SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Tawasul Kepada Allah
Khutbah Pertama:
Kaum muslimin rahimakumullah,
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk
mendekatkan diri kepada-Nya.” (QS. al-Ma-idah: 35)
al-Wasilah secara bahasa (etimologi) berarti segala hal yang dapat menggapai sesuatu atau dapat
mendekatkan kepada sesuatu. Bentuk jamaknya adalah wasaa-il
Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata, “Makna wasilah dalam ayat tersebut adalah peribadahan
yang dapat mendekatkan diri kepada Allah.” Demikian pula Qatadah mengatakan tentang makna
ayat tersebut, “Mendekatlah kepada Allah dengan mentaati-Nya dan mengerjakan amalan yang
diridhai-Nya.”
Ibadallah,
Tawassul (mendekatkan diri kepada Allah dengan cara tertentu) ada tiga macam:
Pertama: Tawasul yang disyariatkan. Yaitu tawassul kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan Asma’
dan Sifat-Nya dengan amal shalih yang dikerjakannya atau melalui doa orang shalih yang masih
hidup.
Kedua: Tawasul yang bid’ah. Yaitu mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan cara
yang tidak disebutkan dalam syariat, seperti tawassul dengan pribadi para Nabi dan orang-orang
shalih, dengan kedudukan mereka, kehormatan mereka, dan sebagainya.
Ketiga: Tawasul yang syirik. Yatiu bila menjadikan orang-orang yang sudah meninggal sebagai
perantara dalam ibadah, termasuk berdoa kepada mereka, meminta keperluan dan memohon
pertolongan kepada mereka.
Tawassul yang yang disyariatkan juga ada 3 macam, yaitu:
Pertama: Tawassul Dengan Nama-Nama Dan Sifat-Sifat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Yaitu seseorang memulai doa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan mengagungkan, membesarkan,
memuji, mensucikan Dzat-Nya yang Maha Tinggi, Nama-Nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-
Nya yang tinggi kemudian berdoa (memohon) apa yang dia inginkan. Inilah bentuk doa dengan
menjadikan pujian dan pengagungan sebagai wasilah kepada-Nya agar Dia mengabulkan doa dan
permintaannya sehingga dia pun mendapatkan apa yang dia minta dari Rabb-nya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Dan Allah memiliki asma-ul husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut asma-ulhusna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalah-artikan nama-
nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.
Al-A’raf:180)
Dalil dari al-Hadits tentang tawassul yang disyariatkan ini adalah hadits yang diriwayatkan dari
Anas bin Malik radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar
seseorang yang berucap dalam dalam shalatnya:
“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu. Sesungguhnya bagi-Mu segala pujian, tidak ada ilah yang
berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Mu, Maha
Pemberi nikmat, Pencipta langit dan bumi tanpa contoh sebelumnya. Ya Rabb Yang memiliki
keagungan dan kemuliaan, ya Rabb Yang Mahahidup, ya Rabb yang mengurusi segala sesuatu,
sesungguhnya aku mohon kepada-Mu agar dimasukkan (ke surga dan aku berlindung kepada-Mu
dari siksa neraka).”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sungguh dia telah meminta kepada Allah dengan Nama-Nya yang paling agung yang apabila
seseorang berdoa dengannya niscaya akan dikabulkan, dan apabila ia meminta akan dipenuhi
permintaannya.”(HR. Bukhari dan selainnya).
Juga hadits lain yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berdoa:
“Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Maha Berdiri sendiri (tidak butuh segala
sesuatu) dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan
Engkau serahkan urusanku kepada diriku meskipun hanya sekejap mata (tanpa mendapat
pertolongan dari-Mu).” (HR. an-Nasa-I dan Hakim).
Kedua: Seorang Muslim Bertawassul Dengan Amal Shalih Yang Dilakukannya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“(Yaitu) orang-orang yang berdoa: ‘Ya Rabb kami, kami benar-benar beriman, maka ampunilah
dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari adzab neraka.” (QS. Ali ‘Imran: 16).
Ketiga: Tawassul Kepada Allah ‘Azza wa Jalla Dengan Doa Orang Shalih Yang Masih Hidup.
Jika seorang muslim menghadapi kesulitan atau tertimpa musibah besar, namun ia menyadari
kekurangan-kekurangan dirinya di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla, sedang ia ingin mendapatkan
sebab yang kuat kepada Allah, lalu ia pergi kepada orang yang diyakini keshalihan dan
ketakwaannya, atau memiliki keutamaan dan pengetahuan tentang al-Qur-an serta as-Sunnah,
kemudian ia meminta kepada orang shalih itu agar mendoakan dirinya kepada Allah supaya ia
dibebaskan dari kesedihan dan kesusahan, maka cara demikian ini termasuk tawassul yang
dibolehkan, seperti:
Diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu anhu bahwa ‘Umar bin al-
Khaththab radhiyallahu anhu -ketika terjadi musim paceklik- ia meminta hujan kepada
Allah ‘Azza wa Jalla melalui ‘Abbas bin ‘Abdil Muthalib radhiyallahu anhu, lalu berkata, “Ya
Allah, dahulu kami bertawassul kepada-Mu melalui Nabi kami, lalu Engkau menurunkan hujan
kepada kami. Sekarang kami memohon kepada-Mu melalui paman Nabi kami, maka berilah kami
hujan.” Ia (Anas bin Malik) berkata, “Lalu mereka pun diberi hujan.”(HR. Bukhari dan selainnya).
Seorang Mukmin dapat pula minta didoakan oleh saudaranya untuknya seperti ucapannya,
“Berdoalah kepada Allah agar Dia memberikan keselamatan bagiku atau memenuhi keperluanku.”
Dan yang serupa dengan itu. Sebagaimana juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta
kepada seluruh ummatnya untuk mendoakan beliau, seperti bershalawat kepada beliau setelah
adzan atau memohon kepada Allah agar beliau diberikan wasilah, keutamaan dan kedudukan yang
terpuji yang telah dijanjikan oleh-Nya.
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu anhu, bahwasanya ia mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan muadzin.
Kemudian bershalawatlah kepadaku, karena sesungguhnya barang siapa yang bershalawat
kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali. Kemudian mohonkanlah
wasilah (derajat di Surga) kepada Allah untukku karena ia adalah kedudukan di dalam Surga yang
tidak layak bagi seseorang kecuali bagi seorang hamba dari hamba-hamba Allah dan aku berharap
akulah hamba tersebut. Maka, barang siapa memohonkan wasilah untukku, maka dihalalkan
syafaatku baginya.(HR. Muslim).
Doa yang dimaksud adalah doa sesudah adzan yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
“Ya Allah, Rabb Pemilik panggilan yang sempurna (adzan) ini dan shalat (wajib) yang akan
didirikan. Berilah al-wasilah (kedudukan di Surga) dan keutamaan kepada Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam . Bangkitkanlah beliau sehingga dapat menempati maqam terpuji yang telah
Engkau janjikan.” (HR. Bukhari).
Kaum muslimin rahimakumullah,
Suka atau tidak, sebuah realita yang terjadi pada umat ini adalah adanya bid’ah di tengah-tengah
mereka. Suatu amalan baru yang menyerupai syariat akan tetapi sejatinya tidak dicontohkan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tawassul yang bid’ah yaitu mendekatkan diri kepada Allah
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan syariat. Tawassul yang bid’ah ini ada beberapa macam,
di antaranya:
1. Tawassul dengan kedudukan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam atau kedudukan
orang selainnya.
2. Tawassul dengan dzat makhluk.
Jika dimaksudkan: seseorang bersumpah dengan makhluk dalam meminta kepada Allah, maka
tawassul ini—seperti bersumpah dengan makhluk—tidak dibolehkan, sebab sumpah makhluk
terhadap makhluk tidak dibolehkan, bahkan termasuk syirik, sebagaimana disebutkan di dalam
hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang bersumpah dengan selain Nama Allah, maka ia telah berbuat kufur atau
syirik.” (HR. Tirmidzi).
Apalagi bersumpah dengan makhluk kepada Allah, maka Allah tidak menjadikan permohonan
kepada makhluk sebagai sebab terkabulnya doa dan Dia tidak mensyariatkannya.
3. Tawassul dengan hak makhluk.
Tawassul ini pun tidak dibolehkan, karena dua alasan:
Pertama, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla tidak wajib memenuhi hak atas seseorang, tetapi justru
sebaliknya, Allah-lah yang menganugerahi hak tersebut kepada makhluk-Nya, sebagaimana
firman-Nya :
“… Dan merupakan hak Kami untuk menolong orang-orang yang beriman.” (QS. ar-Rum: 47).
Orang yang taat berhak mendapatkan balasan (kebaikan) dari Allah karena anugerah dan nikmat,
bukan karena balasan setara sebagaimana makhluk dengan makhluk yang lain.
Kedua, hak yang dianugerahkan Allah kepada hamba-Nya adalah hak khusus bagi diri hamba
tersebut dan tidak ada kaitannya dengan orang lain dalam hak tersebut. Jika ada yang bertawassul
dengannya, padahal dia tidak mempunyai hak berarti dia bertawassul dengan perkara asing yang
tidak ada kaitannya antara dirinya dengan hal tersebut dan itu tidak bermanfaat untuknya sama
sekali.
Demikian kaum muslimin, khotib sampaikan pada khotbah yang pertama ini tentang dua bentuk
tawassul. Tawassul yang disunnahkan dan tawassul yang menyerupai syariat akan tetapi bukan
bagian dari syariat. Mudah-mudahan Allah menuntun kita untuk meneladani Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beribadah kepada Allah dan dalam tindak-tanduk di kehidupan
kita .
Khutbah Kedua:
Ibadallah,
Pada khotbah pertama telah khotib jelaskan bentuk tawassul yang terlarang meskipun ia masih
mirip dengan bentuk ibadah. Adalah lagi bentuk tawassul yang merupakan ibadah yang utama ini,
namun dicampuri kesyirikan. Inilah yang dinamakan dengan tawassul yang syirik.
Tawassul yang syirik, yaitu menjadikan orang yang sudah meninggal sebagai tempat ditujukannya
ibadah seperti berdoa kepada mereka, meminta hajat, atau memohon pertolongan sesuatu kepada
mereka.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
“Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil
pelindung selain Dia (berkata): ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar
mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.’ Sungguh, Allah akan
memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak
memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar.” (QS. az-Zumar: 3).
Tawassul dengan meminta doa kepada orang mati tidak diperbolehkan bahkan perbuatan ini adalah
syirik akbar. Karena mayit sudah tidak bias lagi berdoa seperti ketika ia masih hidup. Demikian
juga meminta syafa’at kepada orang mati, karena ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu,
Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu anhu dan para Shahabat yang bersama mereka, juga para
Tabi’in yang mengikuti mereka dengan baik ketika ditimpa kekeringan mereka memohon
diturunkannya hujan, bertawassul, dan meminta syafa’at kepada orang yang masih hidup, seperti
kepada al-‘Abbas bin ‘Abdil Muththalib dan Yazid bin al-Aswad. Mereka tidak bertawassul,
meminta syafa’at dan memohon diturunkannya hujan melalui Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam, baik di kuburan beliau atau pun di kuburan orang lain, tetapi mereka mencari pengganti
(dengan orang yang masih hidup).
‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu berkata, ‘Ya Allah, dahulu kami bertawassul kepada-
Mu dengan perantaraan Nabi-Mu, sehingga Engkau menurunkan hujan kepada kami dan kini kami
bertawassul kepada-Mu dengan perantaraan paman Nabi kami, karena itu turunkanlah hujan
kepada kami.’ Ia (Anas) berkata: ‘Lalu Allah menurunkan hujan.’
Mereka menjadikan al-‘Abbas radhiyallahu anhu sebagai pengganti dalam bertawassul ketika
mereka tidak lagi bertawassul kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sesuai
dengan yang disyariatkan sebagaimana yang telah mereka lakukan sebelumnya. Padahal sangat
mungkin bagi mereka untuk datang ke kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertawassul
melalui beliau, jika memang hal itu dibolehkan. Dan mereka (para Sahabat) meninggalkan
praktek-praktek tersebut merupakan bukti tidak diperbolehkannya bertawassul dengan orang mati,
baik meminta doa maupun syafa’at kepada mereka. Seandainya meminta doa atau syafa’at, baik
kepada orang mati atau maupun yang masih hidup itu sama saja, tentu mereka tidak berpaling dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang lebih rendah derajatnya.
“Dan tidak (pula) sama orang yang hidup dengan orang yang mati. Sungguh, Allah memberikan
pendengaran kepada siapa yang Dia kehendaki dan engkau (Muhammad) tidak akan sanggup
menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.” (QS. Fathir: 22).
Setelah kita mengetahui bentuk-bentuk tawassul ini, di antara kita mungkin akan mendapati
ternyata bentuk-bentuk tawassul yang dilarang itu terjadi di sekitar kita. Maka wajib bagi kita
memperingatkan keluarga, saudara, teman, dan masyarakat secara umum tentang bentuk yang
dilarang ini.
Dan bagi kita yang belum mengetahui bentuk tawassul yang diperbolehkan, maka ia bisa
memanfaatkan syariat yang Allah tuntunkan ini dalam memanjatkan doa kepada-Nya. Mudah-
mudahan hal itu menjadi penyebab diterimanya dan dikabulkannya doa-doa kita.

More Related Content

What's hot

Pentingnya Dakwah untuk Kita
Pentingnya Dakwah untuk KitaPentingnya Dakwah untuk Kita
Pentingnya Dakwah untuk KitaErwin Wahyu
 
Tugas uts pendidikan agama islam
Tugas uts pendidikan agama islamTugas uts pendidikan agama islam
Tugas uts pendidikan agama islamPungki Ariefin
 
Keistimewaan Risalah Rasulullah Saw.
Keistimewaan Risalah Rasulullah Saw.Keistimewaan Risalah Rasulullah Saw.
Keistimewaan Risalah Rasulullah Saw.Idrus Abidin
 
Pengertian as sunnah menurut syari’at
Pengertian as sunnah menurut syari’atPengertian as sunnah menurut syari’at
Pengertian as sunnah menurut syari’atVarli Arsol
 
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdinBelajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdinMuhammad Idris
 
Inilah Pedang Untuk Darah Orang Musyrik
Inilah Pedang Untuk Darah Orang MusyrikInilah Pedang Untuk Darah Orang Musyrik
Inilah Pedang Untuk Darah Orang Musyrikpanjihitamdim
 
Tafsir surat al bayyinah
Tafsir surat al bayyinahTafsir surat al bayyinah
Tafsir surat al bayyinahEndang Suhendar
 
Dakwah_PAI 2010
Dakwah_PAI 2010Dakwah_PAI 2010
Dakwah_PAI 2010apandin
 
Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Iman Kepada Kitab-Kitab AllahIman Kepada Kitab-Kitab Allah
Iman Kepada Kitab-Kitab Allahanindianr
 
Zikir pagi petang (pdf)
Zikir pagi petang (pdf)Zikir pagi petang (pdf)
Zikir pagi petang (pdf)ayunieys anis
 
Cara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadis
Cara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadisCara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadis
Cara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadisNur Fuanto
 

What's hot (17)

Pentingnya Dakwah untuk Kita
Pentingnya Dakwah untuk KitaPentingnya Dakwah untuk Kita
Pentingnya Dakwah untuk Kita
 
Tugas uts pendidikan agama islam
Tugas uts pendidikan agama islamTugas uts pendidikan agama islam
Tugas uts pendidikan agama islam
 
Keistimewaan Risalah Rasulullah Saw.
Keistimewaan Risalah Rasulullah Saw.Keistimewaan Risalah Rasulullah Saw.
Keistimewaan Risalah Rasulullah Saw.
 
Pengertian as sunnah menurut syari’at
Pengertian as sunnah menurut syari’atPengertian as sunnah menurut syari’at
Pengertian as sunnah menurut syari’at
 
Kedahsyatan Istighfar
Kedahsyatan IstighfarKedahsyatan Istighfar
Kedahsyatan Istighfar
 
Tafsir surat al bayyinah
Tafsir surat al bayyinahTafsir surat al bayyinah
Tafsir surat al bayyinah
 
Dalil syara (1)
Dalil syara (1)Dalil syara (1)
Dalil syara (1)
 
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdinBelajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
 
Ringan tapi berat
Ringan tapi beratRingan tapi berat
Ringan tapi berat
 
Inilah Pedang Untuk Darah Orang Musyrik
Inilah Pedang Untuk Darah Orang MusyrikInilah Pedang Untuk Darah Orang Musyrik
Inilah Pedang Untuk Darah Orang Musyrik
 
Tafsir surat al bayyinah
Tafsir surat al bayyinahTafsir surat al bayyinah
Tafsir surat al bayyinah
 
Dakwah_PAI 2010
Dakwah_PAI 2010Dakwah_PAI 2010
Dakwah_PAI 2010
 
Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Iman Kepada Kitab-Kitab AllahIman Kepada Kitab-Kitab Allah
Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
 
Zikir pagi petang (pdf)
Zikir pagi petang (pdf)Zikir pagi petang (pdf)
Zikir pagi petang (pdf)
 
Hadits dan tasyri'
Hadits dan tasyri'Hadits dan tasyri'
Hadits dan tasyri'
 
Thauhid dasar2
Thauhid dasar2Thauhid dasar2
Thauhid dasar2
 
Cara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadis
Cara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadisCara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadis
Cara bahagia itu sederhana dalam alquran dan hadis
 

Similar to TAWASUL

Bacaan shalawat nariyah
Bacaan shalawat nariyahBacaan shalawat nariyah
Bacaan shalawat nariyahBob Arrio
 
Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02
Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02
Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02Khoirun Nisa
 
Washillah (Tawasul)
Washillah (Tawasul)Washillah (Tawasul)
Washillah (Tawasul)Ayu Sri
 
Darah Orang Musyrik
Darah Orang MusyrikDarah Orang Musyrik
Darah Orang Musyrikmakodimslide
 
Inilah Pedang untuk Tumpahkan Darah Orang Musyrik
Inilah Pedang untuk Tumpahkan Darah Orang MusyrikInilah Pedang untuk Tumpahkan Darah Orang Musyrik
Inilah Pedang untuk Tumpahkan Darah Orang Musyrikapdim
 
Inilah Pedang Untuk Tebas Darah Musyrik
Inilah Pedang Untuk Tebas Darah MusyrikInilah Pedang Untuk Tebas Darah Musyrik
Inilah Pedang Untuk Tebas Darah Musyrikapdim
 
4 orang yang dilaknat allah
4 orang yang dilaknat allah4 orang yang dilaknat allah
4 orang yang dilaknat allahAbyanuddin Salam
 
Kelompok 1_Tafsir Surat Al_Fatihah_kelas 1A..pptx
Kelompok 1_Tafsir Surat Al_Fatihah_kelas 1A..pptxKelompok 1_Tafsir Surat Al_Fatihah_kelas 1A..pptx
Kelompok 1_Tafsir Surat Al_Fatihah_kelas 1A..pptxztursila76
 
Keajaiban istighfar
Keajaiban istighfar Keajaiban istighfar
Keajaiban istighfar dhoan Evridho
 
Tuntutan shalat hajat
Tuntutan shalat hajatTuntutan shalat hajat
Tuntutan shalat hajatYasir Partomo
 

Similar to TAWASUL (20)

Bacaan shalawat nariyah
Bacaan shalawat nariyahBacaan shalawat nariyah
Bacaan shalawat nariyah
 
Keutamaan surat al
Keutamaan surat alKeutamaan surat al
Keutamaan surat al
 
Fatihatul kitab
Fatihatul kitabFatihatul kitab
Fatihatul kitab
 
Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02
Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02
Bacaanshalawatnariyah 130307072318-phpapp02
 
Washillah (Tawasul)
Washillah (Tawasul)Washillah (Tawasul)
Washillah (Tawasul)
 
Darah Orang Musyrik
Darah Orang MusyrikDarah Orang Musyrik
Darah Orang Musyrik
 
Inilah Pedang untuk Tumpahkan Darah Orang Musyrik
Inilah Pedang untuk Tumpahkan Darah Orang MusyrikInilah Pedang untuk Tumpahkan Darah Orang Musyrik
Inilah Pedang untuk Tumpahkan Darah Orang Musyrik
 
Inilah Pedang Untuk Tebas Darah Musyrik
Inilah Pedang Untuk Tebas Darah MusyrikInilah Pedang Untuk Tebas Darah Musyrik
Inilah Pedang Untuk Tebas Darah Musyrik
 
4 orang yang dilaknat allah
4 orang yang dilaknat allah4 orang yang dilaknat allah
4 orang yang dilaknat allah
 
173568320 makalah-tauhid
173568320 makalah-tauhid173568320 makalah-tauhid
173568320 makalah-tauhid
 
Kelompok 1_Tafsir Surat Al_Fatihah_kelas 1A..pptx
Kelompok 1_Tafsir Surat Al_Fatihah_kelas 1A..pptxKelompok 1_Tafsir Surat Al_Fatihah_kelas 1A..pptx
Kelompok 1_Tafsir Surat Al_Fatihah_kelas 1A..pptx
 
Keajaiban istighfar
Keajaiban istighfar Keajaiban istighfar
Keajaiban istighfar
 
Syahadatain
SyahadatainSyahadatain
Syahadatain
 
Muslimah ideal
Muslimah idealMuslimah ideal
Muslimah ideal
 
Shalat hajat
Shalat hajatShalat hajat
Shalat hajat
 
Shalat hajat
Shalat hajatShalat hajat
Shalat hajat
 
Shalat hajat
Shalat hajatShalat hajat
Shalat hajat
 
Shalat hajat
Shalat hajatShalat hajat
Shalat hajat
 
Khutbah
KhutbahKhutbah
Khutbah
 
Tuntutan shalat hajat
Tuntutan shalat hajatTuntutan shalat hajat
Tuntutan shalat hajat
 

More from Aki Untol

kata-banyak-makna.pdf
kata-banyak-makna.pdfkata-banyak-makna.pdf
kata-banyak-makna.pdfAki Untol
 
kata-bantu.pdf
kata-bantu.pdfkata-bantu.pdf
kata-bantu.pdfAki Untol
 
kata-adjektif.pdf
kata-adjektif.pdfkata-adjektif.pdf
kata-adjektif.pdfAki Untol
 
ayat-sama-maksud.pdf
ayat-sama-maksud.pdfayat-sama-maksud.pdf
ayat-sama-maksud.pdfAki Untol
 
Bahasa Melayu (Ketidakupayaan Pendengaran) Tahun 2 Jld 1.pdf
Bahasa Melayu (Ketidakupayaan Pendengaran) Tahun 2 Jld 1.pdfBahasa Melayu (Ketidakupayaan Pendengaran) Tahun 2 Jld 1.pdf
Bahasa Melayu (Ketidakupayaan Pendengaran) Tahun 2 Jld 1.pdfAki Untol
 
Manaqib_Tok_Ayah_Syeikh_Mahmud.pdf
Manaqib_Tok_Ayah_Syeikh_Mahmud.pdfManaqib_Tok_Ayah_Syeikh_Mahmud.pdf
Manaqib_Tok_Ayah_Syeikh_Mahmud.pdfAki Untol
 
Dengue and prevention
Dengue and preventionDengue and prevention
Dengue and preventionAki Untol
 
Sep 2014 (c01)
Sep 2014 (c01)Sep 2014 (c01)
Sep 2014 (c01)Aki Untol
 

More from Aki Untol (9)

kata-banyak-makna.pdf
kata-banyak-makna.pdfkata-banyak-makna.pdf
kata-banyak-makna.pdf
 
kata-bantu.pdf
kata-bantu.pdfkata-bantu.pdf
kata-bantu.pdf
 
kata-adjektif.pdf
kata-adjektif.pdfkata-adjektif.pdf
kata-adjektif.pdf
 
ayat-sama-maksud.pdf
ayat-sama-maksud.pdfayat-sama-maksud.pdf
ayat-sama-maksud.pdf
 
antonim.pdf
antonim.pdfantonim.pdf
antonim.pdf
 
Bahasa Melayu (Ketidakupayaan Pendengaran) Tahun 2 Jld 1.pdf
Bahasa Melayu (Ketidakupayaan Pendengaran) Tahun 2 Jld 1.pdfBahasa Melayu (Ketidakupayaan Pendengaran) Tahun 2 Jld 1.pdf
Bahasa Melayu (Ketidakupayaan Pendengaran) Tahun 2 Jld 1.pdf
 
Manaqib_Tok_Ayah_Syeikh_Mahmud.pdf
Manaqib_Tok_Ayah_Syeikh_Mahmud.pdfManaqib_Tok_Ayah_Syeikh_Mahmud.pdf
Manaqib_Tok_Ayah_Syeikh_Mahmud.pdf
 
Dengue and prevention
Dengue and preventionDengue and prevention
Dengue and prevention
 
Sep 2014 (c01)
Sep 2014 (c01)Sep 2014 (c01)
Sep 2014 (c01)
 

Recently uploaded

Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Adam Hiola
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRobert Siby
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratpuji239858
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.KennayaWjaya
 
Pendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptxPendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptxArdianAlaziz
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHRobert Siby
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfDianNovitaMariaBanun1
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaRobert Siby
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURANBudiSetiawan246494
 
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfBuku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfsrengseng1c
 
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptxBUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptxWahyudinHioda
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSRobert Siby
 
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SDKISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SDAprihatiningrum Hidayati
 
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Ustadz Habib
 

Recently uploaded (14)

Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
 
Pendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptxPendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptx
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
 
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfBuku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
 
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptxBUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
 
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SDKISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
 
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
 

TAWASUL

  • 1. Tawasul Kepada Allah Khutbah Pertama: Kaum muslimin rahimakumullah, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya.” (QS. al-Ma-idah: 35) al-Wasilah secara bahasa (etimologi) berarti segala hal yang dapat menggapai sesuatu atau dapat mendekatkan kepada sesuatu. Bentuk jamaknya adalah wasaa-il Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata, “Makna wasilah dalam ayat tersebut adalah peribadahan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah.” Demikian pula Qatadah mengatakan tentang makna ayat tersebut, “Mendekatlah kepada Allah dengan mentaati-Nya dan mengerjakan amalan yang diridhai-Nya.” Ibadallah, Tawassul (mendekatkan diri kepada Allah dengan cara tertentu) ada tiga macam: Pertama: Tawasul yang disyariatkan. Yaitu tawassul kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan Asma’ dan Sifat-Nya dengan amal shalih yang dikerjakannya atau melalui doa orang shalih yang masih hidup.
  • 2. Kedua: Tawasul yang bid’ah. Yaitu mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan cara yang tidak disebutkan dalam syariat, seperti tawassul dengan pribadi para Nabi dan orang-orang shalih, dengan kedudukan mereka, kehormatan mereka, dan sebagainya. Ketiga: Tawasul yang syirik. Yatiu bila menjadikan orang-orang yang sudah meninggal sebagai perantara dalam ibadah, termasuk berdoa kepada mereka, meminta keperluan dan memohon pertolongan kepada mereka. Tawassul yang yang disyariatkan juga ada 3 macam, yaitu: Pertama: Tawassul Dengan Nama-Nama Dan Sifat-Sifat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Yaitu seseorang memulai doa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan mengagungkan, membesarkan, memuji, mensucikan Dzat-Nya yang Maha Tinggi, Nama-Nama-Nya yang indah dan sifat-sifat- Nya yang tinggi kemudian berdoa (memohon) apa yang dia inginkan. Inilah bentuk doa dengan menjadikan pujian dan pengagungan sebagai wasilah kepada-Nya agar Dia mengabulkan doa dan permintaannya sehingga dia pun mendapatkan apa yang dia minta dari Rabb-nya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Dan Allah memiliki asma-ul husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ulhusna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalah-artikan nama- nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf:180)
  • 3. Dalil dari al-Hadits tentang tawassul yang disyariatkan ini adalah hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seseorang yang berucap dalam dalam shalatnya: “Ya Allah, aku mohon kepada-Mu. Sesungguhnya bagi-Mu segala pujian, tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Mu, Maha Pemberi nikmat, Pencipta langit dan bumi tanpa contoh sebelumnya. Ya Rabb Yang memiliki keagungan dan kemuliaan, ya Rabb Yang Mahahidup, ya Rabb yang mengurusi segala sesuatu, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu agar dimasukkan (ke surga dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka).” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh dia telah meminta kepada Allah dengan Nama-Nya yang paling agung yang apabila seseorang berdoa dengannya niscaya akan dikabulkan, dan apabila ia meminta akan dipenuhi permintaannya.”(HR. Bukhari dan selainnya). Juga hadits lain yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa: “Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Maha Berdiri sendiri (tidak butuh segala sesuatu) dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan Engkau serahkan urusanku kepada diriku meskipun hanya sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dari-Mu).” (HR. an-Nasa-I dan Hakim). Kedua: Seorang Muslim Bertawassul Dengan Amal Shalih Yang Dilakukannya.
  • 4. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “(Yaitu) orang-orang yang berdoa: ‘Ya Rabb kami, kami benar-benar beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari adzab neraka.” (QS. Ali ‘Imran: 16). Ketiga: Tawassul Kepada Allah ‘Azza wa Jalla Dengan Doa Orang Shalih Yang Masih Hidup. Jika seorang muslim menghadapi kesulitan atau tertimpa musibah besar, namun ia menyadari kekurangan-kekurangan dirinya di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla, sedang ia ingin mendapatkan sebab yang kuat kepada Allah, lalu ia pergi kepada orang yang diyakini keshalihan dan ketakwaannya, atau memiliki keutamaan dan pengetahuan tentang al-Qur-an serta as-Sunnah, kemudian ia meminta kepada orang shalih itu agar mendoakan dirinya kepada Allah supaya ia dibebaskan dari kesedihan dan kesusahan, maka cara demikian ini termasuk tawassul yang dibolehkan, seperti: Diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu anhu bahwa ‘Umar bin al- Khaththab radhiyallahu anhu -ketika terjadi musim paceklik- ia meminta hujan kepada Allah ‘Azza wa Jalla melalui ‘Abbas bin ‘Abdil Muthalib radhiyallahu anhu, lalu berkata, “Ya Allah, dahulu kami bertawassul kepada-Mu melalui Nabi kami, lalu Engkau menurunkan hujan kepada kami. Sekarang kami memohon kepada-Mu melalui paman Nabi kami, maka berilah kami hujan.” Ia (Anas bin Malik) berkata, “Lalu mereka pun diberi hujan.”(HR. Bukhari dan selainnya). Seorang Mukmin dapat pula minta didoakan oleh saudaranya untuknya seperti ucapannya, “Berdoalah kepada Allah agar Dia memberikan keselamatan bagiku atau memenuhi keperluanku.” Dan yang serupa dengan itu. Sebagaimana juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta kepada seluruh ummatnya untuk mendoakan beliau, seperti bershalawat kepada beliau setelah
  • 5. adzan atau memohon kepada Allah agar beliau diberikan wasilah, keutamaan dan kedudukan yang terpuji yang telah dijanjikan oleh-Nya. Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu anhu, bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan muadzin. Kemudian bershalawatlah kepadaku, karena sesungguhnya barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali. Kemudian mohonkanlah wasilah (derajat di Surga) kepada Allah untukku karena ia adalah kedudukan di dalam Surga yang tidak layak bagi seseorang kecuali bagi seorang hamba dari hamba-hamba Allah dan aku berharap akulah hamba tersebut. Maka, barang siapa memohonkan wasilah untukku, maka dihalalkan syafaatku baginya.(HR. Muslim). Doa yang dimaksud adalah doa sesudah adzan yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Ya Allah, Rabb Pemilik panggilan yang sempurna (adzan) ini dan shalat (wajib) yang akan didirikan. Berilah al-wasilah (kedudukan di Surga) dan keutamaan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam . Bangkitkanlah beliau sehingga dapat menempati maqam terpuji yang telah Engkau janjikan.” (HR. Bukhari). Kaum muslimin rahimakumullah, Suka atau tidak, sebuah realita yang terjadi pada umat ini adalah adanya bid’ah di tengah-tengah mereka. Suatu amalan baru yang menyerupai syariat akan tetapi sejatinya tidak dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tawassul yang bid’ah yaitu mendekatkan diri kepada Allah
  • 6. dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan syariat. Tawassul yang bid’ah ini ada beberapa macam, di antaranya: 1. Tawassul dengan kedudukan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam atau kedudukan orang selainnya. 2. Tawassul dengan dzat makhluk. Jika dimaksudkan: seseorang bersumpah dengan makhluk dalam meminta kepada Allah, maka tawassul ini—seperti bersumpah dengan makhluk—tidak dibolehkan, sebab sumpah makhluk terhadap makhluk tidak dibolehkan, bahkan termasuk syirik, sebagaimana disebutkan di dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang bersumpah dengan selain Nama Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik.” (HR. Tirmidzi). Apalagi bersumpah dengan makhluk kepada Allah, maka Allah tidak menjadikan permohonan kepada makhluk sebagai sebab terkabulnya doa dan Dia tidak mensyariatkannya. 3. Tawassul dengan hak makhluk. Tawassul ini pun tidak dibolehkan, karena dua alasan: Pertama, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla tidak wajib memenuhi hak atas seseorang, tetapi justru sebaliknya, Allah-lah yang menganugerahi hak tersebut kepada makhluk-Nya, sebagaimana firman-Nya : “… Dan merupakan hak Kami untuk menolong orang-orang yang beriman.” (QS. ar-Rum: 47).
  • 7. Orang yang taat berhak mendapatkan balasan (kebaikan) dari Allah karena anugerah dan nikmat, bukan karena balasan setara sebagaimana makhluk dengan makhluk yang lain. Kedua, hak yang dianugerahkan Allah kepada hamba-Nya adalah hak khusus bagi diri hamba tersebut dan tidak ada kaitannya dengan orang lain dalam hak tersebut. Jika ada yang bertawassul dengannya, padahal dia tidak mempunyai hak berarti dia bertawassul dengan perkara asing yang tidak ada kaitannya antara dirinya dengan hal tersebut dan itu tidak bermanfaat untuknya sama sekali. Demikian kaum muslimin, khotib sampaikan pada khotbah yang pertama ini tentang dua bentuk tawassul. Tawassul yang disunnahkan dan tawassul yang menyerupai syariat akan tetapi bukan bagian dari syariat. Mudah-mudahan Allah menuntun kita untuk meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beribadah kepada Allah dan dalam tindak-tanduk di kehidupan kita . Khutbah Kedua: Ibadallah, Pada khotbah pertama telah khotib jelaskan bentuk tawassul yang terlarang meskipun ia masih mirip dengan bentuk ibadah. Adalah lagi bentuk tawassul yang merupakan ibadah yang utama ini, namun dicampuri kesyirikan. Inilah yang dinamakan dengan tawassul yang syirik. Tawassul yang syirik, yaitu menjadikan orang yang sudah meninggal sebagai tempat ditujukannya ibadah seperti berdoa kepada mereka, meminta hajat, atau memohon pertolongan sesuatu kepada mereka.
  • 8. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman : “Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata): ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.’ Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar.” (QS. az-Zumar: 3). Tawassul dengan meminta doa kepada orang mati tidak diperbolehkan bahkan perbuatan ini adalah syirik akbar. Karena mayit sudah tidak bias lagi berdoa seperti ketika ia masih hidup. Demikian juga meminta syafa’at kepada orang mati, karena ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu, Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu anhu dan para Shahabat yang bersama mereka, juga para Tabi’in yang mengikuti mereka dengan baik ketika ditimpa kekeringan mereka memohon diturunkannya hujan, bertawassul, dan meminta syafa’at kepada orang yang masih hidup, seperti kepada al-‘Abbas bin ‘Abdil Muththalib dan Yazid bin al-Aswad. Mereka tidak bertawassul, meminta syafa’at dan memohon diturunkannya hujan melalui Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik di kuburan beliau atau pun di kuburan orang lain, tetapi mereka mencari pengganti (dengan orang yang masih hidup). ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu berkata, ‘Ya Allah, dahulu kami bertawassul kepada- Mu dengan perantaraan Nabi-Mu, sehingga Engkau menurunkan hujan kepada kami dan kini kami bertawassul kepada-Mu dengan perantaraan paman Nabi kami, karena itu turunkanlah hujan kepada kami.’ Ia (Anas) berkata: ‘Lalu Allah menurunkan hujan.’ Mereka menjadikan al-‘Abbas radhiyallahu anhu sebagai pengganti dalam bertawassul ketika mereka tidak lagi bertawassul kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sesuai dengan yang disyariatkan sebagaimana yang telah mereka lakukan sebelumnya. Padahal sangat
  • 9. mungkin bagi mereka untuk datang ke kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertawassul melalui beliau, jika memang hal itu dibolehkan. Dan mereka (para Sahabat) meninggalkan praktek-praktek tersebut merupakan bukti tidak diperbolehkannya bertawassul dengan orang mati, baik meminta doa maupun syafa’at kepada mereka. Seandainya meminta doa atau syafa’at, baik kepada orang mati atau maupun yang masih hidup itu sama saja, tentu mereka tidak berpaling dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang lebih rendah derajatnya. “Dan tidak (pula) sama orang yang hidup dengan orang yang mati. Sungguh, Allah memberikan pendengaran kepada siapa yang Dia kehendaki dan engkau (Muhammad) tidak akan sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.” (QS. Fathir: 22). Setelah kita mengetahui bentuk-bentuk tawassul ini, di antara kita mungkin akan mendapati ternyata bentuk-bentuk tawassul yang dilarang itu terjadi di sekitar kita. Maka wajib bagi kita memperingatkan keluarga, saudara, teman, dan masyarakat secara umum tentang bentuk yang dilarang ini. Dan bagi kita yang belum mengetahui bentuk tawassul yang diperbolehkan, maka ia bisa memanfaatkan syariat yang Allah tuntunkan ini dalam memanjatkan doa kepada-Nya. Mudah- mudahan hal itu menjadi penyebab diterimanya dan dikabulkannya doa-doa kita.