1. BAB
Sistem Pertahanan Tubuh
V
A. Mekanisme Pertahanan
Tubuh
B. Jenis-Jenis Kekebalan
Tubuh dan Gangguan
pada Sistem Kekebalan
Tubuh
Kembali ke daftar isi
2. 1. Jenis-Jenis Pertahanan Tubuh
2. Respons Kekebalan Tubuh terhadap Antigen
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
A. Mekanisme Pertahanan Tubuh
3. INTRODUCTION
Sistem pertahanan tubuh / SPT (sistem imunitas) : sistem pertahanan
yang berperan dalam mengenal, menghancurkan, serta menetralkan
benda asing atau sel abnormal yang berpotensi merugikan tubuh
Imunitas (kekebalan) : kemampuan tubuh untuk menahan atau
menghilangkan benda asing atau sel abnormal
Fungsi SPT :
Mempertahankan tubuh dari patogen invasif (dapat masuk ke dalam sel
inang), misalnya virus dan bakteri
Melindungi tubuh terhadap suatu agen dari lingkungan eksternal yang
berasal dari tumbuhan, hewan, serta zat kimia
Menyingkirkan sel yang sudah rusak akibat suatu penyakit / cedera
sehingga memudahkan penyembuhan luka dan perbaikan jaringan
Mengenali dan menghancurkan sel abnormal (mutan)
4. Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1. Jenis-Jenis Pertahanan Tubuh
Berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit, sistem pertahanan tubuh
digolongkan menjadi dua yaitu pertahanan tubuh nonspesifik dan pertahanan
tubuh spesifik.
Mikrob penyebab penyakit dan benda asing saat akan menginfeksi tubuh harus
melalui sistem pertahanan tubuh nonspesifik terlebih dahulu.
Jika sistem pertahanan tubuh nonspesifik tidak mampu menghancurkannya,
zat penginfeksi tersebut akan menghadapi sistem pertahanan tubuh spesifik.
5. PERTAHANAN NON SPESIFIK (ALAMI)
Adalah pertahanan / imunitas bawaan sejak lahir, berupa komponen normal tubuh yang
selalu ditemukan pada individu sehat dan siap mencegah serta menyingkirkan dengan
cepat antigen yang masuk ke dalam tubuh
Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan untuk melawan antigen tertentu tetapi dapat
memberikan respon langsung terhadap berbagai antigen untuk melindungi tubuh
Macam macam bentuk pertahanan non spesifik:
Pertahanan fisik, kimia, dan mekanis terhadap agen infeksi
Kulit yang sehat dan utuh: adalah garis pertahanan pertama terhadap antigen
Membran mukosa : adalah lapisan yang melapisi permukaan bagian dalam
tubuh. Membran ini akan menyekresikan mukus sehingga dapat memerangkap
antigen serta menutup jalan masuk ke sel epitel
Cairan tubuh yang mengangdung zat kimia antimikroorganisme: seperti
keringat, ludah, air mata, ASI, HCl pada lambung, enzim proteolitik, empedu
dalam usus halus, dan keasaman cairan vagina. Zat tersebut akan membuat
lingkungan yang buruk untuk beberapa mikroorganisme
Pembilasan oleh air mata, saliva, dan urine : berperan untuk perlindungan
terhadap infeksi
6. Fagositosis
Adalah garis pertahanan kedua bagi tubuh terhadap agen infeksi
Fagositosis meliputi proses penelanan dan pencernaan
mikroorganisme dan toksin yang berhasil masuk ke dalam ubuh
Proses fagositosis dilakukan oleh makrofag dan neutrofil
Makrofag dan neutrofil bergerak ke seluruh jaringan secara
kemotaksis (dipengaruhi oleh zat kimia) dimana zat kimia tersebut
dihasilkan oleh mikroorganisme leukosit lain, dan komponen sel darah
lainnya
Jenis jenis makrofage:
Makrofag jaringan ikat (histiosit) : adalah makrofag yang menetap
atau berkeliaran
Makrofag dan prekursornya (monosit): keduanya akan bergabung
untuk membentuk sel raksasa asing (multinukleus) sebagai barrier
(penahan) diantara massa benda asing yang besar dan jaringan
tubuh
Sistem fagosit mononukleus (sistem retikuloendotelial) :adalah
kombinasi antara monosit fagositik, makrofag bergerak, dan
makrofag jaringan tetap
10. Inflamasi (peradangan)
Adalah reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera
Disebbakan oleh terbakar, toksin, produk zat bakteri, gigitan serangga,
atau pukulan keras
Inflamasi dapat bersifat akut (jangka pendek) atau kronik (jangka panjang)
Tanda tanda lokal respon inflamasi :
Kemerahan
Panas
Pembengkakan
Nyeri
Kehilangan fungsi
Efek inflamasi dapat menyebabkan demam hingga infeksi teratasi dan
leukositosis (peningkatan jumlah leukosit dalam darah) karena produksi
leukosit dalm sumsum tulang meningkat
Tujuan akhir dari inflamasi: yaitu membawa fagosit dan protein plasma ke
jaringan yang terinfeksi/rusak untuk mengisolasi, menghancurkan,
menginaktifkan agen penyerang, membersihkan debris (sel rusak/mati),
serta mempersiapkan proses penyembuhan dan perbaikan jaringan
11. Peristiwa inflamasi:
Sel yang rusak akan menghasilkan faktor / zat kimiawi
Faktor kimiawi menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah),
meningkatnya aliran dan volume darah, serta meningkatnya permeabilitas
kapiler yang menyebabkan cairan keluar dari pembuluh sehingga terjadi
pendarahan dan edema (peningkatan cairan ekstraseluler). Akibatnya,
jaringan menjadi tampak kemerahan, nyeri berdenyut, bengkak, dan panas
Pembatasan area cedera terjadi akibat terlepasnya fibrinogen dari plasma
ke jaringan. Selanjutnya, fibronogen berubah menjadi fibrin dan
membentuk bekuan darah mengisolasi area kerusakan dari jaringan yang
utuh
Kemotaksis fagosit ke area cedera yang terjadi dalam 2 tahap, yaitu
marginasi (fagosit melekat ke dinding endotelium kapiler yang rusak) dan
diapedesis (migrasi fagosit melalui dinding kapiler menuju ke area yang
rusak)
Fagositosis terhadap agen infeksi pada area cedera
Jika respon inflamasi tidak dapat mengatasi cedera / infeksi, maka akan
terjadi abses (kantung nanah) di area jaringan yang terinflamasi
Tahap pemulihan (regenerasi jaringan)
12.
13.
14. Zat antimikroorganisme nonspesifik yang diproduksi tubuh
Zat ini dapat bekerja tanpa adanya interaksi antigen dan antibodi
sebagai pemicu
Interferon (IFN) : perotein antiviru yang dapat disintesis oleh
sebagian besar sel tubuh sebagai respon terhadap infeksi virus,
stimulasi imunitas, dan stimulan kimia
Komplemen : beberapa jenis protein plasma yang tidak aktif tetapi
dapat diaktifkan oleh berbagai bahan dari antigen
15. PERTAHANAN SPESIFIK (ADAPTIF)
Adalah sistem kompleks yang memberikan respon imunitas terhadap
antigen yang spesifik
Pertahanan ini mampu mengenal benda asing bagi dirinya dan memiliki
memori (kemampuan mengingat kembali) terhadap kontak sebelumnya
dengan suatu angen tertentu
Dibagi menjadi 2:
Imunitas humoral : imunitas yang diperantarai antibodi (melibatkan
pembentukan antibodi oleh sel plasma)
Imunitas seluler : imunitas yang diperantarai oleh sel (melibatkan
pembentukan limfosit T aktif yang secara langsung menyerang
antigen)
16. Komponen respon imunitas spesifik:
Antigen : adalah zat yang merespon imunitas, terutama dalam
menghasilkan antibodi. Umumnya berupa zat dengan berat molekul
besar dan kompleks, seperti protein dan polisakarida. (cont: bakteri,
virus, sel kanker, protein, karbohidrat, racun)
Bagian bagian antigen:
Determinan antigen (epitop) : bagian antigen yang dapat
membangkitkan respon imunitas (dapat menginduksi
pembentukan antibodi)
Hapten :molekul yang butuh carrier untuk menginduksi antibodi
17. Antibodi : adalah protein larut yang dihasilkan oleh sistem imunitas
sebagai respon terhadap keberadaan suatu antigen. Antibodi
merupakan protein plasma yang disebut imunoglobulin (Ig)
Macam macam imunoglobulin :
IgA : untuk melawan mikroorganisme yang masuk ke dalam
tubuh. IgA dapat ditemukan di keringat, ludah, air mata, ASI, dan
sekresi usus
IgD : membantu memicu respon imunitas. IgD ditemukan di
serum darah dan limfa
IgE : sebagai respon alergi dan respon penyakit parasitik. IgE
ditemukan dalam darah
IgG : sebai pelindung terhadap mikroorganisme dan toksin,
mengaktivasi komplemen, dan meningkatkan efektivitas sel
fagositik
IgM : untuk mengaktivasi komplemen dan meningkatkan
fagositosis
18. Struktur antibodi:
Dua rantai berat dan dua rantai ringan yang dihubungkan
dengan jembatan disulfida
Daerah variabel (V) antar molekul memiliki rangkaian asam
amino yang berbeda dan membentuk suatu reseptor untuk
antigen spesifik
Daerah konstan ( C ) menstabilkan sisi pengikat antigen
Daerah hinge (engsel) memungkinkan kedua lengan Y
dapat membuka dan menutup untuk mengakomodasi
pengikatan terhadap dua determinan antigen yang terpisah
pada jarak tertentu
19.
20.
21.
22.
23. Interaksi antibodi dan antigen
• Antibodi memiliki sisi pengikat antigen pada daerah variabel
dan antigen memiliki sisi penghubung determinan antigen
(epitop)
• Kedua sisi tersebut akan berikatan dan membentuk kompleks
antigen dan antibodi
• Pengikatan ini menyebabkan inaktivasi antigen dan menandai
sel / molekul asing agar dicerna oleh fagosit
• Mekanisme pengikatan antibodi ke antigen :
Fiksasi komplemen (aktivasi sistem komplemen) :
aktivasi sistem komplemen oleh kompleks antigen –
antibodi. Pada saat terjadi infeksi, protein serum akan
diaktifkan dan memicu aktivitas protein komplemen
berikutnya. Hal ini menyebabkan lisisnya virus dan sel
patogen. Penghancuran sel patogen oleh komplemen
yang dipicu oleh aktivitas komplemen disebut jalur klasik.
24. Efek dari fiksasi komplemen :
1. Opsonisasi terjadi jika partikel antigen diselubungi oleh antibodi atau
komponen komplemen, yang dapat meningkatkan pertautan makrofag ke
mikroorganisme sehingga memfasilitasi dan meningkatkan fagositosis
2. Sitolisis adalah penghancuran lapisan polisakarida dinding sel patogen
oleh kombinasi dari faktor komplemen sehingga terbetuk lubang pada
membran sel yang menyebabkan lisozim dapat masuk, sitoplasma keluar,
dan sel patogen hancur (lisis)
3. Inflamasi akut melalui aktivitas sel mast, basofil, dan trombosit darah
Netralisasi terjadi jika antibodi menutup situs determinan antigen
sehingga antigen menjadi tidak berbahaya dan sel fagosit dapat
mencerna antigen tersebut
Aglutinasi (penggumpalan) terjadi jika antigen berupa materi partikel
(seperti bakteri atau sel darah merah)
Presipitasi (pengendapan) yaitu pengikatan silang molekul antigenyang
terlarut dalam cairan tubuh. Setelah antigen diendapkan, antigen akan
dikeluarkan melalui fagositosis
25.
26. Jenis imunitas:
Imunitas aktif : diperoleh melalui kontak langsung dengan
patogen sehingga tubuh dapat membbentuk antibodinya sendiri
Imunitas aktif alami : jika seseorang terapar suatu jenis
penyakit kemudian sistem imunitas memproduksi antibodi
dan limfosit khusus. {cont: cacar dan campak (seumur
hidup) gonorhoe dan pneumonia (sementara)}
Imunitas aktif buatan (induksi) : hasil vaksinasi. Vaksin
adalah patogen yang mati/dilemahkan . Attau toksin yang
telah di ubah.
Imunitas pasif : terjadi jika antibodi dari individu dipindahkan ke
individu lainnya
Imunitas pasif alami terjadi melalui pemberian ASIdari ibu ke
bayi dan saat IgG ibu masuk ke plasenta menuju bayi
Imunitas pasif buatan terjadi melalui injeksi antibodi dalam
serum yang dihasilkan oleh orang atau hewan yang kebal
terhadap penyakit tersebut
27. Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1. Jenis-Jenis Kekebalan Tubuh
Kekebalan Aktif Kekebalan Pasif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan
yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri.
Kekebalan ini dapat diperoleh secara alami
dan secara buatan.
Kekebalan aktif alami diperoleh setelah
seseorang mengalami sakit akibat infeksi
suatu patogen. Setelah sembuh dari sakit,
orang tersebut akan menjadi kebal
terhadap penyakit tersebut.
Sebagai contoh, orang yang pernah sakit
campak tidak akan terkena penyakit
tersebut untuk kedua kalinya.
Adapun kekebalan aktif buatan diperoleh
melalui imunisasi misalnya dengan
pemberian vaksin.
Kekebalan pasif merupakan kekebalan
yang diperoleh setelah tubuh menerima
antibodi dari luar. Kekebalan ini dapat
diperoleh secara alami dan buatan.
Kekebalan pasif alami dapat ditemukan
pada bayi setelah menerima antibodi dari
ibunya melalui plasenta saat masih berada
di dalam kandungan. Jenis kekebalan ini
juga dapat diperoleh dengan pemberian
air susu pertama (kolostrum) yang
mengandung banyak antibodi.
Kekebalan pasif buatan diperoleh dengan
cara menyuntikkan antibodi yang diekstrak
dari satu individu ke tubuh orang lain
sebagai serum.
Berdasarkan cara memperolehnya, kekebalan tubuh digolongkan menjadi dua
kelompok yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif.
28. Sel yang terlibat dalam respon imunitas:
Sel B (limfosit B, B = bone narrow) : yaitu limfosit yang berfungsi
membentuk antibodi untuk melawan antigen
Sel B matang erdapat pada organ limfa (limpa, nodus limfa,
tonsil, dan berak peyer di saluran pencernaan)
Sel memori B adalah sel yang berasal dari pecahan limfosit B
yang teraktivasi dan tidak terdiferensiasi. Sel memori B berada di
jaringan limfoid dan berfungsi dalam respon imunitas sekunder
Sel T (limfosit T, T= thymus) : yaitu sel limfosit yang mampu
mengenali dan membedakan jenis antigen atau patogen spesifik.
Sel T tidak memproduksi antibodi.
Sel T memproduksi limfokin yang berfungsi untuk membantu
limfosit B mengenali antigen dan meningkatkan aktivitas makrofag
memfagositosis antigen.
Saat pengenalan antigen asing, sel T akan berdiferensiasi menjadi
sel T memori dan Sel T efektor
29. Macam macam sel T efektor :
Sel T sitotoksik (sel T pembunuh / cytotoxic T lymphocytes) untuk
mengenali dan menghancurkan sel yang memperlihatkan antigen asing
di permukaannya. Sel ini dapat mengenali antigen MHC kelas I yang
terdapat pada semua permukaan sel berinti
Sel T penolong (helper) untuk mengenali antigen MHC kelas II yang
hanya ditemukan pada jenis sel tertentu, terutama sel yang menelan
antigen asing
Sel T supresor: setelah diaktivasi oleh sel T penolong, sel ini akan
menekan sel B dan sel T
Makrofag : adalah sel fagosit besar yang berasal dari perkembangan sel
darah putih monosit yang diproduksi di sumsum tulang belakang (STB).
Makrofag berfungsi menelan antigen dan mencernanya secara enzimatis
Sel pembunuh alami (NK = natural killer) adalah sekumpulan limfosit non-B
dan non-T yang bersifat sitotoksik. Sel ini tidak perlu berinteraksi dengan
antigen atau limfosit untuk menghancurkan sel tertentu. Sel ini berperan
untuk menghancurkan sel kanker pada lokasi primer (metastatis), virus,
jamur, dan parasit lain.
30.
31.
32. Mekanisme respon imunitas humoral (diperantarai antibodi):
Antigen (patogen) menginvasi (memasuki) tubuh. Antigen
dibawa ke limfosit B didalam nodus limfa
Sel T penolong mengaktifkan limfosit B. Limfosit B
berproliferasi melalu miosis sehingga menghasilkan tiruan sel
B
Klon (tiruan) sel B terdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel
plasma menyekresikan antibodi untuk dibawa ke lokasi infeksi
Di lokasi infeksi, kompleks antigen-antibodi secara langsung
menginaktif antigen (patogen)
Sebagian klon sel B yang tidak terdiferensiasi akan menjadi
sel limfosit memori B yang menetap pada jaringan limfoid
33. Mekanisme respon imunitas seluler (diperantarai sel) :
Ekstraseluler (jika antigen dicerna oleh makrofag):
1. Antigen (misal : bakteri) ditelan oleh makrofag. Kemudian
makrofag akan mengandung fragmen protein (peptida)
dari antigen tersebut
2. Makrofag membentuk molekul MHC kelas II dan molekul
tersebut bergerak menuju ke permukaan makrofag
3. MHC kelas II menangkap peptida antigen dan
membawanya ke permukaan serta memperlihatkannya ke
sel penolong
4. Sel T penolong akan mengaktivasi makrofag untuk
menghancurkan mikroorganisme yang ditelan
34. Intraseluler (jika antigen menginfeksi sel):
1. Antigen (misal: virus) menginfeksi sel tubuh, sel
mengandung fragmen protein (peptida) virus jika virus
bereplikasi di dlam sel tersebut
2. Sel tubuh membentuk molekul MHC kelas I, molekul
tersebut akan bergerak ke permukaan sel
3. MHC kelas I menangkap peptida cirus dan membawanya
ke permukaan sel serta memperlihatkananya ke sel
sitotoksik
4. Sel T sitotoksik teraktivasi
5. Sel T siotoksik akan berdiferensiasi menjadi sel pembunuh
aktif yang menghancurkan sel yang terinfeksi
6. Sel T sitotoksik yang tidak berdiferensiasi akan berubah
menjadi sel T memori.
35. Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
2. Respons Kekebalan Tubuh terhadap Antigen
Kekebalan Humoral Kekebalan Seluler
Kekebalan humoral melibatkan
aktivitas sel B dan antibodi yang
beredar dalam cairan darah dan
limfe.
Ketika suatu antigen masuk ke tubuh
untuk pertama kalinya, sel B
pembelah akan membentuk sel B
plasma dan sel B pengingat.
Sel B plasma akan menghasilkan
antibodi yang berfungsi mengikat
antigen.
Dengan demikian, makrofag akan
lebih mudah menangkap dan
menghancurkan patogen.
Kekebalan seluler melibatkan sel T
yang bertugas menyerang sel-sel
asing atau jaringan tubuh yang
terinfeksi secara langsung.
Ketika sel T pembunuh kontak
dengan antigen pada permukaan sel
asing, sel T pembunuh akan
menyerang dan menghancurkannya
dengan cara merusak membran sel
asing.
Respons kekebalan tubuh terhadap antigen dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu kekebalan humoral (antibody-mediated immunity) dan kekebalan seluler
(cell-mediated immunity).
36. Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Imunisasi
Vaksin diberikan melalui program imunisasi. Imunisasi mulai
dilakukan sejak seseorang masih bayi.
Beberapa jenis imunisasi yang wajib diberikan kepada bayi.
1. Imunisasi hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis
2. Imunisasi polio untuk mencegah penyakit polio.
3. Imunisasi BCG (Bacille Calmette Guerin) untuk mencegah
penyakit tuberkulosis.
4. Imunisasi DPT (Diptheria, Pertusis, dan Tetanus) untuk
mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus.
5. Imunisasi MR (Measles dan Rubella) untuk mencegah penyakit
campak dan campak jerman.
37. PROGRAM DAN JENIS IMUNISASI
• Program imunisasi : kegiatan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit tertentu
• Jenis imunisasi :
Imunisasi BCG (Bacillus calmette-guerin) dilakukan untuk mencegah
penyakit TBC
Imunisasi hepatitis B dilakukan untuk mencegah penyakit hepatitis B
Imunisasi polio dilakukan untuk mencegah penyakit poliomielitis yang
menyebabkan kelumpuhan
Imunisasi DPT dilakukan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis,
dan tetanus
Imunisasi campak dilakukan untuk mencegah penyakit campak
Imunisasi Hib (Haemophilus influenza tipe B) dilakukan untuk
mencegah penyakit meningitis
Imunisasi MMR (measles, mumps, and rubella) dilakukan untuk
mencegah penyakit campak (measles), gondongan (mumps), dan
campak jerman (rubella)
38. Imunisasi hepatitis A dilakukan untuk mencegah penyakit hepatitis A
Imunisasi tifoid dilakukan untuk mencegah penyakit tipes
Imunisasi PVC (pneumococcal vaccine) dilakukan untuk mencegah
penyakit radang selapu otak, infeksi darah, dan radang paru paru
Imunisasi varisela dilakukan untuk mencegah penyakit cacar air
Imunisasi influenza dilakukan untuk mencegah penyakit flu
39. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SPT
• Genetik : kerentanan terhadap penyakit tertentu secara genetik
• Fisiologis : melibatkan fungsi organ tubuh
• Stress dapat mempengaruhi SPT karena melepaskan hormon seperti
neuroendokrin, glukokortikoid, dan katekolamin
• Usia dapat meningkatkan atau menurunkan kerentanan terhadap suatu
penyakit tertentu
• Hormon bergantung pada jenis kelamin
• Olahraga dapat membnatu meningkatkan aliran darah dan membersihkan
tubuh dari racun
• Tidur jika tidak cukup, akan menyebabkan perubahan pada jraingan sitokin
yang mampu menurunkan imunitas eluler sehingga kekebalan tubuh
melemah
• Nutrisi
• Pajanan (paparan) zat berbahaya
• Racun tubuh jika tidak dikeluarkan akan menyebabkan terganggunya
kerja sistem imunitas
• Penggunaan obat obatan
40. GANGGUAN SPT
Hipersensitivitas (alergi) : peningkatan sensitivitas / reaktivitas terhadap antigen yang dipernah
dipapatrkan / dikenal sebelumnya (cont : alergi makanan, obat, dll)
Penyakit autoimun : adalah penyakit kegagalan sistem imunitas untuk emmbedakan sel tubuh
dengan sel asing sehingga sel imunita menyerang sel tubuh sendiri
Contoh :
Penyakit grave (hipertiroidism)
artritis rematoid
Anemia pernisiosa
Penyakit addison
Systemic lupus erythematosus (SLE)
Diabetes mellitus tipe I
Multiple sclerosis (penyakit neurologis kronis)
Imunodefisiensi: kondisi menurunnya keefektifan sistem imunitas atau ketidakmampuan sistem
imunitas untuk merespon antigen
Contoh:
Defisiensi imun konginetal : keadaan tidak memiliki sel B atau sel T sejak lahir. Penderita
harus hidup di lingkungan steril
AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) : disebabkan oleh HIV (human
immunodeficiency virus) dimana jumlah sel T penolong berkurang sehingga penderita
lemah terhadap penyakit oportunistik (infeksi yang timbul saat daya tahan tubuh lemah)
48. Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
2. Gangguan pada Sistem Kekebalan Tubuh
Alergi atau hipersensitivitas adalah suatu respons imun yang berlebihan terhadap suatu
senyawa yang masuk tubuh. Senyawa yang dapat menimbulkan alergi disebut alergen.
Alergi
Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan tubuh saat antibodi yang
diproduksi justru menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu membedakan sel
tubuh sendiri dengan sel asing. Penyakit yang termasuk autoimunitas di antaranya
diabetes melitus, myasthenis gravis, addison's disease, dan lupus.
Autoimunitas
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan berbagai penyakit
yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh
infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus).
AIDS