bagian genetalia dibandingkan dengan bagian kulit lainnya, karena di kelenjar tersebut banyak terdapat kelenjar apokrin. Keringat yang keluar dar kelenjar apokrin mengandung
  • 17. 11 sejumlah besar lipid dan protein. Setelah mencapai permukaan kulit, bakteri akan meruaknya dan menghasilkan senyawa trans 3-metil-2-asamheksanoat yang menghasilkan bau tidak sedap. Bakteri dan jamur akan berperan pada pH sekresi apokrin yang netral atau agak alkali. Bakteri yang menyebabkan bau badan adalah Coccus aerob, Micrococcus, Propioni bacteri, dan Dyphteroid aerob. Bakteri-bakteri ini menguraikan ikatan proten dan lemak dalam keringat dengan cara memakan unsur-unsur yang menjadi makanan pokok bakteri ( C, H, O dan N) dan menghasilkan senyawa-senyawa yang menimnulkan bau badan (bromidrosis), meliputi asam lemak berbobot molekul rendah, termasuk asam kaproat, asam kaprilat, asam isovarelat, asam butirat, selanjutnya merkaptan, ammonia, amina alifatik dan aromatic, indol, hidrogen sulfida dan fosfin. Sedangkan keringant ekrin tidak akan berbau sekalipun terjadi inokulasi bakteri, karea keringat ekrin tidak cukup mengandung subtrat untuk pertumbuhan bakteri. Kadang-kadang dapat timbul bau yang lunak karena peruaian zat tertentu, misalnya sebum atau keratin oleh enzim bakteri yang akan bercampur dengan sekresi ekrin setelah mencapao permukaan kulit. Bau keringat yang munusuk disebabkan hasil peruraian sekresi apokrin oleh bakteri di permukaan kulit. Bau tidak enak itu dapat dikurangi atau dicehah dengan pemeliharaan kehigenisan yang baik, misalnya mandi secara teratur, sehingga pertumbuhan bakteri dihambat dan hasil peruraian yang telah terjadi dapat hilang.
  • 18. 12 H. Deodoran Gambar 4. Deodoran Antiperspiran Deodoran dan antiperspiran dikategorikan dalam kosmetika medik. Menurut definisi dan kegunaannya deodoran dan antipersipiran dapat dibedakan secara jelas. Deodoran adalah suatu zat yang mengurangi timbulnya bau keringat dengan cara mengurangi keringat oleh bakteri, sedangkan antipersipiran adalah zat yang bekerja sebagai astringen, yang dapat menyebabkan penurunan permebialitas membran kulit yang dapat mengurangi sekresi tanpa mengganggu fungsi kulit. Deodoran dan antiperspiran terdapat dalam beberapa sediaan, yaitu : 1. Padat ( batang dan serbuk) 2. Cair (splash dan roll on) 3. Aerosol (spray) I. Cara Kerja Deodoran Deodoran mengurangi bau badan dengan cara: a. Mengurangi pertumbuhan bakteri penyebab bau. Aktivitas deodoran ini dilakukan oleh bahan antibakteri seperti air rebusan batang serai. b. Deodoran juga sering diberi tambahan parfum yang bertujuan untuk menyamarkan bau badan.
  • 19. 13 BAB III PEMBUATAN DAN METODE ANALISIS A. Metode Pembuatan Metode pembuatan deodoran berbahan tanaman serai ini menggunakan bahan-bahan meliputi tawas, propilen glikol, aquades, dan tanaman serai. Hal pertama yang dilakukan adalah membersihkan tanaman serai dari akar serabut dan daunnya hingga didapatkan batang yang bersih dan siap untuk direbus. Kemudian ditimbang batang serai tersebut sejumlah 100 gram dan dimasukkan ke dalam wadah berisi 1,5 liter air. Kemudian direbus kirakira 1,5 jam hingga didapatkan larutan sebanyak 600 ml. Kemudian disiapkan 113 gram tawas alumunium yang telah halus dan dilarutkan dalam 600 ml larutan serai pada suhu sekitar 60o celcius, lalu ditambahkan 168 ml larutan propilen glikol dan 48 ml gliserol. Kemudian ditambahkan etanol absolut sebanyak 25 ml dan ditambahkan pula 20 tetes parfum sesuai aroma yang diingikan. Setelah itu dimasukkan ke dalam botol parfum ukuran 50 ml. Kemudian ditempelkan label produk yang telah disiapkan sebelumnya. B. Metode Analisis Tabel 2. Metode dan Parameter Analisis No. Analisis Metode PARAMETER 1 Fisika Organoleptik Bau Bentuk 2 Kimia Kromatografi Gas Kadar Etanol Potensiometri pH Spektofotometri Serapan Atom (SSA) Cemaran logam As, Pb, Hg, dan Fe Kadar Al 3 Mikrobiologi Perhitungan Jumlah Bakteri (PJB) Angka Lempeng Total (ALT) Pseudomonas aeruinosa Staphylococcus aureus Candida albicans
  • 20. 14 1. Analisis Fisika a. Uji Organoleptik Dasar: Contoh yang telah menjadi produk jadi diuji atas dasar kemampuan pancra indra. Kemampuan panca indera meliputi bau dan bentuk. 2. Analisis Kimia a. Uji pH secara Potensiometri Dasar: Keberadaan ion H+ dan OH- dalam larutan contoh yang diukur dengan menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi dengan buffer pH 7 dan buffer pH 10 sehingga dapat diketahui pH nya. Cara Kerja : 1. Ditimbang 1 gram contoh. 2. Dilarutkan dengan 20 ml air suling. 3. Elektroda pH-meter dicelupkan ke dalam larutan buffer pH 4. 4. Elektroda dibilas dengan air suling. 5. Elektroda pH-meter dicelupkan ke dalam larutan buffer pH 7. 6. Elektroda dibilas dengan air suling. 7. Elektroda pH-meter dicelupkan ke dalam larutan contoh. 8. Nilai pH dapat dibaca pada layar instrumen. 9. Elektroda dibilas dengan air suling. b. Penetapan Kadar Etanol Dasar: Kadar etanol dalam contoh dapat ditetapkan dengan cara Gas Chromatography (GC). Larutan contoh dipanaskan di atas titik didihnya sehingga terbentuk gas dan analit dibawa oleh fasa gerak sehingga
  • 21. 15 diperoleh peak kromatogram. Kadar contoh dapat diketahui dengan cara membandingkan peak contoh dengan peak standar. Cara kerja: 1. Ditimbang 5 gram contoh. 2. Dilarutkan dalam air suling 100 ml (terukur). 3. Di destilasi dengan alat soxhlet. 4. Disaring dengan kertas saring berabu dan dimasukan ke dalam labu ukur 100 ml. 5. Diperiksa dengan GC. Perhitungan : c. Penetapan Kadar Cemaran Logam Pb Dasar: Kadar cemaran logam Pb dapat dianalisis dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Contoh yang berupa larutan bersama dengan bahan bakar dibuat dalam bentuk aerosol dan dimasukkan ke dalam suatu pembakar.Atom bebas yang terbentuk selain dapat mengadsorbsi energi panas juga dapat mengabsorbsi energi cahaya sehingga dapat mengeksitasi atom bebas. Energi cahaya yang diserap spesifik bagi setiap unsur. Reaksi: PbCl2 Pb2+ + 2Cl- Pb + Cl2 Pb tereksitasi Pb Pb2+ + 2e
  • 22. 16 Cara Kerja : 1. Ditimbang contoh sebanyak 5 gram 2. Contoh yang telah ditimbang diabukan dalam cawan porselein. 3. Ditambahkan HCl 1:1 4. Dipanaskan hingga terbentuk larutan kuning (di dalam ruang asam) 5. Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml. 6. Dibuat deret standar Pb. 7. Diperiksa absorbansi deret standar Pb dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada 256 nm. 8. Diperiksa absorbansi contoh dengan Spektrofotoeter Serapan Atom (SSA) pada 256 nm. 9. Diplot kurva standar, dihitung kadar logam Pb dalam contoh (dalam ppm). Perhitungan : - x Fp d. Penetapan Kadar Cemaran Logam Fe Dasar: Kadar cemaran logam Fe dapat dianalisis dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Contoh yang berupa larutan bersama dengan bahan bakar dibuat ke dalam bentuk aerosol dan dimasukkan ke dalam suatu pembakar. Atom bebas yang terbentuk selain dapat mengabsorbsi energi panas juga dapat mengabsrobsi energi cahaya sehingga dapat mengeksitasi atom bebas. Energi cahaya yang diserap spesifik bagi setiap unsur. Reaksi: FeCl2 Fe2+ + 2Cl- Fe + Cl2 Fe tereksitasi Fe Fe2+ + 2e
  • 23. 17 Cara Kerja: 1. Ditimbang contoh sebanyak 5 gram. 2. Contoh yang telah ditimbang diabukan dalam cawan porselein. 3. Ditambahkan HCl 1:1. 4. Dipanaskan hingga terbentuk larutan kuning (di dalam ruang asam). 5. Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml. 6. Dibuat deret standar Fe. 7. Diperiksa absorbansi contoh dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada 267 nm. 8. Diperiksa absorbansi contoh dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada 267 nm. 9. Diplot kurva standar, dihitung kadar logam Fe dalam contoh (dalam ppm). Perhitungan: - XFp e. Penetapan Kadar Cemaran Logam Hg Dasar Contoh diperarang dengan pengabuan basah yaitu dengan perendaman dengan aqua regia selama sehari semalam sehingga Hg dalam contoh akan menjadi HgCl2. Diperiksa dengan SSA sebagai logam Hg. Reaksi : HgCl2 + SnCl2 Hgo + SnCl4 Cara Kerja: 1. Ditimbang contoh sebanyak 5 gram. 2. Ditambahkan aqua regia 20 ml. 3. Didiamkan selama 1 malam, hingga contoh larut. 4. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
  • 24. 18 5. Diencerkan dengan menambahkan air suling hingga tanda tera, kemudian dihimpitkan dan dihomogenkan. 6. Dibuat deret standar Hg. 7. Diperiksa absorbansi deret standar Hg dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada tertentu. 8. Diperiksa absorbansi contoh dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada tertentu. 9. Diplot kurva standar, dihitung kadar Hg dalam contoh (dalam ppm). Perhitungan : - XFp f. Penetapan Kadar Cemaran Logam As Dasar: Contoh diperarang dengan pengabuan basah yaitu dengan perendaman dengan aqua regia selama sehari semalam sehingga As dalam contoh akan menjadi AsCl4. Diperiksa dengan SSA sebagai logamAs. Reaksi: AsCl2 As2+ + 2Cl- As + Cl2 As tereksitasi As As2+ + 2e Cara Kerja : 1. Ditimbang contoh sebanyak 5 gram. 2. Ditambahkan aqua regia 20 ml. 3. Didiamkan selama 1 malam, hingga contoh larut. 4. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
  • 25. 19 5. Diencerkan dengan menambahkan air suling hingga tanda tera, kemudian dihimpitkan dan dihomogenkan. 6. Dibuat deret standar As. 7. Diperiksa absorbansi deret standar As dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada tertentu. 8. Diperiksa absorbansi contoh dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada tertentu. 9. Diplot kurva standar, dihitung kadar As dalam contoh (dalam ppm). Perhitungan : g. Penetapan Kadar Al Dasar: Kadar Al dapat dianalisis dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Contoh yang berupa larutan dengan bahan bakar dibuat ke dalam bentuk aerosol dan dimasukkan ke dalam suatu pembakar. Atom bebas yang terbentuk selain dapat mengabsorbsi energi panas juga dapat mengabsrobsi energi cahaya sehingga dapat mengeksitasi atom bebas. Energi cahaya yang diserap spesifik bagi setiap unsur. Reaksi: Al terkesitasi Al Al3+ + 3e- Cara Kerja: 1. Ditimbang contoh sebanyak 5 gram 2. Contoh yang telah ditimbang diabukan dalam cawan porselein. 3. Ditambahkan HCl 1:1
  • 26. 20 4. Dipanaskan hingga terbentuk larutan kuning (di dalam ruang asam) 5. Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml. 6. Dibuat deret standar Al. 7. Diperiksa absorbansi deret standar Al dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada tertentu. 8. Diperiksa absorbansi contoh dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada tertentu. 9. Diplot kurva standar, dihitung kadar logam Al dalam contoh (dalam ppm). Perhitungan : 3. Analisis Mikrobiologi a. Penetapan Angka Lempeng Total (ALT) Dasar: Dilakukan pengenceran 10-1 , 10-2 , 10-3 dari contoh dengan media Plate Count Agar (PCA) dan diinkubasi selama 24-28 jam dengan suhu 28o C, maka bakteri dapat dihitung jumlahnya. Cara Kerja: 1. Disiapkan tabung reaksi dan sumbatnya yang telah disterilkan. 2. Dipipet 1 ml contoh kedalam tabung reaksi yang telah diberi label sebagai 10-1 . 3. Pada tabung reaksi 10-1 ditambahkan 9 ml Larutan Fisiologis (LF) dan dihomogenkan. 4. Dipipet 1 ml larutan dari tabung reaksi 10-1 , dimasukkan ke dalam tabung reaksi berlabel 10-2 . Ditambahkan 9 ml LF dan dihomogenkan. 5. Dipipet 1 ml larutan dari tabung reaksi10-2 , dimasukkan ke dalam tabung reaksi berlabel 10-3 . Ditambahkan 9ml LF dan dihomogenkan.
  • 27. 21 6. Disiapkan tabung reaksi blanko yang hanya berisi LF sebanyak 10 ml. 7. Dipipet masing-masing 1 ml dari setiap tabung reaksi (10-1 , 10-2 , 10-3 dan blanko). Dimasukkan ke dalam cawan petri. Masing-masing diperlakukan duplo (kecuali untuk blanko). 8. Ditambahkan media PCA (Plate Count Agar) pada masing-masing cawan petri. Dihomogenkan. Dibiarkan membeku pada suhu kamar. 9. Disiapkan juga 1 cawan petri untuk media kontrol. 10. Dihitung jumlah koloni yang tumbuh. Perhitungan: Jika jumlah koloni bakteri < 30, maka diambil rata-rata dari pengenceran terendah. b. Penetapan Pseudomonas aeruginosa Dasar: Setiap bakteri dapat dibiakkan pada media tertentu. Pseudomonas aeruginosa dapat tumbuh pada media Centrimide Agar (CA) dan diinkubasi pada suhu 35 o C selama 24-28 jam. Cara Kerja: 1. Diambil satu mata ose contoh. 2. Dibiakkan pada cawan petri yang berisi Centrimide Agar (CA) yang telah membeku. 3. Digoreskan pada cawan tersebut. 4. Diinkubasi pada suhu 35 o C selama 24-28 jam. 5. Dilihat pertumbuhan bakteri pada media tersebut. Perhitungan:
  • 28. 22 c. Penetapan Staphylococcus aureus Dasar: Setiap bakteri dapat dibiakkan pada media tertentu. Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada media Manitol Salt Agar (MSA) dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24-28 jam. Cara Kerja: 1. Diambil satu mata ose contoh. 2. Dibiakkan pada cawan petri yang berisi Manitol Salt Agar (MSA) yang telah beku. 3. Digoreskan pada cawan agar tersebut. 4. Diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24-28 jam. 5. Dilihat pertumbuhan bakteri pada media tersebut. Perhitungan: d. Penetapan Candida albicans Dasar: Setiap bakteri dapat dibiakkan pada media tertentu. Candida albicans dapat tumbuh pada media Potato Dextrose Agar (PDA) dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24-28 jam. Cara Kerja: 1. Diambil satu mata ose contoh. 2. Dibiakkan pada cawan petri yang berisi Potato Dextrose Agar (PDA) yang telah beku. 3. Digoreskan pada cawan agar tersebut. 4. Diinkubasi pada suhu 35 o C selama 24-28 jam. 5. Dilihat pertumbuhan bakteri pada media tersebut. Perhitungan:
  • 29. 23 C. Kewirausahaan Tabel 3. Perhitungan Pengeluaran Total Rp106,400.00 untuk pembuatan 10 kemasan deodoran Harga total penjualan 10 kemasan deodoran Rp135.000.00 Keuntungan = × 100% No BAHAN BAKU JUMLAH ANGGARAN 1 Propilen Glikol 45 ml Rp26,000.00 2 Etanol Absolut 7 ml Rp6,000.00 3 Aquadest 405 ml Rp800.00 4 Serai Wangi 27 gram Rp700.00 5 Gliserol 12 ml Rp41,500.00 6 Parfum 1 ml Rp300.00 7 Tawas 31 gram Rp6,100.00 8 Kemasan 10 botol Rp25,000.00 Total Rp106,400.00
  • 30. 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis yang dilakukan terhadap contoh deodoran antiperspiran cair dibandingkan dengan SNI deodoran cair No. 16-4951-1998 yaitu: Tabel 4. Perbandingan Hasil dengan Standar No Parameter Satuan Hasil Standar 1 Bau - Normal Normal 2 Bentuk - Normal Normal 3 Ph - 5,06 4,4 – 7,0 4 Etanol %v /v 1,66 Maks. 5 5 Kadar Al %b /b 0,90 Maks. 17 6 Kadar Pb Ppm 0,6 Maks. 10 7 Kadar Fe Ppm 1,5 Maks.5 8 Kadar As Ppm < 2,35 x 10-3 Maks.2 9 Kadar Hg Ppb < 2,16 Negatif 10 Angka Lempeng Total Kol/g 1,1 x 102 Maks. 105 11 Pseudomonas aeruginosa Kol/g Negatif Negatif 12 Staphylococcus aureus Kol/g Negatif Negatif 13 Candida albicans Kol/g Negatif Negatif Pada uji hedonik, untuk kriteria bau dan bentuk sama sama banyak diminati. Pada analisis Hg dan As didapatkan absorbansi negatif sehingga dilakukan perhitungan dengan Limit Deteksi dan didapatkan hasil kurang dari limit deteksi. Dari parameter uji yang telah dilakukan untuk produk deodoran cair dengan penambahan serai wangi dinyatakan lulus standar SNI No. 16-4951- 1998.
  • 31. 25 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Dari proses pembuatan dan analisis deodoran cair untuk parameter uji Hg didapatkan hasil dibawah limit deteksi, untuk parameter uji yang lain telah memenuhi SNI No. 16-4951-1998. B. Saran Jika nanti produk deodoran diproduksi dalam skala industri, disarankan untuk membuat kemasan yang lebih menarik contohnya dalam bentuk aerosol agar konsumen lebih tertarik memilih produk deodoran. Dilakukan juga perhitungan persen rendemen agar dapat diketahui konsentrasi zat aktif dalam deodoran tersebut sehingga penggunaan bahan menjadi efisien.
  • 32. 26 DAFTAR PUSTAKA Dwi, Nungki. “Minyak Serai Wangi sebagai Minyak Atsiri”.28 Desember 2011.http://nungkisyalalala.blogspot.com/2011/12/minyak-serai-wangi-sebagai- minyak.html 1985. Formulasi Kosmetika. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Anonimous. 2006. Hidrokoloid dan Gum. http://www.pikiranrakyat.com Anonimous. 2007. Hilangkan Si BB dengan Alami. http://www.perempuan.com Anonimous. Tanpa Tahun. Antiperspiran yang Tepat. http://klinikpria.com Anonimous. Tanpa Tahun. Ceritera Ngeri Soal Deodoran dan Kanker Muncul Lagi. http://www.kompasmedia.com Anonimous. Tanpa Tahun. Deodoran Aman Dipakai, Tapi Antiperspiran Tidak!. http://www.perempuan.com Anonimous. Tanpa Tahun. Deodoran, Antiperspiran, dan Kanker Payudara. http://pfizerpeduli.com
  • 33. 27 LAMPIRAN A. DATA HASIL ANALISIS 1. Nilai pH = 5,06 2. Kadar Etanol Area rata-rata= 964357,5 Intersep = 19691,5 Slope = 569964,7 Regresi = 0,9998 Fp = 0 3. Kadar As Abs = negatif (-) Intersep = -2,12 x 10-3 Slope = 1,26 x 10-3 Regresi = 0,9996 Fp = 5x Limit deteksi = < 2,35 x 10-3 ppm 4. Kadar Hg Abs = negatif (-) Intersep = 4,42 x 10-3 Slope = 1,1352 x 10-3 Regresi = 0,9952 Fp = 5x Limit deteksi = < 2,16 x 10-3 ppm 5. Kadar Pb Abs rata-rata = 0,0041 Intersep = 0,0009 Slope = 0,0261 Regresi = 0,9999 Fp = 5x 6. Kadar Fe Abs rata-rata = 0,0179 Intersep = 0,0014 Slope = 0,0552 Regresi = 0,9995 Fp = 5x
  • 34. 28 7. Kadar Al ppm setelah pengenceran = 0,36 ppm Fp = 25000 8. Angka Lempeng Total Konsentrasi Simplo Duplo Rata-rata 10 -1 10 12 11 10 -2 6 4 5 10 -3 6 0 3 Blanko 0 9. Pseudomonas aeruginosa = 0 Koloni 10. Staphylococcus aureus = 0 Koloni 11. Candida albicans = 0 koloni B. PERHITUNGAN HASIL ANALISIS 1. Nilai pH= 5,06 2. Kadar Etanol 3. Kadar As Abs negatif (-) < 2,36 x 10-3 ppm (LD) 4. Kadar Hg Abs negatif (-) < 2,16 ppb(LD) 5. Kadar Pb
  • 35. 29 6. Kadar Fe 7. Kadar Al = 0,9% 8. Angka Lempeng Total n < 30, rata-rata n x kebalikan faktor pengenceran ALT = 11 x 10 = 1,1 x 102 koloni/gram 9. Pseudomonas aeruginosa = Negatif (-) 10. Staphylococcus aureus = Negatif (-) 11. Candida albicans = Negatif (-)