Teks tersebut membahas tentang pemahaman yang salah terhadap Allah sebagai Allah yang hanya berkuasa atas kehidupan di dunia saja. Pemahaman ini menyebabkan manusia hanya mengejar kesenangan dan prestasi duniawi. Seharusnya kita memahami Allah sebagai Allah yang hidup dan orang mati, sehingga kita dapat menyatakan kasih kepada Allah dan manusia meskipun dihadapkan pada kejahatan dunia.
3. Agama yang Membunuh Allah
• Wajah Yesus manakah yang harus kita
hadirkan di dalam wajah dan sikap kita?
• “Agama sebagai pembawa anugerah” menjadi
ungkapan yang semakin klise!
• “Allah orang yang hidup” hanya bermakna jika
para penganut agama menghadirkan
kehidupan di tengah ancaman kematian.
• Ketika agama menempatkan diri sebagai
pelaku kekerasan, saat itulah Allah “menjadi
mati” dan menjadi “Allah orang mati”
4. Berharap kepada Tuhan,
Bukan Manusia
• Ayub yang bergumul dengan sakit
penyakit dan masalah hidupnya yang
bertubi-tubi
• Tetapi, bukannya dihibur, semua orang
malah mengejek dan meninggalkannya.
• Semua orang yang dibanggakan ternyata
gagal menghadirkan kasih Allah, bahkan
menolak dan mematikan harapannya.
5. Berharap kepada Tuhan,
Bukan Manusia
• Kadangkala, tempat berlindung ternyata menjadi
tempat yang paling berbahaya dan mematikan.
• Ayub mengira keluarga-sahabat-tetangganya menjadi
teman dalam suka dan duka, tetapi mereka justru
memupuskan harapannya.
• Ayub berharap “Kiranya perkataanku ditulis, dicatat
dalam kitab, terpahat dengan besi pengukir dan timah
pada gunung batu untuk selama-lamanya!” (Ayb
19:24).
• Tulisan itun menjadi peringatan agar semua pembaca
tidak lagi menaruh harapannya kepada manusia.
6. Berharap kepada Tuhan,
Bukan Manusia
• Ayub berkata: “Tetapi aku tahu:
Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan
bangkit di atas debu. Juga sesudah kulit
tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku
pun aku akan melihat Allah” (Ayat 25-
26).
• Ayub meneguhkan keyakinannya kepada
Tuhan bahwa Dialah Penebusnya.
7. Berharap kepada Tuhan,
Bukan Manusia
• “Ia akan bangkit di atas debu” menggambarkan
kehinaan dan ketidakberdayaannya yang akan
dipulihkan oleh Tuhan.
• Ayub percaya: “Aku sendiri akan melihat Tuhan
memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-
Nya dan bukan orang lain” (ayat 27).
• Karena itu hatinya sangat merindukan saatnya
Tuhan bertindak menolongnya.
8. • Sam Haris: “The End of Faith: Religion, Terror, and
the Future of Reason”,
• Dalam perjalanan sejarah, agama-agama hadir
membawa kekerasan, kekejaman dan kematian.
• Karena itu, Harris memandang agama sebagai
akar segala kejahatan (the root of evil).
• Ini bertolak belakang dengan berita yang
disampaikan oleh agama-agama, yang datang
membawa kehidupan dan keselamatan.
9. • Agama-agama dan umat beragama kerap bersaing
mengejar prestasi duniawi, kekuasaan duniawi yang
lebih hebat dan keuntungan yang lebih besar.
• Mereka mengejarnya dengan berbagai cara:
mengelabui orang lain, memaksa orang lain, merebut
kebebasan orang lain dan mengancam orang lain.
• Hal ini disebabkan oleh pemahaman yang sempit
mengenai Allah yang hidup, yang hanya berkuasa atas
hidup manusia di masa kini saja. Akibatnya, manusia
tidak memiliki rasa takut dan hormat akan Allah,
sehingga manusia terus mengejar kesenangan dan
kehormatan duniawi semata.
10. • Kaum Saduki: Allah hanya berkuasa di bumi ini
saja.
• Tidak ada kebangkitan orang mati
• Akibatnya, mereka membuat pengharapan
manusia hanya untuk hidup di masa kini saja.
• Manusia akhirnya hidup untuk mengejar
prestasi dan kesenangan duniawi semata.
11. • Kasus pernikahan levirat: Seorang wanita
secara berturut telah diperistri 7 orang
saudara selama hidup di dunia.
• Musa tidak pernah mengajarkan mengenai
kebangkitan orang mati.
• Allah hanya berkuasa atas manusia yang hidup
saja.
• Jika ada kebangkitan orang mati, tentulah
akan terjadi kekacauan relasi di dalam sorga
12. • Musa mengenal Allah sebagai Allah orang hidup dan
orang mati. Daialah Allah Abraham, Allah Ishak dan
Allah Yakub, yang persekutuan-Nya sepanjang masa
dengan orang-orang benar
• Setiap orang yang dianggap layak oleh Tuhan, kelak
untuk memperoleh bagian dalam kehidupan sorgawi.
• Allah adalah Allah yang hidup dan Allah orang hidup,
sebab di hadapan-Nya semua orang hidup walaupun
secara fisik telah meninggal
• Hanya bedanya, ada yang hidup untuk menikmati
kebahagiaan kekal; tetapi juga ada yang hidup untuk
kebinasaan kekal.
13. • Keyakinan kepada Allah yang hidup seharusnya
mengubah cara berpikir kita akan kehidupan, tidak lagi
semata mengejar kesenangan bagi diri sendiri.
• Sebagai orang beriman, kita harus berjuang
menyatakan kasih kepada Allah; dan menyatakan kasih
Allah kepada dunia, meskipun dunia terus menyebar
kebencian.
• Kita harus menyatakan kehadiran Allah yang hidup,
sekalipun dunia berusaha membunuh Allah dengan
pemahamannya yang sesat dan jalan hidupnya yang
jahat.