Dokumen ini membahas tentang pendekatan strategis pengelolaan kimia secara internasional dan nasional. Secara internasional, pada tahun 2000 diselenggarakan pertemuan SAICM di Brazil yang menetapkan prioritas pengelolaan kimia dan dukungan untuk konvensi Stockholm 2006. Sedangkan secara nasional, pemerintah Indonesia membentuk tim teknis lintas sektor untuk pengelolaan bahan kimia sejak 1997 yang meliputi berbagai kegiatan seperti pendidikan dan pel
1. Benda Dengan Segenap Makna Fisik
Dan Kimiawi
Fajar Hidayat (41614010065)
Ardio Sanjaya (41614010071)
2. Dalam menelaah segala ciptaan (entity) di Bumi dan sekitar
ini perlu di pahami bahwa segenap pengada, baik yang ragawi
(benda) maupun insani (makhluk hidup) pada dasarnya sekaligus
memperlihatkan sifat fisik dan kimiawi. Misalnya O2 (oksigen)
dan CO2 (karbondioksida) keduanya dikenal sebagai bahan
kimia, tetapi keberadaannya sebagai gas, baik gas oksigen
maupun gas karbondioksida merupakan benda secara fisik.
Contoh lain adalah H2O, yang dikenal sebagai benda dengan
rumus kimiawi,tetapi keberadaannya di Alam sebagai air. Proses
yang dialami oleh air pun dapat bersifat fisik, misalnya kalau gula
yang manis dilarutkan dalam air, rasa yang manis dengan
tambahan air berubah fisiknya menjadi kurang atau tidak manis.
Secara kimiawi, air juga terlibat dalam proses kimia, seperti
halnya dalam fotosintesis, dimana CO2 + H2O menjadi C6H12O6
(karbohidrat) dan O2 (oksigen).
3. Demikian pula halnya dengan berbagai bahan atau benda
lain, misalnya batu bara, yang terdiri atas unsur C, H, N, S dan O
dalm berbagai perbandingan, mulai benda yang disebut selulosa
dengan kadar C ± 45%, sampai antrasit (batu bara tua) dengan
kadar C ± 95%. Hasil pembakaran batu bara (dengan O2)
memang berbeda-beda terutama dari kandungan C-nya, makin
tinggi kandungan C-nya makin panas hasil pembakarannya.
Kandungan bahan yang lain seperti H, N dan S juga ikut
terbakar, tetapi tidak cukup nyata pengaruh panas yang
dihasilkan.
Dalam tubuh makhluk hidup, termasuk manusia
perwujudannya memang fisik sebagai pengada insani lain, tetapi
dalam kehidupannya segala proses yang terjadi juga bersifat fisik
maupun kimia, karena dalam metabolisme disebut proses kimia-
fisika (physicochemistry).
4. A. Pendekatan strategik pengelolaan kimia
Di Dahia, Brazil pada tahun 2000 telah diselenggarakan pertemuan yang
disebut Forum (ke-III) dari SAICM, Strategic Approach to International Chemical
Management. Dalam pertemuan tersebut telah disepakati Deklarasi Dahia yang
berkaitan dengan perioritas sebagai berikut:
• Kendala-kendala dan keamanan kimia;
• Keamanan permukiman dan kesehatan;
• Pengumpulan data tentang kecelakaan (kimia);
• Pengelolaan risiko dan pengendalian penggunaan pestisida yang beracun;
• Pengembangan kapasitas kelembagaan; dan
• Tindak lanjut SAICM di setiap negara.
Pertemuan ini dihadiri oleh 122 wakil negara, 11 lembaga antarnegara
seperti WHO, ILO, UNEP, FAO, UNDP, UNESCO, dan sebagainya. Dalam
mengembangkan kerja sama international tentang penyelamatan bahan kimia,
diharapkan agar World Customs Organization (WCO) ikut mengatur dan
mengawasi peredaraan/lalu-lintas bahan kimia antarnegara. Disepakati bahwa
dana yang ada pada Global Environmental Safety (GEF) dapat diluncurkan
untuk melaksanakan konversi Stockholm pada tahun 2006.
5. B. Tim koordinasi pengolahan bahan kimia secara strategik
Sebagai tindak lanjut komitmen pemerintah Indonesia sejak
tahun 1997 telah dibentuk Tim Teknis Pengolahan Bahan Kimia
Terpadu yang terdiri atas wakil lintas sektor dengan Kementrrian
Lingkungan Hidup sebagai leading sektor dengan dibantu oleh
Badan POM ( Badan Pengawas Obat dan Makan). Sektor yang
terkait di dalam tim tersebut adalah komisi pestisida, kerjasama
BATAN-Depkes, Badan kesehatan dan keselamatan kerja, komisi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau AMDAL (baca:komisi
kelakyakan pembangunan ), forum koordinasi manajemen kimia
terpadu, dan berbagai badan lain yang dalam pembentukan seperti
pusat pengendalian keracuna/pusat informasi keracunan. Berbagai
kegiatan penunjang perlu dikembangkan seperti pendidikan,mulai
sekolah dasar, menengah sampai perguruan tinggi, pelatihan,
pertemuan antar sektor, dan lain-lain.
6. Profil nasional tentang infrastruktur pengelolaan bahan kimia di
Indonesia jika menyangkut produksi, impor-ekspor serta penggunaan bahan
kimia. Di samping itu juga disertai perencanaan dan pengawasan
pengelolaan limbah bahan kimia dari berbagai sumber, industri, hotel,
rumah makan, dan sebagainya. Dalam menelaah segala ciptaan (entity) di
Bumi dan sekitar ini perlu di pahami bahwa segenap pengada, baik yang
ragawi (benda) maupun insani (makhluk hidup) pada dasarnya sekaligus
memperlihatkan sifat fisik dan kimiawi. Misalnya O2 (oksigen) dan CO2
(karbondioksida) keduanya dikenal sebagai bahan kimia, tetapi
keberadaannya sebagai gas, baik gas oksigen maupun gas karbondioksida
merupakan benda secara fisik. Contoh lain adalah H2O, yang dikenal
sebagai benda dengan rumus kimiawi,tetapi keberadaannya di Alam
sebagai air. Proses yang dialami oleh air pun dapat bersifat fisik, misalnya
kalau gula yang manis dilarutkan dalam air, rasa yang manis dengan
tambahan air berubah fisiknya menjadi kurang atau tidak manis. Secara
kimiawi, air juga terlibat dalam proses kimia, seperti halnya dalam
fotosintesis, dimana CO2 + H2O menjadi C6H12O6 (karbohidrat) dan O2
(oksigen).
Demikian pula halnya dengan berbagai bahan atau benda lain,
misalnya batu bara, yang terdiri atas unsur C, H, N, S dan O dalm berbagai
perbandingan, mulai benda yang disebut selulosa dengan kadar C ± 45%,
sampai antrasit (batu bara tua) dengan kadar C ± 95%. Hasil pembakaran
batu bara (dengan O2) memang berbeda-beda terutama dari kandungan C-
nya, makin tinggi kandungan C-nya makin panas hasil pembakarannya.
7. Kandungan bahan yang lain seperti H, N dan S juga ikut terbakar, tetapi tidak
cukup nyata pengaruh panas yang dihasilkan.
Dalam tubuh makhluk hidup, termasuk manusia perwujudannya memang fisik
sebagai pengada insani lain, tetapi dalam kehidupannya segala proses yang terjadi
juga bersifat fisik maupun kimia, karena dalam metabolisme disebut proses kimia-
fisika (physicochemistry).
A. Pendekatan strategik pengelolaan kimia
Di Dahia, Brazil pada tahun 2000 telah diselenggarakan pertemuan yang
disebut Forum (ke-III) dari SAICM, Strategic Approach to International Chemical
Management. Dalam pertemuan tersebut telah disepakati Deklarasi Dahia yang
berkaitan dengan perioritas sebagai berikut:
• Kendala-kendala dan keamanan kimia;
• Keamanan permukiman dan kesehatan;
• Pengumpulan data tentang kecelakaan (kimia);
• Pengelolaan risiko dan pengendalian penggunaan pestisida yang beracun;
• Pengembangan kapasitas kelembagaan; dan
• Tindak lanjut SAICM di setiap negara.
Pertemuan ini dihadiri oleh 122 wakil negara, 11 lembaga antarnegara seperti
WHO, ILO, UNEP, FAO, UNDP, UNESCO, dan sebagainya. Dalam mengembangkan
kerja sama international tentang penyelamatan bahan kimia, diharapkan agar World
Customs Organization (WCO) ikut mengatur dan mengawasi peredaraan/lalu-lintas
bahan kimia antarnegara. Disepakati bahwa dana yang ada pada Global
Environmental Safety (GEF) dapat diluncurkan untuk melaksanakan konversi
Stockholm pada tahun 2006.
8. B. Tim koordinasi pengolahan bahan kimia secara strategik
Sebagai tindak lanjut komitmen pemerintah Indonesia sejak
tahun 1997 telah dibentuk Tim Teknis Pengolahan Bahan Kimia
Terpadu yang terdiri atas wakil lintas sektor dengan Kementrrian
Lingkungan Hidup sebagai leading sektor dengan dibantu oleh
Badan POM ( Badan Pengawas Obat dan Makan). Sektor yang
terkait di dalam tim tersebut adalah komisi pestisida, kerjasama
BATAN-Depkes, Badan kesehatan dan keselamatan kerja, komisi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau AMDAL (baca:komisi
kelakyakan pembangunan ), forum koordinasi manajemen kimia
terpadu, dan berbagai badan lain yang dalam pembentukan seperti
pusat pengendalian keracuna/pusat informasi keracunan. Berbagai
kegiatan penunjang perlu dikembangkan seperti pendidikan,mulai
sekolah dasar, menengah sampai perguruan tinggi, pelatihan,
pertemuan antar sektor, dan lain-lain.
Profil nasional tentang infrastruktur pengelolaan bahan kimia
di Indonesia jika menyangkut produksi, impor-ekspor serta
penggunaan bahan kimia. Di samping itu juga disertai perencanaan
dan pengawasan pengelolaan limbah bahan kimia dari berbagai
sumber, industri, hotel, rumah makan, dan sebagainya.