Dokumen tersebut membahas capaian realisasi investasi di Indonesia pada tahun 2020 hingga semester pertama tahun 2021, yang mencapai Rp442,8 triliun atau 49,2% dari target investasi tahun 2021 sebesar Rp900 triliun. Dokumen ini juga memaparkan target investasi tahun 2020-2024 sebesar Rp4.983,2 triliun dan peringkat 10 besar lokasi investasi berdasarkan investasi asing langsung (PMA) dan penanaman modal dalam negeri
Paparan bahasa indonesia press release tw i 2020 as of 17042020 pukul 17.25
Implementasi Perizinan Berusaha Berbasis Risiko - Rakor Jatim Oct 2021.pptx
1. Implementasi Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko dalam
rangka Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2021
tentang Cipta Kerja
Direktorat Deregulasi Penanaman Modal
#Rapat Koordinasi Penyelenggaraan Perizinan dan Non Perizinan
Kabupaten/Kota Se-Provinsi Jawa Timur
21 Oktober 2021
3. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Berangsur
Pulih
3
Sumber: BPS, 2021.
-2.8
4.9
-5.8
-1.1
2.69
-2.6
-3.9 -3.49
-2.4
6.5
-2.4 -1.2
4.48
-3.4 -4.6
-2.19
0.5
18.3
1.3 1.9
4.6
-0.5 -1.3
-0.71
12.2
7.9
14.3
5.9 6.6
13.2
7.07
TW III 2020 TW IV 2020 TW I 2021 TW II 2021
Indonesia
Vietnam
Singapura Korea Selatan
Tiongkok Malaysia
Amerika Serikat Uni Eropa
4. Target Investasi 2020 s.d. 2024
4
Sumber: Renstra BKPM 2020 – 2024 dan arahan Presiden RI.
No
Sasaran Stategis dan Indikator
Kinerja Renstra BKPM 2020-2024
Satuan 2020 2021 2022 2023 2024
1 Target realisasi investasi Rp Triliun 817,2 858,5 968,4 1.099,8 1.239,3
Realisasi investasi
(Setelah transformasi menjadi Keminves/BKPM, Perpres
31/2021 – 28 April 2021)
Rp
Triliun
826,3 900 1.128
3 Sebaran investasi berkualitas (di luar Jawa) % 48,3% 49,0% 49,7% 50,6% 51,7%
4 Kontribusi investasi dalam negeri/PMDN termasuk
UMKM
% 48,8% 49,7% 50,3% 51,9% 53,1%
Total Realisasi Investasi
Tahun 2015 s.d 2019
sebesar Rp. 3.381,9 T
Target Investasi Tahun 2020
s.d 2024 sebesar Rp.
4.983,2 T
47,3%
Arahan Presiden untuk
meningkatkan investasi
berkualitas
5. Capaian Realisasi Investasi Indonesia
2020 – TW II 2021 (Tidak Termasuk Sektor Hulu Migas dan Jasa Keuangan)
5
Realisasi Investasi
Jan – Jun 2021
Rp 442,8 T
Target Investasi 2021
Rp 900 T
49,2%
Realisasi Investasi
Jan – Des 2020
Rp 826,3 T
Target Investasi 2020
Rp 817,2 T
101,1%
PMA
Rp 228,5 T
(51,6%)
PMDN
Rp 214,3 T
(48,4%)
Berdasarkan
Status
Berdasarkan
Persebaran
SEPANJANG JAN – MAR 2021
INVESTASI MENYERAP (TKI)
311.793
Jawa
Rp 214,53 T
(48,5%)
Luar Jawa
Rp 228,23 T
(51,5%)
Berdasarkan
Status
Berdasarkan
Persebaran
SEPANJANG JAN – DES 2020
INVESTASI MENYERAP (TKI)
1.156.361
PMDN
Rp 413,5 T
(50,1%)
PMA
Rp 412,8 T
(49,9%)
Jawa
Rp 408,8 T
(49,5 %)
Luar Jawa
Rp 417,5 T
(50,5%)
Sumber: Kementerian Investasi/BKPM, 2021.
6. PMA
PMDN
NO LOKASI
INVESTASI
(US$ Juta)
PROYEK
1 Jawa Barat 1.587,4 1.987
2 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 962,4 3.925
3 Maluku Utara 952,2 59
4 Sulawesi Tengah 523,3 100
5 Riau 449,6 181
6 Banten 444,2 985
7 Sumatra Selatan 444,1 161
8 Sulawesi Tenggara 361,1 33
9 Jawa Tengah 359,8 723
10 Kepulauan Riau 292,0 511
11 Jawa Timur 262,6 717
12 Papua 224,7 52
13 Kalimantan Timur 159,7 263
14 Sumatra Utara 159,1 254
15 Kalimantan Barat 134,3 187
16 Bali 131,4 1.570
17 Kalimantan Utara 100,4 27
18 Sulawesi Selatan 75,6 141
19 Aceh 72,0 39
20 Lampung 71,3 111
21 Nusa Tenggara Barat 61,8 518
22 Sulawesi Utara 46,8 60
23 Kalimantan Tengah 40,6 86
24 Kalimantan Selatan 24,8 70
25 Sumatra Barat 12,1 56
26 Gorontalo 10,2 14
27 Nusa Tenggara Timur 8,1 137
28 Daerah Istimewa Yogyakarta 6,2 145
29 Jambi 6,0 76
30 Kepulauan Bangka Belitung 5,6 65
31 Papua Barat 4,0 43
32 Bengkulu 2,4 37
33 Sulawesi Barat 1,3 25
34 Maluku 0,3 17
TOTAL 7.997,5 13.375
NO LOKASI
INVESTASI
(Rp Miliar)
PROYEK
1 Jawa Timur 13.890,5 6.575
2 Jawa Barat 12.144,0 3.128
3 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11.245,2 12.762
4 Banten 10.151,7 2.188
5 Jawa Tengah 7.763,6 4.753
6 Kalimantan Timur 6.228,6 1.935
7 Sumatra Utara 5.269,5 2.221
8 Kalimantan Barat 4.529,7 1.174
9 Riau 4.427,7 1.322
10 Kalimantan Selatan 2.889,5 706
11 Sulawesi Selatan 2.804,7 922
12 Kepulauan Riau 2.675,4 1.206
13 Maluku 2.556,5 331
14 Sumatra Selatan 2.117,4 762
15 Aceh 1.796,9 1.431
16 Nusa Tenggara Barat 1.793,2 773
17 Kalimantan Tengah 1.476,4 369
18 Bali 1.413,8 1.441
19 Sumatra Barat 1.223,5 636
20 Jambi 1.166,0 794
21 Daerah Istimewa Yogyakarta 1.117,2 874
22 Bengkulu 1.059,6 363
23 Kepulauan Bangka Belitung 1.053,3 589
24 Lampung 1.049,7 717
25 Nusa Tenggara Timur 1.023,0 456
26 Sulawesi Tengah 998,8 416
27 Sulawesi Tenggara 900,2 437
28 Sulawesi Utara 724,9 510
29 Kalimantan Utara 266,4 144
30 Papua Barat 212,1 142
31 Gorontalo 161,7 203
32 Sulawesi Barat 68,8 101
33 Maluku Utara 36,4 141
34 Papua 16,7 185
TOTAL 106.252,6 50.707
Berdasarkan Lokasi
PERINGKAT REALISASI TRIWULAN
II 2021
7. PMDN
No Lokasi
Investasi
(Rp. Miliar)
Proyek
1 Jawa Barat 28.187,4 4.966
2 Jawa Timur 23.870,3 9.573
3 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 19.921,3 17.171
4 Banten 17.126,7 2.784
5 Jawa Tengah 16.184,3 5.845
6 Kalimantan Timur 10.162,0 2.694
7 Sumatra Utara 9.907,2 2.846
8 Riau 8.380,4 1.712
9 Sulawesi Selatan 8.308,0 1.148
10 Lampung 6.973,4 789
11 Sumatra Selatan 6.271,9 992
12 Kalimantan Barat 5.802,1 1.355
13 Aceh 5.254,8 1.839
14 Kepulauan Riau 5.205,7 1.760
15 Nusa Tenggara Barat 4.823,4 863
16 Kalimantan Selatan 4.610,8 1.048
17 Jambi 4.004,9 1.256
18 Kalimantan Tengah 3.541,4 557
19 Bali 2.984,0 1.665
20 Maluku 2.660,5 370
21 Sumatra Barat 2.641,5 824
22 Bengkulu 2.625,9 358
23 Kepulauan Bangka Belitung 2.144,1 712
24 Sulawesi Utara 1.905,9 593
25 Sulawesi Tengah 1.852,9 560
26 Daerah Istimewa Yogyakarta 1.829,8 1.127
27 Nusa Tenggara Timur 1.589,9 506
28 Sulawesi Tenggara 1.420,6 444
29 Kalimantan Utara 1.233,7 246
30 Maluku Utara 785,2 181
31 Gorontalo 737,8 216
32 Papua Barat 580,1 210
33 Papua 476,2 256
34 Sulawesi Barat 265,4 123
TOTAL 214.269,9 67.589
PMA
No Lokasi
Investasi
(US$. Juta)
Proyek
1 Jawa Barat 3.032,5 3.748
2 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 1.965,9 5.493
3 Maluku Utara 1.447,6 61
4 Sulawesi Tengah 1.100,7 139
5 Riau 1.007,2 251
6 Banten 979,2 1.341
7 Sulawesi Tenggara 910,4 54
8 Jawa Timur 745,8 1.335
9 Sumatra Selatan 725,8 222
10 Kepulauan Riau 639,7 765
11 Jawa Tengah 622,9 952
12 Papua 514,5 71
13 Sumatra Utara 291,7 507
14 Kalimantan Timur 258,3 317
15 Kalimantan Barat 235,9 263
16 Bali 213,7 1.764
17 Sulawesi Selatan 146,0 179
18 Lampung 127,4 122
19 Kalimantan Utara 108,6 42
20 Nusa Tenggara Barat 108,6 575
21 Sulawesi Utara 83,5 92
22 Aceh 83,4 62
23 Kalimantan Tengah 63,4 140
24 Nusa Tenggara Timur 48,0 187
25 Gorontalo 42,4 20
26 Kalimantan Selatan 42,4 125
27 Papua Barat 23,4 50
28 Jambi 23,1 110
29 Sumatra Barat 18,0 100
30 Kepulauan Bangka Belitung 15,8 89
31 Daerah Istimewa Yogyakarta 10,7 178
32 Maluku 6,6 21
33 Bengkulu 4,5 32
34 Sulawesi Barat 2,5 25
TOTAL 15.650,3 19.432
Berdasarkan Lokasi
PERINGKAT REALISASI JANUARI – JUNI 2021
8. PMDN
No Lokasi
Investasi
(Rp. Miliar)
Proyek
1 Jawa Barat 28.187,4 4.966
2 Jawa Timur 23.870,3 9.573
3 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 19.921,3 17.171
4 Banten 17.126,7 2.784
5 Jawa Tengah 16.184,3 5.845
6 Kalimantan Timur 10.162,0 2.694
7 Sumatra Utara 9.907,2 2.846
8 Riau 8.380,4 1.712
9 Sulawesi Selatan 8.308,0 1.148
10 Lampung 6.973,4 789
11 Sumatra Selatan 6.271,9 992
12 Kalimantan Barat 5.802,1 1.355
13 Aceh 5.254,8 1.839
14 Kepulauan Riau 5.205,7 1.760
15 Nusa Tenggara Barat 4.823,4 863
16 Kalimantan Selatan 4.610,8 1.048
17 Jambi 4.004,9 1.256
18 Kalimantan Tengah 3.541,4 557
19 Bali 2.984,0 1.665
20 Maluku 2.660,5 370
21 Sumatra Barat 2.641,5 824
22 Bengkulu 2.625,9 358
23 Kepulauan Bangka Belitung 2.144,1 712
24 Sulawesi Utara 1.905,9 593
25 Sulawesi Tengah 1.852,9 560
26 Daerah Istimewa Yogyakarta 1.829,8 1.127
27 Nusa Tenggara Timur 1.589,9 506
28 Sulawesi Tenggara 1.420,6 444
29 Kalimantan Utara 1.233,7 246
30 Maluku Utara 785,2 181
31 Gorontalo 737,8 216
32 Papua Barat 580,1 210
33 Papua 476,2 256
34 Sulawesi Barat 265,4 123
TOTAL 214.269,9 67.589
PMA
No Lokasi
Investasi
(US$. Juta)
Proyek
1 Jawa Barat 3.032,5 3.748
2 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 1.965,9 5.493
3 Maluku Utara 1.447,6 61
4 Sulawesi Tengah 1.100,7 139
5 Riau 1.007,2 251
6 Banten 979,2 1.341
7 Sulawesi Tenggara 910,4 54
8 Jawa Timur 745,8 1.335
9 Sumatra Selatan 725,8 222
10 Kepulauan Riau 639,7 765
11 Jawa Tengah 622,9 952
12 Papua 514,5 71
13 Sumatra Utara 291,7 507
14 Kalimantan Timur 258,3 317
15 Kalimantan Barat 235,9 263
16 Bali 213,7 1.764
17 Sulawesi Selatan 146,0 179
18 Lampung 127,4 122
19 Kalimantan Utara 108,6 42
20 Nusa Tenggara Barat 108,6 575
21 Sulawesi Utara 83,5 92
22 Aceh 83,4 62
23 Kalimantan Tengah 63,4 140
24 Nusa Tenggara Timur 48,0 187
25 Gorontalo 42,4 20
26 Kalimantan Selatan 42,4 125
27 Papua Barat 23,4 50
28 Jambi 23,1 110
29 Sumatra Barat 18,0 100
30 Kepulauan Bangka Belitung 15,8 89
31 Daerah Istimewa Yogyakarta 10,7 178
32 Maluku 6,6 21
33 Bengkulu 4,5 32
34 Sulawesi Barat 2,5 25
TOTAL 15.650,3 19.432
Berdasarkan Lokasi
PERINGKAT REALISASI JANUARI –
JUNI 2021
9. Berdasarkan Sektor
PERINGKAT REALISASI PMA JANUARI –
JUNI 2021
2021
1 2
Proyek Investasi (US$.
Ribu)
Proyek Investasi (US$.
Ribu)
Sektor Primer Kehutanan 2 0,0 1 0,0
Perikanan 3 12,2 5 26,8
Pertambangan 3 1.980,8 4 2.130,4
Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan 38 399,5 11 118,3
Total(Sektor) 46 2.392,5 21 2.275,5
Sektor Sekunder Industri Mesin, Elektronik, Instrumen Kedokteran, Peralatan Listrik, Presisi, Optik
dan Jam
24 4.805,4 21 0,0
Industri Barang dari Kulit dan Alas Kaki 37 10.198,0 16 428,5
Industri Karet dan Plastik 42 10.437,1 17 292,7
Industri Kayu 48 329,1 44 1.146,9
Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain 14 1.890,9 9 946,5
Industri Kertas dan Percetakan 13 7.203,3 7 0,0
Industri Kimia Dan Farmasi 84 62.391,7 61 61.330,9
Industri Lainnya 34 141,7 32 4.961,1
Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 33 36.452,6 34 3.135,0
Industri Makanan 188 303.765,6 106 69.379,6
Industri Mineral Non Logam 33 26.489,8 13 2.907,0
Industri Tekstil 16 1.522,0 11 0,7
Total(Sektor) 566 465.627,2 371 144.528,9
Sektor Tersier Hotel dan Restoran 83 4.202,7 58 3.809,9
Jasa Lainnya 73 2.014,2 51 581,7
Konstruksi 5 360,9 8 2,5
Listrik, Gas dan Air 7 1.047,2 11 176,8
Perdagangan dan Reparasi 213 6.934,5 159 9.152,3
Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 11 0,7 9 1.007,4
Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi 19 570,9 29 101.105,4
Total(Sektor) 411 15.131,1 325 115.836,0
10. Berdasarkan Sektor
PERINGKAT REALISASI PMDN JANUARI
– JUNI 2021
2021
1 2
Proyek Investasi (Rp.
Juta)
Proyek Investasi (Rp.
Juta)
Sektor Primer Kehutanan 6 0,0 13 2.100,0
Perikanan 16 31.789,4 33 13.993,3
Pertambangan 12 234.323,4 31 115.127,5
Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan 59 198.177,8 61 124.134,7
Total(Sektor) 93 464.290,6 138 255.355,5
Sektor Sekunder Industri Mesin, Elektronik, Instrumen Kedokteran, Peralatan Listrik, Presisi, Optik
dan Jam
75 12.014,3 85 19.826,7
Industri Barang dari Kulit dan Alas Kaki 88 4.967,2 44 4.754,0
Industri Karet dan Plastik 163 337.202,5 138 469.801,5
Industri Kayu 110 13.842,2 119 160.595,0
Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain 38 226.279,6 39 141.154,6
Industri Kertas dan Percetakan 92 1.742.545,4 79 394.575,9
Industri Kimia Dan Farmasi 162 270.075,6 181 551.457,4
Industri Lainnya 100 89.996,7 147 135.888,4
Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 99 1.038.195,1 84 242.602,7
Industri Makanan 360 1.222.342,0 323 2.334.499,1
Industri Mineral Non Logam 66 78.214,0 71 163.509,3
Industri Tekstil 31 42.776,3 39 37.389,5
Total(Sektor) 1.384 5.078.450,9 1.349 4.656.054,1
Sektor Tersier Hotel dan Restoran 277 169.043,0 280 627.887,7
Jasa Lainnya 468 256.180,6 513 482.489,8
Konstruksi 399 147.805,7 648 311.365,1
Listrik, Gas dan Air 43 13.643,1 60 9.080,9
Perdagangan dan Reparasi 2.746 512.478,7 3.143 663.579,0
Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 108 637.554,3 149 3.049.621,6
Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi 217 2.700.297,1 295 3.835.085,1
Total(Sektor) 4.258 4.437.002,5 5.088 8.979.109,2
12. Penyederhanaan Regulasi: UU No. 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UUCK)*
12
Dengan metode Omnibus
Law, 79 Undang-Undang
direvisi sekaligus hanya
dengan satu UU Cipta Kerja
yang mengatur 16 sektor
UU
Cipta
Kerja
186 Pasal
dan 15 BAB
disederhanakan menjadi
11
Klaster
Peningkatan Ekosistem Investasi
dan Kegiatan Usaha
Perizinan Berusaha
Ketenagakerjaan
Dukungan Koperasi dan UMKM
Dukungan Riset dan Inovasi
Pengadaan Lahan
Kawasan Ekonomi
Kemudahan Berusaha
Investasi Pemerintah Pusat dan
Percepatan PSN
Administrasi Pemerintahan
Pengenaan Sanksi
*UUCK berlaku pada tanggal diundangkan, atau 2 NOVEMBER 2020 (Ps. 186, UUCK No. 11/2020).
13. Perkembangan Penyusunan Peraturan
Turunan UUCK
13
51
Peraturan
Pelaksana
47
Peraturan
Pemerintah
(PP)
4
Peraturan
Presiden
(Perpres)
Peraturan Pelaksana yang terkait langsung dengan Perizinan
dan Kemudahan Berusaha:
1. PP No. 5/2021 tentang Penyelenggaran Perizinan Berusaha Berbasis Risiko;
2. PP No. 6/2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha di Daerah;
3. PP No. 7/2021 tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan K-UMKM
4. PP No. 8/2021 tentang Modal Dasar Perseroan serta Pendaftaran Pendirian,
Perubahan, dan Pembubaran Perseroan yang Memenuhi Kriteria untuk Usaha
Mikro dan Kecil
5. PP No. 16/2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung
6. PP No. 21/2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
7. PP No. 22/2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
8. PP No. 23/2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan.
9. Perpres No. 10/2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal s.t.d.t.d. Perpres
No. 49/2021
Peraturan turunan implementasi UU Cipta Kerja sebanyak 194 Peraturan Menteri/Lembaga,
dan terdapat 22 Peraturan Menteri/Lembaga yang terkait langsung dengan Sistem OSS
14. Peraturan Pemerintah No. 5/2021 tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko (P2B2R)
14
Untuk memulai dan
melakukan kegiatan usaha
Persyaratan Dasar
Perizinan Berusaha
Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko (KBLI)
Perizinan Berusaha Untuk Menunjang
Kegiatan Usaha (PB UMKU)
Sebelum UU CK Setelah UU CK
Izin Lokasi
Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang
(KKPR)
Izin Lingkungan
Persetujuan
Lingkungan
Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) dan
Sertifikat Laik Fungsi
(SLF)
Persetujuan Bangunan
Gedung (PBG) dan
SLF
- Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
berdasarkan KBLI yang diatur dalam PP
5/2021.
- Pemenuhan ketentuan, persyaratan dan
kewajiban didasarkan atas PP Sektor,
Perpres, dan Permen/Perban* turunan
dari PP 5/2021.
- Sebelumnya (OSS 1.1) dikenal Izin
Komersial/Operasional
- Layanan PB UMKU dilakukan seluruhnya
melalui Sistem OSS
- PB UMKU sedang dalam proses finalisasi
sistem dengan K/L dan sudah terdapat
kesepakatan:
a. apabila nomenklatur dan layanan sudah
diakomodir dalam Sistem K/L, terlebih dahulu
akan dilakukan integrasi sistem, namun
b. apabila belum diakomodir oleh sistem K/L,
prioritas segera ditanam dalam sistem OSS.
*) Berbagai persyaratan diatur dalam 22 Permen/Perban yang harus diakomodir dan ditanam dalam sistem OSS
15. Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
15
Paradigma perizinan berusaha diubah dari berbasis izin ke risiko. Artinya perizinan berusaha
dikelompokkan berdasarkan tingkat risiko usaha dan tingkat risiko ini menentukan jenis perizinan
berusaha. Semakin rendah risiko usahanya, maka semakin mudah dan cepat prosesnya.
Risiko Rendah
Cukup Nomor Induk Berusaha (NIB)
Risiko Menengah Rendah
NIB + Sertifikat Standar (SS)
Risiko Menengah Tinggi
NIB + SS yang terverifikasi
Risiko Tinggi
NIB + Izin (+ SS)
16. Penerbit Perizinan Berusaha
16
Khusus untuk NIB, diterbitkan oleh Lembaga OSS tanpa mengatasnamakan K/L .
01
02
03
04
05
Lembaga OSS
Atas nama K/L untuk
kegiatan usaha yang
menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat
DPMPTSP
Provinsi
Atas nama Gubernur
untuk kegiatan usaha
yang menjadi
kewenangan
Pemerintah Provinsi
DPMPTSP
Kab/Kota
Atas nama Bupati/
Walikota untuk
kegiatan usaha yang
menjadi kewenangan
Pemerintah Kab/Kota
Administrator
KEK
Untuk kegiatan usaha
yang berlokasi di KEK
Badan
Pengusahaan
KPBPB
Untuk kegiatan usaha
yang berlokasi di
KPBPB
Seluruh perizinan berusaha (NIB, SS, dan Izin) atas sektor yang diatur dalam PP No. 5/2021 wajib diterbitkan melalui sistem OSS. Dalam
setiap perizinan berusaha tersebut akan dicantumkan nama penerbit sesuai kewenangannya berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yaitu:
17. Perbandingan Sistem OSS
17
Hak Akses
Data Pelaku Usaha/
Badan Usaha
Data Usaha
(KBLI, Lokasi, dsb)
Penerbitan Perizinan
Berusaha Berbasis
Risiko (PB)
Integrasi Persyaratan
Dasar PB (Tata Ruang
dan Persetujuan
Lingkungan)
Menengah Rendah
NIB + SS
Menengah Tinggi
NIB + SS Terverifikasi
Tinggi
NIB + Izin (+ SS)
Rendah
NIB
Validasi Penanaman
Modal dan Basis Risiko
Validasi Tata Ruang
dan Lingkungan
1 2
4
3
Hak
Akses
NIB
Izin Usaha “Belum Efektif”
dengan Komitmen
Izin Usaha
“Efektif”
Izin Komersial/Operasional
dengan Komitmen
Izin Komersial/
Operasional “Efektif”
Komitmen Prasarana:
Izin Lokasi
Izin Lingkungan
IMB dan SLF
Persyaratan
Teknis
Persyaratan
Teknis
DPMPTSP
K/L/DPMPTSP K/L/DPMPTSP
1 2 3
4
5
6 7
8
9
Sistem OSS
OSS Berbasis Risiko
OSS 1.1
Integrasi dengan:
Kemendagri (Dukcapil),
Kemenkumham (AHU),
Kemenkeu (DJP),
Kemenaker, dan BPJS
18. Pengguna dan Fitur Sistem OSS
Berbasis Risiko
18
SistemOSS wajib digunakanoleh
Pelaku
Usaha
Pemerintah
Daerah
UMK
Non UMK
18 K/L 34 Provinsi
416 Kabupaten
98 Kota
19 KEK 5 KPBPB
Kementerian/
Lembaga
KEK KPBPB
Informasi
Perizinan dan
Fasilitas Berusaha
Pengawasan
Fitur dalamSistemOSS
19. Perizinan Tunggal:
UMK – Risiko Rendah
19
- Undang-Undang Cipta Kerja memberikan perhatian khusus bagi pelaku UMK risiko rendah berupa
Nomor Induk Berusaha (NIB) yang berlaku sebagai perizinan tunggal.
- NIB tidak hanya berlaku sebagai legalitas, tetapi juga termasuk Standar Nasional Indonesia
(SNI) dan Sertifikasi Jaminan Produk Halal (SJPH).
- Selanjutnya pelaku usaha akan difasilitasi dan dibina oleh Badan Standardisasi Nasional
(BSN) terkait SNI dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) terkait SJPH.
Legalitas Berusaha Standar Nasional
Indonesia (SNI)
Sertifikasi Jaminan
Produk Halal (SJPH)
20. Berbagai Pilihan Bidang Usaha (BU)
berbasis KBLI 2020
1.790 KBLI (tercantum dalam PerBPS
2/2020 – KBLI 2020)
1.349 KBLI (tercantum dalam Lampiran PP
5/2021), termasuk 140 KBLI Beririsan
17 KBLI (BU
Pemerintah)
2 KBLI (BU
Penugasan-
seluruhnya)
3 KBLI (BU
Tertutup-
seluruhnya)
1.327 KBLI (BU Terbuka*)
11 KBLI (BU
Tertutup-
sebagian)
441 KBLI
(sisanya)
353 KBLI Tanpa Pengampu
(BU Terbuka*)
5 KBLI (tercantum
dalam Permen Parekraf
7/2021)
91 KBLI Sektor Jasa
Keuangan
40 KBLI Sekolah
(Umum/Keagamaan)
217 KBLI (BU dengan
KBLI Referensi)
88 KBLI (BU Pemerintah, Aktivitas
Lainnya dan BU Tertutup)
86 KBLI (BU Pemerintah
dan Aktivitas Lainnya)
2 KBLI (BU Tertutup-
seluruhnya)
20
*Catatan:
BU Terbuka, meliputi:
1) BU Prioritas, BU Dialokasikan untuk Koperasi & UMKM, BU Kemitraan dengan Koperasi
& UMKM, BU dengan Persyaratan Tertentu, sebagaimana diatur dalam Batang Tubuh
dan Lampiran Perpres 10/2021 s.t.d.t.d. Perpres 49/2021 tentang Bidang Usaha
Penanaman Modal (BUPM);
2) BU dengan Preferensi Perjanjian Internasional;
3) BU dengan Persyaratan sesuai Perundangan Sektor; dan
4) BU Tanpa Persyaratan/Ketentuan.
21. Perpres 10/2021 tentang Bidang Usaha Penanaman
Modal (BUPM) s.t.d.t.d. Perpres 49/2021
21
Perpres 44/2016
tentang “DNI”
Perpres 10/2021 s.t.d.t.d
Perpres 49/2021 tentang
“BUPM”
Daftar Bidang Usaha Tertutup
untuk Penanaman Modal
20 Bidang Usaha
Daftar Bidang Usaha yang
Dicadangkan atau Kemitraan
dengan K-UMKM
145 (Kelompok) Bidang Usaha
Daftar Bidang Usaha yang Terbuka
dengan Persyaratan Tertentu
350 (Kelompok) Bidang Usaha
Daftar Bidang Usaha Prioritas
246 (Kelompok) Bidang Usaha
*Berfasilitas Tax Holiday, Tax Allowance, dan Investment
Allowance.
Daftar Bidang Usaha yang
Dialokasikan atau Kemitraan
dengan K-UMKM
106 (Kelompok) Bidang Usaha
Daftar Bidang Usaha yang
Terbuka dengan Persyaratan
Tertentu
37 (Kelompok) Bidang Usaha
*3 Bidang Usaha yang Dibatasi &
Diawasi Secara Ketat serta diatur
dalam PerUU tersendiri
Lampiran I
Lampiran II
Lampiran III
Lampiran I
Lampiran II
Lampiran III
9 BIDANG USAHA TERTUTUP
1. Budi daya dan industri narkotika golongan I;
2. Segala bentuk perjudian dan/atau kasino;
3. Penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam
Appendix I CITES;
4. Pemanfaatan dan pegambilan koral dari alam;
5. Industri pembuatan senjata kimia;
6. Industri bahan kimia industri dan industri bahan
perusak lapisan ozon;
7. *Industri Minuman Keras Mengandung Alkohol;
8. *Industri Minuman Mengandung Alkohol: Anggur;
9. *Industri Minuman Mengandung Malt.
PENGATURAN INVESTASI YANG
LEBIH BERDAYA SAING
Orientasi
pembatasan
bidang usaha
Mendorong
pengembangan bidang
usaha prioritas
515
Bidang Usaha
Lebih Berdaya
Saing
Perpres DNI Perpres BUPM
*diatur dalam batang tubuh Perpres 49/2021.
22. Asas Fiktif Positif
Pasal 175 Angka 6 UUCK (Perubahan atas Pasal 53 UU 30/2014 tentang Administrasi Pemerintahan)
(1) Batas waktu kewajiban untuk menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Jika ketentuan peraturan perundang-undangan tidak menentukan batas waktu kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan wajib menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah permohonan diterima
secara lengkap oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan.
(3) Dalam hal permohonan diproses melalui sistem elektronik dan seluruh persyaratan dalam sistem elektronik telah terpenuhi, sistem elektronik menetapkan
Keputusan dan/atau Tindakan sebagai Keputusan atau Tindakan Badan atau Pejabat Pemerintahan yang berwenang.
(4) Apabila dalam batas waktu Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan, permohonan
dianggap dikabulkan secara hukum.
22
Dalam hal Pelaku Usaha menyampaikan permohonan pemenuhan persyaratan kepada K/L/D yang terkait dengan :
1. Kesesuaian Pemanfaatan Ruang (KKPR) :
a. Lokasi Daratan (terdapat dalam Pasal 26 ayat (5) & (10) PerBKPM 4/2021) SLA: 5 & 10 hari kerja
b. Lokasi Laut (terdapat dalam Pasal 27 ayat (6) PerBKPM 4/2021) SLA: 20 hari kerja
c. Lokasi Kawasan Hutan (Pasal 28 ayat (10) PerBKPM 4/2021) SLA: sesuai Permen LHK 7/2021
2. UKL-UPL (terdapat dalam Pasal 40 ayat (4) PerBKPM 4/2021) SLA: 5 hari kerja
3. Sertifikat Standar untuk kegiatan risiko menengah tinggi (terdapat dalam Pasal 199 ayat (1) PP 5/2021, dan Pasal 41 ayat (9) & (11) PerBKPM 4/2021) SLA:
sesuai Lampiran I PP 5/2021, N/A berarti 10 hari kerja
4. Izin (terdapat dalam Pasal 204 PP 5/2021, dan Pasal 45 ayat (8) PerBKPM 4/2021) SLA: sesuai Lampiran I PP 5/2021, N/A berarti 10 hari kerja
5. Pembebasan bea masuk atas impor mesin/barang/bahan (terdapat dalam Pasal 74 ayat (14) PerBKPM No. 4/2021) SLA: 5 hari kerja
Namun K/L/D sesuai kewenangannya tidak memberikan notifikasi hasil verifikasi, dan/atau tidak menerbitkan persetujuan sampai terlampauinya SLA (jadwal waktu
NSPK), maka permohonan pemenuhan persyaratan tersebut diatas dianggap dikabulkan secara hukum dan ketentuan.
23. Alur Penerbitan Perizinan Berusaha
Risiko MT/T (dengan Fiktif Positif)
23
*Menteri/Kepala Lembaga, Kepala DPMPTSP Provinsi a.n. Gubernur, Kepala DPMPTSP Kab/Kota a.n.
Bupati/Walikota, Administrator KEK dan Kepala BP KBPBP, sesuai kewenangan.
Pelaku Usaha
Permohonan
Perizinan
Berusaha melalui
OSS
Notifikasi
Permohonan kepada
K/L/D, diikuti
Kelengkapan
Persyaratan
Notifikasi Perangkat
K/L/D
melalui OSS RBA
Sistem OSS menerbitkan Perizinan
Berusaha a.n. Pemerintah*
Disetujui
Kurang Lengkap
Ditolak
Sistem OSS menyampaikan permintaan
untuk melengkapi kekurangan
Sistem OSS menyampaikan penolakan
Verifikasi
Permohonan oleh
K/L/D
Sistem Otomatis
Menerbitkan
Perizinan Berusaha
durasi sudah
melewati SLA
K/L/D?
Sudah
Belum
24. Timeline Jangka Waktu Pemenuhan
Persyaratan PB Risiko MT/T (SS/Izin) bagi
Pelaku Usaha
24
Pelaku
Usaha
Waktu
Produksi/Komersial
(sesuai isian Data Usaha
oleh Pelaku Usaha di
dalam Sistem OSS
Berbasis Risiko)
Notifikasi2:
Bataspaling lambatuntuk
pemenuhan persyaratan
SS/Izin
90harikerja
JangkaWaktu PelakuUsaha
180hari kerja
Notifikasi1:
Reminder untuk
pemenuhan persyaratan
SS/Izin
Catatan:
JangkaWaktuPemenuhanPersyaratanSS/IzinbagiPelakuUsahaadalah“palinglambat 90harikerja sebelumwaktu produksi/komersialyangdiisi oleh PelakuUsaha
padasaat mengisi datakegiatanusahasebagaisyaratpenerbitanNIB".
Pengisian Data Usaha di Sistem OSS-
RBA, termasuk: perkiraan waktu
produksi/komersial
25. PP No.7 Tahun 2021 tentang Kemudahan,
Pelindungan, dan Pemberdayaan K-
UMKM
25
Kriteria UMKM berdasarkan Modal Usaha
Kriteria
Usaha
Sebelum
UU CK
Setelah
UU CK
Mikro ≤ Rp 50 Juta ≤ Rp 1 Miliar
Kecil Rp 50 < x ≤ 500 Juta Rp 1 < x ≤ 5 Miliar
Menengah Rp 500 Juta < x ≤ 10 Miliar Rp 5 < x ≤ 10 Miliar
Besar > Rp 10 Miliar > Rp 10 Miliar
Kemudahan dan Dukungan Pemerintah Pusat & Daerah bagi UMKM
Kemudahan
Legalitas
Kemudahan
Produksi dan
Pembiayaan
Kemudahan
Pemasaran
dan Pasca
Produksi
• Pendirian Perseroan Perseorangan bagi
UMK
• NIB sebagai Perizinan Tunggal bagi UMK
(Risiko Rendah: NIB sebagai identitas,
legalitas, SNI, Pernyataan Jaminan Halal)
• Pembinaan pemenuhan standar produk dan
sertifikat halal oleh Pemerintah
• Pembebasan biaya perizinan bagi UMK
• Kemudahan pembiayaan dan permodalan;
• Kemudahan penyediaan bahan baku dan
proses produksi;
• Peningkatan kualitas SDM UMK
• Alokasi 30% dari lahan komersial, tempat
perbelanjaan, maupun infrastruktur publik
bagi UMK
• Alokasi minimal 40% pengadaan barang/jasa
pemerintah untuk produk UMK.
*Untuk memperluas basis pembinaan dan pemberdayaan UMKM
Fokus BKPM dalam Peningkatan
Daya Saing K-UMKM:
Perizinan Berusaha dan Insentif bagi K-
UMKM
Kemitraan K-UMKM:
• Kewajiban Kemitraan bagi Usaha Besar
(Lampiran II Perpres 10/2021 s.t.d.t.d. 49/2021)
• Kemitraan dengan Usaha Besar yang memperoleh
insentif
26. Optimalisasi Kawasan Ekonomi:
KEK, KPBPB, KI
26
Izin langsung diterbitkan* untuk Kegiatan Usaha dengan Risiko Tinggi
yang berlokasi di Kawasan Ekonomi (Pasal 208 PP 5/2021)
*berlaku juga untuk PSN dan Perluasan.
Badan Usaha bisa
mengusulkan KEK dengan
syarat menguasai lahan
minimal 50%
Kegiatan sektor
Pendidikan dan
Kesehatan bisa
dilakukan di KEK
KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK)
Administrator
berwenang
mengeluarkan
perizinan sesuai
NSPK
Penambahan Fasilitas untuk
impor barang konsumsi di KEK
Non-Industri
Pemda wajib
mendukung KEK
KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
DAN PELABUHAN BEBAS (KPBPB)
19 KEK
TERSEBAR DI
INDONESIA
Kelembagaan
KPBPB
5 KPBPB
TERSEBAR DI
INDONESIA
KAWASAN
INDUSTRI (KI)
118* KI
TERSEBAR DI
INDONESIA
*data OSS
*PP 41/2021
*PP 40/2021
Badan Pengusahaan
berwenang mengeluarkan
perizinan sesuai NSPK
27. Fasilitas Perizinan Berusaha di KEK
(Kendal) melalui Sistem OSS Berbasis
Risiko
1.Tersedia rumah/dashboard tersendiri untuk masing2 19
Administrator KEK.
2.Untuk Kegiatan Usaha dengan risiko Tinggi yang dilaksanakan di
Kawasan Ekonomi termasuk di KEK :
• akan terbit Izin (belum terverifikasi) secara langsung yang dapat digunakan
untuk melakukan persiapan proyek termasuk pelaksanaan konstruksi,
• Pelaku Usaha secara paralel melakukan pemenuhan persyaratan agar
diterbitkan Izin (telah terverifikasi) untuk operasional/komersial usaha.
3.Persetujuan Lingkungan untuk Pelaku Usaha Sektor Perindustrian
yang beroperasi di dalam KEK yang telah memiliki AMDAL
Kawasan:
• risiko R/MR: cukup Pernyataan Mematuhi RKL-RPL Rinci
• risiko MT/T: cukup RKL-RPL Rinci yang disahkan oleh Badan Usaha KEK.
4.Persetujuan KKPR diterbitkan tanpa melalui Tahapan Penilaian
(pengecekan RTR dan Pertek).
27
28. Soft-Launching (4 Agustus 2021) dan Official-
Launching oleh Presiden RI (9 Agustus 2021)
Sistem OSS Berbasis Risiko
28
30. Telepon
169
Email
kontak@oss.go.id
Tatap Muka Virtual WhatsApp
Business
Terdapat 40 orang/hari
(pelaku usaha/badan
usaha) dan 20 orang/hari
(K/L/D) dapat melayani
1.080 orang/hari
Terdapat
27 orang/hari dapat
melayani ±900
panggilan/hari
Mulai aktif
20 September 2021
Terdapat
48 orang/hari
Waktu operasional Senin – Jumat pukul 08.00 – 16.00 WIB
(kecuali Virtual sampai 15.00 WIB)
Media
Sosial
Terdapat
5 orang/hari
Media Layanan Konsultasi OSS Berbasis Risiko
30
31. Percepatan Perda dan Perkada
Pelaksana UUCK
terkait P2B2R melalui Sistem
OSS Berbasis Risiko
32. Ketentuan PP 5/2021 dan PP 6/2021 –
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko di Daerah
32
1 NSPK Perizinan Berusaha Berbasis Risiko dalam OSS merupakan acuan tunggal bagi
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Pelaku Usaha. (Pasal 21 ayat (2) PP 5/2021)
2
Pemerintah Daerah wajib menggunakan sistem OSS dalam pelayanan Perizinan Berusaha. Sistem OSS
dibagi ke dalam 3 Subsistem, yaitu: 1) Subsistem Pelayanan Informasi;
2) Subsistem Perizinan Berusaha; 3) Subsistem Pengawasan. (Pasal 167 ayat (1) & (2) PP 5/2021)
OSS
4
Gubernur atau Bupati/Wali Kota mendelegasikan kewenangan Penyelenggaraan Perizinan Berusaha yang
menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota kepada Kepala DPMPTSP
Provinsi/Kabupaten/Kota. (Pasal 4 dan Pasal 5 PP 6/2021)
3
Pemerintah daerah dapat mengembangkan sistem internal sebagai pendukung dalam pelaksanaan Perizinan Berusaha
(OSS) seperti pemenuhan persyaratan atau pembayaran retribusi daerah sesuai dengan NSPK yang ditetapkan Pemerintah
Pusat. (Pasal 10 ayat (4) PP 6/2021)
5
• Kepala DPMPTSP Provinsi sebagai koordinator pengawasan terintegrasi untuk kewenangan Provinsi
• Kepala DPMPTSP Kab/kota sebagai koordinator pengawasan terintegrasi untuk kewenangan Kab/kota. (Pasal 34 ayat
(2) PP 6/2021)
33. Percepatan Penerbitan Perda dan
Perkada terkait P2B2R
33
Penyusunan/
Penyesuaian/
Pencabutan Perda
dan Perkada
(PP 6/2021)
• Berpedoman kepada
NSPK Pusat (Ps. 10 (4)).
• Berkoordinasi dengan
Kemendagri dan
melibatkan Ahli
dan/atau Kanwil
Kemenkumham (Ps
31 (1)).
• Dilarang bertentangan
dengan (Ps. 31 (2)):
a. Ketentuan PUU
yang lebih tinggi;
b. Asas Pembentukan
PUU yang Baik;
c. Asas Materi
muatan
Perundang-
Undangan;
• Perda mengenai Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah
(UU 28/2009 s.t.d.t.d. UUCK)
• Harga satuan retribusi*
(SHST, Ilo, HSpbg, layanan
lainnya) untuk penetapan
nilai Retribusi PBG (Ps. 261
PP 16/2021)
• Retribusi Izin: TPMB, Trayek
dan Usaha Perikanan
DPMPTSP (Ps. 4, 5, 7, dan 38)
• Perda Kelembagaan
• Perkada SOTK
• Perkada Pendelegasikan
Kewenangan dari Kepala
Daerah kepada Kepala
DPMPTSP
Peralihan Perizinan Berusaha di
Daerah (Ps. 39)
Perda Provinsi/Kab/Kota
Retribusi (Ps. 14 (2))
Rencana Tata Ruang
(Ps. 32)
• Perda RTRW
Provinsi/Kab/Kota untuk
penerbitan Persetujuan
KKPR
• Perkada RDTR Kab/Kota
untuk penerbitan
Konfirmasi KKPR
• Hingga saat ini, baru 40
RDTR digital dari target
2.000-an RDTR
*Catatan:
• SHST: Standar Harga Satuan Tertinggi, atau yang sebelum PP 26/2021 ini dikenal dengan HSBGN (Harga Satuan Bangunan Gedung Negara)
• Ilo: Indeks Lokalitas, yang merupakan persentase pengali terhadap SHST yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, dengan nilai paling tinggi 0,5%
• HSpbg: Harga satuan retribusi prasarana Bangunan Gedung
• Layanan lainnya: Pencetakan PBG ulang (karena hilang), Pencetakan SLF ulang (karena hilang), Pemeriksaan RTB