3. HAKIKAT PERNIKAHAN
Pernikahan adalah “mitsaqan ghalidza” atau perjanjian yang sangat
kaut antara pria dan wanita untuk membina rumah tangga yang
bahagia. Oleh karena itu,
1. Perlu data yang akurat dan transparan
2. Perlu ada wali dan saksi-saksi
3. Perlu ada sighat ta’lik thalaq
4. Perlu ada publikasi agar tidak muncul fitnah
5. Tidak boleh main-main dengan pernikahan
4. ● TUJUAN PERNIKAHAN
Menghalalkan pergaulan
Menghindari fitnah
Menghindari perzinahan
Menghasilkan keturunan yang saleh
Silaturrahmi : antara keluarga besar suami isteri
Dakwah : dakwah kepada anak dan istri dan keluarga besar
memiliki nilai strategis yang tinggi
Sedekah : tiada hari tanpa sedekah, memberi minum anjing
kehausan saja sudah besar pahalanya apalagi memberi minum
anak istri
5. RUKUN DALAM PERNIKAHAN
Pengantin : pengantin pria boleh diwakili. Pengantin wanita
boleh tidak hadir di tempat akad
Wali : ayah, kakak, atau pamannya. Bisa juga wali
hakim atau wali dari masyarakat jika wali hakim
tidak ada
Saksi : minimal 2 orang pria
Mahar : besaran mahar merupakan hasil kesepakatan
antara calon mempelai wanita dan calon
mempelai pria
Ijab qabul : fungsinya agar kedua belah pihak sepakat
menerima akad pernikahan ini dengan
segala akibatnya. Redaksi ijab qabul sangat
fleksibel, bisa pula singkat, yang penting
essensinya.
6. SYARAT PERNIKAHAN
1. SEAGAMA : haram menikah dengan orang nonmuslim, kecuali dengan
wanita ahli kitab
2. ANTARADHIN : yakni sama-sama ridho. Kedua mempelai mau menerima
perniakahan ini, jika ada satu di antara keduanya yang tidak
rida maka pernikahannya haram
selain dua syarat di atas terdapat syarat lainnya yakni baliq dan kufu.
Baliq ialah telah cukup dewasa dan mengerti essensi perniakahan.
Sedangkan kufu yakni setara dalam pendidikan, kedudukan, usia dll.
Tetapi kedua syarat ini bukan syarat sah melainkan syarat kesempurnaan (lebih
baik)
7. MACAM-MACAM PERNIKAHAN
Nikah biasa : setelah akan nikah dilanjutkan dengan walimah
kemudian keduanya berumah tangga
Nikah gantung : ialah manakala setelah selesai akad nikah tidak diikuti
langsung dengan berumah tangga. Rumah tangganya
ditangguhkan karena reasoning tertentu
Nikah shigar : pernikahan dengan cara tukar adik tanpa mahar.
Nikah mu’ah (nikah kontrak), ialah menikah dengan batas tertentu
misalnya untuk selama 3 bulan, 3 tahun, dll. Maka
hukumnya haram
Nikah siri : syarat dan rukunnya dipenuhi tetapi pelaksanaan akad
nikahnya di bawah tangan, tidak dibuktikan oleh KUA
atau catatan sipil serta tidak dipublikasikan secara
langsung.