2. GAMBARAN
UMUM
• Batu uretra adalah kondisi di mana didapatkan batu di dalam
uretra.
• Umumnya berasal dari batu kandung kemih yang turun ke uretra.
• Sangat jarang batu uretra primer kecuali pada keadaan stasis
urin yang kronis dan infeksi seperti pada striktur uretra atau
divertikel uretra.
• Di negara Barat, insidensi < 2% dari keseluruhan kasus batu
saluran kemih
• Di negara-negara berkembang, insidensinya lebih tinggi karena
tingginya insidensi batu buli-buli.
• Komposisi batu uretra tidak berbeda dengan batu kandung
kemih.
3. GAMBARAN
UMUM
• Pada wanita sangat jarang rendahnya angka kejadian batu
buli-buli dan pendeknya uretra sehingga memungkinkan batu
untuk lewat secara spontan.
• Pasien anak biasanya memiliki etiologi khusus, misalnya
hipospadia, ekstrofia vesica, atau riwayat rekonstruksi leher buli-
buli, dan valvula uretra posterior.
4. GAMBARAN
UMUM
• Menurut asal terjadinya batu native atau batu migrant.
• Batu native terjadi secara de novo akibat abnormalitas yang
menyebabkan stasis urin dan infeksi, misalnya striktur uretra,
divertikel uretra, benda asing, infeksi schistosomiasis dan
penggunaan kulit yang berambut untuk uretroplasti.
• Batu uretra komponen struvit, kalsium fosfat, atau kalsium
karbonat.
• Batu pada uretra wanita adanya divertikel uretra atau
vesikokel.
• Pria batu migrant, yang berasal dari buli-buli atau traktus
urinarius bagian atas sehingga
komposisinya kalsium oksalat dan fosfat (sesuai penyebabnya).
5. GAMBARAN
UMUM
• Ukuran < 10 mm seharusnya dapat lewat secara spontan
• Batu dapat berhenti pada beberapa area, yaitu: uretra pars
prostatika, bulbus, uretra proksimal penis, fossa navicularis, dan
ostium uretra eksternum.
• Pada penelitian sejumlah 361 kasus,
• Englisch (1904) 41,3% batu uretra terdapat pada uretra
posterior
• Amin (1973) dari 86 kasus batu uretra, 63% kasus terdapat pada
uretra anterior.
• Pada kedua penelitian tersebut didapatkan bahwa sekitar 10% batu
terdapat pada fossa navicularis.
6.
7. PEMERIKSAAN KLINIS
• Keluhan : tidak bergejala, disuria, aliran mengecil atau retensi urin. Biasanya dijumpai adanya
hematuria terminalis.
• Gejala ini dapat diikuti retensi urin parsial ataupun total.
• Batu uretra native tidak menyebabkan gejala akut perkembangannya yang lambat.
Timbulnya benjolan yang semakin lama semakin besar dengan konsistensi yang keras pada
bagian ventral penis.
Wanita benjolan dirasakan di dinding anterior vagina, disertai adanya discharge uretra,
dyspareunia, gejala iritatif, dan hematuria.
8. PEMERIKSAAN KLINIS
• Batu migrant gejala akut mulai dari frekuensi, disuria, pancaran kencing
kecil atau terputus, buang air kecil tidak lampias hingga retensi urin.
• Biasanya didapatkan nyeri yang hebat.
Terhenti pada uretra posterior, nyeri akan dijalarkan ke perineum atau
rektum.
Pada uretra anterior, nyeri biasanya terasa pada lokasi impaksi.
9. PEMERIKSAAN
KLINIS
• Anamnesis yang teliti dan palpasi eksterna biasanya dapat
mendeteksi adanya batu pada uretra anterior, sedangkan pada
pada batu uretra posterior dapat teraba pada pemeriksaan colok
dubur.
10. PEMERIKSAAN
PENUNJANG DAN
ATAU KHUSUS
• Urinalisis eritrosituria, leukosituria, bakteriuria (nitrit) pH urin
dan kultur urin.
• Kultur urin pertumbuhan kuman pemecah urea. Mungkin
pula dijumpai kristal-kristal pembentuk batu.
• Pemeriksaan darah berupa hemoglobin, lekosit, ureum, dan
kreatinin. Kadar elektrolit dan faktor lain yang diduga sebagai
penyebab timbulnya batu saluran kemih (kalsium, oksalat, fosfat,
urat di dalam darah maupun urin).
11. PEMERIKSAAN
PENUNJANG DAN
ATAU KHUSUS
• Batu opak dapat terlihat pada foto pelvis atau pemeriksaan foto
polos abdomen.
• IVP tetap perlu kecurigaan adanya batu di saluran kencing
atas.
• Uretrografi retrograde sebelum dilakukan pemeriksaan
endoskopik mendapatkan lokasi anatomis yang pasti dan
adanya kelainan yang mungkin menjadi faktor penyebab batu.
12.
13.
14. PENATALAKSANAAN
• Tergantung pada ukuran, lokasi dan penyebab batu.
Bila lokasi batu pada:
• Uretra posterior push-back dengan jelly sebanyak 20 cc agar
batu masuk ke kandung kemih, dan diteruskan dengan
kateterisasi. Kemudian, terapi dilakukan seperti pada batu
kandung kemih.
• Uretra anterior lubrikasi anterior, atau push back, lalu diterapi
seperti batu kandung kemih, atau dapat pula dilakukan
uretrotomi terbuka
• Fossa navicularis/meatus eksterna uretrotomi
terbuka/meatotomi.
15. PENATALAKSANAAN
• Tujuan dari terapi menghilangkan obstruksi dan benda asing
tanpa merusak uretra dan jaringan periuretral.
• Koreksi terhadap kelainan anatomi yang mendasari seperti
striktur uretra dan divetikel uretra harus dilakukan untuk
mencegah rekurensi.