Dokumen tersebut membahas tentang pengaruh kebisingan terhadap lingkungan kerja dan pencegahannya. Kebisingan di tempat kerja dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan menurunkan produktivitas, oleh karena itu perlu dilakukan upaya pencegahan seperti menggunakan alat pelindung telinga dan mengurangi kebisingan pada mesin-mesin. Dokumen ini juga menjelaskan standar kebisingan maksimal menurut waktu paparan s
2. Di kawasan industri, masalah kebisingan menjadi perhatian
publik dan mengingat industri menggunakan mesin – mesin
yang tentunya menimbulkan kebisingan saat mesin – mesin
tersebut beroperasi
PENDAHULUAN
Dimas Dwi Prasetyo Nugroho
3. DASAR HUKUMDASAR HUKUM
Undang-Undang No.1 1970 (Tentang Keselamatan Kerja)
Menimbang :
Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan
dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produksi serta produktifitas nasional
Bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin
keselamatannya
Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara
aman dan efisien
Bahwa berhubung dengan itu semua perlu diadakan segala daya upaya
untuk membina norma-norma perlindungan kerja.
Dimas Dwi Prasetyo Nugroho
4. DASAR HUKUMDASAR HUKUM
1. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945:
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusian
2. UU No.14Tahun 1969 (Pasal 9)
Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
kesusilaan,pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia dan moral agama.
3. UU No.13 tahun 2003 (Pasal 86 ayat 1) ; Paragraf 5
Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas :
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama.
Dimas Dwi Prasetyo Nugroho
5. Apakah ada sumber untuk menimbulkan cedera?Apakah ada sumber untuk menimbulkan cedera?
Sumber bahaya di tempat kerja dapat berasal dari :
Bahan/Material
(White Liquor, CLO2, NaOH, H2O2, SO2, dll)
Alat/Mesin (Berputar, Bergerak, dsb)
Metode Kerja (Standart Peralatan, SOP, dsb)
Lingkungan Kerja (Ruangan terbuka,Tertutup, dst)
Dimas Dwi Prasetyo Nugroho
6. Kondisi yang tidak Aman/StandarKondisi yang tidak Aman/Standar
Tidak cukup Pengaman
Tidak cukup PPE
Tidak cukup sistem peringatan
Bahaya kebakaran/Peledakan
Buruknya Housekeeping
Paparan kebisingan
Paparan Radiasi
Penerangan yang tidak sesuai
Ventilasi yang tidak sesuai
Dimas Dwi Prasetyo Nugroho
8. Bagaimana mekanisme cedera/loss dapat timbul ?Bagaimana mekanisme cedera/loss dapat timbul ?
Dimas Dwi Prasetyo Nugroho
Mekanisme ini dapat timbul terhadap……?
Jatuh dari ketinggianProduk (Quantity dan Quality Loss)
Kejatuhan Benda
Terantuk, Tersandung, Tergelincir
Terjepit diantara Benda
Terlanggar, Tertumbuk, Tergilas Benda
Terpotong
Terkilir
Terbakar Akibat/Berhubungan dengan suhu tinggi/Korosif/Radiasi
Tersengat Arus Listrik
Kontak/Terpajan bahan kimia
Kontrak/Terpapar pada Kebisingan
Lain-lain ???
9. Target apa saja yang mungkin terkena/terpengaruhTarget apa saja yang mungkin terkena/terpengaruh
sumber bahaya ?sumber bahaya ?
Manusia (Luka ringan, Luka berat, Fatal/Kematian)
Produk (Quantity dan Quality Loss)
Peralatan/Fasilitas (Terbakar, Break, Failure, dsb)
Lingkungan (Pencemaran gas, cair, padat)
Process (down time terhadap produk)
Reputasi (Hubungan langsung dengan Masyarakat,
Pemerintahan, Dunia)
Lainnya ? ? ?
Dimas Dwi Prasetyo Nugroho
10. Dimas Dwi Prasetyo Nugroho
KEBISINGAN :
bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat menganggu
kesehatan, kenyamanan serta dapat menimbulkan gangguan
pendengaran.
THEORY
11. Dimas Dwi Prasetyo Nugroho
Gb. Keluhan-keluhan tentang pencemaran di Jepang menurut jenisnya
Catatan: Keluhan-keluhan tentang endapan tanah dihilangkan dari Tabel karena sulit untuk menggambarkannya.
Sumber: Komisi Koordinasi Sengketa Lingkungan
THEORY
12. Dimas Dwi Prasetyo Nugroho
Decibel (dB) : Ukuran energi bunyi atau kuantitas yang
dipergunakan sebagai unit – unit tingkat tekanan suara.
Baku tingkat kebisingan :
batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan
dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga
tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996).
(Posted by hseclubindonesia in Environmental trackback).
THEORY
13. PROBLEMSPROBLEMS
Desain infrastruktur mesin dan peralatan yang belum
mengurangi kebisingan atau peredam.
Isolasi kebisingan yang kurang optimal, baik pada mesin, tempat
kerja maupun pada pekerja.
Pengaruh gesekan komponen mesin karena kurang optimalnya
preventif Maintenance.
Pemakaian alat pelindung diri telinga (ear plug/ear muff) yang
belum konsisten pada pekerja yang terpapar bahaya bising.
Dimas Dwi Prasetyo Nugroho
14. Dimas Dwi Prasetyo Nugroho
Waktu Pemajanan Per
Hari
Intensitas Kebisingan dB
(A)
8 Jam 85
4 Jam 88
2 Jam 91
1 Jam 94
Lampiran 2 KepMenNaker No.51 Tahun 1999 NAB
sebagai berikut :
15. Dimas Dwi Prasetyo Nugroho
Waktu Pemajanan Per Hari Intensitas Kebisingan (dB)
30 menit 97
15 menit 100
7.5 menit 103
3.75 menit 106
1.88 menit 109
0.94 menit 112
Lampiran 2 KepMenNaker No.51 Tahun 1999 NAB
sebagai berikut :
16. Dimas Dwi Prasetyo Nugroho
28.12 detik 115 dB
14.06 detik 118 dB
7.03 detik 121 dB
3.52 124 dB
1.76 127 dB
0.88 130 dB
0.44 133 dB
0.22 136 dB
0.11 139 dB
Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dB walaupun sesaat.
Lampiran 2 KepMenNaker No.51 Tahun 1999 NAB
sebagai berikut :
17. TELINGA dan MEKANISME MENDENGAR
Tingkat ketulian seseorang diklasifikasi sebagai berikut:
Telinga yang masih mendengar suara antara 10 – 26 dB dinyatakan normal,
tidak mampu mendengar pada tingkat suara antara 10 - 26 dB, namun mampu
mendengar tingkat suara antara 27 – 40 dB dinyatakan tuli ringan,
antara 41 - 55 dB dinyatakan tuli sedang,
antara 56 - 70 dB dinyatakan tuli sedang-berat,
antara 71 – 90 dB dinyatakan tuli berat,
dan > 90 dB dinyatakan tuli total. Dimas Dwi Prasetyo Nugroho
21. APD (Alat Pelindung Diri)/PPEAPD (Alat Pelindung Diri)/PPE
Seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi
seluruh/sebagian tubuhnya yang terdapat kemungkinan adanya potensi
bahaya/kecelakaan kerja.
Merupakan cara terakhir bilamana cara-cara lain untuk meminimumkan
resiko telah dilakukan tetapi masih terdapat hazard yang signifikan.
Digunakan bila metode kerja lainnya yang ada tidak praktis
Dimas Dwi Prasetyo Nugroho
22. Dimas Dwi Prasetyo Nugroho
CONTOH:
◦ Safety Helmet
◦ Safety Shoes
◦ Safety Glasses
◦ Earplug and Earmuff
◦ Masker and Respirator
◦ Face Shield
◦ Hand Gloves
◦ Uniform
PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT
(PPE)
23. Alat Pelindung Pendengaran
Pemakaian alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir yang harus dilakukan. Alat
pelindung diri yang dipakai harus mampu mengurangi kebisingan hingga mencapai level
TAB atau kurang dari itu, yaitu 85 dB.
3 jenis alat pelindung pendengaran yaitu:
1.Sumbat telinga (earplug), dapat mengurangi kebisingan 8-30 dB.
Bisanya digunakan untuk proteksi sampai dengan 100 dB. Beberapa
tipe dari sumbat telingga antara lain: Formable type, Costum-molded
type, Premolded type.
2.Tutup telingga (earmuff), dapat menurunkan kebisingan 25-40 dB.
Digunakan untuk proteksi sampai dengan 110 dB.
3.Helm (helmet), mengurangi kebisingan 40-50 dB.
Dimas Dwi Prasetyo Nugroho
24. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan alat
pelindung telinga
1. Alat pelindung telingga harus dapat
melindungi pendengaran dari bising yang
berlebihan.
2. Harus ringan, nyaman dipakai, sesuai dan
efisien (ergonomik).
3. Harus menarik dan harga tidak terlalu
mahal.
4. Tidak memberikan efek samping atau
aman dipakai.
5. Tidak mudah rusak.
Dimas Dwi Prasetyo Nugroho