1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
PPT PERSALINAN.pptx
1. LAPORAN KOMPREHENSIF
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN
PADA Ny. L UMUR 36 TH G2P1A0 UK 40+3 MINGGU
INPARTU KALA I FASE LATEN DENGAN OLIGOHIDRAMNION
DI RSU RAJAWALI CITRA
BANTUL
Devi Adelia
2220106099
3. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) membentuk suatu tujuan bersama disebut dengan
Sustainable Development Goals (SDG’s) untuk membantu menurunkan AKI dan AKB. Tujuan
SDG’s pada tahun 2016 – 2030 yaitu merencanakan target menurunkan AKI sebesar 70/100.000
KH dan AKB kurang dari 12/100.000. Secara umum di Indonesia terjadi penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2015, begitu pula dengan Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami
penurunan pada tahun 2017. Hasil Survei Penduduk Antara Sensus (SUPAS) pada periode 1991-
2015 terjadi penurunan kematian ibu dari 390 menjadi 305/100.000 kelahiran hidup, sedangkan
Angka Kematian Bayi (AKB) menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2017 menunjukkan AKB sebesar 24/1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2018).
4. Latar Belakang
Upaya pemerintah untuk percepatan penurunan AKI dan AKB yaitu dilakukan dengan
menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti
pelayanan kesehatan ibu hamil dengan melakukan pelayanan sesuai dengan 10 T (Kemenkes RI,
2018).
Oligohidramnion adalah kondisi ibu hamil yang memiliki terlalu sedikit air ketuban,
indeks AF kurang dari 5cm. Diagnosis oligohidramnion sebagai tidak adanya kantong cairan
dengan kedalaman 2-3 cm, atau volume cairan kurang dari 500 mL. Kejadian oligohidramnion
adalah 60,0% pada primigravida (Mohamed, 2015)
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui. Beberapa keadaan
berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu berhubungan dengan obsrtuksi saluran
traktus urinarius janin atau renal agenesis (Walyani, 2017)
12. Pada tanggal 28 Juli 2023 pukul 18.00 WIB, Ny. L umur 36 tahun G2P1A0 UK 40 +3 minggu datang dari IGD
ke ruang bersalin mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya dengan keluhan keluar flek dari jalan lahir sejak pukul
16.30 WIB dan kenceng-kenceng belum teratur serta ketika janinnya bergerak, ibu merasa sakit. HPM tanggal 17
Oktober 2022, HPL 24 Juli 2023. Ibu mengatakan rutin periksa ANC, riwayat TT 5 kali. Gerakan janinnya aktif, dalam
sehari kurang lebih 15x. Baik ibu, suami maupun keluarga tidak pernah/tidak sedang menderita penyakit menular,
menurun atau menahun. Ibu mengatakan alergi antibiotic ceftriaxone. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari ibu makan
3x sehari dengan jenis nasi, sayur, lauk pauk dan buah buahan. Minum 8 gelas perhari dengan jenis air putih. BAK 5-6x
perhari, BAB 1x perhari. Pola istirahat, ibu tidur siang 1-2 jam perhari, tidur malam 6-7 jam perhari. Ibu sudah memiliki
persiapan untuk menjalani proses persalinan secara psikososialspiritual .
hasil pemeriksaan keadaan umum baik, composmentis, TD: 132/92 mmHg, N : 89x/menit, S: 36,6 o c, R:
20x/menit, SpO2 : 99%, BB sebelum hamil 67 kg, BB saat hamil 71 kg, TB : 158 cm. Punggung kanan, preskep dan sudah
masuk PAP. TFU 30 cm, TBJ 3000 gram, His 1x/10’10”, DJJ 142x/menit. Sudah terpasang infus RL di tangan sebelah kiri.
Hasil pemeriksaan VT jam 18.00 WIB, V/U tenang, dinding vagina teraba licin, portio tipis lunak, pembukaan 2 cm, selket
(+), kepala turun di hodge I, preskep, UUK di jam 12 , tidak ada bagian janin yang menumbung, STLD (+), AK (-).
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif didapatkan diagnosis pasien adalah Ny. L umur 36
tahun G2P1A0 UK 40 +3 minggu janin tunggal, hidup, intrauteri, preskep, puka Inpartu Kala I Fase Laten dengan
Oligohidramnion.
Penatalaksanaan yaitu memberitahu ibu hasil pemeriksaan, mengajarkan teknik relaksasi nyeri, melakukan
kolaborasi tindakan dengan dokter Sp.OG dan memantau kemajuan persalinan. Meminta keluarga untuk selalu
mendampingi ibu serta memberikan makan atau minum kepada ibu dan melakukan pendokumentasian di lembar evaluasi
kemajuan persalinan.
Kala I
13. Pada pukul 22.30 WIB ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin sering serta ada dorongan ingin
meneran dan ketuban pecah spontan pada pukul 22.30 WIB. Hasil pemeriksaan keadaan umum baik,
composmentis, TD : 128/84 mmHg, N : 91x/menit, R : 22x/menit, S : 36,8 o c, SpO2 : 98%. DJJ :
148x/menit, His : 4x/10’40”. Hasil pemeriksaan VT V/U tenang, dinding vagina teraba licin, portio tidak
teraba, pembukaan 10 cm, preskep, kepala turun di Hodge III, selket (-), UUK di jam 12, lender darah (+),
AK (+) jernih.
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif didapatkan diagnosis pasien adalah Ny. L
usia 36 tahun G2P1A0 UK 40+3 minggu Inpartu Kala II dengan Oligohidramnion.
Pada kasus ini asuhan yang diberikan saat kala II yaitu memberitahu ibu hasil pemeriksaan, mengatur
posisi ibu agar lebih nyaman tanpa membahayakan janin, mengajarkan dan menganjurkan ibu untuk
meneran apabila ada his yang adekuat, melibatkan suami untuk mendukung dan mendampingi ibu saat
bersalin, meminta suami untuk memberi makan dan minum sesuai dengan yang ibu butuhkan, dan
melakukan prosedur asuhan pertolongan persalinan normal (APN)
Kala II
14. Pada pukul 23.00 WIB ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas, lelah setelah melahirkan,
senang setelah mendengar suara tangisan bayinya serta lega karena bayinya lahir dengan selamat. Dari
hasil pemeriksaan objektif didapatkan keadaan umum baik, composmentis, kontraksi uterus baik, fundus
teraba setinggi pusat, kandung kemih teraba kosong dan tampak tali pusat di vagina, perdarahan 100 cc
setelah bayi lahir, rupture perineum derajat II.
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif, maka diagnosis yang diperoleh adalah Ny. L
usia 36 tahun P2A0Ah2 dengan Inpartu Kala III
Penatalaksanaan pada kasus ini adalah setelah plasenta lahir bidan segera melakukan tuga langkah
utama manajemen aktif kala II yaitu pemberian injeksi oksitosin di 1/3 paha ibu secara IM, melakukan
peregangan tali pusat terkendali (PTT), dan rangsangan masase fundus uterus sehingga uterus
berkontraksi dan menghindari terjadinya perdarahan.
Kala III
15. Pada pukul 23.30 WIB Ny. L mengeluh perutnya masih terasa mulas. Berdasarkan hasil pengkajian
data objektif, keadaan umum baik, composmentis, TD: 129/82 mmHg, N: 82x/menit, R: 21x/menit, S: 37 O c,
SpO2 : 98%, kandung kemih teraba kosong, kontraksi uterus baik dan teraba keras, TFU 2 jari dibawah
pusat, total perdarahan 50 cc
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan data objektif, maka diperoleh diagnosis Ny. L usia 36
tahun P2A0Ah2 dengan Inpartu Kala IV.
Penatalaksanaan asuhan kebidanan kala IV dilakukan prosedur asuhan pertolongan persalinan normal
(APN). Penatalaksanaan yang dilakukan selama 2 jam pasca persalinan adalah memantau keadaan umum
ibu, vital sign, kontraksi uterus, TFU, perdarahan, dan kandung kemih. Pemantauan dilakukan secara berkala
sesuai dengan prosedur pada langkah APN.
Kala IV
17. Pada pemeriksaan data subjektif, ibu mengatakan adanya keluhan nyeri saat janinnya bergerak. Hal ini sejalan dengan
teori yang dikemukakan oleh Mochtar (2013) dan Marmi (2015) yang mengatakan gambaran klinis dari oligohidramnion salah
satunya adalah ibu merasa nyeri di perut pada tiap pergerakan janin.
Pada pemeriksaan objektif, didapatkan hasil pemeriksaan USG pada tanggal 28 Juli 2023 yang menunjukkan bahwa
jumlah air ketuban yang sedikit. Hal ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Poerwoko (2018), yaitu oligohidramnion
adalah air ketuban kurang dari 500 cc. Oligohidramnion kurang baik untuk pertumbuhan janin karena pertumbuhan dapat
terganggu oleh perlekatan antara janin dan amnion atau karena janin mengalami tekanan dinding rahim. Oligohidramnion
adalah kondisi ibu hamil yang memiliki terlalu sedikit air ketuban, indeks AF kurang dari 5 cm. Diagnosis oligohidramnion
sebagai tidak adanya kantong cairan dengan kedalaman 2-3 cm, atau volume cairan kurang dari 500 mL.
Berdasarkan penatalaksanaan kala I, ibu diberi dukungan secara psikologis, meminta suami untuk selalu mendampingi
ibu, meminta suami atau keluarga untuk memberi makan/minum kepada ibu. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh Yulizawati (2019), yang menyatakan tentang asuhan saying ibu yang bisa diberikan pada ibu bersalin kala I antara lain
memberi dukungan emosional, pendamping persalinan dari anggota keluarga, meminta keluarga untuk berperan aktif dalam
mendampingi ibu, mengatur posisi yang nyaman untuk ibu, serta memberikan makan dan minum kepada ibu.
Kala I
18. Keluhan kenceng-kenceng semakin sering serta ada dorongan ingin meneran merupakan hal yang
wajar. Menurut Kurniawan (2016), menyatakan bahwa ketika kepala bayi semakin turun ibu akan
merasakan sakit yang semakin kuat karena fase persalinan dan ingin meneran serta ada rasa ingin BAB
disebabkan oleh adanya tekanan pada anus. Hal ini juga sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Indrayani (2016) yang menjelaskan mengenai proses persalinan pada kala II yang disebut juga dengan kala
pengeluaran bayi, salah satu tanda dari kala II yaitu ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
Berdasarkan uraian di atas, tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus, dimana tanda dan
gejala dimulainya persalinan kala II pada kasus sesuai dengan teori dan asuhan pertolongan persalinan
yang diberikan sesuai dengan teori APN. Hal ini juga membuktikan bahwa tidak ada kesenjangan antara
teori dengan kasus.
Kala II
19. Setelah bayi lahir, uterus akan teraba keras dan setinggi pusat serta perdarahan yang keluar berjumlah 100 cc. hal ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Jannah (2016) yang menyatakan bahwa setelah bayi lahir, uterus teraba
keras dan fundus uteri sedikit diatas pusat. Beberapa saat kemudian, uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta
dari dindingnya. Biasanya plasenta akan lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan akan secara spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri.
Pada tinjauan teori terdapat tiga langkah utama manajemen aktif kala III yaitu pemberian suntikan oksitoksin dalam 1
menit pertama setelah bayi lahir, melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT), dan masase fundus uteri (Indrayani,
2016).
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede pada fundus uteri. Biasanya plasenta lepas
dalam 6-15 menit setelah bayi lahir. Lepasnya plasenta secara schultze biasanya tidak ada perdarahan sebelum plasenta
lahir dan banyak mengeluarkan darah setelah plasenta lahir. Sedangkan dengan cara ducan yaitu plasenta lepas dari
pinggir, biasanya darah mengalir keluar antara selaput ketuban (Indrayani, 2016).
Kala III
20. Kala empat dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan berakhir dalam dua jam. Pada kala empat ini sering terjadinya
perdarahan post partum. Masalah atau komplikasi yang dapat muncul pada kala empat adalah perdarahan yang mungkin
disebabkan oleh atonia uteri, laserasi jalan lahir dan sisa plasenta. Pemantauan kala empat dilakukan setiap 15 menit
pada jam pertama pasca persalinan, setiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan. Observasi yang dilakukan pada
kala empat antara lain tingkat kesadaran, pemeriksaan tanda-tanda vital, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan
perdarahan (dikatakan normal jika tidak melebihi 500 cc) (Indrayani, 2016)
Berdasarkan kasus diatas, maka tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus, dimana
penatalaksanaan kala IV sudah sesuai dengan prosedur APN dan asuhan sayang ibu.
Kala IV
22. 1. Pada anamnesis subjektif, ibu mengatakan ibu mengatakan keluar flek dari jalan lahir sejak pukul
16.30 WIB dan kenceng-kenceng belum teratur serta ketika janin bergerak, ibu merasa nyeri. Pada
pemeriksaan objektif, hasil USG menunjukkan air ketuban dalam jumlah yang sedikit.
2. Asessment pada kasus ini adalah Ny. L umur 36 tahun G2P1A0 dengan oligohidramnion.
3. Perencanaan tindakan sesuai dengan kasus Ny. L adalah melakukan observasi kemajuan persalinan,
melakukan kolaborasi tindakan dengan dokter Sp.OG, dan melakukan pertolongan persalinan sesuai
dengan prosedur APN.
4. Penatalaksanaan kasus pada Ny. L adalah melakukan observasi kemajuan persalinan, melakukan
kolaborasi tindakan dengan dokter Sp.OG, dan melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan
prosedur APN .
5. Melakukan pendokumentasian tindakan dan telah dilampirkan pada lembar observasi kemajuan
persalinan dan lembar partograf
Simpulan
23. 1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu memahami teori dan dapat menerapkan asuhan kebidanan pada Ny.
L khususnya pada kasus ibu bersalin dengan oligohidramnion.
2. Bagi Bidan
Laporan komprehensif ini dapat menambah dan memberikan informasi tambahan bagi
bidan pelaksana di RSU Rajawali Citra khususnya dalam kasus ibu bersalin dengan
oligohidramnion.
3. Bagi Pasien
Laporan komprehensif ini diharapkan akan menambah pengetahuan tentang kesehatan
untuk dirinya sendiri khususnya pada kasus persalinan dengan oligohidramnion
Saran