Makalah ini membahas tentang lingkup, peran, dan fungsi perawat gerontik. Lingkup keperawatan gerontik mencakup pencegahan ketidakmampuan, perawatan untuk memenuhi kebutuhan, dan pemulihan untuk mengatasi keterbatasan lansia. Peran perawat gerontik antara lain sebagai edukator, komunikator, konselor, manajer, advokat, dan motivator. Fungsi pelayanan keperawatan gerontik bersifat independen, dependen, dan
1. MAKALAH LINGKUP, PERAN DAN FUNGSI
PERAWAT GERONTIK
Disusun Oleh :
Awidiyah (200204005)
Ayu Andira (200204006)
Oswald Hutagalung (200204089)
Dosen Pengampu :
Ns. Siska Evi Simanjuntak,S.Kep., MNS
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KEPERAWATAN
TA 2023
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Tuhan yang maha kuasa karena telah memberikan kesempatan pada
kami untuk menyelesaikan makalah kami yang berjudul “LINGKUP, PERAN DAN FUNGSI
PERAWAT GERONTIK”. Dalam penyusunan makalah ini mungkin ada hambatan, namun
berkat bantuan serta dukungan dari teman-teman dan bimbingan dari dosen pengampu ibu
Ns. Siska Evi Simanjuntak,S.Kep.,MNS. sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
ini dengan baik dan benar.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan terimah kasih atas
dukungan yang diberikan pada kelompok kami, yaitu kelompok I di Keperawatan Gerontik.
Kami juga Menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.
Medan, Maret 2023
Kelompok I
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Tujuan .............................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................................................5
A. Fenomena Bidang Keperawatan Gerontik......................................................................5
B. Lingkup, Peran Dan Tanggung Jawab............................................................................6
C. Sifat Pelayanan Keperawatan Gerontik ..........................................................................7
D. Model Pemberian Pelayanan...........................................................................................7
E. Contoh Peran Dan Fungsi Perawat Lansia......................................................................8
BAB III PENUTUP .................................................................................................................10
A. Kesimpulan ...................................................................................................................10
B. Saran .............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
4. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia merupakan sebuah siklus hidup manusia yang hampir pasti dialami setiap
orang. Kenyataan saat ini setiap kali menyebut kata “Lansia” yang terbersit di benak kita
adalah seseorang yang tidak berdaya dan memiliki banyak keluhan kesehatan. Padahal
lansia sebenarnya dapat berdaya sebagai subyek dalam pembangunan kesehatan.
Pengalaman hidup, menempatkan lansia bukan hanya sebagai orang yang dituakan dan
dihormati di lingkungannya, tetapi juga dapat berperan sebagai agen perubahan (agent of
change) di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya dalam mewujudkan keluarga
sehat, dengan memanfaatkan pengalaman yang sudah dimiliki dan diperkaya dengan
pemberian pengetahuan kesehatan yang sesuai. Menurut Peraturan Presiden Nomo 88
Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan, yang dimaksud dengan Lanjut Usia
(lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Proses penuaan akan
berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik aspek sosial, ekonomi maupun aspek
kesehatan. Ditinjau dari aspek kesehatan, kelompok lansia akan mengalami penurunan
derajat kesehatan, baik secara alamiah maupun akibat penyakit sehingga diperlukan
pendekatan khusus bagi kelompok lansia dan upaya perbaikan kualitas kesehatan secara
berkelanjutan. Perbaikan kualitas kesehatan ini ditandai dengan tingkat kemudahan
penduduk dalam mengakses sarana dan prasarana kesehatan, peningkatan kualitas asupan
gizi, serta berkurangnya angka kesakitan (Kurtubi, 2022).
Menurut WHO lansia digolongkan menjadi 4 (empat) yaitu:
1. usia pertengahan (middle age = 45-59 tahun),
2. lanjut usia (elderly = usia 60-74 tahun),
3. lanjut usia tua (old = 75-90 tahun), dan
4. usia sangat tua (every old = diatas 90 tahun)
Keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia
yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan,
implementasi serta evaluasi. Lingkup Keperawatan Gerontik asuhan keperawatan
gerontik adalah pencegahan ketidakmampuan sebagai akibat proses penuaan, perawatan
untuk pemenuhan kebutuhan lansia dan pemulihan untuk mengatas keterbatasan lansia.
Sifat nya adalah independen (mandiri), interdependen (kolaborasi), humanistik dan
holistik (Lueckerotte,2000).
B. Tujuan
1. Mengetahui fenomena bidang keperawatan gerontik
2. Mengidentifikasikan dan memahami lingkup, peran dan tanggung jawab
3. Memahami sifat layanan keperawatn gerontik
4. Memahami model pemberian pelayanan perawatan profesional pada klien lansia
5. Memberikan contoh nyata peran dan fungsi perawat gerontik
5. BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Fenomena Bidang Keperawatan Gerontik
Fenomena Bidang Keperawatan Gerontik atau Keperawatan Lanjut Usia adalah
bidang keperawatan yang berkaitan dengan perawatan dan manajemen kesehatan pada
orang tua atau lanjut usia. Beberapa fenomena yang dapat ditemukan dalam bidang
keperawatan gerontik antara lain (Galambos 2019):
1. Penyakit kronis: Pada usia lanjut, orang cenderung mengalami penyakit kronis seperti
diabetes, hipertensi, arthritis, dan lain-lain. Keperawatan gerontik harus mampu
mengatasi dan memantau kondisi pasien dengan penyakit kronis.
2. Penurunan fungsi kognitif: Beberapa orang tua mengalami penurunan fungsi kognitif
seperti demensia dan Alzheimer. Perawat gerontik perlu memiliki kemampuan untuk
memahami dan mengelola pasien dengan gangguan kognitif.
3. Isolasi sosial: Orang tua cenderung mengalami isolasi sosial dan kesepian karena
kurangnya interaksi sosial. Perawat gerontik perlu mampu memberikan dukungan
emosional dan sosial bagi pasien.
4. Kehilangan fungsi fisik: Orang tua cenderung mengalami penurunan fungsi fisik
seperti kekuatan otot dan keseimbangan. Perawat gerontik perlu mampu
merencanakan dan melaksanakan program latihan fisik yang tepat untuk
mempertahankan dan meningkatkan fungsi fisik pasien.
5. Keterbatasan akses terhadap perawatan kesehatan: Beberapa orang tua mungkin
mengalami keterbatasan akses terhadap perawatan kesehatan karena lokasi geografis
atau masalah keuangan. Perawat gerontik perlu mampu mengatasi hambatan ini dan
memberikan perawatan yang terjangkau dan efektif.
6. Peningkatan Jumlah Populasi Lansia: Dengan semakin meningkatnya jumlah populasi
lansia, maka kebutuhan akan perawatan kesehatan bagi lansia juga semakin
meningkat.
7. Peningkatan Ketergantungan: Lansia seringkali mengalami penurunan kemampuan
fisik dan kognitif, sehingga memerlukan bantuan dan perawatan dari orang lain untuk
aktivitas sehari-hari. Perawatan kesehatan gerontik harus dapat memberikan
dukungan dan perawatan yang dibutuhkan untuk memaksimalkan kualitas hidup
lansia.
8. Aspek Psikososial: Lansia seringkali mengalami perubahan psikososial seperti
depresi, kesepian, dan isolasi sosial. Perawatan kesehatan gerontik harus
memperhatikan aspek psikososial dan memberikan dukungan yang sesuai untuk
mempertahankan kesejahteraan mental dan emosional lansia.
9. Perawatan Jangka Panjang: Perawatan kesehatan gerontik seringkali memerlukan
perawatan jangka panjang dan memerlukan kolaborasi antara berbagai jenis tenaga
kesehatan. Hal ini memerlukan koordinasi yang baik untuk memastikan perawatan
yang efektif dan efisien untuk lansia.
6. B. Lingkup, Peran Dan Tanggung Jawab
Lingkup keperawatan gerontik :
1. Pencegahan terhadap ketidak mampuan akibat proses penuaan
2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi akibat proses penuaan
Peran dan fungsi perawat gerontik :
1. Sebagai pendidik klien lansia (educator) : membantu klien dalam meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarganya. Bisa dalam bentuk penyuluhan
kesehatan, maupun diseminasi ilmu kepada klien
2. Sebagai komunikasi (comunicator) : komunikasi yang efektif & komunikasi
teurapetik kepada klien.
3. Sebagai pemberi bimbingan /konseling klien (conselor) : mengidentifikassi pola
perubahan interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Memberi bimbingan
konseling kepada klien, keluarga, masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai
prioritas
4. Manajer perawat : menejer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan,
manajemen waktu, membangun hubungan, komunikasi dan mengatasi perubahan.
Perawat menerapkan perubahan inovatif dalam pemberian asuhan keperawatan di
panti jompo dan setting perawatn jangka panjang lainnya.
5. Advokat : perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageismen yang sering
terjadi di masyarakat
6. Motivator : perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh
kesehatan optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya.
Menurut Wahjudi Nugroho (2000) mengemukakan bahwa terdapat delapan
tanggung jawab perawat gerontik atau orang lanjut usia, yaitu:
1. membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal,
2. membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya,
3. membantu klien lansia menerima kondisinya,
4. membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi
sampai dengan meninggal,
5. mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut
dengan jalan perawatan dan pencegahan,
6. membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup
klien usia lanjut,
7. menolong dan merawat klien usia lanjut yang menderita penyakit atau mengalami
gangguan tertentu (kronis maupun akut), dan
8. mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu
penyakit / gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa
perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)
7. C. Sifat Pelayanan Keperawatan Gerontik
1. Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri
dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti
pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan
aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan
kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi
dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal
ini biasanya silakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat
primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di
antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan
membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan
asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini
tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun
lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan bekerjasama dengan
perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.(Husada, 2019)
D. Model Pemberian Pelayanan
Profesionalisme , mengandung pengertian menjalankan suatu profesi untuk
meuntungan atau sebagai sumber penghidupan. Disamping istilah profesionalisme,
ada istilah profesi. Profesi sering di artikan dengan pekerjaan atau job sehari-hari.
Ciri Profesionalisme, Profesionalisme menghendaki sifat mengejar
kesempurnaan hasil (perfect result), sehingga Anda di tuntut untuk selalu mencari
peningkatan mutu. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja
yang hanya dapatdiperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan. Profesionalisme
menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak mudah puas atau putus asa
sampai hasil tercapai.
Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh
“keadaan terpaksa” atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan hidup.
Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan, sehingga
terjaga efektivitas kerja yang tinggi. Ciri di atas menunjukkan bahwa tidaklah mudah
menjadi seorang pelaksana profesi yang profesional, harus ada kriteria-kriteria
tertentu yang mendasarinya Ciri Profesionalisme.
8. Kompetensi Profesional Ada 4 Kompetensi Yang Harus Dimiliki Untuk Seorang
Profesional :
Kompetensi Spesialis Kemampuan yang diperlukan agar memiliki kompetensi
spesialis adalah sebagai berikut :
1. Memiliki keterampilan dan pengetahuan.
2. Mampu menggunakan perkakas dan peralatan dengan sempurna.
3. Mempunyai kemampuan mengorganisasikan.
4. Mampu menangani masalah atau problem solver.
Kemampuan yang diperlukan agar memiliki kompetensi metodik adalah sebagai
berikut :
1. Mampu mengumpulkan dan menganalisa informasi.
2. Memempunyai kemampuan mengevaluasi informasi.
3. Berorientasi tujuan kerja.
4. Bekerja secara sistematis Kompetensi Metodik
Kemampuan yang diperlukan agar memiliki kompetensi individu adalah sebagai
berikut :
1. Memiliki inisiatif
2. Menjadi pribadi yang dapat dipercay
3. Memiliki motivasi diri yang kuat
4. Kreatif
5. Kompetensi Individu
Kemampuan yang diperlukan agar memiliki kompetensi sosial adalah sebagai
berikut :
1. Mampu berkomunikasi dengan baik.
2. Memiliki kemampuan untuk bekerja kelompok
3. Mampu bekerjasama dengan orang lain.
E. Contoh Peran Dan Fungsi Perawat Lansia
1. Sebagai pendidik klien lansia (educator) : Mengedukasi dan melakukan penyuluhan
kepada lansia dan keluarga tentang menjaga hidup sehat dan pola makan diusia
lansia yang rentang terkena penyakit, membuat penyuluhan tentang penyakit-
penyakit apa saja yang terjadi pada lansia dan bagaimana cara mengetahui penyakit
tersebut.
2. Sebagai komunikasi (comunicator) : Berbicara dengan baik, lembut dan intonasi
yang disesuaikan dengan pendengaran lansia.
3. Sebagai pemberi bimbingan /konseling klien (conselor) : “lansia dan keluarganaya
yang bingung terhadap tindakan apa yang akan dipilih dalam menindaklanjuti
penyakit DM pada lansia tersebut, dan disitulah perawat memberikan arahan-arahan
kepad akeluarga dan lansia tersebut”.
4. Manajer perawat : “ perawat yang memiliki keahlian dalam kepemimpinan agar bisa
memanajemen waktu pada saat melukakan tindakn keperawatan, perawat
membangun hubungaan atau pendekatan dengan para lansia agar lansia tersebut bisa
nyaman saat bersama kita”
9. 5. Advokat : “perawat memberikan informasi tambahan bagi klien yang sedang
berusaha untuk memutuskan tindakan yang terbaik baginya dengan adanya hak-hak
klien”
6. Motivator : “perawat selalu memberikan dukungan dan semangat supaya lansia dapat
memperoleh kesehatan optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinyam
salam keadaan apapun”
10. BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwa lansia digolongkan menjadi 4
(empat) menurut WHO yaitu:
1. usia pertengahan (middle age = 45-59 tahun),
2. lanjut usia (elderly = usia 60-74 tahun),
3. lanjut usia tua (old = 75-90 tahun), dan
4. usia sangat tua (every old = diatas 90 tahun)
Dengan disimpulkannya keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari
tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status
fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi. Maka lingkup Keperawatan
Gerontik adalah pencegahan ketidakmampuan sebagai akibat proses penuaan, perawatan
untuk pemenuhan kebutuhan lansia dan pemulihan untuk mengatas keterbatasan lansia.
Sifat nya adalah independen (mandiri), interdependen (kolaborasi), humanistik dan
holistik (Lueckerotte,2000). Dan perawat yang harus memiliki kompetensi profesional
dalam setiap tindakannya.
B. Saran
Setelah kita mengetahui apa itu lansia, apa itu keperawatan gerontik maka kita sebagai
manusia jangan beranggapan bahwa lansia itu adalah orang tua yang bau tanah, dan juga
kita harus menghargai apa yang dilakukan oleh setiap lansia tersebut.
11. DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, SKM, M. (2022). Peran Perawat Sebagai Konselor. 25 Juli.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/464/peran-perawat-sebagai-
konselor#:~:text=Dari uraian di atas dapat,%2F masalah yang
dideritanya%2Fdihadapinya.
Husada, P. (2019). PERAN DAN FUNGSI PERAWAT PROFESIONAL. 9 Oktober.
http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/peran-dan-fungsi-perawat-profesional/
Kurtubi, D. A. (2022). LANJUT USIA (LANSIA) SEHAT INDONESIA KUAT. 21 Juni.
https://dinsos.riau.go.id/web/index.php?option=com_content&view=article&id=738:lanj
ut-usia-lansia-sehat-indonesia-kuat&catid=17:rpjmd&Itemid=117#:~:text=Menurut
Peraturan Presiden Nomo 88,sosial%2C ekonomi mau