2. 1. Batu Alam
2. Agregat
3. Bahan Perekat Hidrolis
4. Air
5. Admixture
6. Logam
7. Keramik Bangunan
8. Kayu dan Bambu
TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI BAJA
MATERI
3. BATU ALAM
Indonesia merupakan negara yang kaya akan
hasil alam termasuk Batu Alam di dalamnya.
Berbagai jenis batu Alam sejak dulu sudah
dimanfaatkan hal ini terbukti dengan
banyaknya patung, candi dan peninggalan
lainnya yang terbuat dari batu alam.
Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi
Kalasan adalah bukti nyata bahwa batu alam
sudah eksis sejak jaman dulu kala
•
•
4. BATU ALAM
Penggunaan berbagai jenis batu alam jaman
modern di mulai sekitar awal tahun 1960
dimana batu alam sudah mulai banyak
digunakan untuk bangunan namun dengan
bentuk potongan sederhana dengan
menggunakan pahat.
Baru sekitar tahun 1970 para pengrajin batu
alam mulai menggunakan gergaji sederhana
untuk memotong batu alam.
5. BATU ALAM
Pada awal tahun 1980 di mulai babak baru batu
alam Indonesia dimana penggunaan mesin
potong sudah mulai digunakan, hal ini dimulai
dengan dipugarnya candi borobudur
. Sejak saat
itu industri batu alam mulai berkembang pesat
sampai sekarang.
•
• Jenis batu alam di Indonesia memiliki berbagai
macam jenis yang menurut proses pembentukan
nya sebagai berikut:
6. A. Batuan Beku (Igneous Rock)
Jenis batu alam Batuan beku terbentuk dari
pembekuan lava yang keluar ke permukaan bumi
(Ekstrusif) saat letusan gunung berapi dan pembekuan
magma yang menerobos lapisan tanah di bawah
permukaan bumi atau yang di kenal dengan Intrusif.
Ciri utama batuan ini adalah sifat fisik nya yang keras
dan padat.
•
• Jenis batu alam yang termasuk pada kategori ini
adalah: Batu Andesit, Batu Curi, Batu tempel
Salagedang, Batu tempelPurwakarta dan Batu Candi
(Lavastone).
7. B. Batuan Sedimen
(Sedimentary Rocks)
Jenis batu alam batuan sedimen atau lebih
dikenal dengan batuan endapan adalah
batuan yang terbentuk dari proses
pengendapan atau sedimentasi lapisan-
lapisan tanah dan zat-zat kimia yang
dihanyutkan oleh air
. Batuan sedimen terdiri
dari batuan limestone, sandstone, tufa dan
konglomerat.
•
8. Batuan Limestone
Batuan limestone terbentuk akibat endapan yang
terbentang di dasar laut, sungai dan danau.
Batuan ini merupakan cikal bakal terbentuknya
batu marmer
.
Selain banyak digunakan untuk dinding, batu ini
sangat favorit untuk digunakan sebagai bahan
dasar patung karena struktur nya yang sangat
mudah di pahat.
Jenis batu alam yang termasuk pada kategori ini
adalah: Batu Paras Putih Jogja, Batu Paras Krem
Jogja (Paras Gold), Batu Java Gold, Batu Brexy
•
•
•
9. Batuan Sandstone
Batuan sandstone terbentuk dari endapan
pasir yang terbawa air dan angin. Batu ini
struktur nya agak mirip dengan limestone
hanya saja lebih keras. Di Indonesia terdapat
berbagai jenis batuan sandstone.Jenis batu
alam yang termasuk pada kategori ini adalah:
Batu Palimanan
•
10. Batuan Tufa
Batuan Tufa terbentuk dari resapan kalsium
melalui penguapan air di sekitar mata sungai
atau di dalam gua.Batuan tufa banyak
digunakan untuk dinding luar atau pagar
dengan pola random atau acak.Jenis batu
alam yang termasuk pada kategori ini adalah:
Batu Paras Kebumen
•
11. Batuan Konglomerat
Batuan konglomerat terbentuk dari proses
sedimentasi lumpur dan batu-batu kecil
lainnya. Batuan ini memiliki warna beragam
(multi warna). Jenis batu alam yang termasuk
pada kategori ini adalah: Batu Bali Green
•
12. C. Batuan Metamorf
Batuan metamorf terbentuk karena
perubahan tekanan dan suhu yang tinggi
panas bumi. Batuan ini terdiri dari batu
marmer dan batu tempel (slate)
•
atau
13. Batu Marmer
Batu marmer terbentuk dari batuan limestone
yang mengkristal selama jutaan tahun. Batu ini
berwarna indah dengan corak yang beraneka
ragam sehingga banyak digunakan dalam dunia
arsitektur
. Dalam penggunaan nya batu marmer
sangat cocok untuk penggunaan indoor
ketimbang exterior karena karakter batu marmer
yang menonjolkan kilauannya akan lebih
maksimal jika di tempatkan di dalam ruangan
ketimbang di luar ruangan.Jenis batu alam yang
termasuk pada kategori ini adalah: Batu Marmer
Tulung Agung dan Marmer Bandung
•
14. Batu tempel
Batuan tempel terbentuk dari lempung dan batuan shale.
Dinamakan batu tempel atau batu lempeng karena batu ini dapat di
belah menjadin lempengan yang tipis.
Batu tempel sangat cocok untuk dinding, carport dan jalan.
Batu tempel tambang secara manual di daerah perbukitan dan pinggir
sungai.
Umumnya batuan yang ditambang berbentuk lempengan yang berlapis
lapis.
Setelah di tambang, bongkahan batu di bakar atau diasap agar mudah
dibelah dan di pahat menjadi lembaran yang lebih tipis.
Jenis batu alam yang termasuk pada kategori ini adalah: Batu tempel
Salagedang, Batu tempelHitam Garut dan Batu tempelPurwakarta
15. Batu Koral Sungai (River Stone)
Proses terbentuk nya batu ini mirip dengan
batu tempel hanya saja ukuran nya lebih kecil.
Batu ini dapat ditemui di aliran sungai
sehingga banyak disebut batu kali.Jenis batu
alam yang termasuk pada kategori ini adalah:
Batu Kali (Bronjol)
•
16. Batu Koral Sikat (Koral Laut)
Batu koral sikat banyak terdapat di laut atau
pantai di daerah flores. Perbedaan Batu koral
sungai (batu kali) dengan batu koral sikat
adalah variasi warna nya dimana batu laut
lebih variatif warnanya sedangkan batu kali
warna hanya sejenis.
•
44. • Agregat seperti batu, material granular dan mineral
agregat adalah material keras yang dapat digunakan baik
dalam bentuk partikel atau fragmen sebagai bagian dari
bahan perkerasan jalan.
• Agregat memberikan sifat struktural dan memberikan
konstribusi sebesar 90 - 95 % terhadap berat atau 75 - 85
% terhadap volume dari struktur perkerasan jalan, oleh
sebab itu sifat agregat sangat mempengaruhi kinerja dari
pada perkerasan.
• Sebagai bahan perkerasan jalan agregat yang akan
digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu
agar struktur perkerasan yang dihasilkan cukup kuat dan
stabil untuk menahan beban lalu lintas. Persyaratan ini
harus dipenuhi tidak saja oleh agregat alam tetapi juga
oleh agregat buatan
• Batuan atau agregat untuk campuran beraspal umumnya
diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, seperti contohnya
agregat alam, agregat hasil pemrosesan, agregat buatan
atau agregat artifisial.
JENIS-JENIS AGREGAT
45. JENIS-JENIS AGREGAT
• Agregat Buatan
Agregat buatan tidak terdapat di alam. Batuan ini
didapatkan dari proses kimia atau fisika dari beberapa
material sehingga menghasilkan suatu material baru
yang sifatnya menyerupai agregat. Beberapa jenis dari
agregat ini merupakan hasil sampingan dari proses
industri dan dari proses material mentah yang sengaja
diproses agar dapat digunakan sebagai mineral agregat
pengisi (filler).
Banyak jenis agregat buatan yang dapat digunakan
sebagai bahan konstruksi jalan, salah satu contohnya
adalah AWLA dan SLAG. Blast furnace slag dan steel
slag adalah material buatan yang merupakan produk
sampingan dari industri baja yang telah banyak
digunakan untuk meningkatkan kinerja campuran
beraspal
46. • Agregat Agregat Diproses
Agregat yang diproses adalah agregat yang telah
dipecahkan dan disaring sebelum digunakan
Pemecahan agregat dilakukan karena tiga alasan :
untuk merubah tekstur permukaan partikel dari licin ke
kasar, untuk merubah bentuk partikel dari bulat ke
angular, dan untuk mengurangi serta meningkatkan
distribusi dan rentang ukuran partikel
48. • Agregat Alam
Agregat alam adalah agregat yang digunakan dalam
bentuk alamiahnya dengan sedikit atau tanpa
pemrosesan sama sekali.
Agregat ini terbentuk dari proses erosi alamiah atau
proses pemisahan akibat angin, air, pergeseran es, dan
reaksi kimia.
Bentuk individual partikelnya merupakan hasil dari aksi
agen pada partikel itu sendiri. Aliran gletser dapat
menghasilkan bahan dalam bentuk bongkahan bulat dan
batu kerikil, sedangkan aliran air menghasilkan batuan
yang bulat licin.
49. SIFAT, JENIS PENGUJIAN DAN PERSYARATAN AGREGAT SIFAT,
JENIS PENGUJIAN DAN PERSYARATAN AGREGAT
Sifat Agregat Jenis Pengujian Persyaratan
Kekerasan - Crushing Test
- Impact Test
- Abration Test
-
-
Maks 40%
Keausan - Polishing Test -
Kelekatan Terhadap aspal - Kelekatan
- Stabilitas rendaman
Min 95%
Min 75%
Pelapukkan - Absorbsi
- Natrium dan magnesium
Sulfat
Maks 3%
-
Kontribusi terhadap
kekuatan
- Angularitas
- Flakiness dan Elongation
- Gradasi
- 95/90
- Maks 10
- lihat
spek.
50. PRODUKSI AGREGAT
• Efesiensi dan efektivitas produksi agregat untuk campuran
beraspal ditentukan oleh pengaturan dan pengawasan yang
dilakukan pada unit pemecah batu (stone crusher).
• Sebelum masuk ke unit pemecah batu, bahan baku batuan harus
sudah memenuhi persyaratan kekerasan dan keawetan. Demikian
juga setelah keluar dari unit produksi, harus memenuhi
persyaratan sifat fisik yang ditentukan dalam spesifikasi
• Jika bahan baku batuan tersebut mengandung tanah atau kotoran
organik lainnya, maka harus dilakukan penanganan khusus
terlebih dahulu untuk menghilangkan kotorannya
52. • Unit produksi agregat dapat diklasifikasikan berdasarkan urutan
pemecahannya, yaitu pemecah primer, sekunder, tersier dan
seterusnya
• Hasil dari pemecah primer masuk ke pemecah sekunder dan
demikian seterusnya sampai diperoleh ukuran butir yang
disyaratkan
• Pada umumnya jenis pemecah batu yang digunakan untuk tiap
urutan tersebut adalah sebagai berikut :
Pemecah Primer : digunakan pemecah batu jenis jaw, gyratory atau
hammer mill.
Pemecah Sekunder : digunakan pemecah batu jenis konus, roll atau
hammer mill.
Pemecah Tersier : digunakan pemecah batu jenis roll, rod mill atau ball mill.
54. SIFAT PENTING AGREGAT
• Ukuran Butir dan Gradasi
Ukuran agregat dalam suatu campuran beraspal terdistribusi dari yang berukuran
besar sampai ke yang kecil. Semakin besar ukuran maksimum agregat yang
dipakai semakin banyak variasi ukurannya dalam campuran tersebut. Ada dua
istilah yang biasanya digunakan berkenaan dengan ukuran butir agregat, yaitu :
o Ukuran maksimum, yang didefinisikan sebagai ukuran saringan terkecil yang
meloloskan 100 % agregat.
o Ukuran nominal maksimum, yang didefinisikan sebagai ukuran saringan
terbesar yang masih menahan maksimum dari 10 % agregat.
• Istilah-istilah lainnya yang biasa digunakan sehubungan dengan ukuran agregat
yaitu :
• Agregat kasar : Agregat yang tertahan saringan No. 8 (2,36 mm).
• Agregat halus : Agregat yang lolos saringan No. 8 (2,36 mm).
• Mineral pengisi: Fraksi dari agregat halus yang lolos saringan no. 200 (2,36
mm) minimum 75% terhadap berat total agregat.
• Mineral abu : Fraksi dari agregat halus yang 100% lolos saringan no. 200
(0,075 mm)
55. KRITERIA PEMILIHAN PEMECAH BATU
Rasio
Pengurangan
Bukaan Pemasok
No
Jenis
Pemecah
Batu Terbaik Maks. Terbaik Maks.
Keterangan
1 Jaw
3-4 : 1 5-6 : 1
Untuk batu
keras/abrasif
Umumnya
sebagai
pemecah primer
(ke-1)
2 Silinder (Roll) 2-3 : 1 4 : 1 Untuk batu
lunak & keras
Hasil: kubikal
Pemecah ke-
1,2, dst
Silinder
ganda
2-2,3 :
1
Silinder triple 4-5 : 1
3 Gyratory 3-4 : 1 5 : 1 Untuk batu
keras/abrasif
Konus
4-6 : 1
Sebagai
pemecah ke 2
atau ke-3.
Hasil: berukuran
seragam
4 Bentur
(Impact)
4 : 1 8 : 1
Bentur primer
20 : 1
Untuk batu
kapur. Abrasif
rendah
Hasil : kubikal
Batang
Horisontal
12 : 1
30-40
cm
High chrome.
Untuk batu
abrasif.
Hasil: kubikal
Batang vertikal
(Corong)
5 – 8
cm
Pemecah
sekunder.
High chrome.
Untuk batu
abrasif
Hasil: Kubikal,
Chip ukuran 12-
20 mm
Hammermills/
Limemills 20 : 1 10 cm 20 cm
Pemecah
sekunder.
Hasil halus
56. GRADASI AGREGAT
Gradasi agregat dapat dibedakan atas : Gradasi Seragam, Gradasi Rapat dan
Gradasi Senjang.
• Gradasi Seragam (Uniform Graded) / gradasi terbuka (open graded)
Adalah gradasi agregat dengan ukuran yang hampir sama. Gradasi seragam
disebut juga gradasi terbuka karena hanya mengandung sedikit agregat halus
sehingga terdapat banyak rongga/ruang kosong antar agregat. Campuran
beraspal yang dibuat dengan gradasi ini bersifat porus atau memiliki
permeabilitas yang tinggi, stabilitas rendah dan memiliki berat isi yang kecil.
• Gradasi Rapat (Dense Graded)
Adalah gradasi agregat dimana terdapat butiran dari agregat kasar sampai
halus, sehingga sering juga disebut gradasi menerus, atau gradasi baik (well
graded).
Suatu campuran dikatakan bergradasi sangat rapat bila persentase lolos dari
masing-masing saringan memenuhi persamaan berikut:
n
D
d
P )
(
100
d = Ukuran saringan yang ditinjau
D= Ukuran agregat maksimum dari gradasi tersebut
n = 0,35 – 0,45
57. • Gradasi Senjang (Gap Graded)
Adalah gradasi agregat dimana ukuran agregat yang ada tidak lengkap atau ada
fraksi agregat yang tidak ada atau jumlahnya sedikit sekali, oleh sebab itu
gradasi ini disebut juga gradasi senjang. Campuran agregat dengan gradasi ini
memiliki kualitas peralihan dari kedua gradasi yang disebutkan di atas.
a. Gradasi Seragam b. Gradasi Rapat c. Gradasi Senjang
58. BENTUK AGREGAT DAN KEKASARAN PERMUKAAN
• Bentuk Butir
Agregat lonjong Agregat pipih
Agregat pipih dan lonjong Agregat kubikal
(tiak pipih dan lonjong)
60. • Penyerapan
Keporusan agregat menentukan banyaknya zat cair yang dapat
diserap bila agregat. Kemampuan agregat untuk menyerap air
(aspal) adalah suatu informasi yang penting yang harus
diketahui dalam pembuatan campuran beraspal.
Jika daya serap agregat sangat tinggi, agregat ini akan terus
menyerap aspal baik pada saat maupun setelah proses
pencampuran agregat dengan aspal di unit pencampur aspal
(AMP).
Hal ini akan menyebabkan aspal yang berada di permukaan
agregat yang berguna untuk mengikat partikel agregat menjadi
lebih sedikit sehingga akan menghasilkan film aspal yang tipis.
Oleh karena itu, agar campuran yang dihasilkan tetap baik
agregat yang porus memerlukan aspal yang lebih banyak
dibandingkan dengan yang kurang porus.
61. • Kekerasan Agregat
Agregat yang digunakan untuk struktur perkerasan jalan
khususnya untuk campuran beraspal harus cukup kuat agar
tidak mudah pecah.
Perubahan gradasi agregat mungkin akan terjadi melampaui
batas toleransi yang diizinkan bila persentase agregat yang
pecah terlalu tinggi maka kadar aspal yang digunakan untuk
pembuatan campuran beraspal menjadi kurang memadai untuk
bisa menyelimuti dan mengikat agregat sehingga campuran
yang dihasilkan akan rentan terhadap terdisitergrasi dan
berdurabilitas rendah
Kelekatan
Kelekatan agregat terhadap aspal adalah kecenderungan
agregat untuk menerima, menyerap dan menahan film aspal.
Agregat hidrophobik (tidak menyukai air) adalah agregat
memiliki sifat kelekatan terhadap aspal yang tinggi, contoh dari
agregat ini adalah batu kapur dan dolomit. Sebaliknya, agregat
hidrophilik (suka air) adalah agregat yang memiliki kelekatan
terhadap aspal yang rendah. Sehingga agregat jenis ini
cenderung terpisah dari film aspal bila terkena air. Kuarsit dan
beberapa jenis granit adalah contoh agregat hidrophilik
64. 1. Resume untuk materi perkuliahan kita hari ini…
Kirim file via email ke :
hendrigsudradjat.st.mt@gmail.com
tsunisbablitar@gmail.com
disertai subject :
Tugas ke (????) MK TBKB (NIM-Nama Mahasiswa-Dosen)
paling lambat 2 hari sebelum jadwal perkuliahan selanjutnya.
TUGAS :