2. Perkembangan teknologi manusia purba
• KOMPAS.com - Manusia purba diketahui telah mengembangkan teknologi,
meskipun belum mengenal tulisan ataupun bahasa.
• Teknologi yang dikembangkan tentunya masih sangat sederhana, yaitu bermula dari
bebatuan.
• Oleh manusia purba, bebatuan yang ditemukan di alam sekitar digunakan untuk
membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
• Teknologi bebatuan ini berkembang dalam kurun waktu yang sangat panjang. Hal
inilah yang kemudian menjadi dasar para ahli membagi kebudayaan zaman batu ke
dalam tiga zaman, yaitu Paleolitikum (batu tua), Mesolitikum (batu madya), dan
Neolitikum (batu tengah).
3. Teknologi batu dan tulang
• Peralatan pertama yang digunakan oleh manusia purba adalah alat-alat dari bahan batu dan tulang.
• Teknologi sederhana ini berkembang pada Zaman Paleolitikum, yang berlangsung sekitar 600.000 tahun lalu.
• Pada periode ini, alat-alat batu dan tulang yang digunakan manusia purba masih sangat sederhana dan
kasar.
• Peralatan itulah yang menemani mereka memenuhi kebutuhan hidup, yang masih dengan cara berburu dan
mengumpulkan makanan atau food gathering.
• Hasil kebudayaan manusia purba pada periode ini secara umum dapat dibagi menjadi dua, yakni
Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong. Sebab, peninggalan mereka banyak ditemukan di dua
wilayah tersebut.
• Hasil Kebudayaan Pacitan meliputi kapak genggam, kapak perimbas, dan alat-alat serpih (flakes).
• Sedangkan peralatan yang termasuk Kebudayaan Ngandong adalah kapak genggam, alat-alat dari tulang
hewan, ujung tombak, dan flakes.
4.
5. Budaya pacitan
• Dikutip dari buku Sejarah Asia Tenggara oleh Yoseph Vincent Panggabean, kebudayaan Pacitan
adalah kebudayaan manusia purba Pitecantrophus Erectus yang menghuni lapisan tengah dari
Pleistosen. Alat-alat batu dari Pacitan ini ditemukan oleh Van Koenigswald pada tahun 1935 di
Sungai Baksoko, Desa Punung, Pacitan, Jawa timur.
• Bentuk dari alat-alat batu yang ditemukan masih sangat sederhana dan kasar. Kemungkinan
alat-alat tersebut digunakan untuk menusuk dan menggali tanah. Para ahli berpendapat bahwa
penemuan alat-alat batu di Pacitan disebut dengan kapak genggam. Selain itu, para ilmuan
menyebut alat-alat pacitan sebagai chopper atau alat penetak.
• Dikutip dari buku IPS Terpadu (Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah) oleh Nana Supriatna, dkk.,
ciri utama kebudayaan Pacitan adalah bentuk dari alatnya yang tidak bertangkai dan cara
menggunakannya dengan digenggam. Jenis alat yang paling banyak ditemukan di Pacitan adalah
alat-alat kecil seperti kapak perimbas, kapak penetak, dan alat serpih atau dikenal dengan flake.
• Selain di Pacitan, alat-alat ini juga ditemukan di daerah Sukabumi Jawa Barat, Perigi dan
Gombong Jawa Tengah, Tambangsawah Bengkulu, Lahat Sumatera Selatan, serta pulau-pulau di
daerah Timur Indonesia.
6.
7. Budaya ngandong
• Kebudayaan Ngandong adalah kebudayaan manusia prasejarah
di Indonesia yang berkembang di daerah Ngandong, Kabupaten Blora
(Provinsi Jawa Tengah), dekat Kabupaten Ngawi (Provinsi Jawa Timur).
Kebudayaan ini berkembang di Zaman Paleolitikum atau zaman batu tua,
tepatnya di lapisan pleistosen atas. Kebudayaan ini dicirikan dengan
penggunaan tulang yang umumnya berasal dari tulang binatang yang
berukuran sedang hingga besar.[1] Di Kebudayaan Ngandong, banyak
ditemukan artefak berupa kapak genggam dari batu, flakes (alat-alat
serpih berukuran kecil yang terbuat dari tulang), belati, ujung tombak dari
tanduk menjangan yang diruncingkan, dan duri ikan pari.
• Dari jenis-jenis alat yang ditemukan di Situs Ngandong, dapat disimpulkan
bahwa cara hidup masyarakat saat itu adalah berburu dan mengumpulkan
makanan.[2] Sedangkan berdasarkan lokasi ditemukannya alat-alat yang
berada di dekat penemuan fosil manusia purba Homo wajakensis di
daerah Ngandong dan Homo soloensis di daerah Ndirejo, Sragen, Jawa
Tengah, dapat disimpulkan bahwa kedua jenis manusia purba itulah
pelaku Kebudayaan Ngandong.
8.
9. Penjelasan singkat tentang budaya pacitan dan
ngandong
• Kebudayaan Pacitan adalah kebudayaan manusia prasejarah dari
Zaman Paleolitikum yang berkembang di daerah Pacitan, Jawa Timur.
Peneliti awal kebudayaan Pacitan adalah G.H.R. von Koenigswald.