1. ROH KUDUS DAN BUAH ROH
DISUSUN OLEH:
ANDY SEUBELAN
NIM:20178603
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI MAWAR SARON LAMPUNG
T.A. 2019/2020
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang Kristen atau orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus diberikan Roh
Kudus dengan tujuan agar supaya orang percaya tersebut dituntun untuk terus berjalan dalam
kebenaran dan kehendak Allah. Roh Kudus hanya bisa diam didalam orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus dan mau berjalan sesuai kehendak-Nya. Roh Kudus yang adalah penghibur dan
penolong itu juga selalu mengingatkan orang percaya untuk tidak melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan kehendak Tuhan, melainkan selalu hidup menjalankan perintah-perintah
Tuhan. Orang percaya yang didiami oleh Roh Kudus sudah pasti dalam kehidupannya selalu
melakukan hal-hal yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Orang percaya juga harus bisa
menghasilkan buah rohani dalam setiap kehidupannya seperti yang diperintahkan di dalam
(Galatia 5:22-23). Dalam pembahasan ini, penulis akan membahas lebih jauh lagi mengenai Roh
Kudus, buah Roh, Hambatan dalam menghasilkan buah roh dan bagaimana menghasilkan buah
Roh.
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. PRIBADI ROH KUDUS
Pribadi Sejati
Roh Kudus adalah adalah Pribadi Allah yang turun kedalam dunia setelah kenaikan
Tuhan Yesus Kristus ke surga. Roh Kudus dikatakan sebagai suatu Pribadi karena didalam diri-
Nya ada semua tanda kelengkapan kepribadian yaitu pikiran, perasaan dan kehendak. Pikiran
Roh ditunjukkan oleh kenyataan bahwa ada hal-hal yang diketahui dengan pikiran-Nya (1
Korintus 2:10-11). Emosi atau perasaan-Nya tampak pada kenyataan bahwa Dia dapat didukakan
(Efesus 4:30). Kehendak-Nya terlihat dalam kenyataan bahwa Dia bertindak dengan niat atau
maksud (1 Korintus 2:11).
Di dalam Alkitab ada banyak ayat yang bisa membuktikan bahwa Roh Kudus adalah satu
pribadi, bahkan seorang pribadi. Pertama, Roh Kudus itu satu pribadiialah kata ganti orang yang
dipakai di dalam Alkitab untuk Roh Kudus. Tuhan Yesus tidak pernah menyebut Roh Kudus
sebagai “sesuatu.” Dalam Yohanes pasal 14-16, Ia menyebut Roh Kudus dengan menggunakan
kata “Dia” (kata ganti orang) sebab Ia bukanlah suatu kekuatan atau barang, melainkan satu
pribadi. Kedua, yang menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah satu pribdi adalah perasaan yang
dimilikinya sama dengan perasaan manusia.
Dalam Roma 15:30 dinyatakan bahwa Roh Kudus memiliki kasih. Kasih perasaan sedih
karena didukakan atau dihujat dan perasaan-perasaan lain dari Roh Kudus yang disebut dalam
Alkitab merupakan perasaan yang dialaminya. Ketiga, apa yang diperbuat oleh Roh Kudus
adalah sama dengan yang diperbuat oleh manusia. Dalam Yohanes 14:26, dikatakan bahwa Roh
Kudus mengajar dan mengingatkan. Selanjutnya Ia memimpin (Roma 8:14), dan membantu
anak-anak Allah untuk berdoa kepada Allah (Roma 8:26-27). Keempat, Roh Kudus memiliki
akal dan pengetahuan. Dalam Efesus 1:17, Roh yang dikaruniakan kepada orang Kristen disebut
Roh hikmat dan Wahyu. Kalau tidak ada akal, maka tidak ada hikmat. Jadi, jelaslah bahwa Roh
Kudus mempunyai akal. Ia adalah pribadi yang bijak, karena Ia memiliki akal dan pengetahuan.
Kelima, yang menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah suatu pribadi ialah bahwa Ia dapat
diperlakukan sebagai seseorang. Dalam Kisah Para Rasul 10:19-23 diceritakan bahwa Petrus
menaati Roh Kudus untuk berangkat bersama-sama dengan dua orang yang disuruh Kornelius
untuk menjemputnya. Kemudian dalam Kisah Para Rasul 5:3 dikatakan bahwa Ananias
4. mendustai Roh Kudus. Karena Roh Kudus adalah satu pribadi, maka Ia dapat diperlakukan
sebagai seseorang. Keenam, Ia memiliki kehendak seperti yang dimiliki seseorang. Roh Kudus
menyatakan kehedak-Nya kepada Paulus dan rekannya Silas bahwa Ia melarang mereka masuk
ke daerah Bitinia (Kis 16:6-7).
Pribadi Ilahi
Roh Kudus ialah Allah, anggota ketiga dari Tritunggal Allah. Kata tritunggal mengacu
kepada fakta bahwa Alah itu tunggal dalam hakikat, namun jamak dalam kepribadian. Ada satu
Allah yang terdiri atas tiga Pribadi yang berbeda. Bapa bukanlah Putra, dan Putra itu bukanlah
Roh, namun masing-masing adalah Allah yang setara dan sepenuhnya. Dalam istilah teologi,
Bapa, Putra dan Roh Kudus itu homoousios, “dari hakikat atau zat yang sama”, bukannya
homoiousios, ”dari hakikat atau zat yang serupa atau mirip”. Tambahan huruf “i” Yunani dalam
istilah yang kedua itu sungguh-sungguh membuat perbedaan yang besar sekali.
Pribadi unik
Roh Kudus adalah Roh karena Dia bukan benda, tidak dapat diraba dan tidak dapat
dilihat. Kata roh dalam bahasa Ibrani dan Yunani berarti “angin atau napas”. Roh Kudus itu
sesungguhnya adalah napas atau angin dari Allah. Dan seperti angin, Dia mempunyai kekuatan
yang besar walaupun tidak terlihat. Kita tidak bisa berhubungan dengan Dia hanya dengan
mencoba menggunakan pancaindra kita sendiri. Hanya orang yang mengenal Kritus lah yang
dapat mengenal atau berhubungan dengan Roh Kudus (Yoh 14:17). Oleh karena itu berbicara
tentang Roh Kudus bukanlah membicarakan suatu rumus doktrinal yang tidak ada sangkut-
pautnya dengan kehidupan sehari-hari. Roh Kudus adalah bagian dari kehidupan sehari-hari
karena Dia adalah Pribadi yang hidup dalam diri kita.
B. TUJUAN ROH KUDUS
Memuliakan Kristus
Roh Kudus mempunyai tujuan utama yaitu mempermuliakan Kristus, menyatakan
Kristus dan juga mempertunjukkan Kristus. Roh Kudus tidak menonjolkan diri. Dia bahkan tidak
bicara tentang prakarsa-Nya sendiri. Tugas-Nya ialah memuliakan Kristus. Roh Kudus berada di
bumi bukan untuk menyatakan diri-Nya. Tujuan-Nya menyatakan Kristus, menjadikan kita
5. sebagai biro iklan Allah dengan bekerja dalam hati kita sedemikian rupa sehingga hidup kita
mengagungkan Pribadi Kristus. Roh Kudus ada di dalam diri kita agar kita dapat memulikan
Allah dalam segala sesuatu yang kita katakan dan lakukan. Itulah sebabnya Yesus bersabda, “Ia
(Roh) akan memuliakan Aku” (Yohanes 16:14). Jika kita menginginkan pertolongan Roh Kudus
dalam situasi apapun, prioritas kita dalam kehidupan haruslah berupa niat untuk memuliakan dan
menyatakan Kristus.
C. MANFAAT ROH KUDUS
Pimpinan
Pada dasarnya, Yesus mengatakan bahwa Roh akan memimpin kamu ke dalam seluruh
kebenaran (Yohanes 16:13). Pribadi itu adalah Roh Kudus. Roh kudus memimpin setiap umat
manusia untuk tetap berjalan dalam kebenaran. Ia juga memimpin setiap orang percaya ketika
hendak melakukan sesuatu atau hendak mengambil sebuah keputusan. Seperti halnya dalam
penulisan Alkitab Roh Kudus menuntun para penulis untuk menulis apa yang terjadi baik
sebelum adanya manusia dan sesudah adanya manusia. Oleh sebab itu Alkitab tidak pernah
mengalami yang namanya kekeliruan dikarenakan Roh Kudus lah yang memimpin para penulis
sehingga benar-benar itu adalah fakta atau benar-benar terjadi dan bukan mitos atau cerita
dongeng. Roh Kudus siap sedia menuntun kita, bahkan dalam hal-hal yang terkecil sekalipun.
Dengan kata lain Roh Kudus memperdulikan segala hal yang ada pada setiap kehidupan orang
percaya, walaupun hal-hal tersebut bagi kita manusia itu tidak ada apa-apanya. Artinya bahwa
Roh Kudus adalah sebagai pemandu kita orang percaya agar ketika kita melangkah dalam
kehidupan ini agar kita tidak tersesat namun tetap pada arah atau jalurnya Tuhan.
Mengingatkan
Yesus juga mengatakan bahwa Roh Kudus akan mengingatkan kamu akan semua yang
telah Kukatakan kepadamu (Yohanes 14:26). Yesus telah banyak mengajar para murid-Nya.
Yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana mereka bisa mengingat apa yang telah diajarkan
oleh Yesus kepada mereka?. Tentunya pasti Roh Kudus yang membantu mereka untuk bisa
mengingat akan hal tersebut. Sama hal seperti ketika kita mendengarkan khotbah atau ketika kita
membaca firman Tuhan kita tidak bisa mengingat semuanya itu, tetapi karena Roh Kudus ada di
dalam kita maka Ia lah yang mengingatkan kita akan semuanya itu. Apalagi ketika kita dalam
6. keadaan atau permasalahan yang begitu membuat kita seakan-akan tidak sanggup lagi untuk
menjalani hidup ini, Ia (Roh Kudus) akan mengingatkan kita dan memberikan kemampuan
kepada kita sehingga kita bisa melewati setiap persoalan dengan baik dan tetap pada jalurnya
Tuhan.
Sejahtera
Manfaat lain dari Roh Kudus ialah sejahtera. Dama sejahtera Kutinggalkan bagimu.
Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan
oleh dunia kepadamu (Yohanes 14:27). Ini adalah perkataan Tuhan Yesus sebelum Ia pergi
meninggalkan dunia ini. Selain Roh Kudus sebagai Pribadi yang memimpin, mengingatkan, Ia
juga memberikan damai sejahtera bagi setap manusia yang percaya kepada-Nya. Sejahtera bukan
berbicara soal harta atau kekayaan semata namun sejahtera disini adalah berbicara mengenai
suatu kedaan yang baik secara rohani bagi manusia tersebut walaupun kenyataannya ia
mengalami penderitaan atau persoalan yang begitu mencekam dalam hidupnya. Sejahtera disini
lebih ditekankan kepada seseorang yang mengalami ketenangan jiwa atau kesejahteraan rohani
berdasarkan atas pengampunan dari Tuhan. Artinya bahwa orang percaya yang didiami Roh
Kudus hidupnya lebih terasa ada suatu kebahagian yang membuat dia lebih merasa hidupnya
lebih berarti dan sangat berharga dimata Tuhan. Sejahtera ini hanya didapt ketika ia membiarkan
atau mengijinkan Roh Kudus tinggal di dalam hatinya.
D. BUAH ROH
Kasih
Bahasa Yunani yang diterjemahkan “kasih” adalah agape dan digunakan di dalam
Perjanjian Baru untuk menjelaskan sikap Allah kepada Anak-Nya (Yohanes 17:26), kepada umat
manusia (Yohanes 3:16), dan kepada orang percaya (Yohanes 14:21). Itu juga dipakai untuk
menyatakan kehendak Allah seperti halnya kepada semua orang (1 Tesalonika 3:12). Agape
digunakan untuk mengungkapkan kodrat Allah yang adalah kasih (1 Yohanes 4:8). Dengan
demikian, kata yang diterjemahkan “kasih” dari bahasa Yunani bukanlah kasih manusia, tetapi
kasih Allah yang diberikan secara ajaib kepada kita dan diwujudkan oleh Roh Kudus melalui
7. kita. “Karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah
dikaruniakan kepada kita” (Roma 5:5).
Karena kasih adalah karakteristik batiniah, itu dapat diketahui hanya ketika diungkapkan
di dalam tindakan. Kasih memiliki ekspresi yang sempurna di dalam karunia Allah dengan
memberikan Anak-Nya kepada dunia (1Yohanes 4:9-10). Kasih kepada Allah diungkapkan di
dalam kepatuhan seseorang atas kehendak-Nya (Yohanes 14:15). Kasih kepada manusia
diungkapkan dengan melakukan yang baik kepada orang-orang lain (1 Korintus 13:5).
Kasih itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak
melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak
menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena
kebenaran, menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar
menanggung segala sesuatu dan akhirnya tidak berkesudahan. Tindakan-tindakan seperti ini
tidak mungkin di luar kasih Allah sebagaimana itu diberikan kepada seorang pribadi oleh Roh
Kudus. Kasih adalah yang terbesar di antara semua karunia.
Sukacita
Sukacita berasal dari bahasa Yunani chara yang berarti “senang” atau “sukacita.”
Sukacita ilahi ini dihasilkan di dalam diri orang percaya oleh Roh Kudus dan dengan demikian
merupakan kondisi batiniah. Dunia hanya dapat menawarkan kesenangan yang didorong oleh
keadaan. Dengan kata lain, jika seseorang menunjukkan kepada kita waktu yang baik maka kita
akan menjadi senang. Akan tetapi sukacita dari Roh tidak ada kaitannya dengan kesenangan. Itu
berkaitan dengan sumur air hidup dalam batin, bukan dengan keadaan yang ada diluar. Sukacita
adalah luapan dari Allah di dalam diri kita. Jika kita mempunyai sukacita, kita dapat mengubah
situasi yang buruk menjadi sahabat bermain. Sukacita adalah kemantapan batin tanpa
mempedulikan keadaan lahiriah.
Damai sejahtera
Damai sejahtera diterjemahkan dari bahasa Yunani eirene yang berarti “hubungan yang
harmonis dengan Allah dan manusia; suatu keadaan akan keteduhan atau ketenangan.” Damai
sejahtera ini hanya dapat diciptakan oleh kuasa Roh Kudus di dalam diri orang percaya. Seperti
halnya kasih dan sukacita, damai sejahtera tidak dipengaruhi oleh keadaan. Damai Allah yang
8. diberikan oleh Roh Kudus digambarkan sebagai “melampaui segala akal” (Filipi 4:7). Di seluurh
dunia orang mungkin saja berada di dalam keadaan yang membingungkan, takut, dan frustasi.
Namun orang percaya yang dipenuhi dengan Roh Kudus tetap memiliki damai sejahtera karena
ia memiliki Roh damai sejahtera di dalam dirinya. Ia telah menjadi penerima tunjangan rohani
yang dikenal sebagai “damai yang melampaui segala akal” yang akan mengendalikan dan
mendampingi kehidupannya (Kolose 3:15). Jadi, ditengah badai dan kesulitan-kesulitan
kehidupan, orang percaya yang dipenuhi Roh Kudus dapat berteduh dengan aman dan nyaman di
atas Batu Karang Rohani karena ia memiliki damai sejahtera ilahi yang tidak dipengaruhi oleh
keadaan-keadaan duniawi.
Kesabaran
Kata ini berasal dari bahasa Yunani makrothumia. Makros berarti “panjang” dan thumia
berarti “tempramen”. Atau secara harafiah “bertempramen panjang,” dengan demikian “sabar”
memiliki pengampunan atau ketahanan untuk bersabar. Kesabaran adalah kualitas pengendalian
diri menghadapi sesuatu yang membangkitkan amarah yang tidak terburu-buru membalas atau
segera menghukum. Kasih itu sabar (1 Korintus 13:4). Kesabaran adalah lawan dari amarah yang
dikaitkan dengan belas kasih dan digunakan kepada Allah (Roma 2:4; 1 Petrus 3:20; 2 Petrus
3:9). Kesabaran adalah suatu kualitas diri yang tidak menyerah kepada keadaan atau pun utusa
asa atas penghukuman. Kesabaran dikaitkan dengan pengharapan (Roma 5:4), dan dengan
demikian tidak memiliki bagaian di dalam keputusasaan. Manusia alami tidaklah sabar terhadap
sesamanya. Ia menjadi cepat marah, geram, dan kesal dengan orang lain, tetapi ketika kuasa Roh
Kudus mengendalikan tindakan-tindakannya, kesabaran menjadi salah satu buah atau hasil.
Kesabaran merupakan suatu kualitas adikodrati.
Kemurahan
Kemurahan merupakan karakteristik ilahi asli lainnya yang diekspresikan kepada orang
lain. Bahaasa Yunani mengacu pada “kemurahan hati.” Kasih itu murah hati (1 Korintus 13:4).
Kemurahan juga berarti “kebaikan hati”, “baik” dan “murah hati.” Kemurahan atau kebaian hati
hanya dapat diungkapkan dalam tindakan manusia kepada orang lain. Seperti dikatakan oleh
Yakobus, kita mengekspresikan iman kita dengan perbuatan-perbuatan kita, demikianlah kita
mengekspresikan kemurahan atau kebaikan hati dengan perbuatan-perbuatan kita. Dengan kata
9. lain adalah memikirkan cara-cara untuk dapat membantu atau menolong orang lain, bukan
memikirkan cara-cara untuk menyakiti orang lain.
Kebaikan
Kebaikan yang mirip dengan kemurahan berasal dari bahasa Yunani Chrestotes.
Kebaikan menunjukkan kualitas moral didalam karakter yang baik atau dari konstitusi yang
menguntungkan. Dengan kata lain, kebaikan di dalam tindakan, kebaikan yang diekspresikan di
dalam perbuatan-perbuatan yang dikombinasikan dengan belas kasih dan anugerah. Kebaikan itu
menjadi menguntungkan karena melakukan perbuatan-perbuatan yang baik kepada orang lain.
Umat Allah harus bersikap antusias di dalam berbuat baik (Titus 2:14). Mereka juga
diperintahkan untuk memanfaatkan setiap kesempatan untuk berbuat baik (Galatia 6:10).
(Kesetiaan)
Dalam teks bahasa Inggris disebutkan setia itu iman (faith). Ini merupakan dasar
hubungan kita dengan Allah. Iman berasal dari bahasa Yunani pistis yang berarti orang yang
percaya, orang yang yakin, orang yang meyakinkan, dan orang yang membujuk. Seringkali
diterjemahkan dengan kesetiaan atau keteguhan. Dengan kata lain, seorang yang setia (penuh
iman), atau patuh karena ia memiliki keyakinan, kepercayaan, iman di dalam Allah. Iman adalah
hasil atau buah yang otomatis bagi mereka yang telah menerima kuasa Roh Kudus. Kesanggupan
adikodrati Roh Allah ini menghasilkan iman, kepercayaan dan keyakinan di dalam Allah dan
firman-Nya. tidak terdapat ruang untuk ketidakpercayaan ketika hati dipenuhi dengan Roh Allah.
Kelemahlembutan
Kata ini berasal dari bahasa Yunani Prautes dan berarti suatu anugerah batiniah bagi jiwa
yang diekspresikan pertama kali terutama kepada Allah. Ini merupakan sikap roh ketika
seseorang menerima karya Allah sebagai sesuatu yang baik, dan oleh karena itu tidak
mempertanyakan dan menolaknya. Secara umum sering dianggap bahwa ketika seseorang
menjadi lemah lembut, ia tidak dapat menolong dirinya sendiri. Namun, Yesus menjadi lemah
lembut karena Allah menjadi segala sumber-Nya dan yang memberi perintah kepada-Nya.
Kelemahlembutan merupakan lawan dari mementingkan diri sendiri. Dengan kata lain,
kelemahlembutan adalah kesanggupan untuk membawa diri takhluk kepada kehendak Allah.
10. Pengendalian diri
Buah roh ini diterjemahkan dari bahasa Yunani enkrateia. Kata ini memiliki akar kata
kratos yang berarti “kekuatan.” Pengendalian diri hanya terbatas kepada satu bentuk kendali diri.
Banyaknya kuasa yang diberikan Allah kepada manusia dapat menimbulkan penyalahgunaan.
Oleh karena itu, penggunaan yang benar akan kuasa-kuasa ini menuntut kuasa pengendali akan
kehendak manusia di bawah kendali Roh Allah. Rasul Paulus dan Petrus mendorong agar orang
percaya mengendalikan diri (1 Korintus 9:25; 2 Petrus 1:6).
E. HAMBATAN DALAM MENGHASILKAN BUAH ROH
Ketika Roh Kudus ada dalam setiap orang percaya maka pastinya ia akan menghasilkan
buah roh yang dimana tertulis dalam Galatia 5:22-23. Namun kebanyakan orang percaya belum
bisa menghasilkan buah roh dikarenakan beberapa hal yang menjadi penghambat untuk mereka
bisa menghasilkan buah roh tersebut adalah sebagai berikut:
Atmosfir/iklim
Agar buah menjadi matang si suatu pohon, iklimnya haruslah tepat. Jikalau
temperaturnya terlalu dingin atau membeku, buah tersebut dapat mati pada saat berbentuk
kuncup, bunga, ataupun buah yang mentah. Ditempat-tempat tertentu, selama masa-masa kritis,
petani mendengar siaran ramalan cuaca setiap hari agar mereka dapat melindungi buah-buah
mereka sehingga tidak rusak jikalau ramalan tersebut mengatakan bahwa suhu udara akan turun.
Mereka mengeluarkan pot-pot dan membuat atmosfir yang hangat untuk menjaga agar buah-
buahnya tidak menjadi beku.
Dengan cara yang sama, orang percaya harus hidup di dalam atmosfir yang hangat, di
dalam suatu iklim rohani yang mendukung pertumbuhan dan menghasilkan buah. Jikalau
atmosfir dingin dan buruk, tidak akan ada buah yang dihasilkan di dalam kehidupan Kristen. Hal
yang menyebabkan orang Kristen hidup di dalam atmosfir atau iklim yang dingin dan membeku
adalah karena mereka menolak membaca Alkitab, menolak berdoa, menolak persekutuan di
dalam rumah Tuhan, dan menolak bersaksi. Dengan menolak melakukan hal-hal tersebut,
seorang yang percaya akan menciptakan iklim yang dingin dan membeku yang tidak hanya
menghambat pertumbuhan, tetapi juga menghambat buah atau kematangannya. Di dalam
11. atmosfir yang seperti ini, tidak ada kehangatan yang dapat menjaga orang Kristen untuk tidak
berhenti melawan hambatan-hambatan lain untuk bertumbuh.
Hambatan lain untuk bertumbuh yang biasanya mengikuti penolakan adalah
keduniawian, keinginan untuk lebih sesuai dengan bentuk atau keadaan dunia ini di dalama
pemikirannya dari pada melihat dari sudut pandang Allah. Ketika seorang Kristen masuk ke
dalam keduniawian, biasanya diikuti dengan mencari persahabatan dunia, atau dengan orang-
orang yang tidak ilahi yang hanya menambah dingin keadaannya yang telah dingin secara rohani.
Di dalam atmosfir penolakan, keduniawian, dan persahabatan dengan orang-orang yang tidak
ilahi, orang percaya telah menghasilkan iklim yang membekukan yang hasilnya hanyalah bersifat
tragis, menghambat pertumbuhan buah, atau membunuh apa yang telah bertumbuh.
Atmosfir lain yang mungkin diciptakan oleh orang percaya adalah kekeringan. Jiwanya
terasa kering dan kosong, tidak terdapat kesegaran rohani dari Allah sekalipun dia mengetahui
hal tersebut. Ia mengalami kekurangan persekutuan yang erat dengan Tuhan. Dengan demikian,
terdapat dua jenis atmosfir yaitu dingin dan kering yang dapat merusakkan buah atau
menghambat pertumbuhan.
Musuh
Orang percaya juga mengalami hambatan dalam menghasilkan buah yaitu musuh. Musuh
orang percaya di sini adalah iblis. Pekerjaan iblis yang dimana membuat orang Kristen masuk ke
dalam dosa batiniah seperti cemburu, iri hati, rendah diri, memikirkan hal-hal yang jahat dan
sebagainya yang pada mulanya tersembunyi, namun bekerja di dalam hati dan kemudian tampak
di dalam berbagai tindakan. Tuhan Yesus sendiri juga berkata bahwa dari hatilah keluar segala
pikiran-pikiran yang jahat dan tindakan-tindakan yang jahat (Matius 15:19), dan juga Yakobus
pun menulis dalam suratnya kepada keduabelas suku di perantauan bahwa sebab dimana ada iri
hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat
(Yakobus 3:16). Dengan demikian ketika seorang Kristen memberi jalan kepada iblis untuk
menyerang di bagian terdalam hati, maka pasti ia tidak akan bisa menghasilkan buah roh dan
juga tidak bisa mengalami pertumbuhan rohani.
Di dalam Efesus 6: 11, kita orang percaya diperintahkan untuk mengenakan seluruh
perlengkapan senjata Allah untuk menghadapi serangan-serangan iblis, dan kemudian
perlengkapan tersebut di tuliskan untuk kita ketahui dengan tujuan agar supaya kita bisa pakai
12. untuk melawan iblis. Dengan perlengkapan ini kita dijanjikan untuk memadamkan semua panah
api dari si jahat. Musuh orang-orang percaya juga adalah orang-orang ceroboh yang tanpa
berpikir atau karena mementingkan diri sendiri mereka menghacurkan orang-orang percaya
dengan menggunakan mulut dan lidah mereka untuk melukai umat Allah dengan gosi, perkataan
jahat dan kritik mereka. Orang-orang Kristen yang mudah atau lemah seringkali mendengarkan
percakapan orang-orang lain yang menyebut dirinya Kristen dan dapat membuat mereka putus
asa serta tersandung. Bahkan mereka dapat putus asa dan akhirnya mati secara rohani. Perkataan
penggosip mungkin berawal seperti yang kecil dan kemudian ditiup oleh penggosip-penggosip
lain yang akhirnya menjadi api yang besar dan menghancurkan reputasi seseorang atau bahkan
menyebabkan kehancuran seluruh jemaat. Lidah pun adalah api yang merupakan suatu dunia
kejahatan dan mengambil tempat diantara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat
menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita sedang ia sendiri dinyalakan oleh
api neraka.
Memang sebagai orang Kristen atau orang percaya kita banyak memiliki tantangan atau
pun juga musuh yang selalu datang dalam kehidupan kita untuk menjatuhkan dan
menghancurkan hidup kita. Namun ketika kita percaya dengan sungguh dan selalu melaksanakan
perintah Tuhan maka janji Tuhan yang memberikan perlindungan dan memampukan kita akan
menoong kita sehingga kita mampu untuk bisa melewati semuanya itu dan bisa menghasilkan
buah yang baik yang bisa dinikmati oleh orang-orang yang ada di sekitar kita dan juga kita bisa
membawa dampak atau perubahan bagi orang banyak. Seperti halnya yang dikatakan oleh
Alkitab bahwa “Roh Allah yang ada di dalam kita lebih besar dari pada roh yang ada di dalam
dunia (1 Yohanes 4:4) dan Barangsiapa yang tinggal di dalam Kristus maka Kristus akan tinggal
di dalam dia dan ia akan berbuah banyak (Yohanes 15:5).
13. F. MENGHASILKAN BUAH KRISTEN
Salah satu tujuan Roh Kudus diberikan kepada orang percaya adalah untuk menghasilkan
buah di dalam kehidupan orang percaya (Galatia 5:22-23). Baik dalam Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru pohon dilambangkan sebagai orang percaya. Agar pohon dapat menghasilkan
buah, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Sama halnya dengan orang percaya, jika ingin
menghasilkan buah rohani maka harus memenuhi beberap syarat dalam kehidupannya.
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tanah. Tanah yang tandus, keras dan tanah
yang berbatu tidak dapat menghasilkan buah. Tanah tempat orang percaya ditanam adalah Tuhan
Yesus Kristus. Tuhan Yesus Kristus adalah pokok aggur yang benar dan kita adalah ranting-
rantingnya. Artinya bahwa ketika ditanam di dalam Kristus kita dapat menghasilkan buah sebab
Dialah yang mampu memberikan buah itu kepada kita, dan tanpa Dia kita tidak bisa
menghasilkan apa-apa. Kita bukan hanya sekedar ditanam didalam Kristus saja tetapi kita juga
harus tinggal di dalam Dia, jikalau kita ingin menghasilkan buah.
Hal kedua yang harus diperhatikan adalah akar. Sebuah tanaman yang bisa berdiri dengan
kokoh dan kuat, pastinya memiliki akar yang kuat sehingga walaupun tanaman tersebut di terpa
oleh angin yang begitu keras, ia tidak mudah patah atau goyah namun tetap berdiri tegak
dikarenakan ia memiliki akar yang kuat tersebut. Serupa dengan hal tersebut, maka kita sebagai
orang percaya membutuhkan akar yang kuat yang menjalar ke dalam Kristus untuk memegang
kita ketika angin dan badai menerpa kehidupan kita. Sebab jika kita berakar dalam dan kuat di
dalam Dia, kita tidak akan terpengaruh oleh badai-badai yang ada dalam kehidupan kita. Akar
utama ini adalah lman kita yang harus tertuju kepada Kristus jikalau kita ingin tetap stabil, kokoh
dan tidak goyah (Kolose 1:23; 2:6, 7).
Ada tiga unsur untuk menghasilkan buah yaitu matahari, air dan makanan. Tanpa ketiga
unsur ini kita tidak dapat mengharapkan suatu pohon bertumbuh dan menghasilkan buah. Dalam
pengertian secara rohani, kita orang percaya harus memiliki matahari yaitu Anak Allah, air hidup
yaitu Roh Kudus dan makanan rohani yaitu Firman Allah. Untuk menghasilkan buah rohani di
dalam kehidupan kita, ketiga hal ini harus dipenuhi orang percaya. Setelah pohon di tanam dan
mulai bertumbuh, muncul suatu proses lain yaitu pemotongan carang. Pemotongan carang-
carang yang tidak berguna atau yang menjadi hambatan bagi pohon tersebut untuk mengalami
pertumbuhan dan menghasilkan buah. Cabang-cabang yang mati yang dipotong adalah
merupakan gambaran dari kebiasaan-kebiasaan lama yang mengikat orang-orang Kristen yang
14. dimana semua itu adalah hambatan bagi pertumbuhan rohani dan menghasilkan buah rohani
sehingga harus dipotong. Seperti yang Tuhan Yesus katakan bahwa “Barangsiapa tidak tinggal di
dalam Dia maka ia akan dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian
dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar” (Yohanes 15:6). Ketika kita
memandang Anka Allah, Tuhan Yesus Kristus, dan berteduh di dalam sinar-Nya, maka kita akan
menuai dan dewasa sebagai orang-orang Kristen.
Terkadang iri hati, cemburu, mementingkan diri sendiri, keduniawian dan sebagainya
muncul dalam kehidupan kita sehingga menghambat kita untuk bisa menghasilkan buah. Hal-hal
ini harus dipotong atau ditinggalkan. Mungkin dapat menyakitkan tetapi itu adalah proses yang
akan memulai suatu pohon (orang percaya) untuk menghasilkan buah. Semuanya tergantung
kepada kita. Jika kita ingin mengahasilkan buah rohani dalam kehidupan kita dan bisa membawa
dampak yang baik bagi orang yang ada disekitar kita maupun orang banyak maka kita perlu
untuk bisa menghadirkan pribadi Tuhan Yesus dalam hidup kita serta tinggal di dalam-Nya maka
kita akan bisa menghasilkan buah dan buah yang dihasilkan pun bisa dinikmati oleh banyak
orang.
15. BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Roh Kudus adalah Pribadi Allah yang turun ke dalam dunia dan tinggal didalam setiap
orang percaya yang membantu menolong, menghibur serta menginsafkan manusia dari dosanya
serta menuntun orang percaya untuk selalu berjalan dalam kehendak Tuhan. Ketika orang
percaya sudah di diami oleh Roh Kudus maka pastinya yang dilakukannya dalam kehidupannya
adalah hal-hal yang baik yang berkenan kepada Allah. Maka dari itu setiap orang percaya perlu
menghasilkan buah roh dalam kehidupannya dengan tujuan agar supaya orang-orang yang ada di
sekitar kita bisa menikmati dan juga bisa mengalami perubahan dalam kehidupan mereka. Dalam
menghasilkan buah rohani pun ada begitu banyak tantangan atau hambatan, namun jika kita
mengandalkan Tuhan Yesus Kristus dan tetap tinggal dan hidup di dalam-Nya maka pasti kita
bisa menghasilkan buah rohani itu dalam kehidupan kita serta bisa memberikan dampak yang
baik bagi sesama kita.
16. DAFTAR PUSTAKA
Ness Eugene, Dunamis and The Church (Jakarta:Yayasan Pekabaran Injil, 1997), 111-
150.
Evans Tony, Janji Allah (Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil, 1999), 16-32.
Datu Yunus, Kontroversi Baptisan Roh Kudus (Bandung: Lembaga Litertatur Baptis
Yayasan Baptis Indonesia, 1999), 15-19.