SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
Kepulauan Riau
KESULITAN KONEKTIVITAS
ANTAR PULAU DI
ANGGOTA
KELOMPOK
Ramadhani (15103076)
Bimantoro (19103011)
Khusnul Digayolanda (19103017)
Armarita (19103010)
Mesy Melinda Sari
AKSES ANTAR WILAYAH
MENGGUNAKAN JALUR LAUT
DI INDONESIA MASIH
Karena adanya arus barang atau perdagangan
di daerah kepulauan riau masih terbilang
kurang serta minimnya sarana dan infrastruktur
pelabuhan, sehingga terjadi ketimpangan
antara beberapa daerah di Indonesia.
BELUM MAKSIMAL
KEPULAUAN RIAU ADALAH SEBUAH PROVINSI
DI INDONESIA YANG TERDIRI DARI BEBERAPA
PULAU-PULAU DENGAN JUMLAH SEKITAR 2.408
PULAU BESAR DAN KECIL.
Yang mana 30% diantara pulau-pulau itu belum bernama dan belum
berpenghuni. Luas wilayahnya sebesar 252.601 km2 dengan sekitar
95% nya merupakan wilayah lautan, dan hanya sekitar 5% adalah
daratan. Secara keseluruhan wilayah kepulauan riau terdiri dari 4
kabupaten dan 2 kota, 47 kecamatan serta 274 kelurahan atau desa.
Karena adanya hambatan geografis, demografis, dan transportasi
laut yang menyebabkan pemanfaatan sumber daya alam yang
tersebar pada pulau-pulau kecil tidak menguntungkan,
mengakibatkan ketertinggalan, keterisolasian dan keterpencilan jika
dibandingkan dengan pulau-pulau yang lainnya yang memiliki
aksesibilitas untuk memecahkan berbagai permasalahannya.
MENGAPA DAPAT TERJADI?
Hal ini biasanya disebabkan oleh muatan yang kurang, sehingga perusahaan pelayaran tidak
tertarik untuk datang mengangkut karena memang dirasa tidak menguntungkan bagi
usahanya. Meskipun pada dasarnya daerah terpencil tersebut memiliki banyak potensi akan
tetapi tetap saja akan tertinggal jika tidak ada transportasi yang memadai untuk mendukung
pengembangan potensi daerah tersebut. Pola operasi transportasi antar pulau dapat bersifat
internal (interaksi di dalam pulau), interaksi antar pulau kecil, dan interaksi pulau besar.
Angkutan laut perintis adalah angkutan diperairan pada trayek-trayek yang ditetapkan oleh
Pemerintah untuk melayani daerah atau wilayah yang belum atau tidak terlayani oleh
angkutan perairan karena belum memberikan manfaat komersial. Angkutan laut perintis yang
merupakan salah satu subsistem dari sistem angkutan laut nasional, diselenggarakan oleh
pemerintah, dengan memberikan subsidi operasi kepada armada perintis yang diambil dari
dana APBN dan disalurkan setiap tahun anggaran melalui DIPA.
SEBAGAI SUBSISTEM
DARI SISTEM
ANGKUTAN LAUT
NASIONAL,
ANGKUTAN
PERINTIS INI TIMBUL
SEBAGAI
KONSEKUENSI
LOGIS DARI:
Keadaan geografis Indonesia, dengan segala
kaitannya antara lain masih beragamnya tingkat
kemampuan di berbagai bidang kehidupan
masyarakat yang disebabkan oleh kondisi geografis
tersebut.
Terbatasnya kemampuan angkutan laut nasional
dalam negeri secara komersial.
Kebijakan pemerintah dalam upaya pelaksanan pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya, stabilitas nasional yang
dinamis, pertumbuhan ekonomi dan keutuhan wilayah.
Pengoperasian angkutan perintis pada seluruh wilayah
perairan Indonesia dilakukan dengan mempertimbangkan
hal-hal yang sifatnya non komersial dalam rangka untuk
mengembangkan potensi di wilayah tersebut agar mampu
mengejar ketertinggalannya dengan daerah lain.
DI SAMPING ITU KRITERIA LAIN YANG
MENJADI LANDASAN POKOK DALAM
PENYELENGGARAAN ANGKUTAN
PERINTIS ADALAH:
Daerah yang tidak dilayani oleh perusahaan
pelayaran yang mengoperasikan kapalnya
berdasarkan perhitungan ekonomis;
Daerah tersebut secara ekonomi belum
menguntungkan bagi penyelenggaraan pelayaran
angkutan laut;
Daerah miskin, tertinggal ataupun daerah dengan
tingkat pendapatan per kapita yang masih rendah.
BERIKUT BEBERAPA KENDALA PROVINSI
KEPULAUAN RIAU SEBAGAI PROVINSI
BERBASISKAN KEPULAUAN:
Pengelolaan Daerah Kepulauan
1.
Secara umum terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi
dalam pengelolaan daerah kepulauan.
Pertama, sebagian besar pulau-pulau merupakan daerah kawasan
tertinggal dan banyak yang tidak berpenghuni.
Kedua, keterbatasan pelayanan administrasi pemerintahan,
pemberdayaan ekonomi dan sosial budaya, sarana dan prasarana
komunikasi dan transportasi, termasuk transportasi laut yang
menghubungkan antarpulau kecil dan pulau besarnya.
Ketiga, terjadinya kegiatan ilegal dan penyelundupan,
kegiatan perikanan yang tidak ramah lingkungan dan
berpotensi mengancam stabilitas keamanan.
BENTROKAN DALAM HAL PEMANFAATAN SUMBER
DAYA KELAUTAN DALAM HAL PENANGKAPAN IKAN
Persinggungan pengelolaan sumber daya di wilayah laut
tidak hanya terjadi antar daerah otonom, tetapi juga terjadi
antara daerah otonom dengan pemerintah pusat terutama
berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang bersifat
strategis. Beberapa fakta menunjukkan bahwa terjadi friksi
antar tingkat pemerintahan dalam hal pengelolaan sumber
daya laut. Misalnya dalam hal pengelolaan pelabuhan,
pemerintah daerah merasa pelabuhan yang berada didaerah
provinsi harus dikelola pemerintah daerah bukan oleh
pemerintah pusat. Akan tetapi batas pengelolaan sumber
daya di wilayah laut tidak ditafsirkan batas yuridisiksi seperti
dalam hal batas perbatasan negara.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 bahwa perimbangan keuangan pusat
dan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal mengandung pengertian
bahwa kepada daerah diberikan kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangan
sendiri dan didukung dengan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.
Hal ini berarti bahwa hubungan keuangan antara pusat dan daerah perlu diberikan
pengaturan yang sedemikian rupa, sehingga kebutuhan pengeluaran yang akan menjadi
tanggung jawab daerah dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan yang ada.
Pembiayaan penyelenggaraan pemerintah berdasarkan asas desentralisasi dilakukan atas
beban APBD, pembiayaan penyelenggaraaan pemerintahan dalam rangka pelaksaaan
asas dekonsentrasi dilakukan atas beban APBN dan pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka tugas pembatuan dibiayai atas beban anggaran tingkat
pemerintahan yang menugaskan.
2. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
PELAYANAN KESEHATAN
3. Pelayanan Publik di Provinsi Kepulauan Riau
Permasalahan lain dalam bidang pelayanan kesehatan
adalah Standard Pelayanan Minimum (SPM) kesehatan
tidak memperhitungkan biaya untuk menuju lokasi,
padahal di Kepri sebagai provinsi kepulauan untuk
mengakses fasilitas tersebut membutuhkan biaya yang
besar karena faktor lokasi yang jauh.
Sebagai contoh ibu melahirkan di pulau kecil tidak
dapat ditangangi oleh puskesmas setempat dibawa
lewat kapal dengan biaya yang mahal ke tanjung
pinang terkadang lahir dikapal atau kadang tidak
tertolong karena jarak yang jauh dan infrastruktur yang
kurang memadai.
PELAYANAN PENDIDIKAN
Kepri sebagai provinsi kepulauan dalam melaksanakan
pelayanan pendidikan diantaranya adalah:
Sarana dan prasana pendidikan yang belum
memadai, bahkan dibeberapa lokasi pulau terpencil
belum terdapat fasilitas tersebut sehingga
menyulitkan penduduk untuk mengikutinya;
Kondisi geografis yang terdiri atas pulau-pulau dan
jarak yang jauh menyulitkan dalam pembangunan
pendidikan di daerah tersebut;
Masih mahalnya biaya pendidikan sehingga tidak
terjangkau bagi masyarakat pesisir yang dominan
memiliki pekerjaan nelayan.
Jumlah guru baik secara kuantitas dan kualitas yang
masih sedikit.
1.
2.
3.
4.
PERAN PEMERINTAH PUSAT DALAM MEMPERCEPAT
PEMBANGUNAN DI PROVINSI KEPULAUAN
Mengenai beberapa kendala yang dihadapi oleh provinsi
kepulauan seperti kendala pengelolaan daerah kepulauan,
kendala perimbangan keuangan pusat dan daerah serta kendala
pelayanan publik di daerah kepulauan yang berujung kepada
pembangunan daerah kepulauan yang mengalami hambatan.
Untuk itu maka dibutuhkan keberpihakan terutama dari
pemerintah pusat sebagai penguasa atau pemegang otoritas
kuasa eksekutif terutama dalam hal pemegang kuasa anggaran
dari Negara ini untuk dapat memberikan intervensi terhadap
kendalakendala yang dihadapi oleh pemerintah daerah terutama
terhadap kendalakendala ekonomi yang dihadapi oleh provinsi
daerah kepulauan.
Adanya berbagai
kelemahan sistem pasar
persaingan sempurna
seperti kecenderungan ke
arah monopoli, kurangnya
perhatian terhadap
kelompok kurang
beruntung, serta tidak
adanya perhatian terhadap
pemerataan menyebabkan
diperlukannya campur
tangan pemerintah.
KESIMPULAN
Provinsi Kepualaun Riau sebagai salah satu provinsi kepulauan, mengalami kendala harus dihadapi
oleh Provinsi Kepri, antara lain pertama, karateristik geografis provinsi kepulauan menyulitkan
pemerintah provinsi dalam melakukan pengelolaan terhadap daerah kepulauan. Kendala yang
kedua adalah perimbangan keuangan pusat dan daerah lebih kongkrit adalah kurangnya sumber
dana penghasilan daerah yang untuk dapat melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan
daerah, kekurangan ini terutama dirasakan dalam bentuk kecilnya DAU yang diterima oleh Kepri.
SARAN
Pada RUU Pembangunan Daerah Kepulauan harus memasukan; (a) pola pembangunan untuk wilayah
Indonesia harus mempertimbangkan karateristik daerah tersebut. (b) perlu stimulus dari pemerintah
pusat baik dalam bentuk bantuan infrastruktur untuk daerah kepulauan; (c) diperlukan tambahan
sumber dana baik dalam bentuk penambahan dana transfer, belanja sosial, dan modal untuk
mempercepat proses pembangunan di daerah kepulauan; (d) mengikutsertakan dan
memperdayakan peran serta masyarakat di daerah kepulauan; (e) dan terakhir perlu diatur secara
jelas mengenai kewenangan daerah kepulauan dalam mengelola daerah tersebut agar tidak
melanggar Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang terkait.

More Related Content

Similar to Kesulitan konektivitas antar pulau di kepulauan riau

Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)
Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)
Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)
Freelance, self-employed
 
Laporan profil bitung
Laporan profil bitung Laporan profil bitung
Laporan profil bitung
Dimas Hastomo
 
West Papua Tabloid Edisi 3
West Papua Tabloid Edisi 3West Papua Tabloid Edisi 3
West Papua Tabloid Edisi 3
TitusBonai2
 

Similar to Kesulitan konektivitas antar pulau di kepulauan riau (20)

Bab1 pendahuluan
Bab1 pendahuluanBab1 pendahuluan
Bab1 pendahuluan
 
Pembangunan daerah
Pembangunan daerahPembangunan daerah
Pembangunan daerah
 
Pembangunan daerah
Pembangunan daerahPembangunan daerah
Pembangunan daerah
 
Pendanaan jalan
Pendanaan jalanPendanaan jalan
Pendanaan jalan
 
27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu
27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu
27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu
 
Draf usul prog bnpb apbn p 2015
Draf usul prog bnpb apbn p 2015Draf usul prog bnpb apbn p 2015
Draf usul prog bnpb apbn p 2015
 
Visi misi kemenpu
Visi misi kemenpuVisi misi kemenpu
Visi misi kemenpu
 
Pedum agro 2011 jatim
Pedum agro 2011 jatimPedum agro 2011 jatim
Pedum agro 2011 jatim
 
Kebijakan pembangunan-infrastruktur-provinsi-jawa-timur
Kebijakan pembangunan-infrastruktur-provinsi-jawa-timurKebijakan pembangunan-infrastruktur-provinsi-jawa-timur
Kebijakan pembangunan-infrastruktur-provinsi-jawa-timur
 
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIRPesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
Pesisir 11 PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR
 
Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)
Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)
Draft renstra-2015-2019-prl 12-sept-2015-pdf (tujuan dansasaran mantap)
 
WPP_Hatim_Indra_2019.pdf
WPP_Hatim_Indra_2019.pdfWPP_Hatim_Indra_2019.pdf
WPP_Hatim_Indra_2019.pdf
 
Visi Misi TB Hasanuddin - Anton Amanah
Visi Misi TB Hasanuddin - Anton AmanahVisi Misi TB Hasanuddin - Anton Amanah
Visi Misi TB Hasanuddin - Anton Amanah
 
138 293-1-pb
138 293-1-pb138 293-1-pb
138 293-1-pb
 
Makalah pelaksanaan otonomi daerah
Makalah pelaksanaan otonomi daerahMakalah pelaksanaan otonomi daerah
Makalah pelaksanaan otonomi daerah
 
Makalah pelaksanaan otonomi daerah STIP WUNA
Makalah pelaksanaan otonomi daerah STIP WUNA Makalah pelaksanaan otonomi daerah STIP WUNA
Makalah pelaksanaan otonomi daerah STIP WUNA
 
Laporan profil bitung
Laporan profil bitung Laporan profil bitung
Laporan profil bitung
 
11. hbl,clara monalisa,hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan luar neger...
11. hbl,clara monalisa,hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan luar neger...11. hbl,clara monalisa,hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan luar neger...
11. hbl,clara monalisa,hapzi ali, penanaman modal dalam negeri dan luar neger...
 
Makalah Reklamasi Pantai - Penolakan Masyarakat Terhadap Reklamasi Teluk Beno...
Makalah Reklamasi Pantai - Penolakan Masyarakat Terhadap Reklamasi Teluk Beno...Makalah Reklamasi Pantai - Penolakan Masyarakat Terhadap Reklamasi Teluk Beno...
Makalah Reklamasi Pantai - Penolakan Masyarakat Terhadap Reklamasi Teluk Beno...
 
West Papua Tabloid Edisi 3
West Papua Tabloid Edisi 3West Papua Tabloid Edisi 3
West Papua Tabloid Edisi 3
 

Recently uploaded

Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
furqanridha
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
subki124
 

Recently uploaded (20)

MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugasTeks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 

Kesulitan konektivitas antar pulau di kepulauan riau

  • 2. ANGGOTA KELOMPOK Ramadhani (15103076) Bimantoro (19103011) Khusnul Digayolanda (19103017) Armarita (19103010) Mesy Melinda Sari
  • 3. AKSES ANTAR WILAYAH MENGGUNAKAN JALUR LAUT DI INDONESIA MASIH Karena adanya arus barang atau perdagangan di daerah kepulauan riau masih terbilang kurang serta minimnya sarana dan infrastruktur pelabuhan, sehingga terjadi ketimpangan antara beberapa daerah di Indonesia. BELUM MAKSIMAL
  • 4. KEPULAUAN RIAU ADALAH SEBUAH PROVINSI DI INDONESIA YANG TERDIRI DARI BEBERAPA PULAU-PULAU DENGAN JUMLAH SEKITAR 2.408 PULAU BESAR DAN KECIL. Yang mana 30% diantara pulau-pulau itu belum bernama dan belum berpenghuni. Luas wilayahnya sebesar 252.601 km2 dengan sekitar 95% nya merupakan wilayah lautan, dan hanya sekitar 5% adalah daratan. Secara keseluruhan wilayah kepulauan riau terdiri dari 4 kabupaten dan 2 kota, 47 kecamatan serta 274 kelurahan atau desa. Karena adanya hambatan geografis, demografis, dan transportasi laut yang menyebabkan pemanfaatan sumber daya alam yang tersebar pada pulau-pulau kecil tidak menguntungkan, mengakibatkan ketertinggalan, keterisolasian dan keterpencilan jika dibandingkan dengan pulau-pulau yang lainnya yang memiliki aksesibilitas untuk memecahkan berbagai permasalahannya.
  • 5. MENGAPA DAPAT TERJADI? Hal ini biasanya disebabkan oleh muatan yang kurang, sehingga perusahaan pelayaran tidak tertarik untuk datang mengangkut karena memang dirasa tidak menguntungkan bagi usahanya. Meskipun pada dasarnya daerah terpencil tersebut memiliki banyak potensi akan tetapi tetap saja akan tertinggal jika tidak ada transportasi yang memadai untuk mendukung pengembangan potensi daerah tersebut. Pola operasi transportasi antar pulau dapat bersifat internal (interaksi di dalam pulau), interaksi antar pulau kecil, dan interaksi pulau besar. Angkutan laut perintis adalah angkutan diperairan pada trayek-trayek yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk melayani daerah atau wilayah yang belum atau tidak terlayani oleh angkutan perairan karena belum memberikan manfaat komersial. Angkutan laut perintis yang merupakan salah satu subsistem dari sistem angkutan laut nasional, diselenggarakan oleh pemerintah, dengan memberikan subsidi operasi kepada armada perintis yang diambil dari dana APBN dan disalurkan setiap tahun anggaran melalui DIPA.
  • 6. SEBAGAI SUBSISTEM DARI SISTEM ANGKUTAN LAUT NASIONAL, ANGKUTAN PERINTIS INI TIMBUL SEBAGAI KONSEKUENSI LOGIS DARI: Keadaan geografis Indonesia, dengan segala kaitannya antara lain masih beragamnya tingkat kemampuan di berbagai bidang kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh kondisi geografis tersebut. Terbatasnya kemampuan angkutan laut nasional dalam negeri secara komersial. Kebijakan pemerintah dalam upaya pelaksanan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, stabilitas nasional yang dinamis, pertumbuhan ekonomi dan keutuhan wilayah. Pengoperasian angkutan perintis pada seluruh wilayah perairan Indonesia dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal yang sifatnya non komersial dalam rangka untuk mengembangkan potensi di wilayah tersebut agar mampu mengejar ketertinggalannya dengan daerah lain.
  • 7. DI SAMPING ITU KRITERIA LAIN YANG MENJADI LANDASAN POKOK DALAM PENYELENGGARAAN ANGKUTAN PERINTIS ADALAH: Daerah yang tidak dilayani oleh perusahaan pelayaran yang mengoperasikan kapalnya berdasarkan perhitungan ekonomis; Daerah tersebut secara ekonomi belum menguntungkan bagi penyelenggaraan pelayaran angkutan laut; Daerah miskin, tertinggal ataupun daerah dengan tingkat pendapatan per kapita yang masih rendah.
  • 8. BERIKUT BEBERAPA KENDALA PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEBAGAI PROVINSI BERBASISKAN KEPULAUAN: Pengelolaan Daerah Kepulauan 1. Secara umum terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan daerah kepulauan. Pertama, sebagian besar pulau-pulau merupakan daerah kawasan tertinggal dan banyak yang tidak berpenghuni. Kedua, keterbatasan pelayanan administrasi pemerintahan, pemberdayaan ekonomi dan sosial budaya, sarana dan prasarana komunikasi dan transportasi, termasuk transportasi laut yang menghubungkan antarpulau kecil dan pulau besarnya. Ketiga, terjadinya kegiatan ilegal dan penyelundupan, kegiatan perikanan yang tidak ramah lingkungan dan berpotensi mengancam stabilitas keamanan.
  • 9. BENTROKAN DALAM HAL PEMANFAATAN SUMBER DAYA KELAUTAN DALAM HAL PENANGKAPAN IKAN Persinggungan pengelolaan sumber daya di wilayah laut tidak hanya terjadi antar daerah otonom, tetapi juga terjadi antara daerah otonom dengan pemerintah pusat terutama berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang bersifat strategis. Beberapa fakta menunjukkan bahwa terjadi friksi antar tingkat pemerintahan dalam hal pengelolaan sumber daya laut. Misalnya dalam hal pengelolaan pelabuhan, pemerintah daerah merasa pelabuhan yang berada didaerah provinsi harus dikelola pemerintah daerah bukan oleh pemerintah pusat. Akan tetapi batas pengelolaan sumber daya di wilayah laut tidak ditafsirkan batas yuridisiksi seperti dalam hal batas perbatasan negara.
  • 10. Sesuai dengan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 bahwa perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal mengandung pengertian bahwa kepada daerah diberikan kewenangan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri dan didukung dengan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Hal ini berarti bahwa hubungan keuangan antara pusat dan daerah perlu diberikan pengaturan yang sedemikian rupa, sehingga kebutuhan pengeluaran yang akan menjadi tanggung jawab daerah dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan yang ada. Pembiayaan penyelenggaraan pemerintah berdasarkan asas desentralisasi dilakukan atas beban APBD, pembiayaan penyelenggaraaan pemerintahan dalam rangka pelaksaaan asas dekonsentrasi dilakukan atas beban APBN dan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka tugas pembatuan dibiayai atas beban anggaran tingkat pemerintahan yang menugaskan. 2. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
  • 11. PELAYANAN KESEHATAN 3. Pelayanan Publik di Provinsi Kepulauan Riau Permasalahan lain dalam bidang pelayanan kesehatan adalah Standard Pelayanan Minimum (SPM) kesehatan tidak memperhitungkan biaya untuk menuju lokasi, padahal di Kepri sebagai provinsi kepulauan untuk mengakses fasilitas tersebut membutuhkan biaya yang besar karena faktor lokasi yang jauh. Sebagai contoh ibu melahirkan di pulau kecil tidak dapat ditangangi oleh puskesmas setempat dibawa lewat kapal dengan biaya yang mahal ke tanjung pinang terkadang lahir dikapal atau kadang tidak tertolong karena jarak yang jauh dan infrastruktur yang kurang memadai.
  • 12. PELAYANAN PENDIDIKAN Kepri sebagai provinsi kepulauan dalam melaksanakan pelayanan pendidikan diantaranya adalah: Sarana dan prasana pendidikan yang belum memadai, bahkan dibeberapa lokasi pulau terpencil belum terdapat fasilitas tersebut sehingga menyulitkan penduduk untuk mengikutinya; Kondisi geografis yang terdiri atas pulau-pulau dan jarak yang jauh menyulitkan dalam pembangunan pendidikan di daerah tersebut; Masih mahalnya biaya pendidikan sehingga tidak terjangkau bagi masyarakat pesisir yang dominan memiliki pekerjaan nelayan. Jumlah guru baik secara kuantitas dan kualitas yang masih sedikit. 1. 2. 3. 4.
  • 13. PERAN PEMERINTAH PUSAT DALAM MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN DI PROVINSI KEPULAUAN Mengenai beberapa kendala yang dihadapi oleh provinsi kepulauan seperti kendala pengelolaan daerah kepulauan, kendala perimbangan keuangan pusat dan daerah serta kendala pelayanan publik di daerah kepulauan yang berujung kepada pembangunan daerah kepulauan yang mengalami hambatan. Untuk itu maka dibutuhkan keberpihakan terutama dari pemerintah pusat sebagai penguasa atau pemegang otoritas kuasa eksekutif terutama dalam hal pemegang kuasa anggaran dari Negara ini untuk dapat memberikan intervensi terhadap kendalakendala yang dihadapi oleh pemerintah daerah terutama terhadap kendalakendala ekonomi yang dihadapi oleh provinsi daerah kepulauan. Adanya berbagai kelemahan sistem pasar persaingan sempurna seperti kecenderungan ke arah monopoli, kurangnya perhatian terhadap kelompok kurang beruntung, serta tidak adanya perhatian terhadap pemerataan menyebabkan diperlukannya campur tangan pemerintah.
  • 14. KESIMPULAN Provinsi Kepualaun Riau sebagai salah satu provinsi kepulauan, mengalami kendala harus dihadapi oleh Provinsi Kepri, antara lain pertama, karateristik geografis provinsi kepulauan menyulitkan pemerintah provinsi dalam melakukan pengelolaan terhadap daerah kepulauan. Kendala yang kedua adalah perimbangan keuangan pusat dan daerah lebih kongkrit adalah kurangnya sumber dana penghasilan daerah yang untuk dapat melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah, kekurangan ini terutama dirasakan dalam bentuk kecilnya DAU yang diterima oleh Kepri. SARAN Pada RUU Pembangunan Daerah Kepulauan harus memasukan; (a) pola pembangunan untuk wilayah Indonesia harus mempertimbangkan karateristik daerah tersebut. (b) perlu stimulus dari pemerintah pusat baik dalam bentuk bantuan infrastruktur untuk daerah kepulauan; (c) diperlukan tambahan sumber dana baik dalam bentuk penambahan dana transfer, belanja sosial, dan modal untuk mempercepat proses pembangunan di daerah kepulauan; (d) mengikutsertakan dan memperdayakan peran serta masyarakat di daerah kepulauan; (e) dan terakhir perlu diatur secara jelas mengenai kewenangan daerah kepulauan dalam mengelola daerah tersebut agar tidak melanggar Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang terkait.