Teks tersebut membahas tentang arsitektur rizoma yang menyediakan elemen kejutan dan ketidakterdugaan untuk menciptakan ruang kreativitas tanpa batas. Komunitas merupakan simpul pada sistem rizoma yang tumbuh secara organik ketika terjadi kegagalan perencanaan."
1. ARSITEKTUR RIZOMA
Rizoma adalah struktur yang menyediakan
elemen kekagetan dan ketakterdugaan. Elemen-
elemen tersebut menghidupkan sifat regeneratif,
menyediakan ruang-ruang bagi proses kreatif.
Komunitas adalah simpul pada Rizoma.Demikian,
komunitas yang tumbuh secara organik pada
saat momen kegagalan pembangunan monolitis
terencana.
ESAI
INDONESIA
Arsitektur Komunitas, Akar
Rumput, Kolektivitas
oleh Andrea Fitrianto
2. 42
edisi #9: Komunitas
Di bawah permukaan. Rebung
tumbuh dari indung, indung tumbuh
dari nenek, nenek tumbuh dari
buyut, dan seterusnya. Demikian akar
rizoma berkembang jalin-menjalin
membentuk labirin di bawah tanah,
berlika-liku seperti novel Kafka; jalinan
yang tidak memiliki awal maupun
akhir, tidak ada pusat ataupun tepi,
tidak ada pintasan Ariadne, juga tidak
ada Minotaur. Dengan demikian tak
ada singularitas, tanpa hirarki, non-
otoriter secara elementer maupun
sebagai kolektif. Labirin yang ideal
seperti Tlön dalam cerita pendek
Jorge Luis Borges.
Awal musim hujan. Tunas menyeruak,
membuncah pecah tanah. Rebung
bambu tumbuh tegak penuh percaya
diri.Seruas rizoma lahir dari indungnya,
batang bambu yang sudah mencapai
ketinggian dan sudah berdaun penuh.
Pada dedaunan sari pati diolah
dengan sinar matahari, fotosintesis,
di dalam mesin-mesin yang otonom,
automata, sehingga sari pati menjadi
nutrisi bagi pertumbuhan. Pada irisan
rebung jumlah keseluruhan ruas
bambu terekam sebagai kode untuk
pertumbuhan yang teleskopis; hampir
satu meter dalam 24-jam, tinggi
menjulang dalam hitungan empat
bulan.
”Seruas rizoma tanpa henti
menciptakan hubungan di antara
rantai semiotik, organisasi kuasa, dan
keadaan sekitar terkait seni, sains, dan
perjuangan sosial.”
–Gilles Deleuze & Felix Guattari,
A Thousand Plateaus, 1987. Hal. 7
“Pohon adalah ilial, namun rizoma adalah aliansi unik. Pohon
menyertakan kata kerja ‘menjadi,’ namun jalinan rizoma adalah
konjungsi,‘dan…dan…dan.’ Konjungsi ini mengandung cukup daya
untuk mengguncang dan mencabut akar kata kerja ‘menjadi’…”
–Deleuze & Guattari, ibid, hal. 25
3. 43
ruang | kreativitas tanpa batas
Baik atau buruk hanyalah hasil
dari seleksi aktif dan sesaat, maka
kesempatan harus terus diperbaharui,
dan dengan demikian tak ada tempat
bagi dualisme Manichaean [1] yang
hitam-putih.
Metaisika rizoma adalah tataran yang
imanen,membedakannya dengan yang
transenden. Pada tataran tersebut
berlaku sebuah proses yang disebut
misapropriasi, yang digambarkan
seperti pencurian tanpa akuisisi.
Tidak seperti prosesi pencurian
konvensional yang melibatkan akuisisi,
perpindahan kepemilikan untuk
meningkatkan akumulasi kapital,
proses misapropriasi menjelaskan
suatu proses ekstraksi yang sementara
dari sebuah konteks ke konteks
lainnya, dari milieu ke milieu. Demikian
dinamika internal menciptakan
kapasitas baru untuk menghasilkan.
Inilah proses kreatif rizomatis, seperti
ribuan bengkel kerja, ribuan dataran
tinggi, ribuan plato.
Rizoma adalah struktur lorong prosesi
yanglebihbanyakmemilikipintasandan
putar-balikan daripada jalur yang lurus
dan langsung. Ia adalah sistem lorong
yang menyediakan ceruk-ceruk bagi
tabir-tabir, bagi ruang kontingensi, bagi
pertemuan-pertemuan tak-terduga.
Koneksi dan heterogenitas adalah
prinsip. Ia adalah ruang multiplisitas
yang melipat-ganda, mencerap stimuli,
merespon tantangan, di tengah
susutnya kausalitas.
Tanpa desain sistem terbuka atau
mutasi, evolusi tidak akan berlangsung.
Tanpa pertemuan tak-terduga,kejutan,
surprise, atau kekagetan, maka tidak
akan ada peluang untuk regenerasi.
Dengan demikian elemen kekagetan
menjadi krusial dalam menjaga inersia
sistem untuk terus menyediakan
potensi penuhnya; ruang-ruang
bagi proses kreatif. Tetapi, dia juga
lantas menghadirkan paradoks dan
situasi ambigu; dia bisa menghasilkan
kesepahaman, juga ketidaksepahaman.
Now you see, now you don’t. Stereogram hutan bambu di Nankin, Cina.
(Sumber: James Ricalton, 1990)
4. 44
edisi #9: Komunitas
milieu lain; prinsip dekalkomania [2].
Proses ini melibatkan transgresi antar
teritorial, dalam melintasi batas-
batas konvensional. Maka proses
deteritorialisasi dan reteritorialisasi
menggerakkan arus material, sosial,
dan mikropolitis secara terus-
menerus, konstan; sebuah lux.
Seperti pengalaman imajiner saat
membaca biograi seorang pengelana
muka bumi, sebagaimana alur pikiran
orang nomaden; nomadologi.
Arus perpindahan menemukan
relevansi pada geograi dan
demograi.Tercatat lebih dari separuh
penghuni bumi termasuk dalam
kategori urban. Kampung kota, yang
seringkali digusur, adalah kemenangan
atas individualisme yang melazim di
kota, ia menjadi benteng terakhir bagi
kemandirian, nilai-nilai lokal, kultural,
tentang identitas, kolektivitas, modal
sosial, dan lain-lain. Pembenaran
moral akademiknya ada pada traktat
Setiap plato adalah sebuah orkestrasi
yang terdiri dari elemen-elemen
layaknya kepingan batu bata yang
diekstrak dari setiap situs-situs
reruntuhan, sumber informasi,
pengetahuan, dan pengalaman
lain. Dia adalah sebuah rakitan,
brikolase, yang di dalam dirinya
terkandung vektor-vektor dan segala
bentuk potensi untuk terus hidup,
berkembang, dan mengorganisasi
diri. Sebagaimana halnya sebutir telur,
dia adalah Tubuh tanpa Organ (TtO)
dalam proses menjadi. TtO bukan
sebuah organisme, juga bukan sebuah
organisasi, melainkan sebuah ruang
bagi eksperimen organ yang berlainan
dan organisasi yang berlainan.
Kinerja moda berpikir rizomatis
berkaitan dengan cara-cara
mentransfer satu konsep ke konsep
lain, dari satu disiplin ke disiplin
lain. Dengan demikian suatu fungsi
dapat dicangkokan ke konteks atau
Balai warga di Kampung Jatimulyo,Yogyakarta.
(Andrea Fitrianto, 2012)
5. 45
ruang | kreativitas tanpa batas
Hak atas Kota dan Keadilan Spasial.
Dan perlawanan dari kampung kota,
klaimnya atas ruang kota, sudah
menjadi fenomena global; Claiming
the City.
Seperti halnya kampung miskin kota,
sebagai komunitas akar rumput,
menjadi sebuah simpul pada sistem
rizoma. Demikianlah cara entitas
sosial bernavigasi di kota-kota pada
masa kini. Kampung kota yang
miskin, padat, dan informal hadir
dan akan selalu hadir. Mereka terus
dan terus berkembang biak, melipat
ganda, dan bertukar posisi dengan
eksterioritasnya; konstan tanpa akhir.
Dalam setiap kampungada kohesi
yang dinamis dengan kota sebagai
lingkungannya. Kampung kota adalah
sebuah plato.
Kampungkotaadalahruangberkreasi
seorang arsitek,seniman,warga,guna
menjadi manusia pembuat, si tukang,
homo faber.Maka,perlu pengetahuan
tersendiri untuk bekerja di ruang
rizoma, seperti studi tentang gerak,
tentang menanti, dan etos dalam
mengantisipasi. Karenanya, peta
lokal akan lebih berguna dibanding
peta global. Prosesi adalah lazim dan
perubahan adalah sebuah kepastian,
maka untuk menentukan arah perlu
mata-ketiga, intuisi, atau mata batin;
kontemplasi.
Komunitas tumbuh secara organik
di setiap momen kegagalan
pembangunan terencana. Hunian-
hunian ad-hoc, spontan, irregular,
atau informal terbentuk atas dasar
kebutuhan. Misalnya, oleh mereka
yang mengisi relung-relung kosong,
seperti ruang-ruang sisa di kota-
monumen Chandigarh, The White
Building di Phnom Penh, The Walled
City di Kowloon, atau konstruksi
pencakar langit yang tidak selesai,
karena pemodalnya keburu bangkrut
terinterupsi oleh resesi ekonomi,
Torre David di Caracas.
Di Torre David, kaum miskin kota
mengokupasi lantai-lantai pencakar
langit dengan meletakkan dan menata
sekat-sekat, memberi kehidupan
di antara kerangka kolom-lantai
beton yang usang. Kampung miskin
memenuhi kebutuhan dasarnya
untuk bertahan hidup di kota.
Rancangan dan penataan mereka
jauh dari sempurna. Karenanya tidak
jarang mereka menyertakan maia,
meminggirkan akuntabilitas, institusi,
dan demokrasi pada kategori utopia,
bersama-sama dengan negara serta
segala rezim perencanaannya. Maka,
kegagalan perencanaan dan arsitektur
adalah kejayaan populer atau
kemenangan rakyat dan sama sekali
bukan anomali. Maka, Rem Koolhaas
membawa serombongan mahasiswa
Harvard berkunjungan-belajar ke
Lagos, Nigeria demi menyaksikan
kegagalan kota-terencana dengan
perspektif helikopter yang sinis-nyaris-
fatalis; membaca Lagos dari ketinggian
sebagai sebentuk ketangguhan,
kesempatan, inspirasi, bagi masa
depan yang spekulatif.
Lewat sebuah percakapan, Nenek
Dela, warga kampung kota, tampil
sebagai tokoh sentral pada ilm
dokumenter Jakarta Disorder karya
Ascan Breuer dan Victor Jaschke
6. 46
edisi #9: Komunitas
Potongan sekolah alam di Bogor.
(Andrea Fitrianto, 2013)
sudah tiga kali digusur selama berada
Jakarta. Rasdullah, penarik becak
yang di tahun 2002 mencalonkan
diri sebagai gubernur Jakarta, bahkan
sudah tujuh kali digusur. Di sini kita
mesti cermat: bertahan hidup adalah
prinsip, sedangkan digusur adalah
konsekuesi. Bersama kaumnya,
Nenek Dela dan Rasdullah tinggal
di bantaran sungai, bantaran kanal,
waduk, rel kereta, di bawah sutet,
di kolong tol, di lahan terlantar, di
lahan spekulasi, yang semuanya
merupakan tataran, strata, khusus
bagi kampung miskin di Jakarta.
Terkait kelangkaan lahan sebagai
sumber daya kota yang paling krusial,
Nenek Dela, Rasdullah, dan keluarga
termiskin kota umumnya hidup
nomaden. Setiap saat mereka harus
siap berhadapan, bertukar teritori,
bertukar penguasaan dengan Satuan
Polisi Pamong Praja (Satpol PP),
aparat rezim keindahan dan ketertiban
sekaligus aparatus otoritas formal
kota.
Pada ruang komunitas, organisasi
setempat,arsitek,danwargabersekutu
untuk mengadakan eksperimen
kreatif, seringkali dengan bahan lokal
dan organik, dengan teknik-teknik
yang juga bagian dari tradisi. Misalnya,
pada sekolah yang dirancang Diébédo
Francis Kéré di Gando, Mali; pusat
interpretasi Mapungubwe di Afrika
Selatan rancangan Peter Rich yang
menggunakan teknik kubah yang
merupakan warisan kultural berumur
600 tahun; museum yang dibangun
dari puing-puing karya Wang Shu
di Cina; redeinisi arsitektur bambu
yang modern lewat tangan dingin
Simón Vélez di Kolombia; dan taktik
menghidupkan kembali tradisi
sekaligus mitigasi bencana à la
7. 47
ruang | kreativitas tanpa batas
“Kadangkalakamibekerjasecara
ilegal, bukan untuk menyakiti
seseorang. Kebalikannya, justru
kami lakukan untuk menolong
banyak orang. Keputusan untuk
bekerja secara ilegal berarti
bekerja dengan pendekatan lain”
- Santiago Cirugeda
Santiago Cirugeda mendapat julukan
arsitek pembangkang dan subversif.
Ia tergabung dalam sebuah kolektif
arsitektural Recetas Urbanas di
Sevilla. Mereka berarsitektur lewat
aksi langsung, salah satunya dalam
merancang-bangun ruang seni sirkus
kultural independen La Carpa dengan
proil-proil baja yang diekstrak dari
bangunan lain. Saat ada yang mencibir
La Carpa sebagai arsitektur yang
Hunnarshala di India dan Yasmeen
Lari di Pakistan, dan banyak lagi
arsitektur dengan kompleksitas,
arsitektur yang peka-konteks.
Sedangkan yang bebal-konteks juga
ada; di London, sebuah gedung
baru menjelma menjadi suryakanta
raksasa dan melelehkan mobil-mobil
yang parkir di bawahnya; di Dubai,
di balik kemilau arsitektur mewah,
terungkap eksploitasi terhadap
pekerja bangunan migran. London
dan Dubai mungkin sudah terlanjur
menjadi poros bagi rezim Arsitektur
yang hirarkis, singular, monolitik, dan
totaliter yang tujuan akhirnya deinit;
akumulasi kapital adalah eskatologi.
Di sana, moda kreativitas ditandai
dengan kecintaan akan permukaan,
mekanisasi proses yang mengebiri
arsitektur menjadi sebentuk ritual
digitasi prosedural.
Araña, sirkus dan ruang seni pos-apokaliptis La Carpa di Sevilla.
(Woody James, 2014)
8. 48
edisi #9: Komunitas
menarik tapi juga buruk rupa, Santi
menjawab ”Siapa yang gak punya
teman buruk rupa? Setiap orang
punya teman buruk rupa.” Mereka
sudah tinggalkan estetisasi obsesif
kaum pemodal, untuk arsitektur
yang ekonomis dan fungsional. Di
Sevilla, La Carpa adalah antitesis
bagi Metropol Parasol, sebuah folly
dari kayu laminasi yang menguras
biaya $130 juta dari kantung para
pembayar pajak di tengah situasi
resesi.
Recetas Urbanas juga harus
menyiasati formalisme aturan
membangun dan meniti di
antara batas-batas legal-ilegal.
Pembangunan dilakukan dalam
waktu sesingkat satu-setengah hari.
Secara klandestin mereka bergerilya
di bawah bayangan rezim ruang dan
waktu sang kota; seperti Sulaiman
memindahkan istana Ratu Sheba,
seperti Sangkuriang, Bandung
Bondowoso, juga seperti ribuan
gecekondu [3] yang tumbuh dalam
9. 49
edisi #9: Komunitas
semalam di kota-kota diTurki.
Di Davao, Mindanao, warga
kampung informal membangun
jembatan pedestrian sepanjang
23 meter. Dana terkumpul dari
kelompok tabungan para ibu di
tiga kampung. Lantas mereka
meminjam $10.000 untuk
membiayai pembangunan jembatan
pedestrian dengan teknologi
alternatif; bambu. Setelah setahun
menabung sekaligus menggalang
kolektivitas, relawan warga bekerja
membangun jembatan lewat
arahan Suyadi dan Sunarko (alm.),
dua perajin bambu asal Cebongan,
Yogyakarta. Sepanjang April 2011,
tujuh hingga sepuluh relawan warga
bekerja enam hari dalam seminggu.
Pada satu akhir pekan, lebih dari
seratus-lima-puluh warga kampung
dikerahkan untuk menghela rangka
utama menuju posisi pondasi
beton; bayanihan paralel dengan
gotong-royong. Sekurangnya
Bayanihan Power: gotong-royong menghela rangka jembatan di Davao.
(Andrea Fitrianto, 2011)
10. 50
edisi #9: Komunitas
Architects Network (CAN) menjadi
platform bagi kelompok-kelompok
arsitek komunitas di tujuh-belas
negara Asia.
Arsitek-arsitek dan kolektif
arsitektural tersebut tumbuh sporadis,
trans-nasional, nomaden, melampaui
batas-batas teritorial, dan berjarak
kritis dengan aparatus kekuasaan.
Maka, wilayah kerja mereka tidak
ditentukan oleh konvensi: apa yang
boleh, tapi oleh intensi: apa yang
harus, dalam pengetian masing-
masing. Maka, tidak akan kita temukan
agenda-agenda besar, melainkan etos
dan disiplin berkarya yang realistis,
taktis, dan penuh improvisasi. Maka,
apapun sebutannya,arsitek komunitas,
arsitek sosial, pembangkang, visioner,
revolusioner, pada prakteknya adalah
arsitek yang menanggapi perkara-
perkara sosial dan lingkungan di
sekelilingnya. Mereka bekerja secara
militan, kadang bergerilya dengan
penekanan pada proses. Ini akan
melibatkan polinasi-lintas antar-
elemen yang heterogen, teknis, sosial,
kultural, ekologis, dan mikropolitis;
sehingga tiba pada capaian-capaian
arsitektural yang tak-terduga.
duaratus bambu petung dan seratus
bambu legi dan bambu ori, dirangkai
menjadi jembatan bambu modern
pertama di Filipina. Pembangunan
inklusif/partisipatif dan teknologi
alternatif merupakan paralelisasi dua
strata yang membentuk rizoma.
Dalam rangka kontekstualisasi
dengan kota, arsitek menjadi agen
penggubah untuk misapropriasi
ruang-ruang mati, ruang-ruang
sisa, residual, dan menjadikannya
alternatif dan potensi. Di bawah
hemisfer Utara ada Pet Architecture-
nya Atelier Bow Wow di Jepang,
Raumlabor di Jerman, dan Atelier
d’architecture autogérée (AAA)
di Perancis. Kelompok-kelompok
lain memberi fokus kerja mereka
di Selatan, seperti Urban-Think
Tank (U-TT) di Swiss/Venezuela,
Elemental di Chile,TYIN tegnestue di
Norwegia.Grup arsitektur pro-bono
seperti Architecture for Humanity
(AFH) adalah jaringan sumber
daya arsitektural yang berawal dari
penerbitan sebuah buku, Architecture
Sans Frontières (ASF) terdiri dari
simpul-simpul yang independen di
banyak negara Eropa,dan Community
11. 51
ruang | kreativitas tanpa batas
”Jadi apa itu Tubuh tanpa Organ?Tapi kamu sudah
di dalamnya, menggeliat seperti kutu, meraba-raba
seperti orang buta, atau berlari seperti orang sinting;
pengelana gurun dan nomaden stepa. Di dalamnya kita
tidur, menghidupi hidup yang terbangun, melawan-lawan
dan melawan-mencari tempat bagi kita, mengalami
kebahagiaan tak terbilang dan kekalahan hebat;
didalamnya kita menerobos dan diterobos; di dalamnya kita
mencinta…TtO: ia datang saat tubuh telah berkelebihan
organ dan dia ingin menanggalkan, ingin melepaskan.”
Deleuze & Guattari, ibid, hal. 150
Dari ribuan teritori, ribuan plato, tentunya ada cukup daya untuk mengguncang,
mencabut, menerobos ruang-ruang berruam, menjadikannya ruang-ruang mulus
bagiTubuh tanpa Organ dalam rangka mengantisipasi arsitektur yang akan hadir.
[1] Manichaeism adalah paham yang percaya dengan dualisme dalam kosmologi,
pertarungan antara baik dan buruk.
[2] Delcacomania atau decalcomanian (Perancis) adalah sebuah teknik dekoratif yang
mentransfer desain yang tercetak di atas medium kertas yang dilipat ke medium kaca
atau porselen.
[3] Gecekondu (Turki) secara hariah berarti “dibangun semalam” adalah pemukiman
spontan di kota-kota besar diTurki.
12. Gilles Deleuze & Felix Guattari
“Pohon adalah ilial,
namun rizoma adalah
aliansi unik. Pohon
menyertakan kata
kerja ‘menjadi,’ namun
jalinan rizoma adalah
konjungsi, ‘dan…
dan…dan.’ Konjungsi
ini mengandung
cukup daya untuk
mengguncang dan
mencabut akar kata
kerja ‘menjadi’…”