1. CERITA DIBALIK
JAM SUNDA
Hari Haryanto – 152151120
hariharyanto25@gmail.com
anah Sunda merupakan
salah satu daerah yang kaya
akan istilah dan peribahasa
dalam perbendaharaan katanya,
bahwa biasanya istilah atau
peribahasa tersebut membuat sebuah
kata atau kalimat menjadi padat
makna dan mengandung nilai-nilai
filosofis.
Banyak istilah dalam bahasa
sunda, salah satunya adalah istilah
tentang penamaan rentang waktu,
sebagaimana kita tahu bahwa salah
satu pengertian dari waktu adalah
interval antara dua buah keadaan atau
kejadian, atau dengan kata lain waktu
adalah lama berlangsungnya suatu
kejadian. Di daerah lain selain daerah
Sunda, orang–orang hanya
menggunakan 4 istilah dalam
penyebutan waktu yaitu :
1. Pagi
2. Siang
3. Sore
4. Malam
Di tanah sunda pun menggunakan 4
istilah dalam penyebutan waktu yaitu:
1. Isuk-isuk
2. Beurang
3. Burit
4. Peuting
Tetapi, secara lebih spesifik di
tanah sunda lama berlangsungnya
suatu rentang waktu tersebut
mempunyai nama-nama tersendiri
seperti misal kira-kira pukul 05.00
disebut dengan wanci balebat, pukul
05.30 disebut dengan wanci
carancang tihang, pukul 07.00
disebut dengan wanci meletek panon
poe, dan seterusnya dan tenggang
waktu dari setiap jam mempunyai
nama-nama tersendiri. Hal tersebut
sangat erat kaitannya dengan
matematika, karena setiap angka yang
ditunjukkan oleh jarum jam
mempunyai nama-nama tersendiri.
T
2. Orang sunda pun sering
menggunakan istilah salosin untuk
bilangan 12, sakodi untuk bilangan
20, salikur untuk bilangan 21, dua
likur untuk bilangan 22, tilu likur
untuk bilangan 23, salawe untuk
bilangan 25, saraju untuk bilangan
40, sawidak untuk bilangan 60,
sagros untuk bilangan 144, salaksa
untuk bilangan 10.000, saketi untuk
bilangan 100.000 dan sayuta untuk
bilangan 1.000.000.
Zaman dulu sebelum
mengenal jam untuk mengetahui
perputaran waktu, mungkin istilah-
istilah jam pada orang sunda ini
berfungsi sebagai penanda atau
patokan bergulirnya setiap fase dalam
sehari semalam, supaya tetap
beraktivitas dan melakukan sesuatu
sebagaimana mestinya.
Berikut ini istilah waktu
Sunda Buhun / Baheula / Dulu serta
cerita dibalik istilah tersebut yang
penulis dapat dari berbagai sumber,
yang salah satunya bersumber dari
hasil observasi dengan seorang
punduh di Kampung Naga, Desa
Neglasari, Kecamatan Salawu,
Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi
Jawa Barat :
Jam 01.00 = Wanci Tumorék
Pada saat itu rata-rata orang
tertidur pulas. Suasana sangat
sunyi dan sepi sampai ucapan
dengan nada rendah terdengar
cukup keras.
Jam 02.00 = Wanci Janari
Leutik
Waktu pada saat itu orang-orang
sunda terbangun dari tidurnya
untuk melaksanakan Shalat
malam, dan berzikir sampai
Wanci Janari Gedé.
Jam 03.00 = Wanci Janari Gedé
Wanci Janari Gedé merupakan
waktu menuju waktu subuh. Pada
saat itu, orang-orang sunda
membereskan rumahnya dan
bersiap siap di dapur untuk
3. memasak guna keperluan bertani
di pagi / siang hari .
Jam 04.00 = Wanci
Kongkorongok Hayam
Pada saat itu, rata-rata orang
sunda memelihara ayam sebagai
peliharaannya di sekitar
lingkungan rumah mereka. Pada
pukul 04.00 ayam-ayam
peliharaan mereka mulai
berkokok menandakan bahwa
pagi akan segera tiba dan pada
saat itu pula orang sunda
memberi nama “Wanci
Kongkorongok Hayam” untuk
pukul 04.00 karena kokokan
ayam terjadi pada pukul 04.00.
Jam 05.00 = Wanci Balébat
Pada saat itu fajar sudah mulai
terlihat di sebelah timur, terlihat
sinar-sinar merah.
Jam 06.00 = Wanci Carancang
Tihang
Pada saat itu hari sudah agak
terang / waktu setelah fajar,
penglihatan masih remang-
remang diibaratkan jika melihat
tiang, ada yang terlihat ada yang
tidak terlihat. Seperti perkataan
orang tua zaman dahulu
“Tetempoan masih reyem-reyem
diibaratkeun mun nempo tihang
mah carangcang kénéh,
can atra”
Jam 07.00 = Wanci Murag
Ciibun / Meleték Panon Poé /
Meleték Sarangéngé
Pada saat itu matahari mulai
terlihat. Seperti perkataan orang
tua zaman dahulu “Tuh tingali,
panon poé rék meleték!” . Pada
saat itu juga, air embun yang
bening pada dedaunan mulai
berjatuhan.
Jam 08.00 = Wanci Ngaluluh
Taneuh
Mayoritas pekerjaan orang sunda
adalah sebagai petani. Pada saat
itu rata-rata petani mulai
menggarap tanah / kebun /
sawah. Maksud “Ngaluluh
taneuh” tersebut adalah
waktunya petani menginjak injak
tanah untuk membuat galengan
dalam istilah sunda yaitu
waktunya “mopokan”
Jam 09.00 = Wanci Haneut
Moyan
Pada saat itu sinar matahari terasa
hangat. Haneut artinya hangat
4. dan Moyan artinya berjemur diri
menghangatkan tubuh. Jadi,
Wanci Haneut Moyan merupakan
waktu yang sangat enak untuk
berjemur di bawah sinar matahari
yang hangat. Pada saat itu, orang
sunda belum terlalu tahu
mengenai manfaat berjemur di
pagi hari. Yang mereka tahu dan
rasakan bahwa berjemur di pagi
hari itu baik untuk kesehatan,
untuk menghangatkan badan.
Jam 10.00 = Wanci
Rumangsang
Waktu setelah wanci haneut
moyan, yaitu pada waktu sinar
matahari sudah terasa panas.
Jam 11.00 = Wanci Pecat Sawed
Sawed yaitu alat yang digunakan
untuk menyatukan dua ekor
kerbau saat membajak sawah
sehingga dua ekor kerbau itu
menjadi sepasang (pasangan).
Sawed ini digunakan agar dua
kerbau tersebut tidak terpisah
dengan pasangannya. Sedangkan
pecat itu artinya lepas. Jadi, pecat
sawed yaitu waktu pada saat itu
rata-rata petani melepas tali
(sawed) kerbau pekerja, kerbau
istirahat mencari makan sendiri.
Karena pada saat itu rata-rata
mata pencaharian masyarakat
sunda adalah seorang petani,
maka aktivitasnya pun sering di
perkebunan atau persawahan.
Waktu ini adalah waktu para
petani telah selesai membajak
sawah.
Jam 12.00 = Wanci Tangagé /
Manceran / Tengah Poé
Tangagé yaitu waktu matahari
berada tepat di atas kepala. Pada
saat itu, karna mayoritas
penduduk sunda adalah sebagai
petani, maka aktivitasnya selalu
di persawahan. Saat sedang
beraktivitas pada tengah hari,
matahari tepat berada di atas
kepala. Seperti perkataan orang
tua zaman dahulu “Panonpoé aya
di luhureun emun-emunan,
panonpoé keur meujeuhna
mancer”
Jam 13.00 = Wanci Lingsir
Pada saat itu matahari mulai
bergerak ke arah barat.
Jam 14.00 = Wanci Kalangkang
Satangtung
5. Kalangkang artinya bayangan
dan satangtung artinya setinggi
badan. Jadi, kalangkang
satangtung adalah keadaan pada
saat tinggi bayangan seukuran
dengan tinggi badan.
Jam 15.00 = Wanci Méngok
Pada saat itu keadaan tidak
terlalu panas, dalam kata lain
yang disebut méngok itu adalah
ketika keadaan lingkungan sudah
mulai teduh. Seperti perkataan
orang tua zaman dahulu
“Nuluykeun ngagebugna ke mun
geus méngok!“
Jam 16.00 = Wanci Tunggang
Gunung
Pada saat itu posisi matahari
berada di atas gunung (setinggi
gunung) ketika matahari akan
tenggelam di sebelah Barat.
Jam 17.00 = Wanci Sariak
Layung
Pada saat itu matahari mulai
tenggelam menyisakan semburat
merah / kuning di langit / ketika
lembayung terlihat memerah di
sebelah barat. Orang sunda pada
zaman dahulu, sangat tidak
menganjurkan dirinya melihat
lembayung dengan mata
telanjang secara langsung.
Kenapa ? karena, konon katanya
jika kita melihat lembayung
dengan mata telanjang secara
langsung, maka kita akan
terserang penyakit, penyakit
yang dimaksud dalam bahasa
sunda adalah “panyakit koneng” .
Seperti perkataan orang tua
zaman dahulu “Ulah ningali
layung, bisi jadi boga panyakit
koneng!“
Jam 17.30 / 18.00 = Wanci
Sareupna
Jika diartikan ke dalam bahasa
Indonesia, wanci artinya waktu
sedangkan sareupna berasal dari
kata “reup” yang berarti tidur,
bahwa ketika tidur pandangan
akan menjadi gelap, dengan
demikian wanci sareupna bisa
diartikan sebagai waktu
kegelapan mulai datang. Bagi
para orang tua umumnya di
perdesaan dulu wanci sareupna
ini adalah patokan batas waktu
bermain bagi anaknya, jika hari
sudah semakin sore mendekati
sareupna mereka akan
6. memanggil anak-anaknya yang
sedang bermain di luar rumah
untuk segera masuk ke dalam
rumah, biasanya mereka akan
menakut-nakuti anaknya dengan
suatu hal supaya anaknya cepat
masuk ke dalam rumah, seperti
perkataan orang tua zaman
dahulu “Gera arampih barudak,
bisi dirawu sandékala!” misalnya
menakut-nakutinya dengan hantu
Sandekala, “Cepat masuk ke
rumah, nanti kamu diculik Hantu
Sandekala” begitu kira-kira para
orang tua menakut-nakuti
anaknya supaya cepat masuk
rumah ketika wanci sareupna
tiba. Lalu apa itu Sandekala ???
Sandekala adalah nama salah
satu hantu dalam mitos di tanah
sunda, konon katanya makhluk
ini mempunyai badan yang
sangat besar, ia sangat
menyeramkan dan gemar
menculik anak kecil. Cerita
tentang Sandekala ini mungkin
hanya mitos atau rekaan saja agar
perintah untuk masuk rumah
segera dituruti oleh anak, karena
nyatanya sampai saat ini belum
pernah ada orang yang pernah
bertemu dengan Hantu
Sandekala ini. Para orang tua
menginginkan anaknya cepat
masuk ke rumah ketika waktu
sareupna tiba tentu bukan karena
takut anaknya diculik Hantu
Sandekala, tapi karena
mengkhawatirkan kesehatan dan
keamanan anak-anak mereka,
karena kita tahu sendiri angin
malam sangat tidak baik bagi
kesehatan anak dan ditakutkan
binatang liar atau binatang buas
mulai keluar mencari mangsa,
tentunya akan sangat rawan
membiarkan seorang anak berada
di luar rumah pada waktu-waktu
tersebut. Toh, jika menjelang
malam seorang anak pergi keluar
rumah untuk Shalat berjamaah
atau mengaji di mesjid, para
orang tua tidak pernah menakuti-
nakutinya dengan Hantu
Sandekala.
Jam 19.00 = Wanci Harieum
Beungeut
Pada saat itu matahari sudah
tenggelam, keadaan menjadi
gelap. Penglihatan kita mulai
remang-remang. Seperti melihat
wajah orang lain, penglihatan
7. kita mulai remang-remang pada
wajah orang tersebut. Jadi, wanci
harieum beungeut merupakan
waktu pada keadaan lingkungan
mulai gelap tetapi masih bisa
melihat orang lain dengan
remang-remang.
Jam 20.00 = Wanci Sareureuh
Budak
Ketika anak kecil (balita) sudah
merasa lelah bermain dengan
saudaranya dan setelah itu, anak-
anak tersebut mulai beristirahat.
Pada saat itu juga, orang tua pun
mulai menidurkan anak-anaknya.
Jam 21.00 = Wanci Tumoké
Pada saat suara toké mulai
berbunyi. Seperti perkataan
orang tua zaman dahulu “Wayah
kieu téh keur meujeuhna kaluar
sora toké!”
Jam 22.00 = Wanci Sareureuh
Kolot
Pada saat itu orang tua atau
orang dewasa rata-rata mulai
istirahat / tidur. Orang tua atau
orang dewasa tersebut sudah
tidak memikirkan pekerjaannya
masing-masing ataupun hal
lainnya.
Jam 23.00 = Wanci Indung
Peuting
Pada saat itu bulan tepat di atas.
Seperti perkataan orang tua
zaman dahulu “Meujeuhna
kaluar méga hideung
gegeblogan, indung peuting téh
nyaéta istilah séjén tina méga
hideung”
Jam 24.00 = Wanci Tengah
Peuting
Pada saat itu, hari sudah benar-
benar gelap karena matahari
sudah sangat tidak terlihat di
daerah sunda.
Dilihat dari penamaan waktu
pada setiap jam, dalam menentukan
waktunya orang sunda menggunakan
keadaan alam sekitar serta
berdasarkan aktivitas sehari-harinya
dalam menentukan waktu (jam). Pada
zaman dahulu, penggunaan waktu
tersebut sering dipakai dalam
kehidupan sehari-hari namun pada
zaman sekarang ini penggunaan
waktu tersebut sudah jarang dipakai
lagi karena tergeser oleh teknologi
yang tampak di zaman modern ini.
Hal ini membuktikan bahwa
matematika telah lama dikenal dan
8. digunakan masyarakat sunda,
terutama masyarakat Kampung Naga,
Desa Neglasari, Kecamatan Salawu,
Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi
Jawa Barat.
Namun saat ini, jam sunda
sudah jarang di pakai. Salah satu
penyebabnya yaitu perkembangan
zaman dan perkembangan teknologi.
Selain itu, beberapa istilah sunda
tersebut sudah hampir tidak diketahui
lagi artinya oleh orang sunda bahkan
orang Kampung Naga, seperti
Tumoke, Mengok dan Tumorek.
Tulisan ini memuat istilah
waktu di daerah sunda pada setiap
jamnya serta cerita dibalik istilah
tersebut. Tulisan ini merupakan
tulisan yang menarik untuk di kaji
lebih dalam baik dari segi definisinya
maupun dari segi sejarahnya ataupun
yang lainnya karena penulis
menyadari bahwa tulisan ini jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu,
melalui tulisan ini penulis mengajak
pembaca untuk mengkaji lebih dalam
lagi mengenai jam sunda.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Ahmad. (1991).
PEPERENIAN. Bandung :
CV.Geger Sunten.
Rustandi, Andi Sunarya. (2013).
Wanci – Waktu dina Istilah
Sunda. [ONLINE]. Tersedia :
https://andirustandisunarya.wor
dpress.com/2013/04/18/wanci-
waktu-tina-istilah-sunda/ [19
Mei 2016]
Dwi, Wahyu Lesmono. (2014).
Sesebutan Wanci dina Basa
Sunda. [ONLINE]. Tersedia :
http://dsmlmdblog.blogspot.co.
id/2014/07/sesebutan-wanci-
dina-basa-sunda.html [19 Mei
2016]
TN. (2015). Wanci Sareupna, Batas
Waktu Bermain Anak.
[ONLINE]. Tersedia :
www.wewengkonsumedang.co
m/2015/01/wanci-sreupna-
batas-waktu-bermain-
anak.html [17 Maret 2016]
TN. (2010). Mengenal Jam Sunda.
[ONLINE]. Tersedia :
http://sumedangonline.com/me
ngenal-jam-sunda/4514/ [29
Mei 2016]
TN. (2012). Jam Sunda. [ONLINE].
Tersedia :
http://mataronis.blogspot.co.id/
2012/04/jam-sunda.html?m=1
[29 Mei 2016]