Kondisi ekonomi AS mulai membaik pada bulan September yang ditandai dengan penurunan tingkat pengangguran dan kenaikan penjualan rumah baru. Namun demikian, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan The Fed dapat menyebabkan keluarnya modal asing dari pasar Indonesia dan memperburuk nilai tukar rupiah.

1. THE MACRO UPDATE
U.S MULAI PULIH, WASPADAI SUDDEN REVERSAL
Perbaikan data ekonomi makro
Amerika Serikat (AS) pada bulan
September memberikan tekanan
terhadap kondisi dalam negeri.
Data Unemployement Rate yang
menurun sebesar 0,10% serta data
New Home Sales yang meningkat
menjadi 504 ribu menunjukan
perbaikan kondisi perkeonomian
AS. Kondisi tersebut membuat The
Fed mengeluarkan sinyal untuk
menaikan suku bunga acuan lebih
cepat, yaitu pada akhir tahun 2014.
Hal ini dapat berakibat pada
penarikan keluar modal asing
secara serentak dari pasar
Indonesia (sudden reversal).
Hal ini diperparah dengan kondisi
politik Indonesia yang disusupi oleh
aksi politik “balas-dendam”
sehingga menimbulkan
kekhawatiran dunia bisnis dan
investor terutama asing.
Data Core CPI Sept 2014 sebesar
109,42 atau 0,29% lebih besar
(inflasi) dari bulan Aug 2014
sedangkan Balance of Trade
Indonesia bulan Aug 2014 minus
318,10 juta US$.
Tanggal 8 Oct 2014 The Fed akan
mengadakan FOMC meeting, jika
hasil rapat tetap mendukung
kenaikan Fed Funds Rate maka
dikhawatirkan nilai tukar rupiah
akan semakin tertekan. Pada 6 Oct
2014 nilai kurs tengah BI
menembus level Rp.12.212 /USD,
paling rendah selama 6 bulan
terakhir.
_GR
12.250
12.200
12.150
12.100
12.050
12.000
11.950
11.900
Rp. / USD
22-Sep-14
23-Sep-14
24-Sep-14
25-Sep-14
26-Sep-14
27-Sep-14
28-Sep-14
29-Sep-14
30-Sep-14
01-Okt-14
02-Okt-14
03-Okt-14
04-Okt-14
05-Okt-14
06-Okt-14
BI RATE
7,50%
FED RATE
0,25%