4. Pengertian Ada 3
pembahasan
Apa itu
Haram?
Apa itu
Kaidah?
Apa itu Halal?
Terdapat 2 pengertian
Terbagi menjadi 2
Terdapat pengertian, pembagian, penerapan
dandan pengecualian
5. Apa itu halal?
" ما
أطلق
الشرع
فعله
مأخوذ
من
الحل "
" كل
شيئ
ال
يعاقب
عليه
باستعماله "
Pengertian yang kedua ini berkaitan
dengan kebolehan manfaat memakan,
meminum, dan mengerjakan sesuatu
yang kesemuanya ditentukan
berdasarkan nash. Halal merupakan
sinonim dari mubah dalam wacana
hukum syara’ karena seringkali nash
menggunakannya.
Pengertian yang pertama ini menunjukkan
bahwa kata halal menyangkut kebolehan
menggunakan benda-benda atau apa saja untuk
memenuhi kebutuhan fisik, termasuk di
dalamnya makanan, minuman, obat-obatan.
Click here to add content of the text, and briefly explain your point of view.
6. Apa itu haram?
Pengertian haram, secara etimologis adalah berarti sesuatu yang dilarang
menggunakannya. Dalam istilah Hukum Islam haram bisa dipandang dari
dua segi: pertama, dari segi batasan dan esensinya, dan kedua, dari segi
bentuk dan sifatnya.
Haram merupakan larangan Allah yang pasti terhadap suatu perbuatan
yang jika dikerjakan berdosa, sedangkan jika ditinggalkan mendapat pahala.
Haram dibagi menjadi dua, yakni :
1. Haram lidzatihi adalah perbuatan yang diharamkan karena bahayanya
terdapat dalam zat perbuatan itu sendiri
2. Haram lighoirihi adalah perbuatan yang diharamkan selain zatnya.
"معنى ما
هو
الحرام "؟
7. Apa itu Kaidah?
Kaidah fiqh merupakan sebuah rumusan umum dari
beragam persoalan furû’iyah yang tak terhitung
jumlahnya dan memiliki keserupaan ‘illah (ratio
legis), yang mana keserupaan ‘illat itu bersesuaian
dengan dalil nash dan prinsip-prinsip dasar syariat.
Hukum-hukum hasil generalisasi itu kemudian
dirumuskan dalam sebuah prinsip dasar yang
berfungsi untuk menelaah kembali persoalan--
persoalan lain yang memiliki kesamaan ‘illah.
Kaidah Fiqh
8. Kaidah Halal dan Haram
“Tidaklah perkara halal dan haram
berkumpul kecuali yang haram akan
mengalahkan yang halal. “
Rasulullah SAW.
"ام عمتجا لالحلا مارحلاو الإ بلغ
مارحلا "لالحلا Hadits ini secara tegas menyatakan bahwa, apabila unsur haram dan halal berkumpul
dalam satu persoalan, maka aspek haramnya pasti lebih dominan. Dari sini para
ulama kemudian merumuskan keharaman daging hewan sembelihan yang telah
bercampur dengan daging bangkai, sebab di sini sudah terdapat percampuran (ijtima’)
antara unsur halal dan unsur haram. Daging sembelihan yang pada mulanya adalah
halal, akan menjadi haram gara-gara bercampur dengan daging bangkai yang
notabene haram. Kesimpulan ini merupakan hasil ijtihad ulama saat menggali
substansi hadits Nabi Saw., tersebut.
Hal yang sama berlaku pada anak binatang yang dilahirkan dari proses pembauran
antara induk (jantan/betina) yang dagingnya halal dimakan, dengan induk lain yang
dagingnya haram dimakan. Anak hasil pembauran itu dihukumi haram karena salah
satu induknya adalah “binatang haram”. Sebab ia tercipta dari hasil percampuran
antara sperma/ovum yang haram dengan yang halal. Dan masih banyak lagi persoalan-
persoalan lain yang memiliki kemiripan karakter dengan dua contoh di atas, yang mana
semua itu menghasilkan satu kesimpulan hukum, yaitu haram.
9. Kesimpulan dari Penerapan Kaidah "Halal dan
Haram"
Contoh Kaidah
Contoh dari pemberlakuan kaidah ini adalah jika terdapat dua
bejana, bejana yang pertama berisi daging bangkai dan bejana
yang kedua berisi daging sembelihan (mudzakka), sementara kita
tidak mengetahui di antara kedua bejana dimana yang berisi
daging yang senbelihan dan didmana daging yang berisi bangkai.
Dalam kondisi demikian, kita tidak boleh mengambil salah
satunya hanya dengan alasan diantara daging itu terdapat daging
yang halal. Sebab saat itu terjadi percampuran antara unsur halal
yakni bejana yang berisi daging semblihan dengan unsur haram
yakni bejana yang berisi daging bangkai, maka ketentuan hukum
yang mendominasi adalah pada unsur yang haram.
Penjelasan Kaidah
Penjelasan dari kaidah ini adalah disebabkannya suatu
perkara yang haram itu sudah barang tentu
menyimpan kerusakan, baik langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, sebagai langkah prefentif
untuk menghindari dari kerusakan tersebut, ketika
suatu barang yang mengandung unsur haram terhadap
semua barang yang telah bersatu tersebut. Dengan
kata lain, lebih baik melepaskan barang yang halal, dari
pada mengonsumsi barang haram yang dianggap halal.
اَذإ
ََعَمَتْاج
َ
ل َ
لاَحْلا
َ
امَرَحْلاَو
ََبَلَغ
امَرَحْلا
Artinya : apabila sesuatu yang halal berkumpul dengan yang haram, maka yang
menang adalah yang haram.
10. PENGECUALIAN KAIDAH ADA 7 :
1
2 3
4
Diperbolehkan berijtihad untuk menentukan
antara bejana yang suci dengan bejana yang
najis, walaupun melakukan tayammum sebagai
upaya menghindari keraguan dianggap lebih baik,
karena hal ini oleh para ulama dianggap tindakan
yang lebih hati-hati.
Diperbolehkan berijtihad dalam
menentukan baju yang suci tetkala
tercampur dengan baju najis, dengan
pertimbangan seperti kasus bejana di
atas.
Dihalalkan bagi kaum laki-laki memakai baju
yang ditenun dari bahan-bahan campuran,
seperti sutra (haram bagi laki-laki) dengan kapas
(halal), dengan catatan jika kain sutra yang
digunakan relatif sedikit dibanding dengan kain
kapasnya.
Dihalalkan untuk memakan burung hasil buruan yang
terjatuh karena terkena panah atau alat pemburu lainnya.
Huku halal ini tetap berlaku meskipun brurung tersebut mati
setelah jatuh ke tanah. Dalam kasus ini ada dua titik tekan
yang berlawanan: pertama; luka akibat tekena panah adalah
sesuatu yang menghalalkan, kedua; jatuhnya burung tersebut
ke tanah merupakan suatu hal yang mengharamkan. Akan
tetapi karena jatuhnya burung ke tanah merupakan suatu hal
yang tidak mungkin dihindari, maka hukumnya dimaafkan.
11. Enter Title
5
6
7
Diperbolehkan melakukan transaksi bisnis
dengan orang yang mayoritas uangnya adalah
uang haram, dengan catatan bahwa nilai nominal
uang halal dan uang haram itu tidak diketahui
secara pasti berapa jumlahnya. Namun, hal ini
menurut alGhazali hukumnya tetap haram
sebagai langkah (berhati-hati). Pendapat senada
juga pernah ditegaskan oleh ‘Izzuddin bin Abd al-
Salam dan Adzra’i.
Dimakruhkan menerima pemberian pemerintah yang
telah diketahui bahwa mayoritas uangnya adalah
haram, jika memang penerima belum sampai tahap
yakin bahwa apa yang diterimanya diperoleh dengan
cara-cara haram. Jika diyakini uang itu memang benar-
benar diperoleh dengan cara haram, seperti korupsi,
pungli (pungutan liar), dan lain sebagainya, ataupun
diambil dari perbuatan maksiat, maka hukum meneri-
manya haram.
Kambing yang pernah memakan barang haram
(milik orang lain), susu dan dagingnya dihukumi
halal, walaupun barang haram itu telah
bercampur dengan daging dan susunya. Dalam
kasus seperti ini, pemilik hewan sebenarnya
diwajibkan mengganti rugi segala sesuatu yang
telah dimakan kambingnya. Namun al-Ghazali
menyarankan agar kita tidak memakannya. Sebab
menurut sang Hujjah al-Islam ini, tidak memakan
daging atau meminum susu. kambing tersebut
merupakan tindakan warâ’.warâ
13. Dalil ketetapan Kaidah
Kesungguhan dalam rangka menjelaskan mengenai hukum atas percampuran antara yang
halal dan yang haram, ulama mengungkapkan kaidah “Apabila bercampur antara yang
halal dan yang haram, maka percampuran tersebut dihukumi haram” (idza ijtama’ al-halal
wa al-haram ghuliba al-haram). Dalam beberapa kitab fiqih kaidah ini digunakan untuk
menjelaskan hukum benda yang bercampur antara yang halal dengan yang haram, atau
antara benda najis dengan benda suci.
Kaidah ini dinilai tepat diaplikasikan terhadap benda yang cair dan larut sehingga tidak
dapat dibedakan. Oleh karena itu, kaidah ini hanya berlaku pada kasus percampuran
benda halal dengan benda lain yang haram atau percampuran benda yang suci dengan
benda lain yang najis, hal mana benda-benda tersebut termasuk benda cair, sehingga
memungkinkan terjadi percampuran yang bersifat larut.
Sedangkan apabila pemisahan antara yang halal dari yang haram dapat dilakukan,
misalnya dalam kasus percampuran antara harta yang halal dan yang tidak halal, maka
kaidah (idza ijtama’ al-halal wa al-haram ghuliba al-haram) ini tidak bisa diterapkan, dan
yang lebih tepat adalah menggunakan kaidah pemisahan yang halal dari yang haram
(tafriq baina al-halal ‘ani al-haram).
14. Penerapan Kaidah
Teori tafriq al-halal ‘an al-haram digunakan di fatwa ulama Nusantara dengan pertimbangan bahwa dalam konteks
Indonesia kegiatan ekonomi untuk mendukung PDB Syariah belum bisa dilepaskan sepenuhnya dari sistem ekonomi
konvensional yang ribawi. Setidaknya institusi ekonomi Syariah berhubungan dengan institusi ekonomi konvensional yang
ribawi dari aspek permodalan, pengembangan produk, maupun keuntungan yang diperoleh dari proses-proses transaksi
tersebut. Teori tafriq al-halal min al-haram merupakan pengecualian dari kaidah umum yang diketahui masyarakat, yaitu
idza ijtama‘a al-halal wa al-haram ghuliba al-haram.
Pengecualian ini penting dikembangkan terutama dalam hal percampuran harta yang halal dengan harta yang haram
bukan karena substansinya (lidzatihi), tetapi haram karena prosesnya (lighairihi). Sebelum melakukan penghitungan PDB
Syariah perlu dilakukan berbagai persiapan dan perencanaan dalam perumusan PDB Syariah, antara lain: Penentuan
definisi halal suatu komoditas barang/jasa baik yang digunakan sebagai input, barang antara, maupun output; penyusunan
daftar komoditas yang telah jelas ketidak-haramannya dan mengeluarkan komoditas yang tidak sesuai prinsip syariah dari
penghitungan; lalu melakukan simulasi penghitungan PDB Syariah hingga didapatkan formula dan input penghitungan
yang tepat, sesuai, dan komprehensif.
Dalam Teori Tariq Al-Halal'an Al-Haram
16. Kesimpulan
Dari pembahasan ini kita dapat mengambil suatu kesimpulan diantarnya adalah sebagai berikut:
Pengertian tentang halal dalam pembahsan ini ada dua yaitu, yang pertama ini menunjukkan bahwa kata halal
menyangkut kebolehan menggunakan benda-benda atau apa saja untuk memenuhi kebutuhan fisik, termasuk di
dalamnya makanan, minuman, obat-obatan. Pengertian yang kedua ini berkaitan dengan kebolehan manfaat
memakan, meminum, dan mengerjakan sesuatu yang kesemuanya ditentukan berdasarkan nash. Halal
merupakan sinonim dari mubah dalam wacana hukum syara’ karena seringkali nash menggunakannya.
Haram merupakan larangan Allah yang pasti terhadap suatu perbuatan yang jika dikerjakan berdosa, sedangkan
jika ditinggalkan mendapat pahala. Haram dibagi menjadi dua, yakni
1. Haram lidzatihi adalah perbuatan yang diharamkan karena bahayanya terdapat dalam zat perbuatan itu
sendiri
2. Haram lighoirihi adalah perbuatan yang diharamkan selain zatnya
Penjelasan dari kaidah idza ijtama’a al-halal wa al-haram ghuliba al-haram adalah disebabkannya suatu perkara
yang haram itu sudah barang tentu menyimpan kerusakan, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu, sebagai langkah prefentif untuk menghindari dari kerusakan tersebut, ketika suatu barang yang mengandung
unsur haram terhadap semua barang yang telah bersatu tersebut. Dengan kata lain, lebih baik melepaskan
barang yang halal, dari pada mengonsumsi barang haram yang dianggap halal.
Menurut pribadi...
18. Enter Title
Enter Title
Click here to add content of
the text, and briefly explain
your point of view.
Enter Title
Click here to add content of
the text, and briefly explain
your point of view.
Enter Title
Click here to add content of
the text, and briefly explain
your point of view.
Enter Title
Click here to add content of
the text, and briefly explain
your point of view.
19. Enter Title
Enter Title
Click here to add content of the text,
and briefly explain your point of view.
Enter Title
Click here to add content of the text,
and briefly explain your point of view.
Click here to add content of the text,
and briefly explain your point of view.
20. Enter title
Enter title
Click here to add
content of the text,
and briefly explain
your point of view
Enter title
Click here to add content of the text,
and briefly explain your point of view
Enter title
Click here to add content of the text,
and briefly explain your point of view
Enter title
Click here to add content of the text,
and briefly explain your point of view
Enter title
Click here to add content of the text,
and briefly explain your point of view
Enter title
Click here to add content of the text,
and briefly explain your point of view