2. Jasa lingkungan merupakan manfaat baik
langsung maupun tidak langsung yang
diperoleh dari lingkungan alam di sekitar
kita
3. Dari lingkungan alam, kita dapat memperoleh
dua bentuk komoditas, yaitu:
(1) Berbentuk barang (goods) yang merupakan ekstraksi
dari alam, seperti kayu, rotan, berbagai jenis ikan dan
biota air lainnya serta barang tambang.
(2) Berbentuk jasa (services), yang disebut dengan jasa
lingkungan, yaitu sesuatu yang bukan berbentuk
material, merupakan keuntungan yang diperoleh dari
alam non ekstraksi, seperti tata air, konservasi tanah,
keindahan, kesejukan, dan lain-lain.
4. Jenis-jenis pemanfaatan jasa
lingkungan
a. pemanfaatan air;
b. wisata alam;
c. perlindungan keanekaragaman hayati;
d. penyelamatan dan perlindungan lingkungan
e. penyerapan dan/atau penyimpanan karbon.
5. Perizinan dilaksanakan dalam
ketentuan-ketentuan teknis
a. tidak mengurangi, mengubah, atau
menghilangkan fungsi utamanya;
b. tidak mengubah bentang alam;
c. tidak merusak keseimbangan unsur-unsur
lingkungannya.
6. UU No.5 Tahun 1990 pemanfaatan sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya dapat dilakukan
melalui kegiatan:
• pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan
pelestarian alam
• pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa
7. Jasa lingkungan (jasling) yang telah
teridentifikasi antara lain:
1. Jasling Wisata Alam
Jasa wisata alam berupa obyek daya tarik wisata baik alami maupun buatan yang
dapat dimanfaatkan sebagai atraksi wisata alam.
2. Jasling Karbon
Jasa karbon adalah kemampuan vegetasi untuk menyerap/menyimpan karbon
dalam rangka menurunkan pemanasan global akibat gas-gas rumah kaca.
3. Jasling Air
Jasa air adalah kemampuan suatu kawasan sebagai daerah tangkapan air bagi
kawasan di sekitarnya
4. Jasling Biodiversity
Jasa biodiversity adalah keanekaragaman hayati yang terkandung pada suatu
kawasan yang dapat dimanfaatkan.
5. Jasling Panas Bumi
Jasa panas bumi adalah potensi panas bumi yang terdapat pada suatu kawasan
yang dapat dimanfaatkan.
8. Sumberdaya potensial bagi ekosistem
laut Indonesia
Sumberdaya yang dapat pulih (renewble resources),
seperti perikanan tangkap, perikanan budidaya pantai
(tambak) dan marikultur, mangrove, terumbu karang,
padang lamun, dan rumput laut pada umumnya belum
dimanfaatkan secara optimal.
Sumberdaya yang tidak dapat pulih (urenewble
resources), seperti minyak dan gas bumi, dan mineral
lainnya serta jasa-jasa lingkungan (environmental
service), yang meliputi energi, kawasan rekreasi dan
pariwisata, masih banyak yang belum terjamah dan
dimanfaatkan secara optimal
9. PENERAPAN PRINSIP PENGELOLAAN
EKOWISATA DALAM PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
Pembangunan berkelanjutan adalah
pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat
ini, tanpa mengorbankan kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhannya
(WCED, 1987).
Tiga dimensi Pengelolaan Berkelanjutan :
1. Ekonomi
2. Ekologi
3. Sosial
10. berkelanjutan dalam konteks pengelolaan
pembangunan kelautan secara teknis didefinisikan
sebagai berikut:
• “Suatu upaya pemanfaatan sumberdaya alam dan
jasa-jasa lingkungan yang terdapat di dalam
kawasan pesisir dan lautan untuk kesejahteraan
manusia, terutama stakeholders, sedemikian rupa,
sehingga laju (tingkat) pemanfaatan sumberdaya
alam dan jasa-jasa lingkungan termaksud tidak
melebihi daya dukung (carrying capacity) kawasan
pesisir dan laut untuk menyediakannya”.
11. 5 persyaratan ekologis agar pembangunan suatu
wilayah (pesisir dan laut) baik pada tingkat
kabupaten/kota, propinsi, negara atau dunia,
berlangsung secara berkelanjutan :
12. Pertama adalah perlu adanya
keharmonisan ruang (spatial harmony)
untuk kehidupan manusia dan kegiatan
pembangunan yang dituangkan dalam
peta tata ruang
Suatu wilayah hendaknya dipilah menjadi 3 zona :
Preservasi : Konservasi : Pemanfaatan
(20 %) : (20 %) : (60 %)
13. A
B
C
D
E
Keterangan :
A = Hutan konservasi
B = Industri agro
C = Persawahan
D =Pemukiman
E =Kawasan
Pelabuhan &
Industri ramah
lingkungan
F = Tambak
G = Mangrove
H = Perikanan
tangkap
I = Pulau Wisata
F
G
H
I
TATA RUANG PESISIR DAN LAUT IDEAL
15. Kedua adalah bahwa tingkat/laju (rate)
pemanfaatan sumberdaya dapat pulih (seperti
sumberdaya terumbu karang, perikanan dan
mangrove) tidak boleh melebihi kemampuan pulih
(renewable capacity) dari sumberdaya tersebut
dalam kurun waktu tertentu.
Dalam terminologi pengelolaan sumberdaya
perikanan, kemampuan pulih termaksud lazim
disebut potensi lestari (Maximum Sustainable
Yield, MSY),
Kemampuan sumberdaya atau kawasan untuk
mentolerir pemanfaatan/gangguan adalah Daya
Dukung.
16. Ketiga, jika kita mengeksploitasi sumberdaya tidak dapat
pulih harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak
merusak lingkungan agar tidak mematikan kelayakan
usaha (viability) sektor pembangunan (ekonomi) lainnya.
Sebagian keuntungan (economic rent) dari usaha kegiatan
tsb (mis: pertambangan) tersebut hendaknya
diinvestasikan untuk:
• mengembangkan bahan (sumberdaya)
substitusinya dan kegiatan-kegiatan
ekonomi yang berkelanjutan
(sustainable economic activities)
perikanan, pertanian, industri
pengolahan produk perikanan dan
pertanian, pariwisata,
• industri rumah tangga (home
industries) berbasis sumberdaya
dapat pulih
17. Keempat, ketika kita membuang limbah ke lingkungan pesisir dan
lautan, maka :
Jenis limbah yang dibuang bukan yang bersifat B3 (Bahan
Berbahaya Beracun), tetapi jenis limbah yang dapat
diuraikan di alam (biodegradable) termasuk limbah
organik dan unsur hara.
Jumlah limbah non- B3 yang dibuang ke laut tidak boleh
melebihi kapasitas asimilasi lingkungan laut.
Semua limbah B3 tidak diperkenankan dibuang ke
lingkungan alam (termasuk pesisir dan lautan), tetapi
harus diolah di fasilitas Pengolahan Limbah B3.
18. Kelima, manakala kita memodifikasi bentang alam
pesisir dan lautan untuk membangun dermaga
(jetty), pemecah gelombang (breakwaters),
pelabuhan laut, hotel, anjungan minyak (oil rigs),
marina, dan infrastruktur lainnya, maka :
Harus menyesuaikan dengan karakteristik dan
dinamika alamiah lingkungan pesisir dan lautan,
seperti pola arus, pasang surut, sifat geologi dan
geomorfologi (sediment budget), serta sifat biologis
dan kimiawi,
merancang dan membangun
kawasan pesisir dan laut sesuai dengan kaidah-
kaidah alam (design and construction with
nature)