SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Menelaah Kasus LP Cebongan
Dari perspektif Ekonomi dan Politik
(Syarief Aryfa’id)1
Misteri Sabtu 23 Maret 2013 dinihari di LP Cebongan- Sleman, Yogyakarta, yang awalnya
menimbulkan banyak spekulasi terkait siapa belasan orang bertopeng tersebut yang melakukan aksi
penyerangan penembakan terhadap empat tahanan titipan Polda DIY hingga tewas di tempat.
Empat orang itu antara lain bernama Hendrik Angel Sahetapi alias Deki (31), Yohanes Juan Manbait
(38), Gameliel Yermianto Rohi Riwu alias Adi (29), dan Adrianus Candra Galaja alias Dedi (33).
Keempatnya diduga pelaku penganiayaan hingga menewaskan anggota TNI AD, Sersan Satu
Santoso, di Hugo's Kafe, akhirnya terjawabnya sudah. Berbagai media, lokal, nasional bahkan
internasional telah dan masih terus mewartakan kasus tersebut, dan bahkan akhirnya kita dapatkan
kesimpulan sementara yang dibuat oleh TIM 9 TNI, bahwa yang menyerang adalah 11 orang anggota
KOPASUS Group 2. dalam kesimpulan tersebut juga menyebutkan klausul soal 4 korban adalah
"PREMAN". Berbagai reaksi-pun muncul kepermukaan, ada sebagian masyarakat yang mendukung
KOPASUS (yang direpresentasikan 11 anggota), dan ada juga kelompok yang menolak dan menutut
"cara-cara" 11 orang anggota KOPASUS tersebut. Dan bahkan ada fenomena menarik yang bisa
dilihat langsung di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu terpampangnya berbagai ukuran
spanduk yang berisikan tulisan yang mengkonfrontasikan dua stakeholders negara, yaitu
“mendukung KOPASUS” dan “BASMI PREMAN” terkait tragedi kemanusiaan tersebut.
Berdasarkan persoalan tersebut, penulis mencoba melakukan analisa dengan menggunaka dua
perspektif, yaitu ekonomi dan politik. Menurut penulis bahwa kedua perspektif tersebut sangat
penting dan relevan digunakan, agar masyarakat tidak hanya disuguhi informasi dari perspektif
hukum saja, yang kemudian berimbas pada “justifikasi isu” serta partsialisme dalam melakukan
kajian terhadap persoalan tersebut.
Penulis memulai dengan mengajukan dengan beberapa pertanyaan kritis. Pertama, bagaimana
prosedur dan mekanisme kebijakan pendirian dan atau pemberian ijin tempata usaha hiburan
malam di wilayah Yogyakarta?. Kedua, Bagaimana sistem pengamanan dan keamanan yang
diterapkan oleh pemerintahan daerah terkait pemberian ijin penyelenggaraan tempat hiburan
malam (night club) tersebut? Ketiga, Mengapa dan bagaimana bisa ada oknum TNI dan Polisi
ditempat night club?
Ketiga pertanyaan tersebut diatas, tidak saja berfungsi sebagai metodelogi dalam sebuah kajian,
akan tetapi, juga merepresentasikan “kegalauan” penulis tentang opini, wacana, berita dan
informasi yang beredar di masyarakat sejak peristiwa tersebut terjadi. Dimana menurut penulis, ada
banyak aspek yang belum terkuak (muncul) kepermukaan, sebagai suatu peristiwa yang saling
beririsan antara satu aspek dengan aspek yang lain dalam satu sistem tata kelola pemerintahan.
Bahkan sebagai akibat hanya menggunakan satu perspektif (hukum) dalam mengkaji dan membuat
kesimpulan atas kasus LP Cebongan tersebut, justru menimbulkan persoalan baru di masyarakat,
1
Penulis adalah, Direktur Lembaga Strategi Nasional (LSN), sebuah lembaga yang konsen pada bidang
advokasi dan inisiasi kebijakan, politik, ekonomi, sosial, dan pemberdayaan kemasyarakat. Mahasiswa S2 Ilmu
Politik Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
yaitu adalah gejala fragmentasi sosial dalam bentuk dukung-mendukung antara satu kelompok
dengan kelompok lain (baca spanduk dukungan terhadap TNI dan KOPASUS). Jika hal ini tidak segera
di selesaikan secara tuntas, maka bisa terjadi kasus ini akan menjadi instrument bagi regime tertentu
sebagai domain politik yang lebih luas spektrumnya untuk dua hal, pertama , jika regimenya buruk,
maka ia bekerja dalam ranah “meng-amputasi negara”, dan kedua, jika regime-nya baik, ia
menggunakan instrument ini untuk “melegitimasi” kekuatan dan kekuasaan.
Dua Perspektif untuk Menelaah Peritiwa LP Cebongan.
Pertama, Perspektif ekonomi. DIY yang telah mendekritkan diri sebagai Kota Pelajar, merupakan
salah satu daerah tujuan calon sarjana dari seluruh penjuru daerah di Indonesia untuk melanjutkan
studi di DIY. Kehadiran para calon pemimpin masa depan ini, secara linear telah memberikan
kontribusi positif dalam menggeliatkan perekonomian DIY untuk 5 wilayah kabupaten/kota. Geliat
ekonomi tersebut dapat dilihat dari berbagai aktifitas; bisnis rumah makan, bisnis kos-kos-an, bisnis
foto copy, bisnis rental komputer, bisnis percetakan, bisnis toko buku, bisnis, alat-lat elekronik;
komputer,laptop, bisnis jasa service elektronik dan lain sebagainya. Selain itu, Geliat ekonomi di
wilayah DIY, juga dapat dilihat dari aspek pengelolaan hotel dan tempat hiburan (malam), dimana
DIY, khususnya wilayah Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta, bisa dikatakan geliat bisnis hiburan
(malam) sangat potensial. Tentu kedua aspek geliat ekonomi tersebut di atas, menjadi peluang bagi
pemerintahan daerah di wilayah DIY, dalam mengelola perencanaan pembangunan daerah,
khususnya pada aspek Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kehadiran para calon pemimpin masa depan
ini (mahasiswa) tentu sangat berpengaruh dalam lanjunya berbagai model bisnis ekonomi di wilayah
DIY, sehingga menurut analisa penulis bahwa mahasiswa yang masuk ke wilayah DIY telah
memberikan kontribusi positif bagi “keberlangsungan dan pertumbuhan ekonomi di masing-masing
pemerintahan daerah kabupaten/kota di DIY.
Peristiwa penembakan di LP Cebongan tersebut, jika menggunakan pendekatan ekonomi-politik,
merupakan ekses dan atau small efect dari konstelasi geliat bisnis ekonomi yang melibatakan relasi
corporate, state (local governance) dengan masyarakat. Corporate dalam hal ini diwakili oleh
kelompok pebisnis hiburan malam (night club), state, yang wikili oleh pemerintahan daerah, dan
pihak kemanan. Khusus pada model bisnis tempat hiburan malam, pemerintah daerah, polisi dan
corporate tentu paham dan mengerti betul bagaimana kontribusi ekonomi terkait bisnis tersebut.
Relasi bisnis hiburan ini, tentu saja tidak hanya memberikan efect ekonomi semata, akan tetapi juga
memberikan “efect domino” terhadap model bisnis lanjutan, yaitu terkait “jasa keamanan atau jasa
pengaman” atau dengan katalain jasa security. Efect Domino inilah yang harus dikaji dan telah oleh
berbagai pihak dalam membedah kasus LP Cebongan tersebut, sehingga kasus tersebut, tidak
melahirkan kesimpulan yang partialisme (sempit), yang justru men-justifikasi salah satu pihak.
Menurut penulis, bahwa efect domino ini menjadi domain dan tanggungjawab negara
(pemerintahan daerah dan Polisi), dimana secara prosedur berdasarkan tugas pokok dan fungsi,
ketika pemerintahan daerah mengeluarkan kebijakan perijinan bisnis tempat hiburan malam (night
club), tentu tidak saja melakukan anasis ekonomi, akan tetapi harus dan “wajib melakukan analisis
dampak sosial, budaya dan keamanan. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa dibanyak tempat di
seluruh wilayah Indonesia, seperti halnya di DIY, bisnis hiburan malam (night club), juga
menggeliatkan bisnis lanjutan (efect domino) jasa pengamanan, baik jasa pengamanan yang secara
legal menggunakan alat-alat/perangkat negara, maupun menggunakan jasa lain diluar negara
( masyarakat dan corporate). Dari perspektif ini penulis kemudian berargumentasi bahwa kasus yang
terjadi, baik di Hugos Caffe, maupun di LP Cebongan merupakan ekses atau efect domino dari
menggeliatnya ekonomi dari aspek bisnis hiburan malam (night club).
Kedua, Telaah aspek Politik Kebijakan. Dalam dokumen APBD kabupaten Sleman Tahun (2010, 2011,
2012), penulis melihat bahwa sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) tertinggi berasal dari sektor
pajak dan retribusi Hotel dan tempat hiburan, bahkan laju pertumbuhan pembangunan bisnis hotel
dan tempat hiburan di wilayah DIY, khususnya kabupaten Sleman sangat signifikan. Artinya bahwa
secara power of authority , negara (pemerintahan daerah) tidak hanya memiliki kemampuan untuk
melahirkan kebijakan-kebijakan (memberi ijin bisnis hiburan malam), akan tetapi juga memiliki
kekuasaan dan kewenangan dalam mengatur dan menata relasi bisnis tersebut, sehingga tidak
menimbulkan resistensi dan konflik terbuka, khususnya yang berkaitan dengan bisnis jasa
pengamanan tempat hiburan. Saya kira disinilah peranan penting pemerintahan daerah, yang tidak
hanya memikirkan soal aspek politik Anggaran, akan tetapi impact dari kebijakan politik anggaran
tersebut, juga harus di pertanggungjawabkan. Penulis menilai kasus Hugos Caffe dan LP Cebongan
harus menjadi domain pemerintahan daerah (dalam hal ini pemerintahan kabupaten Sleman)
sebagai teritorial administrasi kekuasaan dan kewenangan politik. Sangat tidak wise (bijak) jika para
pengambil kebijakan di level local governance, hanya menyerahkan begitu saja tanggungjawab
penyelesaian kasus tersebut ke ranah hukum. Pertanyaan kemudian adalah, dimana peran dan
tanggungjawab pemerintah daerah terkait ekses atau efect domino dari relasi bisnis tersebut?
Bagaimana model pengaturan bisnis hiburan malam dan bisnis jasa pengamanan yang dilakukan
oleh pemerintahan daerah setempat?. Saya kira dua pertanyaan tersebut, tidak saja ingin
menggugah negara, akan tetapi untuk mendorong adanya kajian yang komprehensif terhadap kasus
yang terjadi, sehingga negara, khususnya pemerintahan daerah memiliki early warning system dalam
mengantisipasti ekses yang sama dikemudian hari.
.

More Related Content

Similar to Menelaah kasus lp cebongan

Tinjauan kriminologis tindak pidana penyalahgunaan narkotika zhorif
Tinjauan kriminologis tindak pidana penyalahgunaan narkotika zhorifTinjauan kriminologis tindak pidana penyalahgunaan narkotika zhorif
Tinjauan kriminologis tindak pidana penyalahgunaan narkotika zhorif
muammarzhorif
 
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansosProposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Andy Susanto
 
Teori Politik (pertemuan ke-4) (1).pptx
Teori Politik (pertemuan ke-4) (1).pptxTeori Politik (pertemuan ke-4) (1).pptx
Teori Politik (pertemuan ke-4) (1).pptx
diana238333
 

Similar to Menelaah kasus lp cebongan (20)

Pengidentifikasian Masalah Sosial
Pengidentifikasian Masalah SosialPengidentifikasian Masalah Sosial
Pengidentifikasian Masalah Sosial
 
Yuni nasrul latifi 14220019
Yuni nasrul latifi 14220019Yuni nasrul latifi 14220019
Yuni nasrul latifi 14220019
 
BISNIS DAN POLITIK
BISNIS DAN POLITIKBISNIS DAN POLITIK
BISNIS DAN POLITIK
 
Aplikasi komputer tgl 19 des 20156
Aplikasi komputer tgl 19 des 20156Aplikasi komputer tgl 19 des 20156
Aplikasi komputer tgl 19 des 20156
 
Musni Umar: Cinta Lahirkan Kepedulian Lingkungan di DKI Jakarta
Musni Umar:  Cinta Lahirkan Kepedulian Lingkungan di DKI JakartaMusni Umar:  Cinta Lahirkan Kepedulian Lingkungan di DKI Jakarta
Musni Umar: Cinta Lahirkan Kepedulian Lingkungan di DKI Jakarta
 
Tinjauan kriminologis tindak pidana penyalahgunaan narkotika zhorif
Tinjauan kriminologis tindak pidana penyalahgunaan narkotika zhorifTinjauan kriminologis tindak pidana penyalahgunaan narkotika zhorif
Tinjauan kriminologis tindak pidana penyalahgunaan narkotika zhorif
 
ACTIVISTPRENEUR.pptx
ACTIVISTPRENEUR.pptxACTIVISTPRENEUR.pptx
ACTIVISTPRENEUR.pptx
 
Materi Analisis sosial
Materi Analisis sosialMateri Analisis sosial
Materi Analisis sosial
 
Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)
Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)
Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)
 
Problematika penegakan hukum di indonesia
Problematika penegakan hukum di indonesiaProblematika penegakan hukum di indonesia
Problematika penegakan hukum di indonesia
 
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansosProposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
 
Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...
Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...
Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...
 
Teror penembakan anggota polri dan kondisi keamanan nasional (harian pelita 2...
Teror penembakan anggota polri dan kondisi keamanan nasional (harian pelita 2...Teror penembakan anggota polri dan kondisi keamanan nasional (harian pelita 2...
Teror penembakan anggota polri dan kondisi keamanan nasional (harian pelita 2...
 
Filsafat ilmu aturan dan hukum berperilaku
Filsafat ilmu aturan dan hukum berperilakuFilsafat ilmu aturan dan hukum berperilaku
Filsafat ilmu aturan dan hukum berperilaku
 
Sufriadi 2007 JURNAL INTERNASIONAL
Sufriadi 2007 JURNAL INTERNASIONALSufriadi 2007 JURNAL INTERNASIONAL
Sufriadi 2007 JURNAL INTERNASIONAL
 
Teori Politik (pertemuan ke-4) (1).pptx
Teori Politik (pertemuan ke-4) (1).pptxTeori Politik (pertemuan ke-4) (1).pptx
Teori Politik (pertemuan ke-4) (1).pptx
 
Penculikan Anak - Laporan Penelit-kelompok_3_XI_IPS_1.docx
 Penculikan Anak - Laporan Penelit-kelompok_3_XI_IPS_1.docx Penculikan Anak - Laporan Penelit-kelompok_3_XI_IPS_1.docx
Penculikan Anak - Laporan Penelit-kelompok_3_XI_IPS_1.docx
 
Tugas majalah eri
Tugas majalah eriTugas majalah eri
Tugas majalah eri
 
Aspek Risiko, Sosial, Hukum Politik dan Ekonomi
Aspek Risiko, Sosial, Hukum  Politik dan EkonomiAspek Risiko, Sosial, Hukum  Politik dan Ekonomi
Aspek Risiko, Sosial, Hukum Politik dan Ekonomi
 
Jejak Langkah Menciptakan Pengacara Rakyat
Jejak Langkah Menciptakan Pengacara RakyatJejak Langkah Menciptakan Pengacara Rakyat
Jejak Langkah Menciptakan Pengacara Rakyat
 

Menelaah kasus lp cebongan

  • 1. Menelaah Kasus LP Cebongan Dari perspektif Ekonomi dan Politik (Syarief Aryfa’id)1 Misteri Sabtu 23 Maret 2013 dinihari di LP Cebongan- Sleman, Yogyakarta, yang awalnya menimbulkan banyak spekulasi terkait siapa belasan orang bertopeng tersebut yang melakukan aksi penyerangan penembakan terhadap empat tahanan titipan Polda DIY hingga tewas di tempat. Empat orang itu antara lain bernama Hendrik Angel Sahetapi alias Deki (31), Yohanes Juan Manbait (38), Gameliel Yermianto Rohi Riwu alias Adi (29), dan Adrianus Candra Galaja alias Dedi (33). Keempatnya diduga pelaku penganiayaan hingga menewaskan anggota TNI AD, Sersan Satu Santoso, di Hugo's Kafe, akhirnya terjawabnya sudah. Berbagai media, lokal, nasional bahkan internasional telah dan masih terus mewartakan kasus tersebut, dan bahkan akhirnya kita dapatkan kesimpulan sementara yang dibuat oleh TIM 9 TNI, bahwa yang menyerang adalah 11 orang anggota KOPASUS Group 2. dalam kesimpulan tersebut juga menyebutkan klausul soal 4 korban adalah "PREMAN". Berbagai reaksi-pun muncul kepermukaan, ada sebagian masyarakat yang mendukung KOPASUS (yang direpresentasikan 11 anggota), dan ada juga kelompok yang menolak dan menutut "cara-cara" 11 orang anggota KOPASUS tersebut. Dan bahkan ada fenomena menarik yang bisa dilihat langsung di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu terpampangnya berbagai ukuran spanduk yang berisikan tulisan yang mengkonfrontasikan dua stakeholders negara, yaitu “mendukung KOPASUS” dan “BASMI PREMAN” terkait tragedi kemanusiaan tersebut. Berdasarkan persoalan tersebut, penulis mencoba melakukan analisa dengan menggunaka dua perspektif, yaitu ekonomi dan politik. Menurut penulis bahwa kedua perspektif tersebut sangat penting dan relevan digunakan, agar masyarakat tidak hanya disuguhi informasi dari perspektif hukum saja, yang kemudian berimbas pada “justifikasi isu” serta partsialisme dalam melakukan kajian terhadap persoalan tersebut. Penulis memulai dengan mengajukan dengan beberapa pertanyaan kritis. Pertama, bagaimana prosedur dan mekanisme kebijakan pendirian dan atau pemberian ijin tempata usaha hiburan malam di wilayah Yogyakarta?. Kedua, Bagaimana sistem pengamanan dan keamanan yang diterapkan oleh pemerintahan daerah terkait pemberian ijin penyelenggaraan tempat hiburan malam (night club) tersebut? Ketiga, Mengapa dan bagaimana bisa ada oknum TNI dan Polisi ditempat night club? Ketiga pertanyaan tersebut diatas, tidak saja berfungsi sebagai metodelogi dalam sebuah kajian, akan tetapi, juga merepresentasikan “kegalauan” penulis tentang opini, wacana, berita dan informasi yang beredar di masyarakat sejak peristiwa tersebut terjadi. Dimana menurut penulis, ada banyak aspek yang belum terkuak (muncul) kepermukaan, sebagai suatu peristiwa yang saling beririsan antara satu aspek dengan aspek yang lain dalam satu sistem tata kelola pemerintahan. Bahkan sebagai akibat hanya menggunakan satu perspektif (hukum) dalam mengkaji dan membuat kesimpulan atas kasus LP Cebongan tersebut, justru menimbulkan persoalan baru di masyarakat, 1 Penulis adalah, Direktur Lembaga Strategi Nasional (LSN), sebuah lembaga yang konsen pada bidang advokasi dan inisiasi kebijakan, politik, ekonomi, sosial, dan pemberdayaan kemasyarakat. Mahasiswa S2 Ilmu Politik Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
  • 2. yaitu adalah gejala fragmentasi sosial dalam bentuk dukung-mendukung antara satu kelompok dengan kelompok lain (baca spanduk dukungan terhadap TNI dan KOPASUS). Jika hal ini tidak segera di selesaikan secara tuntas, maka bisa terjadi kasus ini akan menjadi instrument bagi regime tertentu sebagai domain politik yang lebih luas spektrumnya untuk dua hal, pertama , jika regimenya buruk, maka ia bekerja dalam ranah “meng-amputasi negara”, dan kedua, jika regime-nya baik, ia menggunakan instrument ini untuk “melegitimasi” kekuatan dan kekuasaan. Dua Perspektif untuk Menelaah Peritiwa LP Cebongan. Pertama, Perspektif ekonomi. DIY yang telah mendekritkan diri sebagai Kota Pelajar, merupakan salah satu daerah tujuan calon sarjana dari seluruh penjuru daerah di Indonesia untuk melanjutkan studi di DIY. Kehadiran para calon pemimpin masa depan ini, secara linear telah memberikan kontribusi positif dalam menggeliatkan perekonomian DIY untuk 5 wilayah kabupaten/kota. Geliat ekonomi tersebut dapat dilihat dari berbagai aktifitas; bisnis rumah makan, bisnis kos-kos-an, bisnis foto copy, bisnis rental komputer, bisnis percetakan, bisnis toko buku, bisnis, alat-lat elekronik; komputer,laptop, bisnis jasa service elektronik dan lain sebagainya. Selain itu, Geliat ekonomi di wilayah DIY, juga dapat dilihat dari aspek pengelolaan hotel dan tempat hiburan (malam), dimana DIY, khususnya wilayah Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta, bisa dikatakan geliat bisnis hiburan (malam) sangat potensial. Tentu kedua aspek geliat ekonomi tersebut di atas, menjadi peluang bagi pemerintahan daerah di wilayah DIY, dalam mengelola perencanaan pembangunan daerah, khususnya pada aspek Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kehadiran para calon pemimpin masa depan ini (mahasiswa) tentu sangat berpengaruh dalam lanjunya berbagai model bisnis ekonomi di wilayah DIY, sehingga menurut analisa penulis bahwa mahasiswa yang masuk ke wilayah DIY telah memberikan kontribusi positif bagi “keberlangsungan dan pertumbuhan ekonomi di masing-masing pemerintahan daerah kabupaten/kota di DIY. Peristiwa penembakan di LP Cebongan tersebut, jika menggunakan pendekatan ekonomi-politik, merupakan ekses dan atau small efect dari konstelasi geliat bisnis ekonomi yang melibatakan relasi corporate, state (local governance) dengan masyarakat. Corporate dalam hal ini diwakili oleh kelompok pebisnis hiburan malam (night club), state, yang wikili oleh pemerintahan daerah, dan pihak kemanan. Khusus pada model bisnis tempat hiburan malam, pemerintah daerah, polisi dan corporate tentu paham dan mengerti betul bagaimana kontribusi ekonomi terkait bisnis tersebut. Relasi bisnis hiburan ini, tentu saja tidak hanya memberikan efect ekonomi semata, akan tetapi juga memberikan “efect domino” terhadap model bisnis lanjutan, yaitu terkait “jasa keamanan atau jasa pengaman” atau dengan katalain jasa security. Efect Domino inilah yang harus dikaji dan telah oleh berbagai pihak dalam membedah kasus LP Cebongan tersebut, sehingga kasus tersebut, tidak melahirkan kesimpulan yang partialisme (sempit), yang justru men-justifikasi salah satu pihak. Menurut penulis, bahwa efect domino ini menjadi domain dan tanggungjawab negara (pemerintahan daerah dan Polisi), dimana secara prosedur berdasarkan tugas pokok dan fungsi, ketika pemerintahan daerah mengeluarkan kebijakan perijinan bisnis tempat hiburan malam (night club), tentu tidak saja melakukan anasis ekonomi, akan tetapi harus dan “wajib melakukan analisis dampak sosial, budaya dan keamanan. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa dibanyak tempat di seluruh wilayah Indonesia, seperti halnya di DIY, bisnis hiburan malam (night club), juga menggeliatkan bisnis lanjutan (efect domino) jasa pengamanan, baik jasa pengamanan yang secara legal menggunakan alat-alat/perangkat negara, maupun menggunakan jasa lain diluar negara ( masyarakat dan corporate). Dari perspektif ini penulis kemudian berargumentasi bahwa kasus yang
  • 3. terjadi, baik di Hugos Caffe, maupun di LP Cebongan merupakan ekses atau efect domino dari menggeliatnya ekonomi dari aspek bisnis hiburan malam (night club). Kedua, Telaah aspek Politik Kebijakan. Dalam dokumen APBD kabupaten Sleman Tahun (2010, 2011, 2012), penulis melihat bahwa sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) tertinggi berasal dari sektor pajak dan retribusi Hotel dan tempat hiburan, bahkan laju pertumbuhan pembangunan bisnis hotel dan tempat hiburan di wilayah DIY, khususnya kabupaten Sleman sangat signifikan. Artinya bahwa secara power of authority , negara (pemerintahan daerah) tidak hanya memiliki kemampuan untuk melahirkan kebijakan-kebijakan (memberi ijin bisnis hiburan malam), akan tetapi juga memiliki kekuasaan dan kewenangan dalam mengatur dan menata relasi bisnis tersebut, sehingga tidak menimbulkan resistensi dan konflik terbuka, khususnya yang berkaitan dengan bisnis jasa pengamanan tempat hiburan. Saya kira disinilah peranan penting pemerintahan daerah, yang tidak hanya memikirkan soal aspek politik Anggaran, akan tetapi impact dari kebijakan politik anggaran tersebut, juga harus di pertanggungjawabkan. Penulis menilai kasus Hugos Caffe dan LP Cebongan harus menjadi domain pemerintahan daerah (dalam hal ini pemerintahan kabupaten Sleman) sebagai teritorial administrasi kekuasaan dan kewenangan politik. Sangat tidak wise (bijak) jika para pengambil kebijakan di level local governance, hanya menyerahkan begitu saja tanggungjawab penyelesaian kasus tersebut ke ranah hukum. Pertanyaan kemudian adalah, dimana peran dan tanggungjawab pemerintah daerah terkait ekses atau efect domino dari relasi bisnis tersebut? Bagaimana model pengaturan bisnis hiburan malam dan bisnis jasa pengamanan yang dilakukan oleh pemerintahan daerah setempat?. Saya kira dua pertanyaan tersebut, tidak saja ingin menggugah negara, akan tetapi untuk mendorong adanya kajian yang komprehensif terhadap kasus yang terjadi, sehingga negara, khususnya pemerintahan daerah memiliki early warning system dalam mengantisipasti ekses yang sama dikemudian hari. .