SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
KEBERADAAN DPD DALAM SISTEM PEMERINTAHAN 
INDONESIA 
Pembentukan DPD menurut ciri politik sebagaimana yang telah menjadi konsensus 
politik bangsa kita, tetapi juga sesungguhnya dapat kita dalami dasar-dasar teoritis yang 
mendukung keberadaan lembaga DPD tersebut. Secara teoritis keberadaan DPD untuk 
membangun mekanisme kontrol dan keseimbangan (checks and balances) dalam lembaga 
legislatif itu sendiri, di samping antar cabang kekuasaan negara (legislatif, eksekutif, yudikatif). 
Di samping itu juga untuk menjamin dan menampung perwakilan daerah-daerah yang memadai 
untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah dalam lembaga legislatif. Secara politis, 
sesuai dengan konsensus politik bangsa Indonesia, maka keberadaan DPD akan memperkuat 
ikatan daerah-daerah dalam wadah NKRI; semakin meneguhkan persatuan kebangsaan seluruh 
daerah-daerah; akan meningkatkan agregasi dan akomodasi aspirasi dan kepentingan daerah-daerah 
dalam perumusan kebijakan nasional serta mendorong percepatan demokrasi, 
pembangunan dan kemajuan daerah secara berkeadilan dan berkesinambungan. Keberadaan 
DPD untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat (dan) daerah memiliki legitimasi yang kuat 
seperti halnya memberikan implikasi harapan yang kuat pula dari rakyat kepada lembaga DPD 
karena Anggota DPD secara perorangan dan secara langsung dipilih oleh rakyat, berbeda dari 
pemilihan Anggota DPR yang dipilih oleh rakyat melalui partai politik. 
Permasalahan Kelahiran DPD telah membangkitkan harapan masyarakat daerah dimana 
kepentingan daerah dan masalah-masalah yang dihadapi daerah dapat diangkat dan 
diperjuangkan di tingkat nasional. Di samping itu kebijakan-kebijakan publik baik di tingkat 
nasional maupun daerah tidak akan merugikan dan akan dapat senantiasa sejalan dengan 
kepentingan daerah dan kepentingan rakyat di seluruh tanah air. Kepentingan daerah merupakan 
bagian yang serasi dari kepentingan nasional, dan kepentingan nasional secara serasi merangkum 
kepentingan daerah. Kepentingan daerah dan kepentingan nasional tidak bertentangan dan tidak 
dipertentangkan. Namun menjadi pertanyaan selanjutnya bahwa: sejauh mana peran DPD dalam 
Lembaga Perwakila. 
Teori Perwakilan Dalam sistem pemerintahan demokrasi yang dilaksanakan dengan 
sistem perwakilan, keberadaan lembaga perwakilan rakyat dipandang sebagai suatu keniscayaan 
dalam penyelenggaraan suatu sistem pemerintahan. Lembaga negara ini merupakan badan yang
berwenang sebagai pelaksana kekuasaan negara dalam hal yang menentukan kebijakan umum 
yang mengikat seluruh rakyat. Lahirnya lembaga perwakilan dimulai zaman yunani kuno, 
dimana Rosseau menginginkan tetap berlangsungnya demokrasi, tetapi karena luasnya wilayah 
suatu negara, bertambahnya jumlah penduduk dan bertambah rumitnya masalah kenegaraan, 
maka keinginan Rosseau tersebut tidak mungkin terealisir, maka muncullah sebagai gantinya 
demokrasi tidak langsung melalui lembagalembaga perwakilan yang sebutan dan jenisnya tidak 
sama disemua negara yang biasa disebut parlemen, atau kadang-kadang disebut dewan 
perwakilan rakyat. Parlemen ini lahir bukan karena ide demokrasi itu, akan tetapi sebagai suatu 
kelicikan dari suatu sistem feodal. Parlemen diciptakan dengan tujuan tertentu antara lain untuk 
menghubungkan masyarakat luas dengan raja atau pimpinan pemerintahan. Selain itu di dalam 
perwakilan terdapat teori klasik tentang akomodasi yang berkenaan dengan hubungan antara 
wakil dan terwakil, dikenal dengan teori mandat. Di dalam teori ini pada dasarnya berasumsi 
bahwa subtansi yang diwakili oleh seorang wakil terbatas pada mandate yang disampaikan oleh 
orang-orang yang memberikan mandat. Hal demikian mengharuskan segala tindakan, bahkan 
termasuk sikap dan perilaku dari wakil harus senantiasa bersesuaian dengan kehendak dari 
orang-orang yang memberikan mandat. Sesuai dengan perkembangan dari teori mandat ini, 
berkembang atas dasar asumsi tentang kualitas mandat yang menjadi dasar hubungan antara 
seorang wakil dengan orang-orang yang diwakilinya. (Wahidin, 2007 : 40). 
Beberapa variasi di dalam teori mandat ini terdiri dari : Mandat imperatif, berarti bahwa 
hubungan antara wakil dengan orang yang diwakili itu terbatas pada instruksi yang disampaikan 
oleh orang-orang yang mewakilinya itu. Wakil tidak diperbolehkan bertindak melampui mandat 
yang telah diberikan dengan konsekuensi bahwa jika hal itu dilakukan oleh wakil, maka hal 
demikian tidak berada pada hubungan yang benar antara wakil dan orang yang memberikan 
perwakilannya. Mandat bebas, yang menyatakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai seorang 
wakil maka semua tindakan yang dilakukan dipandang berada pada bingkai mandat yang 
diberikan. Seluruh aspek yang secara logis menjadi dasar dari mandat yang diberikan kepada 
seorang wakil dianggap terakomodasikan di dalam mandat yang disampaikan tersebut, dengan 
demikian wakil bebas bertindak sesuai dengan batasan umum yang dimandatkan kepada dirinya. 
Mandat representatif, merupakan perkembangan kualitas mandat yang bersifat umum. Dalam 
teori mandat representatif, duduknya seseorang di dalam lembaga perwakilan dipandang 
mewakili keseluruhan kehendak atau aspirasi orang yang memberikan mandat. Sebagai ciri khas
dari mandat ini, bahwa seorang wakil memberikan mandat kepada dirinya. Mandat diberikan 
secara umum di dalam sistem tertentu yang kemudian dikenal melalui Pemilu. Perkembangan 
berikutnya di dalam hubungan antara wakil dan orang-orang yang diwakili ini berkembang Teori 
Organ yang beranjak pada kualitas kelembagaan. Bahwa pemilihan organ perwakilan 
menjadikan semua kekuasaan berada pada lembaga yang dipilih. Sifat kolektivisme menjadi ciri 
khas dari teori organ. Teori ini dipandang sebagai bentuk yang lebih rasional untuk 
mengakomodasikan jumlah wakil yang sedikit, dibandingkan dengan orang-orang yang diwakili 
dalam jumlah sangat banyak. Gambaran sederhana dari teori ini bahwa di dalam negara itu ada 
berbagai organ yang harus berkinerja sesuai dengan fungsi masing-masing. Salah satu organ 
dimaksud adalah lembaga perwakilan yang keberadayaannya bersifat formalistik. Dalam arti 
orang-orang yang duduk di dalam organ itu berada dalam kapasitas umum. Keberadaan organ itu 
memenuhi persyaratan formal dari eksistensi negara yang mengaruskan adanya lembaga 
perwakilan. Jadi tidak dideskripsikan bagaimana hubungan antara wakil dan orang-orang yang 
diwakili, apakah keterwakilannya sesuai atau tidak dengan subtansi yang diinginkan oleh yang 
memberikan kewenangan. Di dalam perkembangan berikutnya tercatat para ahli yang melakukan 
telaah tentang bagaimana hubungan antara wakil dan terwakil tersebut namun pendapat para ahli 
dapat dipandang sebagai perkembangan teknis. misalnya gambaran hubungan wakil dan orang 
yang diwakili dalam nilai sosiologis yang menggambarkan bahwa lembaga perwakilan pada 
dasarnya adalah sebagai bangun sosial masyarakat. Jadi harus mewakili kepentingan masyarakat. 
Demikian pula pendapat dari Teori Hukum Objektif Leon Duguit, yang memberikan analisis 
tentang bangun lembaga perwakilan sebagai lembaga hukum yang berisi tidak saja keberadaan 
wakil dan orang yang diwakil, tetapi juga aturan-aturan tentang tentang bagaimana mekanisme 
perwakilan dan kinerja, daripada wakil di dalam memenuhi aspirasi dari orang-orang yang 
diwakilinya. Semuanya harus dituangkan dan terlembagakan dalam hukum yang bersifat 
objektif. Masih ada beberapa pendapat dari para ahli lain yang pada prinsipnya memberikan 
pemahaman tentang subtansi, pola hubungan serta implikasi yang timbul sebagai akibat dari 
mekanisme perwakilan. Namun pada intinya tetap pada bahasa yang sama yaitu apakah seorang 
wakil memang benar-benar dapat memposisikan dirinya sebagai sosok yang dapat menampung 
dan tentu saja yang lebih penting adalah menindaklanjuti aspirasi yang disampaikan oleh orang-orang 
yang memberikan kepercayaan sebagai seorang wakil. Atas dasar-dasar mekanisme 
perwakilan sebagaimana dikemukakan di atas, sebenarnya kekuasaan yang ada pada seorang
wakil, dan kemudian bergabung pada suatu lembaga perwakilan bertumpu pada kewenangan 
yang diberikan oleh orang-orang yang memberikan kedudukan. Artinya bahwa keterwakilan 
seseorang pada lembaga perwakilan harus senantiasa mewakili kehendak atau aspirasi dari yang 
diwakili. Sebagai konsekuensinya jika tidak dapat bertindak sesuai dengan kehendak orang-orang 
yang memberikan perwakilan, maka hal itu berarti keterwakilannya harus diakhiri. Wakil 
dipandang tidak mampu mewakili kehendak atau aspirasi, dan sebagai konsekuensinya harus 
dikembalikan lagi kepada orang yang telah memberikan mandatnya. 
Tugas dan Fungsi DPD Tugas dan Wewenang DPD adalah sebagai berikut : 
1. Dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan 
otonomi daerah,hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta 
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi 
lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah; 
2. Ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang berkaitan 
dengan hal sebagaimana dimaksud dalam huruf a; 
3. Ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang diajukan 
oleh Presiden atau DPR, yang berkaitan dengan hal sebagaimana dimaksud dalam 
huruf a; 
4. Memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang 
APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan 
agama; 
5. Dapat melakukan dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang 
mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, 
hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya 
ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama; 
6. Menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai 
otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah,hubungan 
pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi 
lainnya,pelaksanaan undang-undang APBN, pajak, pendidikan, dan agama kepada 
DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti;
7. Menerima hasil pemeriksaan atas keuangan Negara dari BPK sebagai bahan membuat 
pertimbangan kepada DPR tentang rancangan undang-undang yang berkaitan dengan 
APBN; 
8. Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK; 
9. Ikut serta dalam penyusunan program legislasi nasional yang berkaitan dengan 
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta 
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi 
lainnya,serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. 
Fungsi yang dilaksanakan oleh DPD adalah sebagai berikut : 
1. Mengajukan usul kepada DPR mengenai rancangan undang-undang yang berkaitan 
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta 
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, 
serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah; 
2. Ikut dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi 
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, 
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan 
keuangan pusat dan daerah; 
3. Pemberian pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang anggaran 
pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan 
pajak, pendidikan, dan agama; 
4. Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, 
pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber 
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan 
agama. 
Hambatan Pelaksanaan Tugas DPD Dari pembahasan mengenai fungsi, tugas dan 
kewenangan DPD tersebut diatas kita bisa melihat adanya perbedaan tugas dan kewenangan 
yang dimiliki oleh DPD dibandingkan dengan DPR yang sama-sama sebagai lembaga 
perwakilan. DPD seakan-akan hanya pelengkap dari keberadaan DPR karena kewenangan yang 
diberikan DPD yang tidak sebesar yang dimiliki DPR. Jika DPR mempunyai tugas dan 
wewenang untuk membentuk UU yang dibahas dengan presiden, maka DPD hanya berwenang 
untuk mengusulkan rancangan UU untuk diajukan kepada DPR (Pasal 42 ayat (1) UU No 22
Tahun 2003). Kewenangan pengajuan usul RUU itu pun hanya terbatas pada hal-hal yang 
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran dan 
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta 
yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Sedangkan dalam hal RUU 
tentang APBN dan hal-hal yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama berdasarkan 
Pasal 44 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2003 DPD hanya diberi kewenangan untuk memberikan 
pertimbangan kepada DPR, yang dari hasil pertimbangan tersebut DPR melakukan pembahasan 
dengan pemerintah (ayat (3)). Selain mengajukan RUU kepada DPR, DPD juga mempunyai 
kewenangan untuk ikut membahas RUU yang berkaitan dengan hal-hal sebagaimana disebutkan 
dalam Pasal 42 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2003. DPR akan mengundang DPD untuk membahas 
RUU bersama pemerintah pada awal Pembicaraan Tingkat I sesuai dengan tata tertib DPR. Hasil 
dari pandangan, pendapat, dan tanggapan masing-masing lembaga tersebut dijadikan masukan 
untuk pembahasan lebih lanjut antara DPR dan pemerintah. Di sini sekali lagi kita melihat betapa 
kecilnya kewenangan yang dimiliki oelh DPD dibandingkan sengan DPR bahkan dengan 
pemerintah. Seolah-oleh DPD hampir mirip dengan staf ahli di kedua lembaga tersebut. DPD 
tidak mempunyai peran dalam proses menentukan keputusan. Untuk kewenangan DPD dalam 
hal pengawasan terhadap pelaksanaan UU juga terbatas pada masalah-masalah tertentu dan hasil 
dari pengawasan tersebut sekali lagi disampaikan kepada DPR sebagai bahan pertimbangan 
untuk ditindaklanjuti. DPD tak ubahnya seperti warga masyarakat biasa yang memang berhak 
untuk memberikan masukan dan menyampaikan aspirasinya kepada DPR sebagai wakil rakyat. 
Demikian juga dalam hal pemilihan anggota BPK, DPD hanya berwenang memberikan 
pertimbangan kepada DPR secara tertulis. Selain kewenangan DPD tidak sebesar yang dimiliki 
oleh DPR, DPD juga tidak mempunyai beberapa kewenangan seperti yang dimiliki oleh DPR 
seperti membahas dan memberikan persetujuan Perpu, melaksanakan pengawasan terhadap 
pelaksanaan UU, APBN, dan kebijakan pemerintah, memberikan persetujuan kepada presiden 
atas pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Yudisial, memberikan persetujuan calon 
hakim agung untuk ditetapkan sebagai hakim agung, memilih tiga calon anggota hakim 
konstitusi, memberikan pertimbagan kepada presiden untuk mengangkat duta, menerima 
penempatan duta negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam pemberian amnesti dan 
abolisi, memberikan persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat 
perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.

More Related Content

What's hot

Kekuasaan politik sebagai aspek pengubah hukum
Kekuasaan politik sebagai aspek pengubah hukumKekuasaan politik sebagai aspek pengubah hukum
Kekuasaan politik sebagai aspek pengubah hukumbaim hukum
 
NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN
NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHANNEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN
NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHANArdio San
 
Bentuk negara (tugas pancasila)
Bentuk negara (tugas pancasila)Bentuk negara (tugas pancasila)
Bentuk negara (tugas pancasila)ayu lestari
 
Presentasi bab sistem politik
Presentasi bab sistem politikPresentasi bab sistem politik
Presentasi bab sistem politikMaeko Kaoin
 
SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK
SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIKSUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK
SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIKMuhamad Yogi
 
Sistem Pemerintahan PKn Kelas XII
Sistem Pemerintahan PKn Kelas XIISistem Pemerintahan PKn Kelas XII
Sistem Pemerintahan PKn Kelas XIIMuhamad Yogi
 
Pancasila dalam sistem politik indonesia
Pancasila dalam sistem politik indonesiaPancasila dalam sistem politik indonesia
Pancasila dalam sistem politik indonesiatowetoe
 
PKNSistem Pemerintahan
PKNSistem PemerintahanPKNSistem Pemerintahan
PKNSistem PemerintahanNadya Wahyuni
 
Pengertian administrasi
Pengertian administrasiPengertian administrasi
Pengertian administrasiVJ Asenk
 
Kewarganegaraan: Struktur dan Sistem Politik Dunia dan Indonesia
Kewarganegaraan: Struktur dan Sistem Politik Dunia dan IndonesiaKewarganegaraan: Struktur dan Sistem Politik Dunia dan Indonesia
Kewarganegaraan: Struktur dan Sistem Politik Dunia dan IndonesiaShanti Wulandara
 
Bahan presentasi2
Bahan presentasi2Bahan presentasi2
Bahan presentasi2reni mureni
 
03.01 prediksi twk tata negara
03.01 prediksi twk tata negara03.01 prediksi twk tata negara
03.01 prediksi twk tata negaraferdianasriadi
 
Bentuk negara & sistem pemerintahan
Bentuk negara & sistem pemerintahanBentuk negara & sistem pemerintahan
Bentuk negara & sistem pemerintahanmuhammad_solikhin
 
Teori bentuk negara dan bentuk pemerintahan
Teori bentuk negara dan bentuk pemerintahanTeori bentuk negara dan bentuk pemerintahan
Teori bentuk negara dan bentuk pemerintahanAdhi Panjie Gumilang
 
Resume buku Sistem Politik Indonesia karya A. Rahman H.I”
Resume buku Sistem Politik Indonesia karya  A. Rahman H.I” Resume buku Sistem Politik Indonesia karya  A. Rahman H.I”
Resume buku Sistem Politik Indonesia karya A. Rahman H.I” Rezka Judittya
 
Konsep negara dalam politik islam Ppt
Konsep negara dalam politik islam Ppt Konsep negara dalam politik islam Ppt
Konsep negara dalam politik islam Ppt Irfan Pathurahman
 
Sistem Politik Indonesia
Sistem Politik IndonesiaSistem Politik Indonesia
Sistem Politik IndonesiaMuhamad Yogi
 

What's hot (20)

Kekuasaan politik sebagai aspek pengubah hukum
Kekuasaan politik sebagai aspek pengubah hukumKekuasaan politik sebagai aspek pengubah hukum
Kekuasaan politik sebagai aspek pengubah hukum
 
NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN
NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHANNEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN
NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN
 
Bentuk negara (tugas pancasila)
Bentuk negara (tugas pancasila)Bentuk negara (tugas pancasila)
Bentuk negara (tugas pancasila)
 
Presentasi bab sistem politik
Presentasi bab sistem politikPresentasi bab sistem politik
Presentasi bab sistem politik
 
SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK
SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIKSUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK
SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK
 
Sistem Pemerintahan PKn Kelas XII
Sistem Pemerintahan PKn Kelas XIISistem Pemerintahan PKn Kelas XII
Sistem Pemerintahan PKn Kelas XII
 
Pancasila dalam sistem politik indonesia
Pancasila dalam sistem politik indonesiaPancasila dalam sistem politik indonesia
Pancasila dalam sistem politik indonesia
 
PKNSistem Pemerintahan
PKNSistem PemerintahanPKNSistem Pemerintahan
PKNSistem Pemerintahan
 
Pengertian administrasi
Pengertian administrasiPengertian administrasi
Pengertian administrasi
 
Makalah pemilu
Makalah pemiluMakalah pemilu
Makalah pemilu
 
Kewarganegaraan: Struktur dan Sistem Politik Dunia dan Indonesia
Kewarganegaraan: Struktur dan Sistem Politik Dunia dan IndonesiaKewarganegaraan: Struktur dan Sistem Politik Dunia dan Indonesia
Kewarganegaraan: Struktur dan Sistem Politik Dunia dan Indonesia
 
Bahan presentasi2
Bahan presentasi2Bahan presentasi2
Bahan presentasi2
 
03.01 prediksi twk tata negara
03.01 prediksi twk tata negara03.01 prediksi twk tata negara
03.01 prediksi twk tata negara
 
Bentuk negara & sistem pemerintahan
Bentuk negara & sistem pemerintahanBentuk negara & sistem pemerintahan
Bentuk negara & sistem pemerintahan
 
Teori bentuk negara dan bentuk pemerintahan
Teori bentuk negara dan bentuk pemerintahanTeori bentuk negara dan bentuk pemerintahan
Teori bentuk negara dan bentuk pemerintahan
 
Resume buku Sistem Politik Indonesia karya A. Rahman H.I”
Resume buku Sistem Politik Indonesia karya  A. Rahman H.I” Resume buku Sistem Politik Indonesia karya  A. Rahman H.I”
Resume buku Sistem Politik Indonesia karya A. Rahman H.I”
 
Konsep negara dalam politik islam Ppt
Konsep negara dalam politik islam Ppt Konsep negara dalam politik islam Ppt
Konsep negara dalam politik islam Ppt
 
Upaya penegakan hukum di indonesia
Upaya penegakan hukum di indonesiaUpaya penegakan hukum di indonesia
Upaya penegakan hukum di indonesia
 
Sistem Politik Indonesia
Sistem Politik IndonesiaSistem Politik Indonesia
Sistem Politik Indonesia
 
Pengantar hukum
Pengantar hukumPengantar hukum
Pengantar hukum
 

Similar to Keberadaan dpd dalam_sistem_pemerintahan_indonesia

DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) DALAM KONTRUKSI SISTEM PERWAKILAN DI INDONESIA ...
DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) DALAM KONTRUKSI SISTEM PERWAKILAN DI INDONESIA ...DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) DALAM KONTRUKSI SISTEM PERWAKILAN DI INDONESIA ...
DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) DALAM KONTRUKSI SISTEM PERWAKILAN DI INDONESIA ...Pusat Analisis
 
Hubungan Hukum secara Eksternal Legislatif.pptx
Hubungan Hukum secara Eksternal Legislatif.pptxHubungan Hukum secara Eksternal Legislatif.pptx
Hubungan Hukum secara Eksternal Legislatif.pptxidaaryatidiyahpw
 
Gambaran umum sistem pemerintahan Indonesia
Gambaran umum sistem pemerintahan IndonesiaGambaran umum sistem pemerintahan Indonesia
Gambaran umum sistem pemerintahan Indonesiarizqialfadly
 
kelompok 3uiz8wueurjdoxoorjw6a8x8 ppt-1.pptx
kelompok 3uiz8wueurjdoxoorjw6a8x8 ppt-1.pptxkelompok 3uiz8wueurjdoxoorjw6a8x8 ppt-1.pptx
kelompok 3uiz8wueurjdoxoorjw6a8x8 ppt-1.pptxdilfha23
 
SOSIOLOGI HUKUM MENGENAI SUBSTANSI HUKUM
SOSIOLOGI HUKUM MENGENAI SUBSTANSI HUKUMSOSIOLOGI HUKUM MENGENAI SUBSTANSI HUKUM
SOSIOLOGI HUKUM MENGENAI SUBSTANSI HUKUMUnivers
 
Ppt sistem pemerintahan tingkat pusat
Ppt sistem pemerintahan tingkat pusatPpt sistem pemerintahan tingkat pusat
Ppt sistem pemerintahan tingkat pusatCha-cha Taulanys
 
Makalah sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
Makalah sistem pemerintahan presidensial dan parlementerMakalah sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
Makalah sistem pemerintahan presidensial dan parlementerHarlan Hariz
 
Perkembangan Sistem Pemerintahan Presidensial.pptx
Perkembangan Sistem Pemerintahan Presidensial.pptxPerkembangan Sistem Pemerintahan Presidensial.pptx
Perkembangan Sistem Pemerintahan Presidensial.pptxamrultvbox
 
Makalah wewenang dan legitimasi kekuasaan
Makalah wewenang dan legitimasi kekuasaanMakalah wewenang dan legitimasi kekuasaan
Makalah wewenang dan legitimasi kekuasaanJosephine Fiona Ketaren
 
Demokrasi Pancasila
Demokrasi PancasilaDemokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasilapjj_kemenkes
 

Similar to Keberadaan dpd dalam_sistem_pemerintahan_indonesia (20)

Makalah dpr (2)
Makalah dpr (2)Makalah dpr (2)
Makalah dpr (2)
 
Makalah dpr
Makalah dprMakalah dpr
Makalah dpr
 
Makalah dpr
Makalah dprMakalah dpr
Makalah dpr
 
DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) DALAM KONTRUKSI SISTEM PERWAKILAN DI INDONESIA ...
DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) DALAM KONTRUKSI SISTEM PERWAKILAN DI INDONESIA ...DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) DALAM KONTRUKSI SISTEM PERWAKILAN DI INDONESIA ...
DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) DALAM KONTRUKSI SISTEM PERWAKILAN DI INDONESIA ...
 
Hubungan Hukum secara Eksternal Legislatif.pptx
Hubungan Hukum secara Eksternal Legislatif.pptxHubungan Hukum secara Eksternal Legislatif.pptx
Hubungan Hukum secara Eksternal Legislatif.pptx
 
Gambaran umum sistem pemerintahan Indonesia
Gambaran umum sistem pemerintahan IndonesiaGambaran umum sistem pemerintahan Indonesia
Gambaran umum sistem pemerintahan Indonesia
 
Tugas pkn
Tugas pknTugas pkn
Tugas pkn
 
kelompok 3uiz8wueurjdoxoorjw6a8x8 ppt-1.pptx
kelompok 3uiz8wueurjdoxoorjw6a8x8 ppt-1.pptxkelompok 3uiz8wueurjdoxoorjw6a8x8 ppt-1.pptx
kelompok 3uiz8wueurjdoxoorjw6a8x8 ppt-1.pptx
 
SOSIOLOGI HUKUM MENGENAI SUBSTANSI HUKUM
SOSIOLOGI HUKUM MENGENAI SUBSTANSI HUKUMSOSIOLOGI HUKUM MENGENAI SUBSTANSI HUKUM
SOSIOLOGI HUKUM MENGENAI SUBSTANSI HUKUM
 
Politik hukum
Politik hukumPolitik hukum
Politik hukum
 
Bhsa indo
Bhsa indoBhsa indo
Bhsa indo
 
Ppt sistem pemerintahan tingkat pusat
Ppt sistem pemerintahan tingkat pusatPpt sistem pemerintahan tingkat pusat
Ppt sistem pemerintahan tingkat pusat
 
lembaga politik
lembaga politiklembaga politik
lembaga politik
 
Makalah sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
Makalah sistem pemerintahan presidensial dan parlementerMakalah sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
Makalah sistem pemerintahan presidensial dan parlementer
 
Sistem pemerintahan
Sistem pemerintahanSistem pemerintahan
Sistem pemerintahan
 
Perkembangan Sistem Pemerintahan Presidensial.pptx
Perkembangan Sistem Pemerintahan Presidensial.pptxPerkembangan Sistem Pemerintahan Presidensial.pptx
Perkembangan Sistem Pemerintahan Presidensial.pptx
 
Makalah wewenang dan legitimasi kekuasaan
Makalah wewenang dan legitimasi kekuasaanMakalah wewenang dan legitimasi kekuasaan
Makalah wewenang dan legitimasi kekuasaan
 
Demokrasi Pancasila
Demokrasi PancasilaDemokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila
 
Modul 2 kwn kb 2
Modul 2 kwn kb 2Modul 2 kwn kb 2
Modul 2 kwn kb 2
 
2 kb2 modul 2
2 kb2 modul 22 kb2 modul 2
2 kb2 modul 2
 

Keberadaan dpd dalam_sistem_pemerintahan_indonesia

  • 1. KEBERADAAN DPD DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA Pembentukan DPD menurut ciri politik sebagaimana yang telah menjadi konsensus politik bangsa kita, tetapi juga sesungguhnya dapat kita dalami dasar-dasar teoritis yang mendukung keberadaan lembaga DPD tersebut. Secara teoritis keberadaan DPD untuk membangun mekanisme kontrol dan keseimbangan (checks and balances) dalam lembaga legislatif itu sendiri, di samping antar cabang kekuasaan negara (legislatif, eksekutif, yudikatif). Di samping itu juga untuk menjamin dan menampung perwakilan daerah-daerah yang memadai untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah dalam lembaga legislatif. Secara politis, sesuai dengan konsensus politik bangsa Indonesia, maka keberadaan DPD akan memperkuat ikatan daerah-daerah dalam wadah NKRI; semakin meneguhkan persatuan kebangsaan seluruh daerah-daerah; akan meningkatkan agregasi dan akomodasi aspirasi dan kepentingan daerah-daerah dalam perumusan kebijakan nasional serta mendorong percepatan demokrasi, pembangunan dan kemajuan daerah secara berkeadilan dan berkesinambungan. Keberadaan DPD untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat (dan) daerah memiliki legitimasi yang kuat seperti halnya memberikan implikasi harapan yang kuat pula dari rakyat kepada lembaga DPD karena Anggota DPD secara perorangan dan secara langsung dipilih oleh rakyat, berbeda dari pemilihan Anggota DPR yang dipilih oleh rakyat melalui partai politik. Permasalahan Kelahiran DPD telah membangkitkan harapan masyarakat daerah dimana kepentingan daerah dan masalah-masalah yang dihadapi daerah dapat diangkat dan diperjuangkan di tingkat nasional. Di samping itu kebijakan-kebijakan publik baik di tingkat nasional maupun daerah tidak akan merugikan dan akan dapat senantiasa sejalan dengan kepentingan daerah dan kepentingan rakyat di seluruh tanah air. Kepentingan daerah merupakan bagian yang serasi dari kepentingan nasional, dan kepentingan nasional secara serasi merangkum kepentingan daerah. Kepentingan daerah dan kepentingan nasional tidak bertentangan dan tidak dipertentangkan. Namun menjadi pertanyaan selanjutnya bahwa: sejauh mana peran DPD dalam Lembaga Perwakila. Teori Perwakilan Dalam sistem pemerintahan demokrasi yang dilaksanakan dengan sistem perwakilan, keberadaan lembaga perwakilan rakyat dipandang sebagai suatu keniscayaan dalam penyelenggaraan suatu sistem pemerintahan. Lembaga negara ini merupakan badan yang
  • 2. berwenang sebagai pelaksana kekuasaan negara dalam hal yang menentukan kebijakan umum yang mengikat seluruh rakyat. Lahirnya lembaga perwakilan dimulai zaman yunani kuno, dimana Rosseau menginginkan tetap berlangsungnya demokrasi, tetapi karena luasnya wilayah suatu negara, bertambahnya jumlah penduduk dan bertambah rumitnya masalah kenegaraan, maka keinginan Rosseau tersebut tidak mungkin terealisir, maka muncullah sebagai gantinya demokrasi tidak langsung melalui lembagalembaga perwakilan yang sebutan dan jenisnya tidak sama disemua negara yang biasa disebut parlemen, atau kadang-kadang disebut dewan perwakilan rakyat. Parlemen ini lahir bukan karena ide demokrasi itu, akan tetapi sebagai suatu kelicikan dari suatu sistem feodal. Parlemen diciptakan dengan tujuan tertentu antara lain untuk menghubungkan masyarakat luas dengan raja atau pimpinan pemerintahan. Selain itu di dalam perwakilan terdapat teori klasik tentang akomodasi yang berkenaan dengan hubungan antara wakil dan terwakil, dikenal dengan teori mandat. Di dalam teori ini pada dasarnya berasumsi bahwa subtansi yang diwakili oleh seorang wakil terbatas pada mandate yang disampaikan oleh orang-orang yang memberikan mandat. Hal demikian mengharuskan segala tindakan, bahkan termasuk sikap dan perilaku dari wakil harus senantiasa bersesuaian dengan kehendak dari orang-orang yang memberikan mandat. Sesuai dengan perkembangan dari teori mandat ini, berkembang atas dasar asumsi tentang kualitas mandat yang menjadi dasar hubungan antara seorang wakil dengan orang-orang yang diwakilinya. (Wahidin, 2007 : 40). Beberapa variasi di dalam teori mandat ini terdiri dari : Mandat imperatif, berarti bahwa hubungan antara wakil dengan orang yang diwakili itu terbatas pada instruksi yang disampaikan oleh orang-orang yang mewakilinya itu. Wakil tidak diperbolehkan bertindak melampui mandat yang telah diberikan dengan konsekuensi bahwa jika hal itu dilakukan oleh wakil, maka hal demikian tidak berada pada hubungan yang benar antara wakil dan orang yang memberikan perwakilannya. Mandat bebas, yang menyatakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai seorang wakil maka semua tindakan yang dilakukan dipandang berada pada bingkai mandat yang diberikan. Seluruh aspek yang secara logis menjadi dasar dari mandat yang diberikan kepada seorang wakil dianggap terakomodasikan di dalam mandat yang disampaikan tersebut, dengan demikian wakil bebas bertindak sesuai dengan batasan umum yang dimandatkan kepada dirinya. Mandat representatif, merupakan perkembangan kualitas mandat yang bersifat umum. Dalam teori mandat representatif, duduknya seseorang di dalam lembaga perwakilan dipandang mewakili keseluruhan kehendak atau aspirasi orang yang memberikan mandat. Sebagai ciri khas
  • 3. dari mandat ini, bahwa seorang wakil memberikan mandat kepada dirinya. Mandat diberikan secara umum di dalam sistem tertentu yang kemudian dikenal melalui Pemilu. Perkembangan berikutnya di dalam hubungan antara wakil dan orang-orang yang diwakili ini berkembang Teori Organ yang beranjak pada kualitas kelembagaan. Bahwa pemilihan organ perwakilan menjadikan semua kekuasaan berada pada lembaga yang dipilih. Sifat kolektivisme menjadi ciri khas dari teori organ. Teori ini dipandang sebagai bentuk yang lebih rasional untuk mengakomodasikan jumlah wakil yang sedikit, dibandingkan dengan orang-orang yang diwakili dalam jumlah sangat banyak. Gambaran sederhana dari teori ini bahwa di dalam negara itu ada berbagai organ yang harus berkinerja sesuai dengan fungsi masing-masing. Salah satu organ dimaksud adalah lembaga perwakilan yang keberadayaannya bersifat formalistik. Dalam arti orang-orang yang duduk di dalam organ itu berada dalam kapasitas umum. Keberadaan organ itu memenuhi persyaratan formal dari eksistensi negara yang mengaruskan adanya lembaga perwakilan. Jadi tidak dideskripsikan bagaimana hubungan antara wakil dan orang-orang yang diwakili, apakah keterwakilannya sesuai atau tidak dengan subtansi yang diinginkan oleh yang memberikan kewenangan. Di dalam perkembangan berikutnya tercatat para ahli yang melakukan telaah tentang bagaimana hubungan antara wakil dan terwakil tersebut namun pendapat para ahli dapat dipandang sebagai perkembangan teknis. misalnya gambaran hubungan wakil dan orang yang diwakili dalam nilai sosiologis yang menggambarkan bahwa lembaga perwakilan pada dasarnya adalah sebagai bangun sosial masyarakat. Jadi harus mewakili kepentingan masyarakat. Demikian pula pendapat dari Teori Hukum Objektif Leon Duguit, yang memberikan analisis tentang bangun lembaga perwakilan sebagai lembaga hukum yang berisi tidak saja keberadaan wakil dan orang yang diwakil, tetapi juga aturan-aturan tentang tentang bagaimana mekanisme perwakilan dan kinerja, daripada wakil di dalam memenuhi aspirasi dari orang-orang yang diwakilinya. Semuanya harus dituangkan dan terlembagakan dalam hukum yang bersifat objektif. Masih ada beberapa pendapat dari para ahli lain yang pada prinsipnya memberikan pemahaman tentang subtansi, pola hubungan serta implikasi yang timbul sebagai akibat dari mekanisme perwakilan. Namun pada intinya tetap pada bahasa yang sama yaitu apakah seorang wakil memang benar-benar dapat memposisikan dirinya sebagai sosok yang dapat menampung dan tentu saja yang lebih penting adalah menindaklanjuti aspirasi yang disampaikan oleh orang-orang yang memberikan kepercayaan sebagai seorang wakil. Atas dasar-dasar mekanisme perwakilan sebagaimana dikemukakan di atas, sebenarnya kekuasaan yang ada pada seorang
  • 4. wakil, dan kemudian bergabung pada suatu lembaga perwakilan bertumpu pada kewenangan yang diberikan oleh orang-orang yang memberikan kedudukan. Artinya bahwa keterwakilan seseorang pada lembaga perwakilan harus senantiasa mewakili kehendak atau aspirasi dari yang diwakili. Sebagai konsekuensinya jika tidak dapat bertindak sesuai dengan kehendak orang-orang yang memberikan perwakilan, maka hal itu berarti keterwakilannya harus diakhiri. Wakil dipandang tidak mampu mewakili kehendak atau aspirasi, dan sebagai konsekuensinya harus dikembalikan lagi kepada orang yang telah memberikan mandatnya. Tugas dan Fungsi DPD Tugas dan Wewenang DPD adalah sebagai berikut : 1. Dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah; 2. Ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang berkaitan dengan hal sebagaimana dimaksud dalam huruf a; 3. Ikut membahas bersama DPR dan Presiden rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden atau DPR, yang berkaitan dengan hal sebagaimana dimaksud dalam huruf a; 4. Memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama; 5. Dapat melakukan dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama; 6. Menyampaikan hasil pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah,hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,pelaksanaan undang-undang APBN, pajak, pendidikan, dan agama kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti;
  • 5. 7. Menerima hasil pemeriksaan atas keuangan Negara dari BPK sebagai bahan membuat pertimbangan kepada DPR tentang rancangan undang-undang yang berkaitan dengan APBN; 8. Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK; 9. Ikut serta dalam penyusunan program legislasi nasional yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Fungsi yang dilaksanakan oleh DPD adalah sebagai berikut : 1. Mengajukan usul kepada DPR mengenai rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah; 2. Ikut dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; 3. Pemberian pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama; 4. Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama. Hambatan Pelaksanaan Tugas DPD Dari pembahasan mengenai fungsi, tugas dan kewenangan DPD tersebut diatas kita bisa melihat adanya perbedaan tugas dan kewenangan yang dimiliki oleh DPD dibandingkan dengan DPR yang sama-sama sebagai lembaga perwakilan. DPD seakan-akan hanya pelengkap dari keberadaan DPR karena kewenangan yang diberikan DPD yang tidak sebesar yang dimiliki DPR. Jika DPR mempunyai tugas dan wewenang untuk membentuk UU yang dibahas dengan presiden, maka DPD hanya berwenang untuk mengusulkan rancangan UU untuk diajukan kepada DPR (Pasal 42 ayat (1) UU No 22
  • 6. Tahun 2003). Kewenangan pengajuan usul RUU itu pun hanya terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Sedangkan dalam hal RUU tentang APBN dan hal-hal yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama berdasarkan Pasal 44 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2003 DPD hanya diberi kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada DPR, yang dari hasil pertimbangan tersebut DPR melakukan pembahasan dengan pemerintah (ayat (3)). Selain mengajukan RUU kepada DPR, DPD juga mempunyai kewenangan untuk ikut membahas RUU yang berkaitan dengan hal-hal sebagaimana disebutkan dalam Pasal 42 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2003. DPR akan mengundang DPD untuk membahas RUU bersama pemerintah pada awal Pembicaraan Tingkat I sesuai dengan tata tertib DPR. Hasil dari pandangan, pendapat, dan tanggapan masing-masing lembaga tersebut dijadikan masukan untuk pembahasan lebih lanjut antara DPR dan pemerintah. Di sini sekali lagi kita melihat betapa kecilnya kewenangan yang dimiliki oelh DPD dibandingkan sengan DPR bahkan dengan pemerintah. Seolah-oleh DPD hampir mirip dengan staf ahli di kedua lembaga tersebut. DPD tidak mempunyai peran dalam proses menentukan keputusan. Untuk kewenangan DPD dalam hal pengawasan terhadap pelaksanaan UU juga terbatas pada masalah-masalah tertentu dan hasil dari pengawasan tersebut sekali lagi disampaikan kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti. DPD tak ubahnya seperti warga masyarakat biasa yang memang berhak untuk memberikan masukan dan menyampaikan aspirasinya kepada DPR sebagai wakil rakyat. Demikian juga dalam hal pemilihan anggota BPK, DPD hanya berwenang memberikan pertimbangan kepada DPR secara tertulis. Selain kewenangan DPD tidak sebesar yang dimiliki oleh DPR, DPD juga tidak mempunyai beberapa kewenangan seperti yang dimiliki oleh DPR seperti membahas dan memberikan persetujuan Perpu, melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, dan kebijakan pemerintah, memberikan persetujuan kepada presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Yudisial, memberikan persetujuan calon hakim agung untuk ditetapkan sebagai hakim agung, memilih tiga calon anggota hakim konstitusi, memberikan pertimbagan kepada presiden untuk mengangkat duta, menerima penempatan duta negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi, memberikan persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.