SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
Makalah Askep Katarak
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia. Indonesia
memiliki angka penderita katarak tertinggi di Asia Tenggara. Dari sekitar 234 juta
penduduk, 1,5 persen atau lebih dari tiga juta orang menderita katarak. Sebagian
besar penderita katarak adalah lansia berusia 60 tahun ke atas. Lansia yang
mengalami kebutaan karena katarak tidak bisa mandiri dan bergantung pada orang
yang lebih muda untuk mengurus dirinya.
Berdasarkan survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun
1993-1996, menunjukkan angka kebutaan di Indonesia sebesar 1,5%, dengan
penyebab utama adalah katarak (0,78%); glaukoma (0,20%); kelainan refraksi
(0,14%); dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia (0,38%).
Dibandingkan dengan negara-negara di regional Asia Tenggara, angka
kebutaan di Indonesia adalah yang tertinggi (Bangladesh 1%, India 0,7%, Thailand
0,3%). Sedangkan insiden katarak 0,1% (210.000 orang/tahun), sedangkan operasi
mata yang dapat dilakukan lebih kurang 80.000 orang/ tahun. Akibatnya timbul
backlog (penumpukan penderita) katarak yang cukup tinggi. Penumpukan ini
antara lain disebabkan oleh daya jangkau pelayanan operasi yang masih rendah,
kurangnya pengetahuan masyarakat, tingginya biaya operasi, serta ketersediaan
tenaga dan fasilitas pelayan kesehatan mata yang masih terbatas.
Maka dari itu kami terdorong untuk menyusun makalah ini, sehingga dapat
menambah pengetahuan kita tentang insiden katarak itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Definisi, Etiologi dan Patofisiologi Katarak ?
1.2.2 Bagaimana pengkajian pada klien Katarak ?
1.2.3 Diagnosa Keperawatan apa yang muncul pada Klien Katarak dan
Intervensinya ?
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan katarak.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan katarak.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan
katarak.
c. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan
katarak.
d. Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada klien
dengan katarak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau
bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998)
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau
kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang
lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
congenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis seperti diabetes
mellitus atau hipoparatiroidisme, pemejanan radiasi, pemajanan yang lama sinar
mata hari (sinar ultra violet), atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior.
(Brunner & suddart, 2001)
2.2 Etiologi
Beberapa pandangan teoritis oleh beberapa ahli tentang penjabaran
penyebab terjadinya penyakit (etiologi) katarak :
2.2.1 Penyebab dari katarak adalah usia lanjut (senile) tapi dapat terjadi secara
kongenital akibat infeksi virus dimasa pertumbuhan janin, genetik, dan gangguan
perkembangan, kelainan sistemik, atau metabolik, seperti diabetes melitus,
galaktosemi, atau distrofi mekanik, traumatik: terapi kortikosteroid, sistemik,
rokok, dan konsumsi alkohol meningkatkan resiko katarak (Mansjoer,2000).
2.2.2 Penyebab utama katarak adalah penuaan. Anak dapat menerima katarak
yang biasanya merupakan penyakit yang sedang diturunkan, peradangan dalam
kehamilan. Faktor lain yaitu diabetes mellitus dan obat tertentu, sinar UV B dari
cahaya matahari, efek racun, rokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E dan radang
menahun didalam bola mata, serta adanya cidera mata (Ilyas,1997).
2.2.3 Katarak terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat
kelahiran (katarak kongenital) dapat juga berhubungan dengan trauma mata
tajam/tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis,
seperti dibetes melitus atau hiperparatiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan
sinar matahari (sinar ultraviolet) atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior
(Smeltzer,2002).
2.2.4 Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau
bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur
60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu
terinfeksi virus pada saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
a. Faktor keturunan.
b. Cacat bawaan sejak lahir. (congenital)
c. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
d. Operasi mata sebelumnya.
e. Trauma (kecelakaan) pada mata.
f. Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
2.3.1 katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
2.3.2 katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di
bawah 40 tahun
2.3.3 katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40 tahun
2.3.4 katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40
tahun.
2.4 Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat
nucleus, diperifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul
anterior dan posterior.Dengan bertambahnya usia, nekleus mengalami perubahan
warna menjadi cokelat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti
duri dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan
bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti cristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa menyebabkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus múltiple (zunula) yang memanjang dari badan silier
kesekitar daerah diluar lensa, misalnya, dapat menyebabkan penglihatan
mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya
ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi
disertai influís air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain menyebutkan bahwa suatu
enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien
yang tenderita katarak.
Katarak biasanya terjadi di lateral, namun mempunyai kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemas, seperti
diabetes, Namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang
normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang
memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenitaldan harus
diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia
dan kehilangan penglihatan permanen. Factor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katrak meliputi radiasi sinar ultra violet B, obat-obatan, alcohol,
merokok, diabetes, dan asupan vitamin anti oxidan yang kurang dalam jangka
waktu lama
Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting. Katarak merupakan
kondisi penurunan ambulan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan
kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada
proses penuaan ,lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan
dalam usuran dan densitasnya.Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi
central serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi dikortek,
serat lensa ditekan menjadi central. Serat-serat lensa yang padat lama-lam
menyebabkan hilangnya tranparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering
bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan ganguan
metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan
perubahan kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya
menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian
lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi
oleh lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang
sampai pada retina. Akibatnya otak menginterprestasikan sebagai bayangan yang
berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu,
kemudian berubah kuning, bahkan menjadi coklat atau hitam dan klien mengalami
kesulitan dalam membedakan warna (Diambil dari buku Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Mata,Ns.Indriana N. Istiqomah,S.Kep
2.5 Tanda dan Gejala
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
2.5.1 Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
2.5.2 Peka terhadap sinar atau cahaya
2.5.3 Dapat melihat dobel pada satu mata
2.5.4 Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
2.5.5 Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
2.6.1 Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit
sistem saraf, penglihatan ke retina.
2.6.2 Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
2.6.3 Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
2.6.4 Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
2.6.5 Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
2.6.6 Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
2.6.7 Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
2.6.8 EKG, kolesterol serum, lipid
2.6.9 Tes toleransi glukosa : kotrol DM
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien, meliputi :
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Status Perkawinan, Suku Bangsa,
Pendidikan, Pekerjaan, Tgl. Masuk RS, No. Register Serta Penanggung Jawab.
3.1.2 Keluhan utama
.1.3 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan Sekarang
b. Riwayat Penyakit Dahulu
c. Riwayat Penyakit Keluarga
3.1.4 Pemeriksaan Fisik
a. Pola fungsi kesehatan
 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
 Pola nutrisi dan metabolisme
 Pola eliminasi
 Pola aktivitas dan latihan
 Pola istirahat dan tidur
 Pola kognitif dan persepsi
 Persepsi diri dan konsep diri
 Pola peran hubungan
 Pola koping dan toleransi aktivitas
 Keyakinan dan kepercayaan
b. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
 Tanda-tanda vital
 Kulit
 Kepala :
 Mata
 Telinga
 Hidung dan sinus
 Mulut dan tenggokan
 Leher
 Thorak/paru
 Jantung
 Abdomen
 Ekstremitas
 Neurologis
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.2.1 Gangguan sensori persepsi (penglihatan) b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indra penglihatan
3.2.2 Resiko Cedera b/d Disfungsi Sensori Penglihatan
3.2.3 Harga Diri Rendah Situasional b/d Hambatan Fungsi Penglihatan.
3.3 Intervensi NIC dan Hasil NOC
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi NIC
Kriteria Hasil NOC
1 Gangguan sensori
persepsi (penglihatan) b/d
gangguan penerimaan
sensori /status organ indra
penglihatan
- Setelah
dilakukantindakan selama
3X24 jam diharapkan
gangguan sensori persepsi
dapat diatasi.
- Klien mampu mengambil
tindakan pribadi untuk
mengompensasi gangguan
penglihatan.
- Klien mengetahui metode
alternative untuk menjalani
hidup dengan penuunan
fungsi penglihatan.
- Membantu
memberikan pelajaran
dan penerimaan metode
alternative untuk
menjalani hidupdengan
menjalani hidup dengan
penurunan fungsi
penglihatan.
- Meningkatkan
kenyamanan, keamanan
dan orientasi realitas
pasien yang mengalami
keyakinan yang kuat
dan salah yang tidak
sesuai gengan
kenyataan.
- Memanipulasi
lingkungan sekitar
pasien untuk manfaat
terapeutik.
- Mengumpulkan dan
menganalisis data
pasien untuk mencegah
atau meminimalkan
komplikasi neurologis.
2 Ketakutan b/d Kehilangan
pandangan komplek.
- Setelah
dilakukantindakan selama
3X24 jam diharapkan Klien
tampak tenang.
- Mencari informasi untuk
menurunkan ketakutan.
- Menghindari sumber
ketakutan bila mungkin.
- Memberikan informasi
factual tentang
diagnosis, pengobatan
dan prognosa.
- Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan.
- Anjurkan pasien
tentang penggunaan
tehnik relaksasi.
- Menilai tanda – tanda
verbal dan kecemasan
nonverbal
3 Resiko Cedera b/dDisfungsi
Sensori penglihatan
- Klien terbebas dari
Cedera.
- Klien mampu mengatasi
factor resiko dari
lingkungan / perilaku
personal.
- Mampu memodifikasi
gaya hidup untuk mencegah
Injury.
- Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
- Mampu mengenali
perubahan status kesehatan
Manajemen Lingkungan
:
- Sediakan lingkungan
yang aman untuk
pasien.
- Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien, sesuai
dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif pasien.
- Menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya /
memindahkan perabotan
yg berbahaya
- Menyediakan tempat
tidut yang nyaman dan
bersih.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam
mata, seperti melihat air terjun menjadi kabur atau redup, mata silau yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat Katarak didiagnosis
terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan
ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat
tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif
biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pendangan di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-
abu atau putih.
4.2 Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan
dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan
keperawatan pada klien dengan Katarak.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosis medis & NANDA (North American
Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC Edisi revisi jilid 2 tahun 2013.
Buku saku Diagnosis keperawatan edisi 9 Diagnosis Nanda Intervensi NIC dan Kriteria hasil
NOC Judith M.Wilkinson dan Nanchy R.Ahern
Buku Nanda international diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014
Buku Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1 editor Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti,
Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardani dan Wiwiek Setiowulan
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada
kesempatan kali ini kami membahas “KONSEP KATARAK DAN ASUHAN
KEPERAWATAN”. Dalam menulis makalah ini, kami mengalami beberapa kesulitan.
Namun dengan usaha dan kesungguhan kami dalam mengerjakan penyususnan
makalah ini akhirnya kami dapat menyajikan makalah ini.
Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya yang membaca, sehingga apa bila kita bila menjumpai klien dengan resiko
dekubitus kita bisa mencegah dan menangganinya sejak awal.
Dalam penyusunan maakalah ini tentunya kami tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan orang –orang terdekat kami. Maka pada kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Faizah Betty Rahayuningsih sebagai dosen mata kuliah Komputerisasi yang
dengan sabar selalu membimbing kami dakam penyusunan makalah kami.
2. Para pembaca yang telah mau meluangkan waktunya untuk membaca makalah
ini
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna maka, kami sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah yang kami susun.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Judul..........................................................................................................................
Daftar
Isi ................................................................................................................................. 1
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang............................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 3
C. Tujuan........................................................................................................................... 3
BAB II Tinjaun Teori
A. Pengertian Katarak....................................................................................................... 5
B. Faktor dan Penyebab terjadinya Katarak..................................................................... 5
C. Patofisiologi.................................................................................................................. 7
D. Tanda dan Gejala ........................................................................................................ 8
E. Pathway Katarak.......................................................................................................... 9
F. Jenis dan Stadium Katarak........................................................................................... 9
G. Cara Mencegah terjadinya Katarak.............................................................................. 11
H. Penatalaksanaan Keperawatan..................................................................................... 14
I. Diagnosa, Intervensi dan Kriteria Hasil
Keperawatan................................................. 15
J. Evaluasi........................................................................................................................ 16
BAB III PENUTUP
Kesimpulan...............................................................................................................................
17
Daftar
Pustaka.......................................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katarak merupakan kekeruhan yang timbul pada lensa yang dapat
menyebabkan kebutaan. Pada tahun 1997, WHO memperkirakan terdapat 38 juta
orang buta di dunia dan setengahnya disebabkan oleh katarak. Katarak yang
berhubungan dengan usia menyebabkan kira-kira 48% kebutaan didunia, yaitu sekitar
18 juta orang.
Sekitar 85% dari penderita katarak adalah orang lanjut usia (Fakultas &
Universitas 2013). Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi
akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya
yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama
sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat
seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter
(Vaughan & Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada
usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih
dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007). Katarak merupakan masalah penglihatan
yang serius karena katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada
tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar
48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di
dunia menderita kebutaan akibat katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil
survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama
yaitu sebesar 52%. Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada
lansia.
Akan tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya
katarak. Faktor-faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan
terutama pada negara tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi
vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma,
infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus, genetik dan myopia. Beberapa faktor-faktor resiko ini tentunya ada
yang dapat dihindari masyarakat untuk mencegah percepatan terjadinya katarak,
misalnya merokok.(Utara 2009)
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari katarak?
2. Apa faktor dan penyebab yang mempengaruhi katarak?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya katarak?
4. Bagaimana tanda dan gejala katarak?
5. Bagaimana pathway katarak?
6. Apa saja jenis dan stadium katarak?
7. Bagaimana cara mencegah katarak?
8. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan katarak?
9. Bagaimana diagnosa, intervensi dan criteria hasil keperawatan?
10. Bagaimana evaluasi hasil nya?
C. Tujuan
1. Mengetahuidefinisi dari katarak
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi katarak
3. Mengetahui patofisiologi terjadinya katarak
4. Mengetahui tanda gejala katarak
5. Mengetahui pathway katarak
6. Mengetahui jenis dan stadium katarak
7. Mengetahui cara mencegah katarak
8. Mengetahui penatalaksanaan keperawatan katarak
9. Mengetahui diagnosa, intervensi, dan criteria hasil yang diberikan pada klien
10. Mengatahui evaluasi dari hasil asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
1) PENGERTIAN KATARAK
Katarak merupakan kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina (Istiqomah,2003). Menurut Nugroho
(2011) Kelainan ini bukan suatu tumor atau pertumbuhan jaringan di dalam
mata,akan tetapi keadaan lensa yang menjadi berkabut (Ilyas, 2004). Katarak sendiri
diumpamakan seperti penglihatan yg tertutup airterjun akibat kerunhya lensa
(Tamsuri,2004) biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.(Utara 2009)
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Kekeruhan
lensa atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang masuk ke dalam mata
sehingga penglihatan menjadi menurun. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa
melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina
sehingga menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk
kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Katarak berasal dari kata Yunani
”Cataracta” yang berarti ”Air terjun”, hal ini disebabkan karena penderita katarak
seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya (Ilyas,
2003).(Nyoman et al. 2014).
2) FAKTOR DAN PENYEBAB TERJADINYA KATARAK
Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut, namun katarak juga dapat
diakibatkan oleh kelainan kongenital (Tamsuri, 2004). Banyak faktor dikaitkan dengan
katarak, yaitu umur sebagai faktor utama, dan faktor lainnya antara lain penyakit
diabetes melitus (DM), pajanan kronis terhadap sinar ultraviolet (sinar matahari),
konsumsi alkohol, nutrisi, merokok, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan
pekerjaan (Tana dkk., 2009)
1. Umur
Bertambahnya umur harapan hidup di seluruh dunia, khususnya
dinegara berkembang, menyebabkan bertambah banyaknya jumlah orang tua secara
cepat. Hal ini dapat menimbulkan fenomena pertambahan kasus katarak, karena
dengan sendirinya jumlah kebutaan karena katarak akan bertambah banyak. Katarak
senilis (lebih dari 40 tahun) merupakan penyebab yang terbanyak penurunan
penglihatan pada orang usia lanjut. Pada penelitian cross sectional dikatakan bahwa
prevalensi katarak sekitar 50 % pada usia antara 65 smpai 74 tahun dan meningkat 70
% pada usia di atas 75 tahun (Wisnujono, 2004).
2. Jenis kelamin
Menurut Rasyid, dkk (2010) kejadian katarak lebih banyak terjadipada
perempuan dari pada laki-laki, ditujukan dengan hasil penelitian yang menemukan 114
orang (71,7%) penderita katarak berjenis kelamin perempuan, sedangkan 57 orang
(63,4%) penderita katarak berjenis kelamin laki-laki.
3. Katarak erat kaitannya juga dengan pekerjaan yang berada di luar gedung, dimana
sinar ultraviolet (UV) merupakan faktor risiko terjadinya katarak.
4. Pendapatan dikaitkan dengan status sosial ekonomi yang rendah.
Seseorang dengan tingkat ekonomi yang rendah dalam hal penghasilan memiliki
ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi setiap harinya. Status ekonomi
juga dihubungkan dengan rendahnya tingkat pengetahuan seseorang yang berkaitan
dengan kemauan untuk mencari informasi mengenai pengobatan katarak, sehingga
munculnya tanda-tanda akan terjadinya katarak tidak disadari oleh seseorang karena
dirasakan masih belum menganggu. Pada umumnya seseorang akan mengunjungi
tempat pelayanankesehatan mata setelah merasa terganggu pada matanya. Selain itu
juga penderita katarak yang berasal dari golongan ekonomi rendah tidak akan mampu
mengobati penyakitnya ke rumah sakit atau klinik swasta yang mahal, sehingga
pengobatan katarak tidak menjadi prioritas bagi mereka. Jarak yang jauh dari sarana
pelayanan menyebabkan ongkos transportasi dan biaya untuk keluarga yang
mengantar menjadi mahal (Pujiyanto, 2004).
5. Diabetes Melitus dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, salah satunya
adalah katarak. peningkatan enzim aldose reduktase dapat mereduksi gula menjadi
sorbitol, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan osmotik sehingga serat lensa lama-
kelamaan akan menjadi keruh dan menimbulkan katarak (Pollreisz dan Erfurth, 2010).
6. Merokok Dari beberapa faktor risiko terjadinya katarak, salah satunya
adalah merokok. Rokok berperan dalam pembentukan katarak melalui dua cara yaitu,
pertama paparan asap rokok yang berasal dari tembakau dapat merusak membrane sel
dan serat-serat yang ada pada mata. Ke dua yaitu, merokok dapat menyebabkan
antioksidan dan enzim-enzim di dalam tubuh mengalami gangguan sehingga dapat
merusak mata (United For Sigth, 2003 ) Pada penelitian dengan menggunakan kasus-
kontrol, di mana kasus sebanyak 54 orang dan kontrol 35 orang, hasil uji multivariat
(OR=2,287) menunjukkan hubungan merokok dapat meningkatkan kejadian katarak 2
kali dibandingkan dengan yang tidak merokok.
C. PATOFISIOLOGI KATARAK
Menurut Kowalak (2003), patofoiologi katarak dapat bervariasi menurut
masing-masing bentuk katarak. Katarak senilis memperlihatkan bukti adanya agregasi
protein, cedera oksidatif dan peningkatan pigmentasi di bagian tengah lensa, selain itu
pada katarak traumatika dapat terjadi inflamasi atau fagositosis lensa ketika lensa
mata mengalami rupture (Kowalak, 2003). Sedangkan mekanisme katarak komplikasi
bervariasi menurut proses penyakitnya, sebagai contoh pada penyakit diabetes mellitus
akan terjadi peningkatan kadar glukosa dalam lensa yang kemudian menyebabkan
lensa mata menyerap air (Kowalak, 2011) sedangkan katarak kongenital merupakan
bentuk yang memberikan tantanggan khusus. Tamsuri (2003) mengungkapkan bahwa
secara kimiawi pembentukan katarak ditandai dengan berkurangnya ambilan oksigen
dan bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi.
Kandungan natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kalium, asam askorbat serta
protein menjadi berkurang.
Menurut Istiqomah (2003), lensa mata berisi 65% air, sisanya berupa protein dan
mineral penting. Katarak terjadi pada saat penurunan ambilan oksigen dan penurunan
air. Dilain sisi terjadi peningkatan kadar kalsium dan berubahnya protein larut
menjadi tidak dapat larut. Pada kondisi tersebut akan menyebabkan gangguan
metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini akan mengakibatkan
perubahan kandungan bahan-bahan yang ada di dalam lensa. Perubahan inilah yang
pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa.Kekeruhan dapat berkembang sampai di
berbagai bagian lensa atau kapsulnya. (Pascasarjana & Udayana 2013)
D. TANDA DAN GEJALA KATARAK
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai
pada pemeriksaan mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :
1. Silau Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai
dari penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada
saat siang hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari.
Keluhan ini khususnya dijumpai pada tipe katarak posterior subkapsular.
Pemeriksaan silau ( test glare ) dilakukan untuk mengetahui derajat gangguan
penglihatan yang disebabkan oleh sumber cahaya yang diletakkan di dalam lapang
pandangan pasien.
2. Diplopia monokular atau polyopia Terkadang, perubahan nuklear terletak pada
lapisan dalam nukleus lensa, menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa.
Daerah ini dapat dilihat dengan refleks merah retinoskopi atau oftalmoskopi direk.
Tipe katarak ini kadang – kadang menyebabkan diplopia monokular atau
polyopia. Hal-hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar
putih menjadi spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
3. Distorsi Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang,24 sering
dijumpai pada stadium awal katarak.
4. Penurunan tajam penglihatan Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif
tanpa rasa nyeri.
5. Sensitivitas kontras Sensitivitas kontras mengukur kemampuan pasien untuk
mendeteksi variasi tersamar dalam bayangan dengan menggunakan benda yang
bervariasi dalam hal kontras, luminance dan frekuensi spasial. Sensitivitas kontras
dapat menunjukkan penurunan fungsi penglihatan yang tidak terdeteksi dengan
Snellen. Namun, hal tersebut bukanlah indikator spesifik hilangnya tajam penglihatan
oleh karena katarak.
6. Myopic shift Perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan lensa,
yang umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan
katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena
meningkatnya myopia akibat peningkatan kekuatan refraktif lensa nuclear sklerotik,
sehingga kacamata baca atau bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut
“second sight”. Namun, seiring dengan perubahan kualitas optikal lensa, keuntungan
tersebut akhirnya hilang juga.(Mata 2010)
E. PATHWAY
F. JENIS- JENIS DAN STADIUM KATARAK
Stadium katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu:
1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal) Katarak subkapsular psoterior, kekeruhan
mulai terlihat di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan
korteks berisi jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien Katarak
intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa
akan mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi
2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder
3. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada
ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan
kalsifikasi lensa pada katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman
normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.
4. Katarak hipermatur, merupakan katarak
yang telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan
mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa
menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata
dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga
hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlajut disertai
dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat
keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai
dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan
tersebut dinamakan katarak morgagni.(Masyarakat 2012)
G. CARA MENCEGAH TERJADINYA KATARAK
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan:
1. Menjaga kadar gula darah selalu normal
Pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata, mengonsumsi
makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan
seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran
hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan
makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi. Vitamin C dan
E dapat memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang
dapat meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu penyebab
katarak. (Masyarakat 2012).
2. Katarak yang disebabkan oleh faktor resiko lain dapat diusahakan
pencegahannya, misalnya dengan memberikan perlindungan khusus pada mata seperti
topi atau kacamata untuk menghindari radiasi sinar ultra violet.
3. Menghindari cedera pada mata atau prilaku merokok dan minum alkohol. Upaya
pencegahan ini dibutuhkan untuk menghindari datangnya katarak pada usia dini.
H. PENATA LAKSANAAN MEDIS
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup
dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat
menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat
menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang
menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya
sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin,
agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E2,5,7,9. Penatalaksanaan
definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahun-tahun,
tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik
hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan,
yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada
integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract
ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan
dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak
yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.
1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari
mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan
hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. ICCE tidak boleh dilakukan atau
kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai
ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini
astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan
2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien
katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi
lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk
terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,
sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema. Pasca
bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan
katarak pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
3. Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal
lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea.
Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin
PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa
Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang
kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang
memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.
Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak
senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi
limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun
sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan
melalui incisi kecil seperti itu.
4. SICS Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat
sembuh dan murah.
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan
lensa penggant untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:
kacamata afakia yang tebal lensanya lensa kontak lensa intra okular, yaitu lensa
permanen yang ditanamkan di dalam mata pada saat pembedahan untuk mengganti
lensa mata asli yang telah diangkat(Klinis & Protein 2010)
I. PENATA LAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
i. Nama
ii. Usia
iii. Alamat
iv. Jenis kelamin
v. Agama
vi. Status
b. Anamnesis
Kaji keluhan utama pasien saat itu. Kaji riwayat penyakit saat ini. Kaji riwayat
penyakit dahulu. Lebih lanjut kaji riwayat kesehatan keluarga dan riwayat
psikososial(Muttaqin dan Kumala, 2009).
c. Pemeriksaan fisik.
Fokus utama pada pemeriksaan mata. Ketika pelebaran pupil, akan dapat ditemukan
gambaran kekeruhan lensa berbentuk berkas putih. Pasien akan mengeluhkan adanya
diplopia, pandangan berkabut. Tajam penglihata pasien juga mengalami penurunan
(myopia).
d. Pemeriksaaan penunjang; pemeriksaan visus untuk mengetahui batas penglihatan
pasien. Dapat juga dilakukan pemeriksaan lapang pandang.
e. Penatalaksanaan Bedah Katarak 1) Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK)
Tindakan pembedahan pada lensa dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa. dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan
korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder (Ilyas, 2004). 2) Ekstraksi
Katarak Intra Kapsular (EKIK) Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa
bersama kapsul. Pembedahan ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan
pemakaian alat khusus sehingga tidak banyak penyulit dan pembedahan ini tidak akan
terjadi katarak sekunder (Ilyas, 2004).
J. DIAGNOSA, INTERVENSI DAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
1. Diagnosa: Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penurunan
tajam penglihatan (Tamsuri, 2011). Tujuan: pasien melaporkan kemampuan yang lebih
baik untuk rangsang penglihatan dan mengkomunikasikan perubahan visual. Kriteria
hasil: Pasien mengidentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk
meningkatkan penerimaan rangsang penglihatan. Intervensi dan Rasional; Kaji
ketajaman penglihatan; untuk mengidentifikasi kemampuan visual pasien.
Orientasikan pasien akan lingkungan fisik sekitarnya; untuk meningkatkan
kemampuan persepsi sensori. Anjurkan penggunaan alternative rangsang lingkungan;
untuk meningkatkan kemampuan respons stimulus lingkungan. Cegah sinar yang
menyilaukan; untuk mencegah distress. Optimalisasi lingkungan untuk menurunkkan
resiko cedera.
2. Diagnosa: Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian
operasi (Tamsuri, 2011). Tujuan: Tidak terjadi kecemasan. Kriteria hasil: Pasien
mengungkapkan kecemasan berkurang Intervensi dan Rasional; Kaji tingkat
kecemasan, untuk mengetahui kecemasan klien. Mendorong klien mengungkapkan
perasaannya, hal ini dapat mengurangi rasa cemas pada klien. Menjelaskan gambaran
yang terjadi pada saat pembedahan, peningkatan pemahaman tentang kejadian yang
mungkin terjadi dapat menurunkan kecemasan. Memberikan kesempatan bertanya,
dapat memerjelas pemahaman.
3. Diagnosa: Nyeri berhubungan dengan luka post operasi (Tamsuri,2011). Tujuan: nyeri
berkurang atau terkontrol. Kriteria hasil: pasien melaporkan nyeri berkurang atau
terkontrol. Intervensi dan Rasional; Kaji nyeri klien, untuk mengetahui derajat nyeri
klien. Mengajarkan teknik relaksasi, dapat menurunkan intensitas nyeri. Berikan posisi
yang nyaman, posisi yang tepat mempengaruhi perasaan nyeri. Lakukan kolaborasi
pemberian antalgesik, untuk mengurangi nyeri dengan menaikkan ambang nyeri.
Monitor kenyamanan manajemen nyeri, untuk memantau perkembanagan.
4. Diagnosa: Resiko Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan,
sekunder akibat interupsi bedah pada permukaan mata Tujuan: bebas dari infeksi.
Kriteria hasil: Tanda infeksi selama fase perawatan tidak muncul. Intervensi dan
Rasional; Anjurkan istirahat yang cukup meminimalisir terjadi infeksi. Berikan asupan
nutrisi cukup, untuk meningkatkan imunitas tubuh. Ajarkan teknik aseptik, untuk
mencegah infeksi. Monitor tanda infeksi, untuk memantau perkembangan klien.
Kolaborasi pemberian antibiotic, meningkatkan imun.
5. Diagnosa: Defisit pengetahuan b.d terbatasnya informasi. Tujuan: memahami cara
perawatan dirumah. Kriteria hasil: Pasien mampu mengidentifikasi kegiatan
perawatan rumah yang diperlukan. Intervensi dan Rasional; Kaji tingkat pengetahuan
keluarga, untuk mengetahui pemahaman keluarga. Menjelaskan tentang proses
penyakit, memberikan gambaran dari penyakit yang diderita klien. Menjelaskan
tindakan yang diperbolehkan dan yang perlu dihindari, meningkatkan pemahaman
keluarga. Memberika kesempatan bertanya, untuk memperluas cakupan diskusi
pembahasan.(Anon 2012)
K. EVALUASI
1. Gangguan Penglihatan mata dirasa minimal
2. Pasien tampak tenang
3. Skala nyeri setelah operasi berkurang
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata.
Faktor-faktor penyebab katarak antara lain: umur, jenis kelamin, lingkungan, status
sosial, nutrisi, pola hidup. Stadium katarak dibagi menjadi 4 antara lain: Katarak
Insipien, Imatur, Matur, Hipermatur.
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu
normal pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata,
mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan
antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak
sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang
merupakan makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anon, 2012. No Title.
Fakultas, M. & Universitas, K., 2013. FakultasKedokteranUniversitas
Lampung. , 1(5), pp.58–64.
Klinis, S. & Protein, A., 2010. PatologidanPenatalaksanaanpada Katarak
senilis. , (December), pp.1–15.
Masyarakat, S.K., 2012.FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KATARAK DEGENERATIF DIRSUD BUDHI ASIH TAHUN
2011 SKRIPSIUNIVERSITAS INDONESIA.
Mata, D.S., 2010.Prevalensikebutaanakibatkatarak di kabupaten tapanuli
selatantesis dokterspesialis mata.
Nyoman, N.I. et al., 2014. No Title.
Pascasarjana,P. & Udayana, U., 2013. Kadarmalondialdehyde serum pasien
katarak senilis matur lebih tinggi daripada katarak senilis imatur (7 ,6.
Utara, U.S., 2009. Universitas Sumatera Utara. , pp.1–4.

More Related Content

What's hot

Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011bahtiarl
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Mata
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan  Trauma MataAsuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan  Trauma Mata
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Matapjj_kemenkes
 
Ablatio retina
Ablatio retinaAblatio retina
Ablatio retinamateri-x2
 
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatanMakalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatanOperator Warnet Vast Raha
 
Askep ablasio retina
Askep ablasio retinaAskep ablasio retina
Askep ablasio retinaStiawan Akbar
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) pjj_kemenkes
 
Kaspan katarak senilis imatur
Kaspan   katarak senilis imaturKaspan   katarak senilis imatur
Kaspan katarak senilis imaturKarin Survival
 
Askep truma-mata
Askep truma-mataAskep truma-mata
Askep truma-mataSurya Yama
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter iiriko45
 

What's hot (13)

BST CATARACT FK UNPAD 2013
BST CATARACT FK UNPAD 2013BST CATARACT FK UNPAD 2013
BST CATARACT FK UNPAD 2013
 
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
 
Ablasio retina
Ablasio retinaAblasio retina
Ablasio retina
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Mata
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan  Trauma MataAsuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan  Trauma Mata
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Trauma Mata
 
Ablatio retina
Ablatio retinaAblatio retina
Ablatio retina
 
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatanMakalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
Makalah gangguan sistem sensori persepsi penglihatan
 
Askep ablasio retina
Askep ablasio retinaAskep ablasio retina
Askep ablasio retina
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
 
Kaspan katarak senilis imatur
Kaspan   katarak senilis imaturKaspan   katarak senilis imatur
Kaspan katarak senilis imatur
 
Askep truma-mata
Askep truma-mataAskep truma-mata
Askep truma-mata
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 

Similar to Makalah askep katarak

Asuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarakAsuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarakYesi Tika
 
5D_Kelompok 1_Makalah Tinjauan Teori Katarak.pdf
5D_Kelompok 1_Makalah Tinjauan Teori Katarak.pdf5D_Kelompok 1_Makalah Tinjauan Teori Katarak.pdf
5D_Kelompok 1_Makalah Tinjauan Teori Katarak.pdfIndah12Safitri20
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) pjj_kemenkes
 
Dr.amyta : "apakah saya menderita glaukoma?"
Dr.amyta : "apakah saya menderita glaukoma?"Dr.amyta : "apakah saya menderita glaukoma?"
Dr.amyta : "apakah saya menderita glaukoma?"Rumah Sakit Mata AINI
 
Glaukoma akut ku
Glaukoma akut kuGlaukoma akut ku
Glaukoma akut kuyunuz
 
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptxGANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptxNURULMUMINAH
 
PTM indra & fungsional 31 05 2023.pptx
PTM  indra & fungsional   31 05 2023.pptxPTM  indra & fungsional   31 05 2023.pptx
PTM indra & fungsional 31 05 2023.pptx12drMohamadYhoniDwik
 
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptxLaporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptxAlfinKamal
 
REFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptx
REFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptxREFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptx
REFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptxninikindriyani0
 

Similar to Makalah askep katarak (20)

Asuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarakAsuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarak
 
Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 
5D_Kelompok 1_Makalah Tinjauan Teori Katarak.pdf
5D_Kelompok 1_Makalah Tinjauan Teori Katarak.pdf5D_Kelompok 1_Makalah Tinjauan Teori Katarak.pdf
5D_Kelompok 1_Makalah Tinjauan Teori Katarak.pdf
 
Kelompok 2_KMPK.pptx
Kelompok  2_KMPK.pptxKelompok  2_KMPK.pptx
Kelompok 2_KMPK.pptx
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
 
Bab i mte
Bab i mte Bab i mte
Bab i mte
 
Sap katarak
Sap katarakSap katarak
Sap katarak
 
Dm retinopati
Dm retinopatiDm retinopati
Dm retinopati
 
Askep rentina blostama AKPER PEMKAB MUNA
Askep rentina blostama AKPER PEMKAB MUNA Askep rentina blostama AKPER PEMKAB MUNA
Askep rentina blostama AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep rentina blostama
Askep rentina blostamaAskep rentina blostama
Askep rentina blostama
 
Leaflet katarak
Leaflet katarakLeaflet katarak
Leaflet katarak
 
Leaflet katarak
Leaflet katarakLeaflet katarak
Leaflet katarak
 
Galukoma selayang pandang
Galukoma selayang pandangGalukoma selayang pandang
Galukoma selayang pandang
 
Dr.amyta : "apakah saya menderita glaukoma?"
Dr.amyta : "apakah saya menderita glaukoma?"Dr.amyta : "apakah saya menderita glaukoma?"
Dr.amyta : "apakah saya menderita glaukoma?"
 
Glaukoma akut ku
Glaukoma akut kuGlaukoma akut ku
Glaukoma akut ku
 
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptxGANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
 
PTM indra & fungsional 31 05 2023.pptx
PTM  indra & fungsional   31 05 2023.pptxPTM  indra & fungsional   31 05 2023.pptx
PTM indra & fungsional 31 05 2023.pptx
 
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptxLaporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
 
REFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptx
REFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptxREFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptx
REFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptx
 
Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 

Makalah askep katarak

  • 1. Makalah Askep Katarak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia. Indonesia memiliki angka penderita katarak tertinggi di Asia Tenggara. Dari sekitar 234 juta penduduk, 1,5 persen atau lebih dari tiga juta orang menderita katarak. Sebagian besar penderita katarak adalah lansia berusia 60 tahun ke atas. Lansia yang mengalami kebutaan karena katarak tidak bisa mandiri dan bergantung pada orang yang lebih muda untuk mengurus dirinya. Berdasarkan survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996, menunjukkan angka kebutaan di Indonesia sebesar 1,5%, dengan penyebab utama adalah katarak (0,78%); glaukoma (0,20%); kelainan refraksi (0,14%); dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia (0,38%). Dibandingkan dengan negara-negara di regional Asia Tenggara, angka kebutaan di Indonesia adalah yang tertinggi (Bangladesh 1%, India 0,7%, Thailand 0,3%). Sedangkan insiden katarak 0,1% (210.000 orang/tahun), sedangkan operasi mata yang dapat dilakukan lebih kurang 80.000 orang/ tahun. Akibatnya timbul backlog (penumpukan penderita) katarak yang cukup tinggi. Penumpukan ini antara lain disebabkan oleh daya jangkau pelayanan operasi yang masih rendah, kurangnya pengetahuan masyarakat, tingginya biaya operasi, serta ketersediaan tenaga dan fasilitas pelayan kesehatan mata yang masih terbatas. Maka dari itu kami terdorong untuk menyusun makalah ini, sehingga dapat menambah pengetahuan kita tentang insiden katarak itu sendiri. 1.2 Rumusan Masalah
  • 2. 1.2.1 Apa Definisi, Etiologi dan Patofisiologi Katarak ? 1.2.2 Bagaimana pengkajian pada klien Katarak ? 1.2.3 Diagnosa Keperawatan apa yang muncul pada Klien Katarak dan Intervensinya ? 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada klien dengan katarak. 1.2.2 Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan katarak. b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan katarak. c. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan katarak. d. Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada klien dengan katarak. BAB II PEMBAHASAN
  • 3. 2.1 Pengertian Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998) Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000). Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis seperti diabetes mellitus atau hipoparatiroidisme, pemejanan radiasi, pemajanan yang lama sinar mata hari (sinar ultra violet), atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior. (Brunner & suddart, 2001) 2.2 Etiologi Beberapa pandangan teoritis oleh beberapa ahli tentang penjabaran penyebab terjadinya penyakit (etiologi) katarak : 2.2.1 Penyebab dari katarak adalah usia lanjut (senile) tapi dapat terjadi secara kongenital akibat infeksi virus dimasa pertumbuhan janin, genetik, dan gangguan perkembangan, kelainan sistemik, atau metabolik, seperti diabetes melitus, galaktosemi, atau distrofi mekanik, traumatik: terapi kortikosteroid, sistemik, rokok, dan konsumsi alkohol meningkatkan resiko katarak (Mansjoer,2000). 2.2.2 Penyebab utama katarak adalah penuaan. Anak dapat menerima katarak yang biasanya merupakan penyakit yang sedang diturunkan, peradangan dalam kehamilan. Faktor lain yaitu diabetes mellitus dan obat tertentu, sinar UV B dari cahaya matahari, efek racun, rokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E dan radang menahun didalam bola mata, serta adanya cidera mata (Ilyas,1997). 2.2.3 Katarak terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital) dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam/tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, seperti dibetes melitus atau hiperparatiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari (sinar ultraviolet) atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior (Smeltzer,2002).
  • 4. 2.2.4 Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab katarak lainnya meliputi : a. Faktor keturunan. b. Cacat bawaan sejak lahir. (congenital) c. Masalah kesehatan, misalnya diabetes. d. Operasi mata sebelumnya. e. Trauma (kecelakaan) pada mata. f. Faktor-faktor lainya yang belum diketahui. 2.3 Klasifikasi Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam : 2.3.1 katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun 2.3.2 katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun 2.3.3 katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40 tahun 2.3.4 katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. 2.4 Patofisiologi Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, diperifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.Dengan bertambahnya usia, nekleus mengalami perubahan warna menjadi cokelat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti cristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa menyebabkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus múltiple (zunula) yang memanjang dari badan silier kesekitar daerah diluar lensa, misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influís air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain menyebutkan bahwa suatu
  • 5. enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang tenderita katarak. Katarak biasanya terjadi di lateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemas, seperti diabetes, Namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenitaldan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Factor yang paling sering berperan dalam terjadinya katrak meliputi radiasi sinar ultra violet B, obat-obatan, alcohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin anti oxidan yang kurang dalam jangka waktu lama Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting. Katarak merupakan kondisi penurunan ambulan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan ,lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam usuran dan densitasnya.Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi central serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi dikortek, serat lensa ditekan menjadi central. Serat-serat lensa yang padat lama-lam menyebabkan hilangnya tranparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan ganguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning, bahkan menjadi coklat atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna (Diambil dari buku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata,Ns.Indriana N. Istiqomah,S.Kep 2.5 Tanda dan Gejala Gejala umum gangguan katarak meliputi : 2.5.1 Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek 2.5.2 Peka terhadap sinar atau cahaya 2.5.3 Dapat melihat dobel pada satu mata
  • 6. 2.5.4 Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca 2.5.5 Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu 2.6 Pemeriksaan Diagnostik 2.6.1 Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina. 2.6.2 Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma. 2.6.3 Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg) 2.6.4 Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma. 2.6.5 Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma 2.6.6 Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan. 2.6.7 Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi. 2.6.8 EKG, kolesterol serum, lipid 2.6.9 Tes toleransi glukosa : kotrol DM
  • 7. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian 3.1.1 Identitas Klien, meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Status Perkawinan, Suku Bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Tgl. Masuk RS, No. Register Serta Penanggung Jawab. 3.1.2 Keluhan utama .1.3 Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan Sekarang b. Riwayat Penyakit Dahulu c. Riwayat Penyakit Keluarga 3.1.4 Pemeriksaan Fisik a. Pola fungsi kesehatan  Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :  Pola nutrisi dan metabolisme  Pola eliminasi  Pola aktivitas dan latihan  Pola istirahat dan tidur  Pola kognitif dan persepsi  Persepsi diri dan konsep diri
  • 8.  Pola peran hubungan  Pola koping dan toleransi aktivitas  Keyakinan dan kepercayaan b. Pemeriksaan fisik  Keadaan umum  Tanda-tanda vital  Kulit  Kepala :  Mata  Telinga  Hidung dan sinus  Mulut dan tenggokan  Leher  Thorak/paru  Jantung  Abdomen  Ekstremitas  Neurologis 3.2 Diagnosa Keperawatan 3.2.1 Gangguan sensori persepsi (penglihatan) b/d gangguan penerimaan sensori/status organ indra penglihatan 3.2.2 Resiko Cedera b/d Disfungsi Sensori Penglihatan 3.2.3 Harga Diri Rendah Situasional b/d Hambatan Fungsi Penglihatan. 3.3 Intervensi NIC dan Hasil NOC No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi NIC
  • 9. Kriteria Hasil NOC 1 Gangguan sensori persepsi (penglihatan) b/d gangguan penerimaan sensori /status organ indra penglihatan - Setelah dilakukantindakan selama 3X24 jam diharapkan gangguan sensori persepsi dapat diatasi. - Klien mampu mengambil tindakan pribadi untuk mengompensasi gangguan penglihatan. - Klien mengetahui metode alternative untuk menjalani hidup dengan penuunan fungsi penglihatan. - Membantu memberikan pelajaran dan penerimaan metode alternative untuk menjalani hidupdengan menjalani hidup dengan penurunan fungsi penglihatan. - Meningkatkan kenyamanan, keamanan dan orientasi realitas pasien yang mengalami keyakinan yang kuat dan salah yang tidak sesuai gengan kenyataan. - Memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk manfaat terapeutik. - Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi neurologis. 2 Ketakutan b/d Kehilangan pandangan komplek. - Setelah dilakukantindakan selama 3X24 jam diharapkan Klien tampak tenang. - Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan. - Menghindari sumber ketakutan bila mungkin. - Memberikan informasi factual tentang diagnosis, pengobatan dan prognosa. - Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan. - Anjurkan pasien tentang penggunaan tehnik relaksasi. - Menilai tanda – tanda verbal dan kecemasan nonverbal
  • 10. 3 Resiko Cedera b/dDisfungsi Sensori penglihatan - Klien terbebas dari Cedera. - Klien mampu mengatasi factor resiko dari lingkungan / perilaku personal. - Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah Injury. - Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada - Mampu mengenali perubahan status kesehatan Manajemen Lingkungan : - Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien. - Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien. - Menghindarkan lingkungan yang berbahaya / memindahkan perabotan yg berbahaya - Menyediakan tempat tidut yang nyaman dan bersih. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air terjun menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat
  • 11. tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu- abu atau putih. 4.2 Saran Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan pada klien dengan Katarak. DAFTAR PUSTAKA Buku Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosis medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC Edisi revisi jilid 2 tahun 2013. Buku saku Diagnosis keperawatan edisi 9 Diagnosis Nanda Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC Judith M.Wilkinson dan Nanchy R.Ahern Buku Nanda international diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014 Buku Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1 editor Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardani dan Wiwiek Setiowulan KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini kami membahas “KONSEP KATARAK DAN ASUHAN KEPERAWATAN”. Dalam menulis makalah ini, kami mengalami beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan kesungguhan kami dalam mengerjakan penyususnan makalah ini akhirnya kami dapat menyajikan makalah ini. Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya yang membaca, sehingga apa bila kita bila menjumpai klien dengan resiko dekubitus kita bisa mencegah dan menangganinya sejak awal.
  • 12. Dalam penyusunan maakalah ini tentunya kami tidak lepas dari bantuan dan bimbingan orang –orang terdekat kami. Maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Faizah Betty Rahayuningsih sebagai dosen mata kuliah Komputerisasi yang dengan sabar selalu membimbing kami dakam penyusunan makalah kami. 2. Para pembaca yang telah mau meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna maka, kami sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah yang kami susun. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Tim Penyusun DAFTAR ISI Halaman Judul.......................................................................................................................... Daftar Isi ................................................................................................................................. 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang............................................................................................................. 3 B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 3 C. Tujuan........................................................................................................................... 3 BAB II Tinjaun Teori A. Pengertian Katarak....................................................................................................... 5 B. Faktor dan Penyebab terjadinya Katarak..................................................................... 5 C. Patofisiologi.................................................................................................................. 7 D. Tanda dan Gejala ........................................................................................................ 8 E. Pathway Katarak.......................................................................................................... 9 F. Jenis dan Stadium Katarak........................................................................................... 9
  • 13. G. Cara Mencegah terjadinya Katarak.............................................................................. 11 H. Penatalaksanaan Keperawatan..................................................................................... 14 I. Diagnosa, Intervensi dan Kriteria Hasil Keperawatan................................................. 15 J. Evaluasi........................................................................................................................ 16 BAB III PENUTUP Kesimpulan............................................................................................................................... 17 Daftar Pustaka.......................................................................................................................... 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katarak merupakan kekeruhan yang timbul pada lensa yang dapat menyebabkan kebutaan. Pada tahun 1997, WHO memperkirakan terdapat 38 juta orang buta di dunia dan setengahnya disebabkan oleh katarak. Katarak yang berhubungan dengan usia menyebabkan kira-kira 48% kebutaan didunia, yaitu sekitar 18 juta orang. Sekitar 85% dari penderita katarak adalah orang lanjut usia (Fakultas & Universitas 2013). Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter (Vaughan & Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007). Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di
  • 14. dunia menderita kebutaan akibat katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%. Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, genetik dan myopia. Beberapa faktor-faktor resiko ini tentunya ada yang dapat dihindari masyarakat untuk mencegah percepatan terjadinya katarak, misalnya merokok.(Utara 2009) B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari katarak? 2. Apa faktor dan penyebab yang mempengaruhi katarak? 3. Bagaimana patofisiologi terjadinya katarak? 4. Bagaimana tanda dan gejala katarak? 5. Bagaimana pathway katarak? 6. Apa saja jenis dan stadium katarak? 7. Bagaimana cara mencegah katarak? 8. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan katarak? 9. Bagaimana diagnosa, intervensi dan criteria hasil keperawatan? 10. Bagaimana evaluasi hasil nya? C. Tujuan 1. Mengetahuidefinisi dari katarak 2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi katarak 3. Mengetahui patofisiologi terjadinya katarak 4. Mengetahui tanda gejala katarak 5. Mengetahui pathway katarak 6. Mengetahui jenis dan stadium katarak 7. Mengetahui cara mencegah katarak 8. Mengetahui penatalaksanaan keperawatan katarak 9. Mengetahui diagnosa, intervensi, dan criteria hasil yang diberikan pada klien 10. Mengatahui evaluasi dari hasil asuhan keperawatan
  • 15. BAB II TINJAUAN TEORI 1) PENGERTIAN KATARAK Katarak merupakan kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina (Istiqomah,2003). Menurut Nugroho (2011) Kelainan ini bukan suatu tumor atau pertumbuhan jaringan di dalam mata,akan tetapi keadaan lensa yang menjadi berkabut (Ilyas, 2004). Katarak sendiri diumpamakan seperti penglihatan yg tertutup airterjun akibat kerunhya lensa (Tamsuri,2004) biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.(Utara 2009) Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Kekeruhan lensa atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang masuk ke dalam mata sehingga penglihatan menjadi menurun. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina sehingga menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Katarak berasal dari kata Yunani ”Cataracta” yang berarti ”Air terjun”, hal ini disebabkan karena penderita katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya (Ilyas, 2003).(Nyoman et al. 2014). 2) FAKTOR DAN PENYEBAB TERJADINYA KATARAK Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut, namun katarak juga dapat diakibatkan oleh kelainan kongenital (Tamsuri, 2004). Banyak faktor dikaitkan dengan katarak, yaitu umur sebagai faktor utama, dan faktor lainnya antara lain penyakit diabetes melitus (DM), pajanan kronis terhadap sinar ultraviolet (sinar matahari), konsumsi alkohol, nutrisi, merokok, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan pekerjaan (Tana dkk., 2009) 1. Umur Bertambahnya umur harapan hidup di seluruh dunia, khususnya dinegara berkembang, menyebabkan bertambah banyaknya jumlah orang tua secara cepat. Hal ini dapat menimbulkan fenomena pertambahan kasus katarak, karena dengan sendirinya jumlah kebutaan karena katarak akan bertambah banyak. Katarak senilis (lebih dari 40 tahun) merupakan penyebab yang terbanyak penurunan
  • 16. penglihatan pada orang usia lanjut. Pada penelitian cross sectional dikatakan bahwa prevalensi katarak sekitar 50 % pada usia antara 65 smpai 74 tahun dan meningkat 70 % pada usia di atas 75 tahun (Wisnujono, 2004). 2. Jenis kelamin Menurut Rasyid, dkk (2010) kejadian katarak lebih banyak terjadipada perempuan dari pada laki-laki, ditujukan dengan hasil penelitian yang menemukan 114 orang (71,7%) penderita katarak berjenis kelamin perempuan, sedangkan 57 orang (63,4%) penderita katarak berjenis kelamin laki-laki. 3. Katarak erat kaitannya juga dengan pekerjaan yang berada di luar gedung, dimana sinar ultraviolet (UV) merupakan faktor risiko terjadinya katarak. 4. Pendapatan dikaitkan dengan status sosial ekonomi yang rendah. Seseorang dengan tingkat ekonomi yang rendah dalam hal penghasilan memiliki ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi setiap harinya. Status ekonomi juga dihubungkan dengan rendahnya tingkat pengetahuan seseorang yang berkaitan dengan kemauan untuk mencari informasi mengenai pengobatan katarak, sehingga munculnya tanda-tanda akan terjadinya katarak tidak disadari oleh seseorang karena dirasakan masih belum menganggu. Pada umumnya seseorang akan mengunjungi tempat pelayanankesehatan mata setelah merasa terganggu pada matanya. Selain itu juga penderita katarak yang berasal dari golongan ekonomi rendah tidak akan mampu mengobati penyakitnya ke rumah sakit atau klinik swasta yang mahal, sehingga pengobatan katarak tidak menjadi prioritas bagi mereka. Jarak yang jauh dari sarana pelayanan menyebabkan ongkos transportasi dan biaya untuk keluarga yang mengantar menjadi mahal (Pujiyanto, 2004). 5. Diabetes Melitus dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, salah satunya adalah katarak. peningkatan enzim aldose reduktase dapat mereduksi gula menjadi sorbitol, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan osmotik sehingga serat lensa lama- kelamaan akan menjadi keruh dan menimbulkan katarak (Pollreisz dan Erfurth, 2010). 6. Merokok Dari beberapa faktor risiko terjadinya katarak, salah satunya adalah merokok. Rokok berperan dalam pembentukan katarak melalui dua cara yaitu, pertama paparan asap rokok yang berasal dari tembakau dapat merusak membrane sel dan serat-serat yang ada pada mata. Ke dua yaitu, merokok dapat menyebabkan antioksidan dan enzim-enzim di dalam tubuh mengalami gangguan sehingga dapat merusak mata (United For Sigth, 2003 ) Pada penelitian dengan menggunakan kasus- kontrol, di mana kasus sebanyak 54 orang dan kontrol 35 orang, hasil uji multivariat (OR=2,287) menunjukkan hubungan merokok dapat meningkatkan kejadian katarak 2 kali dibandingkan dengan yang tidak merokok. C. PATOFISIOLOGI KATARAK
  • 17. Menurut Kowalak (2003), patofoiologi katarak dapat bervariasi menurut masing-masing bentuk katarak. Katarak senilis memperlihatkan bukti adanya agregasi protein, cedera oksidatif dan peningkatan pigmentasi di bagian tengah lensa, selain itu pada katarak traumatika dapat terjadi inflamasi atau fagositosis lensa ketika lensa mata mengalami rupture (Kowalak, 2003). Sedangkan mekanisme katarak komplikasi bervariasi menurut proses penyakitnya, sebagai contoh pada penyakit diabetes mellitus akan terjadi peningkatan kadar glukosa dalam lensa yang kemudian menyebabkan lensa mata menyerap air (Kowalak, 2011) sedangkan katarak kongenital merupakan bentuk yang memberikan tantanggan khusus. Tamsuri (2003) mengungkapkan bahwa secara kimiawi pembentukan katarak ditandai dengan berkurangnya ambilan oksigen dan bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kalium, asam askorbat serta protein menjadi berkurang. Menurut Istiqomah (2003), lensa mata berisi 65% air, sisanya berupa protein dan mineral penting. Katarak terjadi pada saat penurunan ambilan oksigen dan penurunan air. Dilain sisi terjadi peningkatan kadar kalsium dan berubahnya protein larut menjadi tidak dapat larut. Pada kondisi tersebut akan menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini akan mengakibatkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada di dalam lensa. Perubahan inilah yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa.Kekeruhan dapat berkembang sampai di berbagai bagian lensa atau kapsulnya. (Pascasarjana & Udayana 2013) D. TANDA DAN GEJALA KATARAK Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada pemeriksaan mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah : 1. Silau Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai dari penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada saat siang hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan ini khususnya dijumpai pada tipe katarak posterior subkapsular. Pemeriksaan silau ( test glare ) dilakukan untuk mengetahui derajat gangguan penglihatan yang disebabkan oleh sumber cahaya yang diletakkan di dalam lapang pandangan pasien. 2. Diplopia monokular atau polyopia Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus lensa, menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa. Daerah ini dapat dilihat dengan refleks merah retinoskopi atau oftalmoskopi direk. Tipe katarak ini kadang – kadang menyebabkan diplopia monokular atau polyopia. Hal-hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
  • 18. 3. Distorsi Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang,24 sering dijumpai pada stadium awal katarak. 4. Penurunan tajam penglihatan Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa nyeri. 5. Sensitivitas kontras Sensitivitas kontras mengukur kemampuan pasien untuk mendeteksi variasi tersamar dalam bayangan dengan menggunakan benda yang bervariasi dalam hal kontras, luminance dan frekuensi spasial. Sensitivitas kontras dapat menunjukkan penurunan fungsi penglihatan yang tidak terdeteksi dengan Snellen. Namun, hal tersebut bukanlah indikator spesifik hilangnya tajam penglihatan oleh karena katarak. 6. Myopic shift Perkembangan katarak dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan lensa, yang umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatnya myopia akibat peningkatan kekuatan refraktif lensa nuclear sklerotik, sehingga kacamata baca atau bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut “second sight”. Namun, seiring dengan perubahan kualitas optikal lensa, keuntungan tersebut akhirnya hilang juga.(Mata 2010) E. PATHWAY
  • 19. F. JENIS- JENIS DAN STADIUM KATARAK Stadium katarak ini dibagai ke dalam 4 stadium, yaitu: 1. Katarak insipien, kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal) Katarak subkapsular psoterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior subkapsular posterior, celah terbentuk, antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (beda morgagni) pada katarak insipien Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya bertambah, yang akan memberikan miopisasi 2. Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder 3. Katarak matur, pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa yang lama kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak matur. Bilik mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif. 4. Katarak hipermatur, merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata
  • 20. dalam dan terlihat lipatan kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlajut disertai dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak morgagni.(Masyarakat 2012)
  • 21. G. CARA MENCEGAH TERJADINYA KATARAK Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan: 1. Menjaga kadar gula darah selalu normal Pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata, mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi. Vitamin C dan E dapat memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang dapat meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu penyebab katarak. (Masyarakat 2012).
  • 22. 2. Katarak yang disebabkan oleh faktor resiko lain dapat diusahakan pencegahannya, misalnya dengan memberikan perlindungan khusus pada mata seperti topi atau kacamata untuk menghindari radiasi sinar ultra violet. 3. Menghindari cedera pada mata atau prilaku merokok dan minum alkohol. Upaya pencegahan ini dibutuhkan untuk menghindari datangnya katarak pada usia dini. H. PENATA LAKSANAAN MEDIS Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E2,5,7,9. Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi. 1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE) Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan 2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE) Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,
  • 23. sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema. Pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder. 3. Phakoemulsifikasi Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu. 4. SICS Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah. Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan lensa penggant untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut: kacamata afakia yang tebal lensanya lensa kontak lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat(Klinis & Protein 2010) I. PENATA LAKSANAAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas klien i. Nama ii. Usia iii. Alamat iv. Jenis kelamin v. Agama vi. Status b. Anamnesis Kaji keluhan utama pasien saat itu. Kaji riwayat penyakit saat ini. Kaji riwayat
  • 24. penyakit dahulu. Lebih lanjut kaji riwayat kesehatan keluarga dan riwayat psikososial(Muttaqin dan Kumala, 2009). c. Pemeriksaan fisik. Fokus utama pada pemeriksaan mata. Ketika pelebaran pupil, akan dapat ditemukan gambaran kekeruhan lensa berbentuk berkas putih. Pasien akan mengeluhkan adanya diplopia, pandangan berkabut. Tajam penglihata pasien juga mengalami penurunan (myopia). d. Pemeriksaaan penunjang; pemeriksaan visus untuk mengetahui batas penglihatan pasien. Dapat juga dilakukan pemeriksaan lapang pandang. e. Penatalaksanaan Bedah Katarak 1) Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK) Tindakan pembedahan pada lensa dimana dilakukan pengeluaran isi lensa. dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder (Ilyas, 2004). 2) Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK) Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Pembedahan ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga tidak banyak penyulit dan pembedahan ini tidak akan terjadi katarak sekunder (Ilyas, 2004). J. DIAGNOSA, INTERVENSI DAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN 1. Diagnosa: Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan (Tamsuri, 2011). Tujuan: pasien melaporkan kemampuan yang lebih baik untuk rangsang penglihatan dan mengkomunikasikan perubahan visual. Kriteria hasil: Pasien mengidentifikasi dan menunjukkan pola-pola alternatif untuk meningkatkan penerimaan rangsang penglihatan. Intervensi dan Rasional; Kaji ketajaman penglihatan; untuk mengidentifikasi kemampuan visual pasien. Orientasikan pasien akan lingkungan fisik sekitarnya; untuk meningkatkan kemampuan persepsi sensori. Anjurkan penggunaan alternative rangsang lingkungan; untuk meningkatkan kemampuan respons stimulus lingkungan. Cegah sinar yang menyilaukan; untuk mencegah distress. Optimalisasi lingkungan untuk menurunkkan resiko cedera. 2. Diagnosa: Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi (Tamsuri, 2011). Tujuan: Tidak terjadi kecemasan. Kriteria hasil: Pasien mengungkapkan kecemasan berkurang Intervensi dan Rasional; Kaji tingkat kecemasan, untuk mengetahui kecemasan klien. Mendorong klien mengungkapkan perasaannya, hal ini dapat mengurangi rasa cemas pada klien. Menjelaskan gambaran yang terjadi pada saat pembedahan, peningkatan pemahaman tentang kejadian yang
  • 25. mungkin terjadi dapat menurunkan kecemasan. Memberikan kesempatan bertanya, dapat memerjelas pemahaman. 3. Diagnosa: Nyeri berhubungan dengan luka post operasi (Tamsuri,2011). Tujuan: nyeri berkurang atau terkontrol. Kriteria hasil: pasien melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol. Intervensi dan Rasional; Kaji nyeri klien, untuk mengetahui derajat nyeri klien. Mengajarkan teknik relaksasi, dapat menurunkan intensitas nyeri. Berikan posisi yang nyaman, posisi yang tepat mempengaruhi perasaan nyeri. Lakukan kolaborasi pemberian antalgesik, untuk mengurangi nyeri dengan menaikkan ambang nyeri. Monitor kenyamanan manajemen nyeri, untuk memantau perkembanagan. 4. Diagnosa: Resiko Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan, sekunder akibat interupsi bedah pada permukaan mata Tujuan: bebas dari infeksi. Kriteria hasil: Tanda infeksi selama fase perawatan tidak muncul. Intervensi dan Rasional; Anjurkan istirahat yang cukup meminimalisir terjadi infeksi. Berikan asupan nutrisi cukup, untuk meningkatkan imunitas tubuh. Ajarkan teknik aseptik, untuk mencegah infeksi. Monitor tanda infeksi, untuk memantau perkembangan klien. Kolaborasi pemberian antibiotic, meningkatkan imun. 5. Diagnosa: Defisit pengetahuan b.d terbatasnya informasi. Tujuan: memahami cara perawatan dirumah. Kriteria hasil: Pasien mampu mengidentifikasi kegiatan perawatan rumah yang diperlukan. Intervensi dan Rasional; Kaji tingkat pengetahuan keluarga, untuk mengetahui pemahaman keluarga. Menjelaskan tentang proses penyakit, memberikan gambaran dari penyakit yang diderita klien. Menjelaskan tindakan yang diperbolehkan dan yang perlu dihindari, meningkatkan pemahaman keluarga. Memberika kesempatan bertanya, untuk memperluas cakupan diskusi pembahasan.(Anon 2012) K. EVALUASI 1. Gangguan Penglihatan mata dirasa minimal 2. Pasien tampak tenang 3. Skala nyeri setelah operasi berkurang BAB III PENUTUP KESIMPULAN
  • 26. Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Faktor-faktor penyebab katarak antara lain: umur, jenis kelamin, lingkungan, status sosial, nutrisi, pola hidup. Stadium katarak dibagi menjadi 4 antara lain: Katarak Insipien, Imatur, Matur, Hipermatur. Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu normal pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata, mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga tinggi. DAFTAR PUSTAKA Anon, 2012. No Title. Fakultas, M. & Universitas, K., 2013. FakultasKedokteranUniversitas Lampung. , 1(5), pp.58–64. Klinis, S. & Protein, A., 2010. PatologidanPenatalaksanaanpada Katarak senilis. , (December), pp.1–15. Masyarakat, S.K., 2012.FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KATARAK DEGENERATIF DIRSUD BUDHI ASIH TAHUN 2011 SKRIPSIUNIVERSITAS INDONESIA. Mata, D.S., 2010.Prevalensikebutaanakibatkatarak di kabupaten tapanuli selatantesis dokterspesialis mata. Nyoman, N.I. et al., 2014. No Title. Pascasarjana,P. & Udayana, U., 2013. Kadarmalondialdehyde serum pasien katarak senilis matur lebih tinggi daripada katarak senilis imatur (7 ,6.
  • 27. Utara, U.S., 2009. Universitas Sumatera Utara. , pp.1–4.