SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Download to read offline
Enviromental Sustainability
DOI 10.1007/978-81-322-2056-5_4
“Seaweed: A Pomising Source For Suistainable Development”
“Rumput Laut: Sumber yang Menjanjikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan”
Nedumaran T. Arulbalachanran
Diterjemahkan oleh:
IRIANI
I1A2 14 065
Dibawah Bimbingan :
Prof. Dr. Ir. La Ode Muhammad Aslan
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
Enviromental Sustainability
DOI 10.1007/978-81-322-2056-5_4
“Seaweed: A Pomising Source For Suistainable Development”
“Rumput Laut: Sumber yang Menjanjikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan”
Nedumaran T. Arulbalachanran
Diterjemahkan oleh:
IRIANI
I1A2 14 065
Dibawah Bimbingan :
Prof. Dr. Ir. La Ode Muhammad Aslan
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
Enviromental Sustainability
DOI 10.1007/978-81-322-2056-5_4
“Seaweed: A Pomising Source For Suistainable Development”
“Rumput Laut: Sumber yang Menjanjikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan”
Nedumaran T. Arulbalachanran
Diterjemahkan oleh:
IRIANI
I1A2 14 065
Dibawah Bimbingan :
Prof. Dr. Ir. La Ode Muhammad Aslan
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
Judul
Nama
Stambuk
Kelompok
Jurusan
IIALAMAN PENGESAHAN
"Rumput Laut: Sumber yang Menjanjikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan"
Iriani
I1A2 14 065
YII (Tujuh)
Budidaya Perairan
Laporan Lengkap Ini
Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :
Dosen Koordiator Mata Kuliah
Manaj emen Alnrakt!fi;r Laut
A
r, I f/ zo7tr
tYl
NrP. 196612101994A3 I 005
Kendari. Juli 2L18
Tanggal Pengesahan
9. Rumput Laut digunakan sebagai Pakan Ternak
Rumput laut telah digunakan selama bertahun-tahun untuk konsumsi manusia dan
pakan ternak. Rumput laut juga merupakan bahan untuk industri makanan, kosmetik
global, pupuk dan sebagai pakan ternak tambahan. Rumput laut juga merupakan
sumber makanan yang berharga yang memiliki mikronutrien dan bahan baku untuk
industri farmasi. Rumput laut mempunyai banyak nutrisi penting, terutama elemen
mikro dan beberapa zat bioaktif lainnya yang menjelaskan mengapa rumput laut
dianggap sebagai suplemen makanan di abad ke-21 dan sebagai sumber protein, lipid,
polisakarida, mineral, vitamin, dan enzim (Rimber, 2007). Menariknya, komponen
yang paling terkenal dari industri turunan rumput laut adalah dari phycocolloids,
pengentalan, pengemulsi, mengikat, menstabilkan, mengklarifikasi, dan melindungi
agen yang dikenal sebagai karagenan, alginat dan agar (Chopin, 2007). Total
penggunaan setiap tahun yang digunakan oleh industri rumput laut global adalah
sekitar 8 juta ton rumput laut basah (Mchugh 2003).
9.1 Rumput Laut digunakan sebagai Pakan Ikan
Dalam budidaya ikan, pakan basah biasanya terdiri dari limbah daging dan limbah
ikan yang dicampur dengan aditif kering yang mengandung nutrisi tambahan semua
terbentuk bersama dalam massa adonan. Ketika diberikan ke dalam kolam ikan atau
tambak ikan, harus dilakukan secara bersamaan dan tidak mudah hancur atau larut di
dalam air. Bahan pengikat diperlukan sebagai teknis alginat yang terkadang
digunakan. Ini juga telah digunakan untuk mengikat pakan yang diformulasikan
untuk udang dan abalon. Namun, penggunaan tepung rumput laut yang digiling halus
terbuat dari rumput laut coklat yang lebih murah.
Selain itu, ada juga pasar untuk rumput laut segar sebagai pakan untuk abalon. Di
Australia, rumput laut coklat Macrocystis pyrifera dan rumput laut merah Gracilaria
edulis telah ditemukan. Di Afrika Selatan Porphyra merupakan pakan untuk abalon,
dan telah direkomendasikan untuk dibuat pengelolaan populasi liar rumput laut.
Pacific dulse (palmaria mollis) telah ditemukan sebagai pakan berharga untuk abalon
merah. Pengembangan budidaya berbasis lahan telah dilakukan dengan tujuan
menghasilkan kuantitas komersial rumput laut. Rumput laut hijau, Ulva lactuca, telah
diberikan ke Haliotis tuberculata dan H. discus (Mchugh 2003). Uji coba pakan
menunjukkan bahwa pertumbuhan abalon sangat meningkat karena kandungan
protein yang tinggi, dan hal ini dicapai karena rumput laut mengandung kadar amonia
yang tinggi.
9.2 Rumput Laut digunakan sebagai Pakan untuk Hewan Ternak
Rumput laut adalah sumber dari mineral dan elemen-elemen mikro selain vitamin,
hormon pertumbuhan, dan Phycocolloid, karenanya, pakan yang dibuat dari rumput
laut dapat diberikan sebagai suplemen untuk ternak, udang, unggas, dan ikan. Pakan
rumput laut dapat dicampur dengan tepung ikan dan digunakan sebagai pakan
unggas. Dave et al (1997) menilai kemungkinan rumput laut digunakan sebagai pakan
ternak tambahan dan meninjau kembali pakan yang diberikan untuk hewan dengan
menggunakan rumput laut seperti yang dilakukan di Jepang, Jerman, Inggris,
Norwegia, dan negara-negara lainnya.
9.3 Pemanfaatan Rumput Laut dalam Akuakultur Terintegrasi
Budidaya Glacilaria dimulai di Taiwan dan Cina pada tahun 1960-an sebagai
sumber dari bahan baku untuk industri agar. Pada awal penanaman dilakukan di parit
yang mengandung limbah tambak, tetapi pada tahun 1976, dipindahkan ke tambak
ikan. Ini memiliki manfaat ganda dari rumput laut yang menggunakan bahan limbah
ikan sebagai pupuk dan ikan yang memakan epifit, seperti spesies Enteromorpha,
yang sebaliknya akan menjadi hama serius untuk rumput laut. Pengontrolan
dilakukan dengan menggunakan ikan nila (Oreochromis mossambicus) dan ikan
bandeng (Chanos chanos) cukup baik, selama ikan tersebut dikeluarkan dari tambak
sebelum mulai memakan Gracilaria, ikan besar secara berkala dibuang dan
digantikan oleh ikan kecil. Konsep polikultur ini, atau akuakultur terintegrasi untuk
menggunakan terminologi yang lebih baru, sejak itu telah digunakan dalam berbagai
hal di mana limbah dari budidaya satu spesies, berpotensi mengancam kerusakan
lingkungan, tetapi dapat juga dimanfaatkan oleh spesies lain memberikan keuntungan
untuk mengurangi polusi. Berbagai strategi telah dicoba. Budidaya rumput laut di
sekitar luar tambak ikan telah menyebabkan pertumbuhan rumput laut secara
signifikan lebih baik tetapi hanya sebagian berhasil menghilangkan sejumlah besar
nutrisi yang berasal dari tambak ikan. Gracillaria yang tidak terikat pada tali telah
ditanam dalam limbah tambak udang. Sistem semi-tertutup atau berbasis lahan telah
disarankan, tetapi investasi modal yang lebih tinggi telah menjadi pengahalang
(Mchugh 2003).
Akuakultur terintegrasi berkembang sebagai solusi untuk masalah lingkungan
yang berkelanjutan, termasuk pengelolaan daerah pesisir dan pembuangan limbah
dari kegiatan budidaya skala besar. Teknik budidaya ikan dapat mempengaruhi
lingkungan (Ackefors dan Enell 1990). Teknik tersebut dapat menghasilkan
peningkatan sedimentasi, oksigen, pembebanan nutrisi, dan lain-lain, dapat melekat
dan pakan yang sangat intensif. Air limbah mengandung nitrogen yang diekstraksi
oleh hewan sebagai partikulat atau dalam keadaan terlarut (del Rio et al, 1996).
Peningkatan budidaya satu jenis komoditas (monospesies) di seluruh dunia selama
beberapa tahun terakhir telah menimbulkan masalah lingkungan yang parah dan
merupakan masalah yang sangat memprihatinkan. Gaglund dan Pedersen (1993)
menyelidiki potensi rumput laut Gracilaria tenuistipitata ketika dibudidayakan
dengan Oncorhynchus mykiss (ikan trout pelangi) untuk menghilangkan nitrogen dan
fosfor dari kolam. Pengelolaan rumput laut yang terintegrasi di tambak budidaya
udang adalah kegiatan umum di Cina dan Taiwan sejak mengetahui bahwa: 1.
Rumput laut bisa menjadi tempat berlindung yang cocok untuk hewan terutama di
siang hari; 2. Oksigen berevolusi selama fotosintesis oleh rumput laut membantu
aerobik untuk mempercepat degradasi zat organik kompleks untuk unsur-unsur
sederhana yang ada; 3. Amonia, urea, dan nutrisi lainnya yang ada dalam ekskret
hewan yang digunakan oleh rumput laut untuk produktivitasnya sehingga mengurangi
pemuatan unsur hara; 4. Polisakarida dan produk lain yang diperoleh dari rumput laut
saat ditanam di budidaya akuakultur menunjukkan kualitas yang baik karena air
lingkungan diperkaya dengan nutrisi; 5. Pembudidaya udang mendapat manfaat tidak
hanya dari hewan tetapi juga dari rumput laut; dan 6. Tingkat oksigen pada siang hari
meningkat karena fotosintesis. Namun, baik hewan dan tumbuhan bersaing untuk
mendapatkan oksigen di malam hari. Oleh karena itu, pemeliharaan kepadatan stok
rumput laut di tambak merupakan prasyarat untuk praktik akuakultur terintegrasi
(Kavitha dan Rengasamy 2002).
10. Pemanfaatan Biomassa Rumput Laut untuk Bahan Bakar
Penggunaan lanjutan bahan bakar bersumber dari minyak bumi yang semakin
diakui secara luas tidak akan berkelanjutan, karena ketersediaannya yang menipis dan
konstribusi bahan bakar ini untuk akumulasi CO2 di lingkungan. Bahan bakar
terbarukan, bahan bakar transportasi karbon netral diperlukan untuk lingkungan dan
ekonomi yang berkelanjutan (Cristi, 2007). Karbon biodiesel dan karbon netral di
produksi secara intensif di wilayah yang relatif kecil dari lahan marginal. Kualitas
produk bahan bakar sebanding dengan diesel minyak bumi dan dapat tergabung
dengan perubahan ke dalam infrastruktur bahan bakar yang ada. Teknik inovatif,
termaksud limbah industri dan domestik sebagai pupuk dapat diterapkan untuk lebih
meningkatkan produktivitas biodiesel (Champbell, 2008). Mirip dengan tumbuhan
tingkat tinggi lainnya seperti : jagung, kedelai, tebu, kayu, dan tanaman lain, alga
juga menggunakan fotosintesis untuk mengubah energi matahari menjadi energi
kimia. Mereka menyimpan energi ini dalam bentuk minyak, karbohidrat dan protein.
Minyak tumbuhan dapat diubah menjadi biodiesel karena biodiesel merupakan suatu
bentuk dari energi matahari.
Rumput laut adalah salah satu tanaman yang paling cepat berkembang di dunia
dan berat keragenan sekitar 50%. Minyak lipid ini dapat digunakan untuk membuat
biodiesel untuk mobil, truk, dan pesawat terbang. Mikroalga memiliki tingkat
pertumbuhan yang jauh lebih cepat dari pada tanaman yang hidup di tanah. Hasil per
satuan luas minyak dari rumput laut diperkirakan antara 20.000 dan 80.000
L/acre/tahun : ini 7-31 kali lebih besar dari tanaman berikutnya, minyak sawit (Chisti,
2007). Ada kemungkinan bahwa permintaan AS untuk bahan bakar cair dapat dicapai
dengan membudidayakan rumput laut di sepersepuluh area yang saat ini dikhususkan
untuk budidaya kedelai (Scott dan Bryner 2006). Kandungan lipid dan asam lemak
dari mikroalga bervariasi sesuai dengan kondisi budidaya. Sebagian besar penelitian
saat ini pada ekstraksi minyak difokuskan pada mikroalga untuk menghasilkan
biodiesel dari minyak alga. Minyak alga dapat diolah menjadi biodiesel semudah
minyak yang berasal dari tanaman berbasis lahan.
Produksi biodiesel mikroalga membutuhkan sejumlah besar biomassa alga.
Rumput laut yang digunakan dalam produksi biodiesel biasanya rumput laut hijau
bersel satu. Jenis rumput laut ini adalah eukariot fotosintetik yang dicirikan oleh
tingkat pertumbuhan tinggi dan kepadatan populasi yang tinggi. Dalam kondisi yang
baik, rumput laut hijau dapat menggandakan biomassa mereka dalam waktu kurang
dari 24 jam (Schneider 2006 ; Cristi 2007). Selain itu, rumput laut hijau dapat
memiliki kandungan lemak yang sangat besar, sering lebih dari 50 % (Schneider
2006 ; Cristi 2007). Biomassa berdaya hasil tinggi dan berdensitas tinggi ini ideal
untuk pertanian intensif dan dapat menjadi sumber yang sangat baik untuk produksi
biodiesel. Sebuah rumput laut satu hektar di gurun dapat menghasilkan lebih dari 10-
100 kali lebih banyak minyak dibandingkan dengan sumber tanaman minyak lainnya
yang diketahui. Sementara siklus tanaman dapat berlangsung dari 3 bulan hingga 3
tahun untuk produksi, rumput laut dapat mulai menghasilkan keragenan dalam waktu
3-5 hari, dan setelah itu keragenan dapat dipanen setiap hari. Rumput laut dapat
ditumbuhkan menggunakan air laut dan air yang tidak dapat diminum di tanah tandus
di mana tidak ada lagi yang tumbuh. Pembudidaya rumput laut untuk biofuel
diharapkan dapat memberikan solusi konklusif terhadap bahan makanan dan bahan
bakar. Produksi biodiesel baru-baru ini mendapat banyak perhatian di seluruh dunia.
Untuk mengatasi krisis energi di seluruh dunia, mencari bahan biologis kaya lipid
untuk menghasilkan biodiesel secara efektif telah menarik banyak minat baru.
Rumput laut telah muncul sebagai salah satu sumber yang paling menjanjikan untuk
produksi biodiesel. Dapat disimpulkan bahwa rumput laut yang tumbuh dan di
perkaya CO2 dapat diubah menjadi zat minyak. Pendekatan semacam itu dapat
berkontribusi untuk memecahkan masalah utama polusi udara, yang dihasilkan dari
emisi CO2 dan krisis di masa depan karena kekurangan sumber energi (Sharif
Hossain et al. 2008).
Proses untuk memproduksi keragenan mikroalga terdiri dari langkah produksi
biomassa mikroalga yang membutuhkan nutrisi ringan, CO2, air dan bahan anorganik.
Yang terakhir terutama nitrat, fosfat, besi dan beberapa elemen mikro. Sekitar
setengah dari berat kering biomassa mikroalga adalah karbon, yang biasanya berasal
dari CO2. Oleh karena itu, memproduksi 100 ton biomassa rumput laut tetap sekitar
183 ton CO2. Seringkali tersedia dengan sedikit atau tanpa biaya (Chisti 2008). Suhu
optimal untuk pertumbuhan mikroalga adalah antara 293 dan 304 K. Suhu di luar
kisaran ini dapat membunuh atau merusak sel. Ada tiga metode terkenal untuk
mengekstrak karagenan dari rumput laut: (1) expeller / press, (2) ekstraksi pelarut
dengan heksana, dan (3) ekstraksi cairan superkritis. Proses yang sederhana adalah
menggunakan tekanan untuk mengekstrak rumput laut dengan persentase besar
(70-75%) keragenan dari rumput laut. Keragenan rumput laut dapat diekstraksi
menggunakan bahan kimia. Bahan kimia yang paling populer untuk ekstraksi pelarut
adalah heksana, yang relatif tidak mahal. Ekstraksi cairan superkritis jauh lebih
efisien dari pada metode pemisahan pelarut tradisional. Cairan superkritis bersifat
selektif, sehingga memberikan kemurnian dan konsentrasi produk yang tinggi (Paul
dan Bijak 1971). Metode ini, dapat memungkinkan seseorang untuk mengekstrak
hampir 100% keragenaan. Dalam ekskresi CO2 cairan superkritis, CO2 dicairkan di
bawah tekanan dan dipanaskan ke titik yang di mana sifat CO2 tersebut memiliki sifat
cair dan gas. Cairan ini kemudian bertindak sebagai pelarut dalam mengekstraksi
keragenan. Kandungan lipid dan asam lemak dari mikroalga bervariasi sesuai dengan
kondisi budidaya. Keragenan rumput laut mengandung asam lemak jenuh dan tak
jenuh tunggal. Asam lemak ada dalam keragenan rumput laut dengan proporsi
sebagai berikut: 36% oleat (18: 1), 15% palmitat (16; 0), 11% stearat (18; 0), 8,4%
isolinoleik (17; 0), dan 7,4% linoleat (18; 2). Tingginya proporsi asam lemak jenuh
dan tak jenuh tunggal dalam rumput laut ini dianggap optimal dari sudut pandang
kualitas bahan bakar, dalam polimerisasi bahan bakar selama pembakaran akan jauh
lebih sedikit dari pada apa yang akan terjadi dengan bahan bakar asam lemak tak
jenuh (Sheehan et al. 1998). Kadar keragenan 20-50% cukup umum (Chisti 2007,
Carlsson et al. 2007, Demirbas 2009). Setelah ekstraksi keragenan dari rumput laut,
fraksi biomassa yang tersisa dapat digunakan sebagai pakan protein tinggi untuk
ternak (Schneider 2006, hag 2007). Proses ini memberi nilai lebih dan mengurangi
pemborosan. Selain itu, menurut standar biodiesel yang diterbitkan oleh masyarakat
Amerika untuk menguji bahan (ASTM), biodiesel dari keragenan mikroalga mirip
dengan sifat-sifat biodiesel standar dan juga lebih stabil menurut nilai-nilai titik nyala
biodiesel tersebut.
10.1 Ekonomi Produksi Biodiesel
Ada beberapa studi kelayakan ekonomi pada keragenan mikroalga (Richardson
et al. 2009). Saat ini, biofuel mikroalga belum dianggap layak secara ekonomi
dibandingkan dengan biomassa pembudidaya konvensional (Carlsson et al. 2007).
Masalah kritis dan kontroversial adalah potensi hasil biomassa yang dapat diperoleh
dengan membudidayakan makro atau mikroalga dengan biaya produksi biomassa dan
produk menurun. Dasar dari perkiraan biasanya didiskusikan tentang tiga parameter:
efisiensi fotosintesis, asumsi untuk meningkatkan skala, dan masalah budidaya
jangka panjang. Untuk mikroalga, produktivitas kolam raceway dan fotobioreaktor
dibatasi oleh berbagai masalah yang saling berinteraksi. Produktivitas yang khas
untuk mikroalga di kolam terbuka adalah 30-50 t / ha / tahun (Benemann dan Oswald
1996; Sheehan et al. 1998). Beberapa area target yang mungkin untuk meningkatkan
produktivitas dalam instalasi berskala besar telah diusulkan (Benemann dan Sowald
1996: Grobbelaar 2000: Suh dan Lee 2003; Torzillo et al. 2003; Carvalho et al.
2006). Biaya panen berkontribusi 20-30% dari total biaya yang dapat diatribusikan ke
biaya budidaya. Rekayasa genetika merupakan pengembangan proses pemanenan
dengan biaya rendah, perbaikan dalam fotobioreaktor, dan produksi bersama integrasi
dari produk/proses bernilai lebih tinggi adalah alternatif lain dalam mengurangi biaya
produksi keragenan rumput laut (Chisti 2007). Rumput laut yang dipanen kemudian
mengalami pencernaan anaerobik, menghasilkan metana yang dapat digunakan untuk
menghasilkan listrik. Dalam fotobioreaktor komersial dimungkinkan produktivitas
yang lebih tinggi. Produktivitas yang khas untuk mikroalga (Chlorella vulgaris)
dalam fotobioreaktor adalah 13-150 (pulzz 2001). fotobioreaktor membutuhkan
investasi modal sepuluh kali lebih besar daripada sistem kolam terbuka. Estimasi
biaya produksi rumput laut untuk sistem kolam terbuka adalah 10 / kg dan
fotobioreaktor adalah 30 hingga 70 / kg. Biaya produksi rumput laut dua hingga tiga
kali lipat lebih tinggi dari pada biomassa pembudidaya konvensional (Carlsson et al.
2007). Dengan asumsi bahwa biomassa mengandung 30% minyak berat dan karbon
dioksida tersedia tanpa biaya (flue gas), Chisti (2007) memperkirakan biaya produksi
untuk fotobioreaktor dan kolam di 1,40 dan 1,81 / L minyak, masing-masing. Namun,
untuk biodiesel mikroalga agar kompetitif dengan petrodiesel, minyak alga harus
kurang dari 0,48 / L (Chisti 2007).
Hal ini berguna untuk membandingkan potensi biodiesel mikroalga dengan
bioetanol dari tebu, karena atas dasar energi yang sama, bioetanol tebu dapat
diproduksi dengan harga yang sebanding dengan bensin (Bourne Jr. 2007). Bioetanol
sudah ditetapkan untuk digunakan sebagai bahan bakar transportasi (Gray et al.
2006), dan tebu adalah sumber yang paling produktif dari bioetanol (Bourne Jr.
2007). Sebagai contoh, di Brasil, hasil bioetanol terbaik dari tebu adalah 7,5 m3 / ha
(Bourne Jr. 2007). Namun, bioetanol hanya memiliki ~ 64% dari kandungan energi
biodiesel. Oleh karena itu, jika semua energi yang terkait dengan 0,53 miliar m3
biodiesel yang dibutuhkan AS setiap tahun (Chisti 2007) harus disediakan oleh
bioetanol, hampir 828 juta m3
bioetanol yang akan dibutuhkan. Ini akan
membutuhkan penanaman tebu di atas lahan seluas 111 juta ha atau 61% dari total
lahan panen AS yang tersedia. Pemulihan keragenan dari biomassa mikroalga dan
konversi keragenan menjadi biodiesel tidak terpengaruh oleh apakah biomassa
diproduksi di raceways atau fotobioreaktor. Oleh karena itu, biaya produksi biomassa
merupakan salah satu faktor yang relevan untuk penilaian perbandingan
fotobioreaktor dan penilaian untuk memproduksi biodiesel mikroalga. Jika kapasitas
produksi biomassa tahunan meningkat menjadi 10.000 t, biaya produksi per kilogram
berkurang menjadi sekitar 0,47 dan 0,60 untuk fotobioreaktor, masing-masing, karena
skala ekonomi. Dengan masing-masing asumsi bahwa biomassa mengandung
keragenan 30% berat, biaya biomassa untuk menyediakan liter keragenan akan sama
seperti 1,40 dan 1,81 untuk fotobioreaktor (Chisti 2007). Biodiesel dari biaya minyak
sawit sekitar 0.66.l. atau 35% lebih dari petrodiesel. Ini menunjukkan bahwa proses
konversi minyak sawit menjadi biodiesel menambah sekitar 0,14/l terhadap harga
minyak. Untuk biodiesel bersumber minyak sawit agar dapat bersaing dengan
petrodiesel, harga minyak sawit tidak boleh melebihi 0,48/l, dengan asumsi tidak ada
pajak atas biodiesel. Dengan menggunakan analogi yang sama, harga target yang
masuk akal untuk minyak mikroalga adalah 0,48/l untuk rumput laut diesel agar
kompetitif dengan petrodiesel.
10.2 Meningkatkan Ekonomi Biodiesel Mikroalga
Rumput laut merupakan tumbuhan yang paling cepat berkembang di dunia, dan
berat karagenannya sekitar 50%. Keragenan lipid dapat digunakan dalam pembuatan
biodiesel untuk mobil, truk, dan pesawat terbang. Rumput laut suatu saat akan
menjadi persaingan dalam sumber biofuel. Hanya biodiesel terbaru yang sepenuhnya
dapat menggantikan bahan bakar cair yang berasal dari minyak bumi. Biodiesel
mikroalga menghasilkan ekonomi yang perlu ditingkatkan secara substansial untuk
membuatnya dapat bersaing dengan petrodiesel, tetapi tingat perbaikan yang
diperlukan tampaknya dapat dicapai (Demirbas, 2008). Biodiesel memiliki potensial
besar, namun biaya tinggi dan persedian keragenaan yang baru terbatas yang
menjadikan pesaing serius dengan bahan bakar minyak bumi. Ketika bahan bakar
minyak meningkat dan persediaan berkurang, biodiesel akan menjadi lebih diminati
oleh investor dan konsumen. Biodiesel menjadi pilihan alternatif untuk bahan bakar,
biodiesel membutuhkan sejumlah besar biomassa yang rendah. Untuk budidaya yang
menggunakan teknik baru dan inovatif, rumput laut dapat memungkinkan dalam
produksi biodiesel dapat mencapai harga dan skala produksi yang diperlukan untuk
bersaing atau bahkan untuk menggantikan minyak bumi (Campbell, 2008).
Diperkirakan bahwa 0,53 miliar m3
biodiesel akan diperlukan untuk
menggantikan konsumsi transportasi AS saat ini dari semua bahan bakar minyak
(Chisti 2007). Tidak ada limbah minyak atau minyak biji yang bisa memenuhi
kebutuhan akan bahan bakar sebanyak itu, Oleh karena itu, jika biodiesel menjadi
pengganti sejati untuk minyak bumi, sumber minyak yang lebih produktif seperti
minyak alga diperlukan (Scott dan Bryner 2006; Chisti 2007). Untuk meningkatkan
kemampuan mikroalga melalui rekayasa genetika dapat mengurangi biaya produksi
biodiesel mikroalga secara substansial dengan menggunakan strategi produksi
berbasis bioferinery. Seperti kilang minyak bumi, biorefinery menggunakan setiap
komponen bahan baku biomassa untuk menghasilkan produk yang dapat digunakan
(Chisti 2007).
11. Pemanfaatan Rumput Laut dalam Pengelolaan Air Limbah
11.1 Rumput Laut dalam Pengolahan Limbah
Tambak air limbah dirancang untuk menstabilkan bakteri anaerobik, aerobik
dan rumput laut dalam menguraikan limbah organik yang ditularkan melalui air
secara efisien. Ludwig et al (1951) mempelajari peran rumput laut dalam pengobatan
limbah oleh oksigen dan fotosintesis di tambak limbah. Perairan pesisir India secara
konstan tercemar dengan adanya limbah industri dan limbah rumah tangga. Limbah
rumah tangga kaya akan nutrisi seperti NH4-N, NO2-N, NO3-N, PO4-P, K dan lain-
lain. Pembuangan kotoran ke perairan pesisir diperkirakan 35km3
/tahun (Qasim and
Sen Gupta, 1998). Penambahan dalam jumlah besar polutan ke dalam air pantai dapat
mempengaruhi kualitas air dan menyebabkan eutrofikasi. Oleh karena itu, pengolahan
air limbah sebelum dibuang ke laut sangat penting. Rumput laut merah seperti
Chondrus crispus, Gracilaria foliifera, dan Neoagardhiella baileyi ketika ditanam
dalam sistem akuakultur sangat menghilangkan nutrisi (Ryther et al, 1979).
Dhargalkar (1986) mengamati bahwa Ulva fasciata dan G. verrucosa menunjukkan
pertumbuhan yang lebih baik dalam 5% hasil campuran dari limbah air laut.
Biomassa Ulva sp. dan Enteromorpha sp. dapat meningkat ketika tumbuh di sekitar
pembuangan limbah rumah tangga. Penggunaan Ulva sp. sebagai biofilter telah
disarankan sebagai metode yang efisien untuk memperoleh kembali beberapa
nitrogen anorganik terlarut (Vanderneulen and Gordin, 1990). Beberapa rumput laut
digunakan untuk menghilangkan logam berat saat membersihkan air limbah.
Menggiling spesies kering dari rumput laut coklat Ecklonia, Macrocystis, dan
Laminaria mampu menyerap ion Cu, Zn, dan Cd dari larutan. Dalam skala percobaan
laboratorium lainnya, Ecklonia, Macrocystis, dan Laminaria mengadsorpsi ion Cu,
Ni, Pb, Zn, and Cd, meskipun dari berbagai tingkatan tergantung pada jenis rumput
laut dan kosentrasi ion logam. Setelah alginate diekstraksi dari rumput laut coklat,
ada produk limbah yang tidak larut, sebagian besar selulosa, dan sifat menyerap ini
telah diuji dan ditemukan sama dengan beberapa rumput laut coklat. Penggunaan
seperti bahan limbah jelas lebih menarik dari pada menggunakan rumput laut kering.
Produk limbah lain dari produksi dan pupuk cair yang disebutkan sebelumnya juga
telah diuji dan ditemukan bahwa ia mengadsorpsi Cu, Cd, dan Zn yang sama
efektifnya dengan rumput laut asalnya. Jadi, ada potensi untuk menggunakan rumput
laut atau residu yang tersisa dari ekstraksi rumput laut. Masalah dari hal ini adalah
apakah ini merupakan cara yang paling ekonomis untuk melakukannya, hal tersebut
tergantung pada ketersediaan dan biaya dari sumber air limbah (Mchugh, 2003). Ada
dua area utama yang dimana rumput laut memiliki potensi untuk digunakan dalam
pengolahan air limbah. Pertama adalah pengolahan limbah budidaya untuk
mengurangi total senyawa yang mengandung nitrogen dan fosfor sebelum pelepasan
air yang diolah ke sungai atau lautan. Kedua adalah untuk menghilangkan logam
beracun dari air limbah industri.
11.2 Pengolahan Air Limbah untuk Mengurangi Senyawa yang Mengandung
Nitrogen dan Fosfor.
Ekspansi akuakultur yang cepat telah berkontribusi pada peningkatan nutrisi
terutama nitrogen dan fosfor dalam ekosistem akuatik (Beveridge, 1996). Nutrisi ini
umumnya berasal dari pupuk, pakan, dan sisa metabolisme dari hewan yang
terdegradasi. Dalam pengertian ini, tantangan utamanya adalah mengembangkan
strategi dalam meminimalkan efek negatif dari kegiatan ini agar tidak tercemar.
Pendekatan yang paling praktis dan ekonimis untuk mengurangi kosentrasi nutrisi di
daerah akuakultur adalah untuk menghilangkan limbah sebelum mencapai air laut.
Alternatif yang berpotensi layak adalah pengolahan biologis limbah yang
menggunakan makroalga untuk menghilangkan unsur hara (Chopim et al, 2001;
Neori et al, 2004). Logam berat seperti Fe, Zn, Ca dan Mg telah dilaporkan menjadi
kepentingan biologis bagi manusia sebagai obat-obatan dan makanan sehari-hari
(Duruibe et al, 2007). Bahkan bagi manusia yang memiliki kepentingan biologi harus
mempertahankan asupan makanan sesuai aturan, karena akan terakses dan
menghasilkan keracunan atau toksitas yang terbukti dengan gejala obat tertentu yang
secara klinis dapat didiagnosis (Fosmire, 1990; Nolan, 2003). Metode untuk
menghilangkan ion logam dari larutan berair terdiri dari teknologi fisik, kimia dan
biologi. Rumput laut sebagai penyerap yang sangat baik, karena dinding sel rumput
laut hijau dan coklat mengandung alginate dengan kelompok karboksil dan
hidroksilnya (Davis et al, 2003; Vieira dan Volesky, 2000). Sifat sorptif yang lebih
buruk disarankan untuk rumput laut merah karena keragenannya mengekspos gugus
hidroksil dan sulfonat (Tsezos dan Volesky, 1981).
12. Kesimpulan
Ekologis rumput laut merupakan komersial penting untuk sumber potensial
sebagai suplemen makanan di abad ke-21 karena rumput laut berfungsi sebagai
sumber protein, lipid, polisakarida, mineral, vitamin, dan enzim. Penggunaan rumput
laut dalam pngembangan obat-obatan, nutraceuticals, dan kosmetik sebagai sumber
pigmen, senyawa bioaktif dan agen anti virus secara luas dibahas. Rumput laut
digunakan untuk makanan, obat-obatan, industri, dan lain-lain seperti akuakultur
terintegrasi dengan ikan, bioful, dan dalam menghilangkan logam berat dalam
membersihkan air limbah. Oleh karena itu, rumput laut merupakan sumber yang
menjanjikan dan serba guna untuk menjaga lingkungan hijau secara berkelanjutan.
“DAFTAR KATA-KATA SULIT”
Seaweed ; rumput laut
Had ; punya
Been ; telah
Used ; menggunkan
For ; untuk
Many ; banyak
Years ; tahun
Directly ; langsung
Human ; manusia
Consumption ; konsumsi
Animal ; hewan
Feed ; pakan, makan
Also ; juga
Ingredient ; bahan
Food ; makanan
Fertilizer ; pupuk
Pharmaceutical ; farma
Industry ; industry
Bioactive ; bioaktif
Explains ; menjelaskan
Substances ; zat
Valuable ; berharga
Sources ; sumber
Raw ; mentah
Especially ; terutama
Trace ; jejak
Element ; elemen
Several ; beberapa
Considered ; dipertimbangkan
Supplement ; suplemen
Century ; abad
Interestingly ; menarik sekali
Component ; komponen
Seaweed-derived ; rumput laut berasal
Farming ; pertanian, pembudidaya
Usually ; kebiasaan
Consists ; terdiri
Meat ; daging
Waste ; limbah
Mixed ; campur aduk
Dry ; kering
Additives ; aditif
Containing ; mengandung
Extra ; tambahan
Nutrients ; nutrisi
Doughy ; pucat
Formed ; terbentuk
Fishponds ; tambak ikan
Thrown ; dilemparkan
Cages ; kandang
Together ; bersama
Disintegrate ; hancur
Dissolve ; larut
Hold ; memegang
Binder ; bahan pengikat
Needed ; dibutuhkan
Grade ; kelas
Bind ; mengikat
Formulated ; dirumuskan
Shrimp ; udang
Finely ; halus
Ground ; tanah
Meal ; makan
Made ; terbuat
Brown ; coklat
Cheaper ; lebih murah
Market ; pasar
South ; selatan
Gelling ; gelling
Thickening ; penebalan/padatan
Emussifying ; pengemulsi
Binding ; mengikat
Stabilizing ; menstabilkan
Clarifying ; mengklarifikasi
Protecting ; melindungi
Alginates ; alginate
Annual ; tahunan
Wet ; basah
Threatening ; mengancam
Environmental ; lingkungan
Damage ; kerusakan
Another ; lain
Advantage ; keuntungan
Various ; berbagai
Recent ; baru
Around ; sekitar
Significantly ; secara signifikan
Better ; lebih baik
Outside ; diluar
Amount ; jumlah
Unattached ; tidak tersusun
Partly ; sebagian
Suggested ; disarankan
Capital ; modal
Investment ; investasi
Deterrent ; pencegah
Integrated ; terintegrasi
Developing ; mengembangkan
Solution ; larutan
Sought ; dicari
Including ; termasuk
Coastal ; pesisir
Disposal ; pembuangan
Affect ; mempengaruhi
Large-scale ; berskala besar
Demand ; permintaan
Recommendation ; rekomendasi
Population ; populasi
Cultivation ; penanaman
Development ; pengembangan
Land-based ; berbasis lahan
Undertaken ; dilakukan
Quantities ; jumlah
Green ; hijau
Greatly ; sangat
Producing ; memproduksi
Content ; konten
Attained ; tercapai
Culturing ; pembiakan
Feeding ; makanan
Present ; menyajikan
High ; tinggi
Cheap ; murah
Besides ; selain
Hence ; karenanya
Prepared ; siap
Given ; diberikan
Daily ; harian
Poultry ; unggas
Cattle ; ternak
Assessed ; dinilai
Possibility ; kemungkinan
Being ; makhluk
Reviewed ; ditinjau
Trails ; jalan setapak
Conducted ; dilakukan
Started ; dimulai
Ropes ; tali
Containing ; mengandung
Ditches ; parit
Effluents ; limbah
Themselves ; diri
Generate ; menghasilkan
Sedimentation ; pengendapan
Ability ; kemampuan
Wastewater ; air limbah
During ; selama
Biochemical ; biokimia
Demand ; permintaan
Mono-species ; monospesies
Matter ; masalah
Few ; beberapa
Removal ; pemindahan
Severe ; parah
Common ; umum
Worldwide ; diseluruh dunia
Thereby ; dengan demikian
Obtained ; diperoleh
Density ; massa jenis
Plants ; tanaman
Maintenance ; pemeliharaan
Prerequisite ; persyaratan
Enriched ; diperkaya
Sought ; dicari
Compete ; berasaing
Widely ; secara luas
Sourced ; bersumber
Supplies ; persediaan
Depleting ; menipis
Renewable ; terbarukan
Necessary ; perlu
Carbon-neutral ; karbon netral
Produced ; diproduksi
Existing ; ada
Fuel ; bahan bakar
Intensively ; secara intensif
Marginal ; marginal
Including ; termasuk
Infranstrukture ; infranstruktur
Twofold ; dua kali lipat
Benefit ; manfaat
Using ; menggunakan
Fertilizer ; pupuk
Otherwise ; jika tidak
Become ; menjadi
Pests ; hama
Satisfactory ; memuaskan
Replaced ; diganti
Concept ; konsep
Utilized ; dimanfaatkan
Potentially ; berpotensi
Reducing ; mengurangi
Methane ; metana
May ; mungkin
Could ; bias
Agricultural ; pertanian
Estimated ; diperkirakan
Contains ; mengandung
Productive ; produktif
Raceway
Sugar ; gula
Best ; terbaik
Bioethanol ; bioetanol
Annually ; setiap tahun
Associated ; terkait
Sugarcane ; tebu
Recovery ; pemulihan
Produced ; diproduksi
Assessment ; penilaian
Wether ; cuaca
Affected ; terpengaruh
Oil ; minyak
Assuming; asumsi
Magnitude ; besarnya
Competitive ; kompetitif
Potential ; potensi
Relatively ; relative
Convert ; mengubah
Chemical ; bahan kimia
Polymerization ; pelimerasasi
Combustion ; pembakaran
Occur ; terjadi
Feasibility ; kemungkinan
Currently ; saat ini
Critical ; krisis
Controversial ; kontroversial
Improve ; memperbaiki
Possible ; mungkin
Engineering ; teknik
Installations ; instalansi
Majority ; mayoritas
Harvesting ; panen
Expenses ; biaya
Currently ; saat ini
Feasibility ; kemungkinan
Acid-derived ; asam diturunkan
Fuel ; bahan bakar
Moreover ; bahkan
Fraction ; pecahan
Reduces ; mengurangi
Stable ; stabil
According ; menurut
Similar ; serupa
Properties ; properti
Useful ; berguna
Issues ; masalah
Estimates ; perkiraan
Improvements ; perbaikan
Equal ; sama
Less ; kurang
Vivinity ; sekitar
Discharge ; melepaskan
Domestic ; local
Price ; harga
only ; hanya
require ; memerlukan
relevant ; relevan
open-pond ; kolam terbuka
society ; masyarakat
respectively ; masing-masing
estimated ; diperkirakan
published ; diterbitkan
comparable ; sebanding
gasoline; bensin
content ; konten
provided ; disediakan
compare ; membandingkan
values ; nilai-nilai
weather ; cuaca
testing ; pengujian
Growing ; Pertumbuhan
Fastest ; Tercepat
Weight; Berat
Biodiesel ; Biodiesel
Trucks ; Truk-Truk
Terrestrial ; terestrial
Greater ; Lebih Besar
Demand ; Permintaan
Achieved ; Tercapai
Devoted ; Berbakti
Soybean ; Kedelai
Accordance ; Sesuai
Easily ; Dengan Mudah
Requires; Membutuhkan
Huge ; Berat Sekali
Excllent ; Excelen
Wasteland ; Gurun
Compared ; Dibandingkan
Source ; Sumber
Within ; Dalam
Suggested ; disarankan
Recover ; memulihkan
Amount ; jumlah
Dissolved ; larut
Heavy ; berat
Metal ; logam
Millied ; digiling
Depending ; tergantung
Extents ; luasan
Solution ; solusi
Another ; lain
Trial ; percobaan
Adsobed ; teradsorbsi
Insoluble ; tidak larut
Mostly ; kebanyakan
Depending ; tergantung
Sewage ; kotoran
Availability ; tersediannya
Previously ; sebelumnya
Effectively ; efektif
Appreas ; muncul
Attainable ; dapat dicapai
Enormous ; besar sekali
Allow ; mengizinkan
Price ; harga
Scale ; skala
Replace ; menggantikan
Wastewater ; air limbah
Designed ; didesain
Appears ; muncul
Attainable ; dapat dicapai
However ; namun
Dwindle ; berkurang
Choice ; pilihan
Requirement ; kebutuhan
Replacement ; penggantian
Biorefinery ;
Potable ; Minum
Wastelands ; Gurun
Conclusive ; Pasti
Worlwide ; Seluruh Dunia
Recently ; Baru Saja
Resolve ; Pencarian
Renewed ; Diperbaharui
Interest ; Bunga
Promissing ; Perjanjian
Infferred ; Disimpulkan
Enriched ; Diperkaya
Such ; Seperti Itu
Approach ; Pendekatan
Emissions ; Emisi
Crises ; Krisis
Shortage ; Kekurangan
Approximately ; Sekitar
Derived ; Berasal
Therefore ; Karena Itu
Roughly ; Kurang Lebih
Derived ; Beasal
Fixed ; Tetap
Fed ; makan
Annual; tahunan
Increased; meningkat
Rughly ; kurang lebih
Receways ; kembalilah
Respectivelly ; masing-masing
Assuming ; asumsi
Contains ; mengandung
Weight ; berat
Providing ; menyediakan
Would ; akan
Palm ; telapak tangan
Suggests ; menyarankan
Adds ; tambahkan
Price ; harga
Throught ;
Displace ; menggantikan
Liquid ;
Biofuel ;
Necessary ; perlu
Petroleum ;
Neither ; bukan keduanya
Petrodiesel ;
Exceed ; melebihi
Assuming ; asumsi
Reasonable ; masuk akal
Estimated ; diperkirakan
Comsuption ; komsumsi

More Related Content

What's hot

Laporan budidaya laut
Laporan budidaya lautLaporan budidaya laut
Laporan budidaya lautIbnu Riyadi
 
Kepentingan biodiversiti dan langkah
Kepentingan biodiversiti dan langkahKepentingan biodiversiti dan langkah
Kepentingan biodiversiti dan langkahFez Na
 
Pemeliharaan dan pemuliharaan sumber di bumi
Pemeliharaan dan pemuliharaan sumber di bumiPemeliharaan dan pemuliharaan sumber di bumi
Pemeliharaan dan pemuliharaan sumber di bumiAmos Choy
 
FUNGSI DAN PERAN SUMBER DAYA ALAM TERHADAP KEHIDUPAN
FUNGSI DAN PERAN SUMBER DAYA ALAM TERHADAP KEHIDUPANFUNGSI DAN PERAN SUMBER DAYA ALAM TERHADAP KEHIDUPAN
FUNGSI DAN PERAN SUMBER DAYA ALAM TERHADAP KEHIDUPANUmi Pujiati
 
Pemeliharaan dan pemuliharaan sumber bumi
Pemeliharaan dan pemuliharaan  sumber bumiPemeliharaan dan pemuliharaan  sumber bumi
Pemeliharaan dan pemuliharaan sumber bumiWeaboohime
 
Ppt geo kelas xi bab 3 std fix y
Ppt geo kelas xi bab 3 std fix yPpt geo kelas xi bab 3 std fix y
Ppt geo kelas xi bab 3 std fix yjopiwildani
 
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...Muhammad Ardianto
 
Sumber daya alam dan lingkungan hidup
Sumber daya alam dan lingkungan hidupSumber daya alam dan lingkungan hidup
Sumber daya alam dan lingkungan hidupNurul Sholehuddin
 
pengertian, klasifikasi Sumber Daya Alam
pengertian, klasifikasi Sumber Daya Alampengertian, klasifikasi Sumber Daya Alam
pengertian, klasifikasi Sumber Daya AlamRodhiyah N. Zulaikhoh
 
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikananKarakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikananafdal muhammad
 
Materi Dasar Duta Lingkungan Hidup - by Bayu Widiyanto, M.Si.
Materi Dasar Duta Lingkungan Hidup - by Bayu Widiyanto, M.Si.Materi Dasar Duta Lingkungan Hidup - by Bayu Widiyanto, M.Si.
Materi Dasar Duta Lingkungan Hidup - by Bayu Widiyanto, M.Si.Dhio R
 
S umber daya alam
S umber daya alamS umber daya alam
S umber daya alamdabol_ajah
 
Potensi Perikanan Berdasarkan "Concern Organisme" di Segara Anakan, Cilacap (...
Potensi Perikanan Berdasarkan "Concern Organisme" di Segara Anakan, Cilacap (...Potensi Perikanan Berdasarkan "Concern Organisme" di Segara Anakan, Cilacap (...
Potensi Perikanan Berdasarkan "Concern Organisme" di Segara Anakan, Cilacap (...Oto Prasadi
 

What's hot (20)

Laporan budidaya laut
Laporan budidaya lautLaporan budidaya laut
Laporan budidaya laut
 
Kepentingan biodiversiti dan langkah
Kepentingan biodiversiti dan langkahKepentingan biodiversiti dan langkah
Kepentingan biodiversiti dan langkah
 
Pemeliharaan dan pemuliharaan sumber di bumi
Pemeliharaan dan pemuliharaan sumber di bumiPemeliharaan dan pemuliharaan sumber di bumi
Pemeliharaan dan pemuliharaan sumber di bumi
 
FUNGSI DAN PERAN SUMBER DAYA ALAM TERHADAP KEHIDUPAN
FUNGSI DAN PERAN SUMBER DAYA ALAM TERHADAP KEHIDUPANFUNGSI DAN PERAN SUMBER DAYA ALAM TERHADAP KEHIDUPAN
FUNGSI DAN PERAN SUMBER DAYA ALAM TERHADAP KEHIDUPAN
 
Pemeliharaan dan pemuliharaan sumber bumi
Pemeliharaan dan pemuliharaan  sumber bumiPemeliharaan dan pemuliharaan  sumber bumi
Pemeliharaan dan pemuliharaan sumber bumi
 
Ppt geo kelas xi bab 3 std fix y
Ppt geo kelas xi bab 3 std fix yPpt geo kelas xi bab 3 std fix y
Ppt geo kelas xi bab 3 std fix y
 
Ppt azir
Ppt azirPpt azir
Ppt azir
 
strategi pengelolaan
strategi pengelolaanstrategi pengelolaan
strategi pengelolaan
 
Tugas media
Tugas mediaTugas media
Tugas media
 
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...
Analisis Perbedaan Jantan dan Betina Pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Ber...
 
Sumber daya alam dan lingkungan hidup
Sumber daya alam dan lingkungan hidupSumber daya alam dan lingkungan hidup
Sumber daya alam dan lingkungan hidup
 
Makalah pemanfaatan sumber daya alam
Makalah pemanfaatan sumber daya alamMakalah pemanfaatan sumber daya alam
Makalah pemanfaatan sumber daya alam
 
Lingkungan perikanan
Lingkungan perikananLingkungan perikanan
Lingkungan perikanan
 
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPBProgram Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK IPB
 
pengertian, klasifikasi Sumber Daya Alam
pengertian, klasifikasi Sumber Daya Alampengertian, klasifikasi Sumber Daya Alam
pengertian, klasifikasi Sumber Daya Alam
 
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikananKarakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
Karakterisitik manajemen sumberdaya perikanan
 
Materi Dasar Duta Lingkungan Hidup - by Bayu Widiyanto, M.Si.
Materi Dasar Duta Lingkungan Hidup - by Bayu Widiyanto, M.Si.Materi Dasar Duta Lingkungan Hidup - by Bayu Widiyanto, M.Si.
Materi Dasar Duta Lingkungan Hidup - by Bayu Widiyanto, M.Si.
 
Slaid biodiversiti
Slaid biodiversitiSlaid biodiversiti
Slaid biodiversiti
 
S umber daya alam
S umber daya alamS umber daya alam
S umber daya alam
 
Potensi Perikanan Berdasarkan "Concern Organisme" di Segara Anakan, Cilacap (...
Potensi Perikanan Berdasarkan "Concern Organisme" di Segara Anakan, Cilacap (...Potensi Perikanan Berdasarkan "Concern Organisme" di Segara Anakan, Cilacap (...
Potensi Perikanan Berdasarkan "Concern Organisme" di Segara Anakan, Cilacap (...
 

Similar to Rumput Laut Pakan

DEVELOPMENT OF GOSONG ISLAND.pptx
DEVELOPMENT OF GOSONG ISLAND.pptxDEVELOPMENT OF GOSONG ISLAND.pptx
DEVELOPMENT OF GOSONG ISLAND.pptxssuser76b156
 
Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam
Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alamKearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam
Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alamdeviarsel
 
Restore Ubin Mangroves (R.U.M.) Initiative pamphlet (Malay)
Restore Ubin Mangroves (R.U.M.) Initiative pamphlet (Malay)Restore Ubin Mangroves (R.U.M.) Initiative pamphlet (Malay)
Restore Ubin Mangroves (R.U.M.) Initiative pamphlet (Malay)Ria Tan
 
PPT . POTENSI KEMARITIMAN INDONESIA.pptx
PPT . POTENSI KEMARITIMAN INDONESIA.pptxPPT . POTENSI KEMARITIMAN INDONESIA.pptx
PPT . POTENSI KEMARITIMAN INDONESIA.pptxSuBagio6
 
Ppt . potensi kemaritiman indonesia
Ppt . potensi kemaritiman indonesiaPpt . potensi kemaritiman indonesia
Ppt . potensi kemaritiman indonesiamasmukriyadi
 
Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Sumber Daya Alam dan LingkunganSumber Daya Alam dan Lingkungan
Sumber Daya Alam dan LingkunganRestu Waras Toto
 
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Abida Muttaqiena
 
Presentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangPresentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangAlfian Muhammad
 
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar EkologiAcara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar EkologiAinal Chaza
 
Bagaimana Cara Menyelamatkan Lahan Gambut di Indonesia
Bagaimana Cara Menyelamatkan Lahan Gambut di IndonesiaBagaimana Cara Menyelamatkan Lahan Gambut di Indonesia
Bagaimana Cara Menyelamatkan Lahan Gambut di IndonesiaEnvironmental Insights
 
Dasar Budidaya Perikanan.ppt
Dasar Budidaya Perikanan.pptDasar Budidaya Perikanan.ppt
Dasar Budidaya Perikanan.pptzulfandikarim92
 
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangroveJurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangroveerikakurnia
 
Maghfur R ( B Sore ).pptx
Maghfur R ( B Sore ).pptxMaghfur R ( B Sore ).pptx
Maghfur R ( B Sore ).pptxmaghfur rozudin
 

Similar to Rumput Laut Pakan (20)

DEVELOPMENT OF GOSONG ISLAND.pptx
DEVELOPMENT OF GOSONG ISLAND.pptxDEVELOPMENT OF GOSONG ISLAND.pptx
DEVELOPMENT OF GOSONG ISLAND.pptx
 
Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam
Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alamKearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam
Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam
 
Restore Ubin Mangroves (R.U.M.) Initiative pamphlet (Malay)
Restore Ubin Mangroves (R.U.M.) Initiative pamphlet (Malay)Restore Ubin Mangroves (R.U.M.) Initiative pamphlet (Malay)
Restore Ubin Mangroves (R.U.M.) Initiative pamphlet (Malay)
 
PPT . POTENSI KEMARITIMAN INDONESIA.pptx
PPT . POTENSI KEMARITIMAN INDONESIA.pptxPPT . POTENSI KEMARITIMAN INDONESIA.pptx
PPT . POTENSI KEMARITIMAN INDONESIA.pptx
 
Ppt . potensi kemaritiman indonesia
Ppt . potensi kemaritiman indonesiaPpt . potensi kemaritiman indonesia
Ppt . potensi kemaritiman indonesia
 
Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Sumber Daya Alam dan LingkunganSumber Daya Alam dan Lingkungan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan
 
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
 
Presentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangPresentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu Karang
 
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar EkologiAcara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
 
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)  DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)  USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)  DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
 
Pendahuluan (dasar bdp)
Pendahuluan (dasar bdp)Pendahuluan (dasar bdp)
Pendahuluan (dasar bdp)
 
Artikel rumput laut
Artikel rumput lautArtikel rumput laut
Artikel rumput laut
 
Bagaimana Cara Menyelamatkan Lahan Gambut di Indonesia
Bagaimana Cara Menyelamatkan Lahan Gambut di IndonesiaBagaimana Cara Menyelamatkan Lahan Gambut di Indonesia
Bagaimana Cara Menyelamatkan Lahan Gambut di Indonesia
 
Lamun
Lamun Lamun
Lamun
 
Kepiting Bakau
Kepiting BakauKepiting Bakau
Kepiting Bakau
 
Dasar Budidaya Perikanan.ppt
Dasar Budidaya Perikanan.pptDasar Budidaya Perikanan.ppt
Dasar Budidaya Perikanan.ppt
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangroveJurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
 
The Use and Restoration Of Ecosystem
The Use and Restoration Of EcosystemThe Use and Restoration Of Ecosystem
The Use and Restoration Of Ecosystem
 
Maghfur R ( B Sore ).pptx
Maghfur R ( B Sore ).pptxMaghfur R ( B Sore ).pptx
Maghfur R ( B Sore ).pptx
 

Rumput Laut Pakan

  • 1. Enviromental Sustainability DOI 10.1007/978-81-322-2056-5_4 “Seaweed: A Pomising Source For Suistainable Development” “Rumput Laut: Sumber yang Menjanjikan untuk Pembangunan Berkelanjutan” Nedumaran T. Arulbalachanran Diterjemahkan oleh: IRIANI I1A2 14 065 Dibawah Bimbingan : Prof. Dr. Ir. La Ode Muhammad Aslan JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2018 Enviromental Sustainability DOI 10.1007/978-81-322-2056-5_4 “Seaweed: A Pomising Source For Suistainable Development” “Rumput Laut: Sumber yang Menjanjikan untuk Pembangunan Berkelanjutan” Nedumaran T. Arulbalachanran Diterjemahkan oleh: IRIANI I1A2 14 065 Dibawah Bimbingan : Prof. Dr. Ir. La Ode Muhammad Aslan JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2018 Enviromental Sustainability DOI 10.1007/978-81-322-2056-5_4 “Seaweed: A Pomising Source For Suistainable Development” “Rumput Laut: Sumber yang Menjanjikan untuk Pembangunan Berkelanjutan” Nedumaran T. Arulbalachanran Diterjemahkan oleh: IRIANI I1A2 14 065 Dibawah Bimbingan : Prof. Dr. Ir. La Ode Muhammad Aslan JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2018
  • 2. Judul Nama Stambuk Kelompok Jurusan IIALAMAN PENGESAHAN "Rumput Laut: Sumber yang Menjanjikan untuk Pembangunan Berkelanjutan" Iriani I1A2 14 065 YII (Tujuh) Budidaya Perairan Laporan Lengkap Ini Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh : Dosen Koordiator Mata Kuliah Manaj emen Alnrakt!fi;r Laut A r, I f/ zo7tr tYl NrP. 196612101994A3 I 005 Kendari. Juli 2L18 Tanggal Pengesahan
  • 3. 9. Rumput Laut digunakan sebagai Pakan Ternak Rumput laut telah digunakan selama bertahun-tahun untuk konsumsi manusia dan pakan ternak. Rumput laut juga merupakan bahan untuk industri makanan, kosmetik global, pupuk dan sebagai pakan ternak tambahan. Rumput laut juga merupakan sumber makanan yang berharga yang memiliki mikronutrien dan bahan baku untuk industri farmasi. Rumput laut mempunyai banyak nutrisi penting, terutama elemen mikro dan beberapa zat bioaktif lainnya yang menjelaskan mengapa rumput laut dianggap sebagai suplemen makanan di abad ke-21 dan sebagai sumber protein, lipid, polisakarida, mineral, vitamin, dan enzim (Rimber, 2007). Menariknya, komponen yang paling terkenal dari industri turunan rumput laut adalah dari phycocolloids, pengentalan, pengemulsi, mengikat, menstabilkan, mengklarifikasi, dan melindungi agen yang dikenal sebagai karagenan, alginat dan agar (Chopin, 2007). Total penggunaan setiap tahun yang digunakan oleh industri rumput laut global adalah sekitar 8 juta ton rumput laut basah (Mchugh 2003). 9.1 Rumput Laut digunakan sebagai Pakan Ikan Dalam budidaya ikan, pakan basah biasanya terdiri dari limbah daging dan limbah ikan yang dicampur dengan aditif kering yang mengandung nutrisi tambahan semua terbentuk bersama dalam massa adonan. Ketika diberikan ke dalam kolam ikan atau tambak ikan, harus dilakukan secara bersamaan dan tidak mudah hancur atau larut di dalam air. Bahan pengikat diperlukan sebagai teknis alginat yang terkadang digunakan. Ini juga telah digunakan untuk mengikat pakan yang diformulasikan untuk udang dan abalon. Namun, penggunaan tepung rumput laut yang digiling halus terbuat dari rumput laut coklat yang lebih murah. Selain itu, ada juga pasar untuk rumput laut segar sebagai pakan untuk abalon. Di Australia, rumput laut coklat Macrocystis pyrifera dan rumput laut merah Gracilaria edulis telah ditemukan. Di Afrika Selatan Porphyra merupakan pakan untuk abalon, dan telah direkomendasikan untuk dibuat pengelolaan populasi liar rumput laut. Pacific dulse (palmaria mollis) telah ditemukan sebagai pakan berharga untuk abalon
  • 4. merah. Pengembangan budidaya berbasis lahan telah dilakukan dengan tujuan menghasilkan kuantitas komersial rumput laut. Rumput laut hijau, Ulva lactuca, telah diberikan ke Haliotis tuberculata dan H. discus (Mchugh 2003). Uji coba pakan menunjukkan bahwa pertumbuhan abalon sangat meningkat karena kandungan protein yang tinggi, dan hal ini dicapai karena rumput laut mengandung kadar amonia yang tinggi. 9.2 Rumput Laut digunakan sebagai Pakan untuk Hewan Ternak Rumput laut adalah sumber dari mineral dan elemen-elemen mikro selain vitamin, hormon pertumbuhan, dan Phycocolloid, karenanya, pakan yang dibuat dari rumput laut dapat diberikan sebagai suplemen untuk ternak, udang, unggas, dan ikan. Pakan rumput laut dapat dicampur dengan tepung ikan dan digunakan sebagai pakan unggas. Dave et al (1997) menilai kemungkinan rumput laut digunakan sebagai pakan ternak tambahan dan meninjau kembali pakan yang diberikan untuk hewan dengan menggunakan rumput laut seperti yang dilakukan di Jepang, Jerman, Inggris, Norwegia, dan negara-negara lainnya. 9.3 Pemanfaatan Rumput Laut dalam Akuakultur Terintegrasi Budidaya Glacilaria dimulai di Taiwan dan Cina pada tahun 1960-an sebagai sumber dari bahan baku untuk industri agar. Pada awal penanaman dilakukan di parit yang mengandung limbah tambak, tetapi pada tahun 1976, dipindahkan ke tambak ikan. Ini memiliki manfaat ganda dari rumput laut yang menggunakan bahan limbah ikan sebagai pupuk dan ikan yang memakan epifit, seperti spesies Enteromorpha, yang sebaliknya akan menjadi hama serius untuk rumput laut. Pengontrolan dilakukan dengan menggunakan ikan nila (Oreochromis mossambicus) dan ikan bandeng (Chanos chanos) cukup baik, selama ikan tersebut dikeluarkan dari tambak sebelum mulai memakan Gracilaria, ikan besar secara berkala dibuang dan digantikan oleh ikan kecil. Konsep polikultur ini, atau akuakultur terintegrasi untuk menggunakan terminologi yang lebih baru, sejak itu telah digunakan dalam berbagai hal di mana limbah dari budidaya satu spesies, berpotensi mengancam kerusakan
  • 5. lingkungan, tetapi dapat juga dimanfaatkan oleh spesies lain memberikan keuntungan untuk mengurangi polusi. Berbagai strategi telah dicoba. Budidaya rumput laut di sekitar luar tambak ikan telah menyebabkan pertumbuhan rumput laut secara signifikan lebih baik tetapi hanya sebagian berhasil menghilangkan sejumlah besar nutrisi yang berasal dari tambak ikan. Gracillaria yang tidak terikat pada tali telah ditanam dalam limbah tambak udang. Sistem semi-tertutup atau berbasis lahan telah disarankan, tetapi investasi modal yang lebih tinggi telah menjadi pengahalang (Mchugh 2003). Akuakultur terintegrasi berkembang sebagai solusi untuk masalah lingkungan yang berkelanjutan, termasuk pengelolaan daerah pesisir dan pembuangan limbah dari kegiatan budidaya skala besar. Teknik budidaya ikan dapat mempengaruhi lingkungan (Ackefors dan Enell 1990). Teknik tersebut dapat menghasilkan peningkatan sedimentasi, oksigen, pembebanan nutrisi, dan lain-lain, dapat melekat dan pakan yang sangat intensif. Air limbah mengandung nitrogen yang diekstraksi oleh hewan sebagai partikulat atau dalam keadaan terlarut (del Rio et al, 1996). Peningkatan budidaya satu jenis komoditas (monospesies) di seluruh dunia selama beberapa tahun terakhir telah menimbulkan masalah lingkungan yang parah dan merupakan masalah yang sangat memprihatinkan. Gaglund dan Pedersen (1993) menyelidiki potensi rumput laut Gracilaria tenuistipitata ketika dibudidayakan dengan Oncorhynchus mykiss (ikan trout pelangi) untuk menghilangkan nitrogen dan fosfor dari kolam. Pengelolaan rumput laut yang terintegrasi di tambak budidaya udang adalah kegiatan umum di Cina dan Taiwan sejak mengetahui bahwa: 1. Rumput laut bisa menjadi tempat berlindung yang cocok untuk hewan terutama di siang hari; 2. Oksigen berevolusi selama fotosintesis oleh rumput laut membantu aerobik untuk mempercepat degradasi zat organik kompleks untuk unsur-unsur sederhana yang ada; 3. Amonia, urea, dan nutrisi lainnya yang ada dalam ekskret hewan yang digunakan oleh rumput laut untuk produktivitasnya sehingga mengurangi pemuatan unsur hara; 4. Polisakarida dan produk lain yang diperoleh dari rumput laut saat ditanam di budidaya akuakultur menunjukkan kualitas yang baik karena air lingkungan diperkaya dengan nutrisi; 5. Pembudidaya udang mendapat manfaat tidak
  • 6. hanya dari hewan tetapi juga dari rumput laut; dan 6. Tingkat oksigen pada siang hari meningkat karena fotosintesis. Namun, baik hewan dan tumbuhan bersaing untuk mendapatkan oksigen di malam hari. Oleh karena itu, pemeliharaan kepadatan stok rumput laut di tambak merupakan prasyarat untuk praktik akuakultur terintegrasi (Kavitha dan Rengasamy 2002). 10. Pemanfaatan Biomassa Rumput Laut untuk Bahan Bakar Penggunaan lanjutan bahan bakar bersumber dari minyak bumi yang semakin diakui secara luas tidak akan berkelanjutan, karena ketersediaannya yang menipis dan konstribusi bahan bakar ini untuk akumulasi CO2 di lingkungan. Bahan bakar terbarukan, bahan bakar transportasi karbon netral diperlukan untuk lingkungan dan ekonomi yang berkelanjutan (Cristi, 2007). Karbon biodiesel dan karbon netral di produksi secara intensif di wilayah yang relatif kecil dari lahan marginal. Kualitas produk bahan bakar sebanding dengan diesel minyak bumi dan dapat tergabung dengan perubahan ke dalam infrastruktur bahan bakar yang ada. Teknik inovatif, termaksud limbah industri dan domestik sebagai pupuk dapat diterapkan untuk lebih meningkatkan produktivitas biodiesel (Champbell, 2008). Mirip dengan tumbuhan tingkat tinggi lainnya seperti : jagung, kedelai, tebu, kayu, dan tanaman lain, alga juga menggunakan fotosintesis untuk mengubah energi matahari menjadi energi kimia. Mereka menyimpan energi ini dalam bentuk minyak, karbohidrat dan protein. Minyak tumbuhan dapat diubah menjadi biodiesel karena biodiesel merupakan suatu bentuk dari energi matahari. Rumput laut adalah salah satu tanaman yang paling cepat berkembang di dunia dan berat keragenan sekitar 50%. Minyak lipid ini dapat digunakan untuk membuat biodiesel untuk mobil, truk, dan pesawat terbang. Mikroalga memiliki tingkat pertumbuhan yang jauh lebih cepat dari pada tanaman yang hidup di tanah. Hasil per satuan luas minyak dari rumput laut diperkirakan antara 20.000 dan 80.000 L/acre/tahun : ini 7-31 kali lebih besar dari tanaman berikutnya, minyak sawit (Chisti, 2007). Ada kemungkinan bahwa permintaan AS untuk bahan bakar cair dapat dicapai dengan membudidayakan rumput laut di sepersepuluh area yang saat ini dikhususkan
  • 7. untuk budidaya kedelai (Scott dan Bryner 2006). Kandungan lipid dan asam lemak dari mikroalga bervariasi sesuai dengan kondisi budidaya. Sebagian besar penelitian saat ini pada ekstraksi minyak difokuskan pada mikroalga untuk menghasilkan biodiesel dari minyak alga. Minyak alga dapat diolah menjadi biodiesel semudah minyak yang berasal dari tanaman berbasis lahan. Produksi biodiesel mikroalga membutuhkan sejumlah besar biomassa alga. Rumput laut yang digunakan dalam produksi biodiesel biasanya rumput laut hijau bersel satu. Jenis rumput laut ini adalah eukariot fotosintetik yang dicirikan oleh tingkat pertumbuhan tinggi dan kepadatan populasi yang tinggi. Dalam kondisi yang baik, rumput laut hijau dapat menggandakan biomassa mereka dalam waktu kurang dari 24 jam (Schneider 2006 ; Cristi 2007). Selain itu, rumput laut hijau dapat memiliki kandungan lemak yang sangat besar, sering lebih dari 50 % (Schneider 2006 ; Cristi 2007). Biomassa berdaya hasil tinggi dan berdensitas tinggi ini ideal untuk pertanian intensif dan dapat menjadi sumber yang sangat baik untuk produksi biodiesel. Sebuah rumput laut satu hektar di gurun dapat menghasilkan lebih dari 10- 100 kali lebih banyak minyak dibandingkan dengan sumber tanaman minyak lainnya yang diketahui. Sementara siklus tanaman dapat berlangsung dari 3 bulan hingga 3 tahun untuk produksi, rumput laut dapat mulai menghasilkan keragenan dalam waktu 3-5 hari, dan setelah itu keragenan dapat dipanen setiap hari. Rumput laut dapat ditumbuhkan menggunakan air laut dan air yang tidak dapat diminum di tanah tandus di mana tidak ada lagi yang tumbuh. Pembudidaya rumput laut untuk biofuel diharapkan dapat memberikan solusi konklusif terhadap bahan makanan dan bahan bakar. Produksi biodiesel baru-baru ini mendapat banyak perhatian di seluruh dunia. Untuk mengatasi krisis energi di seluruh dunia, mencari bahan biologis kaya lipid untuk menghasilkan biodiesel secara efektif telah menarik banyak minat baru. Rumput laut telah muncul sebagai salah satu sumber yang paling menjanjikan untuk produksi biodiesel. Dapat disimpulkan bahwa rumput laut yang tumbuh dan di perkaya CO2 dapat diubah menjadi zat minyak. Pendekatan semacam itu dapat berkontribusi untuk memecahkan masalah utama polusi udara, yang dihasilkan dari
  • 8. emisi CO2 dan krisis di masa depan karena kekurangan sumber energi (Sharif Hossain et al. 2008). Proses untuk memproduksi keragenan mikroalga terdiri dari langkah produksi biomassa mikroalga yang membutuhkan nutrisi ringan, CO2, air dan bahan anorganik. Yang terakhir terutama nitrat, fosfat, besi dan beberapa elemen mikro. Sekitar setengah dari berat kering biomassa mikroalga adalah karbon, yang biasanya berasal dari CO2. Oleh karena itu, memproduksi 100 ton biomassa rumput laut tetap sekitar 183 ton CO2. Seringkali tersedia dengan sedikit atau tanpa biaya (Chisti 2008). Suhu optimal untuk pertumbuhan mikroalga adalah antara 293 dan 304 K. Suhu di luar kisaran ini dapat membunuh atau merusak sel. Ada tiga metode terkenal untuk mengekstrak karagenan dari rumput laut: (1) expeller / press, (2) ekstraksi pelarut dengan heksana, dan (3) ekstraksi cairan superkritis. Proses yang sederhana adalah menggunakan tekanan untuk mengekstrak rumput laut dengan persentase besar (70-75%) keragenan dari rumput laut. Keragenan rumput laut dapat diekstraksi menggunakan bahan kimia. Bahan kimia yang paling populer untuk ekstraksi pelarut adalah heksana, yang relatif tidak mahal. Ekstraksi cairan superkritis jauh lebih efisien dari pada metode pemisahan pelarut tradisional. Cairan superkritis bersifat selektif, sehingga memberikan kemurnian dan konsentrasi produk yang tinggi (Paul dan Bijak 1971). Metode ini, dapat memungkinkan seseorang untuk mengekstrak hampir 100% keragenaan. Dalam ekskresi CO2 cairan superkritis, CO2 dicairkan di bawah tekanan dan dipanaskan ke titik yang di mana sifat CO2 tersebut memiliki sifat cair dan gas. Cairan ini kemudian bertindak sebagai pelarut dalam mengekstraksi keragenan. Kandungan lipid dan asam lemak dari mikroalga bervariasi sesuai dengan kondisi budidaya. Keragenan rumput laut mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh tunggal. Asam lemak ada dalam keragenan rumput laut dengan proporsi sebagai berikut: 36% oleat (18: 1), 15% palmitat (16; 0), 11% stearat (18; 0), 8,4% isolinoleik (17; 0), dan 7,4% linoleat (18; 2). Tingginya proporsi asam lemak jenuh dan tak jenuh tunggal dalam rumput laut ini dianggap optimal dari sudut pandang kualitas bahan bakar, dalam polimerisasi bahan bakar selama pembakaran akan jauh lebih sedikit dari pada apa yang akan terjadi dengan bahan bakar asam lemak tak
  • 9. jenuh (Sheehan et al. 1998). Kadar keragenan 20-50% cukup umum (Chisti 2007, Carlsson et al. 2007, Demirbas 2009). Setelah ekstraksi keragenan dari rumput laut, fraksi biomassa yang tersisa dapat digunakan sebagai pakan protein tinggi untuk ternak (Schneider 2006, hag 2007). Proses ini memberi nilai lebih dan mengurangi pemborosan. Selain itu, menurut standar biodiesel yang diterbitkan oleh masyarakat Amerika untuk menguji bahan (ASTM), biodiesel dari keragenan mikroalga mirip dengan sifat-sifat biodiesel standar dan juga lebih stabil menurut nilai-nilai titik nyala biodiesel tersebut. 10.1 Ekonomi Produksi Biodiesel Ada beberapa studi kelayakan ekonomi pada keragenan mikroalga (Richardson et al. 2009). Saat ini, biofuel mikroalga belum dianggap layak secara ekonomi dibandingkan dengan biomassa pembudidaya konvensional (Carlsson et al. 2007). Masalah kritis dan kontroversial adalah potensi hasil biomassa yang dapat diperoleh dengan membudidayakan makro atau mikroalga dengan biaya produksi biomassa dan produk menurun. Dasar dari perkiraan biasanya didiskusikan tentang tiga parameter: efisiensi fotosintesis, asumsi untuk meningkatkan skala, dan masalah budidaya jangka panjang. Untuk mikroalga, produktivitas kolam raceway dan fotobioreaktor dibatasi oleh berbagai masalah yang saling berinteraksi. Produktivitas yang khas untuk mikroalga di kolam terbuka adalah 30-50 t / ha / tahun (Benemann dan Oswald 1996; Sheehan et al. 1998). Beberapa area target yang mungkin untuk meningkatkan produktivitas dalam instalasi berskala besar telah diusulkan (Benemann dan Sowald 1996: Grobbelaar 2000: Suh dan Lee 2003; Torzillo et al. 2003; Carvalho et al. 2006). Biaya panen berkontribusi 20-30% dari total biaya yang dapat diatribusikan ke biaya budidaya. Rekayasa genetika merupakan pengembangan proses pemanenan dengan biaya rendah, perbaikan dalam fotobioreaktor, dan produksi bersama integrasi dari produk/proses bernilai lebih tinggi adalah alternatif lain dalam mengurangi biaya produksi keragenan rumput laut (Chisti 2007). Rumput laut yang dipanen kemudian mengalami pencernaan anaerobik, menghasilkan metana yang dapat digunakan untuk menghasilkan listrik. Dalam fotobioreaktor komersial dimungkinkan produktivitas
  • 10. yang lebih tinggi. Produktivitas yang khas untuk mikroalga (Chlorella vulgaris) dalam fotobioreaktor adalah 13-150 (pulzz 2001). fotobioreaktor membutuhkan investasi modal sepuluh kali lebih besar daripada sistem kolam terbuka. Estimasi biaya produksi rumput laut untuk sistem kolam terbuka adalah 10 / kg dan fotobioreaktor adalah 30 hingga 70 / kg. Biaya produksi rumput laut dua hingga tiga kali lipat lebih tinggi dari pada biomassa pembudidaya konvensional (Carlsson et al. 2007). Dengan asumsi bahwa biomassa mengandung 30% minyak berat dan karbon dioksida tersedia tanpa biaya (flue gas), Chisti (2007) memperkirakan biaya produksi untuk fotobioreaktor dan kolam di 1,40 dan 1,81 / L minyak, masing-masing. Namun, untuk biodiesel mikroalga agar kompetitif dengan petrodiesel, minyak alga harus kurang dari 0,48 / L (Chisti 2007). Hal ini berguna untuk membandingkan potensi biodiesel mikroalga dengan bioetanol dari tebu, karena atas dasar energi yang sama, bioetanol tebu dapat diproduksi dengan harga yang sebanding dengan bensin (Bourne Jr. 2007). Bioetanol sudah ditetapkan untuk digunakan sebagai bahan bakar transportasi (Gray et al. 2006), dan tebu adalah sumber yang paling produktif dari bioetanol (Bourne Jr. 2007). Sebagai contoh, di Brasil, hasil bioetanol terbaik dari tebu adalah 7,5 m3 / ha (Bourne Jr. 2007). Namun, bioetanol hanya memiliki ~ 64% dari kandungan energi biodiesel. Oleh karena itu, jika semua energi yang terkait dengan 0,53 miliar m3 biodiesel yang dibutuhkan AS setiap tahun (Chisti 2007) harus disediakan oleh bioetanol, hampir 828 juta m3 bioetanol yang akan dibutuhkan. Ini akan membutuhkan penanaman tebu di atas lahan seluas 111 juta ha atau 61% dari total lahan panen AS yang tersedia. Pemulihan keragenan dari biomassa mikroalga dan konversi keragenan menjadi biodiesel tidak terpengaruh oleh apakah biomassa diproduksi di raceways atau fotobioreaktor. Oleh karena itu, biaya produksi biomassa merupakan salah satu faktor yang relevan untuk penilaian perbandingan fotobioreaktor dan penilaian untuk memproduksi biodiesel mikroalga. Jika kapasitas produksi biomassa tahunan meningkat menjadi 10.000 t, biaya produksi per kilogram berkurang menjadi sekitar 0,47 dan 0,60 untuk fotobioreaktor, masing-masing, karena skala ekonomi. Dengan masing-masing asumsi bahwa biomassa mengandung
  • 11. keragenan 30% berat, biaya biomassa untuk menyediakan liter keragenan akan sama seperti 1,40 dan 1,81 untuk fotobioreaktor (Chisti 2007). Biodiesel dari biaya minyak sawit sekitar 0.66.l. atau 35% lebih dari petrodiesel. Ini menunjukkan bahwa proses konversi minyak sawit menjadi biodiesel menambah sekitar 0,14/l terhadap harga minyak. Untuk biodiesel bersumber minyak sawit agar dapat bersaing dengan petrodiesel, harga minyak sawit tidak boleh melebihi 0,48/l, dengan asumsi tidak ada pajak atas biodiesel. Dengan menggunakan analogi yang sama, harga target yang masuk akal untuk minyak mikroalga adalah 0,48/l untuk rumput laut diesel agar kompetitif dengan petrodiesel. 10.2 Meningkatkan Ekonomi Biodiesel Mikroalga Rumput laut merupakan tumbuhan yang paling cepat berkembang di dunia, dan berat karagenannya sekitar 50%. Keragenan lipid dapat digunakan dalam pembuatan biodiesel untuk mobil, truk, dan pesawat terbang. Rumput laut suatu saat akan menjadi persaingan dalam sumber biofuel. Hanya biodiesel terbaru yang sepenuhnya dapat menggantikan bahan bakar cair yang berasal dari minyak bumi. Biodiesel mikroalga menghasilkan ekonomi yang perlu ditingkatkan secara substansial untuk membuatnya dapat bersaing dengan petrodiesel, tetapi tingat perbaikan yang diperlukan tampaknya dapat dicapai (Demirbas, 2008). Biodiesel memiliki potensial besar, namun biaya tinggi dan persedian keragenaan yang baru terbatas yang menjadikan pesaing serius dengan bahan bakar minyak bumi. Ketika bahan bakar minyak meningkat dan persediaan berkurang, biodiesel akan menjadi lebih diminati oleh investor dan konsumen. Biodiesel menjadi pilihan alternatif untuk bahan bakar, biodiesel membutuhkan sejumlah besar biomassa yang rendah. Untuk budidaya yang menggunakan teknik baru dan inovatif, rumput laut dapat memungkinkan dalam produksi biodiesel dapat mencapai harga dan skala produksi yang diperlukan untuk bersaing atau bahkan untuk menggantikan minyak bumi (Campbell, 2008). Diperkirakan bahwa 0,53 miliar m3 biodiesel akan diperlukan untuk menggantikan konsumsi transportasi AS saat ini dari semua bahan bakar minyak
  • 12. (Chisti 2007). Tidak ada limbah minyak atau minyak biji yang bisa memenuhi kebutuhan akan bahan bakar sebanyak itu, Oleh karena itu, jika biodiesel menjadi pengganti sejati untuk minyak bumi, sumber minyak yang lebih produktif seperti minyak alga diperlukan (Scott dan Bryner 2006; Chisti 2007). Untuk meningkatkan kemampuan mikroalga melalui rekayasa genetika dapat mengurangi biaya produksi biodiesel mikroalga secara substansial dengan menggunakan strategi produksi berbasis bioferinery. Seperti kilang minyak bumi, biorefinery menggunakan setiap komponen bahan baku biomassa untuk menghasilkan produk yang dapat digunakan (Chisti 2007). 11. Pemanfaatan Rumput Laut dalam Pengelolaan Air Limbah 11.1 Rumput Laut dalam Pengolahan Limbah Tambak air limbah dirancang untuk menstabilkan bakteri anaerobik, aerobik dan rumput laut dalam menguraikan limbah organik yang ditularkan melalui air secara efisien. Ludwig et al (1951) mempelajari peran rumput laut dalam pengobatan limbah oleh oksigen dan fotosintesis di tambak limbah. Perairan pesisir India secara konstan tercemar dengan adanya limbah industri dan limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga kaya akan nutrisi seperti NH4-N, NO2-N, NO3-N, PO4-P, K dan lain- lain. Pembuangan kotoran ke perairan pesisir diperkirakan 35km3 /tahun (Qasim and Sen Gupta, 1998). Penambahan dalam jumlah besar polutan ke dalam air pantai dapat mempengaruhi kualitas air dan menyebabkan eutrofikasi. Oleh karena itu, pengolahan air limbah sebelum dibuang ke laut sangat penting. Rumput laut merah seperti Chondrus crispus, Gracilaria foliifera, dan Neoagardhiella baileyi ketika ditanam dalam sistem akuakultur sangat menghilangkan nutrisi (Ryther et al, 1979). Dhargalkar (1986) mengamati bahwa Ulva fasciata dan G. verrucosa menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dalam 5% hasil campuran dari limbah air laut. Biomassa Ulva sp. dan Enteromorpha sp. dapat meningkat ketika tumbuh di sekitar pembuangan limbah rumah tangga. Penggunaan Ulva sp. sebagai biofilter telah disarankan sebagai metode yang efisien untuk memperoleh kembali beberapa
  • 13. nitrogen anorganik terlarut (Vanderneulen and Gordin, 1990). Beberapa rumput laut digunakan untuk menghilangkan logam berat saat membersihkan air limbah. Menggiling spesies kering dari rumput laut coklat Ecklonia, Macrocystis, dan Laminaria mampu menyerap ion Cu, Zn, dan Cd dari larutan. Dalam skala percobaan laboratorium lainnya, Ecklonia, Macrocystis, dan Laminaria mengadsorpsi ion Cu, Ni, Pb, Zn, and Cd, meskipun dari berbagai tingkatan tergantung pada jenis rumput laut dan kosentrasi ion logam. Setelah alginate diekstraksi dari rumput laut coklat, ada produk limbah yang tidak larut, sebagian besar selulosa, dan sifat menyerap ini telah diuji dan ditemukan sama dengan beberapa rumput laut coklat. Penggunaan seperti bahan limbah jelas lebih menarik dari pada menggunakan rumput laut kering. Produk limbah lain dari produksi dan pupuk cair yang disebutkan sebelumnya juga telah diuji dan ditemukan bahwa ia mengadsorpsi Cu, Cd, dan Zn yang sama efektifnya dengan rumput laut asalnya. Jadi, ada potensi untuk menggunakan rumput laut atau residu yang tersisa dari ekstraksi rumput laut. Masalah dari hal ini adalah apakah ini merupakan cara yang paling ekonomis untuk melakukannya, hal tersebut tergantung pada ketersediaan dan biaya dari sumber air limbah (Mchugh, 2003). Ada dua area utama yang dimana rumput laut memiliki potensi untuk digunakan dalam pengolahan air limbah. Pertama adalah pengolahan limbah budidaya untuk mengurangi total senyawa yang mengandung nitrogen dan fosfor sebelum pelepasan air yang diolah ke sungai atau lautan. Kedua adalah untuk menghilangkan logam beracun dari air limbah industri. 11.2 Pengolahan Air Limbah untuk Mengurangi Senyawa yang Mengandung Nitrogen dan Fosfor. Ekspansi akuakultur yang cepat telah berkontribusi pada peningkatan nutrisi terutama nitrogen dan fosfor dalam ekosistem akuatik (Beveridge, 1996). Nutrisi ini umumnya berasal dari pupuk, pakan, dan sisa metabolisme dari hewan yang terdegradasi. Dalam pengertian ini, tantangan utamanya adalah mengembangkan strategi dalam meminimalkan efek negatif dari kegiatan ini agar tidak tercemar. Pendekatan yang paling praktis dan ekonimis untuk mengurangi kosentrasi nutrisi di
  • 14. daerah akuakultur adalah untuk menghilangkan limbah sebelum mencapai air laut. Alternatif yang berpotensi layak adalah pengolahan biologis limbah yang menggunakan makroalga untuk menghilangkan unsur hara (Chopim et al, 2001; Neori et al, 2004). Logam berat seperti Fe, Zn, Ca dan Mg telah dilaporkan menjadi kepentingan biologis bagi manusia sebagai obat-obatan dan makanan sehari-hari (Duruibe et al, 2007). Bahkan bagi manusia yang memiliki kepentingan biologi harus mempertahankan asupan makanan sesuai aturan, karena akan terakses dan menghasilkan keracunan atau toksitas yang terbukti dengan gejala obat tertentu yang secara klinis dapat didiagnosis (Fosmire, 1990; Nolan, 2003). Metode untuk menghilangkan ion logam dari larutan berair terdiri dari teknologi fisik, kimia dan biologi. Rumput laut sebagai penyerap yang sangat baik, karena dinding sel rumput laut hijau dan coklat mengandung alginate dengan kelompok karboksil dan hidroksilnya (Davis et al, 2003; Vieira dan Volesky, 2000). Sifat sorptif yang lebih buruk disarankan untuk rumput laut merah karena keragenannya mengekspos gugus hidroksil dan sulfonat (Tsezos dan Volesky, 1981). 12. Kesimpulan Ekologis rumput laut merupakan komersial penting untuk sumber potensial sebagai suplemen makanan di abad ke-21 karena rumput laut berfungsi sebagai sumber protein, lipid, polisakarida, mineral, vitamin, dan enzim. Penggunaan rumput laut dalam pngembangan obat-obatan, nutraceuticals, dan kosmetik sebagai sumber pigmen, senyawa bioaktif dan agen anti virus secara luas dibahas. Rumput laut digunakan untuk makanan, obat-obatan, industri, dan lain-lain seperti akuakultur terintegrasi dengan ikan, bioful, dan dalam menghilangkan logam berat dalam membersihkan air limbah. Oleh karena itu, rumput laut merupakan sumber yang menjanjikan dan serba guna untuk menjaga lingkungan hijau secara berkelanjutan.
  • 15. “DAFTAR KATA-KATA SULIT” Seaweed ; rumput laut Had ; punya Been ; telah Used ; menggunkan For ; untuk Many ; banyak Years ; tahun Directly ; langsung Human ; manusia Consumption ; konsumsi Animal ; hewan Feed ; pakan, makan Also ; juga Ingredient ; bahan Food ; makanan Fertilizer ; pupuk Pharmaceutical ; farma Industry ; industry Bioactive ; bioaktif Explains ; menjelaskan Substances ; zat Valuable ; berharga Sources ; sumber Raw ; mentah Especially ; terutama Trace ; jejak Element ; elemen Several ; beberapa Considered ; dipertimbangkan Supplement ; suplemen Century ; abad Interestingly ; menarik sekali Component ; komponen Seaweed-derived ; rumput laut berasal Farming ; pertanian, pembudidaya Usually ; kebiasaan Consists ; terdiri Meat ; daging Waste ; limbah Mixed ; campur aduk Dry ; kering Additives ; aditif Containing ; mengandung Extra ; tambahan Nutrients ; nutrisi Doughy ; pucat Formed ; terbentuk Fishponds ; tambak ikan Thrown ; dilemparkan Cages ; kandang Together ; bersama Disintegrate ; hancur Dissolve ; larut Hold ; memegang Binder ; bahan pengikat Needed ; dibutuhkan Grade ; kelas Bind ; mengikat Formulated ; dirumuskan Shrimp ; udang Finely ; halus Ground ; tanah Meal ; makan Made ; terbuat Brown ; coklat Cheaper ; lebih murah Market ; pasar South ; selatan
  • 16. Gelling ; gelling Thickening ; penebalan/padatan Emussifying ; pengemulsi Binding ; mengikat Stabilizing ; menstabilkan Clarifying ; mengklarifikasi Protecting ; melindungi Alginates ; alginate Annual ; tahunan Wet ; basah Threatening ; mengancam Environmental ; lingkungan Damage ; kerusakan Another ; lain Advantage ; keuntungan Various ; berbagai Recent ; baru Around ; sekitar Significantly ; secara signifikan Better ; lebih baik Outside ; diluar Amount ; jumlah Unattached ; tidak tersusun Partly ; sebagian Suggested ; disarankan Capital ; modal Investment ; investasi Deterrent ; pencegah Integrated ; terintegrasi Developing ; mengembangkan Solution ; larutan Sought ; dicari Including ; termasuk Coastal ; pesisir Disposal ; pembuangan Affect ; mempengaruhi Large-scale ; berskala besar Demand ; permintaan Recommendation ; rekomendasi Population ; populasi Cultivation ; penanaman Development ; pengembangan Land-based ; berbasis lahan Undertaken ; dilakukan Quantities ; jumlah Green ; hijau Greatly ; sangat Producing ; memproduksi Content ; konten Attained ; tercapai Culturing ; pembiakan Feeding ; makanan Present ; menyajikan High ; tinggi Cheap ; murah Besides ; selain Hence ; karenanya Prepared ; siap Given ; diberikan Daily ; harian Poultry ; unggas Cattle ; ternak Assessed ; dinilai Possibility ; kemungkinan Being ; makhluk Reviewed ; ditinjau Trails ; jalan setapak Conducted ; dilakukan Started ; dimulai Ropes ; tali Containing ; mengandung Ditches ; parit Effluents ; limbah Themselves ; diri
  • 17. Generate ; menghasilkan Sedimentation ; pengendapan Ability ; kemampuan Wastewater ; air limbah During ; selama Biochemical ; biokimia Demand ; permintaan Mono-species ; monospesies Matter ; masalah Few ; beberapa Removal ; pemindahan Severe ; parah Common ; umum Worldwide ; diseluruh dunia Thereby ; dengan demikian Obtained ; diperoleh Density ; massa jenis Plants ; tanaman Maintenance ; pemeliharaan Prerequisite ; persyaratan Enriched ; diperkaya Sought ; dicari Compete ; berasaing Widely ; secara luas Sourced ; bersumber Supplies ; persediaan Depleting ; menipis Renewable ; terbarukan Necessary ; perlu Carbon-neutral ; karbon netral Produced ; diproduksi Existing ; ada Fuel ; bahan bakar Intensively ; secara intensif Marginal ; marginal Including ; termasuk Infranstrukture ; infranstruktur Twofold ; dua kali lipat Benefit ; manfaat Using ; menggunakan Fertilizer ; pupuk Otherwise ; jika tidak Become ; menjadi Pests ; hama Satisfactory ; memuaskan Replaced ; diganti Concept ; konsep Utilized ; dimanfaatkan Potentially ; berpotensi Reducing ; mengurangi Methane ; metana May ; mungkin Could ; bias Agricultural ; pertanian Estimated ; diperkirakan Contains ; mengandung Productive ; produktif Raceway Sugar ; gula Best ; terbaik Bioethanol ; bioetanol Annually ; setiap tahun Associated ; terkait Sugarcane ; tebu Recovery ; pemulihan Produced ; diproduksi Assessment ; penilaian Wether ; cuaca Affected ; terpengaruh Oil ; minyak Assuming; asumsi Magnitude ; besarnya Competitive ; kompetitif Potential ; potensi
  • 18. Relatively ; relative Convert ; mengubah Chemical ; bahan kimia Polymerization ; pelimerasasi Combustion ; pembakaran Occur ; terjadi Feasibility ; kemungkinan Currently ; saat ini Critical ; krisis Controversial ; kontroversial Improve ; memperbaiki Possible ; mungkin Engineering ; teknik Installations ; instalansi Majority ; mayoritas Harvesting ; panen Expenses ; biaya Currently ; saat ini Feasibility ; kemungkinan Acid-derived ; asam diturunkan Fuel ; bahan bakar Moreover ; bahkan Fraction ; pecahan Reduces ; mengurangi Stable ; stabil According ; menurut Similar ; serupa Properties ; properti Useful ; berguna Issues ; masalah Estimates ; perkiraan Improvements ; perbaikan Equal ; sama Less ; kurang Vivinity ; sekitar Discharge ; melepaskan Domestic ; local Price ; harga only ; hanya require ; memerlukan relevant ; relevan open-pond ; kolam terbuka society ; masyarakat respectively ; masing-masing estimated ; diperkirakan published ; diterbitkan comparable ; sebanding gasoline; bensin content ; konten provided ; disediakan compare ; membandingkan values ; nilai-nilai weather ; cuaca testing ; pengujian Growing ; Pertumbuhan Fastest ; Tercepat Weight; Berat Biodiesel ; Biodiesel Trucks ; Truk-Truk Terrestrial ; terestrial Greater ; Lebih Besar Demand ; Permintaan Achieved ; Tercapai Devoted ; Berbakti Soybean ; Kedelai Accordance ; Sesuai Easily ; Dengan Mudah Requires; Membutuhkan Huge ; Berat Sekali Excllent ; Excelen Wasteland ; Gurun Compared ; Dibandingkan Source ; Sumber Within ; Dalam
  • 19. Suggested ; disarankan Recover ; memulihkan Amount ; jumlah Dissolved ; larut Heavy ; berat Metal ; logam Millied ; digiling Depending ; tergantung Extents ; luasan Solution ; solusi Another ; lain Trial ; percobaan Adsobed ; teradsorbsi Insoluble ; tidak larut Mostly ; kebanyakan Depending ; tergantung Sewage ; kotoran Availability ; tersediannya Previously ; sebelumnya Effectively ; efektif Appreas ; muncul Attainable ; dapat dicapai Enormous ; besar sekali Allow ; mengizinkan Price ; harga Scale ; skala Replace ; menggantikan Wastewater ; air limbah Designed ; didesain Appears ; muncul Attainable ; dapat dicapai However ; namun Dwindle ; berkurang Choice ; pilihan Requirement ; kebutuhan Replacement ; penggantian Biorefinery ; Potable ; Minum Wastelands ; Gurun Conclusive ; Pasti Worlwide ; Seluruh Dunia Recently ; Baru Saja Resolve ; Pencarian Renewed ; Diperbaharui Interest ; Bunga Promissing ; Perjanjian Infferred ; Disimpulkan Enriched ; Diperkaya Such ; Seperti Itu Approach ; Pendekatan Emissions ; Emisi Crises ; Krisis Shortage ; Kekurangan Approximately ; Sekitar Derived ; Berasal Therefore ; Karena Itu Roughly ; Kurang Lebih Derived ; Beasal Fixed ; Tetap Fed ; makan Annual; tahunan Increased; meningkat Rughly ; kurang lebih Receways ; kembalilah Respectivelly ; masing-masing Assuming ; asumsi Contains ; mengandung Weight ; berat Providing ; menyediakan Would ; akan Palm ; telapak tangan Suggests ; menyarankan Adds ; tambahkan Price ; harga
  • 20. Throught ; Displace ; menggantikan Liquid ; Biofuel ; Necessary ; perlu Petroleum ; Neither ; bukan keduanya Petrodiesel ; Exceed ; melebihi Assuming ; asumsi Reasonable ; masuk akal Estimated ; diperkirakan Comsuption ; komsumsi