2. Pengelasan (welding) adalah salah
salah satu teknik penyambungan 2
buah logam atau lebih dengan
pemanasan sampai logam induk
mencair dan menyatu dalam
keadaan dingin
3. Bahwa benda padat tersebut dapat
mencair/lebur oleh panas.
Bahwa antara benda-benda padat yang
disambung tersebut terdapat kesesuaian sifat
lasnya sehingga tidak melemahkan atau
menggagalkan sambungan tersebut.
Bahwa cara penyambungan sesuai dengan
sifat benda padat dan tujuan penyambungan.
4. Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch
Industrie Normen) las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam paduan
yang dilaksanakan dalam keadaan lumer
atau cair.
5. Adapun sumber-sumber panas untuk pengelasan dihasilkan dari
proses-proses di bawah ini. Suhu yang di hasilkan berkisar dari yang
terendah hingga yang tertinggi, seperti :
Bahan bakar minyak, yang dapat menhasilkan panas beberapa ratus
untuk pengelasan dengan titik lebur rendah.
Canpuran zat asam dengan gas pembakar seperi acetylene, propan,
hydrogen. Panas yang dihasilkan dapat mencapai titik lebur baja
sekitar 1.370 .
Busur nyala listrik, panas yang dihasilkan dari busur listrik ini sangat
tinggi jauh diatas titik lebur baja.
Tahanan listrik dan induksi listrik, panas yang dihasilkan cukup tinggi
sehingga dengan mudah dapat mencairkan baja.
Busur nyala listrik dengan gas pelindung, pada pengelasan ini
biasanya peka terhadap proses oksidasi.
Sinar infrared dan reaksi kimia eksotermis.
Ledakan bahan mesiu (cad, explosion), yang dapat menghasilkan
panas sangat tinggi.
Getaran ultrasonic, sinar laser dan pemboman dengan electron.
6. Adapun beberapa factor persiapan yang
harus dilakukan :
Factor manusia.
Factor prosedur dan cara kerja.
Factor bahan atau material, jenis, cara,
peralatan dan bentuk serta ukuran-ukuran.
Factor peralatan.
Factor alam dan maksud tujuan.
Factor resiko dan hasil perhitungan atau
pengukuran.
7. Secara konvensional cara-cara pengelasa dapat dibagi
menjdi dua golongan, yaitu :
klasifikasi berdasarkan kerja.
klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan.
10. Berdasarkan klasifikasi kerja pengelasan dapat dibagi
dalam tiga kelas utama yaitu : pengelasan cair,
pengelasan tekan dan pematrian.
Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana
sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber
panas dari busur listrik atau sumber api gas yang terbakar.
pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana
sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan hingga
menjadi satu.
pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan
diikat dan disatukan dengan menggunakan paduan logam
yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini logam
induk tidak turut mencair.
11. A. Pengelasan cair
Las gas
Las listrik terak
Las listrik gas
Las listrik termis
Las listrik elektron
Las busur plasma
B. Pengelasan tekan
Las resistensi listrik
Las titik
Las penampang
Las busur tekan
Las tekan
Las tumpul tekan
Las tekan gas
Las tempa
Las gesek
Las ledakan
Las induksi
Las ultrasonic
12. C. Las busur
Elektroda terumpan
D. Las busur gas
Las mig
Las busur CO2
E. Las busur gas dan fluks
Las busur CO2 dengan elektroda berisi fluks
Las busur fluks
Las elektroda berisi fluks
Las busur fluks
Las elektroda tertutup
Las busur dengan elektroda berisi fluks
Las busur terendam
Las busur tanpa pelindung
Elektroda tanpa terumpan
Las TIG atau las wolfram gas
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48. MACAM-MACAM CACAT LAS DAN
MENANGGULANGINYA
Cacat Las dibagi dua diantaranya :
Cacat las yang dapat dilihat ( Visual )
Cacat las tidak dapat dilihat ( Cacat Dalam )
49. •Cacat las yang dapat dilihat :
•Under Cutting : Yaitu sisi sambungan termakan oleh busur api dan membentuk palit di
kanan dan kiri rigi las
•Hal ini di sebabkan oleh terlalu tingginya temperatur sewaktu mengelas karena
pemakaian arus terlalu besar dan ayunan elektroda terlalu pendek.
50. Weaving fault : Yaitu bentuk alur
bergelombang sehingga ketebalannya
tidak merata. Hal ini disebabkan karena
cara pengelasan yang terlalu digoyang.
51. Fault of elektroda change : Yaitu bentuk alur laur las
yang menebal pada jarak tertentu yang diakibatkan
oeh [pergantian elektroda yang gerakannya terlalu
pelan
52. Alur-alur las terlalu tinggi : Yaitu bentuk alur las yang
sempit dan menonjol keatas yang disebabkan pemakaian
arus terlalu rendah dan elektroda terlalu dekat dengan
logam.
53. Alur las terlalu lebar : Yaitu bentuk alur terlalu besar dan
lebar yang disebabkan karena kecepatan mengelas
terlalu lamban.
54. Alur las tidak beraturan : bentuk alur las yang tidak
beraturan yang disebabkan oleh tidak mahirnya
seseorang dalam mengelas karena tidak mengetahui
apa yang harus diperhatikan.
55. • Alur las terlalu tipis :
Yaitu bentuk alur las yang disebabkan akibat
kecepatan mengelas terlalu tinggi.
56. Dasar concave : Yaitu bentuk alur las bagian bawah
benda alas terjadi pencekungan yang disebabkan
karena arus terlalu besar.
57. Dasar berlubang-lubang : Yaitu bentuk alur bagian las
bagian bawah benda alas terjadi lubang-lubang yang
disebabkan posisi elektroda terlalu dalam dan arus
terlalu besar.
58. Dasar berjanggut : Yaitu Yaitu bentuk alur
bagian las bagian bawah benda alas
terjadi lelehan yang berlebihan hal ini
disebabkan karena pergerakan elektroda
yang salah dan terlalu lambat
59. Over laping : yaitu sisi rigi las kurang terpadu pada logam induk
atau berada kerja seolah-olah menempel.
Porosity : yaitu ada lubang-lubang udara pada permukaan rigi-rigi
las. Hal ini disebabkan elektroda basah, kampuh kotor, terlalu
lembab, gas yang berasal dari galvanisasi.
60. Slag inclusion : adanya terak yang
terperangkap sehingga tidak bias keluar
dari rigi-rigi las. Hal ini disebabkan
adanyab terak yang tidak dibersikan pada
proses las berikutnya.
61. Angular Deformation (Berubah Bentuk): Yaitu perubahan bentuk dari
sambungan las (Benda kerja). Hal ini ini disebabkan tidak adanya alat
bantu penjepit dan las pengunci
62. Misalingment (high-low) : Yaitu sambungan
las tidak rata sehingga akan mengurangi
tebal las logam. Hal ini disebabkan karena
tidak rata pengaturan benda las.
64. Kurang tembus : Rigi-rigi tidak menembus sesuai
dengan yang diinginkan.
65. Spatter : Terdapat butiran-butiran seperti
pasir disekitar rigi-rigi las.
66. Cacat las yang tidak dapat dilihat
Jenis-jens kesalahan pengelasan yang tidak dapat dilihat dengan mata, hanya
dapat dideteksi dengan menggunakan radiographi dan ultrasonic. Adapun jenis –
jenis kesalahan tersebut :
Undercut
Slag lines
Internal longitudinal crack
Internal transverse crack
Incomplete penetration
Incomplete fusion
Internal porosity
Blow hole
Root concaving
Surface concaving
Fault of junction
Root high low
Aligned porosity
Ecessive penetration
Interpass cold lap
Heavy metal inclusion
67. Adapun cara penanggulangan kesalahan pada proses pengelasan :
Undercutting
Berikan pendinginan benda kerja.
Turunkan amper.
Ayunan elektroda harus sesuai amper.
Atur kedudukan elektroda.
Overlapping
Naikan arus las.
Jarak elektroda dengan benda kerja.
Sesuaikan kecepatan pengelasan.
Porosity
Simpan elektroda di tempat yang aman.
Bersihkan benda kerja.
Gunakan elektroda yang sesuai.
Gunakan pengaman udara yang masuk.
Slag Inclusion
Pembersihan setiap lapisan terak setelah proses pengelasan.
Angular Deformation
Atur sudut lasan yang memadai sebelum pengelasan.
Gunakan go jig.
Lakukan stress releascing setelah pengelasan.
68. Lakukan stress releascing setelah pengelasan.
Misaligment
Atur jarak benda yang akan disambung harus rata dan sejajar.
Jarak las cantum agar disesuaikan dengan tebal plat yang akan dilas.
Cracking
Gunakan elektroda yang sesuai.
Lakukan stress releacing setelah pengelasan.
Lakukan pemenasan pendahuluan sebelum dilas.
Rigi-rigi penembusan terlalu tinggi
Atur kecepatan pengelasan.
Lubang kunci jangan terlalu besar.
Turunkan ampere atau ganti elektroda.
Rigi-rigi tidak tembus
Naikkan arus las (amper).
Sesuaikan kecepatan pengelasan dengan cairan yang terbentuk pada waktu
pengelasan.
Usahakan selalu terbentuk lubang kunci sepangjang rigi-rigi lapisan pengelasan.
Spatter Panjang busur listrik kira-kira sama dengan diameter elektroda.
Turunkan amper
Gunakan polaritas yang sesuai.
Ganti elektroda
75. Pelepasan gas karena perbedaan batas
kelarutan antara logam cair dan logam padat
pada suhu pembekuan
Terbentuknya gas karena reaksi kimia dalam
logam las
Karena penyusupan gas kedalam atmosfir
busur
76.
77. Ketangguhan dan penggetasan batas las
Mengetahui pengaruh komposisi kimia
dan masukan panas terhadap
penggetasan batas las
Cara-cara untuk menurunkan
penggetasan batas las
Pengujian ketangguhan daerah las itu
sendiri
79. Penggunaan baja yang peka terhadap
penggetasan batas las
Pembatasan masukan panas
Menurunkan penggetasan melalui cara
pengelasan
80. Pemanasan dan pendinginan
Perubahan susunan listrik
Daerah lasan ( HAZ)
Internal stres
Distorsi
Weldability
Mecanical effeck
Metal tansfer
Aliran panas
Dilusi
81. Proses dari awal pengelasan sampai sistem
pendinginan yang dipergunakan, hal ini
bertujuan untuk mengetahui diantaranya
kekuatan hasil pengelasan cacat pada hasil
lasan, serta perubahan sturuktur dari logam
lasan.
82.
83. Daerah HAZ adalah bagian logam yang
terkena panas disaat pengelasan yangg
mengakibatkan terjadinya perubahan
susunan kristal logam pada logam induk.
Susunan kristal dipengaruhi oleh
1. Susunan elemen logam
2. Temperatur
3. Pengerjaan mekanis
4. Perlakuan panas atau heattreatment
84. Internal strees dapat dibagi 3 macam
1. Expansi panas yaitu mengembang karena
panas dan menyusut karena dingin
2. Expansi kisi yaitu atom-atom mengembang
karena pemanasan
3. Expansi kristal yaitu penyebaran atom ke
segala arah
85. 1. Logam lasan yaitu logam yang mencair dan
membeku selama waktu penegelasan
2. Daerah HAZ yaitu logam dasar yang selama
penegelasan mengalami sikhus thermal
pemanasan dan pendinginan cepat
3. Logam induk bagian logam dimana panas
pengelasan tidak menyebabkan perubahan
struktur dan sifat
86. Distorsi yaitu karena proses pemanasan
yang berkelanjutan pada logam dan
dilakukan pendinginan yang leluasa
87. Weldability yaitu kemampuan untuk
membentuk gabungan atau penyambungan
kuat akibat pembekuan dari kondisi yang
mencair
88. Mechanical effect yaitu pengaruh yang terjadi
pada logam lasan setelah terjadi pengelasan
dilihat secara mekanik.
Efek yang terjadi diantaranya:
1. Kekerasan
2. Keuletan
3. Kerapuhan
4. Kelelahan
89. Aliran panas untuk mengetahui berapa panas
yang dibutuhkan dan pengaturan kecepatan
pemanasan dan pendinginan
90. Dilusi yaitu turut sertanya meleleh logam
induk yang membentuk logam las
91. 1. Pakaian kerja
2. Helm las/topeng las
3. Kaca las
4. Apron (pelindung dada)
5. Sarung tangan
6. Sepatu kulit kapasitas 2 ton
92. Mesin las listrik – Transformator arus bolak-balik
(AC)
Mesin ini memerlukan sumber arus bolak-balik
dengan tegangan yang lebih rendah pada
lengkunglistrik.
Mesin las listrik – Rectifier arus searah (DC)
Mesin ini mengubah arus listrik bolak-balik
(AC)yang masuk, menjadi arus listrik searah
(DC)keluar.
Pada mesin AC, kabel masa dan kabel
elektroda dapat dipertukarkan tanpa mempengaruhi
perubahan panas yang timbul pada busur nyala.
93. Pemilihan jenis arus maupun pengkutuban pada
pangelasan bergantung kepada :
Jenis bahan dasar yang akan dilas
Jenis elektroda yang dipergunakan
Pengaruh pengkutuban pada hasil las adalah
pada penembusan lasnya. Pengkutuban langsung
akan menghasilkan penembusan yang dangkal
sedangkan Pada pengkutuban terbalik akan
terjadi sebeliknya. Pada arus bolak-balik
penembusan yang dihasilkan antara keduanya.
94.
95. Besar arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las. Bila
arus terlalu rendah akan menyebabkan sukarnya
penyalaan busur listrik dan busur listrik yangterjadi tidak
stabil. Panasyang terjadi tidak cukupuntuk melelehkan
elektrodadan bahan dasar sehinggahasilnya merupakan
rigi-rigilas yang kecil dan tidak rata serta penembusan
yang kurang dalam.
Sebaliknya bila arus terlalu besar maka elektroda akan
mencair terlalucepat dan menghasilkan permukaan las
yang lebih lebar dan penembusan yangdalam.Besar arus
untuk pengelasan tergantung pada jenis kawat las yang
dipakai, posisi pengelasan serta tebal bahan dasar.
96.
97. Kecepatan pengelasan tergantung pada jenis elektroda, diameter
intielektroda, bahan yang dilas, geometri sambungan, ketelitian
sambungan dan lain-lainnya. Dalam hampir tidak ada
hubungannya dengan tegangan las tetapiberbanding lurus dengan
arus las. Karena itu pengelasan yang cepat memerlukanarus las
yang tinggi.
Bila tegangan dan arus dibuat tetap, sedang kecepatan
pengelasandinaikkan maka jumlah deposit per satuan panjang las
jadi menurun. Tetapi disamping itu sampai pada suatu kecepatan
tertentu, kenaikan kecepatan akanmemperbesar penembusan. Bila
kecepatan pengelasan dinaikkan terus makamasukan panas per
satuan panjang juga akan menjadi kecil, sehingga
pendinginanakan berjalan terlalu cepat yang mungkin dapat
memperkeras daerah HAZ
98. Bila panjang busur tepat (L = D), maka cairan elektroda akan mengalir dan
mengendap dengan baik.
Hasilnya :
rigi-rigi las yang halus dan baik.
tembusan las yang baik
perpaduan dengan bahan dasar baik
percikan teraknya halus.
Bila busur terlalu panjang (L > D), maka timbul bagian-bagian yang berbentuk
bola dari cairan elektroda.
Hasilnya :
rigi-rigi las kasar
tembusan las dangkal
percikanteraknya kasar dan keluar darijalur las.
Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, bisa terjadi pembekuan
ujung elektroda pada pengelasan (lihat gambar 158 c).
hasilnya :
rigi las tidak merata
tembusan las tidak baik
percikan teraknya kasar dan berbentuk bola.
99. Pengelasan dengan menggunakan las busur listrik
memerlukan kawat las (Elektroda) yang terdiri dari
suatu inti terbuat dari suatu logam di lapisi oleh lapisan
yang terbuat dari campuran zat kimia, selain berfungsi
sebagai pembangkit, elektroda juga sebagai bahan
tambah.