Modul ini membahas tentang konsep pemrograman berorientasi objek dilengkapi dengan contoh source code untuk praktik. Membahas Class, Object, Pewarisan, Polimorfisme, Konstruktor
Algoritma ini merupakan salah satu metode kecerdasann buatan untuk pencocokan kata / kalimat, dan dapat digunakan dalam pencocokan binary. contoh kasus dapat digunakan untuk pengolahan citra, deteksi, pencarian KMS
Apa Itu Efisiensi Algoritma ?
Algoritma yang dapat dikatakan sebagai algoritma yang efisien, merupakan algoritma yang dimana pada saat pemrosesan algoritma tersebut tidak memakan banyak waktu dan juga ditak memakan banyak memori dalam pemrosesannya.
Seperti yang sudah di jelaskan, efisiensi algoritma umumnya di tinjau dari 2 hal, yaitu efisiensi terhadap waktu, dan efisiensi terhadap memori.
Walaupun algoritma yang memberikan keluaran yang benar (paling mendekati kenyataan), tetapi jika harus menunggu berjam-jam atau mungkin berhari-hari untuk mendapatkan outputannya (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah efisiensi dalam waktu), algoritma tersebut biasanya tidak akan dipakai. Kebanyakan orang lebih menginignkan algoritma yang memiliki pengeluaran atau hasil outputan yang lebih cepat. Waktu yang diperlukan (running time) oleh sebuah algoritma cenderung tergantung pada jumlah input yang diproses.
Running time dari sebuah algoritma adalah fungsi dari jumlah inputnya. Running time dari suatu algoritma berbeda-beda bergantung pada input yang diberikan. Dengan demikian pengukurannya dihitung sebagai fungsi dari besarnya input yang diberikan.
Modul ini membahas tentang konsep pemrograman berorientasi objek dilengkapi dengan contoh source code untuk praktik. Membahas Class, Object, Pewarisan, Polimorfisme, Konstruktor
Algoritma ini merupakan salah satu metode kecerdasann buatan untuk pencocokan kata / kalimat, dan dapat digunakan dalam pencocokan binary. contoh kasus dapat digunakan untuk pengolahan citra, deteksi, pencarian KMS
Apa Itu Efisiensi Algoritma ?
Algoritma yang dapat dikatakan sebagai algoritma yang efisien, merupakan algoritma yang dimana pada saat pemrosesan algoritma tersebut tidak memakan banyak waktu dan juga ditak memakan banyak memori dalam pemrosesannya.
Seperti yang sudah di jelaskan, efisiensi algoritma umumnya di tinjau dari 2 hal, yaitu efisiensi terhadap waktu, dan efisiensi terhadap memori.
Walaupun algoritma yang memberikan keluaran yang benar (paling mendekati kenyataan), tetapi jika harus menunggu berjam-jam atau mungkin berhari-hari untuk mendapatkan outputannya (dalam hal ini yang dimaksudkan adalah efisiensi dalam waktu), algoritma tersebut biasanya tidak akan dipakai. Kebanyakan orang lebih menginignkan algoritma yang memiliki pengeluaran atau hasil outputan yang lebih cepat. Waktu yang diperlukan (running time) oleh sebuah algoritma cenderung tergantung pada jumlah input yang diproses.
Running time dari sebuah algoritma adalah fungsi dari jumlah inputnya. Running time dari suatu algoritma berbeda-beda bergantung pada input yang diberikan. Dengan demikian pengukurannya dihitung sebagai fungsi dari besarnya input yang diberikan.
Kelompok algoritma ririn and friends STT wastukancanaRirin Indah
ini tentang algoritma pengurutan, kami dari jurusan Teknik Informatika Semester 3 di Sekolah Tinggi Teknologi Wastukancana Purwakarta Jawa Barat Indonesia
Tidak dipungkiti bahwa internet banyak menyumbang banyak manfaat, namun konten yang ada bukan hanya hal yang baik saja, pasti hal-hal yang buruk juga banyak. Sebanyak 80 persen pengguna internet ini adalah remaja umur 15-19 tahun. Kebanyakan diumur yang sangat muda, mereka cenderung menggunakan internet untuk hal-hal yang bersifat menghibur.
Dengan begitu sangat memungkinkan jika para generasi muda ini mengakses konten yang bersifat sara atau pornografi. Penyebarannya bisa lewat media social bahkan situs-situs tertentu. Pada tahun 2007, Komisi Nasional Anak melakukan penelitian bahwa 97 persen remaja pernah menontotn tayangan pornografi (viva.co.id/2016). Hal ini dinilai sangatlah mengkhawatirkan karena jika anak-anak terus-menerus mengkonsumsi pornografi, memungkinkan mereka mengalami gangguan perilaku termasuk seksual.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. 3 410 6 8 9 7 2 1 5
Cek seluruh elemen array, temukan nilai
terkecil (1) dan tukarkan posisinya
dengan posisi nilai yang tersimpan pada
posisi pertama dari array (3)
Selection Sort
(one of the simplest sorting algorithms)
3. 4 6 8 9 7 2 53 10 1
4 6 8 9 7 2 5101 3
Temukan nilai terkecil kedua (2), dan
tukarkan posisinya dengan nilai yang
berada pada posisi kedua (10).
4 6 8 9 7 51 3210
4 6 8 9 7 51 3102
4. Dua elemen biru pertama tidak akan berubah lagi
sebab mereka sudah merupakan nilai terkecil
pertama dan kedua dalam array tsb
Sekarang, ulangi proses “pilih dan tukar” …
4 6 8 9 7 51 3102
7. Algoritma Metode Seleksi
1. i ←←←←0
2. selama (i < N-1) kerjakan baris 3 sd 12
3. min ←←←←i
4. j ←←←←i + 1
5. Selama (j < N) kerjakan baris 6 sd 8
6. Jika (A[j] < A[min]) kerjakan 7
7. min ←←←←j
8. j ←←←←j + 1
9. temp ←←←←A[i]
10. A[i] ←←←←A[min]
11. A[min] ←←←←temp
12. i ←←←←i + 1
8. Pseudo Code
SelectionSort(A, n) {
for i = 0 to n-1 {
min = i //Assign indeks i sebagai min
//bandingkan elemen pd indeks j dgn indeks min
for j = i +1 to n
if A[j] < A[min] //jika elemen j lbh kecil dr elemen min
min = j //update nilai min menjadi j
j = j+1 //Ulangi sampai nilai j sama dgn n
temp = A[i] //menukarkan 2 elemen :
A[i] = A[min] // A[i] dengan A[min]
A[min] = temp
} //Ulangi sampai nilai i sama dgn n-1
}
9. Selection Sort & Analysis
• Secara umum, yang dilakukan dalam metode
seleksi adalah pembandingan key (elemen
pada posisi min) serta penukaran elemen
• Sehingga untuk menganalisis metode ini
harus dihitung jumlah pembandingannya
serta jumlah penukaran elemennya.
10. Selection Sort & Analysis
• Pada algoritma di atas, loop for terluar dilakukan
sebanyak n-1 kali
• Pada setiap iterasi, dilakukan satu kali
penukaran elemen, sehingga :
Total penukaran/swap = n-1
Total pergeseran = 3 * n-1
(pada setiap penukaran terjadi 3 x pergeseran)
• Jumlah pembandingan pada metode ini adalah=
1 + 2 + .. + n-1 = n*(n-1)/2
11. Selection Sort & Analysis
• Dalam metode ini, jumlah pembandingan
untuk best case & worst casenya sama
• Memindahkan dari kanan ke kiri,
meletakkan elemen ke posisi finalnya
tanpa merevisi lagi posisi tsb
• Menghabiskan sebagian besar waktu
untuk mencari elemen terkecil pada sisi
array yang belum terurut