SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA
v ’
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PM 38 TAHUN 2017
TENTANG
PERUBAHAN KESEMBILAN ATAS
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 25 TAHUN 2008
TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UDARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Udara sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 56
Tahun 2016 tentang Kegiatan Pengusahaan
Bandar Udara, telah diatur mengenai
Penyelenggaraan Angkutan Udara;
b, bahwa untuk mendorong perkembangan iklim
usaha penerbangan dan kemudahan penerbitan
izin rute baru, penyesuaian pengaturan
pelaksanaan operasi penerbangan apabila terjadi
kecelakaan (accident dan/atau serious incident)
penerbangan, perlu dilakukan penyempurnaan
Peraturan Menteri dimaksud;
- 2 -
Mengingat
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan
tentang Perubahan Kesembilan atas Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara;
: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4956);
2. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
3. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015
tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 75);
4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Perhubungan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1844)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
PM 86 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Perhubungan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1012).
Menetapkan
MEMUTUSKAN :
: PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG
PERUBAHAN KESEMBILAN ATAS PERATURAN
MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 25
TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN
ANGKUTAN UDARA.
“ J -
Pasal I
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara yang
telah beberapa kali diubah dengan Peraturan Menteri
Perhubungan:
a. Nomor PM 77 Tahun 2014 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM
25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Angkutan Udara (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1901);
b. Nomor PM 5 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Udara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 6);
c. Nomor PM 41 Tahun 2015 tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Udara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 293);
d. Nomor PM 68 Tahun 2015 tentang Perubahan
Keempat atas Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Udara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 498);
e. Nomor PM 159 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kelima atas Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Udara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1592);
f. Nomor PM 177 Tahun 2015 tentang Perubahan
Keenam atas Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Udara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1770);
- 4 -
g. Nomor PM 40 Tahun 2016 tentang Perubahan
Ketujuh atas Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Udara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 559);
h. Nomor PM 56 Tahun 2016 tentang Perubahan
Kedelapan atas Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Udara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 696),
diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 4c diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 4c
(1) Modal disetor sebagaimana dimaksud pada
Pasal 4 ayat (1) huruf e meliputi investasi
awal dan modal kerja tahun pertama.
(2) Investasi awal badan usaha angkutan
udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. investasi aktiva tetap berwujud
(tangible asset); dan
b. aktiva tidak berwujud (intangible asset).
(3) Modal kerja tahun pertama badan usaha
angkutan udara niaga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. biaya operasi langsung; dan
b. biaya operasi tidak langsung.
2. Di antara Pasal 4c dan Pasal 5 ditambahkan
2 (dua) pasal, yakni Pasal 4d dan Pasal 4e
sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 4d
(1) Penyetoran modal dan penambahan atas
modal dapat dilakukan dalam bentuk uang
dan/atau dalam bentuk lainnya,
(2) Dalam hal penyetoran modal dilakukan
dalam bentuk lainnya, penilaian setoran
modal ditentukan berdasarkan nilai wajar
yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar
atau oleh ahli yang tidak terafiliasi oleh
perusahaan.
(3) Penyetoran dalam bentuk benda tidak
bergerak harus diumumkan dalam 1 (satu)
surat kabar atau lebih dalam jangka waktu
14 (empat belas) hari setelah akta pendirian
ditandatangani atau setelah RUPS
memutuskan penyetoran tersebut.
Pasal 4e
Modal disetor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4c ayat (1) harus tercantum dalam neraca
yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik
Terdaftar dan sesuai dengan akta pendirian
perusahaan beserta perubahannya (apabila ada)
yang telah disahkan oleh Kementerian yang
berwenang di bidang hukum.
Menghapus ketentuan persyaratan modal disetor
bagi sekolah penerbang {flying school) dalam Pasal
13 ayat (1) huruf h, sehingga Pasal 13 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 13
(1) Untuk mendapatkan izin kegiatan angkutan
udara bukan niaga yang diselenggarakan
oleh pemerintah, pemerintah daerah, badan
usaha Indonesia, dan lembaga tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12,
- 6 -
paling sedikit harus memiliki:
a. persetujuan dari instansi yang
membina kegiatan pokoknya;
b. akta pendirian badan usaha atau
lembaga yang telah disahkan oleh
menteri yang berwenang;
c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
d. surat keterangan domisili tempat
kegiatan yang diterbitkan oleh instansi
yang berwenang;
e. fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau
tanda bukti identitas diri yang
diterbitkan oleh instansi yang
berwenang atas nama Direktur Utama
atau penanggung jawab lembaga;
f. rencana kegiatan angkutan udara;
g. rekomendasi dari penyelenggara
bandar udara dan penyelenggara
navigasi penerbangan yang akan
digunakan sebagai tempat latihan
(training area) bagi pemohon angkutan
udara bukan niaga yang melakukan
sekolah penerbang [flying school)
(2) Untuk mendapatkan izin kegiatan angkutan
udara bukan niaga yang digunakan oleh
orang perseorangan warga negara Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12,
paling sedikit harus memiliki:
a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. surat keterangan domisili tempat
kegiatan yang diterbitkan oleh instansi
yang berwenang; dan
d. rencana kegiatan angkutan udara.
(3) Dokumen sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, b, c, d, dan g dan ayat (2)
huruf a, b, dan c diserahkan dalam bentuk
-7-
salinan yang telah dilegalisasi oleh instansi
yang mengeluarkan dan apabila diperlukan
dokumen asli harus dapat ditunjukkan
untuk verifikasi.
(4) Rencana kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf f dan ayat (2) huruf d
paling sedikit memuat:
a. kegiatan pokoknya yang merupakan
kegiatan inti usaha yang perlu
ditunjang dengan kegiatan angkutan
udara;
b. jenis dan jumlah pesawat udara yang
akan dioperasikan serta sumber dan
cara pengadaan pesawat udara;
c. pusat kegiatan operasi penerbangan;
d. daerah operasi atau wilayah kerja yang
meliputi cakupan wilayah kegiatan
penerbangan yang menunjang kegiatan
inti usahanya;
e. sumber daya manusia yang terdiri atas
teknisi dan personel pesawat udara;
f. kesiapan serta kelayakan operasi
memuat rencana pengadaan,
pemeliharaan atau perawatan pesawat
udara serta pengadaan fasilitas
pendukung operasional pesawat udara;
dan
g. tujuan penggunaan pesawat udara
yang memuat gambaran singkat
mengenai tujuan penggunaan pesawat
udara dikaitkan dengan inti usahanya.
(5) Dokumen sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f dan ayat (2) huruf d
disampaikan langsung kepada Direktur
Jenderal untuk dievaluasi sesuai dengan
pedoman penyusunan dokumen dimaksud.
- 8 -
4. Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 32
(1) Badan Usaha Angkutan Udara dapat
mengajukan permohonan izin rute baru
kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Udara.
(2) Permohonan izin rute baru pada rute
penerbangan yang sudah ditetapkan dalam
lampiran surat izin usaha, harus
melampirkan:
a. rute penerbangan yang telah ditetapkan
dalam lampiran surat izin usaha;
b. jadwal penerbangan (nomor
penerbangan, jam keberangkatan dan
kedatangan serta hari penerbangan)
yang telah mendapat rekomendasi
alokasi ketersediaan waktu terbang (slot
time) pengelola/koordinator slot sesuai
dengan jam operasi bandar udara;
c. jenis dan tipe pesawat, utilisasi
penerbang dan rotasi diagram pesawat
udara yang dioperasikan;
d. rencana kesiapan penanganan pesawat
udara, penumpang dan kargo di bandar
udara yang akan diterbangi; dan
e. kemampuan teknis operasi bandar
udara dari Direktorat teknis terkait.
(3) Terhadap permohonan izin rute pada rute
penerbangan yang belum ditetapkan dalam
lampiran surat izin usaha, maka Badan
Usaha Angkutan Udara wajib mengusulkan
rute penerbangan baru dalam lampiran
surat izin usaha angkutan udara niaga
terlebih dahulu.
-9-
(4) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
melakukan evaluasi terhadap permohonan
dan persyaratan yang dilampirkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(5) Direktur Jenderal dapat menerbitkan izin
rute baru paling lama 7 (tujuh) hari kerja
setelah hasil evaluasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dinyatakan lengkap
dan memenuhi persyaratan.
(6) Direktur Jenderal dapat menolak
permohonan izin rute baru paling lama
7 (tujuh) hari kerja setelah hasil evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dinyatakan tidak memenuhi persyaratan.
5. Ketentuan Pasal 103a diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 103a
(1) Badan usaha angkutan udara yang
mengalami kecelakaan (accident dan/atau
serious incident) dilakukan audit oleh tim
yang dibentuk Direktur Jenderal.
(2) Audit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Berdasarkan hasil audit sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditemukenali
adanya kekurangan atau kesalahan oleh
Badan Usaha Angkutan Udara, maka
Direktur Jenderal dapat memerintahkan
Badan Usaha Angkutan Udara untuk
melakukan perbaikan manajemen.
(4) Berdasarkan hasil audit sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditemukenali
adanya pelanggaran terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang
penerbangan, Direktur Jenderal dapat
mengenakan sanksi administratif kepada
Badan Usaha Angkutan Udara,
penyelenggara bandar udara dan
penyelenggara navigasi penerbangan.
(5) Selama pelaksanaan kegiatan audit
sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Badan Usaha Angkutan Udara dapat
melakukan kegiatan angkutan udara,
sepanjang memenuhi ketentuan
keselamatan dan keamanan
penerbangan.
Pasal 105 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 105
Badan usaha angkutan udara yang telah
dikenakan sanksi berdasarkan ketentuan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 159
Tahun 2015 tentang Perubahan Kelima atas
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25
Tahun 2008 tentangPenyelenggaraan Angkutan
Udara (Berita NegaraRepublik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1592), tindak lanjut terhadap
pelaksanaan sanksi yang telah diberikan
disesuaikan berdasarkan Peraturan Menteri ini.
-11 -
Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Mei 2017
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BUDI KARYA SUMADI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 19 Mei 2017
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 732
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMALA BIRO /HUKUM
SRI LESTARI RAHA
Pembina Utama Muda (IV/c)
NIP. 19620620 198903 2 001

More Related Content

What's hot

Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...
Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...
Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...Penataan Ruang
 
Perjanjian pemborongan
Perjanjian pemboronganPerjanjian pemborongan
Perjanjian pemboronganJuleha Usmad
 
Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123
Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123
Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123Furqan Husaini
 
Contoh Perjanjian Kontraktor Pengeboran Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 081188...
Contoh Perjanjian Kontraktor Pengeboran Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 081188...Contoh Perjanjian Kontraktor Pengeboran Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 081188...
Contoh Perjanjian Kontraktor Pengeboran Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 081188...GLC
 

What's hot (7)

Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...
Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...
Permen PU Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembagian Subklasifikasi Dan Subkualifik...
 
Kepemenaker 1012004
Kepemenaker 1012004Kepemenaker 1012004
Kepemenaker 1012004
 
PMK Nomor 44/PMK.011/2010
PMK Nomor 44/PMK.011/2010PMK Nomor 44/PMK.011/2010
PMK Nomor 44/PMK.011/2010
 
Epi
Epi Epi
Epi
 
Perjanjian pemborongan
Perjanjian pemboronganPerjanjian pemborongan
Perjanjian pemborongan
 
Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123
Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123
Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123
 
Contoh Perjanjian Kontraktor Pengeboran Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 081188...
Contoh Perjanjian Kontraktor Pengeboran Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 081188...Contoh Perjanjian Kontraktor Pengeboran Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 081188...
Contoh Perjanjian Kontraktor Pengeboran Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 081188...
 

Similar to PERMENHUB-PM38

Pm 108 tahun_2016
Pm 108 tahun_2016Pm 108 tahun_2016
Pm 108 tahun_2016me_idung
 
Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005
Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005
Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005Yusrizal Mahendra
 
PM 128 tahun 2015
PM 128 tahun 2015PM 128 tahun 2015
PM 128 tahun 2015CIkumparan
 
Permenhub 51/2014 tentang tarif pesawat kelas ekonomi
Permenhub 51/2014 tentang tarif pesawat kelas ekonomiPermenhub 51/2014 tentang tarif pesawat kelas ekonomi
Permenhub 51/2014 tentang tarif pesawat kelas ekonomiFerry Koto
 
Draft permen andal lalin 02 04 2013
Draft permen andal lalin 02 04 2013Draft permen andal lalin 02 04 2013
Draft permen andal lalin 02 04 2013yunus1992
 
Permenhub No.58/2014
Permenhub No.58/2014Permenhub No.58/2014
Permenhub No.58/2014Ferry Koto
 
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 77 Tahun 2011
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 77 Tahun 2011Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 77 Tahun 2011
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 77 Tahun 2011Anton Kurniawan
 
PM_69_Tahun_2014.pdf
PM_69_Tahun_2014.pdfPM_69_Tahun_2014.pdf
PM_69_Tahun_2014.pdfMayliaputri3
 
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 92 Tahun 2011
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 92 Tahun 2011Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 92 Tahun 2011
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 92 Tahun 2011Anton Kurniawan
 
PM_69_TAHUN_2018.pdf
PM_69_TAHUN_2018.pdfPM_69_TAHUN_2018.pdf
PM_69_TAHUN_2018.pdfTedyBIA
 
PP RI No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
PP RI No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran UdaraPP RI No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
PP RI No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran UdaraMuhamad Imam Khairy
 
Pmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehat
Pmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehatPmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehat
Pmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehatEndang Sri Lestari
 
Perka bkn no 21 th 2013 perum LPPNPI, PT.AP2, PT.AP1
Perka bkn no 21 th 2013 perum LPPNPI, PT.AP2, PT.AP1Perka bkn no 21 th 2013 perum LPPNPI, PT.AP2, PT.AP1
Perka bkn no 21 th 2013 perum LPPNPI, PT.AP2, PT.AP1Gantawan Rasyid
 
Salinan perpres nomor 93 tahun 2021
Salinan perpres nomor 93 tahun 2021Salinan perpres nomor 93 tahun 2021
Salinan perpres nomor 93 tahun 2021CIkumparan
 
01. Paparan Laporan Pendahuluan.pdf
01. Paparan Laporan Pendahuluan.pdf01. Paparan Laporan Pendahuluan.pdf
01. Paparan Laporan Pendahuluan.pdfHilmanDirapratama1
 
Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,...
Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,...Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,...
Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,...DONALD VERNANDO RARUNG
 
pm 30 tahun 2020
pm 30 tahun 2020pm 30 tahun 2020
pm 30 tahun 2020Web Master
 

Similar to PERMENHUB-PM38 (20)

Pm 108 tahun_2016
Pm 108 tahun_2016Pm 108 tahun_2016
Pm 108 tahun_2016
 
Kp 1994 tahun 2018
Kp 1994 tahun 2018Kp 1994 tahun 2018
Kp 1994 tahun 2018
 
Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005
Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005
Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara SKEP/77/VI/2005
 
PM 128 tahun 2015
PM 128 tahun 2015PM 128 tahun 2015
PM 128 tahun 2015
 
Permenhub 51/2014 tentang tarif pesawat kelas ekonomi
Permenhub 51/2014 tentang tarif pesawat kelas ekonomiPermenhub 51/2014 tentang tarif pesawat kelas ekonomi
Permenhub 51/2014 tentang tarif pesawat kelas ekonomi
 
Draft permen andal lalin 02 04 2013
Draft permen andal lalin 02 04 2013Draft permen andal lalin 02 04 2013
Draft permen andal lalin 02 04 2013
 
Permenhub No.58/2014
Permenhub No.58/2014Permenhub No.58/2014
Permenhub No.58/2014
 
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 77 Tahun 2011
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 77 Tahun 2011Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 77 Tahun 2011
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 77 Tahun 2011
 
PM_69_Tahun_2014.pdf
PM_69_Tahun_2014.pdfPM_69_Tahun_2014.pdf
PM_69_Tahun_2014.pdf
 
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 92 Tahun 2011
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 92 Tahun 2011Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 92 Tahun 2011
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 92 Tahun 2011
 
PM_69_TAHUN_2018.pdf
PM_69_TAHUN_2018.pdfPM_69_TAHUN_2018.pdf
PM_69_TAHUN_2018.pdf
 
PP RI No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
PP RI No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran UdaraPP RI No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
PP RI No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
 
Pmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehat
Pmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehatPmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehat
Pmk 44 tahun 2014 tentang pelabuhan sehat
 
Perka bkn no 21 th 2013 perum LPPNPI, PT.AP2, PT.AP1
Perka bkn no 21 th 2013 perum LPPNPI, PT.AP2, PT.AP1Perka bkn no 21 th 2013 perum LPPNPI, PT.AP2, PT.AP1
Perka bkn no 21 th 2013 perum LPPNPI, PT.AP2, PT.AP1
 
Salinan perpres nomor 93 tahun 2021
Salinan perpres nomor 93 tahun 2021Salinan perpres nomor 93 tahun 2021
Salinan perpres nomor 93 tahun 2021
 
Sd
SdSd
Sd
 
01. Paparan Laporan Pendahuluan.pdf
01. Paparan Laporan Pendahuluan.pdf01. Paparan Laporan Pendahuluan.pdf
01. Paparan Laporan Pendahuluan.pdf
 
Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,...
Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,...Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,...
Perdirjen nomor hk_103-2-14-djpl-16_tentang_tata_cara_penerimaan,_penyetoran,...
 
PMK Nomor 47/PMK.011/2010
PMK Nomor 47/PMK.011/2010PMK Nomor 47/PMK.011/2010
PMK Nomor 47/PMK.011/2010
 
pm 30 tahun 2020
pm 30 tahun 2020pm 30 tahun 2020
pm 30 tahun 2020
 

More from KantorHukum1

Pengumuman pengadaan cpns kejaksaan ri 2019
Pengumuman pengadaan cpns kejaksaan ri 2019Pengumuman pengadaan cpns kejaksaan ri 2019
Pengumuman pengadaan cpns kejaksaan ri 2019KantorHukum1
 
Permen no. 9 tahun 2019 ht elektronik upload
Permen no. 9 tahun 2019 ht elektronik uploadPermen no. 9 tahun 2019 ht elektronik upload
Permen no. 9 tahun 2019 ht elektronik uploadKantorHukum1
 
Skb 3 menteri atr.bpn.kemendagri.kemendes
Skb 3 menteri atr.bpn.kemendagri.kemendesSkb 3 menteri atr.bpn.kemendagri.kemendes
Skb 3 menteri atr.bpn.kemendagri.kemendesKantorHukum1
 
Permen pupr11 2019
Permen pupr11 2019Permen pupr11 2019
Permen pupr11 2019KantorHukum1
 
Perpres nomor 37_tahun_2019
Perpres nomor 37_tahun_2019Perpres nomor 37_tahun_2019
Perpres nomor 37_tahun_2019KantorHukum1
 
1557202703 49 pmk-03_2019
1557202703 49 pmk-03_20191557202703 49 pmk-03_2019
1557202703 49 pmk-03_2019KantorHukum1
 
32 pmk0102019 induk
32 pmk0102019 induk32 pmk0102019 induk
32 pmk0102019 indukKantorHukum1
 
Permendikbud nomor 51 tahun 2018
Permendikbud nomor 51 tahun 2018Permendikbud nomor 51 tahun 2018
Permendikbud nomor 51 tahun 2018KantorHukum1
 
Pojk+12 pojk.03-2018+penyelenggaraan layanan perbankan digital oleh bank umum...
Pojk+12 pojk.03-2018+penyelenggaraan layanan perbankan digital oleh bank umum...Pojk+12 pojk.03-2018+penyelenggaraan layanan perbankan digital oleh bank umum...
Pojk+12 pojk.03-2018+penyelenggaraan layanan perbankan digital oleh bank umum...KantorHukum1
 
Perpres nomor 86 tahun 2018
Perpres nomor 86 tahun 2018Perpres nomor 86 tahun 2018
Perpres nomor 86 tahun 2018KantorHukum1
 
Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74
Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74
Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74KantorHukum1
 
Permendesa pdtt nomor 16 tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana desa ta...
Permendesa pdtt nomor 16 tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana desa ta...Permendesa pdtt nomor 16 tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana desa ta...
Permendesa pdtt nomor 16 tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana desa ta...KantorHukum1
 
Peraturan OJK No.77/POJK.01/2016
Peraturan OJK No.77/POJK.01/2016Peraturan OJK No.77/POJK.01/2016
Peraturan OJK No.77/POJK.01/2016KantorHukum1
 

More from KantorHukum1 (20)

Pengumuman pengadaan cpns kejaksaan ri 2019
Pengumuman pengadaan cpns kejaksaan ri 2019Pengumuman pengadaan cpns kejaksaan ri 2019
Pengumuman pengadaan cpns kejaksaan ri 2019
 
Permen no. 9 tahun 2019 ht elektronik upload
Permen no. 9 tahun 2019 ht elektronik uploadPermen no. 9 tahun 2019 ht elektronik upload
Permen no. 9 tahun 2019 ht elektronik upload
 
Skb 3 menteri atr.bpn.kemendagri.kemendes
Skb 3 menteri atr.bpn.kemendagri.kemendesSkb 3 menteri atr.bpn.kemendagri.kemendes
Skb 3 menteri atr.bpn.kemendagri.kemendes
 
Perma 04 2019
Perma 04 2019Perma 04 2019
Perma 04 2019
 
Permen pupr11 2019
Permen pupr11 2019Permen pupr11 2019
Permen pupr11 2019
 
Perpres nomor 37_tahun_2019
Perpres nomor 37_tahun_2019Perpres nomor 37_tahun_2019
Perpres nomor 37_tahun_2019
 
1557202703 49 pmk-03_2019
1557202703 49 pmk-03_20191557202703 49 pmk-03_2019
1557202703 49 pmk-03_2019
 
32 pmk0102019 induk
32 pmk0102019 induk32 pmk0102019 induk
32 pmk0102019 induk
 
Permendikbud nomor 51 tahun 2018
Permendikbud nomor 51 tahun 2018Permendikbud nomor 51 tahun 2018
Permendikbud nomor 51 tahun 2018
 
Pojk+12 pojk.03-2018+penyelenggaraan layanan perbankan digital oleh bank umum...
Pojk+12 pojk.03-2018+penyelenggaraan layanan perbankan digital oleh bank umum...Pojk+12 pojk.03-2018+penyelenggaraan layanan perbankan digital oleh bank umum...
Pojk+12 pojk.03-2018+penyelenggaraan layanan perbankan digital oleh bank umum...
 
Bn1011 2018
Bn1011 2018Bn1011 2018
Bn1011 2018
 
Perpres nomor 86 tahun 2018
Perpres nomor 86 tahun 2018Perpres nomor 86 tahun 2018
Perpres nomor 86 tahun 2018
 
Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74
Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74
Peraturan pemerintah-republik-indonesia-nomor-49-tahun-2018-74
 
Permendesa pdtt nomor 16 tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana desa ta...
Permendesa pdtt nomor 16 tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana desa ta...Permendesa pdtt nomor 16 tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana desa ta...
Permendesa pdtt nomor 16 tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana desa ta...
 
Bn1984 2014
Bn1984 2014Bn1984 2014
Bn1984 2014
 
Peraturan OJK No.77/POJK.01/2016
Peraturan OJK No.77/POJK.01/2016Peraturan OJK No.77/POJK.01/2016
Peraturan OJK No.77/POJK.01/2016
 
Pm 89 tahun_2015
Pm 89 tahun_2015Pm 89 tahun_2015
Pm 89 tahun_2015
 
Pm 77
Pm 77Pm 77
Pm 77
 
Pm 77
Pm 77Pm 77
Pm 77
 
Uu 4-1996
Uu 4-1996Uu 4-1996
Uu 4-1996
 

Recently uploaded

Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxkhairunnizamRahman1
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptxahmadrievzqy
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 

Recently uploaded (6)

Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 

PERMENHUB-PM38

  • 1. MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA v ’ PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 38 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KESEMBILAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 25 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 56 Tahun 2016 tentang Kegiatan Pengusahaan Bandar Udara, telah diatur mengenai Penyelenggaraan Angkutan Udara; b, bahwa untuk mendorong perkembangan iklim usaha penerbangan dan kemudahan penerbitan izin rute baru, penyesuaian pengaturan pelaksanaan operasi penerbangan apabila terjadi kecelakaan (accident dan/atau serious incident) penerbangan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri dimaksud;
  • 2. - 2 - Mengingat c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Perubahan Kesembilan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara; : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 2. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 3. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1844) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 86 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1012). Menetapkan MEMUTUSKAN : : PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PERUBAHAN KESEMBILAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 25 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UDARA.
  • 3. “ J - Pasal I Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara yang telah beberapa kali diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan: a. Nomor PM 77 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1901); b. Nomor PM 5 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 6); c. Nomor PM 41 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 293); d. Nomor PM 68 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 498); e. Nomor PM 159 Tahun 2015 tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1592); f. Nomor PM 177 Tahun 2015 tentang Perubahan Keenam atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1770);
  • 4. - 4 - g. Nomor PM 40 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketujuh atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 559); h. Nomor PM 56 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedelapan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 696), diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan Pasal 4c diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 4c (1) Modal disetor sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (1) huruf e meliputi investasi awal dan modal kerja tahun pertama. (2) Investasi awal badan usaha angkutan udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. investasi aktiva tetap berwujud (tangible asset); dan b. aktiva tidak berwujud (intangible asset). (3) Modal kerja tahun pertama badan usaha angkutan udara niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. biaya operasi langsung; dan b. biaya operasi tidak langsung. 2. Di antara Pasal 4c dan Pasal 5 ditambahkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 4d dan Pasal 4e sehingga berbunyi sebagai berikut:
  • 5. Pasal 4d (1) Penyetoran modal dan penambahan atas modal dapat dilakukan dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk lainnya, (2) Dalam hal penyetoran modal dilakukan dalam bentuk lainnya, penilaian setoran modal ditentukan berdasarkan nilai wajar yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar atau oleh ahli yang tidak terafiliasi oleh perusahaan. (3) Penyetoran dalam bentuk benda tidak bergerak harus diumumkan dalam 1 (satu) surat kabar atau lebih dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah akta pendirian ditandatangani atau setelah RUPS memutuskan penyetoran tersebut. Pasal 4e Modal disetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4c ayat (1) harus tercantum dalam neraca yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Terdaftar dan sesuai dengan akta pendirian perusahaan beserta perubahannya (apabila ada) yang telah disahkan oleh Kementerian yang berwenang di bidang hukum. Menghapus ketentuan persyaratan modal disetor bagi sekolah penerbang {flying school) dalam Pasal 13 ayat (1) huruf h, sehingga Pasal 13 berbunyi sebagai berikut: Pasal 13 (1) Untuk mendapatkan izin kegiatan angkutan udara bukan niaga yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha Indonesia, dan lembaga tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12,
  • 6. - 6 - paling sedikit harus memiliki: a. persetujuan dari instansi yang membina kegiatan pokoknya; b. akta pendirian badan usaha atau lembaga yang telah disahkan oleh menteri yang berwenang; c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); d. surat keterangan domisili tempat kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang; e. fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau tanda bukti identitas diri yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atas nama Direktur Utama atau penanggung jawab lembaga; f. rencana kegiatan angkutan udara; g. rekomendasi dari penyelenggara bandar udara dan penyelenggara navigasi penerbangan yang akan digunakan sebagai tempat latihan (training area) bagi pemohon angkutan udara bukan niaga yang melakukan sekolah penerbang [flying school) (2) Untuk mendapatkan izin kegiatan angkutan udara bukan niaga yang digunakan oleh orang perseorangan warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, paling sedikit harus memiliki: a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk; b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. surat keterangan domisili tempat kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang; dan d. rencana kegiatan angkutan udara. (3) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, b, c, d, dan g dan ayat (2) huruf a, b, dan c diserahkan dalam bentuk
  • 7. -7- salinan yang telah dilegalisasi oleh instansi yang mengeluarkan dan apabila diperlukan dokumen asli harus dapat ditunjukkan untuk verifikasi. (4) Rencana kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dan ayat (2) huruf d paling sedikit memuat: a. kegiatan pokoknya yang merupakan kegiatan inti usaha yang perlu ditunjang dengan kegiatan angkutan udara; b. jenis dan jumlah pesawat udara yang akan dioperasikan serta sumber dan cara pengadaan pesawat udara; c. pusat kegiatan operasi penerbangan; d. daerah operasi atau wilayah kerja yang meliputi cakupan wilayah kegiatan penerbangan yang menunjang kegiatan inti usahanya; e. sumber daya manusia yang terdiri atas teknisi dan personel pesawat udara; f. kesiapan serta kelayakan operasi memuat rencana pengadaan, pemeliharaan atau perawatan pesawat udara serta pengadaan fasilitas pendukung operasional pesawat udara; dan g. tujuan penggunaan pesawat udara yang memuat gambaran singkat mengenai tujuan penggunaan pesawat udara dikaitkan dengan inti usahanya. (5) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dan ayat (2) huruf d disampaikan langsung kepada Direktur Jenderal untuk dievaluasi sesuai dengan pedoman penyusunan dokumen dimaksud.
  • 8. - 8 - 4. Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 32 (1) Badan Usaha Angkutan Udara dapat mengajukan permohonan izin rute baru kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara. (2) Permohonan izin rute baru pada rute penerbangan yang sudah ditetapkan dalam lampiran surat izin usaha, harus melampirkan: a. rute penerbangan yang telah ditetapkan dalam lampiran surat izin usaha; b. jadwal penerbangan (nomor penerbangan, jam keberangkatan dan kedatangan serta hari penerbangan) yang telah mendapat rekomendasi alokasi ketersediaan waktu terbang (slot time) pengelola/koordinator slot sesuai dengan jam operasi bandar udara; c. jenis dan tipe pesawat, utilisasi penerbang dan rotasi diagram pesawat udara yang dioperasikan; d. rencana kesiapan penanganan pesawat udara, penumpang dan kargo di bandar udara yang akan diterbangi; dan e. kemampuan teknis operasi bandar udara dari Direktorat teknis terkait. (3) Terhadap permohonan izin rute pada rute penerbangan yang belum ditetapkan dalam lampiran surat izin usaha, maka Badan Usaha Angkutan Udara wajib mengusulkan rute penerbangan baru dalam lampiran surat izin usaha angkutan udara niaga terlebih dahulu.
  • 9. -9- (4) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melakukan evaluasi terhadap permohonan dan persyaratan yang dilampirkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (5) Direktur Jenderal dapat menerbitkan izin rute baru paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dinyatakan lengkap dan memenuhi persyaratan. (6) Direktur Jenderal dapat menolak permohonan izin rute baru paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dinyatakan tidak memenuhi persyaratan. 5. Ketentuan Pasal 103a diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 103a (1) Badan usaha angkutan udara yang mengalami kecelakaan (accident dan/atau serious incident) dilakukan audit oleh tim yang dibentuk Direktur Jenderal. (2) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. (3) Berdasarkan hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditemukenali adanya kekurangan atau kesalahan oleh Badan Usaha Angkutan Udara, maka Direktur Jenderal dapat memerintahkan Badan Usaha Angkutan Udara untuk melakukan perbaikan manajemen. (4) Berdasarkan hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditemukenali adanya pelanggaran terhadap ketentuan
  • 10. peraturan perundang-undangan di bidang penerbangan, Direktur Jenderal dapat mengenakan sanksi administratif kepada Badan Usaha Angkutan Udara, penyelenggara bandar udara dan penyelenggara navigasi penerbangan. (5) Selama pelaksanaan kegiatan audit sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Usaha Angkutan Udara dapat melakukan kegiatan angkutan udara, sepanjang memenuhi ketentuan keselamatan dan keamanan penerbangan. Pasal 105 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 105 Badan usaha angkutan udara yang telah dikenakan sanksi berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 159 Tahun 2015 tentang Perubahan Kelima atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentangPenyelenggaraan Angkutan Udara (Berita NegaraRepublik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1592), tindak lanjut terhadap pelaksanaan sanksi yang telah diberikan disesuaikan berdasarkan Peraturan Menteri ini.
  • 11. -11 - Pasal II Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Mei 2017 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd BUDI KARYA SUMADI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 19 Mei 2017 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 732 Salinan sesuai dengan aslinya KEMALA BIRO /HUKUM SRI LESTARI RAHA Pembina Utama Muda (IV/c) NIP. 19620620 198903 2 001